• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi anak terhadap pola asuh orang tua studi kasus di SD Sumbang Asih, Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi anak terhadap pola asuh orang tua studi kasus di SD Sumbang Asih, Yogyakarta"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA: STUDI KASUS DI SD SUMBANG ASIH, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yovita Siska Febriana NIM: 111134072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan karya ini kepada:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

yang telah melimpahkan berkat dan mencurahkan Roh KudusNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Dosen-dosen PGSD Universitas Sanata Dharma yang dengan sabar membimbing dan memberi saran maupun masukan pada peneliti.

Keluarga Besar Laurentius

(orang tuaku Laurentius Pio Maryana dan Chressentiana Sadinem serta kakakku Andi Oka Maryana dan Vivia Ika Novena)

yang selalu memberi dukungan melalui semangat dan doa yang sangat berarti.

Teman Istimewaku Mikael Ayub Putra Anggit Cendana

dan seluruh keluarga besar Mbah Harno khususnya Bunda Harni dan Amsal.

Sahabat terbaikku Endika Elshanta Erawati

dan teman-teman yang selalu mendampingi disaat susah maupun senang, Rimba, Mega, Zena, Merry, Dian, Bene dan Putri terima kasih semua.

Semua teman-teman PGSD angkatan 2011 khususnya kelas F yang telah berjuang bersama dalam proses perkuliahan, terima kasih teman-teman kalian sungguh mewarnai kehidupanku.

Almamaterku dan seluruh keluarga besar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(5)

v

MOTTO

Bermurah hatilah seperti mentari

yang memancarkan sinarnya

tanpa terlebih dahulu bertanya

apakah orang-orang patut menerimanya.

(J. Donald Walters)

Apa saja yang kamu minta dalam doa

dengan penuh keprcayaan,

kamu akan menerimanya.

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Desember 2014 Yang Menyatakan

(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yovita Siska Febriana

Nomor Mahasiswa : 111134072

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA: STUDI KASUS DI SD SUMBANG ASIH, YOGYAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 18 Desember 2014 Yang Menyatakan

(8)

viii

ABSTRAK

PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA: STUDI KASUS DI SD SUMBANG ASIH, YOGYAKARTA

Yovita Siska Febriana Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi kasus yang dilatarbelakangi oleh perilaku anak usia SD yang kurang sopan pada orang yang lebih tua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anak terhadap pola asuh orang tua. Narasumber dalam penelitian ini adalah dua anak perempuan kelas IVA usia 9 dan 12 tahun siswi SD Sumbang Asih, Yogyakarta tahun ajaran 2014/ 2015.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara dan panduan observasi Pola Asuh Orang Tua. Komponen-komponen yang ada pada pedoman wawancara dan panduan observasi adalah kontrol orang tua terhadap anak, komunikasi, dan tuntutan orang tua untuk menjadi matang (anak berkembang sesuai usianya). Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Uji keabsahan data dengan kredibilitas dan triangulasi. Analisis data dilakukan dengan koding yaitu mengorganisasikan data dengan memberi kode pada setiap jawaban dari narasumber sehingga muncul suatu topik-topik.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua anak memberikan persepsi yang positif pada pola asuh yang mereka terima. Persepsi anak muncul karena kondisi keluarga dan pengalaman mengenai sikap serta perilaku orang tua dalam menerapkan pola asuh. Orang tua dari kedua anak menerapkan pola asuh otoritatif yang mengusahakan adanya keberadaan anak dalam setiap pengambilan keputusan sehingga anak tidak merasa terkekang dan mempunyai keleluasaan untuk bertindak dan mengekspresikan diri pada perilaku terarah yang bersifat positif sesuai tahapan perkembangan usia yang dialami.

(9)

ix ABSTRACT

CHILD’S PERCEPTION OF PARENTING PARENTS:

CASE STUDY IN SUMBANG ASIH ELEMENTARY SCHOOL, YOGYAKARTA

Yovita Siska Febriana Sanata Dharma University

2014

This research was a case study of qualitative was got background by

student’s bad behavior that less respectfull for older people. The purpose of this research was to find out child's perception of the parenting parents. Informants in this research were two 4th grade school girl, one was 9 years old and the other one was 12 years old and they were students of Sumbang Asih Elementary School, Yogyakarta period 2014/ 2015.

The research instrument used was the interviews and the observation guide of Parenting Parents. The components that exist in the interview guide and observation guide were parental control of children, communication, and the demands of parents to become mature (growing children according to age). The technique of collecting data used interviews and observation. Test validity and credibility of data with triangulation. Data analysis was performed with the coding that organize data by giving the code on every answer from the source so that it appears a topic.

The results of this study was the second child give a positive perception

on parenting they receive. Perception the child’s appeared because the experience of family conditions on the attitudes and behaviors of parents in implemented parenting. Parents of two children applyed authoritative parenting children who pursue their existence in any decision-making so that the child did not feel constrain and had the discretion to act and express themselves in behaviors that were positive directional developmentally appropriate age experienced .

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah Bapa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh Orang Tua: Studi Kasus di SD Sumbang Asih, Yogyakarta” ini tepat pada waktunya.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, pekenankanlah penelitian menyampaikan ucapan terima kasih dengan setulus hati kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakil Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. dan Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum. dosen yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

5. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk skripsi ini.

6. Dosen dan para ahli yang telah menjadi validator pada instrumen penelitian yang saya kembangkan.

7. Keluarga Dn dan Hp yang telah memberi izin pada anaknya sebagai narasumber dalam penelitian.

8. Dn dan Hp yang telah bersedia menjadi narasumber dalam penelitian.

9. Kedua orang tua saya, Laurentius Pio Maryana dan Chressentiana Sadinem yang telah memberikan doa dan dukungan.

10.Kakak saya Vivia Ika Novena, S.Psi. yang telah menjadi rekan diskusi. 11.Para sahabat dan teman terkasih yang telah memberikan dukungan dan doa

(11)

xi

12.Teman-teman PGSD angkatan 2011 yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti.

13.Semua pihak yang telah banyak berjasa yang tidak dapat peneliti sebut satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan menuju lebih sempurna dari skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat untuk dunia pendidikan. Terima Kasih.

Peneliti,

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ASTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Definisi Operational ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Teori-Teori yang Mendukung ... 9

a. Persepsi ... 9

1) Faktor yang Berperan dalam Persepsi ... 10

2) Tiga Komponen Utama Persepsi... 12

3) Proses Terjadinya Persepsi ... 13

4) Jenis Persepsi ... 15

b. Pola Asuh Orang Tua ... 16

1) Teknik Pendisiplinan pada Pola Asuh ... 17

2) Tiga Tipe Pola Asuh Orang Tua ... 20

2. Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

B. Kerangka Berfikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Setting Penelitian ... 31

(13)

xiii

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 44

G. Kredibilitas dan Transferabilitas ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Pola Asuh Dn ... 53

2. Pola Asuh Hp ... 72

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 92

C. Implikasi ... 98

BAB V PENUTUP ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Keterbatasan Penelitian ... 100

C. Saran ... 100

DAFTAR REFERENSI ... 101

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

No Tabel Hal

3.1 Jadwal Pengambilan Data Penelitian ... 32

3.2 Identitas Siswa ... 33

3.3 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 39

3.4 Kisi-Kisi Panduan Observasi ... 42

3.5 Data Koding Wawancara ... 45

3.6 Rekapitulasi Penilaian Validasi Wawancara ... 49

3.7 Rekapitulasi Penilaian Validasi Observasi ... 50

4.1 Pola Asuh Dn ... 68

4.2 Data Hasil Wawancara dan Observasi Dn ... 71

4.3 Pola Asuh Hp ... 89

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Hal

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Hal

1. Surat Izin Sebelum Penelitian ... 104

2. Koding Wawancara Dn ... 105

3. Koding Wawancara Hp ... 115

4. Observasi Dn ... 126

5. Observasi Hp ... 133

6. Triangulasi Observasi Dn... 140

7. Triangulasi Observasi Hp... 142

8. Validasi Instrumen Penelitian ... 144

9. Penilaian Validasi Instrumen Penelitian ... 159

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan dibahas hal-hal yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan tempat bagi anak dalam memperoleh pendidikan untuk pertama kalinya. Hal ini berarti bahwa keluarga memegang peranan penting dalam tahap perkembangan anak dari usia dini hingga dewasa. Berbagai perilaku baik maupun buruk serta kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh segala aktivitas yang ada pada keluarga (Hurlock, 2005). Sebagaimana halnya peribahasa

“buah jatuh tak jauh dari pohonnya”, sifat anak juga tidak berbeda jauh dari orang tuanya. Akibatnya, tidak mengherankan jika kebanyakan orang menilai anak berdasarkan sikap dan perilaku orang tuanya. Hal ini dimungkinkan karena anak usia dini yang pada umumnya senang meniru sikap, perbuatan, dan kebiasaan yang dilakukan oleh orang tuanya sehingga secara tidak sadar apa yang dilakukan orang tua dapat menjadi contoh bagi anak dan membentuk kebiasaan mereka.

