(Studi Komparatif Terhadap Ikhwanul Muslimin Di Mesir Tahun 1928-1949 Dengan Partai Keadilan Sejahtera Di Indonesia Tahun 1998-2009)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah
RAHMAN NURDIN SALEH NIM 1000422
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh
RAHMAN NURDIN SALEH
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Rahman Nurdin Saleh 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Dengan Partai Keadilan Sejahtera Di Indonesia Tahun 1998-2009
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING : Pembimbing I
Drs. Suwirta, M.Hum NIP. 19621009 199001 1 001
Pembimbing II
Moch. Eryk Kamsori, S.Pd NIP. 19690430 199802 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI
Islam yang berkembang di tempat dan waktu yang berbeda. Masalah utama yang
dibahas adalah “bagaimana arah politik gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir dengan Partai Keadilan Sejahtera di Indonesia?”. Penulis memfokuskan kajian Ikhwanul Muslimin dari tahun 1928 ketika gerakan ini berdiri sampai tahun 1949 ketika tokoh utama gerakan ini (Syeikh Hasan Al-Banna) wafat. Sedangkan untuk PKS penulis memfokuskan kajiannya dari tahun 1998 ketika didirikannya Partai Keadilan (cikal bakal PKS) hingga tahun 2009 ketika partai ini menjadi salah satu partai yang bersinar di panggung politik Indonesia. Masalah utama tersebut dibagi menjadi tiga pertanyaan penelitian, (1) Bagaimana latar belakang pendirian Ikhwanul Muslimin di Mesir tahun 1928-1949 dan Partai Keadilan Sejahtera tahun 1998-2009?; (2) bagaimana pengaruh pemikiran Ikhwanul Muslimin Mesir tahun 1928-1949 terhadap Partai Keadilan Sejahtera tahun 1998-2009 dalam bidang politik; dan (3) bagaimana persamaan dan perbedaan pemikiran politik antara Ikhwanul Muslimin Mesir tahun 1928-1949 dengan Partai Keadilan Sejahtera tahun 1998-2009. Tujuan penelitian ini untuk memperbaiki pemahaman tentang gerakan Islam khususnya Ikhwanul Muslimin di Mesir tahun 1928-1949 dan Partai Keadilan Sejahtera di Indonesia tahun 1998-2009. Metode yang digunakan adalah metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sedangkan untuk pengumpulan data penulis melakukan teknik studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa Ikhwanul Muslimin di Mesir merupakan salah satu gerakan yang berpengaruh besar di dunia Islam. Pengaruhnya kian terasa hingga ke Indonesia. Kemunculan Gerakan Tarbiyah yang kemudian bermetamorfosis menjadi Partai Keadilan tahun 1998 dan menjadi Partai Keadilan Sejahtera tahun 2003 tidak dapat dipisahkan dari pengaruh Ikhwanul Muslimin Mesir terutama dalam hal pemikiran politik. Pengaruh pemikiran politik Ikhwanul Muslimin terhadap Partai Keadilan Sejahtera ini dapat dilihat dari pemikiran mengenai hubungan Islam dan politik, pemikiran mengenai keterkaitan politik dengan dakwah, dan pemikiran mengenai perbaikan. Meskipun demikian, tidak dapat disimpulkan bahwa Ikhwanul Muslimin di Mesir tahun 1928-1949 dengan Partai Keadilan Sejahtera di Indonesia tahun 1998-2009 adalah gerakan dengan pemikiran yang sama atau serupa. Kedua gerakan tersebut tetaplah dua gerakan yang berbeda. Mengenai persamaan dan perbedaannya, dapat ditelusuri dari cara Ikhwanul Muslimin dan Partai Keadilan Sejahtera dalam memandang nasionalisme, demokrasi, negara Islam dan Khilafah. Jika Ikhwanul Muslimin Mesir menjadikan dasar-dasar pemikiran ideologisnya sebagai acuan gerakannya, maka Partai Keadilan Sejahtera di Indonesia mencoba untuk merekonstruksikan kembali pemikiran ideologis yang diadopsi dari Ikhwanul Muslimin agar sesuai dengan situasi dan kondisi di Indonesia.
flourished in places and at different times. The main issue discussed is “how the political direction of Egypt's Muslim Brotherhood movement with Prosperous
Justice Party in Indonesia?” The main problem is divided into three research
questions, (1) how the background of the establishment and development of the Muslim Brotherhood in Egypt in 1928-1949 and Prosperous Justice Party in
1998-2009, (2) how the influence of the Egypt’s Muslim Brotherhood ideas in 1928 -1949 toward Prosperous Justice Party in 1998-2009 in the field of politics, and (3) how the similarities and differences between the political thought of the Muslim Brotherhood of Egypt in 1928-1949 with the Prosperous Justice Party in 1998-2009. The purpose of this research is to improve the understanding of Islamic movement, especially the Muslim Brotherhood movement in Egypt in 1928-1949 and Prosperous Justice Party in Indonesia in 1998-2009. The method used is the historical method with conducting four steps, namely heuristic research, criticism, interpretation and historiography. Whereas the data collection, author conducted a literature study technique. Based on the results of this study can be explained that the Muslim Brotherhood in Egypt is one of the major influential movement in the Islamic world. Its influence increasingly felt in Indonesia. The emergence of Tarbiyah Movement which later metamorphosed into the Justice Party in 1998 and
became Prosperous Justice Party 2003 can’t be separated from the influence of the
Egyptian Muslim Brotherhood, especially in terms of political thought. The influence of the Muslim Brotherhood's political thought Prosperous Justice Party can be seen from thinking about the relationship between Islam and politics, thinking about political linkages with religious proselytizing, and thought about improvements. Nevertheless, it can’t be concluded that the Muslim Brotherhood in Egypt in 1928-1949 with Prosperous Justice Party in Indonesia in 1998-2009 is a movement with the same or similar ideas. Both movements remain two different movements. The similarities and differences can be traced from the way of the Muslim Brotherhood and Prosperous Justice Party in view of nationalism, democracy, Islam and the Khilafah state. If the Muslim Brotherhood of Egypt make the premises as a reference ideological movement, the Prosperous Justice Party in Indonesia trying to reconstruct the ideological thinking of the Muslim Brotherhood in order to be adopted in accordance with the circumstances in Indonesia. It resulted in differences in the political direction of both Islamic movements.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Metode Penelitian dan Teknik Penelitian ... 9
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
A. Politik Dalam Pandangan Islam ... 13
B. Relasi Islam dengan Negara ... 18
C. Konsep Tarbiyah ... 28
D. Penelitian Terdahulu ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
A. Metode Penelitian dan Teknik Penelitian ... 40
1. Metode Penelitian ... 40
2. Teknik Penelitian ... 44
B. Persiapan Penelitian ... 45
1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 45
2. Penyusunan Rancangan Penelitian ... 46
3. Pengurusan Perizinan ... 47
4. Persiapan Perlengkapan Penelitian ... 47
5. Proses Bimbingan ... 48
6. Pelaksanaan Penelitian ... 49
a. Heuristik ... 49
1) Kritik Eksternal ... 52
2) Kritik Internal ... 53
c. Interpretasi ... 54
d. Historiografi ... 55
BAB IV STUDI KOMPARATIF TERHADAP IKHWANUL MUSLIMIN DI MESIR TAHUN 1928-1949 DENGAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DI INDONESIA TAHUN 1998-2009 ... 56
A. Latar Belakang dan Perkembangan Ikhwanul Muslimin Di Mesir Tahun 1928-1949 ... 56
1. Kondisi Sosial-Politik Mesir Menjelang Lahirnya Ikhwanul Muslimin ... 56
2. Hasan Al-Banna dan Lahirnya Ikhwanul Muslimin ... 57
3. Perkembangan Ikhwanul Muslimin Mesir 1928-1949 ... 60
B. Latar Belakang dan Perkembangan Partai Keadilan Sejahtera Di Indonesia Tahun 1998-2009 ... 67
1. Kondisi Sosial-Politik Indonesia Menjelang Lahirnya Partai Keadilan Sejahtera ... 67
2. Abu Ridho dan Berkembangnya Gerakan Tarbiyah (Masa Pembentukan Kader Dakwah Ideologis) ... 69
3. Reformasi dan Lahirnya Partai Keadilan ... 73
4. Pendirian dan Perkembangan Partai Keadilan Sejahtera ... 75
C. Pengaruh Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin Mesir Tahun 1928-1949 Terhadap Partai Keadilan Sejahtera Di Indonesia Tahun 1998-2009 ... 79
1. Pemikiran Mengenai Hubungan Islam dan Politik ... 81
2. Pemikiran Mengenai Keterkaitan Politik dengan Dakwah ... 84
3. Pemikiran Mengenai Perbaikan (Ishlah) ... 87
D. Persamaan dan Perbedaan Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin Mesir 1928-1949 dengan Partai Keadilan Sejahtera 1998-2009 ... 89
1. Pemikiran Tentang Nasionalisme ... 89
2. Pemikiran Tentang Demokrasi ... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 112
A. Kesimpulan ... 112
B. Saran ... 116
DAFTAR PUSTAKA ... 118 LAMPIRAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada abad ke-19, dunia Islam mengalami kemunduran yang amat pesat.
