• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan religiusitas dengan kepuasan perkawinan pada pasangan muslim - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan religiusitas dengan kepuasan perkawinan pada pasangan muslim - USD Repository"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN

KEPUASAN PERKAWINAN PADA

PASANGAN MUSLIM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Andika Susilo AP

009114146

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Karya ini saya persembahkan untuk :

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan yang merupakan energi yang memberti kekuatan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sampai selesai. Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis banyak menemukan hambatan dan kesulitan. Namun, dengan adanya bantuan dan dukungan dari pihak-pihak tertentu, penulis berhasil melalui itu semua. Karena dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Tuhanku, energiku

2. Orangtuaku, papa dan mama Toto, yang selalu tegar dalam menjalani cobaan-cobaan yang tak henti-hentinya menerjang kita.

3. Istri dan anakku, Dinar Roos dan Aaliyah Diaz, energi itu selalu ada dan tetap ada besertaku, karena kalianlah energi itu.

4. Saudara-saudaraku, Angga gendut, Mas Anton dan Mba Ita, Arlin,

5. Rekan-rekanku seperjuangan: Rio dan keluarga, gendut dan banyak teman wanitanya, mas Erik dan keluarga.

6. temen-temen 2001.

7. dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan karya ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat positif bagi semua pihak yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Yogyakarta,…..2007

(8)

ABSTRAK

Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Perkawinan pada Pasangan Muslim

Universitas Sanata Dharma Fakultas Psikologi

2007

Penelitian ini adalah penelitian korelasional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kepuasan perkawinan pada pasangan muslim. Variabel dalam penelitian ini adalah Religiusitas dan Kepuasan Perkawinan. Semua variabel diukur dengan menggunakan skala. Koefisien reliabilitas skala Religiusitas adalah sebesar 0,9438 sedangkan koefisien reliabilitas kepuasan perkawinan adalah sebesar 0,9296 Validitas skala Religiusitas dan skala kepuasan perkawinan diperoleh lewat penilaian ahli dan berdasarkan pada kriteria yaitu yang memiliki indeks daya beda 0,30.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara religiusitas dengan kepuasan perkawinan pada pasangan muslim, semakin tinggi tingkat religiusitas subyek penelitian maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan perkawinannya. Hipotesis penelitian dianalisa dengan menggunakan korelasiProduct Moment Pearson.

(9)

ABSTRACT

Correlation between Religiosity with Marriage Satisfaction For the couple Moslem

Sanata Dharma University Psychology Faculty

2007

This research is correlation study. The aim of this research was to know the correlation between Religiosity with marriage satisfaction.

The variable in this research were Religiosity and marriage satisfaction. Both variables were measured using scale. The reliability coefficient of Religiosity scale was 0,9438 while the reliability coefficient of marriage satisfaction scale was 0,9296. The validities of Religiosity scale and marriage satisfaction scale were obtained through evaluation and based on criteria with item differentiability index of 0,30.

The hypotesis of this research was that there is positive correlation between Religiosity and marriage satisfaction. The higher of Religiosity, the higher marriage satisfaction was. The hypotesis was analyzed by correlation of Pearson’s Product Moment.

(10)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah……….1

B. Rumusan Masalah………...6

C. Tujuan Penelitian………7

D. Manfaat Peneltian………...7

BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian………..………….8

2. Aspek-aspek dalam Kepuasan Perkawinan………..………10

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Perkawinan………..…….14

B. Religiusitas 1. Pengertian………..…...15

2. Aspek-aspek Religiusitas………..……18

3. Fungsi Religiusitas………..……..21

C. Hubungan antara Religiusitas dengan Kepuasan Perkawinan pada Pasangan Muslim………..…… 22

D. Hipotesis………..…. 25

(11)

a. Skala Pengukuran Religiusitas………...31

b. Skala Pengukuran Kepuasan Perkawinan……….34

3. Validitas dan Religiusitas a. Validitas………..…..38

b. Seleksi Aitem……….………..39

c. Reliabilitas………..………..44

D. Teknik Analisis Data………..…………...44

E. Prosedur Penelitian………..………....45

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Deskripsi Data………...………47

2. Pengujian Hipotesis………...…....48

a. Uji Prasyarat a.1. Uji Normalitas……… ………48

a.2. Uji Linearitas……… ……..48

b. Hasil Uji Hipotesis……… ……....49

B. Pembahasan……… …………..49

BAB. V PENUTUP A. Kesimpulan……… ……….54

B. Saran……… ………...54

DAFTAR PUSTAKA ……… ………..55

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel I (Distribusi Aitem Religiusitas untuk uji coba)……… …….34

Tabel II (Distribusi Aitem Kepuasan Perkawinan untuk uji coba)…………...37

Tabel III (Distribusi Aitem Kepuasan Perkawinan setelah uji coba)………....41

Tabel IV (Distribusi Aitem Kepuasan Perkawinan untuk penelitian)………...42

Tabel V (Distribusi Aitem Religiusitas setelah uji coba)………43

Tabel VI (Distribusi Aitem Religiusitas untuk Penelitian)………...43

Tabel VII Deskripsi Data………...………....47

LAMPIRAN

LAMPIRAN I

A. Data Uji Coba LAMPIRAN II

A. Uji Validitas dan Reliabilitas B. Skala Kepuasan Perkawinan C. Skala Religiusitas

LAMPIRAN III

A. Data Penelitian Kepuasan Perkawinan B. Data Penelitian Religiusitas

C. Total Data Penelitian LAMPIRAN IV

A. Uji Normalitas B. Uji Linearitas LAMPIRAN V

Hasil Analisis Korelasi Product Moment LAMPIRAN VI

A. Skala Kepuasan Perkawinan Uji Coba

B. Skala Kepuasan Perkawinan untuk Penelitian C. Skala Religiusitas Uji Coba

(13)

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan dalam menjalin suatu hubungan cinta kasih antar manusia ditandai dengan ikatan tali perkawinan. Perkawinan adalah bentuk ikatan resmi antara dua manusia yang telah disahkan secara hukum dan agama. dengan tali perkawinan diharapkan suatu pasangan dapat lebih mencapai kepuasan ataupun kebahagiaan dibandingkan saat mereka berpacaran. Kepuasan serta kebahagiaan yang dirasakan oleh pasangan menentukan keberhasilan dalam perkawinan.

Di dalam agama Islam, untuk mencapai kebahagiaan ataupun kepuasan dalam rumah tangga, suatu keluarga harus mampu menjadi keluarga yang sakinah, maksudnya adalah terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga. Karena dalam agama terdapat nilai-nilai moral atau etika kehidupan. Landasan utama dalam kehidupan keluarga berdasarkan ajaran agama adalah kasih sayang, cinta mencintai, kasih mengasihi (Ensiklopedia Dakwah,TIM LPPAI, 2004). Islam sangat tegas menyinggung tentang efek dari ketidakpuasan dalam perkawinan, bahwa setelah seluruh usaha dan cara tidak berhasil. Maka disaat itu seorang suami diperkenankan memasuki jalan terakhir yang dibenarkan Islam, sebagai suatu usaha memenuhi panggilan kenyataan dan menyambut panggilan darurat serta jalan memecahkan problema yang tidak dapat teratasi kecuali dengan berpisah, cara ini disebut “Thalaq”.

(14)

rukhshah yang diadakan semata-mata karena darurat ketika suatu hubungan suami istri semakin memburuk.

Data yang berhasil diperoleh dari hasil kerjasama Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta dengan Pemerintah kota Yogyakarta tentang kasus talak dan perceraian di Yogyakarta sejak tahun 2003 hingga 2004 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Angka kuantitatif ini adalah sebagai saksi bisu banyak pasangan suami istri yang tidak merasa puas dengan pernikahannya dan memilih jalan perceraian sebagai jalan terakhir dalam menyelesaikan masalahnya. Pada tahun 2003 jumlah pernikahan 2897 dengan jumlah perceraian 54 kasus (1,86%). Sedang pada tahun 2004 jumlah perkawinan 3029 dengan jumlah perceraian 79 (2,6%). Peningkatan persentase perceraian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan ketidakpuasan yang dirasakan pasangan dalam memandang pernikahannya.

(15)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi agar terjadi kepuasan perkawinan seperti adanya daya tarik fisik, jenis pekerjaan, emosi kemudian adanya kemampuan berkomunikasi suami istri serta adanya kekuatan emosional yang ada pada pasangan (Goleman,1999). Selain itu, Rahmah,1997 menyatakan bahwa pendidikan mempengaruhi kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan, keinginan dan aspirasinya. Semakin tinggi pendidikan individu makin jelas pula wawasannya, sehingga persepsi terhadap diri dan kehidupan perkawinannya menjadi semakin baik, berdasar hal tersebut peneliti menjadikan pendidikan sebagai kriteria subyek penelitian.