(18)

yang dilakukan anak-anak mereka serta memberi perhatian yang cukup pada mereka sehingga anak-anak merasa dianggap keberadaannya. Jika suatu ketika seorang anak melakukan perilaku negatif, orang tua wajib meluruskan dengan memberi pengertian dan selanjutnya mengarahkan menuju perilaku positif.

Cara untuk mendidik anak dalam keluarga tentunya berbeda-beda. Sebagian orang tua menerapkan didikan yang tegas sehingga anak harus tunduk dan patuh terhadap perintah dan anjuran dari orang tua dan sebagian lagi sibuk dengan pekerjaannya sehingga mereka bahkan tidak mempunyai waktu untuk sekedar bertemu dan bercerita dengan anaknya. Namun, cukup banyak pula orang tua yang memberikan kasih sayang penuh dengan memposisikan dirinya sebagai teman sebaya anak-anak mereka sehingga hubungan anak dan orang tua terjalin dekat dan lekat. Tentu saja cara pengasuhan orang tua memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan psikis anak.

(19)

diberikan kepada anak. Mendidik anak butuh keterampilan dan kesabaran yang cukup karena anak berkembang melalui tahapan-tahapan dan proses sehingga lahirlah kepribadian yang khas sebagai bentuk perwujudan diri untuk memperoleh penerimaan sosial dalam pembentukan harga diri (Yusuf, 2009).

Cara orang tua mendidik anak atau yang sering disebut sebagai pola asuh orang tua merupakan suatu cara terstruktur dan terproses untuk mendidik, melatih, dan membimbing anak agar mempunyai kepribadian yang berakhlak mulia. Cara orang tua dalam mendidik ini menjadi penilaian tersendiri bagi anak terhadap orang tuanya. Penilaian tersebut memberi makna yang mendalam bagi anak karena melalui penilaian, anak berpandangan untuk mencirikan sendiri tipe pola asuh yang orang tua terapkan. Selanjutnya, hal tersebut memberi balikan pula bagi anak untuk memposisikan diri dalam keluarga serta bagaimana dia harus bersikap dan berperilaku ketika berada di dalam rumah dan berkumpul bersama dengan keluarga seperti yang dikemukakan oleh Gusec dan Goodnow (Papalia, Olds, & Feldman, 2009).

(20)

Perilaku anak yang kurang sopan terhadap orang lain ditemui pula pada siswa-siswi di SD Sumbang Asih, Yogyakarta (nama samaran). Banyak anak berbicara menggunakan bahasa jawa ngoko pada guru, padahal bahasa jawa ngoko tepat digunakan untuk teman sebaya. Kondisi tersebut menjadi pemikiran karena bertentangan dengan fungsi keluarga untuk melindungi dan mengarahkan anak agar berkembang menjadi lebih baik. Pada saat melaksanakan PPL (Program Pengalaman Lapangan), peneliti mencoba mendekatkan diri dengan siswa-siswi sehingga peneliti dapat merangkum banyak hal mengenai karakteristik anak usia SD. Ada bermacam-macam karakteristik yang melekat pada masing-masing anak seperti masih mementingkan ego dan mau menang sendiri, adanya kecenderungan untuk memuji diri sendiri, manja, suka membanding-bandingkan dirinya dengan siswa-siswi lain, dan ingin diperhatikan.

(21)

mengenai pola asuh orang tua membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai persepsi anak terhadap pola asuh orang tua karena di dunia modern seperti saat ini banyak hal dapat mempengaruhi sikap, sifat, dan perilaku anak. Beberapa pengaruh tersebut antara lain adanya perkembangan teknologi yang berkembang pesat sehingga media sosial sangat mudah untuk diakses, lingkungan sosial yang menjadi tempat sehari-hari anak dalam berdinamika sosial dengan teman-teman dan orang lain, serta teman sebaya yang dominan dapat merubah sifat maupun karakter anak (Meggitt, 2013). Ahli teori behavioristik (enviromentalist) meyakini bahwa lingkungan anak adalah faktor utama yang memengaruhi perkembangan dan pemelajarannya. Seorang anak belajar untuk menyesuaikan perilakunya setelah mendapatkan apresiasi dan hukuman (Meggitt, 2013). Dari hal tersebut, jelas bahwa pola asuh orang tua dibutuhkan untuk mendisiplinkan anak sehingga anak dapat berperilaku baik dan bermoral (Hurlock, 2005).

(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi anak terhadap pola

asuh orang tua?”

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dibahas dalam latar belakang, maka peneliti membatasi masalah penelitian pada dua orang siswi kelas IV SD Sumbang Asih (nama samaran). Kedua orang siswi tersebut bernama Dn dan Hp (nama samaran). Pemilihan dua orang siswi dilakukan dengan terlebih dahulu mengobservasi perilaku dan melihat cara bersosialisasi siswi tersebut pada teman sebaya maupun guru. Setelah terpilih 2 orang siswi, peneliti melakukan wawancara terhadap guru mengenai perilaku ketika mereka berada di kelas. Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara semi-terstruktur pada narasumber di rumah masing-masing narasumber sekaligus melihat aktivitas yang narasumber lakukan setiap harinya.

Hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan bagi semua anak karena narasumber dipilih secara subjektif dan umum. Namun, jika ternyata ada kasus serupa dimungkinkan hasil penelitian dapat dijadikan pandangan dan referensi untuk penelitian lanjutan.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anak terhadap pola asuh orang tua.

E. Manfaat Penelitian

(23)

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi dalam bidang psikologi dan perkembangan mengenai persepsi anak terhadap pola asuh orang tua serta menjadi bahan menemukan penelitian baru yang serupa. 2. Praktis

a. Bagi Orang Tua

Memberi sumbangan pemikiran dalam mengasuh anak sehingga dapat memilih pola asuh yang tepat agar anak berkembang sesuai dengan tahapan usianya sehingga relasi antara orang tua dan anak terjalin lekat. b. Bagi Anak

Memberi pengalaman baru sehingga selalu berpandangan positif terhadap tipe-tipe pola asuh yang orang tua terapkan karena bagaimanapun juga orang tua selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya.

c. Bagi Peneliti

Memberi tambahan informasi kepada mahasiswa PGSD sebagai calon pendidik agar mengetahui gambaran mengenai persepsi anak terhadap pola asuh orang tua, selanjutnya dapat menyimpulkan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua ke dalam salah satu tipe pola pengasuhan yang ada.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

(24)

F. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu disepakati bersama agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda. Penulis mencoba memberi istilah dari masing-masing variabel yang tertuang pada judul. Beberapa istilah tersebut adalah:

1. Persepsi

Persepsi adalah cara pandang dari pemikiran seseorang dalam menilai suatu kejadian atau objek tertentu sehingga didapatkan kesimpulan melalui penginderaan, baik itu yang dilihat, dirasakan, diraba, dan lain sebagainya. 2. Pola Asuh Orang Tua

(25)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bagian ini akan dibahas hal-hal yang meliputi kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.

A. Kajian Pustaka

1. Teori-Teori yang Mendukung

a. Persepsi

(26)

Pengertian persepsi seperti yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli menjadikan peneliti dapat menyimpulkan bahwa persepsi adalah cara pandang dari pemikiran seseorang dalam menilai suatu kejadian atau objek tertentu sehingga didapatkan kesimpulan dan keputusan pemikiran melalui penginderaan. Penginderaan dapat diperoleh melalui penglihatan, perasa, penciuman, maupun peraba. Hasil dari penginderaan kemudian akan diproses dalam otak berdasarkan pengetahuan dan daya tangkap seseorang sehingga muncullah suatu pandangan dari kejadian atau objek yang dipersepsi.

1) Faktor yang Berperan dalam Persepsi

Persepsi individu dapat diorganisasikan dan diinterpretasikan melalui stimulus yang diterima sehingga stimulus tersebut mempunyai arti dan makna bagi individu yang bersangkutan. Stimulus merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam persepsi. Walgito (2010) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi adanya persepsi. Beberapa faktor tersebut adalah: a) Objek yang dipersepsi

(27)

dipersepsi. Objek persepsi dapat dibedakan atas objek yang nonmanusia dan manusia. Objek persepsi yang berwujud manusia disebut person perception atau ada juga yang menyebutkan sebagai social perception, sedangkan persepsi yang berobjekkan nonmanusia sering disebut sebagai nonsocial perception atau juga disebut sebagai things perception.

b) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Ada lima alat indera yaitu mata sebagai indera penglihatan, hidung sebagai indera pencium, telinga sebagai indera pendengaran, mulut sebagai indera pengecap, dan kulit sebagai indera peraba. Selain alat indera juga harus ada syaraf sensoris. Syaraf sensoris bekerja untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Otak kemudian merangkum informasi yang diterima dan mengolahnya menjadi suatu persepsi. c) Perhatian

(28)

Penjelasan mengenai faktor-faktor yang berperan dalam persepsi memberi arahan bahwa objek, alat indera, susunan syaraf dan perhatian sangat diperlukan untuk dapat memunculkan sebuah persepsi. Adanya objek yang diterima oleh alat indera dapat menggerakkan susunan syaraf sehingga syaraf akan bekerja dan membentuk perhatian yang mendalam. Perhatian yang mendalam tersebut yang akhirnya dapat membentuk pandangan untuk mempersepsi suatu hal, kejadian, atau objek.

2) Tiga Komponen Utama Persepsi

Persepsi meliputi suatu interaksi rumit yang melibatkan setidaknya tiga komponen utama, yaitu: seleksi, penyusunan, dan penafsiran. Berikut adalah tiga komponen utama persepsi menurut Desmita (2009):

a) Seleksi

Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap stimulus. Ada bermacam-macam stimulus, namun hanya beberapa informasi saja yang akan diseleksi. Struktur kognitif yang telah ada dalam kepala akan menyeleksi, membedakan data yang masuk dan memilih data mana yang relevan sesuai dengan kepentingan dirinya.

b) Penyusunan

(29)

sejumlah stimulus ke dalam pola-pola tertentu dengan cara-cara yang sama sehingga penyusunan stimulus tergantung pada kemampuan manusia dalam menangkap dan mengolah stimulus tersebut pada otak sebagai pusat kesadaran. c) Penafsiran

Penafsiran adalah proses menerjemahkan atau menginterpretasikan informasi atau stimulus ke dalam bentuk tingkah laku sebagai respon. Individu akan membangun kaitan-kaitan antara stimulus yang datang dengan struktur kognitif yang lama, kemudian membedakan stimulus yang datang untuk memberi makna berdasarkan hasil interpretasi yang dikaitkan dengan pengalaman sebelumnya. Selanjutnya, individu akan bertindak atau bereaksi sebagai bentuk respon dari hasil yang diintepretasikannya.

Penjelasan mengenai tiga komponen utama yang memunculkan adanya persepsi memberi pengetahuan bahwa persepsi dapat muncul karena adanya tahapan pada proses penyeleksian, penyusunan, dan penafsiran. Informasi diseleksi dan disaring oleh alat indera kemudian informasi tersebut disusun berdasarkan daya tangkap dan kemampuan masing-masing individu. Setelah adanya proses penyusunan dan pengolahan informasi di dalam otak, maka timbullah penafsiran atau penginterpretasian secara menyeluruh.

3) Proses Terjadinya Persepsi

(30)

diraba. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera.

Perhatian diperlukan dalam proses persepsi karena persepsi individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai oleh berbagai macam stimulus yang ditimbulkan dari keadaan sekitarnya. Namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon dari individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Secara skematis, proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Proses Terjadinya Persepsi St St

St St

RESPON Fi Fi

Fi Fi Keterangan gambar:

St: stimulus (faktor luar)

Fi: faktor intern (faktor dalam, termasuk perhatian) Sp: struktur pribadi individu

Walgito (2010) memberi gambaran dalam skema tersebut bahwa individu menerima bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon. Individu

(31)

mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya dan di sinilah berperannya perhatian. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihnya dan diterima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut. Kesimpulan dari proses terjadinya persepsi adalah bahwa persepsi dapat muncul karena adanya stimulus yang datang dari lingkungan sekitar kemudian beberapa stimulus tersebut diseleksi dan mendapat perhatian sehingga akan tersusun suatu pemikiran yang dapat menimbulkan respon.

4) Jenis Persepsi

Cara pandang seseorang dalam menilai dan mengintepretasikan apa yang dilihat dan dirasakan melalui penginderaan dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis persepsi. Purwanto (1997) mengemukakan bahwa ada dua jenis persepsi, yaitu:

a) Persepsi Positif

Persepsi positif adalah persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan dan tanggapan yang selaras dengan objek persepsi dan diteruskan dengan upaya pemanfaatannya. Persepsi ini biasanya menunjukkan kesukaan dan ketertarikan seseorang dalam menerima stimulus yang datang.

b) Persepsi Negatif

(32)

Penggolongan jenis persepsi cenderung didasari oleh objek dan stimulus yang diterima. Objek dan stimulus mendorong seseorang untuk memunculkan suatu persepsi baik itu persepsi positif maupun negatif. Jenis persepsi tersebut dapat dimaksudkan sebagai balikan dari penginderaan yang muncul sehingga mendorong seseorang untuk melakukan tindakan sesuai dengan kehendak dari persepsi yang mereka yakini. Jadi, persepsi adalah cara pandang dari pemikiran seseorang dalam menilai suatu kejadian atau objek tertentu sehingga didapatkan kesimpulan melalui penginderaan.

b. Pola Asuh Orang Tua

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, atau bentuk (struktur) yang tetap. Ketika pola diberi arti bentuk/ struktur yang tetap dan dilakukan secara berulang-ulang, maka hal itu semakna dengan istilah kebiasaan. Asuh berarti mengasuh. Mengasuh adalah satu bentuk kata kerja yang bermakna menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih, dan sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri, memimpin (mengepalai, menyelenggarakan) suatu badan kelembagaan. Pengasuh berarti orang yang mengasuh; wali (orang tua, dan sebagainya). Pengasuhan berarti proses, perbuatan, cara pengasuhan. Kata asuh mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat.

(33)

keluarga, tentu saja orang tua yang dimaksud adalah ayah dan atau ibu kandung dengan tugas dan tanggung jawab mendidik anak dalam keluarga. Pola asuh orang tua dalam keluarga berarti kebiasaan orang tua, ayah dan atau ibu, dalam memimpin, mengasuh dan membimbing anak dalam keluarga. Mengasuh dalam arti menjaga dengan cara merawat dan mendidiknya. Membimbing dengan cara membantu, melatih, dan sebagainya.

Tafsir (Djamarah, 2014) mengartikan bahwa pola asuh adalah pendidikan maka pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dan persisten dalam menjaga, membimbing, dan mendidik anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu.

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah bahwa pola asuh orang tua merupakan cara didik yang diterapkan oleh orang tua untuk membentuk karakter dan kebiasaan yang khas pada anak sehingga karakter dan kebiasaan tersebut melekat dalam diri anak pada proses tumbuh kembangnya dari setiap waktu ke waktu. Pola asuh tentu menjadi dasar orang tua dalam membimbing anak agar dapat berperilaku baik, maka akan lebih tepat jika pola asuh orang tua diterapkan dengan melihat usia dan karakteristik masing-masing anak.

1) Teknik Pendisiplinan pada Pola Asuh

(34)

tujuan mengembangkan disiplin diri dengan memberikan perilaku yang dianggap pantas yang diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anaknya. Berikut adalah bentuk-bentuk disiplin sebagai pendisiplinan dalam pola asuh menurut Isabel Allende (Papalia, Olds, & Fieldman, 2009):

a) Penguatan dan Hukuman

Penguatan (reinforcement) eksternal bisa berupa penguatan yang dapat diukur (uang, permen, mainan, atau binatang) atau tidak dapat diukur (senyuman, pujian, pelukan, perhatian lebih, atau perlakuan spesial). Apapun bentuk imbalan, anak harus melihatnya sebagai sesuatu yang memberikan keuntungan dan menerimanya dengan cukup konsisten setelah memperlihatkan perilaku yang diinginkan.

b) Hukuman Fisik (Corporal Punishment)

Hukuman fisik (corporal punishment) didefinisikan sebagai penggunaan kekuatan fisik dengan tujuan agar anak merasakan rasa sakit tetapi tidak mencederai. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki perilaku dan mendisiplinkan anak. Hukuman fisik dianggap lebih efektif dibandingkan tindakan lain dan tidak berbahaya jika dilakukan secara tidak berlebihan, namun dapat pula memberi pengaruh negatif jika kurang benar dalam penerapannya. c) Penonjolan Kekuasaan (Power Assertion)

(35)

penarikan hak-hak, memukul, atau bentuk hukuman lainnya. Hal tersebut dimaksudkan agar anak menyadari peran orang tua untuk mengawasi mereka. d) Teknik Induktif (Inductive Techniques)

Teknik induktif (inductive techniques) dirancang untuk mendorong perilaku yang diinginkan (atau menekan perilaku yang tidak diinginkan) melalui argumen dengan anak; dalam hal ini termasuk penetapan batasan, menunjukkan konsekuensi logis dari sebuah tindakan, memberikan penjelasan, berdiskusi dan memperoleh ide dari anak mengenai hal yang dianggap adil.

e) Penarikan Kasih Sayang (Withdrawal of Love)

Penarikan kasih sayang (withdrawal of love) dapat berbentuk pengabaian, isolasi, atau menunjukkan ketidaksukaan pada anak sehingga anak mendapat perlakuan acuh tak acuh dari oang tua.

f) Agresi Psikologi (Psychological Aggression)

Agresi psikologi (psychological aggression) adalah serangan verbal yang dapat menyebabkan kerugian psikologis, seperti berteriak (bentuk yang paling umum), mengumpat, mengejek, mengancam akan memukul, atau mengancam dan mengusir anak.

(36)

2) Tiga Tipe Pola Asuh Orang Tua

Sebagai seorang pemimpin, orang tua dituntut mempunyai dua keterampilan, yaitu keterampilan manajemen (managerial skill) maupun keterampilan teknis (technical skill). Sedangkan kriteria kepemimpinan yang baik memiliki beberapa kriteria, yaitu kemampuan memikat hati anak, kemampuan membina hubungan yang serasi dengan anak, penguasaan keahlian teknis mendidik anak, memberikan contoh yang baik kepada anak, memperbaiki jika merasakan ada kesalahan dan kekeliruan dalam mendidik, membimbing, dan melatih anak (Djamarah, 2014).

Diana Baumrind meneliti sebanyak 103 anak prasekolah dari 85 keluarga. Beliau melakukan wawancara, pengetesan, dan melihat pembelajaran selama di rumah untuk mengukur bagaimana anak berfungsi, mengidentifikasi tiga pola asuh orang tua, dan menggambarkan pola perilaku umum dari anak yang dibesarkan dengan masing-masing cara. Berikut adalah tipe pola asuh orang tua menurut Diana Baumrind (dalam Papalia, Olds, & Fieldman, 2009):

a) Orang tua yang otoritarian (authoritarian)

(37)

b) Orang tua yang permisif (permissive)

Orang tua yang permisif adalah orang tua yang menghargai ekspresi diri dan pengaturan diri. Orang tua hanya membuat sedikit permintaan dan membiarkan anak memonitor aktivitas mereka sendiri sedapat mungkin. Ketika membuat aturan, orang tua menjelaskan alasannya kepada anak. Orang tua berkonsultasi dengan anak mengenai keputusan kebijakan dan jarang menghukum. Orang tua bersikap hangat, tidak mengontrol, dan tidak menuntut. c) Orang tua yang otoritatif (authoritative)

Orang tua yang otoritatif adalah orang tua yang menghargai individualitas anak tetapi juga menekankan batasan-batasan sosial. Orang tua percaya akan kemampuan dalam memandu anak, tetapi juga menghargai keputusan mandiri, minat, pendapat, dan kepribadian anak. Orang tua menyayangi dan menerima, tetapi juga meminta perilaku yang baik, tegas dalam menetapkan standar, dan berkenan untuk menerapkan hukuman yang terbatas dan adil jika dibutuhkan dalam konteks hubungan yang hangat dan mendukung. Orang tua menjelaskan alasan dibalik pendapatnya dan mendorong komunikasi verbal timbal balik sehingga anak merasa aman karena mengetahui mereka dicintai, tapi juga diarahkan dengan tegas. Dari teori-teori di atas, ada tiga tipe pola asuh orang tua yaitu otoritarian (authoritarian), permisif (permissive), dan otoritatif (authotitative) yang masing-masing memiliki kekhasan tersendiri dalam penerapannya.

(38)

mengikat sehingga anak harus tunduk dan patuh pada peraturan yang ditetapkan. Pola asuh permisif adalah pola asuh yang memberikan kekeluasaan sebebas-bebasnya pada anak untuk bertindak dan berperilaku. Pola asuh otoritatif adalah pola asuh yang memberikan batasan dengan adanya keleluasaan dan penerimaan sehingga keberadaan anak sering diikutkan dalam diskusi keluarga.

2. Hasil Penelitian yang Relevan

Dewy (2009) melakukan penelitian dengan judul Persepsi Anak Mengenai Keluarga di Surakarta dan menetapkan 55 anak usia sekolah dasar sebagai subyek penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anak mengenai keluarga dan diperoleh hasil berupa 51 macam kata persepsi. Kata-kata persepsi tersebut dibagi menjadi 3 berdasarkan prosentase dari yang paling sering muncul, kemunculannya dibawah 10%, dan yang jarang muncul. Kata persepsi yang dominan adalah persepsi mengenai keluarga yang menyayangi

(39)

proyektif dengan teknik konstruksi yang menghasilkan cerita dan kuesioner terbuka. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis isi.

Relevansi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah adanya kesamaan dalam pembahasan yaitu munculnya persepsi anak terhadap sikap dan perilaku anggota keluarga sehingga anak menangkap fungsi keluarga dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat keterkaitan persepsi anak dengan perilaku anggota keluarga sebab anak dapat merasakan adanya keharmonisan maupun ketidakharmonisan dengan mengandalkan pemikiran mereka melalui proses penginderaan. Penelitian sebelumnya dengan penelitian ini mendekati serupa karena dalam penelitian ini juga akan mengungkapkan persepsi anak terhadap orang tua berdasarkan sikap dan perilaku orang tua selama mereka mendidik dan mengasuh anak.

Pramawaty dan Hartati (2012) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dan konsep diri anak usia sekolah (10-12 tahun). Penelitian dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Konsep Diri Anak Usia Sekolah (10-12 Tahun) ini menggunakan pendekatan kuantitatif non eksperimental dengan studi korelasi. Data diuji dengan Chi Square

(40)

penelitian ini adalah anak usia 10-12 tahun dan ditentukan melalui teknik total sampling dengan total responden adalah 149 orang.

Relevansi dari penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah kesamaan usia anak yaitu 10–12 tahun serta keterkaitan peran orang tua pada masa tumbuh kembang anak. Penelitian ini juga akan membahas mengenai orang tua dalam perannya mendidik anak untuk menjadi matang (berkembang sesuai dengan usianya). Narasumber yang diteliti pada penelitian ini adalah dua siswi SD yang berumur 9 dan 12 tahun sehingga dalam penelitian sebelumnya peneliti mendapat informasi mengenai karakteristik-karakteristik anak usia 10-12 tahun.

(41)

anak-anak, sedangkan pengambilan data menggunakan laporan CAT dengan teknik analisis tematik.

Relevansi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu mengungkapkan persepsi anak berdasarkan sikap dan perilaku yang orang tua lakukan dalam hidup sehari-hari. Persepsi anak mengenai orang tua dapat terbentuk karena kondisi keluarga dan pengalaman melihat serta merasakan sikap maupun perilaku orang tua baik itu sikap yang patut dicontoh atau sikap yang kurang patut untuk dicontoh. Penelitian ini juga mengungkapkan persepsi siswa berdasarkan sikap orang tua dalam mendidik dan mengontrol anak mereka sehingga perlakuan mereka melekat pada anak dan memberi pelajaran untuk kehidupan mendatang.

(42)

siswa, kelas VIIIC sejumlah 23 siswa, dan kelas VIIID sejumlah 25 siswa. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Pola Asuh Orang Tua dengan jumlah 60 item. Hasil penelitian menyatakan bahwa (1) siswa memiliki persepsi kuat terhadap pola asuh demokratis dengan frekuensi tinggi (92,22%), persepsi lemah terhadap pola asuh otoriter dengan frekuensi tinggi (65,56%), dan persepsi lemah terhadap pola asuh permisif dengan frekuensi tinggi (73,33%). (2) Terdapat 6 butir dominan untuk pola asuh otoriter dan 5 butir dominan untuk pola asuh permisif. (3) Terdapat 10 siswa yang memiliki rata-rata skor sama antara pola asuh permisif dan otoriter dan 9 siswa yang memiliki rata-rata skor sama antara ketiga pola asuh.

Relevansi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah adanya pola asuh orang tua pada anak sehingga anak dapat menilai dan mempersepsikan pola asuh yang mereka terima. Penelitian sebelumnya dan penelitian ini memiliki kesamaan yang besar sebab penelitian ini juga akan menarik persepsi anak terhadap pola asuh orang tua. Anak menilai tipe pola asuh otritarian, permisif, atau otoritarif berdasarkan perlakuan dan cara didik yang diterapkan orang tua sehari-harinya.

Uji, Sakamoto, Adachi, dan Kitamura (2013) dalam penelitiannya yang berjudul The Impact of Authoritative, Authoritarian, and Permissive Parenting

Styles on Children’s Later Mental Health in Japan: Focusing on Parent and Child

(43)

dampak yang baik sehingga responden dapat berhasil di kemudian hari. Penelitian ini mengambil sebanyak 1.320 orang sebagai responden. Responden dipilih secara acak termasuk didalamnya karyawan perusahaan, mahasiswa, dan staf rumah sakit untuk mengingat dan mengevaluasi pengasuhan yang mereka terima dan melaporkan kesehatan mental yang mereka rasakan saat ini.

(44)

memunculkan pandangan dan penilaian tersendiri bagi anak mengenai baik buruk maupun positif negatif orang tua. Selanjutnya, pola asuh otoritarian, permisif, dan otoritatif juga memberi dampak pada mental seseorang sampai usia dewasa karena pola asuh berperan sebagai pembentuk karakter dan kepribadian seseorang sehingga akan melekat sampai usia dewasa hingga tua.

Berikut adalah bagan literatur map dari penelitian-penelitian yang relevan: Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan

B. Kerangka Berpikir

Peran keluarga sangatlah penting bagi tumbuh kembang anak dari usia dini hingga dewasa, terlebih pola asuh orang tua karena berfungsi membentuk kepribadian serta karakter anak. Melalui pola asuh inilah anak dapat menilai kemudian mempersepsikan perasaan yang muncul dalam menanggapi berbagai tipe pola asuh yang orang tua terapkan. Perbedaan cara orang tua dalam mendidik anak tentunya akan membawa pengaruh yang berdampak baik maupun buruk bagi psikis anak. Perlu adanya keterampilan dan kesabaran untuk mengolah

Dewy (2009) Persepsi Anak Mengenai Keluarga di

Surakarta

Dumanauw (2012) Persepsi Siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2011/2012 Terhadap Pola Asuh Orang

Tua.

Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Konsep Diri Anak

Usia Sekolah (10-12 Tahun)

Uji, Sakamoto, Adachi, dan Kitamura (2013)

(45)

komunikasi serta membagi waktu antara kesibukan dengan pemberian perhatian sehingga hubungan anak dan orang tua terjalin dekat dan lekat. Namun begitu, perlu pula adanya pengajaran kontrol diri melalui perilaku yang dianggap pantas agar anak disiplin dan terkendali.

(46)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bagian ini akan dibahas hal-hal yang meliputi jenis penelitian, setting

penelitian, desain penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisa data, kredibilitas dan tranferabilitas.

A. Jenis Penelitian

(47)

B. Setting Penelitian

Penelitian ini diadakan di dua keluarga yang beralamatkan di daerah Yogyakarta. Alasan pemilihan dua keluarga sebagai tempat untuk melakukan penelitian karena peneliti ingin melihat dan mengetahui dua persepsi anak terhadap pola asuh orang tuanya apakah serupa atau bahkan sama sekali berbeda. Lingkungan sekitar daerah Sleman, Yogyakarta termasuk lingkungan pinggiran namun keadaan ekonomi masyarakat sekitar cukup terpenuhi. Lingkungannya terbagi menjadi perumahan-perumahan, walau begitu kondisi sosialnya masih kental dengan kondisi di pedesaan pada umumnya. Namun, ada pula beberapa keluarga yang berada di posisi kalangan menengah dan kekurangan.

(48)

terjadi dalam kehidupan sehari-harinya selama di rumah. Proses pengambilan data berlangsung selama dua bulan pada bulan September dan Oktober. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan satu kali sedangkan observasi sebanyak tiga kali dengan waktu yang berbeda-beda yaitu pada siang sampai menjelang sore hari, petang sampai malam hari, dan pagi hari. Berikut adalah tabel jadwal pengambilan data wawancara dan observasi:

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data Penelitian

No. Hari, tanggal Kegiatan Waktu

1. Senin, 29 September 2014 Observasi di rumah Dn 11.45 – 16.30 2. Senin, 29 September 2014 Wawancara dengan Dn 12.11 – 12.36 3. Rabu, 1 Oktober 2014 Observasi di rumah Hp 11.45 – 16.30 4. Rabu, 1 Oktober 2014 Wawancara dengan Hp 12.12 – 12.45 5. Rabu, 8 Oktober 2014 Observasi di rumah Dn 17.30 – 21.00 6. Sabtu, 11 Oktober 2014 Observasi di rumah Dn 05.00 – 06.45 7. Rabu, 15 Oktober 2014 Observasi di rumah Hp 17.30 – 21.00 8. Sabtu, 18 Oktober 2014 Observasi di rumah Hp 05.00 – 06.30

(49)

di kelas IV merupakan dasar untuk menuju proses perkembangan berpikir siswa ke tingkat atas sehingga peneliti berpikir bahwa ada hubungan dan peran keluarga dalam tumbuh kembang anak pada awal masuk kelas atas. Pemilihan narasumber dilakukan melalui observasi dan pengamatan mengenai karakteristik yang melekat sehingga karakter tersebut membentuk kepribadian dan ditemukan dua narasumber yang berbeda kepribadian. Narasumber Dn termasuk siswi yang pendiam namun dia ramah dan hubungan dengan teman-temannya baik. Prestasi di kelas cukup tinggi, jika ada teman yang meminta bantuan, Dn akan dengan senang hati membantu. Narasumber Hp termasuk siswi yang sangat ramah, disegani oleh teman-temannya namun perilakunya kurang sopan pada orang yang lebih tua. Sering kali, Hp mengucapkan kata-kata kasar pada orang yang lebih tua. Prestasi di kelas tergolong rendah sehingga Hp pernah mengalami tinggal di kelas selama dua tahun.

Tabel 3.2 Identitas Siswa

Nama (samaran) Nama Sekolah (disamarkan) Kelas Umur

Dn SD Sumbang Asih IV 9 tahun

Hp SD Sumbang Asih IV 12 tahun

C. Desain Penelitian

(50)

masih terbagi menjadi lima langkah-langkah kerja. Secara keseluruhan, alur penelitian kualitatif ini dapat dilihat pada bagan rencana penelitian di bawah ini:

Gambar 3.1 Bagan rencana penelitian (diadaptasi dari Setyawan (2008)) Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Perencanaan Pengumpulan data Analisis data

Langkah 2

Langkah 1 Memilih Langkah 4

Memilih fokus narasumber Melakukan penelitian Langkah 5 penelitian - wawancara Koding dan

Menentukan - observasi organisasi

rumusan Langkah 3 - transkrip data

masalah Merancang - menilai kepercayaan Menafsirkan

Menyusun konsep instrumen Menganalisis Penelitian Menarik kesimpulan

Berikut adalah penjelasan langkah-langkah dari masing-masing tahapan penelitian:

1. Langkah pertama

Peneliti melakukan pemilihan tema atau topik dan menentukan fokus penelitian kemudian peneliti menentukan rumusan masalah dengan menyusun kalimat pertanyaan sebagai langkah awal untuk memulai penelitian. Langkah selanjutnya adalah menyusun konsep sehingga penelitian dapat berjalan sesuai alur yang telah ditentukan.

2. Langkah kedua

Peneliti mulai memilih narasumber berdasarkan topik yang akan diteliti. Pemilihan narasumber dilihat berdasarkan kriteria cara bersosialisasi dan berperilaku terhadap guru dan teman-teman di sekolahnya.

3. Langkah ketiga

(51)

wawancara dan panduan observasi. Peneliti membuat kisi-kisi terlebih dahulu kemudian meminta beberapa ahli untuk menentukan kelayakan untuk dapat dipakai sebagai instrumen penelitian.

4. Langkah keempat

Peneliti mulai melakukan penelitian dengan terlebih dahulu mewawancarai narasumber kemudian melakukan observasi untuk melihat secara langsung segala aktivitas narasumber ketika berada di rumah. Setelah peneliti mendapatkan data-data dan dirasa cukup, peneliti menyusun transkrip wawancara dan mendeskripsikan secara gamblang segala aktivitas yang sebenarnya terjadi pada narasumber kemudian menilai kepercayaan dengan melakukan pengecekan terhadap cerita dari sumber yang berbeda. Saat melakukan penelitian, peneliti juga mengambil informasi-informasi dari guru kelas serta teman-teman narasumber mengenai perilaku dan kebiasaan narasumber selama berada di sekolah.

5. Langkah kelima

Langkah selanjutnya setelah transkrip wawancara tersusun, peneliti menetapkan kode-kode pada jawaban narasumber yang berkaitan dengan kisi-kisi pada pedoman wawancara untuk mempermudah pengorganisasian data. Dari data yang telah terorganisasi tersebut, peneliti menginterpetasi dan menganalisis data yang didapat kemudian menceritakan secara keseluruhan data wawancara maupun observasi dan menarik kesimpulan dari analisis tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

(52)

seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2010). Sedangkan observasi menurut Sudijono (2012) adalah cara menghimpun data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung kepada obyek dan melakukan catatan secara sistematis terkait dengan kejadian-kejadian yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

1. Wawancara

(53)

mendefinisikan diri sendiri dan lingkungannya dengan menggunakan istilah-istilah mereka sendiri dan tidak sekedar menjawab pertanyaan sehingga jawaban dari narasumber bukan hanya secara jujur tetapi lengkap dan terjabarkan.

2. Observasi

Observasi pada penelitian kualitatif ini merupakan observasi yang di dalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas narasumber di lokasi penelitian. Peneliti melakukan observasi saat narasumber berada di rumah dan menjalin hubungan dengan keluarga sehingga peneliti dapat mengamati secara langsung kebiasaan dan mengetahui lebih lanjut segala aktivitas yang benar-benar terjadi dalam keluarga tersebut terlebih pada pola asuh yang diterima narasumber. Patton (Poerwandari, 2007) mengutarakan bahwa terdapat beberapa kelebihan observasi, yaitu:

a. Peneliti mampu memahami secara lebih mengenai konteks yang sedang terjadi terkait dengan penelitian.

b. Adanya observasi membuat peneliti berpikiran terbuka sejalan dengan apa yang ditemukan, bukan karena pandangan awal yang dimiliki oleh peneliti yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

c. Peneliti mampu melihat hal-hal yang tidak sadar dilakukan oleh narasumber.

d. Peneliti dapat menemukan data yang tidak diungkapkan oleh narasumber saat wawancara.

(54)

E. Instrumen Penelitian

Istrumen penelitian mengenai Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh Orang Tua ini adalah peneliti sendiri dengan bantuan pedoman wawancara dan panduan observasi.

1. Pedoman Wawancara

Sebelum wawancara dilakukan, peneliti terlebih dahulu menginformasikan pokok-pokok bahasan pertanyaan yang akan ditanyakan. Perlengkapan yang digunakan dalam wawancara tidak terstruktur ini berupa digital camera,

handphone, pensil, dan daftar pertanyaan. Wawancara dilakukan sebanyak 1 kali pada masing-masing narasumber dan dilakukan di rumah narasumber sekaligus peneliti melakukan observasi untuk yang pertama kalinya.

(55)

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan

Kontrol Orang

Apa yang kamu lakukan di pagi hari setelah bangun tidur?

Kegiatan apa saja yang kamu lakukan setelah pulang dari sekolah? Apa yang dilakukan orang tuamu ketika kamu melakukan kesalahan? Apa yang orang tuamu lakukan saat kamu tuamu ketika kamu lupa untuk merapikan tempat

mendapatkan nilai yang tidak bagus, apa yang dilakukan orang tuamu?

(56)

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan Komunikasi Penarikan

kasih pekerjaan orang tua? Apa saja yang dilakukan orang tuamu ketika orang tuamu saat kamu tidak mau belajar? Apa yang dilakukan oleh orang tuamu saat kamu mendapatkan nilai baik? Kegiatan apa saja yang kamu lakukan di luar rumah?

(57)

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan orang tuamu ketika kamu pergi tanpa izin?

2. Panduan Observasi

(58)

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Panduan Observasi untuk Anak tentang Pola Asuh Orang Tua

Komponen Aspek Deskripsi Item Observasi

Kontrol

dilakukan di pagi hari setelah bangun tidur. Kegiatan yang tua saat anak belajar. Hukuman

Reaksi orang tua ketika anak lupa merapikan fisik; dalam hal ini termasuk meminta, ancaman, penarikan hak-hak, memukul, atau bentuk

hukuman lainnya.

(59)

Komponen Aspek Deskripsi Item Observasi

Sikap orang tua ketika mengetahui anak berkata bohong.

Komunikasi Penarikan kasih ketika berada di rumah. Orang tua memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tindakan yang

dilakukan orang tua saat anak tidak mau belajar. tua jika anak berhasil atau mendapat nilai baik.

(60)

Komponen Aspek Deskripsi Item Observasi

Sikap orang tua ketika melihat anak ketika anak pergi tanpa izin.

F. Teknik Analisis Data

Pengolahan data dimulai dengan mengorganisasikan data yang telah diperoleh kemudian dilakukan koding pada data hasil wawancara. Menurut Highlen dan Finley (Poerwandi, 2007) pengorganisasian data mempunyai 3 tujuan, yaitu:

1. Memperoleh kualitas data yang lebih baik.

2. Mendokumentasikan analisis yang telah dilakukan.

3. Menyimpan data dan analisis yang berkaitan dengan penyelenggaraan penelitian.

(61)

1. Koding

Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data tersebut dapat memunculkan gambaran tentang topik yang diteliti. Dengan demikian peneliti akan menemukan makna dari data yang didapatkan. Langkah awal koding dapat dilakukan melalui: pertama, peneliti menyusun transkripsi verbatim (kata demi kata) atau catatan lapangan sedemikian rupa sehingga ada kolom kosong di sebelah kiri dan kanan untuk membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu pada transkrip tersebut. Kedua, peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu. Kode yang dipilih dianggap tepat untuk mewakili berkas data wawancara yang didapat. Berikut adalah tabel data koding dari wawancara:

Tabel 3.5 Tabel Data Koding Wawancara

Komponen Deskripsi Pertanyaan Kode

Kontrol

Apa yang kamu lakukan di pagi hari setelah bangun tidur?

WH/D1/P1

Kegiatan apa saja yang kamu lakukan setelah pulang dari sekolah?

WH/D1/P2

Apa yang dilakukan orang tuamu ketika kamu melakukan kesalahan?

WH/D1/P3

Apa yang orang tuamu lakukan saat kamu tuamu ketika kamu lupa untuk merapikan tempat tidur?

(62)

Komponen Deskripsi Pertanyaan Kode fisik; dalam hal ini termasuk meminta,

mendapatkan nilai yang tidak bagus, apa yang dilakukan orang tuamu?

Apa yang diucapkan oleh orang tuamu saat kamu berkata bohong?

WH/D4/P1

Komunikasi Dapat berbentuk mengabaikan isolasi,

pekerjaan orang tua?

WH/D5/P2 Apa saja yang dilakukan

(63)

Komponen Deskripsi Pertanyaan Kode untuk menjawabnya?

Apa yang dilakukan oleh orang tuamu saat kamu mendapatkan nilai baik?

WH/D5/P8

Kegiatan apa saja yang kamu lakukan di luar rumah?

WH/D5/P9

Apakah kamu bercerita pada orang tua tentang pengalaman sehari-orang tuamu ketika kamu pergi tanpa izin?

WH/D6/P4

(64)

tidur. Sama halnya dengan kode WD/D2/P1, WD artinya wawancara dengan Dn. D2 artinya deskripsi bagian kedua yaitu penggunaan kekuatan fisik yang bertujuan agar anak merasakan rasa sakit untuk memperbaiki atau mengontrol perilaku anak tetapi tidak mencederai. P1 artinya jawaban dari pertanyaan pertama yaitu reaksi orang tua ketika anak lupa merapikan tempat tidur.

2. Meringkas data hasil wawancara dan observasi kemudian memberi tanda untuk mengkategorikan dan melihat persamaan maupun perbedaannya. Setelah melakukan koding, peneliti meringkas data wawancara dan observasi yang diperoleh dari setiap narasumber kemudian melihat persamaan dan perbedaan antara data wawancara dan data observasi sebagai triangulasi data. Setelah itu, peneliti memberi tanda garis bawah pada kalimat yang menyatakan adanya persamaan dan memberi huruf italic pada kalimat yang menyatakan adanya perbedaan.

3. Menganalisis dan mengintepretasi data yang dikode

Kode-kode yang telah dibubuhkan pada data hasil wawancara kemudian akan dibahas (dianalisis dan diintepretasikan) dan ditemukan kesimpulannya.

F. Kredibilitas dan Transferabilitas

(65)

gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya diperlukan teknik pemeriksaan uji validitas pada instrumen yang digunakan dalam penelitian. Instrumen penelitian diuji oleh 5 orang professional judgment pada bulan Agustus sampai September 2014. Daftar pertanyaan dan observasi yang akan dipakai dalam penelitian diperoleh dengan mengonsultasikan kisi-kisi pedoman wawancara dan kisi-kisi panduan observasi serta daftar pertanyaan yang telah disusun dan divalidasi oleh ahli (professional judgment) dengan tujuan supaya daftar pertanyaan maupun item observasi yang telah disusun dapat mencakup seluruh isi objek yang akan diteliti. Professional judgment I dan II adalah dosen yang ahli dalam penelitian kualitatif. Peneliti memilih kedua dosen tersebut dengan pertimbangan bahwa kedua ahli paham akan struktur pengolahan kata untuk dijadikan kalimat. Professional judgment III dan IV adalah dosen yang ahli dalam bidang psikologi yang paham akan teori-teori mengenai persepsi dan tipe-tipe pola asuh orang tua. Professional judgment V adalah guru kelas. Peneliti memilih guru kelas dengan pertimbangan bahwa guru kelas turut berperan dalam mendidik narasumber penelitian. Berikut adalah rekapitulasi nilai validasi wawancara dan observasi berdasarkan check list dari ahli (professional judgment):

Tabel 3.6 Rekapitulasi Penilaian Validasi Wawancara

No Validator Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4

1 Dosen a 4 4 3 3

2 Dosen b 3 2 2 2

3 Dosen c 4 3 3 2

4 Dosen d 3 2 2 3

5 Guru 4 4 3 4

(66)

Tabel 3.7 Rekap Penilaian Validasi Observasi

No Validator Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4

1 Dosen a 4 4 3 3

2 Dosen b 3 2 2 2

3 Dosen c 4 3 3 2

4 Dosen d 4 3 2 2

5 Guru 4 3 4 4

Rata-Rata 3.8 3 2.8 2.6

Tabel 3.6 dan 3.7 Menunjukkan nilai dan rata-rata yang diperoleh dari kelima professional judgment. Skor setiap aspek adalah 1 sampai 4 dan penilaian dari professional judgment menunjukkan bahwa rata-rata yang diperoleh sudah melebihi batas angka 2 namun peneliti masih harus melakukan revisi dalam hal pengolahan kalimat agar kalimat yang digunakan dalam instrumen efektif dan mudah dipahami anak usia SD. Revisi pada instrumen penelitian dilakukan sebanyak dua kali dengan rekomendasi pada instrumen pedoman wawancara agar mengganti pola kalimat karena beberapa kalimat masih menimbulkan makna ganda sehingga harus diperjelas kalimatnya sedangkan rekomendasi pada lembar observasi masih perlu dibuat lebih spesifik sehingga jelas apa yang akan dilihat dalam observasi.

Penelitian kualitatif dapat dikatakan absah dan berkualitas apabila peneliti berhasil menggali dan mengeksplorasi masalah yang sedang diteliti terkait dengan

(67)

meningkatkan kredibilitas data, peneliti akan melakukan beberapa hal seperti yang telah dikemukakan oleh Patton (dalam Poerwandari, 2007), yaitu:

1. Mencatat hal penting serinci mungkin yang didalamnya terdapat pengamatan obyektif pada semua subyek pada penelitian ini.

2. Mendokumentasikan data yang diperoleh secara lengkap dan rapi. Baik data mentah yang berasal dari lapangan dan data yang telah dianalisis. Peneliti akan mencatat segala hal tentang narasumber secara rinci dan tidak akan membedakan antar narasumber. Catatan tersebut berupa catatan tertulis di lapangan dan rekaman hasil wawancara dengan narasumber. Tindakan selanjutnya, peneliti akan menuliskan rekaman hasil wawancara tersebut menjadi sebuah transkrip wawancara dengan setiap narasumber.

(68)

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dibahas hal-hal yang meliputi hasil penelitian dan pembahasan untuk menjawab rumusan masalah pada Bab I. Pada bagian pertama akan ditunjukkan data yang diperoleh saat peneliti melakukan wawancara dan observasi. Pada bagian kedua akan ditampilkan persepsi anak terhadap pola asuh orang tua sebagai jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian.

A. Hasil Penelitian

(69)

1. Pola Asuh Orang Tua Dn

Dn lahir di keluarga sederhana yang usia orang tuanya masih tergolong muda. Dia lahir pada tanggal 15 Maret 2005. Ayahnya menekuni pekerjaan sebagai tukang cukur rambut sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Sebenarnya ibu Dn mempunyai usaha warung lotek di rumahnya, namun karena beliau mempunyai anak kedua yang masih balita maka usaha berjualan lotek terpaksa diberhentikan. Orang tua Dn mendidik Dn dengan memberi kasih sayang dan perhatian terlebih dalam bidang pendidikan serta memberi batasan perilaku yang mengatur Dn agar menjadi anak yang paham akan norma-norma dan melaksanakan segala aktivitas dengan pedoman norma-norma tersebut.

a. Data dari Hasil Wawancara

1) Kontrol Orang Tua Terhadap Anak

Setiap pagi sebelum berangkat sekolah dan setelah bangun tidur, Dn merapikan tempat tidur, kemudian dia mandi.

“Aaaa sering-sering merapikan tempat tidur, mandi, sarapan, pakai baju

seragam, udah deh.“ (WD/D1/P1)

Ibu Dn menyisir rambut Dn dan membentuk kepang ketika Dn menyantap sarapan yang sudah tersedia setiap paginya dengan tujuan agar saat Dn belajar di sekolah dia tidak terganggu dengan rambut panjangnya. Sementara Dn merapikan diri memakai seragam, Ibu Dn menyiapkan bekal untuk Dn bawa ke sekolah.

Aku ganti baju sama nonton tv trus dipanggil ‘Na!’ dipanggil.‘Sarapan

(70)

diklabang atau diapain gitu trus pakai sepatu deh. (WD/D1/P1d) ……. Ibu (WD/D5/P3) …….. Setelah itu berangkat sekolah.”(WD/D1/P1a)

Namun terkadang setelah bangun tidur, Dn lupa merapikan tempat tidurnya dan seketika itu juga Ibu Dn mengingatkan agar Dn merapikan tempat tidur Dn. Penyebab Dn terkadang tidak merapikan tempat tidur adalah karena bangun kesiangan dan menonton tv terlebih dahulu.

Pernah. (WD/D2/P1) ……. Disuruh merapikan. (WD/D2/P1a) …….

Sering-sering kan bangun kesiangan he-e to. (WD/D2/P1b) ……. Kan nonton televisi.(WD/D1/P1b)

Jelas, tidak setiap hari pula Dn menonton tv di pagi hari karena Ibu Dn melarang dia untuk menonton tv di pagi hari ketika akan ke sekolah. Dn diperbolehkan menonton tv pagi hari ketika hari libur dan hari Minggu.

Kalau boleh, kalau nggak boleh ya enggak. (WD/D6/P3) ……. Kalau Minggu boleh.” (WD/D6/P3a)

Ketika peneliti bertanya mengenai letak rumah Alifa dan rumah teman-teman sekolahnya, ternyata Dn tidak mengetahui di mana letak rumah mereka karena belum pernah sekali pun Dn bermain ke rumah teman-temannya. Jika sudah waktunya pulang sekolah, Dn dijemput dan langsung pulang. Begitu setiap harinya.

Ibu yo rung ngerti, wong pondok pesantren we rung ngerti to.”

(WD/D5/P10)

(71)

lembaga. Dn mengikuti tersebut karena diminta oleh Ibunya dengan alasan lembaga tersebut memberi bimbingan belajar gratis selama beberapa kali pertemuan. Setiap sore ketika akan mengikuti les, Dn diantar oleh Ibunya.

Main, nonton televisi, ngliling adik. Aku mung mbengok eh marakke nangis

Ibu. (WD/D1/P2)……. He-e kalau lagi les tu nggak pernah. (WD/D1/P2a) Dn pernah melakukan kesalahan. Saat itu Dn dan teman-temannya pergi bermain ke Mbiru. Mbiru adalah kolam permandian di daerah Karang Tengah, Nogotirto. Dn dan teman-temannya akan berenang di sana namun mereka pergi tanpa izin sehingga sesampainya di rumah, Dn mendapat teguran dan seketika itu juga Ibunya mengeluarkan amarah. Ibu Dn sering menjewer telinga Dn ketika Dn melakukan kesalahan. Dn pun menangis menahan rasa sakit. Namun, berkali-kali pula Dn mengulangi kesalahan tersebut sehingga dia harus mendapat jeweran berulang kali. Perlakuan menjewer telinga Dn memang biasa dilakukan oleh Ibunya.

Neng Mbiru. (WD/D5/P9h) ……. Di situ lho, aduh. Di deket e itu lho. Kan rumahnya temenku di sini tapi dah pindah, Laras itu trus itu di deket yang

Laras situ. (WD/D5/P9i) ……. Dimarahin. Dimarahin ro ibukku. (WD/A1/P3) Kan aku renangnya nggak bilang. (WD/D6/P4) …….

Aaaa dijewer Ibu. (WD/D6/P4a) ……. Nangis. Sakit e.. Dijiwit ihh ihh ihh. (WD/D6/P4b) ……. He-e.“ (WD/D1/P3a)

(72)

Kalau nggak les, main. Main. (WD/D5/P9j) ……. Ya nggak main terus. Kalau les itu pulangnya boleh tapi sampai jam setengah enam harus pulang. (WD/D6/P3g) ……. Mandi sorenya sampai jam setengah lima. (WD/D1/P2a)

Dn tidak pernah tidur siang. Dia gunakan waktu di siang hari untuk menonton tv dan bermain bersama adiknya. Dia menerapkan tidur siang hanya ketika dia sakit. Dia gunakan waktu tidur untuk istirahat agar badannya sehat kembali.

Enggak pernah. (WD/D1/P2b) … Kalau pas sakit itu tidur.(WD/D1/P2c) Sore hari ketika Dn tidak les, dia mengikuti kegiatan ngaji di lingkungan tempat tinggalnya.

Kalau Kamis besok kan enggak ngaji tapi.” (WD/D1/P2d)

Saat selesai sholat tarawih pada bulan ramadhan, Dn sering tidak langsung pulang ke rumahnya tetapi pergi bermain bersama teman-temannya. Dn sering bermain malam hari namun tetap dengan sepengetahuan Ibunya karena sebelum Dn bermain pada malam hari, dia meminta izin dari Ibunya terlebih dahulu.

Sholat kalau.. (WD/D1/P2e) ……. Kalau pas mau berangkat Ibu tak suruh di situ, ngematke. Buk.. Trus aku jalan naik sepeda. Soale peteng.”

(WD/D5/P3f)

(73)

mereka agar tidak jajan karena mereka sudah mempunyai persediaan makanan ringan di kulkasnya. Setelah itu biasanya Dn menyempatkan waktu untuk belajar walau hanya sebentar. Dn belajar ketika ada PR.

Kalau belajarnya setengah delapan udah selesai. Dari jam tujuh, udah

sholat isya’ jam tujuh sampai jam setengah delapan. (WD/D1/P2f) ……. Kalau ada PR. (WD/D1/P2g).

Ada peraturan di rumah Dn bahwa setelah pulang sekolah, Dn harus meletakkan sepatu di rak kemudian meletakkan tasnya di dalam kamar. Seragam sekolah biasa dia pakai 2 hari sehingga setiap pulang sekolah Dn langsung ganti pakaian dan meletakkan seragam sekolahnya di hanger untuk dipakai kembali pada pagi harinya. Jika dia dan adiknya mainan, dia juga harus bertanggung jawab membereskan kembali agar keadaan ruangan tetap rapi dan tertata seperti semula.

Eee suruh letakin sepatu di situ di rak, terus tasnya jangan taruh sini taruh

dalem kamar. (WD/D6/P3j) ……. Kalau mainan ya diberesin. (WD/D6/P3k) ……. Seragamnya dikasih hanger. (WD/D6/P3l) …….. Jangan main-main sampai jam setengah sebelas. Kalau malem Minggu

boleh sampai jam setengah dua belas. (WD/D6/P3m) …….. Ya di sini sini sini nggak boleh ke sana-sana. (WD/D5/P9m)

2) Komunikasi

Gambar

Tabel  Hal
Gambar Hal
Gambar 2.1 Skema Proses Terjadinya Persepsi
Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat 11 teknik digital marketing yang dikaji secara umum, teknik ini terdiri dari SEO, SEM, Content Creation, Social Media Marketing, Digital Display

Ragam deformasi geser dapat timbul pada batang, di mana akibat ukuran penampang yang cukup besar dibandingkan dengan panjangnya, gaya luar menimbulkan robahan yang

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi secara strategis telah mencanangkan bahwa jumlah dosen yang memenuhi kualifikasi S-3 harus ditingkatkan dari tahun ke tahun,

Berbagai penelitian telah dilakukan dalam rangka untuk menurunkan tahanan tarik pembajakan dengan bajak subsoil; salah satu cara untuk menurunkan tahanan tarik tanah saat

Simpulan yang diperoleh yaitu: bahwa identifikasi dan analisis kesiapan sumber daya program studi D3 Akuntansi Polines dalam pengelolaan pola pembelajaran berbasis

Jika nilai b3 yang merupakan koefisien regresi dari Personal Selling sebesar 0.237 yang artinya mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen mempunyai arti bahwa

Sistem Informasi Geografis berbasis web atau WebGIS Zona Nilai Tanah untuk desa Kota Gajah Timur, Kecamatan Kota Gajah, memiliki tiga tampilan web yaitu tampilan

Bentuk manajemen wakaf produktif yang diinginkan baik secara konsep, harta maupun tujuan, hendaknya dapat merealisasikan tujuan yang pertama melalui terbentuknya yayasan