Banyak wilayah Kaum Muslimin yang menjadi jajahan Barat. Turki Utsmani
yang merupakan representasi Kekhalifahan Islam saat itu pun mengalami hal yang
sama. Turki Utsmani banyak kehilangan wilayah-wilayah kekuasaannya terutama
di daerah Balkan. Turki Utsmani pun harus menghadapi banyaknya
pemberontakan serta kekalahan perang melawan negara-negara Barat.
Kemunduran ini membuat Turki Utsmani dijuluki sebagai The Sick Man atau “orang sakit” (Soebantardjo, 1958, hlm. 207).
Selanjutnya pada tanggal 3 Maret 1924 Turki Utsmani dihapuskan oleh
Mustafa Kemal Pasha. Penghapusan Turki Utsmani ini merupakan pukulan telak
bagi dunia Islam. Tetapi hal tersebut bukan berarti usaha-usaha menyatukan
kembali Kaum Muslimin terhenti sampai disitu. Raja Husein yang merupakan
penguasa Hijaz mulai melakukan aksinya. Ia berusaha menegakkan kembali
Kekhalifahan Islam dengan pusatnya di Mekkah pada 5 Maret 1924 (Suryanegara,
2010, hlm. 252). Raja Husein menuntut wilayah-wilayah yang sebelumnya
dikuasai oleh Turki Utsmani untuk menjadi wilayah Kekhalifahan yang akan
dibentuknya. Namun Raja Husein ini gagal dalam usahanya karena diperangi oleh
penguasa wilayah Nejd, Abdul Aziz bin Saud yang bekerja sama dengan Inggris.
Kaum Muslimin berpikir untuk merespon kemunduran tersebut sehingga
banyak melahirkan apa yang disebut oleh Will Durant dan Ariel Durant (dalam
Ash-Shalabi, 2011, hlm. x) sebagai sosok-sosok kreatif yang mampu
mengembangkan energi positif dan potensi inti. Sosok-sosok kreatif tersebut
kemudian membentuk berbagai macam organisasi atau gerakan Islam. Munculnya
...berbagai upaya kebangkitan terus dilakukan. Berbagai daya-upaya juga telah dikerahkan untuk mengubah dan memperbaiki realita tersebut. Untuk itu, telah berdiri bermacam lembaga, harakah (gerakan), kelompok, organisasi, yayasan dan partai.
Setiap gerakan Islam memiliki pemikiran dan metode tersendiri yang
membedakannya dengan gerakan Islam yang lainnya. Diantara gerakan Islam
tersebut ada yang menyerukan perbaikan akhlak, ada yang menyerukan
nasionalisme, ada yang bergabung dengan pemerintahan dan menyerukan
perubahan dari dalam, ada yang menyerukan jihad untuk melakukan perubahan
dan melawan negara-negara imperialis, ada yang menyerukan perubahan sistem
secara menyeluruh, ada yang menyerukan persatuan Islam dengan penegakkan
kembali Kekhilafahan dan lain sebagainya.
Salah satu gerakan Islam yang paling berpengaruh di dunia pada abad ke-20
adalah gerakan Ikhwanul Muslimin (IM). Ikhwanul Muslimin didirikan di Kota
Ismailiyah, Mesir pada tahun 1928 oleh Syaikh Hasan Ahmad ‘Abd ar-Rahman
al-Banna. Ikhwanul Muslimin adalah salah satu jamaah dari umat Islam,
mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah naungan
Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw, dan diserukan oleh
para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan yang bersih
menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal
dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan
politik. Islam menurut pemahaman Al-Ikhwanul Muslimun adalah sistem yang
mengatur segala urusan kehidupan berbangsa dan bernegara, mengatur hajat hidup
manusia sepanjang masa, waktu dan tempat. Islam lebih sempurna dan lebih
mulia dibanding perhiasan kehidupan dunia, khususnya pada masalah duniawi,
karena Islam meletakkan kaidah-kaidah secara sempurna pada setiap bagiannya,
memberikan petunjuk ke jalan yang lurus dijadikan sebagai manhajul hayat (life
style), dipraktekkan dan selalu berada di atas relnya
(http://www.al-ikhwan.net/al-ikhwan/, Diakses 20 September 2014).
Ikhwanul Muslimin memiliki sejumlah besar pengikut pada akhir Perang
2003, hlm. 309). Menurut Za’rur (2012, hlm. 124) Ikhwanul Muslimin merupakan gerakan Islam yang paling besar dilihat dari jumlah pengikut
sebagaimana dikemukakannya bahwa:
Jamaah Ikhwanul Muslimin termasuk gerakan yang paling besar dilihat dari jumlah pengikut. Jamaah ini telah mengumpulkan banyak ulama, fuqaha, dan para pemuda Kaum Muslim. Jamaah ini tumbuh secara cepat di Mesir dan akhirnya memiliki pengaruh yang nyata (jelas) di tengah-tengah masyarakat, tidak terkecuali sebelum Revolusi Perwira Kebebasan pada tahun 1952 yang mengakibatkan Syaikh Hasan al-Banna ditangkap oleh intelijen pemerintahan Mesir pada masa Kerajaan. Hal itu terjadi pada 12 Februari 1949 M.
Ikhwanul Muslimin pada hakekatnya bukanlah partai politik tulen. Ikhwanul
Muslimin adalah Gerakan Islam yang menekankan aspek tarbiyah sebagai salah
satu jalan yang ditempuh untuk merealisasikan tujuan utamanya. Tarbiyah seolah
telah menjadi ruh bagi Ikhwanul Muslimin. Meskipun demikian, Hasan al-Banna
sebagai pendiri Ikhwanul Muslimin menjelaskan arti penting keterlibatan Kaum
Muslimin dalam politik. Menurutnya, politik adalah bagian dari Islam, dan
sesungguhnya kemerdekaan adalah salah satu kewajibannya (Hirzi, 2009, hlm.
42). Oleh karena itu, tidak ada halangan bagi anggota Ikhwanul Muslimin untuk
ikut serta dalam sistem-sistem pemerintahan yang sedang eksis (Za’rur, 2012,
hlm. 150).
Imam Al-Banna menyampaikan misi dan tujuan yang ingin dicapai jamaah,
beliau berkata:
Kami menginginkan terbentuknya sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan Kaum Muslimin dan negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan dakwah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan ketenteraman dengan ajaran-ajaran Islam (http://www.al-ikhwan.net/al-ikhwan/).
Selanjutnya Syeikh Hasan al-Banna (dalam Za’rur, 2012, hlm. 141)
menegaskan kembali tujuan jamaah dalam risalah beliau yang dikenal dengan
Ingatlah anda semua memiliki dua tujuan mendasar:
1. Membebaskan negeri Islam dari kekuasaan asing, karena merupakan hak alami setiap manusia yang tidak boleh dipungkiri kecuali orang yang zhalim, jahat atau biadab.
2. Mendirikan negara Islam, yang bebas dalam menerapkan hukum Islam dan sistem yang Islami, memproklamirkan prinsip-prinsip yang mulia, menyampaikan dakwah dengan bijak kepada umat manusia. Jika hal ini tidak terwujudkan maka seluruh kaum muslimin berdosa, akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung karena keengganan mendirikan Daulah Islam dan hanya berdiam diri.
Ikhwanul Muslimin beserta pemikirannya hadir disaat Kaum Muslimin
mengalami keterjajahan. Pemikiran tentang kebebasan dan kemerdekaan
beradasarkan prinsip-prinsip Islam merupakan angin segar yang menginspirasi
para pejuang Islam untuk melepaskan negeri-negeri Kaum Muslimin dari
belenggu penjajahan barat dan menyatukannya kedalam sebuah negara Islam.
Ikhwan menganggap bahwa imperialisme, perusahaan asing, tradisi Barat dan
hukum positif, termasuk dalam sepuluh pembawa bencana yang mereka wajibkan
untuk diperangi oleh setiap aktivis ikhwan (Hirzi, 2009, hlm. 51). Nampaknya
hal-hal seperti inilah yang membuat Ikhwanul Muslimin memiliki pengaruh yang
sangat besar bagi perkembangan Gerakan Islam di dunia.
Ikhwanul Muslimin tidak hanya bergerak di Mesir saja. Pengaruh Ikhwanul
Muslimin terutama dalam bidang pemikiran mulai menembus ke luar batas
teritorial negara-negara Kaum Muslimin. Ikhwanul Muslimin berhasil melebarkan
dakwahnya ke luar Mesir, bahkan banyak diantara para anggota Ikhwanul Muslimin yang berpartisipasi dalam perpolitikan di luar Mesir. Menurut Za’rur (2012, hlm. 150) ada beberapa anggota Ikhwanul Muslimin yang ikut serta dalam
pemerintahan, diantaranya:
1. Ustadz Asham Athar ikut serta dalam salah satu kabinet Suriah pada tahun
2. Ustadz Ahmad ath-Tharawanah (beliau termasuk pendiri Jamaah Ikhwanul
Muslimin di Yordania) ikut serta dalam kabinet Taufik Abu al-Hadi tahun
1953 dan menjabat sebagai Menteri Perdagangan.
3. Dan beberapa anggota Ikhwanul Muslimin yang pada tahun 1991 ikut serta
dalam pelurusan kabinet pemerintahan Mudhir Badran dan mengurusi empat
kementrian.
Pengaruh Ikhwanul Muslimin dalam perpolitikan Islam ternyata tidak cukup
hanya sampai disitu. Banyak partai-partai di beberapa negeri Islam yang didirikan
oleh para kader Ikhwanul Muslimin. Menurut pendapat Yusuf Dirgantara yang
dimuat di web
http://muslimina.blogspot.com/2013/10/inilah-partai-partai-yang-berafiliasi.html (diakses 20 September 2014), partai-partai yang berafiliasi kepada
Ikhwanul Muslimin Mesir antara lain:
1. Partai Keadilan Dan Kebebasan di Mesir
2. AKP di Turki
3. HAMAS di Palestina
4. Partai An-Nahda di Tunisia
5. Partai Islam se-Malaysia (PAS)
6. Partai Islah di Yaman
7. Partai Keadilan Dan Pembangunan di Libya
8. Partai Keadilan Dan Pembangunan di Maroko
9. Partai Keadilan Sejahtera di Indonesia
Pada sekitar tahun 1970-an di Indonesia muncul gerakan yang boleh
dikatakan hampir serupa dengan Ikhwanul Muslimin. Pada awalnya gerakan ini
muncul sebagai gerakan dakwah kampus. Gerakan ini selanjutnya dikenal sebagai
Gerakan Tarbiyah. Pemberian nama Gerakan Tarbiyah dikarenakan gerakan ini
mengusung konsep tarbiyah seperti gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir. Pada
tahun 1980-an, merupakan fase jaya-jayanya rezim orde baru. Bukannya malah
takut, justru gerakan ini semakin gencar meski dibayang-bayangi kontrol
penguasa. Para aktivis tidak pernah surut dan takut resiko, padahal pada saat itu
kegiatan atau penangkapan para aktivis (Hirzi, 2009, hlm. 1). Mereka menjadikan
masjid-masjid kampus sebagai basis operasionalnya.
Pada tahun 1998 mahasiswa bersama rakyat mulai turun ke jalan secara
besar-besaran dan menyerukan reformasi. Tuntutan mereka diantaranya adalah
keterbukaan dan kebebasan. Pada tanggal 21 Mei 1998, penguasa rezim Orde
Baru, Presiden Soeharto mengundurkan diri. Sejak saat itulah Indonesia memulai
babak baru dalam sejarahnya, yaitu periode Reformasi.
Kondisi politik di masa-masa Reformasi berbeda jauh dengan masa-masa
Orde Baru. Reformasi membuka iklim kebebasan bagi masyarakat Indonesia yang
lebih luas dari sebelumnya. Menurut Maryam (2007, hlm. 77) para aktivis dakwah
Islam mulai memanfaatkan kondisi tersebut untuk membentuk sebuah partai
politik baru sebagaimana dikemukakannya:
Kemudian dilakukan musyawarah oleh para aktivis dakwah Islam, yang melahirkan kesimpulan perlunya iklim untuk memanfaatkan semaksimal mungkin bagi upaya peralihan cita-cita mereka. Cita-cita yang dimaksud yaitu mewujudkan Bangsa dan Negara Indonesia yang diridhoi Allah. Pendirian partai politik yang berorientasi pada ajaran Islam perlu dilakukan guna mencapai tujuan dakwah Islam dengan cara-cara demokratis. Maka mereka sepakat untuk membentuk sebuah partai Islam.
Partai Islam yang dibentuk oleh para aktivis Islam tersebut adalah Partai
Keadilan (PK) yang didirikan pada tanggal 20 Juli 1998. Selanjutnya partai ini
berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
PKS disebut-sebut sebagai cerminan gerakan Ikhwanul Muslimin di
Indonesia. PKS mengadopsi konsep tarbiyah al-Ikhwan sebagai dasar
pembentukan kader partai. PKS juga disebut-sebut mengusung misi Ikhwanul
Muslimin di Indonesia. Jika dilihat sekilas, PKS memang terlihat seperti
representasi Ikhwanul Muslimin di Indonesia. Namun penulis masih
bertanya-tanya, kalau memang PKS cerminan dari Ikhwanul Muslimin Mesir, mengapa
PKS tidak dengan tegas menyatakan akan mendirikan Negara Islam dan
menerapkan Syariat Islam dalam negara seperti yang dilakukan oleh Ikhwanul
Kemudian penulis sempat menyimak sebuah berita mengenai hubungan
PKS dengan Ikhwanul Muslimin yang dimuat di situs web
http://www.tempo.co/read/
news/2013/02/10/078460337/Pendiri-Akui-PKS-Memang-Ikhwanul-Muslimin (di akses 20 September 2014). Dalam situs web
tersebut dijelaskan bahwa:
Yusuf Supendi, salah satu pendiri Partai Keadilan (cikal bakal Partai Keadilan Sejahtera) memastikan awal pendirian partai itu pada Juli 1998 dibantu oleh banyak tokoh Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Timur Tengah. Tokoh-tokoh di awal pendirian PKS, kata Yusuf, merupakan aktivis Ikhwanul Muslimin di Indonesia. Gerakan ini sendiri awalnya digagas sejumlah mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Madinah, Arab Saudi, termasuk Yusuf sendiri dan KH. Hilmi Aminuddin. Latar belakang Hilmi sebagai anak Panglima Militer Darul Islam, Danu Muhammad Hasan, menurut Yusuf, juga sudah diketahui banyak pendiri PK lainnya ketika itu. Hilmi mengenal Ikhwanul Muslimin di Arab Saudi dan mendirikan gerakan ini di Indonesia sepulangnya dia ke Tanah Air. Yusuf juga mengaku bagian dari gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan Hilmi itu. Karena itulah, di awal masa perkembangannya, PKS banyak dibantu gerakan persaudaraan muslim itu. "Ketika pertama kali ikut Pemilu 1999 lalu, kami juga disokong secara pendanaan dari Timur Tengah," kata Yusuf. Jumlahnya, kata Yusuf, sampai lebih dari 90 persen.
Jika memang benar seperti itu, lantas adakah persamaan dan perbedaan
antara Ikhwanul Muslimin dengan PKS? Apakah PKS memang benar-benar representasi dari Ikhwanul Muslimin ataukah semacam organisasi yang “serupa tapi tak sama”? Hal inilah yang masih menjadi tanda tanya bagi penulis. Selain itu penulis menganggap permasalahan ini sangat penting untuk diteliti karena
akhir-akhir ini masih hangat pembicaraan mengenai hubungan Ikhwanul Muslimin
dengan PKS, terutama golongan liberal yang menuduh PKS membawa misi
penegakkan negara Islam seperti yang diusung oleh Ikhwanul Muslimin. Penulis
ingin membuktikan kebenaran opini tersebut berdasarkan penelitian langsung
yang dilakukan penulis. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk meneliti
permasalahan tersebut lebih dalam dan menuliskannya dalam sebuah karya ilmiah
yang berjudul; Arah Politik Gerakan Islam (Studi Komparatif Terhadap Ikhwanul
Muslimin Di Mesir Tahun 1928-1949 Dengan Partai Keadilan Sejahtera Di
Untuk mendapatkan jawaban mengenai arah politik kedua gerakan Islam
tersebut, maka penulis mencoba menganalisis dari pemikiran politiknya. Oleh
karena itu, dalam kajian ini penulis lebih memfokuskan studi komparatif dalam
hal pemikiran politik.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan pokok yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah
Bagaimana perbandingan arah politik gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir dengan
Partai Keadilan Sejahtera? Mengenai batasan rentang waktu, penulis memilih dua
rentang waktu yang berbeda dalam studi komparatif terhadap kedua organisasi ini.
Untuk Ikhwanul Muslimin di Mesir, penulis memfokuskan kajiannya dari tahun
1928 ketika gerakan ini berdiri sampai tahun 1949 ketika tokoh utama gerakan ini
(Syeikh Hasan Al-Banna) wafat. Hasan Al-Banna merupakan tokoh utama
Ikhwanul Muslimin Mesir sekaligus pencetus dasar-dasar pemikiran Ikhwanul
Muslimin. Sedangkan untuk PKS di Indonesia, penulis sengaja memfokuskan
kajiannya dari tahun 1998 ketika didirikannya Partai Keadilan (cikal bakal PKS)
oleh para aktivis Islam hingga tahun 2009 ketika partai ini menjadi salah satu
partai yang bersinar di panggung politik Indonesia. Untuk membatasi ruang
lingkup penelitian agar pembahasannya lebih terarah pada permasalahan pokok
diatas maka penulis menyusun rumusan masalah dalam beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang pendirian Ikhwanul Muslimin di Mesir tahun
1928-1949 dan Partai Keadilan Sejahtera tahun 1998-2009?
2. Bagaimana pengaruh pemikiran Ikhwanul Muslimin Mesir tahun 1928-1949
terhadap Partai Keadilan Sejahtera tahun 1998-2009 dalam bidang politik?
3. Bagaimana persamaan dan perbedaan pemikiran politik antara Ikhwanul
Muslimin Mesir tahun 1928-1949 dengan Partai Keadilan Sejahtera tahun
1998-2009?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan latar belakang pendirian Ikhwanul Muslimin di Mesir tahun
1928-1949 dan Partai Keadilan Sejahtera tahun 1998-2009 sehingga pembaca
dapat memahami situasi dan kondisi ketika sebelum dan sesudah pendirian
kedua gerakan Islam tersebut.
2. Mendeskripsikan pengaruh pemikiran Ikhwanul Muslimin Mesir tahun
1928-1949 terhadap Partai Keadilan Sejahtera tahun 1998-2009 dalam bidang
politik sehingga pembaca dapat melihat pemikiran politik Ikhwanul Muslimin
apa saja yang berpengaruh kepada PKS.
3. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan pemikiran politik antara Ikhwanul
Muslimin Mesir tahun 1928-1949 dengan Partai Keadilan Sejahtera tahun
1998-2009 sehingga pembaca dapat memahami perbandingan pemikiran dari
kedua organisasi tersebut berdasarkan aspek-aspek tertentu. Aspek yang
dibandingkan antara lain pemikiran tentang nasionalisme, demokrasi, dan
konsep negara Islam.
D. Manfaat Penelitian
Manfaaat yang diharapkan setelah adanya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Dengan penelitian ini penulis dapat mengaplikasikan teori-teori yang didapat
di bangku perkuliahan yang kemudian disusun menjadi suatu karya tulis
ilmiah.
2. Penelitian ini dapat menambah perspektif baru bagi masyarakat mengenai
kajian perbandingan antara Gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir dengan Partai
Keadilan Sejahtera.
3. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan baru mengenai sejarah pemikiran
khususnya mengenai pemikiran Islam dan juga dapat dijadikan sumber bacaan
dan sumber rujukan bagi para pelajar yang membacanya.
4. Bisa dijadikan sebagai referensi bagi peserta didik di SMA atau MA mengenai
meteri yang berkaitan dengan masa reformasi Indonesia atau kajian pemikiran
Islam.
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode
historis. Menurut kamus The New Lexicon Webster’s Dictionary of the English
Languange (dalam Sjamsuddin, 2007, hlm. 13) metode ialah: suatu cara untuk
berbuat sesuatu; suatu prosedur untuk mengerjakan sesuatu; keteraturan dalam
berbuat, berencana dan lain-lain; suatu susunan atau sistem yang teratur. Menurut
pendapat Gottschalk (1986, hlm. 2) yang dimaksud dengan metode historis adalah
suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis terhadap rekaman serta
peninggalan masa lampau dan menuliskan hasil temuan berdasarkan fakta yang
telah diperoleh dan disebut dengan Historiografi. Adapun tahapan penelitian
sejarah terdiri atas:
1. Heuristik. Menurut Carrard dan Cf. Gee (dalam Sjamsuddin, 2007, hlm. 86)
heuristik adalah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan
data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah yang berhubungan dengan
permasalahan yang dikaji oleh peneliti. Sementara menurut Ismaun (2005
hlm. 41-42) heuristik atau quellenkunde adalah pengetahuan tentang
sumber-sumber sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung memberi
pengetahuan mengenai peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dalam
masyarakat manusia pada masa lampau.
2. Kritik Sumber. Menurut Sjamsuddin (2007, hlm. 132) kritik ini menyangkut
verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan
(akurasi) dari sumber itu. Kritik sumber terbagi menjadi dua bagian yaitu
kritik internal dan kritik eksternal. Kritik internal merupakan langkah
pengujian kebenaran terhadap isi dari sumber sejarah yang dilakukan oleh
sejarawan agar mendapatkan hasil penelitian yang baik, relevan dan valid.
Sedangkan kritik eksternal merupakan langkah pengujian kebenaran terhadap
sumber sejarah dari aspek–aspek luar sumber sejarah yang digunakan oleh
sejarawan tersebut.
3. Interpretasi, yaitu penanggapan terhadap fakta-fakta sejarah yang dipunguti
dari dalam sumber sejarah (Ismaun, 2005, hlm. 32). Menurut Gottschalk
(dalam Ismaun, 2005, hlm. 56), penafsiran sejarah itu memiliki tiga aspek
pola-pola hubungan antar fakta-fakta. Kedua, historis-substantif yaitu
menyajikan suatu uraian prosesual dengan dukungan fakta-fakta yang cukup
sebagai ilustrasi suatu perkembangan. Sedangkan ketiga adalah sosial-budaya
yaitu memperhatikan manifestasi insani dalam interaksi dan interrelasi
sosial-budaya.
4. Historiografi, yaitu penyajian cerita yang memberikan gambaran sejarah yang
terjadi pada masa lampau (Ismaun, 2005, hlm. 32). Menurut Sjamsuddin
(2007, hlm. 156) historiografi adalah usaha mensintesiskan seluruh hasil
penelitian atau penemuan yang berupa data-data dan fakta-fakta sejarah
menjadi suatu penulisan yang utuh, baik itu berupa karya besar ataupun hanya
berupa makalah kecil.
Selain metode penelitian, penulis juga membutuhkan suatu teknik
penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengunakan teknik penelitian. teknik
penelitian yang digunakan adalah teknik Studi Kepustakaan, yaitu segala usaha
yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan
topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh
dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan
disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia,
dan sumber sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain
(http://www.perkuliahan.com/apa-pengertian-studi-kepustakaan, diakses 7
September 2014).
F. Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika dari hasil penelitian ini akan disusun kedalam lima bab yang
terdiri dari:
Bab I Pendahuluan. Bab ini mengemukakan apa yang menjadi latar
belakang masalah yang disertai alasan mengapa penulis tertarik melakukan
penelitian yang ditujukan sebagai bahan penulisan skripsi, lalu dirumuskan dalam
rumusan masalah utama yang diperinci lagi menjadi beberapa pertanyaan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan struktur organisasi penulisan
skripsi.
Bab II Kajian Pustaka. Bab ini mendeskripsikan tentang berbagai literatur
yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini, dimana literatur tersebut
mempunyai korelasi terhadap permasalahan yang dikaji dalam penulisan ini.
Bab III Metodologi Penelitian. Bab ini membahas langkah-langkah serta
tahapan-tahapan penulis dalam melakukan penelitian. Dimulai dengan melakukan
perencanaan penelitian, penelitian dengan menggunakan teknik-teknik tertentu
serta penulisan sejarah (historiografi) dari hasil penelitian.
Bab IV Studi Komparatif Terhadap Ikhwanul Muslimin Di Mesir Tahun
1928-1949 Dengan Partai Keadilan Sejahtera Di Indonesia Tahun 1998-2009. Bab
ini memaparkan pengolahan sumber untuk menghasilkan temuan berkaitan
dengan masalah penelitian, pertanyaan penellitian, tujuan penelitian, dan
pembahasan atau analisis temuan.
Bab V Kesimpulan. Bab terakhir ini memaparkan apa yang menjadi sebuah
kesimpulan dari penulis atas apa yang menjadi pembahasan masalah dalam tulisan
ini yang terdiri dari interpretasi penulis terhadap kajian yang menjadi bahan
penelitiannya disertai dengan analisis penulis dalam membuat sebuah kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ash-Shalabi, Ali Muhammad. (2011). Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.
Hirzi, Azis Taufik. (2009). Menyimak Gerakan Dakwah Politik PKS: Ekspansi Gerakan Tarbiyah PKS Kota Bandung. Bandung: UNPAD Press
Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu Dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.
Lenczowski, George. (2003). Timur Tengah Di Tengah Kancah Dunia. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Soebantardjo. (1958). Sari Sedjarah Djilid I Asia - Australia. Yogyakarta: Penerbit Bopkri
Suryanegara, Ahmad Mansur. (2010). Api Sejarah. Bandung: Salamadani
Za’rur, Abu. (2012). Seputar Gerakan Islam. Bogor: Al-Azhar Press.
Karya Ilmiah:
Maryam, Yeni Siti. (2007). Kajian Tentang Kepemimpinan Partai Politik Islam (Studi Kasus Tentang Partai Keadilan Sejahtera Di Provinsi Jawa Barat).
Skripsi, Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan, Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.
Internet:
Dirgantara, Yusuf. (2013). Inilah Partai-Partai Yang Berafiliasi Kepada
Ikhwanul Muslimin. [online]. Tersedia:
Purwono. (2012). Studi Kepustakaan. [online]. Tersedia: http://www.perkuliahan.com/apa-pengertian-studi-kepustakaan/ [Diakses 7 September 2014]
Tn. Ikhwanul Muslimin. [online]. Tersedia: http://www.al-ikhwan.net/al-ikhwan/ [Diakses 20 September 2014]
Toyudho, Eko Siswono. (2013). Pendiri Akui PKS Memang Ikhwanul Muslimin.
Bab III berisi pemaparan mengenai metode yang digunakan oleh peneliti
dalam mengkaji permasalahan mengenai “Arah Politik Gerakan Islam (Studi
Komparatif Terhadap Ikhwanul Muslimin Di Mesir Tahun 1928-1949 Dengan
Partai Keadilan Sejahtera Di Indonesia 1998-2009)”.
A. Metode dan Teknik Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode menurut kamus Webster’s Third New International Dicitonary of
the English Language (dalam Sjamsuddin, 2007, hlm. 12-13) diartikan sebagai:
a. Suatu prosedur atau proses untuk mendapatkan sesuatu objek.
b. Suatu disiplin atau sistem yang acapkali dianggap sebagai suatu cabang logika
yang berhubungan dengan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan untuk
penyidikan kedalam atau eksposisi dari beberapa subjek.
c. Suatu prosedur, teknik, atau cara melakukan penyelidikan yang sistematis yang
dipakai oleh atau yang sesuai untuk suatu ilmu (sains), seni, atau disiplin
tertentu.
d. Suatu rencana sistematis yang diikuti dalam menyajikan materi untuk
pengajaran.
e. Suatu cara memandang, mengorganisasi, dan memberikan bentuk dan arti
khusus pada materi-materi artistik (1): suatu cara, teknik, atau proses dari atau
untuk melakukan sesuatu (2): suatu keseluruhan keterampilan-keterampilan (a
body of skills) atau teknik-teknik.
Selanjutnya menurut kamus The New Lexicon Webster’s Dictionary of the
English Language (dalam Sjamsuddin, 2007, hlm. 13), metode ialah : suatu cara
untuk berbuat sesuatu; suatu prosedur untuk mengerjakan sesuatu; keteraturan
dalam berbuat, berencana; suatu susunan atau sistem yang teratur. Jadi, metode
dalam penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek
(bahan-bahan) yang diteliti.
Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah
Metode Penelitian Sejarah. Ismaun (2005, hlm. 28) mengemukakan pendapatnya
tentang metode penelitian sejarah atau metode sejarah:
Metode sejarah adalah seperangkat sarana/sistem yang berisi asas-asas atau norma-norma, aturan-aturan, prosedur, metode dan teknik yang harus diikuti untuk mengumpulkan segala kemungkinan saksi mata (witness) tentang suatu masa atau peristiwa, untuk mengevaluasi kesaksian (testimony)
tentang saksi-saksi tersebut, untuk menyusun fakta-fakta yang telah diuji dalam hubungan-hubungan kausalnya dan akhirnya menyajikan pengetahuan yang tersusun mengenai peristiwa-peristiwa tersebut.
Lebih lanjut, Ismaun (2005, hlm. 35) mengemukakan bahwa metode sejarah
juga merupakan proses untuk menguji dan mengkaji kebenaran rekaman dan
peninggalan-peninggalan masa lampau dengan menganalisis secara kritis
bukti-bukti dan data-data yang ada sehingga menjadi penyajian dan cerita sejarah yang
dapat dipercaya.
Menurut Garraghan (dalam Abdurahman, 2007 : 53-54), metode penelitian
sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan
sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, dan mengajukan
sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis.
Sementara itu Gottschalk (1985, hlm. 32) menjelaskan metode sejarah
adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan
masa lampau. Adapun Sjamsuddin (2007, hlm. 14) mengatakan bahwa metode
sejarah ialah bagaimana mengetahui sejarah.
Adapun tujuan penelitian sejarah menurut Hugiono dan Poerwantana
(1992 : 25) adalah untuk memastikan dan mengatakan kembali fakta masa
lampau. Gejala-gejala sosial dan kebudayaan merupakan lapangan kerja dari
metode itu. Akan tetapi tidak semua fakta dari kehidupan manusia masuk dalam
Gray (dalam Sjamsuddin, 2007, hlm. 89-90) mengemukakan ada enam
langkah dalam metode historis sebagai berikut:
1. Memilih topik yang sesuai. Dalam penelitian ini, judul mengenai Arah Politik
Gerakan Islam (Studi Komparatif Terhadap Ikhwanul Muslimin Di Mesir
Tahun 1928-1949 Dengan Partai Keadilan Sejahtera Di Indonesia Tahun
1998-2009) dipilih peneliti karena peneliti tertarik untuk mengangkat arah
politik Gerakan Islam.
2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik. Dalam hal ini
penulis mencari dan mengumpulkan data-data yang sesuai dengan judul
penulis atau konsep-konsep maupun teori-teori yang berhubungan dengan
pembahasan judul.
3. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan
topik yang ditentukan ketika penelitian sedang berlangsung.
4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan
(melakukan kritik sumber). Kritik dilakukan terhadap semua sumber yang
dihimpun peneliti mengenai pembahasan yang sesuai dengan judul penulis
agar memperoleh data yang relevan.
5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola
yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan
sebelumnya.
6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan
mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti
sejelas mungkin.
Gottschalk (1985, hlm. 18) mengemukakan bahwa menulis sejarah
mengenai sesuatu tempat, periode, seperangkat peristiwa, lembaga atau orang,
bertumpu pada empat kegiatan pokok :
1. Pengumpulan objek yang berasal dari suatu zaman dan pengumpulan
bahan-bahan tertulis dan lisan yang relevan.
2. Menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian-bagian daripadanya) yang tidak
3. Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya berdasarkan bahan-bahan
yang otentik.
4. Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi suatu kisah atau
penyajian yang berarti.
Langkah-langkah kegiatan tersebut kemudian dapat disederhanakan
menjadi heuristik, kritik atau verifikasi, aufassung atau interpretasi, dan
darstellung atau historiografi.
Dalam metode penelitian sejarah, kegiatan pertama disebut Heuristik.
Kegiatan kedua disebut Kritik sumber, yang didasari etos ilmiah yang
menginginkan, menemukan, atau mendekati kebenaran. Dalam kegiatan ketiga
diadakan penafsiran terhadap arti fakta-fakta sejarah (Aufassung). Dan kegiatan
keempat adalah historiografi untuk menyajikan gambaran sejarah (Darstellung)
(Ismaun, 2005, hlm. 50).
Heuristik (Heuristics) adalah sebuah kegiatan mencari sumber-sumber
untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah
(Sjamsuddin, 2007, hlm. 86). Sedangkan sumber-sumber sejarah adalah
bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa
yang terjadi pada masa lampau (Ismaun, 2005, hlm. 35).
Menurut bentuknya dapat diadakan tiga klarifikasi sumber sejarah. Pertama,
sumber dokumenter (berupa bahan dan rekaman sejarah dalam bentuk tulisan).
Kedua, sumber korporal (berwujud benda seperti bangunan, arca, perkakas, fosil,
artefak, dan sebagainya). Dan ketiga, sember lisan, terdiri dari sejarah lisan atau
sejarah oral (Ismaun, 2005, hlm. 42).
Sejarawan menganggap bahwa sumber-sumber asli sebagai sumber pertama
(primary sources), sedangkan apa yang telah ditulis oleh sejarawan sekarang atau
sebelumnya berdasarkan sumber-sumber pertama disebut sumber kedua
(secondary sources). Pada gilirannya sumber kedua ini dikutip lagi oleh penulis
berikutnya sehingga hasilnya menjadi sumber ketiga dan seterusnya (Sjamsuddin,
Kritik merupakan kegiatan menyeleksi atau penyaringan data untuk
menyingkirkan bagian-bagian bahan sejarah yang tidak dapat dipercaya (Ismaun,
2005, hlm. 49). Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber
pertama. Kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai
kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari sumber itu. Dalam metode sejarah dikenal
dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal (Sjamsuddin, 2007,
hlm. 132). Kritik ekstern atau kritik luar digunakan untuk menilai otentisitas
sumber sejarah. Sedangkan kritik intern atau kritik dalam yaitu untuk menilai
kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya,
tanggung jawab dan moralnya (Ismaun, 2005, hlm. 50).
Interpretasi, yaitu penanggapan terhadap fakta-fakta sejarah yang dipunguti
dari dalam sumber sejarah (Ismaun, 2005, hlm. 32). Menurut Gottschalk (dalam
Ismaun, 2005, hlm. 56), penafsiran sejarah itu memiliki tiga aspek penting, yaitu:
pertama, analisis-kritis yaitu menganalisis stuktur intern dan pola-pola hubungan
antar fakta-fakta. Kedua, historis-substantif yaitu menyajikan suatu uraian
prosesual dengan dukungan fakta-fakta yang cukup sebagai ilustrasi suatu
perkembangan. Sedangkan ketiga adalah sosial-budaya yaitu memperhatikan
manifestasi insani dalam interaksi dan interrelasi sosial-budaya.
Historiografi, yaitu penyajian cerita yang memberikan gambaran sejarah
yang terjadi pada masa lampau (Ismaun, 2005, hlm. 32). Menurut Sjamsuddin
(2007, hlm. 156) historiografi adalah usaha mensintesiskan seluruh hasil
penelitian atau penemuan yang berupa data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi
suatu penulisan yang utuh, baik itu berupa karya besar ataupun hanya berupa
makalah kecil.
2. Teknik Penelitian
Selain metode penelitian, penulis juga membutuhkan suatu teknik
penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik studi kepustakaan.
Menurut Koentjaraningrat (1984, hlm. 420) teknik studi kepustakaan merupakan
cara pengumpulan data bermacam-macam material yang terdapat diruang
yang relevan dengan penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 291) studi
kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan
dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti,
selain itu studi kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini
dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari literatur-literatur Ilmiah.
B. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian merupakan langkah awal dalam suatu proses penelitian
yang harus dipersiapkan peneliti sebelum benar-benar melaksanakan penelitian.
Proses ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu tahap penentuan dan
pengajuan tema penelitian, mengurus perizinan, mempersiapkan perlengkapan
penelitian, bimbingan dan konsultasi serta pelaksanaan penelitian.
1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian
Skripsi penulis yang berjudul Arah Politik Gerakan Islam (Studi Komparatif
Terhadap Ikhwanul Muslimin Di Mesir Tahun 1928-1949 Dengan Partai Keadilan
Sejahtera Di Indonesia Tahun 1998-2009) merupakan kajian sejarah politik dan
pemikiran gerakan Islam.
Ketertarikan penulis terhadap kajian pemikiran politik Islam bermula dari
perhatian penulis terhadap berkembangnya berbagai macam pemikiran-pemikiran
Islam di dunia. Selain itu gerakan-gerakan Islam pun banyak bermunculan seiring
dengan perkembangan pemikiran Islam tersebut. Gerakan Islam tersebut
umumnya muncul untuk merespon tantangan zaman dimana saat ini kondisi kaum
muslimin sedang mengalami kemunduran. Gerakan-gerakan Islam tersebut
bersama pemikirannya mencoba untuk membangkitkan kembali kaum muslimin.
Oleh karena itu gerakan-gerakan Islam tersebut melibatkan diri dalam kancah
politik. Yang menjadi perhatian serius penulis terhadap gerakan-gerakan Islam
tersebut adalah arah dan tujuan akhir atau cita-cita gerakan Islam tersebut. Dalam
hal ini, penulis ingin mengkaji bagaimana pemikiran gerakan Islam tersebut
Pada awalnya, penulis menaruh perhatian pada gerakan Islam Hizbut Tahrir
Indonesia dan Nahdlatul Ulama. Maka penulis membuat proposal skripsi dengan
judul Perbandingan Pemikiran Hizbut Tahrir Indonesia dengan Nahdlatul Ulama
Tentang Konsep Negara. Selanjutnya diadakan seminar pada tanggal 17
September 2014. Dari seminar tersebut penulis mendapatkan banyak masukan
dari Pembimbing II (Bapak. Dr. Encep Supriatna, M.Pd). Menurut beliau judul
skripsi penulis harus direvisi karena membandingkan sesuatu yang tidak
sebanding dan sudah sangat kontras perbedaannya. Beliau pun kemudian
memberikan opsi lain, diantaranya adalah Ikhwanul Muslimin dengan Partai
Keadilan Sejahtera. Setelah konsultasi dengan Pembimbing II, akhirnya penulis
merevisi judul menjadi Relasi Gerakan Ikhwanul Muslimin Terhadap
Kemunculan Gerakan Politik Islam Partai Keadilan Sejahtera Di Indonesia (Studi
Komparatif Gerakan Ideologis Dan politis Terhadap Ikhwanul Muslimin Dan
Partai Keadilan Sejahtera Di Indonesia Tahun 1980 – 2009).
Setelah selesai konsultasi dan bimbingan dengan Pembimbing II, kemudian
memulai bimbingan dengan Pembimbing I (Bpk. Drs. Suwirta, M.Hum). Dari
bimbingan pertama itu penulis mendapatkan masukan kembali untuk
memperbaiki judul supaya enak dibaca dan lebih spesifik kajiannya. Dari
masukan-masukan itu akhirnya penulis merevisi lagi judul skripsi penulis menjadi
seperti sekarang, yaitu Arah Politik Gerakan Islam (Studi Komparatif Terhadap
Ikhwanul Muslimin Di Mesir Tahun 1928-1949 Dengan Partai Keadilan Sejahtera
Di Indonesia Tahun 1998-2009).
2. Penyusunan Rancangan Penelitian
Penyusunan rancangan penelitian sebenarnya sudah dimulai sejak semester
enam, yaitu ketika penulis mengontrak mata kuliah Seminar Penulisan Karya
Ilmiah. Setelah mendapatkan masukan-masukan saat mengikuti mata kuliah
tersebut, penulis melakukan banyak revisi terhadap rancangan penelitian ini.
Selain itu, penulis juga sering berkonsultasi dengan Dosen Pembimbing
Akademik (Bpk. Drs. H. R. Achmad Iriyadi) mengenai rancangan penelitian ini
Pada awal bulan September 2014, penulis menyelesaikan proposal dan
menyerahkannya ke TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi). Proposal ini
diterima dan penulis mendapatkan surat undangan untuk seminar pada tangal 17
September 2014.
3. Pengurusan Perizinan
Setelah selesai melaksanakan seminar proposal skripsi dengan
mempresentasikan rancangan penelitiannya pada tanggal 17 September 2014, dan
melakukan perbaikan dengan saran dan kritik dari calon pembimbing dalam revisi
proposal penelitian, peneliti mendapatkan izin untuk membuat Surat Keputusan
(SK) pada 18 Nopember 2014. Surat Keputusan berisi mengenai penunjukkan
dosen pembimbing skripsi yang ditandatangani oleh ketua TPPS, Bapak Drs. H.
Ayi Budi Santosa, M.Si dan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Bapak Prof. Dr. H.
Dadang Supardan, M.Pd. Dalam SK tersebut ditunjuk dosen pembimbing I yakni
Bapak Drs. Suwirta, M.Hum dan dosen pembimbing II yaitu Bapak. Dr. Encep
Supriatna, M.Pd. Tetapi pada pertengahan Januari 2015, penulis mengalami
pergantian pembimbing II, yaitu Bapak. Dr. Encep Supriatna, M.Pd digantikan
oleh Bapak Moch. Eryk Kamsori, S.Pd. Akhirnya penulis kembali harus
mengurus SK. SK yang baru dibuat pada tanggal 27 Januari 2015.
Selain mengurus SK pembimbing, pada awal bulan Februari 2015 penulis
juga mengurus surat izin pra-penelitian dan surat izin penelitian ke Kantor DPW
PKS Jawa Barat dengan Nomor 296/UN.40.2.D1/PL/2015.
4. Persiapan Perlengkapan Penelitian
Peneliti mempersiapkan perlengkapan penelitian dengan banyak mengkaji
beberapa buku, jurnal, maupun artikel yang relevan sejak bulan Agustus 2014.
Sebagian buku adalah buku cetak yang didapatkan dari perpustakaan, sebagian
elektronik yang didapatkan dari berbagai situs internet sehingga peneliti hanya
perlu mempersiapkan laptop untuk mempersiapkan perlengkapan.
Dalam penulisan skripsi, peneliti menggunakan buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah 2014 yang diterbitkan UPI sebagai pedoman penulisan agar tetap
berada pada standar penulisan ilmiah yang ditetapkan oleh UPI.
5. Proses Bimbingan
Proses bimbingan disini adalah kegiatan berupa konsultasi yang dilakukan
peneliti dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II dalam proses
penelitian maupun penulisan skripsi. Peneliti melakukan proses bimbingan
dimulai setelah melaksanakan Seminar Proposal Penelitian untuk revisi Proposal
pada September 2014, dilanjutkan setelah peneliti memperoleh SK penunjukkan
pembimbing pada bulan Nopember 2014 dengan nomor SK
10/TPPS/JPS/PEM/2014. Berdasarkan SK tersebut, Drs. Suwirta, M.Hum sebagai
dosen pembimbing I dan Dr. Encep Supriatna, M.Pd sebagai pembimbing II.
Kemudian peneliti menyerahkan SK kepada pembimbing I dan II, peneliti juga
memasukkan hasil revisi proposal yang dibuat dalam Bab I.
Selanjutnya, Proses bimbingan ini dilakukan oleh peneliti secara berkala,
karena proses ini sangat penting dan sangat diperlukan oleh peneliti, dengan
bimbingan ini peneliti mendapatkan arahan dan fokus penelitian untuk menyusun
penulisan skripsi. Proses bimbingan ini memberikan kesempatan bagi peneliti
untuk berdiskusi dengan pembimbing I maupun pembimbing II mengenai
permasalahan yang dihadapi oleh peneliti selama melaksanakan penelitian.
Selama proses penelitian, Peneliti memperoleh banyak manfaat dari bimbingan
yang dilakukan. Diantaranya adalah mengetahui kekurangan dan kelemahan
dalam penelitian maupun penulisan skripsi serta saran dan masukan untuk
perbaikan.
Pada saat penulis sedang menyusun Bab II, yaitu tepatnya pada bulan
merupakan pembimbing II penulis pindah ke UNTIRTA dan PGSD Kampus
Daerah UPI di Serang Provinsi Banten. Beliau kini tidak menjadi dosen di UPI
Bandung lagi. Selanjutnya penulis mencoba membicarakan masalah ini kepada
ketua TPPS Jurusan Pendidikan Sejarah yakni Bapak Drs. Ayi Budi Santosa,
M.Si. Dari hasil pembicaraan tersebut maka telah ditetapkan pengganti
pembimbing II, yaitu Bapak Moch. Eryk Kamsori, S.Pd. Selanjutnya penulis
segera menghubungi beliau, membuat SK baru, dan proses bimbingan segera bisa
dilakukan dengan beliau.
6. Pelaksanaan Penelitian
Tahapan ini merupakan sebuah proses yang sangat penting dalam suatu
penelitian. Melalui tahapan ini penulis memperoleh data serta fakta yang
dibutuhkan untuk penyusunan skripsi. Beberapa langkah yang harus ditempuh
dalam tahapan ini adalah sebagai berikut:
a. Heuristik
Pada tahap ini peneliti berusaha mencari sumber-sumber yang relevan bagi
permasalahan yang sedang dikaji, untuk mempermudah dalam pengumpulan
sumber sejarah yang berkaitan dengan Arah Politik Gerakan Islam (Studi
Komparatif Terhadap Ikhwanul Muslimin Di Mesir Tahun 1928-1949 Dengan
Partai Keadilan Sejahtera Di Indonesia Tahun 1998-2009), maka pengumpulan
sumber tersebut dilakukan melalui dua tahapan yaitu pertama mencari dan
mengumpulkan sumber tertulis yang relevan dengan permasalahan penelitian baik
berupa buku, jurnal, artikel, atau karya ilmiah yang lainnya dan sumber lisan
melalui wawancara dengan narasumber yang dianggap layak untuk memberikan
informasi yang berkaitan dengan skripsi ini.
Pada tahapan ini, peneliti berusaha untuk mencari dan mengumpulkan
sumber-sumber tertulis yang digunakan sebagai landasan kuat untuk memberikan
berbagai informasi seputar permasalahan yang dikaji. Sumber tertulis ini berupa
jurnal, buku-buku, majalah, koran, dokumen dan hasil penelitian lainnya yang
1) Perpustakaan UPI
Pencarian sumber di Perpustakaan UPI dilakukan pada bulan September
2014. Disini penulis medapatkan buku yang berjudul Menyimak Gerakan Dakwah
Politik PKS karya Azis Taufik Hirzi (2009) dan buku yang berjudul Arus Baru
Islam Radikal Karya M. Imdadun Rahmat (2005). Selain itu, disini juga penulis
menemukan skripsi yang berjudul Kajian Tentang Kepemimpinan Partai Politik
Islam (Studi Kasus Tentang Partai Keadilan Sejahtera Di Provinsi Jawa Barat)
karya Yeni Siti Maryam (2007).
2) Palasari
Pencarian sumber di Palasari dilakukan pada bulan September dan Oktober
2014. Disana penulis melakukan heuristik ke beberapa toko buku. Dari pencarian
sumber tersebut penulis mendapatkan buku yang berjudul Seputar Gerakan Islam karya Abu Za’rur (2012), Tarbiyah Siyasiyah Karya Ahmad Dzakirin (2011),
Menuju Kemenangan Dakwah Kampus karya Ahmad Atian (2011), Risalah
Pergerakan Ikhwanul Muslimin 1 dan Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin II
Karya Hasan Al-Banna (2012), Membela Islam Karya Abdul Raup Silahudin
(2006), Masyarakat Al-Ikhwan Al-Muslimun karya Richard Paul Mitchell (2005),
Tarbiyah Menjawab Tantangan karya Abdul Muiz dkk (2002),
Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin karya Ali Abdul Halim Mahmud (2011),
Ilmu Politik karya Inu Kencana Syafii (2010), Islam dan Tata Negara karya
Munawir Sjadzali (2008), dan Peran Ikhwan Bagi Masyarakat Lokal Dan
Internasional 1928-1938 karya Jum’ah Amin Abdul Aziz (2007).
3) Kantor DPW PKS Jawa Barat
Penulis mengunjungi kantor DPW PKS Jawa Barat pada tanggal 4 Februari
2015. Disini penulis menemukan beberapa buku mengenai PKS diantaranya
adalah buku yang berjudul Kebangkitan Politik Dakwah karya Sapto Waluyo
(2005), Partai Keadilan Sejahtera: Wajah Baru Politik Indonesia karya Yon
Machmudi (2006), Pengembangan Kepemimpinan PKS: Grand Design
Visioner dan Negarawan yang disusun oleh Tim Badan Pengembangan
Kepemimpinan DPP PKS (2012), dan Membangun Ruh Baru karya Musyaffa
Abdurrahim (2005).
4) Perpustakaan Batu Api
Penulis mengunjungi Perpustakaan Batu Api pada tanggal 7 Februari 2015.
Disini penulis menemukan beberapa buku yang mengkaji mengenai Ikhwanul
Muslimin dan PKS diantaranya adalah buku yang berjudul Ikhwanul Muslimun
karya Ishak Mussa Al Husaini (1983), Islam Dan Kekuasaan karya Edward
Mortimer (1984), Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan
Tarbiyah Di Indonesia karya Ali Said Damanik (2003), dan Partai Keadilan
Sejahtera: Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia
Kontemporer karya Aay Muhammad Furkon (2004).
5) Penelusuran Internet (Browsing)
Melalui penelusuran di internet, penulis menemukan sebuah buku, beberapa
jurnal, dan beberapa karya ilmiah. Penelusuran di internet ini dilaksanakan dari
bulan September hingga Desember 2014. Buku yang penulis dapatkan adalah
berupa electronic book yang berjudul Diskursus Negara Islam: “Antara Das Sein
Dan Das Sollen” karya Denny Kodrat (2001). Kemudian untuk jurnal yang ditemukan juga berupa jurnal elektronik, diantaranya adalah jurnal Millah Vol. 10
(2011) dengan judul artikel Relasi Agama Dengan Negara Dalam Pemikiran
Islam (Studi Atas Konteks Ke-Indonesia-an) karya La Ode I. Ahmad. Di dalam
jurnal yang sama, penulis juga menemukan artikel jurnal dengan judul Relasi Dan
Reposisi Agama Dan Negara (Tatapan Masa Depan Keberagaman Di Indonesia
karya Sofyan Hadi. Selanjutnya dalam jurnal Asy-Syir’ah Vol. 47 (2013) penulis
mendapatkan artikel jurnal dengan judul Konsep Negara Dan Pemerintahan
Dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Gazzali karya Sahri. Selanjutnya penulis juga
mendapatkan beberapa karya ilmiah diantaranya yang berjudul; Pengaruh
Ideologi Ikhwanul Muslimin Terhadap Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Di
Indonesia (skripsi) karya Miftahuddin (2008), Suksesi Kepemimpinan Dalam
(2011), Etika Bernegara Dalam Perspektif Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
(tesis) karya Budiyanto Eko Purwono (2007), Perjuangan Politik Ikhwan
Al-Muslimun Dalam Melawan Rezim Otoritarianisme Di Mesir Pada Era Gamal
Abdul Nasser Sampai Husni Mubarak (1954-2011) (skripsi) karya Adhe Nuansa
Wibisono (2011), Relasi Agama Dan Negara : Studi Komparatif Pemikiran
Hasan Al-Banna Dan Jamal Al-Banna (skripsi) karya Syaiful Ali (2010),
Perbandingan Pemikiran Hasan Al-Banna Dan Sayyid Qutb Tentang Penerapan
Syari'at Islam (skripsi) karya Rofiatul Ana (2009), dan karya ilmiah yang lainnya.
Selain di kedua tempat tersebut, penulis juga melakukan pencarian sumber
ke toko buku online Fatahillah Stan dan Jual Buku Pergerakan (Nopember 2014)
dan mendapatkan buku yang berjudul Dilema PKS: Suara Dan Syariah karya
Burhanuddin Muhtadi (2012), Meretas Jalan Kebangkitan: Peta Pemikiran
Hasan Al-Banna karya Abdul Hamid Al-Ghazali (2001), dan Ikhwan
Al-Muslimun: Siapa Kami, Dan Apa Yang Kami Inginkan karya Amer Syamakh
(2011). Kemudian melakukan pemesanan buku kepada teman (Nopember 2014)
dan mendapatkan buku yang berjudul Timur Tengah Di Tengah Kancah Dunia
karya George Lenczowski (2003). Penulis juga mencoba menemui seorang kader
PKS di Pelabuhanratu yang bernama Bapak Nanan (Nopember 2014). Dari beliau,
penulis mendapatkan buku yang berjudul Memperjuangkan Masyarakat Madani
yang disusun oleh Majelis Pertimbangan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (2008)
dan sebuah buku kecil yang berisi Garis-garis Besar Program Tarbiyah yang
diterbitkan untuk kalangan terbatas yang disusun oleh Tim Raudhatul Jannah
Kelompok Kajian Manhaj Tarbiyah. Pada tanggal 5 Februari 2015 penulis
mengunjungi pameran buku di Landmark, Braga. Disini penulis mendapatkan
buku yang berjudul PKS & Kembarannya: Bergiat Jadi Demokrat Di Indonesia,
Mesir & Turki karya Anthony Bubalo, Greg Fealy dan Whit Mason (2012).
b. Kritik
Kritik merupakan kegiatan menyeleksi atau penyaringan data untuk
menyingkirkan bagian-bagian bahan sejarah yang tidak dapat dipercaya (Ismaun,
eksternal atau kritik luar digunakan untuk menilai otentisitas sumber sejarah.
Sedangkan kritik internal atau kritik dalam yaitu untuk menilai kredibilitas
sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung
jawab dan moralnya (Ismaun, 2005, hlm. 50).
1) Kritik Eksternal
Kritik eksternal terhadap sumber tertulis dilakukan dengan cara memilih
buku-buku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dikaji yakni mengenai
Ikhwanul Muslimin dan Partai Keadilan Sejahtera. Kritik terhadap
sumber-sumber buku tidak terlalu ketat dengan pertimbangan bahwa buku-buku yang
penulis pakai merupakan buku-buku hasil cetakan yang didalamnya memuat nama
penulis, penerbit, tahun terbit, dan tempat dimana buku tersebut diterbitkan.
Kriteria tersebut dapat di anggap sebagai suatu jenis pertanggungjawaban atas
buku yang telah diterbitkan. Selain itu, kondisi buku-buku tersebut dalam keadaan
baik, mudah dibaca dan juga bahasanya mudah dipahami.
2) Kritik Internal
Kritik Internal adalah kritik yang bertujuan untuk menilai kredibilitas
sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatnya, tanggung jawab
dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di
dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain (Ismaun, 2005, hlm.
50).
Dalam melakukan kritik internal, penulis mencari fakta-fakta yang
dibutuhkan dalam berbagai macam sumber yang penulis dapatkan. Selanjutnya
penulis mulai mempersoalkan mengenai kebenaran dari fakta-fakta tersebut. Agar
penulis mendapatkan fakta yang dapat dipercaya, maka penulis mulai
membandingkan setiap fakta yang ada dalam satu sumber dengan fakta dalam
sumber lainnya. Untuk mempermudah dalam proses kritik, maka penulis
mengelompokkan sumber tertulis menjadi dua bagian, yaitu sumber-sumber yang
membahas Ikhwanul Muslimin dan sumber-sumber yang membahas Partai
Muslimin, penulis akan mendapatkan fakta-fakta mengenai Ikhwanul Muslimin
yang penulis butuhkan. Kemudian dari kritik terhadap sumber yang membahas
Partai Keadilan Sejahtera, penulis akan mendapatkan fakta-fakta mengenai Partai
Keadilan Sejahtera yang penulis butuhkan.
Penulis kemudian melakukan kritik internal kepada dua kelompok bahasan
ini, misalnya penulis ingin mencari fakta tentang Ikhwanul Muslimin maka
penulis melakukan kritik internal pada sumber-sumber yang membahas Ikhwanul
Muslimin. Sumber yang penulis lakukan kritik internal pada kelompok ini
diantaranya adalah buku yang berjudul Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin
yang berisi sekumpulan risalah, tulisan, dan pemikian Hasan Al-Banna yang
sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Data-data yang didapatkan di dalam
buku tersebut penulis bandingkan dengan data-data yang didapatkan di dalam
sumber lain yaitu buku yang berjudul Masyarakat Al-Ikhwan Al-Muslimun karya
Richard Paul Mitchell, seorang Cendekiawan Barat. Penulis juga melakukan kritik
internal pada sumber-sumber yang membahas Ikhwanul Muslimin yang lainnya.
Demikian halnya untuk mendapatkan fakta tentang Partai Keadilan
Sejahtera, maka penulis melakukan kritik internal terhadap sumber-sumber yang
membahas Partai Keadilan Sejahtera. Sumber yang penulis lakukan kritik internal
pada bagian kelompok bahasan Partai Keadilan Sejahtera ini diantaranya adalah
buku yang berjudul Memperjuangkan Masyarakat Madani yang disusun oleh
Majelis Pertimbangan Pusat Partai Keadilan Sejahtera. Data-data yang didapatkan
di dalam buku tersebut penulis bandingkan dengan data-data yang didapatkan di
dalam sumber lain yaitu buku yang berjudul Dilema PKS: Suara Dan Syariah
karya Burhanuddin Muhtadi, seorang pengamat Politik. Penulis juga melakukan
kritik internal pada sumber-sumber yang membahas Partai Keadilan Sejahtera
yang lainnya.
c. Interpretasi
Setelah melakukan heuristik dan kritik, penulis melakukan tahapan
selanjutnya yaitu interpretasi. Menurut Ismaun (2005, hlm. 59-60) dalam
melakukan interpretasi peneliti memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta
Kemudian fakta yang telah diperoleh tersebut dirangkai dan dihubungkan satu
sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras dimana peristiwa yang satu
dimasukkan ke dalam konteks peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya.
Pada tahapan sebelumnya (kritik), penulis berhasil mendapatkan fakta-fakta
sejarah. Tetapi fakta-fakta tersebut tercerai berai atau terpisah satu sama lain. Pada
tahapan interpretasi inilah fakta-fakta tersebut penulis kumpulkan. Setelah
dikumpulkan, penulis mencoba menganalisis fakta-fakta tersebut,
menghubungkan antara satu fakta dengan fakta lainnya, dan merangkai fakta-fakta
tersebut sehingga menjadi kesatuan yang selaras. Pada saat melakukan
interpretasi, penulis menempatkan diri pada posisi netral dalam kajian
perbandingan ini. Tujuannya tidak lain untuk menekan unsur subjektivitas dan
mengedepankan objektivitas. Penulis menyadari bahwa unsur subjektivitas sangat
sulit dihilangkan dalam tahap interpretasi ini, tetapi penulis akan berusaha sebisa
mungkin untuk netral dan tidak menjadi “pemihak” dalam kajian perbandingan
ini.
d. Historiografi
Historiografi merupakan tahapan terakhir dalam penelitian sejarah.
Historiografi merupakan pelaporan dan pemaparan hasil penelitian sejarah yang
disusun dalam bentuk tulisan. Pada tahap ini pikiran dikerahkan bukan saja untuk
keterampilan teknik penulisan tetapi yang paling utama adalah penggunaan
pikiran-pikiran kritis dan analitis sehingga menghasilkan suatu sintesis dari suatu
hasil penelitian dan penemuan dalam suatu penelitian yang utuh. Penulis juga
berusaha untuk menghindari kesalahan redaksi, kesalahan periodisasi, dan
penggunaan gaya bahasa.
Penulisan skripsi ini disusun berdasarkan buku Pedoman Penulisn Karya
Ilmiah yang diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia dan berlaku di
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdurahman, D. (2007) Metodologi Penelitian Sejarah. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.
Hugiono dan Poerwantana, K.P. (1992) Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Rineka Cipta.
Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu Dan Wahana