Walgito (1984), menyatakan bahwa faktor terpenting dalam pencapaian kepuasan perkawinan adalah kemampuan untuk dapat saling mengerti, menerima, menghargai, percaya, menyayangi dan kerjasama antara kedua belah pihak. Selain itu yang patut untuk dipikirkan adalah adanya persamaan prinsip dan dasar dalam keluarga saat perkawinan. Salah satu hal yang prinsip dan dasar tersebut adalah religi atau agama. Dengan keyakinan, penghayatan, perlakuan, pengalaman dan pengetahuan yang baik dan tepat mengenai agama diharapkan dapat menumbuhkan rasa sabar, tidak mementingkan diri sendiri, pasrah dan tawakal pada kenyataan hidup hingga menimbulkan ketabahan dalam kehidupan rumah tangga.

Penelitian yang dilakukan (Ancok 1994, Rahmah 1997) tentang keluarga, menghasilkan kesimpulan bahwa keluarga yang tidak religius, komitmen agamanya lemah dan keluarga yang tidak memiliki komitmen sama sekali mempunyai resiko empat kali lipat untuk tidak dapat mencapai kepuasan ataupun kebahagiaan dalam keluarganya. Bahkan berakhir dengan broken home, perselingkuhan, kecanduan alkohol dan lain sebagainya (Ensiklopedia Dakwah,TIM LPPAI, 2004).

(16)

peribadatan) manusia yang mutlak tersebut, serta merupakan suatu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, dengan alam semesta sesuai dengan sejarah tata keimanan dan tata peribadatannya. Ada tiga unsur pokok dalam agama yaitu tata keyakinan, tata peribadatan dan tata kaidah yang merupakan norma perilaku manusia.

Glock dan Stark (dalam Ancok, 1994), membagi religiusitas ke dalam lima aspek, yaitu: religious belief (the ideological dimension), religious practise (the ritualistic dimension), religious feeling (the experiental dimension), religious knowledge (the

intellectual dimension)danreligious effect (the consequential dimension).

Religious belief adalah tingkatan sejauhmana seseorang menerima hal-hal dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan adanya Tuhan, malaikat, surga, neraka dan sebagainya.

Religious practice merupakan tingkatan sejauhmana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Misalnya bagi orang Islam menjalankan sholat, zakat, puasa; bagi orang Kristiani berdoa, pergi ke Gereja.

Religious feeling merupakan perasaan-perasaan atau pengalaman-pengalaman yang pernah dialami dan dirasakan, misalnya dekat dengan Tuhan, merasa takut berbuat dosa, merasa doa dikabulkan, diselamatkan Tuhan dan sebagainya.

Religious knowledge adalah seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya, terutama yang ada di dalam kitab suci maupun yang lainnya.

(17)

Glock dan Stark (dalam Ancok 1994) mengatakan bahwa keberagamaan seseorang menunjuk pada ketaatan dan komitmen seseorang terhadap agamanya. Keberagamaan seseorang pada dasarnya lebih menunjuk pada pelaksanaan keagamaan yang berupa penghayatan dan pembentukan komitmen, sehingga lebih merupakan proses internalisasi nilai-nilai agama, untuk kemudian diamalkan dalam perilaku sehari-hari. Sikap tersebut akan menimbulkan perasaan sabar, tidak mementingkan diri sendiri, sikap pasrah dan tawakal pada kenyataan hidup hingga pada akhirnya akan menimbulkan ketabahan dalam rumah tangga, serta penerimaan diri yang baik.

Kepuasan Perkawinan dapat tercapai apabila pasangan suami istri memiliki perasaan bahagia, memiliki penerimaan diri yang baik, tidak memiliki pertentangan diri dalam batin, adanya keseimbangan antara kebutuhan dan harapan, dan memiliki evaluasi subyektif yang baik terhadap kualitas kehidupan perkawinan.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa religiusitas menyebabkan ketabahan dalam rumah tangga, yang secara konkrit terdapat dalam sikap tawakal dan kepasrahan, serta tumbuhnya rasa sabar, sedangkan kepuasan perkawinan terwujud bila terdapat sikap saling pengertian, penerimaan diri yang baik, saling menghargai, kepercayaan pada pasangan, sikap saling menyanyangi, adanya kerjasama, maka munculah permasalahan apakah ada hubungan antara religiusitas dengan kepuasan perkawinan.

B. Rumusan Masalah

Dari berbagai hal yang telah dikemukakan di atas, terdapat sebuah permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

(18)

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti di sini ingin memperoleh gambaran mengenai hubungan antara religiusitas dengan kepuasan perkawinan pada pasangan muslim.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sebuah pengetahuan atau pandangan baru dalam perkembangan dunia psikologi sosial, terutama tentang hubungan religiusitas dengan kepuasan perkawinan pada pasangan muslim .

2. Manfaat Praktis

(19)

BAB II

Landasan Teori

A. Kepuasan Perkawinan

1. Pengertian

Dalam agama Islam pencapaian kebahagiaan ataupun kepuasan dalam rumah tangga, suatu keluarga harus mampu menjadi keluarga yang sakinah, maksudnya adalah terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga. Karena dalam agama terdapat nilai-nilai moral atau etika kehidupan. Landasan utama dalam kehidupan keluarga berdasarkan ajaran agama adalah kasih sayang, cinta mencintai, kasih mengasihi (Ensiklopedia Dakwah,TIM LPPAI, 2004).

Kepuasan perkawinan merupakan evaluasi secara keseluruhan tentang segala hal yang berhubungan dengan kondisi perkawinan (Clayton,1975) atau evaluasi suami istri terhadap seluruh kualitas kehidupan perkawinan (Snyder,1979).

Sedang menurut Barh dkk (dalam Tarigan, 2001) kepuasan perkawinan merupakan evaluasi subyektif terhadap kualitas perkawinan secara keseluruhan. Ia juga menambahkan perkawinan berarti persepsi terhadap terpenuhinya kebutuhan, harapan dan keinginan dalam perkawinan.

Kepuasan perkawinan dapat dicapai melalui seberapa baik pasangan suami istri dapat memenuhi kebutuhannya serta seberapa besar kebebasan yang diberikan oleh masing-masing pihak untuk memenuhi kebutuhannya, Laswel & Laswel (1987). Maksudnya keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan dan harapan dari pasangannya maupun dirinya sendiri merupakan faktor penting dalam kepuasan perkawinan.

(20)

mendatangkan kepuasan bagi orang itu. Artinya kepuasan perkawinan suami istri berasal dari apa yang dilakukan pasangannya terhadap dirinya, maupun apa yang dilakukan bagi pasangannya.

Liang Gie (1996) menyebutkan kepuasan dalam perkawinan adalah perasaan bahagia dalam diri seseorang tanpa adanya kerisauan, ketakutan atau pertentangan dalam batinnya, juga penerimaan diri yang baik pada hidupnya sebagai hal yang indah, dan orang tersebut mencapai kepuasan hidup. Kepuasan perkawinan suami istri dapat tercapai bila kedua belah pihak berbagi kebahagiaan yang setara karena perkawinan adalah suatu penyatuan antara dua minat pribadi yang berbeda untuk mengarah suatu tujuan dan keseimbangan .

Dapat disimpulkan kepuasan perkawinan sebagai perasaan bahagia, kepemilikan penerimaan diri yang baik, tidak memiliki pertentangan dalam batin yang dapat diperoleh karena keberhasilannya dalam memenuhi kebutuhan dan harapan diri pasangan maupun dirinya sendiri yang merupakan evaluasi subyektif terhadap seluruh kualitas kehidupan perkawinan.

2. Aspek-aspek dalam Kepuasan Perkawinan

Untuk menentukan kepuasan pernikahan seseorang digunakan aspek-aspek yang akan dievaluasi oleh seorang istri atau seorang suami terhadap pasangan dan terhadap pernikahannya. Aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan Clayton (dalam, Tarigan 2001), yaitu:

a. Kemampuan sosial suami istri(marriage sociability)

(21)

menjalin hubungan harmonis dengan lingkungan tempat tinggal adalah salah satu bentuk indikator kepuasan, sebaliknya kekurangmampuan dalam menjalin hubungan dengan lingkungan akan menyebabkan perasaan terkucilkan dan ketidaknyamanan. Kemampuan sosial pasangan juga mencakup bagaimana sikap seorang pasangan terhadap jaringan sosial pasangannya sendiri. Pasangan yang mampu menerima sahabat-sahabat pasangannya sebagai bagian dalam kehidupan mereka akan lebih bahagia dan puas dibanding pasangan yang memusuhi sahabat-sahabat pasangannya.

b. Persahabatan dalam perkawinan(marriage companionship)

Kebermilikan perasaan persahabatan dalam perkawinan, yang meliputi, kemampuan berkomunikasi dengan pasangan, merasakan kegembiraan serta pergaulan yang menyenangkan antara suami istri, selain itu mencakup juga, keterbukaan, empati, rasa kebersamaan. Pasangan yang mampu terbuka dan memahami pasangannya serta mampu menciptakan kebersamaan akan lebih dapat merasakan kepuasan dalam perkawinan.

c. Urusan ekonomi (economic affair)

Segala kepentingan/ kebutuhan dalam perkawinan yang berkenaan dengan penggunaan uang, seperti pemenuhan kebutuhan keluarga, rekreasi maupun kepentingan individu. Adanya kepercayaan untuk mengurus keuangan dalam keluarga merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap pasangan suami istri.

d. Kekuatan perkawinan(marriage power)

(22)

proses pengambilan keputusan. Sikap positif dalam perkawinan dapat mempengaruhi kepuasan dalam perkawinan karena dengan demikian pasangan mampu memandang perkawinannya sebagai sesuatu yang menyenangkan.

e. Hubungan dengan keluarga besar(extra family relationship)

Hubungan dengan keluarga selain dengan keluarga inti yang meliputi hubungan dengan mertua, saudara ipar, maupun keluarga besar kedua belah pihak. Seorang suami ataupun istri yang memiliki hubungan baik dan akrab dengan keluarga besar terutama mertua dan saudara ipar akan merasa lebih bahagia dan merasa lebih puas terhadap perkawinannya.

f. Persamaan ideology(ideological congruence)

Adanya persamaan pandangan hidup dan kesamaan pandangan tentang perilaku benar dan salah. Pasangan yang memiliki pandangan hidup sama akan lebih mudah mencapai kepuasan perkawinan. Sikap toleransi antara suami dan istri dalam memandang perbedaan pandangan antara mereka juga dapat membantu dalam pencapaian kepuasan perkawinan.

g. Keintiman pernikahan(marriage intimacy)

Adanya keintiman antara suami istri yang meliputi ekspresi kasih sayang dan hubungan seksual. Selain itu keintiman perkawinan juga meliputi motivasi dalam mengekpresikan kasih sayang, penilaian terhadap pasangan, serta penilaian suami istri terhadap hubungan seksual mereka.

h. Taktik interaksi(interaction tactics)

(23)

terselesaikan. Setiap pasangan yang selalu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya dengan baik akan mencapai kepuasan dalam perkawinan mereka.

Aspek kepuasan perkawinan adalah segala sesuatu yang merupakan unsur pembentuk dalam mencapai kepuasan perkawinan, sedang tingkat kepuasan perkawinan tiap pasangan tergantung pada penilaian suami istri terhadap penyesuaian perkawinannya. Setiap pasangan suami istri dapat saja hanya merasa puas pada beberapa aspek tertentu saja dan tidak puas dengan aspek yang lain, apabila ini terjadi maka pasangan dapat menggantikan ketidakpuasan pada aspek tertentu dengan mengusahakan kepuasan pada aspek yang lain sehingga dapat memperoleh kepuasan dalam perkawinan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Perkawinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Perkawinan suami istri meliputi: a. Kepuasan sangat dipengaruhi oleh besarnya keuntungan yang diperoleh dari

suatu hubungan dengan tingkat perbandingan. Perbandingan disini erat hubungannya dengan persepsi tentang keadilan.(Sears,1999)

b. Klemer (1970), kepuasan dalam perkawinan dipengaruhi oleh harapan pasangan itu sendiri terhadap pernikahannya, harapan yang terlalu besar, harapan terhadap nilai-nilai pernikahan, harapan yang tidak jelas dan harapan yang berbeda.

(24)

pernikahan meningkat tetapi tidak mencapai tahap seperti 5 tahun awal perkawinan.

d. Hurlock (1953), kepuasan sangat dipengaruhi oleh religiusitas, kepuasan perkawinan akan lebih tinggi diantara orang religius daripada orang-orang dengan religius rendah. Hal ini terutama berlaku untuk perempuan. Agama seringkali menjadi kompensasi rendahnya kepuasan seksual. Bagi wanita, religiusitas membuat pernikahan lebih memuaskan, namun tidak sepenuhnya benar untuk laki-laki. Hal ini didukung Mahoney (dalam Bradburry, 2000), yang menyatakan adanya korelasi positif antara kepuasan perkawinan dengan partisipasi religius.

e. Glen dan Weaver (dalam Rahmah,1997) mengatakan perbedaan tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan, keinginan dan aspirasinya. Semakin tinggi pendidikan individu makin jelas pula wawasannya, sehingga persepsi terhadap diri dan kehidupan perkawinannya menjadi semakin baik.

f. Kepuasan Perkawinan sangat dipengaruhi oleh masa perkenalan (masa pacaran). Pacaran merupakan proses pematangan untuk hidup berkeluarga (Ardianitha dan Andayani, Desember 2005). Dalam masa pacaran dimungkinkan akan lebih mengenal karakter masing-masing pribadi.

B. Religiusitas

1. Pengertian

(25)

antara makhluk dengan khaliqnya, yang terwujud dalam sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula pada sikap kesehariaanya.

Daradjat (1970), mengemukakan bahwa agama membantu menyeimbangkan mental seseorang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya baik primer maupun rohaniah. Pada dasarnya manusia memiliki dorongan-dorongan untuk memenuhi keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan yang dirasakannya, karena jika tidak ia akan merasa tidak enak, gelisah dan kecewa. Senada dengan Darajat, Heerjan (1987), mengatakan bahwa agama merupakan unsur utama yang sepanjang masa dijadikan pegangan oleh umatnya untuk mendapatkan dan menjaga ketenangan dan kesejahteraan khususnya dalam keadaan kesulitan. Dari dulu hingga sekarang, agama tetap merupakan salah satu unsur utama dalam pembinaan kesehatan jiwa, karena nilai-nilainya yang bersifat abadi dan menyentuh semua masyarakat.

Di samping istilah agama, juga terdapat istilah religi (religion, bahasa Inggris) Dalam Islam, Syafa’tun Almirzanah (1997), menyatakan bahwa istilah yang yang paling dekat dengan istilah agama dalam bahasa Arab adalah”al-Din . Al-Din menurut para ahli tata bahasa arab (nahwu) berasal dari kata al-dayn, yang berarti hutang. Oleh karenanya al-din adalah pembayaran hutang kita kepada Allah dan melibatkan seluruh hidup kita, karena kita berhutang kepada-Nya bukan karena pemberian ini itu tetapi juga karena keberadaan kita sendiri. Walaupun secara etimologis memiliki arti sendiri-sendiri, namun secara terminologis dan teknis istilah di atas bermakna sama.

(26)

dalam hubungannya terhadap Tuhan, sesama manusia serta alam sekitarnya, (Driyarkara,1978).

Mangunwijaya (1982), membedakan antara istilah religi dengan religiusitas. Agama menunjuk pada aspek formal, yang berkaitan dengan aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban, sedangkan religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati oleh individu di dalam hati. Didukung oleh Dister (1982) yang menyatakan bahwa religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur internalisasi agama itu dalam diri sesorang.

Jadi, religiusitas menunjuk pada bagaimana individu menghayati dan mengamalkan unsur-unsur agamanya. Tidak hanya membaca kitab suci namun juga meyakini dogma-dogmanya, ataupun tidak hanya mengakui ajaran cinta kasih tetapi juga mengamalkannya pada sesama dalam kehidupan keseharian.

2. Aspek-aspek Religiusitas

Spinks (dalam Subandi,1988), menyebutkan bahwa agama mencakup adanya keyakinan-keyakinan, adat, tradisi, ritus-ritus dan juga pengalaman-pengalaman individual. A.M.Hardjana (1993), mengemukakan empat segi pokok yang ada pada agama sebagai sistem/ struktur yang lengkap ataupun tidak. Empat segi pokok itu antara lain segi eksistensial, segi intelektual, segi institusional dan segi etikal., yang mengungkapkan dua gejala dalam religi yaitu iman (faith) yang merupakan

(27)

Glock dan Stark (dalam Ancok, 1994) membagi religiusitas ke dalam lima aspek/ dimensi sebagai berikut:

a Religious Belief(The Ideological Dimension) yaitu menunjuk pada tingkatan sejauhmana seseorang menerima, ataupun keyakinan akan kebenaran hal-hal fundamental dan dogmatik dalam agamanya. Dalam keberislaman isi dimensi ideologis ini menyangkut tentang keyakinan akan Allah, para malaikat, para nabi/ rasul, Al Quran/ kitab-kitab Allah, surga, neraka, qadha dan qadhar (percaya pada hari akhir dan takdir Allah).

b Religious Practice (The Ritualistic Dimension) yaitu sejauhmana tingkat kepatuhan seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Di dalam keberislaman menyangkut pelaksanaan sholat, zakat, puasa, zakat, ibadah haji, pembacaan Al Quran, berdoa.

c Religious Feeling (The Experiental Dimension) yaitu perasaan-perasaan atau pengalaman-pengalaman keagamaan yang pernah dialami dan dirasakan. Di dalam keberislaman isi dimensi ini meliputi merasa dekat dengan Allah, perasaan dicintai oleh Allah, perasaan doa-doanya sering terkabul, perasaan tentram dan bahagia karena menuhankan Allah, perasaan bertawakal pada Allah, tergetar hatinya mendengar ayat-ayat Allah, perasaan bersyukur pada Allah.

(28)

e Religious Effect (The Consequencetial Dimension) yaitu mengukur sejauhmana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. Di dalam keislaman dimensi ini meliputi perilaku suka menolong, berderma, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga amanat, menjaga lingkungan, tidak mencuri, tidak berjudi, tidak menipu, mematuhi norma-norma Islam, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam.

Lima aspek religiusitas tersebut memiliki persamaan dengan hasil penelitian dari Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup tahun 1987 tentang lima aspek di dalam pelaksanaan ajaran Islam. Lima aspek pelaksanaan ajaran agama Islam tersebut adalah sebagai berikut.

a Aspek Iman yaitu menyangkut keyakinan dan hubungan manusia dengan Tuhan, malaikat, para nabi dan sebagainya.

b Aspek Islam yaitu menyangkut frekuensi, intensitas pelaksanaan ibadah yang telah ditetapkan, misalnya sholat, puasa, zakat, haji.

c Aspek Ikhsan yaitu menyangkut pengalaman dan perasaan tentang kehadiran Tuhan, takut melanggar larangan dan sebagainya.

d Aspek Ilmu yaitu menyangkut pengetahuan seseorang tentang ajaran agamanya, misalnya pengetahuan tantang Figh, Tauhid dan sebagainya. e Aspek Amal yaitu menyangkut bagaimana tingkah laku seseorang dalam

kehidupan bermasyarakat.

(29)

aspek ilmu sejajar dengan religious knowledge,aspek amal sejajar dengan religious effect.

3. Fungsi Religiusitas

Fungsi Religiusitas bagi manusia erat kaitannya dengan fungsi agama (Dester dalam Tallaut,2004) mengemukakan 4 fungsi agama, yakni:

a Emosional-Efektif yakni memandang agama sebagai sarana untuk mengatasi frustasi.

b Sosio-Moral yakni mengartikan agama sebagai sarana untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat.

c Intelektual-Kognitif yakni membatasi agama sebagai sarana untuk membatasi intelek yang ingin diketahui.

d Psikologis yakni memandang agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan.

Wach (dalamTallaut,2004) juga mengemukakan fungsi sosial agama yakni sebagai pengintegrasian kekuatan doktrin yang dapat berupa dogma (ajaran agama) dan reed (Syahadat atau Iman kepercayaan dan pengintegrasian kegiatan agama atau ibadat melalui penggunaan ritual, kurban serta simbol. Dalam hal ini agama dipandang sebagai kultus atau pemujaan.

C. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kepuasan Perkawinan pada

Pasangan Muslim

(30)

yang berupa penghayatan dan pembentukan komitmen, sehingga lebih merupakan proses internalisasi nilai-nilai agama, untuk kemudian diamalkan dalam perilaku sehari-hari. Keyakinan, penghayatan, perlakuan, pengalaman dan pengetahuan yang baik dan tepat mengenai agama diharapkan akan dapat menumbuhkan rasa sabar, tidak mementingkan diri sendiri, pasrah dan tawakal pada kenyataan hidup hingga menimbulkan ketabahan dalam kehidupan rumah tangga (Rahmah, 1997).

Muttahari (dalam Uyun, 1999) menyatakan bahwa tanpa memiliki keyakinan-keyakinan, ideal-ideal, dan keimanan, manusia tidak dapat menjalani kehidupan dengan baik atau mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan peradaban. Manusia yang tidak memiliki keyakinan-keyakinan, ideal-ideal dan keimanan, akan menjadi pemalas, tidak memiliki tujuan dan cita-cita hidup, serta tidak memiliki gairah untuk selalu berusaha menjadi lebih baik.

Dalam ajaran Islam diyakini bahwa manusia diciptakan dengan maksud-maksud tertentu. Salah satu yang utama adalah menjadi khalifah di bumi, hal ini sesuai dengan firman Allah, Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi (QS 2:30). Khalifah adalah fungsi manusia yang mengemban amanat dari Tuhan (QS : 33:72). Amanat ini adalah memberi pelayanan kepada sesama makhluk dengan cara menebarkan kasih sayang (rahmatan lil alamin) serta melakukan amar ma ruf nahi munkar ( mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran). Dalam tugas kekhalifahannya, manusia diharapkan berbuat segala sesuatu yang memberi manfaat bagi dirinya, sesama manusia dan alam semesta.

(31)

sebaik-baiknya, karena hanya dengan usaha yang keras suatu cita-cita akan diraih dan keberhasilan akan dicapai sesuai dengan jerih payahnya. Firman Allah yang lain dinyatakan dalam surat Al-Balad ayat 4 artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan manusia supaya mengatasi kesukaran. Dapat ditafsirkan sebagai setiap kemenangan (keberhasilan) yang dicapai oleh manusia adalah hasil kerja keras yang dilakukan dengan susah payah. Hanya dengan perjuangan keras yang akan mampu membuat kemajuan dalam berbagai bidang. Kesukaran tersebut merupakan cobaan dari Allah untuk menguji ketabahan manusia dalam menghadapi permasalahan. Orang yang memiliki tingkat keberagamaan (religiusitas) yang tinggi senantiasa melaksanakan perintah agamanya, sehingga perintah-perintah di atas juga akan dilaksanakan sebaik-baiknya. Dengan kata lain berarti orang yang memiliki religiusitas tinggi, yang tercakup diantaranya keyakinan, penghayatan, perlakuan, pengalaman dan pengetahuan yang baik dan tepat mengenai agama diharapkan akan dapat menumbuhkan rasa sabar, tidak mementingkan diri sendiri, pasrah dan tawakal pada kenyataan hidup hingga menimbulkan ketabahan dalam kehidupan rumah tangga.

Perbedaan tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan, keinginan dan aspirasinya. Semakin tinggi pendidikan individu makin jelas pula wawasannya, sehingga persepsi terhadap diri dan kehidupan perkawinannya menjadi semakin baik,Glen dan Weaver (dalam Rahmah,1997). Pernyataan diatas menguatkan peneliti untuk menjadikannya sebagai kriteria subyek.

(32)

laki-laki. Hal ini didukung Mahoney (dalam Bradburry, 2000), yang menyatakan adanya korelasi positif antara kepuasan perkawinan dengan partisipasi religius. Kepuasan perkawinan akan semakin dirasakan pasangan bilamana dalam rumah tangga terdapat kehidupan beragama sehingga nilai-nilai moral atau etika kehidupan dapat muncul.

D. Hipotesis

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Desain

Penelitian ini berguna untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu Religiusitas dengan Kepuasan Perkawinan, dan disusun dengan berdasar pada ketentuan yang ada dalam penelitian kuantitatif, dimana peneliti membaca dari hasil perhitungan statistik yang diperoleh dari skala kedua variable. Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk menyelidiki kaitan antara variasi pada suatu variabel dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasar atas koefisien korelasi (Azwar, 1998)

2. Identifikasi Variabel

Variabel merupakan segala sesuatu yang dapat menjadi objek penelitian atau faktor-faktor yang berperan atau gejala-gejala yang diteliti.

Variabel pada penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas :Religiusitas

2. Variabel Tergantung : Kepuasan Perkawinan

3. Variabel Kontrol : tingkat Pendidikan yang sama (S1)

B. Subjek Penelitian

(34)

kesimpulan hasil penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri, beragama Islam, dan memiliki tingkat pendidikan yang sama (S1), serta berdomisili di Kodya Yogyakarta.

C. Alat Pengumpulan Data

1. Definisi Operasional

a. Religiusitas

Religiusitas menunjuk pada bagaimana individu menghayati dan mengamalkan unsur-unsur agamanya. Tidak hanya membaca kitab suci namun juga meyakini dogma-dogmanya, ataupun tidak hanya mengakui ajaran cinta kasih tetapi juga mengamalkannya pada sesama dalam kehidupan keseharian.

Ada lima dimensi dalam religiusitas yakni :

(The Ideological Dimension) yaitu menunjuk pada tingkatan sejauhmana

seseorang menerima, ataupun keyakinan akan kebenaran hal-hal fundamental dan dogmatic dalam agamanya. Konkritisasi dimensi ideologi adalah keyakinan akan Allah, para malaikat, para nabi/ rasul, Al Quran/ kitab-kitab Allah, surga, neraka, qadha dan

qadhar (percaya pada hari akhir dan takdir Allah).

(The Ritualistic Dimension) yaitu sejauhmana tingkat kepatuhan seseorang

mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya, menyangkut pelaksanaan sholat, zakat, puasa, zakat, ibadah haji, pembacaan Al Quran, berdoa.

(The Experiental Dimension) yaitu perasaan-perasaan atau

pengalaman-pengalaman keagamaan yang pernah dialami dan dirasakan, menyangkut akanperasaan dekat dengan Allah, perasaan dicintai oleh Allah, perasaan doa-doanya sering terkabul,

perasaan tentram dan bahagia karena menuhankan Allah, perasaan bertawakal pada

(35)

(The Intelectual Dimension) yaitu seberapa jauh seseorang mengetahui maupun memahami tentang ajaran agamanya, terutama yang ada di dalam kitab suci, dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi Al-Quran, pokok ajaran yang diimani dan dilaksanakan (rukun iman dan rukun Islam), hukum Islam, sejarah Islam.

(The Consequencetial Dimension)yaitu mengukur sejauhmana prilaku seseorang

dimotivasi oleh ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial, dimensi ini meliputiperilaku suka menolong, berderma, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur,

memaafkan, menjaga amanat, menjaga lingkungan, tidak mencuri, tidak berjudi, tidak

menipu, mematuhi norma-norma Islam , berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran

Islam.

b. Kepuasan Perkawinan

Kepuasan perkawinan sebagai perasaan bahagia, kepemilikan penerimaan diri yang baik, tidak memiliki pertentangan dalam batin yang dapat diperoleh karena keberhasilannya dalam memenuhi kebutuhan dan harapan diri pasangan maupun dirinya sendiri yang merupakan evaluasi terhadap seluruh kualitas kehidupan

perkawinan. Clayton (dalam, Tarigan 2001), menyatakan untuk menentukan kepuasan pernikahan seseorang digunakan aspek-aspek yang akan dievaluasi oleh seorang istri atau seorang suami terhadap pasangan dan terhadap pernikahannya. Aspek-aspek tersebut adalah:

a. Kemampuan sosial suami istri(marriage sociability):

(36)

b. Persahabatan dalam perkawinan(marriage companionship):

Adamya sikap keterbukaan dan kebersamaan diantara suami istri,saling memahami antara suami istri, adanya komunikasi yang baik.

c. Urusan ekonomi (economic affair)

Adamya kepusan dengan penghasilan pasangan,kesepakatan suami istri dalam mengelola keuangan keluarga,kesesuaiam antara kebutuhan dengan penghasilan

d. Kekuatan perkawinan(marriage power)

Menjaga hubungan saling tertarik antar pasangan,pembagian kekuasaan dalam rumah tangga berkaitan dengan kewenangan mengambil keputusan,,

kemampuan dalam mengatasi godaan maupun ancaman dalam berumah tangga

e. Hubungan dengan keluarga besar(extra family relationship)

Kemampuan dalam menjalin hubungan baik dengan mertua,kemampuan dalam menjalin hubungan baik dengan keluarga besar pasangan,kemampuan dalam menjalin hubungan baik dengan saudara ipar

f. Persamaan ideologi(ideological congruence)

Persamaan pandangan tentang prinsip prilaku benar/ salah dalam berumah tangga, memiliki pandangan serta cita-cita hidup yang sama,persamaan dalam mengatur aturan dalam rumah tangga

g. Keintiman pernikahan(marriage intimacy)

(37)

h. Taktik interaksi(interaction tactics)

Dapat menghargai pendapat pasangannya, kesediaan dalam membantu pasangan, kemampuan menyelesaikan konflik yang dihadapi

2. Jenis Skala

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan penyebaran skala/ kuesioner untuk diisi oleh subyek penelitian. Alat pengumpul data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua (2) buah skala. Skala yang pertama adalah Skala Pengukuran Religiusitas, dan skala yang kedua adalah Skala Pengukuran Kepuasan Perkawinan.

Sebelum pengambilan data, dilakukan uji coba alat ukur terhadap subjek yang memiliki ciri sama dengan subjek penelitian yang sesungguhnya. Tujuan uji coba adalah guna meminimalisir kelemahan alat pengumpulan data. Hasil uji coba ini, menunjukkan kualitas alat, dilihat dari pemahaman subjek terhadap susunan kalimat dalam aitem skala serta diketahui nilai validitas dan reliabilitas.

a. Skala Pengukuran Religiusitas

(38)

subyek penelitian adalah pasangan suami istri yang berpendidikan sarjana dan tidak melihat latar belakang pendidikannya secara khusus. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik religiusitas yang dimiliki oleh individu, namun sebaliknya semakin rendah skor menunjukkan kualitasreligiusitas yang juga rendah.

Empat aspek pelaksanaan ajaran agama Islam yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. The Ideological Dimension Konkritisasi dimensi ideologi adalah keyakinan akan Allah, para malaikat, para nabi/ rasul, Al Quran/ kitab-kitab Allah, surga, neraka, qadha dan qadhar (percaya pada hari akhir dan takdir Allah).

2. The Ritualistic Dimension menyangkut pelaksanaan sholat, zakat, puasa, zakat, ibadah haji, pembacaan Al Quran, berdoa.

3. The Experiental Dimension menyangkut akan perasaan dekat dengan Allah, perasaan dicintai oleh Allah, perasaan doa-doanya sering terkabul, perasaan tentram dan bahagia karena menuhankan Allah, perasaan bertawakal pada Allah, tergetar hatinya mendengar ayat-ayat Allah, perasaan bersyukur pada Allah.

4. The Consequencetial Dimension yaitu dimensi ini meliputi prilaku suka menolong, berderma, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga amanat, menjaga lingkungan, tidak mencuri, tidak berjudi, tidak menipu, mematuhi norma-norma Islam , berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam.

Skala religiusitas dalam penelitian ini meliputiIdeological Dimension, The Ritualistic Dimension, The Experiental Dimension, The Consequencetial Dimension..

(39)

dan perilaku keagamaan seseorang. Distribusi aitem skala religiusitas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Distribusi Aitem Religiusitas untuk Uji Coba

Nomor Aitem No.

Aspek Favorabel Unfavorabel

Jml.

1 The Ideological Dimension 1,5,10,15,20,25 2,4,8,47,24,30 12

2 The Ritualistic Dimension 6,9,16,28,31,34, 3,46,22,26,36,48 12

3 The Experiental Dimension 7,18,21,32,35,41 12,14,43,19,23,45 12 4 The Consequencetial Dimension 11,13,17,44,37,39 27,29,33,38,40,42 12

Jumlah 24 24 48

b. Skala Pengukuran Kepuasan Perkawinan

Penelitian yang dilakukan Clayton (1975), menyebutkan beberapa aspek yang harus menjadi penilaian bagi suami istri tentang kepuasan perkawinan mereka. Apabila pasangan suami istri tersebut mampu memenuhi aspek-aspek tersebut maka mereka akan mencapai kepuasan perkawinan, ada delapan aspek yang dikemukakan Clayton, semakin tinggi skor yang diperoleh maka kepuasan perkawinan semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah skor total yang diperoleh menunjukkan kepuasan perkawinan yang rendah.

(40)

1. Kemampuan sosial suami istri(marriage sociability)

Konkritisasi aspek ini adalah kemampuan pasangan beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial, serta kemampuan untuk menerima dan menjalin hubungan baik dengan sahabat pasangannya.

2. Persahabatan dalam perkawinan(marriage companionship)

Aspek ini meliputi sikap keterbukaan dan kebersamaan diantara suami istri, kemampuan saling memahami serta adanya komunikasi yang baik pada pasangan.

3. Urusan ekonomi (economic affair)

Aspek ini meliputi kepuasan dengan penghasilan pasangannya, kemudian memiliki kesepakatan antara suami dan istri dalam mengelola keuangan keluarga, serta kesesuaian antara kebutuhan dengan penghasilan pasangan.

4. Kekuatan perkawinan(marriage power)

Aspek ini meliputi, kemampuan untuk menjaga hubungan saling ketertarikan dengan pasangannya, kemudian pembagian kekuasaan dalam rumah tangga berkaitan dengan kewenangan mengambil keputusan, serta kemampuan dalam mengatasi godaan maupun ancaman dalam berumah tangga.

5. Hubungan dengan keluarga besar(extra family relationship)

(41)

6. Persamaan ideology(ideological congruence)

Aspek ini secara konkrit meliputi persamaan pandangan tentang prinsip perilaku benar dan salah dalam rumah tangga, memiliki pandangan dan cita-cita hidup yang sama, serta memiliki persamaan dalam mengatur aturan dalam rumah tangganya.

7. Keintiman pernikahan(marriage intimacy)

Konkritisasi aspek ini meliputi, penilaian yang baik akan hubungan seksual yang dilakukan pasangan, memiliki penilaian yang baik terhadap diri pasangan serta kepemilikan sikap ketulusan dalam mengekspresikan kasih sayang pada pasangannya.

8. Taktik interaksi(interaction tactics)

(42)

Distribusi aitem skala Kepuasan Perkawinan untuk uji coba dapat dilihat pada tabel 2.

I. Kemampuan sosial suami istri(marriage sociability)

• Dapat beradaptasi dengan lingkugan tempat tinggal • Ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial

• Kemamapuan untuk menerima dan menjalin hubungan baik dengan sahabat pasangannya

II.Persahabatan dalam perkawinan(marriage companionship)

• Adamya sikap keterbukaan dan kebersamaan diantara suami istri • Saling memahami antara suami istri

• Adanya komunikasi yang baik

4,49

III. Urusan ekonomi (economic affair)

• Adamya kepuasan dengan penghasilan pasangan

• Kesepakatan suami istri dalam mengelola keuangan keluarga • Kesesuaiam antara kebutuhan dengan penghasilan

3

IV. Kekuatan perkawinan(marriage power)

• Menjaga hubungan saling tertarik antar pasangan

• pembagian kekuasaan dalam rumah tangga berkaitan dengan kewenangan mengambil keputusan,

• Kemampuan dalam mengatasi godaan maupun ancaman dalam berumah tangga

V.Hubungan dengan keluarga besar(extra family relationship)

• Kemampuan dalam menjalin hubungan baik dengan mertua

• Kemampuan dalam menjalin hubungan baik dengan keluarga besar pasangan

• Kemampuan dalam menjalin hubungan baik dengan saudara ipar

40

VI. Persamaan ideology(ideological congruence)

• Persamaan pandangan tentang prinsip prilaku benar/ salah dalam berumah tangga.

• Memiliki pandangan serta cita-cita hidup yang sama • Persamaan dalam mengatur aturan dalam rumah tangga

1

VII. Keintiman pernikahan(marriage intimacy)

• Penilaian yang baik akan hubungan seksual yang dilakukan • Penilaian yang baik (positif) terhadap diri pasangan

• Kepemilikan sikap ketulusan dalam mengekspresikan kasih sayang pada pasangan

VIII. Taktik interaksi(interaction tactics)

• Dapat menghargai pendapat pasangannya • Kesediaan dalam membantu pasangan

• Kemampuan menyelesaikan konflik yang dihadapi

(43)

Kedua skala, Religiusitas dan Kepuasan Perkawinan disusun menggunakan skala Likert. Aitem pada skala ini ditulis dalam bentuk yang bersifatfavorable, yaitu aitem yang isinya mendukung dan menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur, dan aitem yang bersifatunfavorableyaitu aitem yang isinya tidak mendukung dan tidak

menggambarkan ciri atribut yang diukur (Azwar,1999). Pada setiap aitem terdapat 5 alternatif pilihan jawaban yaitu (1) SS = Sangat Setuju, (2) S = Setuju, (3)R=Ragu-ragu, (4) TS = Tidak Setuju, (5) STS = Sangat Tidak Setuju. Penilaian untuk aitem yang favorable adalah 0 untuk jawaban STS, 1 untuk jawaban TS, 2 untuk jawaban R, dan 3 untuk jawaban S, dan 4 untuk jawaban SS. Sedangkan untuk aitem yangunfavorable, 0 untuk jawaban SS, 1 untuk jawaban S, 2 untuk jawaban R, 3 untuk jawaban TS,dan 4 untuk jawaban STS.

3. Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas

(44)

ditelaah oleh orang yang berkompeten dibidang ini, yang dikenal denganprofesional judgement.

b. Seleksi Aitem

Sebelum skala digunakan dalam penelitian perlu dilakukan seleksi pada aitem-aitem dalam skala. Aitem-aitem-aitem yang tidak memiliki syarat kualitas tidak boleh diikutkan menjadi bagian tes. Hanya aitem yang memliki kualitas tinggi saja yang boleh digunakan dalam tes, kualitas yang dimaksudkan adalah keselarasan atau konsistensi antara aitem dengan tes secara keseluruhan atau yang disebut juga dengan konsistensi aitem total, dimana pengujian konsistensi aitem-total akan menghasilkan koeifisien korelasi aitem total ( rix)yang umum dikenal dengan sebutanindeks daya

beda aitem (Azwar,2001). Daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Pada skala sikap, aitem yang berdaya beda tinggi adalah aitem yang mampu membedakan sejauhmana subyek yang bersikap positif dan mana subyek yang bersikap negatif.

(45)

Berdasarkan hasil uji coba skala Kepuasan Perkawinan diperoleh aitem valid sebanyak 43 aitem. Jadi terdapat 17 aitem yang gugur yaitu aitem no; 1, 14, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 31, 34, 35, 40, 42, 49, 53, 54, 58. Koefisien aitem valid tersebut berkisar antara 0,3107 sampai dengan 0,7204. Distribusi aitem skala Kepuasan Perkawinan setelah uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3

Distribusi Aitem Kepuasan Perkawinan setelah Uji Coba

Nomor Aitem

No. Aspek

Favorabel Unfavorabel

Jml.

1 Kemampuan sosial suami istri (marriage sociability)

14*,16,45,53* 11,31*,56,59 8

2 Persahabatan dalam perkawinan (marriage companionship)

4,28,42*,49* 2,23,47,55 8

3 Urusan ekonomi (economic affair) 3,17,22*,37 34*,35*,46,50 8 4 Kekuatan perkawinan(marriage power) 5,20*,29 7,30,48 6 5 Hubungan dengan keluarga besar (extra

family relationship)

8,27,40* 9,24*,44 6

6 Persamaan ideology (ideological congruence)

1*,15,26,51 13,32,41,57 8

7 Keintiman pernikahan(marriage intimacy) 6,10,39,58* 19*,25,36,52 8 8 Taktik interaksi(interaction tactics) 12,21*,33,38 18*,43,54*,60 8 60

Keterangan : *aitem gugur

(46)

Tabel 4

Distribusi Aitem Kepuasan Perkawinan untuk Penelitian

Nomor Aitem

No. Aspek

Favorabel Unfavorabel

Jml.

1 Kemampuan sosial suami istri (marriage sociability)

14,32 10,40,42 5

2 Persahabatan dalam perkawinan (marriage companionship)

3,20 1,16,34,39 6

3 Urusan ekonomi (economic affair) 2,15,26 33,36 5

4 Kekuatan perkawinan(marriage power) 4,21 6,22,35 5

5 Hubungan dengan keluarga besar (extra family relationship)

7,19 8,31 4

6 Persamaan ideology (ideological congruence)

13,18,37 12,23,29,41 7

7 Keintiman pernikahan(marriage intimacy) 9,28,5 17,25,38 6 8 Taktik interaksi(interaction tactics) 11,24,27 30,43 5 43

Berdasarkan hasil uji coba skala Religiusitas yang meliputi Ideological Dimension, The Ritualistic Dimension, The Experiental Dimension, The Consequencetial

(47)

Tabel 5

Distribusi AitemReligiusitas setelah Uji Coba

Nomor Aitem

No. Aspek

Favorabel Unfavorabel

Jml.

1 The Ideological Dimension 1,5,10*,15,20,25 2,4,8,47,24,30 12 2 The Ritualistic Dimension 6,9,16,28,31*,34 3*,46*,22,26*,36,48 12 3 The Experiental Dimension 7,18,21,32,35,41 12,14,43,19,23,45 12 4 The Consequencetial Dimension 11,13,17,44,37,39 27,29,33,38,40,42 12 48

Keterangan : * aitem gugur

Aitem yang sudah diperoleh dari hasil uji coba, nantinya akan diacak kembali dalam pembuatan skala penelitian. Berikut ini distribusi aitem yang akan digunakan dalam skala penelitian :

Tabel 6

Distribusi AitemReligiusitas untuk Penelitian

Nomor Aitem

No. Aspek

Favorabel Unfavorabel

Jml.

1 The Ideological Dimension 1,4,13,18,23 2,3,7,14,22,27 11

2 The Ritualistic Dimension 5,8,25,30,38 20,32,43 8

(48)

c. Reliabilitas

Alat ukur dikatakan memiliki realibilitas tinggi jika skala tersebut mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya dan reliabel. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek relatif tidak berubah (Azwar, 2001). Reliabilitas skala dalam penelitian ini diuji dengan pendekatan konsistensi internal melalui prosedur Alpha Cronbach. Pendekatan ini memiliki nilai praktis dan efisiensi tinggi karena hanya didasarkan pada pengukuran satu kali dari sekelompok individu sebagai subjek atau single trial administration . Prinsip metode pengujian tunggal adalah pengujian konsistensi di antara komponen-komponen yang membentuk tes secara keseluruhan (Azwar, 2001).

Dari penelitian di atas diperoleh Reliabilitas Kepuasan Perkawinan sebesar 0,9296, dan untuk reliabilitas skala Religiusitas adalah 0,9438.

D. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah: 1. Uji Asumsi

Uji asumsi ini dilakukan dengan menggunakan uji normalitas dan uji lineritas. Uji normalitas dilakukan denganOne Sample Kolmogorov-Smirnov Test dari program SPSS for windows versi 11.00. Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan kedua variabel merupakan garis lurus atau tidak. Uji linearitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan programSPSS for windows versi 11.00.

2. Uji Korelasi

(49)

E. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian yang ditempuh terdiri dari dua tahap. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan:

a. Mempersiapkan alat ukur. Alat ukur yang digunakan adalah skala untuk mengukur Kepuasan Perkawinan dan skalaReligiusitas

b. Melakukan uji coba skala kepada subyek penelitian. Subyek penelitian harus sesuai dengan kriteria subyek penelitian yaitu pasangan suami istri yang beragama Islam dan memiliki gelar S1 (sarjana).

c. Menganalisis aitem-aitem skala. d. Mengolah data hasil uji coba.

e. Menganalisis data dan menentukan aitem-aitem yang gugur.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan untuk penelitian. b. Melakukan pengumpulan data.

c. Menganalisis data penelitian dengan korelasiProduct Moment dariPearson. d. Membuat pembahasan berdasarkan analisis.

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Deskripsi Data

Data yang diperoleh dari skala kepuasan perkawinan dan skala religiusitas digunakan sebagai dasar pengujian hipotesis. Skala kepuasan perkawinan terdiri dari 43 butir dan untuk setiap butirnya diberi skor minimal 0 dan maksimal 4, sehingga diperoleh total skor minimal hipotetik adalah 0 x 43 = 0 dan total skor maksimal hipotetik adalah 4 x 43= 172. Jarak sebaran skor hipotetik adalah 172 – 0 = 172 dan standar deviasinya bernilai 172 : 6 = 28,67. Rerata hipotetiknya adalah (0 + 172) : 2 = 86. Skala religiusitas terdiri dari 43 butir dan untuk setiap butirnya diberi skor minimal 0 dan maksimal 4, sehingga diperoleh total skor minimal hipotetik adalah 0 x 43 = 0 dan total skor maksimal hipotetik adalah 4 x 43 = 172. Jarak sebaran skor hipotetik adalah 172 – 0 = 172 dan standar deviasinya bernilai 172 : 6 = 28,67. Rerata hipotetiknya adalah (172 + 0) : 2 = 86. Deskripsi data dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Deskripsi Data

N = 60

Data Hipotetik Data Empirik

Variabel

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

Religiusitas 0 172 86 28,67 55 157 102,90 23,84 Kepuasan

Perkawinan 0 172 86 28,67 58 150 113,33 22,25

(51)

diketahui mean religiusitas dan kepuasan perkawinan subjek secara keseluruhan. Subjek dalam penelitian ini memilikimean religiusitas di atas mean hipotetik (102,9 > 86), dan mean kepuasan perkawinan juga berada di atas mean hipotetik (113,33 > 86). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat religiusitas dan tingkat kepuasan perkawinan subjek penelitian baik (tinggi).

2. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian kemudian dilakukan analisis statistik untuk menguji hipotesis penelitian. Semua data yang telah diperoleh, dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji linieritas hubungan.

a. Uji prasyarat

1) Uji normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan menggunakan program uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Hasil dari pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa skor religiusitas memiliki sebaran normal dengan K-S = 0,409 dan p = 0,996 (p > 0,05). Skor kepuasan perkawinan memiliki sebaran normal dengan K-S = 1,198 dan p = 0,113 (p > 0,05).

2) Uji linieritas

Hasil uji linieritas menunjukkan hubungan yang linier antara religiusitas dengan kepuasan perkawinan dengan nilai F = 73,784 dan p = 0,000 (p < 0,05). Dari uji normalitas dan uji linieritas menunjukkan bahwa syarat untuk melakukan uji analisis korelasiProduct Momenttelah terpenuhi.

b. Hasil Uji Hipotesis

(52)

dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,738 dan p = 0,000. Dengan demikian maka hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara religiusitas dengan kepuasan perkawinan diterima.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik Product Moment, diketahui bahwa religiusitas memiliki hubungan positif yang sangat signifikan dengan kepuasan perkawinan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,738 (p < 0,01). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas maka kepuasan perkawinannya semakin tinggi pula. Sebaliknya, jika semakin rendah religiusitas maka semakin rendah pula tingkat kepuasan perkawinannya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Jane (1999) yang menyatakan bahwa komitmen terhadap agama dapat memberi struktur kehidupan keluarga yang sehat serta memberikan kepuasan dalam perkawinan. Karena agama meletakkan dasar dan konsep pada diri seseorang baik dalam menentukan sistem kepercayaan maupun dalam pembentukan sikap, termasuk dalam masalah perkawinan (Azhar, 1992).

(53)

Pernikahan dalam semua agama secara umum dan dalam Islam khususnya, jika dikaji lebih lanjut adalah suatu ikatan antara dua insan yang bersifat keagamaan daripada suatu ikatan yang bersifat keduniawian. Pernikahan adalah suatu ibadah sehingga apapun yang terjadi didalamnya juga merupakan suatu ibadah. Niat yang teguh dan perilaku yang mengikuti niat tersebut akan mampu memberi kepuasan yang pada akhirnya membawa kebahagiaan pada rumah tangga tersebut (Hawari, 1996).

Adanya hubungan yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kepuasan perkawinan juga sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sanusi (1993) bahwa pada pribadi yang matang dan religius merupakan faktor pendorong yang kuat untuk berperilaku baik. Unsur ketentraman batin (inner security) yang dimiliki membuat pasangan suami istri menjadi yakin akan pentingnya hidup ini. Apapun yang terjadi adalah kehendak Allah SWT. Masing-masing pasangan akan percaya bahwa jalan hidup apapun yang ditentukan Allah untuknya adalah yang terbaik, sehingga kebahagiaan dan kesengsaraan senantiasa diterima apa adanya dan tawakal serta pasrah.

Selanjutnya Sanusi mengatakan bahwa religiusitas yang dimiliki oleh pasangan suami istri akan menjadikannya saling percaya satu sama lain. Kekhawatiran dan kecurigaan terhadap suami/ istri berkurang sehingga muncul ketentraman dalam kehidupan perkawinannya serta perasaan puas dengan apa yang diperolehnya.

(54)

Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan seseorang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2005) membuktikan bahwa usia perkawinan dan penyebab infertilitas memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan perkawinan. Usia perkawinan memberi gambaran lamanya seseorang hidup sebagai suami istri. Pasangan yang baru beberapa tahun menikah mengalami kepuasan perkawinan yang relatif lebih tinggi. Faktor lain seperti, persepsi keadilan, usia perkawinan, masa perkenalan atau pacaran dan sebagainya turut menentukan puas tidaknya suatu perkawinan.

Hal lain yang mendukung tingginya kepuasan perkawinan ini berkaitan juga dengan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Skala yang digunakan untuk mengukur kepuasan perkawinan ini masih memiliki kelemahan yaitu social desirability yang tinggi, sehingga subjek penelitian berusaha untuk menunjukkan yang terbaik dari dirinya.

Crapp (1994) mengemukakan bahwa keberagamanan berfungsi mengendalikan rasa atau emosionalitas dan dorongan-dorongan yang timbul. Maka pasangan suami istri yang telah tertanam nilai-nilai agamanya akan senantiasa mempertimbangkan setiap tindakannya, apakah bertentangan dengan ajaran agama atau tidak. Pendapat tersebut sangat mendukung hasil penelitian yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan kepuasan perkawinan.

(55)

mengurangi konflik yang terjadi terutama yang berkaitan dengan ketidakpuasan dirinya sendiri dan lingkungan sosial (Powell dalam Hidayah, 2005).

(56)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan ada hubungan positif antara religiusitas dengan kepuasan perkawinan sehingga, dapat dikatakan semakin tinggi tingkat religiusitas maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan perkawinan dan semakin rendah tingkat religiusitas maka semakin rendah pula tingkat kepuasan perkawinan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran dapat peneliti berikan sebagai berikut : 1. Kepada Subjek Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata subjek penelitian memiliki tingkat religiusitas yang tinggi. Meskipun demikian religiusitas diharapkan dapat lebih ditingkatkan lagi, dan untuk meningkatkannya dapat dilakukan dengan jalan sering menjalankan sholat berjamaah, sering berpuasa, banyak membantu orang lain, sering berinfak, sering mengunjungi majelis-majelis taklim dan masih banyak lagi peribadatan yang dapat dilakukan dengan lebih intensif, sehingga diharapkan kepuasan perkawinan menjadi lebih tinggi

2. Kepada Peneliti Selanjutnya

(57)

3. Kelemahan Penelitian

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Djamaludin (1994): Psikologi Islam; Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi. Yogyakarta; Pustaka Pelajar

Ardhianita, & Andayani, B (2005). Kepuasan Pernikahan ditinjau dari Berpacaran dan tidak berpacaran. Jurnal Psikologi .UGM volume 32, no.2, 101-111

Azwar, A. 1992. Problem Pernikahan Pada Pernikahan Masa Kini dan Cara-cara Penanggulangannya. Makalah Dalam Seminar Dampak Globalisasi Pada Institusi Perkawinan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM

Azwar,S. 1999.Penyususnan Skala Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar,S. 1999.Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Basri, H (1995). Keluarga Sakinah, Tinjauan Psikologi dan Agama.Yogyakarta. Pustaka Pelajar Bradburry,T.N, Finchan, & F.D, Beach, S.R.H (2000). Research on the Nature and Determinants of Marital Satisfaction: A Decade in Review. Journal of Marriage and the Family 62: 964-980

Burgess, E.W & Locke, H.J. (1960). The Family from Institution to Companionship second edition.New York : American Book Company

Clayton, R.R. 1975. The Family, Marriage And Social Change. Massachusetts : DC Health Company.

Cole, L. 1963. Psychology of Adolescence. 5thed. New York : Holt Rinehart abd Winston.

Crapp, R.W. 1994. Dialog Psikologi dan Agama : Sejak William James hingga Bordor Allport. Alih Bahasa : A.M. Hardjana. Yogyakarta : Kanisius.

Darajdat, Z. 1976. Ilmu Jiwa Agama.Jakarta. Penerbit Bulan Bintang

Daradjat, Z. 1997.Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental. Jakarta : Bulan Bintang.

Dister, NS. 1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama Pengantar Psikologi Agama. Jakarta : Lembaga Penunjang Nasional (LAPPENAS)

Driyakarya, N. 1978.Percikan Filsafat.Jakarta: PT. Pembangunan

El Qardawawi, Syekh (1978), Halal dan Haram dalam Pandangan Islam. Surabaya-Jakarta. Pt. Bina Ilmu

Gie, Liang (1996). Strategi Hidup Sukses.Yogyakarta: Penerbit Liberty

(59)

Gunarsa, Singgih D (1990) Psikologi untuk Keluarga.Jakarta: BPK. Gunung Mulia

Hawari, D. 1996. Al Qur an : dalam Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Dana Bhakti prima Yasa.

Hidayah, N. 2005. Perbedaan Kepuasan Perkawinan Antara Wanita Yang Mengalami Intertilitas Primer dan Intertilitas Sekunder. Thesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi UGM.

Hurlock, E.B. 1997. Psikologi Perkembangan:Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Jane, R. 1999. Improving Your Marital Satisfaction.

http:/www.dr.Jane.com/Chapters/satisfaction.htm.4/10/03.

Klemer, R. (1970).Marriage and the Family.New York: Harper and Row Publisher

Lailatushifah,F. 2003. Kesadaran Akan Kesetaraan Gender dan Kepuasan Perkawinan pada Suami Istri Pekerja Ganda.Jurnal Ilmiah Psikologi volume 1, nomor 2, Agustus 2003. Laswell, M & Laswell, T (1987). Marriage and the Family.second edition. California Publishing

Company.

Mangunwijaya, Y.B.2003. Sikap Religius Berawal Dari Teladan. Http://www.religiusitas.com 28/5/06

Rahim Faqih, A. H. Munadir, Ir. (2004).Ensiklopedia Dakwah, TIM LPPAI UII

Rahmah, L. (1997). Kepuasan Pernikahan dalam Kaitannya dengan Management konflik. Skripsi.(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

Sanusi. 1993. Kumpulan-kumpulan Nasihat Perkawinan dan Keluarga BP4. Apa Dan

Bagaimana Mengatasi Problema Keluarga. Jakarta : Pustaka Antara.

Sears, D.O., Fredman,J.L., & Peplau, L.A. (1999).Psikologi sosial.Edisi ke 5. Jakarta: Erlangga Schulltz,D1991.Psikologi Pertumbuhan.Yogyakarta: Kanisius

Sembiring, G.T. 2003. Hubungan antara Kepuasan Perkawinan dengan Komunikasi Pada Pasangan Suami Istri.Sripsi (tidak diterbitkan), Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma. Shepard,J.M & Voss, H.L (1978) Open Marriage.New York: Mac Millan Publishing Co.Inc. Snyder, D.K.1979.Multidimentional Assesment of Marriage and the Family,November 813-823 Spinks,G.S. 1963.Psychology and Religion(Terjemahan). London: Methuen and Co.Ltd

(60)

Strong, B & Devault, C. (1989). The Marriage and Family Experience. New York: West Publishing Company

Subandi 1997.Tema-Tema Pengalaman Beragama Pengamal Dzikir. Dalam Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi PSIKOLOGIKA. Nomor 3 Volume II

Tallaut, R. 2004. Hubungan antara Religiusitas dengan Ketakutan terhadap Kematian pada Guru Agama Katholik. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma

Uyun, Q.1998. Kompetensi Manusia Pada Milenium Ketiga. Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Psikologi Psikologika,6, (III), 45-54

(61)

PETUNJUK :

Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan. Pilihlah dan jawab yang paling sesuai dengan diri anda yang sebenarnya dengan cara menyilang salah satu dari 5 alternatif jawaban .

SS : Sangat Setuju

Saya merasa tidak nyaman bila bersama dengan pasangan saya karena saya merasa ada hal yang disembunyikan oleh pasangan saya.

2

Penghasilan yang ada sekarang dapat memenuhi kebutuhan keluarga kami dengan cukup.

3

Saya dan pasangan selalu menjaga kebersamaan dan saling terbuka dalam berbagai hal.

4

Saya dan pasangan selalu menjaga kondisi saling mencintai sampai kakek, nenek seperti ketika kami masih berpacaran.

5

Saya memberikan pujian pada pasangan karena ia pantas mendapatkannya.

6 Saya merasa iri apabila kawan saya membawa pasangan yang lebih

ganteng/ cantik dari pasangan saya.

7 Saya merasa senang dengan cara pasangan memperlakukan

saudara-saudara saya

8 Hubungan pasangan saya dengan keluarga saya sering membuat

kami bertengkar

9 Saya merasa puas dengan hubungan seksual yang telah kami

lakukan

10

Saya dan pasangan merasa hampa dan kesepian karena kami kesulitan menjalin persahabatan dengan orang-orang di sekitar lingkungan sosial kami.

11 Ketika berdikusi, saya dapat menghargai dan menerima perbedaan

pendapat yang terjadi diantara saya dan pasangan.

12

Kami seringkali kesulitan menentukan perilaku benar salah dalam rumah tangga seperti yang tersirat dalam ajaran agama, karena kami merasa kurang memahami ajaran agama kami.

13

Saya dan pasangan memiliki kesepakatan bersama mengenai aturan-aturan yang berlaku dalam rumah tangga kami, yakni berdasar pada apa yang tersurat dalam ajaran agama kami.

(62)

14 di tengah-tengah kehidupan perkawinan kami 15

Saya dan pasangan selalu membuat rencana pengeluaran uang keluarga bersama-sama, sehingga lebih terkontrol.

16 Saya merasa kurang bisa mengungkapkan perasaan-perasaan saya

pada pasangan

17

Saya sering merasa suami tidak mencintai saya dengan tulu karena

saya merasa selalu ada udang dibalik batu ketika sedang berdiskusi.

18 Saya dan pasangan memiliki pandangan serta cita-cita hidup yang

sama, seperti masalah pendidikan pada anak-anak kami.

19 Pasangan saya dapat menerima keberadaan keluarga saya dengan

baik

20 Pasangan saya selalu berusaha memahami ketika saya sedang ada

masalah dan berusaha untuk ,memberikan solusi terbaik.

21 Dalam mengambil setiap keputusan, kami selalu membicarakan

terlebih dahulu untuk mendapaykan hasil terbaik.

22 Hubungan ketertarikan yang saya rasakan saat ini saat ini sangat

jauh berbeda dengan saat awal kami menikah.

23 Saya dan pasangan merasa kesulitan mencocokkan aturan-aturan

yang harus diterapkan dalam keluarga, karena campur tangan orangtua yang besar.

24 Saya merasa tidak sendirian ketika menghadapi masalah dalam

keluarga karena pasangan selalu berusaha membantu saya.

25 Saya merasa tidak puas ketika melakukan hubungan seksual

denagan pasangan.

26 Saya dan pasangan sudah puas dengan pengelolaan penghasilan

yang telah kami buat.

27 Saya dan pasangan selalu menyelesaikan masalah dengan cara

musyawarah.

28 Saya merasa senang ketika pasangan memberikan belaian atau

bentuk kasih sayang lainnya.

29 Saya merasa kesulitan untuk menyamakan pandangan hidup dengan

pasangan saya, karena campur tangan keluarga yang besar.

30 Saya merasa kurang memiliki waktu yang cukup apabila harus

membantu pasangan,

31 Saya merasa, pasangan saya kurang menghargai saudara kandung

saya.

32 Saya bangga akan kemampuan pasangan dalam bersosialisasi

dengan masyarakat luas, karena pasangan selau aktif berperan serta mengikuti kegiatan di lingkungan sekitar rumah.

33 Saya dan pasangan mengalami kesulitan untuk menentukan

pengeluaran/ mengelola uang/ yang harus kami dahulukan.

34 Saya merasa pasangan tidak pernah memahami saya, ketika saya

sedang menghadapi suatu masalah.

35 Saya merasa kurang dilibatkan dalam mengambil keputusan

sehingga saya merasa seperti tidak memiliki kewenangan dalam rumah tangga ini.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel ukuran perusahaan, Return On Assets (ROA), sales growth dan leverage berpengaruh signifikan terhadap

Pengaruh Kolom Pasir Kelompok Pada Tanah Lunak Sebagai Drainase Vertikal Dua Arah.. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universsitas Sebelas

Brosur bagian depan ini berisi tentang ilustrasi foto makanan andalan dari SAS Cafe and Resto dan informasi lengkap tentang alamat, no.telp serta terdapat resep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh massa Xanthan Gum dalam sintesis ZnO-Xanthan Gum sebagai fotokatalis untuk mendegradasi zat warna methyl orange dengan adanya

Nadalje, planira se ispitivanje svojstava brodogra ñ evnih č elika tijekom službe broda prema uobi č ajenim procedurama provjere stanja trupa, te utjecaj promjenjivih

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Ekstrak Bunga Mawar Merah sebagai Pewarna Alami dalam Pembuatan Preparat

Bab ini membahas tentang obyek penelitian dan menganalisis dan menguraikan praktik-praktik akuntansi komersial dalam laporan keuangan dan penyesuaian dalam

Jogiyanto (2007) menjelaskan bahwa norma-norma subyektif adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan- kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi