• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT DIABETES PADA HANDPHONE MENGGUNAKAN OS SYMBIAN DENGAN J2ME.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT DIABETES PADA HANDPHONE MENGGUNAKAN OS SYMBIAN DENGAN J2ME."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai

Persyar atan Dalam memperoleh Gelar

Sar jana Komputer Program Studi Teknik Infor matika

Diajukan oleh :

DENISA SETYO PRAYOGO

0734010015

Kepada

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

(2)

Handphone Dengan OS Symbian Menggunakan J 2ME Pembimbing : (I) Hj. Asti Dwi Irfianti, S.kom, M.Kom. (II) : Ir. Kartini, MT.

Di Indonesia, pada tahun 1995, ada 4,5 juta orang yang mengidap diabetes,

nomor 7 terbanyak di dunia. Sekarang angka ini meningkat sampai 8,4 juta dan

diperkirakan pada 2025 akan menjadi 12,4 juta orang atau urutan ke-5 terbanyak di

dunia. Berdasarkan informasi departemen kesehatan, penyakit ini merupakan

pembunuh terbesar ketiga di Indonesia, oleh karena itu sering dikampanyekan tentang

pentingnya mengenali gejala-gejala dini penyakit diabetes ini beserta pengobatannya.

Oleh karena itu didasarkan pada keinginan peneliti untuk ikut membantu

upaya-upaya penurunan resiko penderita penyakit diabetes dengan mengenali secara

dini gejala-gejalanya dan mengingat latar belakang pendidikan peneliti sebagai

mahasiswa teknik informatika, maka dalam tugas akhir kali ini peneliti mengambil

topik Aplikasi Diagnosa Penyakit Diabetes Pada Handphone Dengan Menggunakan

J2ME. Dalam tugas akhir pemilihan topik tersebut juga didasarkan pada fakta bahwa

perkembangan teknologi pada dewasa ini sangat pesat, terutama dibidang informasi

dan elektronik. Hampir semua orang membutuhkan semua hal yang bersifat cepat,

praktis, efektif dan ekonomis. Teknologi Mobile, salah satunya telepon seluler dengan

fitur aplikasi java sudah menjadi tren yang tidak bisa dipungkiri lagi saat ini, dapat

menjawab akan kebutuhan itu.

peneliti berharap bahwa dengan adanya aplikasi diagnosa penyakit diabetes

yang berjalan pada telepon seluler dapat membantu masyarakat untuk mendapat

informasi penyakit diabetes secara dini untuk menurunkan resiko kematian akibat

penyakit tersebut.

(3)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang menjadi salah satu syarat mutlak

untuk menyelesaikan program studi teknik informatika jenjang strata-1 Universitas

Pembangunan Nasional “VETERAN” Jatim (UPN).

Dengan segala kerendahan hati, peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan dan dorongan. Dalam kesempatan ini peneliti

ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga khususnya kepada:

1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Ir. Sutijono, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Industri Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Dr. Ir. Ni Ketut Sari, MT selaku Ketua jurusan Teknik Informatika Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4.

Ibu Hj. Asti Dwi Irfianti, S.Kom, M.Kom selaku pembimbing I yang telah

mengarahkan dan membimbing peneliti dalam mengerjakan tugas akhir.

(4)

Jawa Timur yang telah mengajar peneliti selama empat tahun lamanya, dan

memberikan dukungan untuk menyelesaikan penelitian skripsi ini.

7.

Mama, Papa, adik Dessy dan Bella tersayang yang selalu memberikan doa,

motivasi dan dorongan dalam penyelesaian tugas akhir ini.

8.

Sang kekasih tercinta Kristin, yang telah banyak berkorban memberikan

dukungan moral maupun material, God Bless U kristin.

9.

Sahabat-sahabat, teman-teman seperjuangan dan seangakatan di Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Semua pihak yang mungkin

belum saya sebutkan dan sahabat-sahabat yang telah membantu peneliti hingga

terselesaikanya skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang

setimpal atas jasa dan bantuan yang telah diberikan.

Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian yang tersusun dalam skripsi ini

masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran tetap peneliti butuhkan

untuk penyempurnaan skripsi ini

Surabaya, 21 November 2011

(5)

KATA PENGANTAR ...

i

DAFTAR ISI ...

iii

DAFTAR TABEL ...

vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

ABSTRAKSI ...

ix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...

1

1.2 Perumusan Masalah ...

3

1.3 Batasan Masalah ...

3

1.4 Tujuan Penelitian ...

3

1.5 Manfaat Penelitian ...

4

1.6 Metode Penelitian ...

4

1.7 Sistematika Penulisan ...

5

BAB II

TINJ UAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Diabetes ...

7

2.1.1 Klasifikasi Penyakit Diabetes ...

8

(6)

2.1.4 Diabetes Milletus Tipe 3 ...

15

2.2 Pembelajaran Mesin ...

16

2.2.1 Komponen Sistem Cerdas ...

19

2.2.2 Rekayasa Pengetahuan ...

21

2.3 Proses Pengklasifikasian ...

22

2.5

Pengembangan Perangkat Lunak ...

23

2.5 Unified Modeling Language ...

25

2.5.1 Use Case View ...

25

2.5.2 Logocal View ...

26

2.5.3 Component View ...

26

2.5.4 Deployment View ...

26

2.6 Bahasa Pemrograman J2ME ...

27

2.7 Forward Backward Chaining ...

33

BAB III

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem ...

41

3.2 Diagram Alir Sistem ...

42

3.3 Dependency Diagram ...

43

(7)

4.1 Penggunaan Perangkat ...

50

4.2 Netbeans ...

50

4.3 Sun Wireless Toolkit ...

52

4.4 Implementasi Antar Muka ...

52

4.4.1. Implementasi Desain Menu Utama ...

53

4.4.2. Implementasi Desain Form Diagnosa Gejala

53

4.4.3. Implementasi Desain Hapus Gejala ...

54

4.4.4. Implementasi Desain Tambah Gejala ...

54

4.4.5. Implementasi Desain Edit Gejala ...

54

4.4.6. Implementasi Desain Hasil Diagnosa ...

55

4.4.7. Implementasi Desain Reset Data

Gejala Ke Kondisi Awal ...

56

BAB V

UJ I COBA DAN EVALUASI

5.1 Penggunaan Perangkat ...

57

5.2 Pengujian Aplikasi Dengan Menggunakan Komputer .

58

(8)
(9)

1.1. Latar Belakang

Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diaba ínein, tembus

atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari: defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya serta defisiensi transporter glukosa.

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang banyak dijumpai dengan prevalensi di seluruh dunia 4 %. Prevalensinya akan terus meningkat dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 5,4 %. Saat ini, sudah ada 230 juta penduduk dunia yang mengidap diabetes. Angka ini naik 3 persen atau bertambah 7 juta jiwa setiap tahun. Pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 350 juta orang yang terkena diabetes.

(10)

Di Indonesia, pada tahun 1995, ada 4,5 juta orang yang mengidap diabetes, nomor 7 terbanyak di dunia. Sekarang angka ini meningkat sampai 8,4 juta dan diperkirakan pada 2025 akan menjadi 12,4 juta orang atau urutan ke-5 terbanyak di dunia. Berdasarkan informasi departemen kesehatan, penyakit ini merupakan pembunuh terbesar ketiga di Indonesia, oleh karena itu sering

dikampanyekan tentang pentingnya mengenali gejala-gejala dini penyakit diabetes ini beserta pengobatannya.

Oleh karena itu didasarkan pada keinginan peneliti untuk ikut membantu upaya-upaya penurunan resiko penderita penyakit diabetes dengan mengenali secara dini gejala-gejalanya dan mengingat latar belakang pendidikan peneliti sebagai mahasiswa teknik informatika, maka dalam tugas akhir kali ini peneliti mengambil topik Aplikasi Diagnosa Penyakit Diabetes Pada Handphone Dengan Menggunakan J2ME.

Dalam tugas akhir pemilihan topik tersebut juga didasarkan pada fakta bahwa perkembangan teknologi pada dewasa ini sangat pesat, terutama dibidang informasi dan elektronik. Hampir semua orang membutuhkan semua hal yang bersifat cepat, praktis, efektif dan ekonomis. Teknologi Mobile, salah satunya telepon seluler dengan fitur aplikasi java sudah menjadi tren yang tidak bisa dipungkiri lagi saat ini, dapat menjawab akan kebutuhan itu.

(11)

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah, yaitu bagaimana merancang dan membuat aplikasi diagnosa penyakit diabetes yang bisa dijalankan dengan media handphone dengan menggunakan J2ME ?

1.3. Batasan Masalah

Agar pembahasan dan penyusunan tugas akhir ini dapat dilakukan secara terarah dan tidak menyimpang serta sesuai dengan apa yang diharapkan, maka perlu ditetapkan batasan-batasan dari masalah yang dihadapi, yaitu :

1. User yang dapat menggunakan sistem pakar ini adalah masyarakat umum 2. Input dari user berupa data pasien serta gejala-gejala yang timbul untuk

menentukan hasil diagnosis berupa kesimpulan terdeteksi diabetes atau tidak. 3. Penyakit yang dideteksi sebagai diabetes disesuaikan berdasarkan kategori

yaitu diabetes tipe 1 (insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) dan diabetes tipe 2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM).

1.4. Tujuan

(12)

1.5. Manfaat

Adapun manfaat dan tujuan yang ingin diperoleh dari pengerjaan tugas akhir ini adalah

1. Sebagai bahan acuan serta pembuka wawasan untuk masyarakat maupun akademis mengenai permasalahan diabetes yang selama ini kurang dipahami.

2. Sebagai tahap awal masyarakat, dalam proses diagnosis serta pemberian solusi sehingga upaya-upaya proventif dan promotif akan dapat lebih di maksimalkan.

3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pijakan bagi para peneliti berikutnya yang akan membahas mengenai masalah sistem pakar.

1.6. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah :

1. Studi Literatur

Mencari referensi dan bahan pustaka tentang teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikerjakan dalam tugas akhir ini.

2. Studi Kasus

Mencari contoh-contoh kasus serupa yang berhubungan dengan permasalahan dalam tugas akhir ini.

3. Perancangan dan Desain Sistem

Memahami rancangan sistem pakar sesuai data yang ada dan mngimplementasikan model yang diinginkan oleh pengguna.

(13)

4. Pembuatan Aplikasi

Tahap ini merupakan tahap pembuatan dan pengembangan aplikasi sesuai dengan desain sistem yang ditetapkan pada tahap sebelumnya. Sistem Pakar deteksi penyakit diabetes mellitus dibangun dengan J2ME.

5. Uji Coba dan Evaluasi

Menguji coba seluruh spesifikasi terstruktur dan sistem secara keseluruhan. Pada tahap ini, dilakukan uji coba sistem dengan menggunakan data uji coba lab pasien diabetes. Proses uji coba ini diperlukan untuk memastikan bahwa sistem yang telah dibuat sudah benar, sesuai dengan karakteristik yang ditetapkan dan tidak ada kesalahan-kesalahan yang terkandung di dalamnya.

1.7. Sistematika Penelitian

Sistematika penelitian tugas akhir ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dijalankan. Sistematika penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

(14)

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

Membahas berbagai konsep dasar dan teori-teori yang berkaitan dengan topik masalah yang diambil dan hal-hal yang berguna dalam proses analisis permasalahan.

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

Menganalisis masalah dari model penelitian untuk memperlihatkan keterkaitan antar variabel yang diteliti serta model sistem untuk analisisnya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Membahas mengenai hasil dari aplikasi dan perangkat-perangkat yang menunjang berjalannya aplikasi dari segi hardware maupun software yang akan digunakan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Membahas mengenai pengimplementasian aplikasi yang telah dibuat ke perangkat yang akan digunakan serta melakukan pengujian terhadap aplikasi yang telah diimplementasikan tersebut.

BAB VI PENUTUP

(15)

2.1. Penyakit Diabetes

Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαί νειν, diaba ínein, tembus

atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari:

a. defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya. b. defisiensi transporter glukosa.

c. atau keduanya.

Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh diabetes mellitus, antara lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down, penyakit Huntington, kelainan mitokondria, distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom Werner, sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia, hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme dan lain-lain.

Gejala umum penyakit diabetes antara lain : a. poliuria - sering buang air kecil

b. polidipsia - selalu merasa haus c. polifagia - selalu merasa lapar

d. penurunan berat badan, seringkali hanya pada diabetes mellitus tipe 1

(16)

a. gangguan pada mata dengan potensi berakibat pada kebutaan, b. gangguan pada ginjal hingga berakibat pada gagal ginjal

c. gangguan kardiovaskular, disertai lesi membran basalis yang dapat diketahui dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron,[6]

d. gangguan pada sistem saraf hingga disfungsi saraf autonom, foot ulcer,

amputasi, charcot joint dan disfungsi seksual,

e. dan gejala lain seperti dehidrasi, ketoasidosis, ketonuria dan hiperosmolar non-ketotik yang dapat berakibat pada stupor dan koma serta rentan terhadap infeksi.

Gambar 2.1. Lingkaran biru, adalah simbol bagi diabetes mellitus, sebagaimana pita merah untuk AIDS.

2.1.1. Klasifikasi Penyakit Diabetes

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus berdasarkan perawatan dan simtoma:

(17)

b. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali disertai dengan sindrom resistansi insulin

c. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance, GIGT dan gestational diabetes mellitus, GDM.

dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:

d. Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C. e. Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin endogenus tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan tambahan hormon dari luar tubuh.

f. Not insulin requiring diabetes.

Kelas empat pada tahap klinis serupa dengan klasifikasi IDDM (bahasa Inggris: insulin-dependent diabetes mellitus), sedang tahap kelima dan keenam merupakan anggota klasifikasi NIDDM (bahasa Inggris: non insulin-dependent diabetes mellitus). IDDM dan NIDDM merupakan klasifikasi yang tercantum pada International Nomenclature of Diseases pada tahun 1991 dan revisi ke-10 International Classification of Diseases pada tahun 1992.

(18)

diabetes, FCPD, diklasifikasikan sebagai penyakit pankreas eksokrin pada lintasan fibrocalculous pancreatopathy yang menginduksi diabetes mellitus.

Klasifikasi Impaired Glucose Tolerance, IGT, kini didefinisikan sebagai tahap dari cacat regulasi glukosa, sebagaimana dapat diamati pada seluruh tipe kelainan hiperglisemis. Namun tidak lagi dianggap sebagai diabetes. Klasifikasi

Impaired Fasting Glycaemia, IFG, diperkenalkan sebagai simtoma rasio gula darah puasa yang lebih tinggi dari batas atas rentang normalnya, tetapi masih di bawah rasio yang ditetapkan sebagai dasar diagnosa diabetes.

2.1.2. Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1, (juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin

dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

(19)

monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan

pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".

Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan memengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l). Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan angka yang lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic events". Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.

2.1.3. Diabetes Mellitus Tipe 2

(20)

mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan,

terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.

Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi, peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati, penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati. NIDDM juga dapat disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi, dan sindrom resistansi insulin.

(21)

dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.

Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik

(olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan [[ antidiabetic drugs. Ketika produksi hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang, lisan ( sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g., sulfonylureas) dan mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin), dan pada hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.

(22)

Sebuah fenotipe sangat khas ditunjukkan oleh NIDDM pada manusia adalah defisiensi metabolisme oksidatif di dalam mitokondria pada otot lurik. Sebaliknya, hormon tri-iodotironina menginduksi biogenesis di dalam mitokondria dan meningkatkan sintesis ATP sintase pada kompleks V, meningkatkan aktivitas sitokrom c oksidase pada kompleks IV, menurunkan spesi

oksigen reaktif, menurunkan stres oksidatif, sedang hormon melatonin akan meningkatkan produksi ATP di dalam mitokondria serta meningkatkan aktivitas respiratory chain, terutama pada kompleks I, III dan IV. Bersama dengan insulin, ketiga hormon ini membentuk siklus yang mengatur fosforilasi oksidatif mitokondria di dalam otot lurik. Di sisi lain, metalotionein yang menghambat aktivitas GSK-3beta akan mengurangi risiko defisiensi otot jantung pada penderita diabetes.

Simtoma yang terjadi pada NIDDM dapat berkurang dengan dramatis, diikuti dengan pengurangan berat tubuh, setelah dilakukan bedah bypass usus. Hal ini diketahui sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon inkretin, namun para ahli belum dapat menentukan apakah metoda ini dapat memberikan kesembuhan bagi NIDDM dengan perubahan homeostasis glukosa. Pada terapi tradisional, flavonoid yang mengandung senyawa hesperidin dan naringin, diketahui menyebabkan :

a. peningkatan mRNA glukokinase,

b. peningkatan ekspresi GLUT4 pada hati dan jaringan c. peningkatan pencerap gamma proliferator peroksisom

(23)

f. penurunan rasio plasma asam lemak dan kadar trigliserida pada hati

g. penurunan rasio plasma dan kadar kolesterol dalam hati, antara lain dengan menekan 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme reductase, asil-KoA, kolesterol asiltransferase

h. penurunan oksidasi asam lemak di dalam hati dan aktivitas karnitina palmitoil,

antara lain dengan mengurangi sintesis glukosa-6 fosfatase dehidrogenase dan fosfatidat fosfohidrolase

i. meningkatkan laju lintasan glikolisis dan/atau menurunkan laju lintasan glukoneogenesis

Sedang naringin sendiri, menurunkan transkripsi mRNA fosfoenolpiruvat karboksikinase dan glukosa-6 fosfatase di dalam hati. Hesperidin merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan pada buah jenis jeruk, sedang naringin banyak ditemukan pada buah jenis anggur.

2.1.4. Diabetes Mellitus Tipe 3

Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes, insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.

(24)

setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan. Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf

pusat, dan cacat otot rangka.

Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan resiko luka yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.

2.2. Pembelajar an Mesin

Pada masa-masa awal berkembangnya teknologi komputer, sudah terdapat visi agar di masa mendatang komputer dapat “belajar dan menjadi cerdas”. Hal ini ditandai dengan lahirnya sistem pakar sekitar tahun 70’an.

(25)

yang hanya bisa menyimpan data, sistem pakar harus mempunyai kemampuan penalaran untuk mencari jawaban permasalahan yang diajukan.

Ada berbagai ciri dan karakteristik yang membedakan sistem pakar dengan sistem yang lain. Ciri dan karakteristik ini menjadi pedoman utama dalam pengembangan sistem pakar. Ciri dan karakteristik yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

1. Pengetahuan sistem pakar merupakan suatu konsep, bukan berbentuk numerik. Hal ini dikarenakan komputer melakukan proses pengolahan data secara numerik sedangkan keahlian dari seorang pakar adalah fakta dan aturan-aturan, bukan numerik.

2. Informasi dalam sistem pakar tidak selalu lengkap, subjektif, tidak konsisten, subjek terus berubah dan tergantung pada kondisi lingkungan sehingga keputusan yang diambil bersifat tidak pasti dan tidak mutlak "ya" atau "tidak" akan tetapi menurut ukuran kebenaran tertentu. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan sistem untuk belajar secara mandiri dalam menyelesaikan masalah-masalah dengan pertimbangan-pertimbangan khusus.

3. Kemungkinan solusi sistem pakar terhadap suatu permasalahan adalah bervariasi dan mempunyai banyak pilihan jawaban yang dapat diterima, semua faktor yang ditelusuri memiliki ruang masalah yang luas dan tidak pasti. Oleh karena itu diperlukan fleksibilitas sistem dalam menangani kemungkinan solusi dari berbagai permasalahan.

(26)

modifikasi sistem untuk menampung jumlah pengetahuan yang semakin besar dan semakin bervariasi.

5. Pandangan dan pendapat setiap pakar tidaklah selalu sama, yang oleh karena itu tidak ada jaminan bahwa solusi sistem pakar merupakan jawaban yang pasti benar. Setiap pakar akan memberikan pertimbangan-pertimbangan

berdasarkan faktor subjektif.

6. Keputusan merupakan bagian terpenting dari sistem pakar. Sistem pakar harus memberikan solusi yang akurat berdasarkan masukan pengetahuan meskipun solusinya sulit sehingga fasilitas informasi sistem selalu diperlukan.

Gambar 2.2 Skema Sistem Pakar

Inti dari pengembangan sistem pakar adalah agar orang awam sekalipun dapat menggunakan pengetahuan seorang pakar untuk menyelesaikan masalah.

(27)

pengetahuan baru ditambahkan ke basis pengetahuan sistem pakar, sistem mengujinya untuk mengevaluasi apakah sistem mengerti atau tidak pengetahuan baru tersebut, sehingga sistem dapat belajar secara mandiri untuk menyelesaikan masalah.

2.2.1. Komponen Sistem Cer das

Secara umum, sistem pakar terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan, yaitu :

1. Basis Pengetahuan

Basis data dalam sistem pakar disebut basis pengetahuan. Basis pengetahuan berisi pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami, merumuskan, dan memecahkan masalah. Basis pengetahuan menggunakan aturan-aturan untuk mengekspresikan logika masalah yang pemecahannya dibantu oleh sistem pakar.

Basis pengetahuan terdiri dari dua elemen, yaitu:

Fakta: situasi, kondisi, dan kenyataan dari permasalahan yang ada, berisi juga teori dari bidang permasalahan tersebut

Aturan: mengarahkan pengguna pengetahuan untuk memecahkan masalah dari bidang tersebut

2. Mesin Inferensi

Mesin Inferensi merupakan otak dari sistem pakar. Dikenal juga sebagai penerjemah aturan (rule interpreter). Komponen ini berupa program komputer yang menyediakan suatu metodologi untuk memikirkan (reasoning) dan memformulasi kesimpulan. Mesin inferensi menggunalan penalaran yang serupa dengan manusia dalam mengolah isi dari basis pengetahuan. Mesin inferensi terdiri dari tiga bagian, yaitu:

(28)

mesin agar dapat menjalankan program

b. Scheduler: digunakan untuk pencarian dan penalaran pada basis

pengetahuan dalam penyelesaian masalah

c. Consistency Enforcer: untuk menampilkan solusi permasalahan

Kerja mesin inferensi meliputi:

a. Menentukan aturan mana yang akan dipakai

b. Menyajikan pertanyaan kepada pengguna ketika diperlukan c. Menambahkan jawaban ke dalam memori sistem pakar d. Menyimpulkan fakta baru dari sebuah aturan

e. Menambahkan fakta baru tersebut ke dalam memori 3. Papan Tulis (Workplace)

Papan Tulis (Workplace) merupakan memori atau lokasi penyimpanan untuk

sistem pakar bekerja dan menyimpan hasil sementara, yang berupa basis data. Memori ini berisi semua informasi tentang masalah tertentu, baik yang di input oleh pengguna atau yang berada dalam basis pengetahuan.

4. Antarmuka Pengguna

Interaksi antara sistem pakar dan pengguna berupa bahasa alami, biasanya dalam bentuk tanya jawab atau ditampilkan dalam bentuk gambar. Sistem pakar menyediakan antarmuka agar pengguna dapat berinteraksi dengan sistem pakar. Antarmuka pengguna memegang peranan penting dalam sistem pakar, untuk memperoleh informasi yang akurat dari pengguna, perekayasa pengetahuan diharapkan membuat desain antarmuka pertanyaan yang baik.

(29)

Fasilitas ini merupakan fasilitas tambahan yang menyediakan penjelasan kepada pengguna tentang mengapa sistem pakar mempertanyakan sebuah pertanyaan tertentu kepada pengguna dan bagaimana sistem pakar membuat suatu keputusan. Fasilitas penjelasan memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak, perekayasa pengetahuan dapat memeperbaiki kekurangan dari basis pengetahuan

dan pengguna mendapatkan penjelasan tentang bagaimana pemikiran sistem pakar tersebut.

6. Knowledge Refining System

Seorang pakar mempunyai knowledge refining system artinya mereka dapat menganalisis sendiri performa mereka, belajar dari pengalaman, serta meningkatkan pengetahuannya untuk konsultasi berikutnya. Pada sistem pakar, evaluasi ini penting sehingga dapat menganalisis alasan keberhasilan atau kegagalan pengambilan keputusan, serta memperbaiki basis pengetahuan.

2.2.2. Rekayasa Pengetahuan

Rekayasa pengetahuan adalah proses membangun suatu sistem pakar. Tidak seperti mengembangkan sistem biasa, pengembangan sistem pakar adalah proses yang senantiasa berulang. Perekayasa pengetahuan membangun sistem pakar, mengujinya, lalu merekayasa pengetahuan sistem. Proses seperti itu terus berulang. Proses dalam rekayasa pengetahuan meliputi:

Akuisisi pengetahuan, yaitu bagaimana memperoleh pengetahuan dari pakar (dokter, buku, jurnal atau sumber ilmiah lain)

(30)

Penyimpulan pengetahuan, menggunakan mesin inferensi yang mengakses basis pengetahuan lalu melakukan penyimpulan

Transfer pengetahuan. Hasil inferensi berupa kesimpulan kemudian dijelaskan kepada pengguna oleh fasilitas penjelasan

Gambar 2.3. Proses Rekayasa Pengetahuan 2.3. Pr oses Pengk lasifikasian

Classification adalah proses untuk menemukan model atau kelas data, dengan

tujuan untuk dapat memperkirakan kelas dari suatu objek yang labelnya tidak diketahui. Model itu sendiri bisa berupa aturan jika-maka berbentuk pohon pengambilan keputusan (Decision Tree), formula matematis seperti Bayesian dan Support Vector Machine atau bisa juga berupa jaringan seperti neural network.

Ada lima ukuran yang dapat digunakan untuk mengevaluasi setiap metode: 1. Predictive accuracy yang mengukur tingkat akurasi dalam mengklasifikasikan data baru. Ukuran ini paling sering digunakan sebagai pembanding.

2. Kecepatan. Biaya komputasi untuk menghasilkan classifier dan saat menggunakan classifier pada proses klasifikasi.

(31)

5. Interpretability. Mengukur sejauh mana model dapat diinterpretasi.

Pada skripsi kali ini, hanya predictive accuracy yang akan digunakan untuk pengklasifikasian artikel teks berdasarkan isinya.

2.4. Pengembangan Per angkat Lunak

Merupakan sebuah model chaos yang menggambarkan “perkembangan P/L sebagai sebuah kesatuan dari pemakai ke pengembang dan ke teknologi” disebut dengan “Prescriptive” karena Menentukan sekumpulan elemen proses (Aktivitas, Aksi, tugas, produk kerja, jaminan kualitas, dan lain-lain untuk setiap proyek), setiap model proses juga menentukan alur kerjanya.

Pada saat kerja bergerak maju menuju sebuah sistem yang lengkap, keadaan yang digambarkan secara rekursif diaplikasikan kepada kebutuhan pemakai dan spesifikasi teknis perangkat lunak pengembang. Saat ini, prescriptive memberikan jawaban secara definitive untuk masalah pengembangan perangkat lunak dalam setiap perubahan lingkungan komputasi.

Dalam pengerjaan pengembangan perangkat lunak, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab:

1. Problem apa yang harus dicarikan solusinya ?

2. Apa saja karakteristik entitas yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

3. Bagaimana entitas (dan solusinya) dapat direalisasikan ? 4. Bagaimana entitas akan dibangun ?

(32)

6. Bagaimana entitas akan didukung selama mungkin, pada saat ada permintaan koreksi, adaptasi dan pengembangan oleh user.

Pekerjaan yang berhubungan dengan pengembangan perangkat lunak bisa dikategorikan ke dalam tiga fase umum tanpa memandang area aplikasi, ukuran proyek atau kompleksitas. Fase tersebut yaitu:

1. Definition Phase

Selama fase ini, software developer berusaha untuk mengidentifikasi informasi apa saja yang harus diproses, apa saja fungsi dan kinerja yang digunakan, tingkah laku sistem yang diharapkan, apa saja interface yang harus dibuat, apa saja kendala desain yang ada, dan kriteria validasi yang diperlukan untuk mendefinisikan kesuksesan sistem.

2. Development Phase

Selama fase ini, software developer berusaha untuk mendefinisikan bagaimana data disusun, bagaimana fungsi bisa diimplementasikan sesuai dengan arsitektur software, bagaimana prosedur detil untuk implemetasi , bagaimana karakter interface, bagaimana hasil desain bisa ditranslasikan ke bahasa pemrograman dan bagaimana cara pengujiannya.

Ada tiga aktivftas teknis yang selalu terjadi: 1. Desain software

2. Pembuatan Program 3. Pengujian Software 3. Maintenance Phase

(33)

Ada 4 tipe perubahan: 1. Correction

Mengubah software untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada. 2. Adaption

Modifikasi yang dilakukan terhadap software dikarenakan adanya perubahan

lingkungan eksternal (misal: CPU, sistem operasi, aturan bisnis, karakter produk eksternal).

3. Enhancement

Pada saat sofrware dipakai, user meminta tambahan-tambahan fungsi. Sehingga software dikembangkan dari kebutuhan semula.

4. Prevention

Sering disebut software re-enginering, harus dilakukan untuk memungkinkan software bisa sesuai dengan keinginan end user. Pada fase ini dilakukan perubahan-perubahan ke program komputer, sehingga program tersebut bisa dikoreksi, beradaptasi dan dikembangkan dengan mudah.

2.5. Unified Modeling Language 2.5.1. Use-Case View

Use-Case View membantu kita untuk memamhami dan menggunakan sistem yang kita modelkan. View ini melihat pada bagaiman actor dan user-case berinteraksi. Terdapat beberapa diagram yang digunakan dalam use case view, yaitu use case diagram, sequence diagram, Collaboration diagram, activity diagram.

(34)

Actor menggambarkan pengguna (user) sistem. Actor membantu membatasi

sistem dan memberi gambaran yang jelas mengenai apa yang harus dilakukan oleh sisitem. Penting untuk dicatat bahwa actor berinteraksi dengan user-case, tetapi tidak mengendalikan use-case. Sebuah use-case dapat digambarkan sebagai suatu cara tertentu untuk menggunakan sistem dari sudut pandang satu pengguna

dapat digambarkan (an actor). 2.5.2. Logical View

Logical View mengarah pada persyaratan (requirement) fungsional sistem. View ini melihat pada kelas-kelas dan hubungan antar kelas-kelas tersebut. Diagram dalam view ini adalah : Class diagram, Sequence diagram, Collaboration diagram, Statechart diagram.

2.5.3. Component View

Component View mengarah pada pengaturan software. View ini mengandung informasi mengenai komponen-komponen software, komponen tereksekusi (executable) dan library untuk sistem yang kita modelkan. Hanya ada satu jenis diagram yang digunakan pada view ini, yaitu component diagram.

2.5.4. Deployment View

(35)

2.6. Bahasa Pemr ograman J 2ME

Sun Microsystem mendefinisikan J2ME sebagai bahasa java yang dibuat dengan optimasi yang sangat tinggi ditujukan pada lingkungan perangkat elektronik secara luas meliputi pager, telepon seluler, sistem navigasi kendaraan dan peralatan digital elektronik lainnya.

Diluncurkan pada bulan Juni 1999 saat Konferensi Developer JavaOne, J2ME menghadirkan fungsionalitas cross-platform dari bahasa java pada peralatan yang lebih kecil sehingga mobile wireless device dapat berbagai aplikasi. Dengan J2ME, Sun telah mengadaptasikan platform java untuk produk konsumen berbasis pada peralatan komputasi kecil.

Gambar 2.4. Platform Java

(36)

yang terbatas, menghabiskan sedikit daya dari baterei, layar yang kecil dan bandwith jaringan yang rendah.

Dengan perkembangbiakan perangkat mobile konsumer dari telepon, PDA, kotak permainan ke peralatan-peralatan rumah, Java menyediakan suatu lingkungan yang portable untuk mengembangkan dan menjalankan aplikasi pada

perangkat ini.

Program J2ME, seperti semua program JAVA adalah diterjemahkan oleh VM. Program-program tersebut dikompile ke dalam bytecode dan diterjemahkan denga Java Virtual Machine(JVM). Ini berarti bahwa program-program tersebut tidak berhubungan langsung dengan perangkat. J2ME menyediakan suatu interface yang sesuai dengan perangkat. Aplikasi-aplikasi tersebut tidak harus dikompile ulang supaya mampu dijalankan pada mesin yang berbeda.

Inti dari J2ME terletak pada configuration dan profile-profile. Suatu configuration menggambarkan lingkungan runtime dasar dari suatu sistem J2ME. Ia menggambarkan core library, virtual machine, fitur keamanan dan jaringan.

(37)

Sebuah profile memberikan library tambahan untuk suatu kelas tertentu pada sebuah perangkat. profile-profile menyediakan user interface(UI) API,persistence, messaging library, dan sebagainya.

Satu set library tambahan atau package tambahan menyediakan kemampuan program tambahan. Pemasukan package ini ke dalam perangkat

J2ME dapat berubah-ubah karena tergantung pada kemampuan sebuah perangkat. Sebagai contoh, beberapa perangkat MIDP tidak memiliki Bluetooth built-in, sehingga Bluetooth API tidak disediakan dalam perangkat ini.

The Java Technology for the Wireless Industry (JTWI) menetapkan satu set jasa dan spesifikasi standar. Berdasar spesifikasi JTWI, kata kuncinya adalah “untuk memperkecil fragmentasi API di dalam pasar telepon mobile, dan untuk mengirim spesifikasi yang dapat diprediksi,spesifikasi yang jelas untuk perangkat pabrik, operator, dan pengembang aplikasi”.

Dengan penyesuaian kepada JTWI, banyak aplikasi akan berjalan di suatu set yang lebih luas pada perangkat. Perangkat pabrik juga akan beruntung karena sebuah aplikasi yang besar akan tersedia untuk perangkat mereka.

(38)

The Mobile Information Device Profile (MIDP) berada di atas dari CLDC. Anda tidak bisa menulis aplikasi mobile hanya dengan menggunakan CLDC API. Anda harus tetap memanfaatkan MIDP yang mendefinisikan UI.

Spesifikasi MIDP, kebanyakan seperti CLDC dan API lainnya sudah digambarkan melalui Java Community Process (JCP). JCP melibatkan sebuah

kelompok ahli berasal dari lebih dari 50 perusahaan, yang terdiri atas pabrik perangkat mobile, pengembang software. MIDP terus berkembang, dengan versi-versi masa depan yang telah lulus dari proses ketat JCP.

Spesifikasi MIDP menggambarkan suatu perangkat MID yang memiliki karakteristikkarateristik ini sebagai batas minimum:

Tampilan:

· Ukuran Layar: 96x54 · kedalaman tampilan: 1-bit · Ketajaman pixel: sekitar 1:1 · Masukan:

· Satu atau lebih mekanisme user-input: satu keybboard, dua keyboard, atau touch screen

· Memory:

· 256 kilobytes of non-volatile memory untuk implementasi MIDP.

· 8 kilobytes of non-volatile memory for application-created persistent data · 128 kilobytes of volatile memory for the Java runtime (e.g., the Java heap) · Jaringan:

· dua jalur, wireless, bandwidth terbatas

(39)

MIDP menggambarkan model aplikasi, UI API, penyimpanan dan jaringan yang kuat, permainan dan media API, kebijakan keamanan, penyebaran aplikasi dan ketetapan over-theair.

Suatu aplikasi MIDP disebut MIDlet. Perangkat application management software (AMS) berinteraksi langsung dengan MIDlet dengan method MIDlet

create, start, pause, dan destroy. MIDlet adalah bagian dari package javax.microedition.midlet. Sebuah MIDlet harus di-extend dengan class MIDlet. Dan dapat meminta parameter dari AMS seperti dirumuskan dalam application descriptor (JAD).

Suatu MIDlet tidak harus memiliki (dan memang harus tidak mempunyai) sebuah method public static void main(String[] argv).Method tersebut tidak akan dikenal lagi oleh AMS sebagai titik awal sebuah program.

Agar kita dapat membuat MIDlet, kita harus membuat subclass dari MIDlet class dari javax.microedition.midlet package. Kita juga harus melakukan override atau implement pada method: startApp(), destroyApp() dan pauseApp(). Method-method tersebut adalah method yang diperlukan oleh AMS untuk menjalankan dan mengkontrol MIDlet.

(40)

Tidak seperti program Java pada umumnya dimana method main() hanya digunakan sekali pada jalannya program, method startApp() mungkin akan dipanggil lebih dari sekali dalam daur hidup MIDlet. Sehingga Anda diharuskan tidak membuat satu inisialisasi code pada method startApp(). Daripada, anda dapat membuat MIDlet consturctor dan melakukan inisialisasi di situ.

Berikut ini adalah contoh code program MIDP :

/*

* HelloMidlet.java

*/

import javax.microedition.midlet.*;

import javax.microedition.lcdui.*;

public class HelloMidlet extends MIDlet implements

CommandListener {

Display display;

Command exitCommand = new Command("Exit", Command.EXIT, 1);

Alert helloAlert;

public HelloMidlet(){

helloAlert = new Alert(

"Hello MIDlet", "Hello, world!",

null, AlertType.INFO ); helloAlert.setTimeout(Alert.FOREVER); helloAlert.addCommand(exitCommand); helloAlert.setCommandListener(this); }

public void startApp() {

if (display == null){

display = Display.getDisplay(this);

}

display.setCurrent(helloAlert);

}

(41)

public void destroyApp(boolean unconditional) {

}

public void commandAction(Command c, Displayable d){

if (c == exitCommand){

destroyApp(true);

notifyDestroyed(); // Exit

}

Gambar 2.8. Output HelloMidlet Dengan Menggunakan Emulator

2.7 For war d Backwar d Chaining A.Outline

• Inferensi dengan rules merupakan implementasi dari modus ponen,

yang direfleksikan dalam mekanisme search (pencarian).

• Firing a rule : Bilamana semua hipotesis pada rules (bagian “IF”)

(42)

• Dapat mengecek semua rule pada knowledge base dalam arah

forward maupun backward

• Proses pencarian berlanjut sampai tidak ada rule yang dapat

digunakan ( fire ), atau sampai sebuah tujuan ( goal )tercapai. • Ada dua metode inferencing dengan rules, yaitu Forward Chaining

atau Data-Driven dan Backward Chaining atau Goal-Driven . • Forward chaining merupakan grup dari multipel inferensi yang

melakukan pencarian dari suatu masalah kepada solusinya.

• Jika klausa premis sesuai dengan situasi (bernilai TRUE), maka

proses akan meng-assert konklusi

• Forward Chaining adalah data driven karena inferensi dimulai

dengan informasi yg tersedia dan baru konklusi diperoleh

• Jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang lebar dan tidak dalam,

maka gunakan forward chaining . B.Sifat Forward Chaining

• Good for monitoring, planning, and control • Looks from present to future.

• Works from antecedent to consequent. • Is data-driven, bottom-up reasoning.

• Works forward to find what solutions follow from the facts. • It facilitates a breadth-first search.

• The antecedents determine the search. • It does not facilitate explanation.

(43)

• Sistem Pakar : Penasihat Keuangan

• Kasus : Seorang user ingin berkonsultasi apakah tepat jika dia

berinvestasi pada stock IBM? • Variabel-variabel yang digunakan:

• A = memiliki uang $10.000 untuk investasi • B = berusia < 30 tahun

• C = tingkat pendidikan pada level college • D = pendapatan minimum pertahun $40.000 • E = investasi pada bidang Sekuritas (Asuransi)

• F = investasi pada saham pertumbuhan ( growth stock) • G = investasi pada saham IBM

• Setiap variabel dapat bernilai TRUE atau FALSE • FAKTA YANG ADA:

• Diasumsikan si user (investor) memiliki data: • Memiliki uang $10.000 (A TRUE) • Berusia 25 tahun (B TRUE)

• Dia ingin meminta nasihat apakah tepat jika berinvestasi pada IBM

stock? D.RULES

• R1 : IF seseorang memiliki uang $10.000 untuk berinvestasi • AND dia berpendidikan pada level college

• THEN dia harus berinvestasi pada bidang sekuritas

(44)

• THEN dia harus berinvestasi pada saham pertumbuhan ( growth

stocks)

• R3 : IF seseorang berusia < 30 tahun • AND dia berinvestasi pada bidang sekuritas

• THEN dia sebaiknya berinvestasi pada saham pertumbuhan • R4 : IF seseorang berusia < 30 tahun dan > 22 tahun

• THEN dia berpendidikan college

• R5 : IF seseorang ingin berinvestasi pada saham pertumbuhan • THEN saham yang dipilih adalah saham IBM.

E.Rule simplification

• R1: IF A and C, THEN E • R2: IF D and C, THEN F • R3: IF B and E, THEN F • R4: IF B, THEN C • R5: IF F, THEN G

F. WORKING MEMORY: A, B, C, E, F, G GOAL: G? Rule firing: R4 R1 R3 R5

G.Backward Chaining

• Pendekatan goal-driven , dimulai dari ekspektasi apa yang

diinginkan terjadi (hipotesis), kemudian mengecek pada sebab-sebab yang mendukung (ataupun kontradiktif) dari ekspektasi tersebut.

• Jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang sempit dan cukup

(45)

H.Sifat dari backward chaining • Good for Diagnosis. • Looks from present to past.

• Works from consequent to antecedent. • Is goal-driven, top-down reasoning.

• Works backward to find facts that support the hypothesis. • It facilitates a depth-first search.

• The consequents determine the search. • It does facilitate explanation.

• Program dimulai dengan tujuan ( goal ) yang diverifikasi apakah

bernilai TRUE atau FALSE

• Kemudian melihat rule yang mempunyai GOAL tersebut pada

bagian konklusinya.

• Mengecek pada premis dari rule tersebut untuk menguji apakah

rule tersebut terpenuhi (bernilai TRUE) • Pertama dicek apakah ada assertion-nya

• Jika pencarian disitu gagal, maka ES akan mencari rule lain

yang memiliki konklusi yang sama dengan rule pertama tadi • Tujuannya adalah membuat rule kedua terpenuhi ( satisfy ) • Proses tersebut berlajut sampai semua kemungkinan yang ada telah

diperiksa atau sampai rule inisial yang diperiksa (dg GOAL) telah terpenuhi

(46)

I. Inference Tree

• Penggambaran secara skematik dari proses inferensi • Sama dengan decision tree

• Inferencing: tree traversal

J. Fungsi dari Inference Engine • Fire the rules

• Memberikan pertanyaan pada user

• Menambahkan jawaban pada Working Memory (WM) atau

Blackboard

• Mengambil fakta baru dari suatu rule (dari hasil inferensi) • Menambahkan fakta baru tersebut pada WM

• Mencocokan fakta pada WM dengan rules

• Jika ada yang cocok ( matches ), maka fire rules tersebut • Jika ada dua rule yang cocok, cek dan pilih rule mana yang

menghasilkan goal yang diinginkan • Fire the lowest-numbered unfired rule

(47)

melalui koneksi Internet. Untuk belajar menggunakan RMS, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui kelas dan interface yang didefinisikan pada paket RMS.

RecordStore pada paket RMS menyediakan fungsionalitas untuk menyimpan data pada perangkat bergerak. RecordStore merepresentasikan sebuah lokasi penyimpanan data permanen. Data yang disimpan di dalam RecordStore direpresentasikan dalam bentuk record. Record dapat diartikan sebagai data yang disimpan dalam suatu byte array. Ukuran dari byte array dapat bervariasi untuk setiap record.

Informasi yang disimpan di record store tergantung pada aplikasi yang dibuat. Ketika berkerja dengan RecordStore, pembuat aplikasi perlu memperhatikan limitasi RMS.

RMS menyimpan record dalam format byte array (byte[]).

RMS memberikan id yang unik untuk setiap record. Pada saat data disimpan di dalam obyek RecordStore, setiap record mendapatkan id yang unik. Id yang diberikan dimulai 1 (satu) dan id tersebut tidak dapat digunakan kembali. Hal ini berarti setelah record dihapus dari obyek RecordStore, id yang telah diisi untuk record tersebut tidak lagi valid untuk digunakan.

Id record akan diberikan secara terurut sehingga pembuat program dapat menggunakan penyataan for untuk melakukan iterasi record di dalam obyek RecordStore. Tetapi pada saat sebuah record dihapus dari obyek RecordStore, id record tersebut tidak dapat digunakan kembali sehingga menimbulkan masalah di

(48)

Untuk mengatasi masalah tersebut, platform J2ME menyediakan antarmuka RecordEnumeration. Antarmuka ini mirip dengan antarmuka Enumeration pada platform J2SE. Antarmuka RecordEnumeration memfasilitasi proses pengulangan dalam obyek RecordStore tanpa harus mengetahui nilai id record. Untuk melakukan filter dan pengurutan atas record yang diinginkan, maka pembuat

(49)

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang terdapat dalam bab sebelumnya dapat diketahui kebutuhan awal sistem adalah

membuat Analisa Sistem Pakar Mendeteksi Penyakit Diabetes pada Manusia Dengan Menggunakan J2ME agar dapat digunakan secara mudah dan dimengerti oleh para pengguna.

3.1. Analisis Sistem

Tahapan awal daalam pembuatan suatu perangkat lunak adalah tahap analisis dan desain sistem untuk perangkat lunak tersebut. Dengan adanya tahap ini, resiko yang mungkin terjadi pada saat perangkat lunak yang dibuat diimplementasikan diharapkan dapat diminimalisasi karena kendala-kendala yang mungkin sudah diketahui sebelumnya.

Dari uraian diatas, sistem pakar yang dirancang agar usesr dapat mengetahui perkiraan mengenai penyakit yang diderita dengan cara :

a. User memilih gejala-gejala yang dirasakan sesuai yang ditampilkan oleh sistem

b. Berdasarkan gejala-gejala yang dipilih oleh user, sistem akan menghitung kemungkinan terbesar kategori penyakit berdasarkan bobot tiap gejala yang dipilih oleh user.

(50)

berkonsultasi secara langsung dengan dokter dan melakukan pemeriksaan laboratorium.

3.2. Diagram Alir Sistem

Berikut ini adalah diagram alir sistem yang dipergunakan dalam aplikasi tugas akhir ini :

(51)

3.3. Dependency Dia gr am

(52)

Dependency diagram merupakan diagram yang mengindikasikan hubungan

antara pertanyaan, aturan, nilai dan rekomendasi dari suatu basis pengetahuan. Bentuk segitiga menunjukkan himpunan aturan (rule set) dan nomor dari himpunan tersebut.

Dari dependency diagram pada gambar 3.2 dapat dijelaskan bahwa jenis

gangguan menunjukan kondisi yang mempengaruhi rule set dari kondisi tersebut menghasilkan kesimpulan awal berupa klasifikasi gejala (ya dan tidak). Selanjutnya, hasil yang berasal dari rule set 2, membentuk rule set 1. Sehingga dalam rule set 1, terdapat basis pengetahuan berupa aturan yang telah diklasifikasikan berdasarkan usia, gejala dan klasifikasi gejala. Kemudian menghasilkan hasil diagnosa berupa tingkat probabilitas penyakit diabetes.

(53)
(54)

3.4. Per ancangan Antar Muka

Berikut ini adalah berbagai desain form yang dipergunakan untuk interaksi user dan sistem.

Gambar 3.3. Desain form utama

Pada Gambar 3.1. desain form utama terdapat 3 (tiga) pilihan proses,yaitu : 1. Diagnosa gejala : digunakan untuk memulai diagnosa gejala-gejala yang ada

untuk menentukan apakah seseorang terkena diabetes mellitus (sekaligus tipe 1 atau 2) ataukah tidak.

2. Basis data gejala : digunakan untuk melihat daftar gejala yang ada, sekaligus bisa untuk meng-edit gejala tersebut. Selain itu user diperbolehkan menambah data gejala baru.

(55)

Gambar 3.4. Desain form diagnosa gejala

(56)

Gambar 3.6. Desain form Daftar Gejala

(57)
(58)

4.1. Penggunaan Per angkat

Dalam mengembangkan aplikasi deteksi penyakit diabetes ini terdapat

beberapa perangkat yang dipergunakan agar aplikasi dapat berjalan dengan baik. Adapun perangkat keras yang dipergunakan, yaitu :

1. Komputer dengan spesifikasi :

b. Processor : Multicore (2,4 Ghz)

c. Hard Disk : Minimal ruang kosong 5 GB d. Memory : Minimal 1024 MB

e. Monitor : LCD 14 Inch f. VGA Card : Minimal 64 MB g. Mouse Dan Keyboard

2. Perangkat Telepon Seluler dengan spesifikasi memenuhi persyaratan dapat menjalankan aplikasi j2me dengan merk Samsung corby text dan Nokia E63 3. Sedangkan perangkat lunak yang dipergunakan :

a. Microsoft Windows 7 sebagai sistem operasi

b. Netbeans versi 6.9.1 sebagai lingkungan pengemgbangan c. Sun Wireless Toolkit 2.5.2 sebagai runing aplikasi

4.2. Netbeans

(59)

dan lain-lain.

NetBeans IDE ditulis dalam Java dan berjalan di mana-mana JVM diinstal, termasuk Windows, Mac OS, Linux, dan Solaris. Sebuah JDK diperlukan untuk pengembangan fungsionalitas Java, tetapi tidak diperlukan untuk pembangunan di bahasa pemrograman lain.

Platform NetBeans memungkinkan aplikasi untuk dikembangkan dari satu set modular komponen software yang disebut modul. Aplikasi berbasis platform NetBeans (termasuk IDE NetBeans) dapat diperpanjang oleh pengembang pihak ketiga .

NetBeans dimulai pada tahun 1996 sebagai Xelfi (kata bermain pada

Delphi ), Java IDE proyek mahasiswa di bawah bimbingan Fakultas Matematika dan Fisika di Charles University di Praha . Pada tahun 1997 Staněk Romawi membentuk perusahaan sekitar proyek tersebut dan menghasilkan versi komersial NetBeans IDE hingga kemudian dibeli oleh Sun Microsystems pada tahun 1999. Komunitas NetBeans sejak itu terus tumbuh, berkat individu dan perusahaan yang menggunakan dan berkontribusi dalam proyek ini.

NetBeans IDE 6.0 memperkenalkan dukungan untuk mengembangkan modul IDE dan aplikasi klien kaya berdasarkan platform NetBeans, Java Swing GUI builder (sebelumnya dikenal sebagai "Proyek Matisse"), meningkatkan CVS dukungan, WebLogic 9 dan JBoss 4 dukungan, dan perangkat tambahan banyak editor. NetBeans 6 is available in official repositories of major Linux distributions. NetBeans 6 tersedia dalam repositori resmi dari distribusi Linux utama.

(60)

5 perusahaan, termasuk SOA alat desain visual, skema XML tools, web orkestrasi layanan (untuk BPEL), dan UML modeling. The NetBeans IDE Bundle for C/C++ supports C/C++ development. The NetBeans IDE Bundle untuk C / C + + mendukung C / C + + pembangunan.

4.3. Sun Wir eless Toolkit

Wireless Toolkit adalah emulator yang digunakan untuk menge-test aplikasi mobile (J2ME) yang sudah dibuat di komputer dan selanjutnya bisa ditransfer ke dalam perangkat mobile melalui koneksi seperti bluetooth atau infrared atau juga dengan kabel data. Tentuna simulasi hanyalah simulasi, bisa saja hasil yang didapatkan dari simulasi dengan percobaan sesungguhnya dalam perangkat mobile berbeda.Sekarang kita menggunakan Sun Wireless Toolkit untuk mengcompile dan memaketkan aplikasi MIDlet / MIDlet suite (mengandung satu MIDlet).

4.4. Implementasi Antar Muka

(61)

4.4.1. Implementa si Desain Menu Utama

Source code diatas digunakan untuk menyiapkan tampilan menu utama yang terdiri atas 3 (tiga) pilihan, yaitu diagnosa gejala, basis data gejala, dan selesai. 4.4.2. Implementa si Desain For m Diagnosa Gejala

Source code diatas digunakan untuk menampilkan form diagnosa gejala, dengan menanyakan usia pasien dan menambahkan pilihan gejala yang harus dipilih oleh user.

private void inisialisasiFormMenu() { formMenu.setCommandListener(this); formMenu.addCommand(cmdPilih); try { formMenu.append("Diagnosa gejala", Image.createImage("/Diagnosa.jpg"));

formMenu.append("Basis data gejala", Image.createImage("/Database.jpg"));

formMenu.append("Selesai", Image.createImage("/Exit.jpg")); }

catch (Exception e) {

System.out.println("*** Terjadi error saat loading gambar utk menu ***");

} }

private void inisialisasiFormDiagnosa(){

txtUmur = new TextField("Usia pasien (tahun):", "", 3, TextField.NUMERIC);

(62)

4.4.3. Implementa si Desain Hapus Gejala

Source code diatas dipergunakan untuk menghapus gejala yang sudah pernah dientrikan ke dalam aplikasi penyakit diabetes.

4.4.4. Implementa si Desain Tambah Gejala

Source code diatas dipergunakan untuk menambah gejala baru ke dalam aplikasi penyakit diabetes.

4.4.5. Implementa si Desain Edit Gejala

private void hapusGejala(int recAktifber) {

if (jumlahGejala == 0) return;

vecRecord.removeElementAt(recAktifber);

salinDataVectorKeRms();

salinDataVectorKeBasisData(); }

private void tambahGejala() {

formEntryGejala.setTitle("Tambah Data Gejala"); txtGejala.setString("");

recAktif = jumlahGejala;

layar.setCurrent(formEntryGejala); }

private void editGejala(int recAktifber) {

if (jumlahGejala == 0) return;

Object obj = vecRecord.elementAt(recAktifber); String str = (String)obj;

formEntryGejala.setTitle("Edit Data Gejala"); txtGejala.setString(str);

recAktif = recAktifber;

(63)

Source code diatas dipergunakan untuk melakukan editing gejala yang sudah ada ke dalam aplikasi penyakit diabetes.

4.4.6. Implementa si Desain Hasil Diagnosa

Source code diatas dipergunakan untuk menampilkan hasil perhitungan diagnosa dengan menampilkan usia pasisen, jumlah gejala yang dipilih user dan prosentase kemungkinan terkena penyakit diabetes.

private void tampilkanHasilDiagnosa() {

boolean[] cocok = new boolean[jumlahGejala];

int umurPasien = Integer.parseInt(txtUmur.getString()); int jumlahCocok = choiceGejala.getSelectedFlags(cocok); int persenCocok = (int)((double)jumlahCocok /

jumlahGejala * 100);

String str1 = Integer.toString(umurPasien); String str2 = Integer.toString(jumlahGejala); String str3 = Integer.toString(jumlahCocok);

String str4 = "peluang terkena Diabetes Mellitus tipe "; if (umurPasien < 21)

str4 += "1"; else str4 += "2";

str4 += " adalah ";

str4 += Integer.toString(persenCocok); str4 += "%";

formHasilPeriksa.deleteAll();

formHasilPeriksa.append(new StringItem("Umur pasien : ", str1 + " tahun"));

formHasilPeriksa.append(new StringItem("Total gejala : ", str2));

formHasilPeriksa.append(new StringItem("Gejala cocok : ", str3));

formHasilPeriksa.append(new StringItem("Kesimpulan : ", str4));

(64)

4.4.7. Implementa si Desain Reset Data Gejala Ke Kondisi Awal

Source code diatas dipergunakan untuk mengembalikan sistem ke kondisi awal jika terjadi kegagalan proses maintenance pada database apliksi deteksi penyakit diabetes.

private void resetDataGejala() {

vecRecord.removeAllElements();

vecRecord.addElement("Banyak kencing (poliuria)"); vecRecord.addElement("Banyak minum (polidipsia)"); vecRecord.addElement("Banyak makan (polifagia)"); vecRecord.addElement("Merasa kram");

vecRecord.addElement("Merasa kesemutan"); vecRecord.addElement("Ada perasaan tebal"); vecRecord.addElement("Berat badan turun");

vecRecord.addElement("Ada kelainan pada kulit"); vecRecord.addElement("Terasa gatal di sekitar kemaluan");

vecRecord.addElement("Muncul bisul");

vecRecord.addElement("Tubuh mudah terkena infeksi"); vecRecord.addElement("Terjadi keputihan");

vecRecord.addElement("Muncul luka yang sukar sembuh");

vecRecord.addElement("Tubuh cepat lapar");

vecRecord.addElement("Tubuh gemetar jika lapar"); vecRecord.addElement("Tubuh cepat lemah");

(65)

5.1. Penggunaan Per angkat

Dalam mengembangkan aplikasi deteksi penyakit diabetes ini terdapat

beberapa perangkat yang dipergunakan agar aplikasi dapat berjalan dengan baik. Adapun perangkat keras yang dipergunakan, yaitu :

1. Komputer dengan spesifikasi :

b. Processor : Multicore (2,4 Ghz)

c. Hard Disk : Minimal ruang kosong 5 GB d. Memory : Minimal 1024 MB

e. Monitor : LCD 14 Inch f. VGA Card : Minimal 64 MB g. Mouse Dan Keyboard

2. Perangkat Telepon Seluler dengan spesifikasi memenuhi persyaratan dapat menjalankan aplikasi j2me dengan merk Samsung Corby Text dan Nokia E63 3. Sedangkan perangkat lunak yang dipergunakan :

a. Microsoft Windows 7 sebagai sistem operasi

(66)

5.2. Pengujian Aplikasi Dengan Menggunakan Komputer

Gambar 5.1 tampilan menu utama pada komputer

Pada tampilan gambar di atas merupakan menu utama ketika user menjalankan aplikasi diagnosa diabetes, pada tampilan awal terdapat 3 menu pilihan yaitu : Diagnosa penyakit,Basis data gejala dan selesai

Gambar 5.2 tampilan menu diagnosa gejala

(67)

akan di diagnosa dan mencontreng gejala – gejala yang diderita oleh pasien sesuai dengan apa yang ada pada menu gejala yang diderita,setelah selesai memilih gejala dan memasukan umur pilih menu hasil untuk melihat hasil dari diagnosa

Gambar 5.3 hasil diagnosa diabetes tipe 1

(68)

Gambar 5.4 hasil diagnosa diabetes tipe 2

Tampilan gambar diatas menunjukan hasil diagnosa sistem pada pasien dengan kesimpulan bahwa peluang pasien terkena diabetes mellitus tipe 2 adalah 13%, pasien digolongkan pada diabetes mellitus tipe 2 karena umur pasien sudah lebih dari 20 tahun

(69)

Gambar diatas adalah tampilan pada menu basis data gejala,pada menu ini gunanya untuk mengedit,menambahkan atau menghapus data-data gejala yang baru sesuai dengan gejala yang diderita oleh pasien.

5.3. Pengujian Aplikasi Dengan Menggunakan Handphone 5.3.1. Uji Coba Handphone Nokia E63

Gambar 5.6 menu utama pada Nokia E63

(70)

Gambar 5.7 tampilan menu diagnosa gejala Nokia E63

Tampilan gambar diatas adalah pilihan dari menu diagnosa gejala pada handphone E63,dalam menu ini user di minta untuk menginputkan angka jumlah umur pasien yang akan di diagnosa gejalanya,setelah pasien menginputkan umur pada kolom yang sudah tersediah, maka selanjutnya pasien di minta untuk

(71)

Gambar 5.8 tampilan hasil diagnosa penyakit Nokia E63

(72)

Gambar 5.9 tampilan menu basis data gejala Nokia E63

(73)

5.3.2. Uji Coba Handphone Samsung Cor by Text

Gambar 5.10 menu utama pada Samsung Corby

(74)

Gambar 5.11 tampilan menu diagnosa gejala Samsung Corby

Tampilan gambar diatas adalah pilihan dari menu diagnosa gejala, jika dijalankan menggunakan handphone samsung corby text, sama seperti handphone sebelumnya, pada menu ini user juga di minta untuk menginputkan angka jumlah umur pasien yang akan di diagnosa gejalanya,setelah pasien menginputkan umur

(75)

Gambar 5.12 tampilan hasil diagnosa penyakit Samsung Corby

(76)

Gambar 5.13 tampilan menu basis data gejala Samsung Corby

(77)

Sistem pakar untuk mendeteksi diabetes mellitus menggunakan handphone

dengan J2ME ini diharapkan dapat menjadi bahan atau salah satu referensi bagi

pengembangan sistem pakar lainnya atau bagi mahasiswa yang menyusun tugas akhir

yang berkaitan dengan sistem pakar. Ada beberapa kesimpulan dan saran yang dapat

disampaikan peneliti sebagai hasil dari evaluasi pengembangan sistem dalam laporan

tugas akhir ini.

6.1.

Kesimpulan

Dalam mengembangkan aplikasi deteksi penyakit diabetes ini terdapat

kesimpulan yang dapat diperoleh, yaitu :

a.

Aplikasi dapat berjalan dengan baik di komputer dengan menggunakan Sun

Wireless Toolkit maupun di Handphone dengan merk Nokia E63 dan Samsung

Corby Text.

Gambar

Gambar 2.1. Lingkaran biru, adalah simbol bagi diabetes mellitus, sebagaimana
Gambar 2.2 Skema Sistem Pakar
Gambar 2.3. Proses Rekayasa Pengetahuan
Gambar 2.4. Platform Java
+7

Referensi

Dokumen terkait

Testing pada bagian ini adalah melakukan pengujian untuk seluruh halaman yang telah dibuat, masing-masing form diuji untuk mengetahui apakah halaman-halaman setelah

Handphone yang digunakan pada penelitian ini adalah Nokia E71 yang telah dilengkapi dengan GPS receiver built in , dan membuat program J2ME sehingga handphone

connection menu yang telah berisi alias dari data koneksi yang telah dibuat beserta menu yang lengkap. Tampilan Connection Menu

Menghitung Loss sambungan ssstem komunikasi serat optik dapat dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Java dengan handphone yang memiliki konfigurasi CLDC 1.1

Gejala fisik maupun uji tes darah masukan dari user akan diolah dalam proses diagnosa menjadi hipotesa penyakit yang diderita menggunakan nilai certainty

Halaman output tampilan penyakit digunakan untuk mengetahui penyakit apasaja yang bisa didiagnosa penyakit pengguna berdasarkan gejala yg akan diajukan sistem untuk

Tabel perancangan basis data yang digunakan ditunjukkan pada tabel 3.3 Dalam basis data ini menggunakan tipe data varchar untuk id gejala sedangkan pada kolom gejala, usia ibu

mendiagnosa penyakit apa yang diderita oleh kelinci berdasarkan gejala yang dialami serta memberikan solusi penanganan penyakitnya.Dibawah ini merupakan tampilan dari aplikasi sistem