• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asupan Energi-Protein dan Kebiasaan Olahraga Kaitannya dengan Massa Otot dan Daya Tahan Kardiorespirasi pada Mahasiswa Kelompok UKM dan Non-UKM Sepakbola IPB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asupan Energi-Protein dan Kebiasaan Olahraga Kaitannya dengan Massa Otot dan Daya Tahan Kardiorespirasi pada Mahasiswa Kelompok UKM dan Non-UKM Sepakbola IPB"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA

KAITANNYA DENGAN MASSA OTOT DAN DAYA TAHAN

KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA UKM

DAN NON-UKM SEPAKBOLA IPB

RANGGA NUANSA PUTRA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Asupan Energi-Protein dan Kebiasaan Olahraga Kaitannya dengan Massa Otot dan Daya Tahan Kardiorespirasi pada Mahasiswa Kelompok UKM dan Non-UKM Sepakbola IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Rangga Nuansa Putra NIM I14114004

__________________________

(3)

ABSTRAK

RANGGA NUANSA PUTRA. Asupan Energi-Protein dan Kebiasaan Olahraga Kaitannya dengan Massa Otot dan Daya Tahan Kardiorespirasi pada Mahasiswa Kelompok UKM dan Non-UKM Sepakbola IPB. Dibimbing oleh LEILY AMALIA FURKON.

Kebiasaan olahraga bermanfaat untuk kesehatan di masa sekarang dan akan datang. Manfaat dari kebiasaan olahraga adalah menjaga berat badan ideal, meningkatkan densitas mineral tulang, dan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan supan energi-protein dan kebiasaan olahraga terhadap massa otot dan daya tahan kardiorespirasi. Desain penelititan adalah cross sectional. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata status gizi subjek adalah normal. Asupan energi, protein, lemak, karbohdirat, dan mineral subjek pada kelompok UKM lebih tinggi dibanding kelompok non-UKM. kebiasaan olahraga pada kelompok UKM lebih sering dibandingkan dengan kelompok non-UKM. Daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM lebih tinggi dibanding dengan kelompok non-UKM. Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi (p=0.003, r=0.415) dan protein (p=0.009, r=0.365) dengan daya tahan kardiorespirasi. Terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi olahraga (p=0.004 r=0.395) dan durasi olahraga (p=0.010, r=0.361) dengan daya tahan kardiorespirasi.

Kata kunci: asupan energi, daya tahan kardiorespirasi, massa otot tubuh.

ABSTRACT

RANGGA NUANSA PUTRA. Relationship of Energy-Protein Intake and Exercise Habits with Body Muscle Mass and Cardiorespiratory Endurance in UKM and non-UKM Football Student Group of IPB. Supervised by LEILY AMALIA FURKON.

Exercise habit is useful for health of the present and future, namely to maintain ideal body weight, to increase bone mineral density and to improve cardiorespiratory endurance. The objective of this study was analyze the relationship between energy-protein intake and exercise habit to muscle mass and cardiorespiratory endurance. The study design was cross sectional. Nutritional status subjects was normal in average. Intakes of energy, protein, fat, carbohydrate, and mineral subject in UKM group was higher than intakes in UKM group. Exercise habit in UKM group was more frequent than that in non-UKM group. Cardiorespiratory endurance in non-UKM group better than non-non-UKM group. There was a significant relationship between intake of energy (p=0.003, r=0.415) and protein (p=0.009, r=0.365) with cardiorespiratory endurance. Similiarly, there was a significant relationship between exercise frequency (p=0.004 r=0.395) and exercise duration (p=0.010, r=0.361) with cardiorespiratory endurance.

(4)

ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA

KAITANNYA DENGAN MASSA OTOT DAN DAYA TAHAN

KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA UKM

DAN NON-UKM SEPAKBOLA IPB

RANGGA NUANSA PUTRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(5)

Judul : Asupan Energi-Protein dan Kebiasaan Olahraga Kaitannya dengan Massa Otot dan Daya Tahan Kardiorespirasi pada Mahasiswa Kelompok UKM dan Non-UKM Sepakbola IPB

Nama : Rangga Nuansa Putra NIM : I14114004

Disetujui oleh

Leily Amalia Furkon STP MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Rimbawan Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam karya ilmiah ini adalah gizi kebugaran, dengan judul Asupan Energi-Protein dan Kebiasaan Olahraga Kaitannya dengan Massa Otot dan Daya Tahan Kardiorespirasi pada Mahasiswa Kelompok UKM dan Non-UKM Sepakbola IPB. Karya ilmiah ini diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Leily Amalia Furkon, STP, MSi selaku pembimbing atas waktu, bimbingan dan masukannya dalam penyusunan skripsi ini, serta kepada bapak Dr Hadi Riyadi, MS selaku penguji atas saran dan masukannya sehingga menjadikan ilmiah ini lebih baik. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada mahasiswa UKM sepak bola dan mahasiswa lain yang telah bersedia menjadi responden dalam skripsi ini.

Terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga penulis atas segala doa, dukungan dan semangat yang selalu diberikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman alih jenis angkatan lima, kosan gizi abadi, dan teman-teman lainnya atas doa, semangat dan bantuannya selama penelitian sampai terselesainya skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, walaupun masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.

.

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka pemikiran 3

METODE PENELITIAN 5

Desain, Waktu dan Tempat 5

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5

Jenis dan Cara Pengambilan data 5

Pengolahan dan Analisis Data 6

Definisi Operasional 10

HASIL PEMBAHASAN 10

Karakteristik Subjek 10

Asupan energi dan Zat Gizi serta Tingkat Kecukupan 12

Aktivitas Fisik 13

Kebiasaan Olahraga 13

Massa Otot 15

Daya Tahan Kardiorespirasi 15

Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Daya Tahan

Kardiorespirasi 16

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Daya Tahan Kardiorespirasi 17 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi 18 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Massa Otot 19

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 22

(8)
(9)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 5 2 Jenis Variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian 7 3 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik 9 4 Sebaran karakteristik subjek berdasarkan kelompok 11 5 Asupan energi dan zat gizi pada kelompok UKM dan non-UKM 12 6 Rata-rata PAL (Physical Activity Level) kelompok UKM dan non-UKM 13

7 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan olahraga 14

8 Massa otot kelompok UKM dan non-UKM 15

9 Daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM dan non-UKM 16 10 Hubungan tingkat kecukupan dengan daya tahan kardiorespirasi 17 11 Hubungan tingkat kecukupan protein dengan daya tahan kardiorespirasi 17 12 Hubungan antara aktivitas dengan daya tahan kardiorespirasi 18 13 Hubungan kebiasaan olahraga (frekuensi) dengan daya tahan kardiorespirasi 19 14 Hubungan kebiasaan olahraga (durasi) dengan daya tahan kardiorespirasi 19 15 Hubungan tingkat kecukupan energi dengan massa otot 20 15 Hubungan antara kebiasaan olahraga (frekuensi) dengan massa otot 20

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka asupan energi-protein dan kebiasaan olahraga kaitannya dengan

massa otot dan daya tahan kardiorespirasi 4

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil uji korelasi beberapa variabel dengan daya tahan kardiorespirasi 24 2. Hasil uji korelasi kebiasaan olahraga dengan massa otot 24

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aktivitas mahasiswa di suatu perguruan tinggi selain kuliah adalah melakukan pengembangan diri dalam suatu organisasi, salah satu contohnya yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). UKM adalah suatu wadah atau organisasi pengembangan diri, minat dan bakat bagi mahasiswa dalam berbagai bidang salah satunya olahraga sepakbola. UKM sepakbola mempunyai latihan rutin sehingga membiasakan anggotanya mempunyai kebiasaan olahraga yang baik.

Kebiasaan olahraga yang baik bermanfaat untuk masa sekarang dan akan datang. Manfaat dari kebiasaan olahraga adalah menjaga berat badan ideal (Aggel-Leijssen et al. 2001), meningkatkan densitas mineral tulang (Stear et al. 2003), mencegah penyakit kardiovaskuler (Hamer and Chida 2008) dan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi (Gutin et al. 2002) yang menjadi indikator kebugaran (Stevanie 2011). Kebiasaan olahraga yang rutin pada mahasiswa UKM sepakbola menuntut asupan gizi yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan gizi dan menyeimbangkan dengan aktivitas fisik.

Sepakbola adalah olahraga ketahanan karena berlangsung selama 90 menit, sehingga perlu diperhatikan kebutuhan gizi para pemainnya. Kebutuhan gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, serat, cairan dan asupan gizi mikro penting untuk menjaga kesehatan, adaptasi latihan dan stamina pemain (Penggalih dan Huriyati 2007). Stamina pemain dapat ditentukan dengan tingkat kebugarannya.

Seseorang dikategorikan memiliki derajat kebugaran yang baik apabila memiliki kemampuan untuk dapat melakukan pekerjaan sehari-hari secara efisien tanpa kelelahan yang berlebihan Derajat kesehatan dan kebugaran seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni pengaturan makanan, istirahat dan olahraga. Penataan pola makan yang baik merupakan bagian dari gaya dan perilaku hidup sehat untuk memperoleh derajat sehat dan bugar. Salah satu komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan adalah daya tahan kardiorespirasi (Irianto 2007).

Pangan sumber protein bermanfaat untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan sehingga mempengaruhi organ dan fungsi organ seperti jantung dan paru-paru untuk bekerja secara optimal. Protein juga berperan untuk transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan transportasi oksigen di dalam otot oleh mioglobin. Menurut Almatsier (2006), hemoglobin yang merupakan pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan karbondioksida adalah ikatan protein. Hal ini membuktikan begitu pentingnya peran protein dalam pola makan kaitannnya dengan fungsi kerja organ seperti paru-paru dan jantung sebagai otot yang memompa darah ke seluruh tubuh. Kerja kedua organ penting ini akan mempengaruhi status kebugaran seseorang.

(11)

bagaimana hubungan pola makan dan kebiasaan olahraga terhadap daya tahan kardiorespirasi yang merupakan salah satu indikator kebugaran pada mahasiswa yang biasa melakukan olahraga dalam kelompok UKM sepakbola dibandingkan dengan mahasiswa yang bukan merupakan kelompok UKM Sepakbola Institut Pertanian Bogor (IPB).

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Menganalisis hubungan asupan energi-protein dan kebiasaan olahraga dengan massa otot dan daya tahan kardiorespirasi mahasiswa kelompok UKM dan non-UKM Sepakbola IPB.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain:

1. Mengidentifikasi karakteristik subjek, meliputi umur, besar uang saku, status gizi, serta pengeluaran pangan dan non pangan.

2. Mengidentifikasi asupan energi dan protein subjek. 3. Menganalisis aktivitas fisik subjek.

4. Menganalisis kebiasaan olahraga (jenis olahraga, frekuensi dan durasi olahraga) subjek.

5. Mengukur massa otot dan daya tahan kardiorespirasi subjek.

6. Menganalisis hubungan antara asupan energi dan protein dengan massa otot dan daya tahan kardiorespirasi.

7. Menganalisis hubungan antara aktifitas fisik dengan daya tahan kardiorespirasi.

8. Menganalisis hubungan antara kebiasaan olahraga dengan massa otot dan daya tahan kardiorespirasi.

Manfaat Penelitian

(12)

Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan fisik dan proses pematangan fungsi-fungsi tubuh terjadi pada usia remaja dan dewasa awal. Maka dibutuhkan asupan zat gizi yang sesuai agar proses pertumbuhan berjalan dengan optimal. Setiap remaja akhir atau dewasa awal memiliki perbedaan pola konsumsi yang dipengaruhi karakteristik individu (usia, jenis kelamin, besar uang saku).

Pangan sumber protein bermanfaat untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan sehingga mempengaruhi organ dan fungsi organ seperti jantung dan paru-paru untuk bekerja secara optimal. Protein juga berperan untuk transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan transportasi oksigen di dalam otot oleh mioglobin (Almatsier 2006). Pola konsumsi pangan sumber protein secara tidak langsung berpengaruh terhadap pembentukan massa otot dan optimalnya kerja sistem kardiorespirasi.

Karakteristik seseorang juga mempengaruhi pola aktivitasnya sehari-hari. Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani atau kebugaran fisik disebut dengan olahraga. Olahraga dengan intensitas teratur berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan kardiorespirasi (Gutin et al. 2002) yang merupakan komponen penting kebugaran. Daya tahan otot akan bertambah pada orang yang melakukan olahraga, karena terjadi perbaikan sistem transportasi ke dan dari otot (Moeloek 1984).

(13)

Gambar 1 Kerangka pemikiran asupan energi dan kebiasaan olahraga kaitannya dengan massa otot dan daya tahan kardiorespirasi pada mahasiswa. Keterangan:

= variabel yang diteliti = hubungan yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti = hubungan yang tidak diteliti Karakteristik contoh:

BB dan TB Usia Status gizi Uang saku

Pengeluaran pangan Pengeluaran non-pangan

Konsumsi pangan

Asupan protein Asupan zat gizi lain

Kebiasaan Olahraga Jenis olahraga

Frekuensi olahraga Durasi olahraga

Daya tahan kardiorespirasi Kebugaran

Pola aktivitas

(14)

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian adalah cross sectional. Penelitian dilaksanakan di IPB. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2013.

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa laki-laki yang mengikuti UKM sepakbola IPB dan mahasiswa bukan kelompok UKM sepakbola. Cara pengambilan subjek dilakukan dengan purposive, berdasarkan kriteria subjek dalam keadaan sehat, bersedia menjadi subjek penelitian dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik, dan tidak memiliki riwayat penyakit kronik atau turunan (penyakit jantung, asma dll).

Jumlah seluruh anggota UKM sepakbola yaitu 30 orang. Subjek yang bersedia mengikuti penelitian dari kelompok UKM berjumlah 25 orang. Jumlah subjek kelompok non-UKM menyesuaikan dengan jumlah subjek kelompok UKM yaitu 25 orang. Jumlah seluruh subjek adalah 50 orang.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data dalam penelitian adalah data primer. Data primer meliputi karakteristik subjek, konsumsi pangan, massa otot, status gizi, kebiasaan olahraga aktivitas fisik, dan daya tahan kardiorespirasi. Jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara pengumpulan data

1 Karakteristik subjek 1. Usia dan jenis kelamin 2. Besar uang saku

3. Pengeluaran pangan dan non pangan

Wawancara terbuka menggunakan kuesioner

2 Konsumsi pangan 1. Jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi sehari

2. Asupan energi dan protein

Wawancara menggunakan kuesioner metode Recall 2 x 24 jam dipandu oleh peneliti. 3 Kebiasaan olahraga 1. Jenis olahraga

2. Frekuensi olahraga 3. Durasi atau lama olahraga

Wawancara menggunakan kuesioner

4 Massa otot tubuh 1. Lingkar lengan atas (LILA) 2. Tebal lipatan kulit tricep

Pengukuran dengan alat pita LILA dan skinfold caliper 6 Aktivitas fisik Aktivitas fisik hari kerja dan libur Wawancara menggunakan

kuesioner 7 Daya tahan

kardiorespirasi

(15)

Data karakteristik subjek diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Konsumsi pangan subjek diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner metode recall 2x24 jam dipandu oleh peneliti. Konsumsi pangan yang diambil adalah pada hari kerja dan hari libur. Kebiasaan olahraga subjek diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner meliputi jenis, frekuensi, dan durasi olahraga. Massa otot tubuh subjek diukur dengan mengkonversi panjang lingkar lengan atas dan tebal lipatan trisep. Lingkar lengan atas diukur menggunakan pita LILA, dan tebal lipatan kulit trisep menggunakan skinfold caliper. Aktivitas fisik subjek dimabil dua hari aktivitas yaitu pada hari kerja dan hari libur. Aktivitas fisik diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Daya tahan kardiorespirasi diukur dengan menggunakan metode tes Balke. Subjek yang akan dites diminta untuk menempuh jarak sejauh mungkin dalam waktu 15 menit, dengan cara berlari atau jalan, subjek tidak boleh berhenti diam atau istirahat di lintasan. Persiapan sebelum tes atau sehari sebelum tes yaitu subjek tidak boleh melakukan aktivitas fisik yang melelahkan, harus cukup tidur, makan teratur, tidak boleh minum kopi, coklat, minuman bersoda, makanan atau minuman yang mengandung antihistamin, diazepam seperti obat flu atau obat sakit badan (Budiman 2007).

Pada hari akan tes, persiapan yang dilakukan adalah tes dilakukan minimal dua jam setelah makan ringan atau empat jam setelah makan banyak, tidak boleh merokok, pakaian tidak ketat, cukup longgar, nyaman dipakai dan tidak mengganggu gerakan tubuh, untuk laki-laki memakai celana pendek (Budiman 2007). Prosedur tes Balke yaitu:

1. Subjek berlari mengelilingi lintasan selama 15 menit, secepat mungkin.

2. Subjek selama 15 menit itu tidak boleh berhenti, tetapi harus berlari atau jalan. 3. Ukur jarak yang ditempuh oleh subjek selama 15 menit itu, dari jarak itu dapat

dihitung berapa VO2 max nya dalam ml O2/kg BB/menit (Budiman 2007).

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning dan analisis. Proses editing adalah pemeriksaan seluruh kuesioner setelah data terkumpul. Coding adalah pemberian angka atau kode tertentu yang telah disepakati terhadap jawaban-jawaban pertanyaan. Entry adalah memasukkan data jawaban kuesioner sesuai kode. Cleaning yaitu melakukan pengecekan terhadap isian data yang diluar jawaban. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan gambar serta dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16 for Windows.

(16)

Data konsumsi pangan berupa jenis dan jumlah makanan dalam gram/URT diolah dengan menggunakan analisis konsumsi pangan. Angka kecukupan zat gizi yang digunakan mengacu pada angka kecukupan gizi yang dianjurkan menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII tahun 2004. Adapun rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi BDDj = % bahan makanan j yang dapat digunakan

(Sumber: Hardinsyah & Briawan 1994)

Pengukuran tingkat kecukupan energi dan protein merupakan tahap lanjutan dari perhitungan konsumsi pangan. Tingkat kecukupan merupakan persentase konsumsi aktual subjek dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan WNPG tahun 2004. Secara umum tingkat kecukupan zat gizi dapat dirumuskan sebagai berikut:

TKGi = (Ki/AKGi) x 100% Keterangan:

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i Ki = Konsumsi zat gizi i

AKG = Kecukupan zat gizi iyang dianjurkan (sumber: Hardinsyah & Briawan 1994)

Tabel 2Jenis variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian

No Variabel Kategori Acuan 3. Tinggi : > Rp 1.650.854

Berdasarkan

1. Rendah : < Rp 413.347,47

2. Sedang : Rp 413.347,47– Rp 913.052,52 3. Tinggi : > Rp 913.052,52

Berdasarkan

1. Rendah : < Rp 67.652,98

2. Sedang : Rp 67.652,98– Rp 474.387,01 3. Tinggi : > Rp 474.387,01

Berdasarkan

1. Defisit tingkat berat : <70% AKE 2. Defisit tingkat sedang : 70-79% AKE 3. Kurang : 80-89%AKE

4. Cukup : 90-119% AKE 5. Lebih : ≥120% AKE

(17)

Tabel 2 (lanjutan) Jenis variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian

6.

Tingkat Kecukupan Protein

1. Defisit tingkat berat : <70% AKP 2. Defisit tingkat sedang : 70-79% AKP 3. Kurang : 80-89%AKP

Data pengukuran massa otot tubuh diperoleh dari konversi Lingkar Lengan Atas (LILA) dan tebal lipatan kulit trisep dengan mengacu pada penelitian Gibson (2005), yaitu menggunakan rumus persamaan sebagai berikut:

cAMA =

massa otot = Tinggi Badan (cm) x [0,0264 + (0,029 x cAMA)] ket: cAMA = luas otot lengan atas terkoreksi

C1 = lingkar lengan atas, LILA (cm) TSK = tebal lipatan kulit trisep (cm)

π = 3,1416

Massa otot dikategorikan berdasarkan rata-rata dan standar deviasinya. Kategori massa otot dapat dilihat pada Tabel 2.

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) untuk setiap kegiatan ditunjukkan dalam Tabel 3. Nilai PAR diperlukan untuk menentukan tingkat aktivitas fisik. Tingkat aktivitas fisik (Physical Activity Level) diperoleh dengan mengalikan PAR dengan waktu (dalam jam) melakukan sebuah aktivitas (FAO/WHO/UNU 2001). Nilai PAL dilihat dari dua hari yaitu hari kerja dan hari libur. Secara sederhana, rumus untuk menghitung nilai PAL:

(18)

Tabel 3Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik

Aktivitas PAR

Tidur (tidur siang dan malam) 1

Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam, dan membaca 1.2

Duduk sambil menonton TV 1.72

Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias 1.5

Makan dan minum 1.6

Jalan santai 2.5

Berbelanja (membawa beban) 5

Mengendarai kendaraan 2.4

Menjaga anak 2,5

Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih) 2.75

Setrika pakaian (duduk) 1.7

Kegiatan berkebun 2.7

Office worker (duduk di depan meja, menulis, dan mengetik) 1.3 Office worker (berjalan-jalan mondar-mandir membawa arsip) 1.6

Olahraga (badminton) 4.85

Olahraga (jogging, lari jarak jauh) 6.5

Olahraga (bersepeda) 3.6

Olahraga (aerobic, berenang, sepakbola, dan lain-lain) 7.5

Sumber : FAO/WHO/UNU 2001 Keterangan: PAR = Physical Activity Ratio (faktor aktifitas)

Data tingkat kebugaran diperoleh dari pengukuran nilai VO2 max yang

diperoleh dari tes lari selama 15 menit kemudian dihitung seberapa jauh jarak tempuh subjek. Hasil perhitungan jarak tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan software perhitungan Tes Balke (Balke VO2 max calculator). Hasil

perhitungan jarak yang telah ditempuh subjek dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut.

Data yang terkumpul kemudian diananlisis secara deskriptif, uji beda dan uji korelasi. Data yang diolah secara deskriptif terdiri dari karakteristik subjek (usia, jenis kelamin, besar uang saku, berat badan, tinggi badan, dan status gizi), asupan zat gizi, kebiasaan olahraga, massa otot dan daya tahan kardiorespirasi.

Uji beda yang digunakan adalah uji beda Mann-Whitney. Uji beda dilakukan untuk menganalisis perbedaan variabel pada subjek kelompok UKM dan non-UKM. Uji korelasi yang dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman. Uji korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara asupan energi-protein dengan daya tahan kardiorespirasi serta untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan olahraga dengan massa otot dan daya tahan kardiorespirasi. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

(19)

Definisi Operasional

Subjek adalah mahasiswa IPB kelompok UKM dan non kelompok UKM sepakbola IPB.

UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) adalah suatu wadah atau organisasi pengembangan diri, minat dan bakat bagi mahasiswa dalam berbagai bidang.

Karakteristik subjek adalah kondisi subjek yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan sumber protein, meliputi umur, jenis kelamin, dan besar uang saku Status gizi adalah keadaan tubuh subjek yang ditentukan berdasarkan perhitungan

berat badan dalam satuan kilogram per tinggi badan dalam satuan meter (kg/m2) atau biasa disebut Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan mengacu pada WHO (2007).

Penilaian konsumsi pangan adalah menilai kualitas konsumsi makanan serta kandungan zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi oleh subjek dengan menggunakan metode food recall.

Kebutuhan zat gizi adalah kebutuhan zat gizi yang dianjurkan untuk dipenuhi oleh subjek berdasarkan Angka kecukupan Gizi dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004

Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani atau kebugaran fisik.

Kebiasaan olahraga adalah olahraga rutin yang dilakukan subjek yang dinilai dari jenis, frekuensi, dan durasi olahraga dalam satuan waktu tertentu. Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan tubuh subjek memakai oksigen

untuk memproduksi energi selama melakukan aktivitas tanpa menimbulkan rasa lelah.

Tes Balke adalah tes kebugaran untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi dengan cara subjek berlari atau berjalan tanpa berhenti atau beristirahat di tempat selama 15 menit mengelilingi lintasan.

VO2 max adalah volume maksimal oksigen yang diproses oleh tubuh manusia

pada saat melakukan kegiatan yang intensif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Subjek

(20)

Subjek berjumlah 50 mahasiswa IPB yang terdiri dari 25 orang kelompok UKM sepakbola dan 25 orang kelompok non-UKM. Umur minimum subjek adalah 17 tahun dan maksimumnya yaitu 24 tahun. Subjek di dua kelompok dominan pada rentang usia 18 sampai 22 tahun. Kelompok UKM (19.9 tahun) mempunyai umur rata-rata lebih muda dibanding kelompok non-UKM (21.6 tahun). Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara umur kelompok UKM dan non-UKM (p<0.05). sebaran karakteristik subjek dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4Sebaran karakteristik subjek berdasarkan kelompok

Variabel UKM Non-UKM

Rata-rata±SD (Rp) 1.132.000 ± 689.637 1.074.000 ± 368.024

Pengeluaran Pangan/bulan

Rendah (<Rp 413.347,47) 2 8 1 4

Sedang (Rp 413.347,47 - Rp 913.052,52) 21 84 24 96

Tinggi (>Rp 913.052,52) 2 8 0 0

Rata-rata±SD (Rp) 25 100 25 100

Rata-rata ± Standar deviasi 740.400 ± 297.930 686.000 ± 193.928 Pengeluaran Non Pangan/bulan

Rendah (< Rp 67.652,98) 0 0 0 0

Sedang (Rp 67.652,98 - Rp 474.387,01) 21 84 25 100

Tinggi (> Rp 474.387,01) 4 16 0 0

Total 25 100 25 100

Rata-rata±SD (Rp) 301.600 ± 251.788 240.440 ± 138.181

(21)

Status gizi subjek dominan pada status gizi normal, baik pada kelompok UKM (100%) dan non-UKM (78%). Hasil uji beda status gizi antara dua kelompok menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05).

Besar uang saku subjek perbulan paling kecil adalah Rp 400.000,- dan yang paling besar adalah Rp 3.500.000,-. Besar uang saku dikategorikan berdasarkan rata-rata dan standar deviasinya. Uang saku dari subjek dominan bersumber dari orang tua dan sebagian dari beasiswa.

Uang saku yang digunakan subjek dibagi menjadi dua jenis pengeluaran yaitu pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan. Uang saku lebih banyak dikeluarkan untuk pangan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata jumlah pengeluaran pangan yang lebih besar dibanding pengeluaran non pangan. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara dua kelompok baik pada variabel uang saku, pengeluaran pangan dan pengeluaran non-pangan (p>0.05) yang ketiganya masuk pada kategori sedang.

Asupan Energi dan Zat Gizi serta Tingkat Kecukupan

Bahan pangan yang telah dikonsumsi dan diserap dalam tubuh akan dicerna menjadi berbagai zat makanan atau zat gizi. Fungsi zat gizi tersebut antara lain yaitu sebagai sumber energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, mengatur metabolisme dan keseimbangan tubuh, serta berperan dalam sistem imun (Sediaoetama 2008). Kebutuhan energi dan zat gizi dipengaruhi oleh faktor, seperti umur, jenis kelamin, berat badan, dan aktivitas fisik. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan adalah taraf konsumsi zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. Asupan energi dan zat gizi pada kelompok UKM dan non-UKM dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Asupan energi dan zat gizi pada kelompok UKM dan non-UKM

(22)

non-UKM. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan signifikan pada dua kelompok terkait asupan energinya (p<0.05). Hal ini terjadi karena kelompok UKM lebih banyak mengkonsumsi jenis pangan salah satunya yaitu susu. Jenis pangan yang dikonsumsi juga terkait dengan uang saku yang dimilki subjek. Rata-rata uang saku dan pengeluaran pangan kelompok UKM lebih besar daripada kelompok non-UKM.

Rata-rata asupan zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, dan kalsium pada kelompok UKM lebih tinggi dibanding kelompok non-UKM. Uji beda pun menunjukkan bahwa asupan zat gizi kedua kelompok berbeda nyata (p<0.05). Hal ini terjadi diduga karena tingkat aktivitas UKM lebih tinggi sehingga konsumsi pangan pun menjadi tinggi. Menurut Irawan (2007) pada olahraga dengan intensitas moderat-tinggi seperti sepakbola, fungsi karbohidrat dan lemak sangat dibutuhkan sebagai sumber energi utama tubuh selama pertandingan. Proses pembakaran satu gram karbohidrat akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal sedangkan satu gram lemak menghasilkan energi sebesar 9 kkal.

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. FAO (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan per kilogram berat badan dalam 24 jam. Rata-rata tingkat aktifitas fisik subjek kelompok UKM dan non-UKM dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Rata-rata PAL (Physical Activity Level) kelompok UKM dan non-UKM

Kategori PAL UKM Non-UKM

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui rata-rata aktivitas fisik pada subjek kelompok UKM dan non-UKM. Kelompok UKM lebih dominan memiliki aktivitas fisik kategori sedang sebanyak 21 orang dengan persentase 84%. Kelompok non-UKM lebih dominan memiliki aktivitas fisik kategori ringan sebanyak 22 orang dengan persentase 88%. Hal ini diperkuat dengan hasil uji beda Mann-Whitney yang menunjukkan perbedaan nyata aktivitas fisik antara dua kelompok (p<0.05).

(23)

Kebiasaan Olahraga

Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup) (Watson 1992). Pola olahraga terdiri dari tiga hal yaitu frekuensi, intensitas, dan tempo. Frekuensi adalah berapa kali dalam seminggu kegiatan olahraga dilakukan agar memberi efek latihan bagi kesehatan. Intensitas menunjukkan berat beban latihan yang diberikan agar memberikan efek latihan tanpa membahayakan, sedangkan tempo mengandung arti jangka waktu atau lamanya latihan yang dilakukan agar memberikan manfaat (Kusmana 1997).

Kebiasaan olahraga dapat dilihat dari seberapa sering seseorang melakukan olahraga dalam periode waktu tertentu. Frekuensi olahraga pada penelitian ini diamati dalam periode waktu seminggu. Kelompok non-UKM sebanyak sembilan orang (36%) tidak melakukan olahraga dan hanya satu orang (4%) yang melakukan olahraga dalam kategori sering. Semua subjek pada kelompok UKM melakukan rutinitas olahraga minimal dua kali dalam setiap minggu yaitu pada hari Rabu dan Jumat. Hal ini terjadi karena anggota kelompok UKM melakukan latihan sepakbola rutin dua kali setiap minggu. Uji beda Mann-Whitney kebiasaan olahraga menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara dua kelompok (p<0.05).

Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan olahraga

Variabel UKM Non-UKM

Durasi Olahraga (jam per minggu)

<0.7 0 0 9 36

0.7-8.3 19 76 15 60

>8.3 6 24 1 4

Total 25 100 25 100

(24)

Sebaran kebiasaan olahraga subjek dapat dilihat pada Tabel 7. Jenis olahraga yang dilakukan kedua kelompok bervariasi. Jenis olahraga kelompok non-UKM yang paling banyak dilakukan adalah joging (24%). Olahraga jogging atau lari banyak digemari karena olahraga ini mudah dilakukan dan lebih murah. Subjek umumnya melakukan jogging di lingkungan kampus IPB pada hari libur. Manfaat olahraga jogging juga banyak untuk kesehatan seperti menjaga berat badan ideal (Aggel-Leijssen et al. 2001), meningkatkan densitas mineral tulang (Stear et al. 2003), dan mencegah penyakit kardiovaskuler (Hamer and Chida 2008).

Jenis olahraga kelompok UKM yang paling banyak dilakukan selain sepakbola yaitu futsal, basket dan badminton. Jenis olahraga yang paling banyak dilakukan adalah sepakbola dan futsal (64%). Hal inilah yang mendasari penentuan sepakbola sebagai kelompok subjek yang dipilih karena sepakbola merupakan salah satu olahraga paling digemari di masyarakat.

Durasi olahraga mengukur seberapa lama seseorang melakukan olahraga dalam satu waktu. Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan nyata durasi olahraga pada kedua kelompok (p<0.05). Hal ini dapat dilihat dari data diatas bahwa sebanyak 9 orang (36%) dari kelompok non-UKM durasi olahraganya <0.7 jam perminggu karena mereka tidak melakukan olahraga, sedangkan semua subjek dari kelompok UKM melakukan olahraga dengan durasi 0.7-8.3 jam perminggu (76%) dan >8.3 jam perminggu (24%).

Frekuensi olahraga yang baik adalah 3 sampai 4 kali perminggu dengan durasi 20-30 menit. Olahraga sebaiknya dimulai dengan pemanasan selama 3-5 menit dengan tujuan membantu melonggarkan kekakuan dengan meningkatkan aliran darah ke otot, meningkatkan denyut jantung secara bertahap sampai pada tahap inti. olahraga pun dianjurkan diakhiri dengan pendinginan dengan tujuan membantu darah agar tidak berkumpul di kaki dan dapat menghindari pusing dan kaku pada otot (Hasibuan 2010).

Massa Otot

Otot rangka dapat mengalami perubahan adaptif jangka panjang sesuai dengan aktivitasnya. Ada dua jenis perubahan yang bisa diinduksi di serat otot, yaitu perubahan dalam kapasitas sintesis ATP dan perubahan diameter otot. Latihan ketahanan akan meningkatkan potensi oksidatif otot, sedangkan latihan kekuatan meningkatkan diameter miofibrilar otot. Ukuran otot dapat diperbesar dengan latihan anaerob, durasi pendek, serta latihan kekuatan dengan intensitas tinggi seperti angkat beban. Ukuran otot yang besar dapat meningkatkan kekuatan yang besar untuk jangka pendek, tapi ketahanan tidak begitu meningkat (Wiarto 2013).

Tabel 8 Massa otot kelompok UKM dan non-UKM

Kategori UKM Non-UKM

(25)

Berdasarkan Tabel 8, massa otot kelompok UKM dan non-UKM dominan pada kategori sedang. Kelompok UKM sebanyak 60% masuk kategori sedang sedangkan non-UKM sebanyak 80% masuk kategori sedang. Rata-rata massa otot kedua kelompok hampir sama sekitar 28±3 kg.

Daya Tahan Kardiorespirasi

Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan fungsional organ paru dan jantung dalam mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu yang lama. Seseorang yang memiliki daya tahan kardiorespirasi yang baik tidak akan cepat lelah setelah melakukan serangkaian kegiatan. Kualitas daya tahan kardiorespirasi dinyatakan dengan VO2 max (Irianto 2001). VO2 max adalah volume maksimal

oksigen yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif (Wiarto 2013).

Daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM dominan pada kategori cukup (80%) sedangkan pada kelompok non-UKM kategori kurang (44%) dan cukup (48%) hampir sama jumlahnya. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan nyata daya tahan kardiorespirasi antara kelompok UKM dan non-UKM (p<0.05). Penelitian ini sejalan deangan penelitian yang dilakukan Adawiyah (2011) pada mahasiswa TPB IPB yang menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki nilai VO2 max dalam kategori cukup (52.4%) dan hanya sebagian kecil

(4.8%) dalam kategoti baik. Sebaran data daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM dan non-UKM dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM dan non-UKM

Kategori UKM Non-UKM

Rata-rata±SD 40.1±3.8 36.2±4.0

Rata-rata nilai VO2 max pada kelompok UKM 40,1 ml O2/kg BB/menit

Penelitian Penggalih dan Huriyati (2007) pada atlet sepakbola menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kapasitas VO2 max adalah

(26)

Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Daya Tahan Kardiorespirasi

Tingkat kecukupan energi dan protein subjek diduga berhubungan dengan daya tahan kardiorespirasi. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi dengan daya tahan kardiorespirasi (p<0.05). Hasil ini sejalan dengan penelitian Dewi (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara kecukupan energi siswa pusat pendidikan TNI terhadap daya tahan fisik yang diukur dengan nilai VO2

max. Penelitian Penggalih dan Huriyati (2007) juga menunjukkan bahwa asupan kalori rata-rata atlet sepakbola berhubungan positif dengan stamina atau daya tahan atlet. Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan daya tahan kardiorespirasi dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Hubungan antara tingkat kecukupan dengan daya tahan kardiorespirasi

Tingkat kecukupan

Subjek dengan daya tahan kardiorespirasi kategori baik memiliki tingkat kecukupan energi normal (75%). Sebagian besar dari semua subjek dengan tingkat kecukupan energi normal memiliki daya tahan kardiorespirasi cukup (45.4%), sedangkan pada tingkat kecukupan energi defisit berat memiliki daya tahan kardiorespirasi yang kurang (38.4%). Sebaran tingkat kecukupan protein subjek tidak jauh berbeda dengan tingkat kecukupan energi terhadap daya tahan kardiorespirasi. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 11.

.

(27)

Hasil uji hubungan Spearman menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan daya tahan kardiorespirasi (p<0.05). Protein berperan untuk transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan transportasi oksigen di dalam otot oleh mioglobin. Menurut Almatsier (2006), hemoglobin adalah ikatan protein yang merupakan pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan karbondioksida.

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Daya Tahan Kardiorespirasi

Aktivitas fisik seseorang diduga berpengaruh positif terhadap daya tahan kardiorespirasi. Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan daya tahan kardiorespirasi (p<0.05). Hasil ini sejalan dengan penelititan Gutin et al. (2005) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat aktivitas fisik dengan daya tahan kardiorespirasi. Hal ini berarti semakin aktif tingkat aktivitas seseorang semakin baik daya tahan kardiorespirasimya.

Sebaran aktifitas fisik subjek kaitannya dengan kategori daya tahan kardiorespirasi dapat dilihat pada Tabel 12. Subjek dominan memiliki aktifitas fisik pada kategori sedang dengan daya tahan kardiorespirasinya pada kategori cukup (60.6%). Menurut penelitian Penggalih dan Huriyati (2007) pada atlet sepakbola yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas VO2 max adalah

aktivitas fisik. Rendahnya tingkat aktifitas fisik dan daya tahan kardiorespirasi merupakan salah satu penyebab terjadinya metabolik sindrom (Ekelund et al. 2009).

Tabel 12 Hubungan antara aktivitas dengan daya tahan kardiorespirasi

Aktivitas fisik Daya tahan kardiorespirasi (VO2Max)

Kurang Cukup Baik

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi

Kebiasaan olahraga diduga berpengaruh positif dengan daya tahan kardiorespirasi. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan kebiasaan olahraga yang dinilai dari frekuensi perminggu berhubungan nyata terhadap daya tahan kardiorespirasi (p<0.05). Hasil ini sejalan dengan penilitian Cox et al. (2004) yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan daya tahan kardiorespirasi pada kelompok laki-laki dewasa yang melakukan latihan rutin dengan kelompok kontrol. Hal ini berarti semakin seseorang rutin berolahraga maka daya tahan kardiorespirasinya akan semakin baik.

(28)

kardiorespirasi yang baik memiliki kebiasaan olahraga dengan frekuensi minimal satu sampai tiga kali dalam seminggu. Sebagian besar subjek memiliki daya tahan kardiorespirasi kategori cukup dengan frekuensi olahraga 1-3 kali perminggu.

Tabel 13 Hubungan antara kebiasaan olahraga (frekuensi) dengan daya tahan kardiorespirasi

Kebiasaan olahraga selain dilihat dari frekuensinya, juga dapat dilihat dari durasi atau seberapa lama waktu yang dibutuhkan dalam satu kali olahraga (Kusmana 1997). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara durasi olahraga dengan daya tahan kardiorespirasi (p<0.05). Sebaran subjek berdasarkan durasi olahraga terhadap daya tahan kardiorespirasi dapat dilihat pada Tabel 14. Subjek dominan melakukan durasi olahraga selama lebih dari 8,3 jam perminggu dan memiliki daya tahan kardiorespirasi kategori cukup.

Menurut Guyton dan Hall (2008), aktifitas fisik yang berat seperti olahraga akan meningkatkan aliran darah ke paru-paru dan ventilasi, kapasitas difusi oksigen meningkat pada pria dewasa muda sampai maksimum. Meningkatnya oksigen yang dihirup sebanding dengan latihan atau kerja yang dilakukan secara maksimal. Menurut Wiarto (2013) aktifitas olahraga yang dilakukan secara rutin dapat memanfaatkan oksigen yang berguna untuk memperkuat otot jantung sehingga dapat memompa darah lebih banyak ke seluruh tubuh, memperlebar pembuluh nadi sehingga kapasitas pengangkutan oksigen darah menjadi meningkat, dan dapat meningkatkan jumlah sel darah merah sehingga kapasitas pengangkutan oksigen darah untuk menghasilkan energi menjadi meningkat.

(29)

Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Massa Otot

Tingkat kecukupan energi dan protein subjek diduga berhubungan dengan massa otot. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara tingkat kecukupan energi dengan massa otot (p>0.05). Hasil ini tidak sejalan dengan penelititan Kerksick et al. (2006). Tingkat kecukupan energi dan protein yang defisit akan menyebabkan penurunan massa otot. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi otot dan performa fisik seseorang (Carbone et al. 2012). Namun suplementasi protein menunjukkan hasil yang tidak signifikan peningkatan dengan massa otot seseorang (Bird et al. 2006). Oleh karena itu untuk memenuhi kecukupan energi dan protein lebih baik dengan makan makanan daripada dengan suplemen.

Sebaran subjek dengan tingkat kecukupan energi dan massa otot dapat dilihat pada Tabel 15. Subjek dengan tingkat kecukupan defisit berat dominan memiliki massa otot kategori rendah (37.5%). Sebagian besar subjek memiliki massa otot kategori sedang dengan tingkat kecukupan energi normal (40.0%).

Tabel 15 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan massa otot

Tingkat kecukupan

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Massa Otot

Kebiasaan olahraga diduga dapat mempengaruhi massa otot seseorang. Subjek dengan kebiasaan olahraga lebih dari tiga kali seminggu memiliki massa otot paling banyak pada kategori sedang (33.3%). Subjek dominan memiliki massa otot kategori sedang dengan frekuensi olahraga satu sampai tiga kali perminggu (Tabel 16). Hasil uji korelasi Spearman antara massa otot tubuh dengan kebiasaan olahraga menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0.05). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Krustrup et al. (2008).

Tabel 16 Hubungan antara kebiasaan olahraga (frekuensi) dengan massa otot

(30)

Hasil uji korelasi kebiasaan olahraga dengan massa otot tubuh tidak signifikan diduga karena adaptasi otot pada subjek dengan frekuensi olahraga lebih dari tiga kali perminggu adalah adaptasi latihan ketahanan. Menurut Wiarto (2013) adaptasi otot ada dua sesuai dengan jenis latihan, latihan ketahanan akan meningkatkan oksidatif otot, sedangkan latihan kekuatan meningkatkan diameter otot. Hal ini menunjukkan bahwa massa otot tergantung dari jenis latihan atau olahraga yang dilakukan.

Jenis olahraga yang sering dilakukan subjek dengan frekuensi lebih dari tiga kali perminggu adalah sepakbola dan futsal yang merupakan jenis olahraga atau latihan ketahanan. Menurut Wiarto (2013), jenis olahraga yang berpengaruh terhadap massa otot adalah olahraga kekuatan, contohnya seperti angkat besi. Hal ini sejalan seperti penelitian Hulmi et al. (2009) dimana subjek yang melakukan latihan angkat beban dua kali seminggu selama 21 minggu mengalami peningkatan massa otot.

Ukuran otot dapat diperbesar dengan latihan anaerob, durasi pendek serta latihan kekuatan dengan intensitas tinggi. Pembesaran massa otot ini akibat peningkatan jumlah filamen aktin dan filamen miosin dalam setiap serat otot. Hal ini terjadi karena respon terhadap kontraksi otot yang berlangsung pada kekuatan yang maksimal (Wiarto 2013).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi kelompok UKM lebih baik dibanding dengan kelompok non-UKM. Aktivitas fisik kelompok UKM dominan masuk kategori sedang sedangkan kelompok non-UKM sebagian besar masuk kategori ringan. Kelompok UKM lebih aktif karena lebih banyak melakukan olahraga rutin setiap minggu.

Kebiasaan olahraga kelompok UKM sebagian besar (64%) melakukan olahraga rutin 3-4 kali setiap minggu dengan durasi 1-2 jam. Jenis olahraga yang sering dilakukan kelompok UKM selain sepakbola adalah futsal (64%). Kebiasaan olahraga kelompok non-UKM bervariasi mulai dari yang tidak melakukan olahraga (36%) sampai yang melakukan empat kali setiap minggu (4%) dengan dan hanya satu orang yang memiliki massa otot kurang (1%).

(31)

Daya tahan kardiorespirasi kelompok non-UKM sebagian besar masuk dalam kategori kurang (44%) dan sedang (48%).

Hasil uji korelasi Spearman antara kebiasaan olahraga (frekuensi dan durasi), aktivitas fisik, dan tingkat kecukupan energy protein dengan daya tahan kardiorespirasi menunjukkan hubungan positif (r≥0.00). yang signifikan (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kebiasaan olahraga dan tingkat kecukupannya maka semaik baik pula daya tahan kardiorespirasinya.

Hasil uji korelasi Spearman antara asupan energi-protein kebiasaan olahraga dengan massa otot tubuh menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kebiasaan olahraga belum tentu massa ototnya lebih baik.

Saran

Perlunya diadakan latihan fisik pada menu latihan rutin kelompok UKM dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kardiorespirasi dan kebugaran setiap anggotanya. Hal ini dapat menunjang performa saat pertandingan sehingga dapat meningkatkan prestasi dalam bidang sepakbola.

Kebiasaan olahraga dan asupan energi dan zat gizi mahasiswa harus diperhatikan supaya memiliki status gizi yang normal dan tingkat kebugaran yang baik. Oleh karena itu, penelitian lain diperlukan terutama di bidang gizi olahraga untuk mengetahui pengaruh kebugaran terhadap kesehatan dan prestasi akademik mahasiswa.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Grasmedia Pustaka. Aggel-Leijssen DPC, Saris WHM, Hul GB, Baak MA. 2001. Short-Term Effects

of Weight Loss With or Without Low-Intensity Exercise Training on Fat Metabolism in Obese Men. Am J Clin Nutr 73: 523-531.

Bird SP, Tarpenning KM, Marino FE. 2006. Independent and combined effects of liquid carbohydrate/essential amino acid ingestion on hormonal and muscular adaptations following resistance training in untrained men. Eur J Appl Physiol 2006; (97):225–38.

Budiman. 2007. Perbandingan Tes Lari 12 Menit Cooper dengan Tes Ergometer Sepeda Astrand. Jurnal Kesehatan Masyarakat 7(1), 91-94.

Byars A, Greenwood M, Greenwood L, and Simpson WK. 2006. The Effectiveness of a Pre-Exercise Performance Drink (PRX) on Indices of Maximal Cardiorespiratory Fitness. Journal of the Society of Sport Nutrition. 3(1): 56-59.

Carbone WJ. McClung JP, and Pasiakos SM. 2012. Skeletal Muscle Responses to Negative Energy Balance: Effects of Dietary Protein. J Adv. Nutr. 3: 119– 126.

Cox KL, Burke V, Morton AR, Beilin LJ, dan Puddey IB. 2004. Independent and Additive Effects of Energy Restriction and Exercise on Glucose and Insulin Concentrations in Sedentary Overweight Men. Am J Clin Nutr 80: 308 –316.

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta (ID): Depkes RI.

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga Untuk Prestasi.

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani.

Dewi K. 2013. Hubungan antara Konsumsi Air, Asupan Energi dan Protein dengan Daya Tahan Fisik pada Siswa Pusat Pendidikan TNI [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, IPB.

Ekelund U, Anderssen S, Andersen LB, Riddoch CJ, Sardinha LB, Luan J, Froberg K, and Brage S. 2009. Prevalence and correlates of the metabolic syndrome in a population-based sample of European youth. Am J Clin Nutr 2009 (89):90–96.

[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series. 2001. Human Energy Requirements. Rome: FAO/WHO/UNU.

(33)

Gutin B, Barbeau P, Owens S, Lemmon C, Bauman M, Allison J, Kang HS, Litaker MS. 2002. Effects of Exercise Intensity on Cardiovascular Fitness, Total Body Composition, and Visceral Adiposity of Obese Adolescents. Am J Clin Nutr 75: 818-826.

Gutin B, Yin Z, Humphries MC, Barbeau P. 2005. Relations of moderate and vigorous physical activity to fitness and fatness in adolescents. Am J Clin Nutr 81: 746-750.

Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Hamer M, Chida Y. 2008. Walking and primary prevention: a meta-analysis of prospective cohort studies.Br J Sports Med 2008; 42:238–243.

Hardinsyah, Tambunan V. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Serat Makanan. Jakarta: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII. _______, Briawan D. 1994. Penilaian dan perencanaan asupan pangan.Bogor:

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[IOM] Institute of Medicine. (2005). Dietary Reference Intake for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids. A Report of the Panel on Macronutrients, Subcommittees on Upper Reference Levels of Nutrients and Interpretation and Uses of Dietary Reference Intakes, and the Standing Committee on the Scientific Evaluation of Dietary Reference Intakes. National Academies Press, Washington, DC. Hasibuan R. 2010. Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif.

Jurnal Ilmu Keolahragaan. Vol. 8 (2): 78-93.

Hoeger WWK, Hoeger SA. 2005. Lifetime Physical Fitness and Wellness, a Personalized Program. Ed ke-5. USA: Thomson Wadsworth.

Hulmi JJ, Kovanen V, Selänne H, Kraemer WJ, Häkkinen K, Mero AA. 2009. Acute and long-term effects of resistance exercise with or without protein ingestion on muscle hypertrophy and gene expression. Amino Acids 2009 Jul;37(2):297-308.

Irawan A. 2007. Nutrisi, Energi dan Performa Olahraga. Polton Sport Science dan Perfomance Lab. Vol 01: 04 (1-12).

Irianto DP. 2001. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Kerksick CM, Rasmussen CJ, Lancaster SL, Magu B, Smith P, Melton C, Greenwood M, Almada AL, Earnest CP, Kreider RB. 2006. The effects of protein and amino acid supplementation on performance and training adaptations during ten weeks of resistance training. J Strength Cond Res 2006 (20):643–53.

Khomsan A. 2005. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan 2. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

(34)

Kusharisupeni. 2007. Konsumsi kalsium pada remaja. Di dalam: Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Kusmana D. 1997. Olahraga bagi Kesehatan Jantung. Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Krustrup P, Nielsen JJ, Krustrup BR, Christensen JF, Pedersen H, Randers MB, Aagaard P, Petersen AM, Nybo L, and Bangsbo J. 2009. Recreational Soccer is an Effective Health-Promoting Activity for Untrained Men. Br J Sports Med. 2009 11: 825-831.

[LIPI]. 1998. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta: LIPI.

McMillan K, Helgerud J, Macdonald R, and Hoff J. 2005. Physiological Adaptations to Soccer Specific Endurance Training in Professional Youth Soccer Players. Br J Sports Med. 2005 39: 273-277.

Mackenzie. 1997. The Balke VO2 max Tes. www.brianmac.co.uk [29 Agustus

2013]

Moeloek D, Tjokronegoro A. 1984. Kesehatan dan Olahraga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Mutohir TC, Maksum A. 2007. Sport Development Index. Jakarta: Index.

Penggalih MH dan Huriyati E. 2007. Gaya Hidup, Status Gizi, dan Stamina Atlet pada Klub Sepakbola. Berita Kedokteran Mayarakat. Vol. 23(4) hal 192-199.

[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2010. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes Republik Indonesia.

Sediaoetama. 2008. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.

Stear JS, Prentice A, Jones SC, Cole TJ. 2003. Effect of a Calcium and Exercise Intervention on The Bone Mineral Status of 16–18-y-old Adolescent Girls. Am J Clin Nutr. 77: 985-992.

Stevanie N. 2011. Hubungan Kebiasaan Sarapan dan Olahraga terhadap Daya Tahan Paru-Jantung pada Anak Sekolah Dasar Kebon Kopi 2 Bogor [skripsi]. Bogor: Depatemen Gizi Masyarakat, IPB.

Wiarto G. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu. [WHO]. 2010. Physical Activity. Geneva.

Watson, A.S. 1992. Children In Sport, dalam Textbook Of Science And Medicine In Sport Edited by J. Bloomfield, P.A Fricker and K.D. Fuch : Blackwell Scientific Publication.

(35)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil uji korelasi beberapa variabel dengan daya tahan kardiorespirasi Variabel Keterangan Daya Tahan Kardiorespirasi Asupan Energi Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) N

0.003 0.415 50 Asupan Protein Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) N

0.009 0.365 50 Aktivitas fisik Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) N

0.004 0.403 50 Frekuensi Olahraga Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) N

0.004 0.395 50 Durasi Olahraga Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) N

0.010 0.361 50 Lampiran 2 Hasil uji korelasi antara kebiasaan olahraga dengan massa otot

Variabel Keterangan Massa otot

Kebiasaan olahraga Koefisien korelasi Taraf nyata (0.05) N

(36)

Lampiran 3 Kuesioner penelitian

ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN

OLAHRAGA KAITANNYA DENGAN MASSSA OTOT DAN

DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA

UKM DAN NON-UKM SEPAKBOLA

Kode responden : A. Halaman Muka

1. Nama Lengkap :

2. Jenis kelamin :

3. Jurusan /NIM :

4. Umur :

5. No. Telp/HP :

6. Tempat tinggal :

7. Tempat, Tanggal Lahir :

8. Data Antropometri

a) BB :

b) TB :

9. Besarnya uang jajan/bulan : 10.Sumber pendapatan/bulan

a) Orang tua / keluarga, besarnya : b) Beasiswa, besarnya : c) Lainnya (sebutkan) :

11.Pendidikan orang tua :

12.Pengeluaran biaya pangan/bulan : 13.Pengeluaran biaya non pangan/bulan : 14.Pengukuran tes lari *

Jarak yang ditempuh selama 15 menit : 15.Pengukuran massa otot*

(37)

B. Data Konsumsi Pangan

FOOD RECALL 2 x 24 JAM Hari biasa

Waktu Nama

makanan

Jenis bahan makanan

URT gram Keterangan Makan Pagi

Selingan

Makan siang

Selingan

(38)

Hari libur

Waktu Nama

makanan

Jenis bahan makanan

URT gram Keterangan Makan pagi

Selingan

Makan siang

Selingan

(39)

C. Aktivitasfisik (Hari biasa)

Waktu Jenis Aktivitas Lama (menit)

(40)

D. Aktivitasfisik (Hari libur)

Waktu Jenis Aktivitas Lama (menit)

(41)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran asupan energi dan kebiasaan olahraga kaitannya
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 2 Jenis variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian
Tabel 3 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk membuat ayam kremes Ala KFC sobat bisa mendapatkan bahan-bahan yang sangat mudah, sobat bisa membeli dari pasar – pasar tradisional atau tukang sayur keliling

Tujuan dari penelian ini adalah untuk mengkaji pengaruh ekstrak buah nanas dalam pakan buatan terhadap tingkat pemanfaatan protein pakan, dan pertumbuhan ikan mas,

hasil penelitian ini berupa aplikasi terapi mata berbasis android.. Hasil dari penelitian ini adalah di dapat dari hasil kuesioner

Fungsi ini baru bisa dijalankan, ketika tombol kiri dan kanan mouse dilepaskan (setelah ditekan), sementara pointer mouse tetap berada di atas elemen HTML yang sudah di seleksi

donor ikatan hidrogen yang digunakan menjadi pelarut dalam pemurnian biodiesel.

Pengertian zakat secara syar'i adalah “Sejumlah harta tertentu (jenisnya) yang diwajibkan Allah untuk dikeluarkan kepada golongan tertentu dengan nilai dan ukuran tertentu

Produktivitas pada beberapa parameter menunjukkan bahwa sumber daya ikan sidat di Sungai Cimandiri memiliki kategori produktivitas rendah, di antaranya laju

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang dimaksud dengan badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang