BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Menurut Ennis (dalam Achmad, 2007), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Sedangkan, menurut Gokhale (2002) dalam penelitiannya Collaborative Learning Enhanches Critical Thinking menyatakan bahwa materi kemampuan
berpikir kritis meliputi analisis, sintesis dan evaluasi. 1. Analisis
Contoh: Jika kubus memiliki volume 343 cm panjang rusuk kubus tersebut diperbesar menjadi 4 kali panjang rusuk semula, tentukan volume kubus yang baru!
2. Sintesis
Menurut Ahmad (2007) sintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan keteramplian menganalisis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Pertanyaan sintesis ini memberi kesempatan untuk berpikir bebas terkontrol. Kata-kata oprasionalnya meliput: mengumpulkan, mengkategorikan, mengkode, menyusun, mengarang, membangun, menghubungkan, menciptakan, mengoreksi, merancang, memperjelas, merumuskan, membentuk, merangkum, menggabungkan, dan lain-lain (Arikunto, 2009:138).
Contoh: Diketahui balok dengan ukuran panjang 3 cm, lebar 4 cm, dan tinggi 5 cm.
a. Berapa volume balok tersebut?
b. Jika panjang diubah menjadi 3a cm, lebar diubah menjadi 4b cm, dan tinggi diubah menjadi 5c cm, berapakah volumenya?
c. Bagaimanakah jika nilai a = b = c adalah 4? 3. Evaluasi
oprasionalnya meliputi: menilai, membandingkan, menyimpulkan, mengkritik, mengarahkan, menimbang, memutuskan, memisahkan, memprediksi, memperjelas, menugaskan, membuktikan, mengetes, dan memilih (Arikunto, 2006:138).
Contoh: Dibawah ini merupakan jaring-jaring kubus yang masih salah. Benarkan jaring-jaring tersebut sehingga menjadi jaring-jaring kubus!
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis adalah cara berpikir secara reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar tentang apa yang harus dipercayai dan tindakan apa yang harus dilakukan melalui kegiatan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
B. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) pertama kali diperkenalkan pada
awal tahun 1970-an di Universitas MC Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai suatu upaya menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi yang ada.
yang berorientasi pada masalah dunia nyata. Sedangkan, menurut Maffit (dalam Rusman,2010:241) mengemukakan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dengan demikian, PBL dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi, mengumpulkan dan menganalisis data sehingga siswa mampu berpikir kritis yang meliputi; analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Tujuan Pembelajaran PBL
Menurut Tan, Ibrahim dan Nur (dalam Rusman,2010:242) pembelajaran PBL memiliki tujuan:
a) Untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah; kerjasama yang dilakukan dalam PBL mendorong munculnya berbagai keterampilan sosial dalam berpikir, b) Pembelajaranan peran orang dewasa; siswa dikondisikan sebagai
orang dewasa untuk berpikir dan bekerja dalam memecahkan masalah yang melibatkan siswa dalam pembelajaran nyata,
3. Tahap-Tahap Pembelajaran PBL
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mempunyai lima tahap utama yang yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah yang diakhiri dengan penyajian dan analisa hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Tahap-Tahap Pembelajaran PBL Tahap
ke- Indikator Aktivitas guru
1 Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perangkat yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat dalam aktivitas penyelesaian masalah yang dipilihnya. 2 Mengorganisir siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisirkan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3 Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan serta penyelesaian masalahnya.
4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa untuk merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dan temannya.
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses yang digunakan.
4. Kelebihan Pembelajaran PBL
Problem Based Learning (PBL) sering digunakan dalam
pembelajaran karena mempunyai beberapa kelebihan diantaranya lebih menekankan pada makna dari pada fakta, siswa mengukuhkan haluan diri atau lebih percaya diri dalam suatu masalah, siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih dan meningkatkan kecerdasan, siswa akan lebih pandai dalam lisan dan belajar untuk bekerja sama dalam kelompok, menumbuhkan sikap bermotivasi diri, hubungan guru dengan pelajar saling mengisi, dan meningkatkan hasil atau peringkat pembelajaran yang diperoleh siswa.
5. Kelemahan Pembelajaran PBL
Disamping kelebihan diatas, pembelajaran PBL juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu siswa akan merasa malas untuk mencoba jika tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, keberhasilan pembelajaran dengan pembelajaran PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan, dan tanpa pemahaman pada siswa mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka siswa tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari (Sanjaya, 2006: 118-119).
C. Materi Penelitian
Pada mata pembelajaran matematika SMP kelas VIII semester 2 pokok bahasan Kubus dan Balok, indikator pembelajarannya meliputi:
a) Siswa dapat mengenal dan menyebutkan unsur-unsur utama pada kubus dan balok, yang meliputi:
1) Bidang dan Rusuk
2) Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang 3) Bidang Diagonal
b) Siswa dapat membuat jaring-jaring kubus dan balok serta dapat menentukan pembelajaran kerangka kubus dan balok.
c) Siswa dapat menghitung luas permukaan kubus dan balok. d) Siswa dapat menghitung volume kubus dan balok.
e) Siswa dapat menghitung perubahan volume kubus dan balok.
D. Kerangka Pemikiran
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis, meliputi: Analisis
Sintesis Evaluasi
Indikator analisis muncul pada tahap 1, dimana guru melakukan orientasi siswa pada masalah dengan memunculkan masalah yang disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari, pada tahap ini siswa menyimak dan mulai berpikir serta menganalisis permasalahan yang diberikan untuk dipecahkannya.
Indikator sintesis muncul pada tahap 2, guru membagi siswa menjadi kelompok kecil yang diharapkan dapat membantu siswa untuk lancar berkomunikasi dalam memecahkan masalah. Selanjutnya pada tahap 3, guru membimbing penyelidikan sehingga dapat mendorong siswa aktif dalam kelompok dan mendorong siswa untuk dapat melakukan sintesis terhadap permasalahan sebagaimana tahap dalam berpikir kritis. Kemudian tahap 4, guru membimbing siswa untuk mengembangkan dan menyajikan hasil karya sehingga siswa mampu berpikir sintesis setelah mendapatkan tanggapan dari kelompok lain.
Indikator evaluasi muncul pada tahap 5, dimana guru membimbing siswa untuk menyimpulkan atau mengevaluasi proses pemecahan masalah. Tahap-1 : Mengorientasi siswa pada masalah
Tahap-2 : Mengorganisir siswa untuk belajar
Tahap-3 : Membimbimg penyelidikan individual maupun kelompok Tahap-4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya/diskusi Tahap-5 : Menganalisi dan mengevaluai proses pemecahan masalah
Pada tahap ini siswa dituntut untuk mengevalusi konsep sesuai dengan materi berpikir kritis.
Dengan kerjasama dalam pembelajaran dengan pembelajaran Problem Based learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
menjawab pertanyaan secara terbuka dengan banyak alternatif jawaban benar dan pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis berupa peningkatan dari pemahaman ke analisis, sintesis, dan evaluasi dari suatu konsep.
E. Hipotesis Tindakan