• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS HUKUM. Oleh : CANDRA BUDI KURNIAWAN No. Mahasiswa : Program Studi : Ilmu Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KASUS HUKUM. Oleh : CANDRA BUDI KURNIAWAN No. Mahasiswa : Program Studi : Ilmu Hukum"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEKONGKOLAN DALAM BEAUTY CONTEST

PROYEK DONGGI-SENORO

(Studi Kasus Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Republik Indonesia Perkara Nomor : 35/KPPU-I/2010)

STUDI KASUS HUKUM

Oleh :

CANDRA BUDI KURNIAWAN

No. Mahasiswa

: 07410230

Program Studi : Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(2)

1

A. Latar Belakang Pemilihan Kasus

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai kekayaan alam melimpah dan juga memiliki letak geografis yang sangat strategis dalam jalur perdagangan dunia. Sebagai negara yang mempunyai kelebihan seperti itu maka tidak heran jika banyak bangsa lain berlomba-lomba untuk menjadi penguasa di Indonesia sejak jaman penjajahan hingga era kemerdekaan ini. Contoh klasik dari penguasa sekaligus penjajah yang dulu mampu memonopoli perdagangan di Indonesia adalah VOC. VOC merupakan salah satu contoh bentuk kekejaman penjajah yang sangat melukai harga diri, maupun martabat bangsa Indonesia.

Selain pada masa penjajahan, praktik monopoli juga masih banyak terjadi setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Pada era orde baru misalnya, praktik-praktik monopoli dengan perilaku pengusaha yang anti persaingan berkembang pesat dan bahkan tidak mampu diatasi oleh pemerintah saat itu. Dapat diambil contoh misalnya monopoli BPPC dalam distribusi cengkeh, masuknya PT Timor sebagai industri otomotif nasional dengan berbagai fasilitas dan kemudahan, juga monopoli industri migas oleh Pertamina dan beberapa contoh kasus monopoli lainnya. Kebijakan Pemerintah di bidang ekonomi juga telah menumbuhkan korporasi besar dan konglomerasi yang menguasai dan memonopoli hampir disemua sektor perekonomian Indonesia. Dunia perekonomian dimonopoli oleh beberapa pengusaha yang mempunyai ikatan baik dengan penguasa. Namun di sisi lain, tidak ada instrumen hukum yang secara tegas dapat diterapkan untuk

(3)

2 menghukum para pelaku praktik monopoli tersebut berakibat pada sulitnya penegakan hukum dibidang persaingan usaha karena tidak adanya aturan yang secara khusus mengatur tentang larangan praktik monopoli.

Dengan berkembangnya dunia usaha di Indonesia, tidak adanya aturan yang secara khusus mengatur tentang larangan praktik monopoli tersebut, memacu berbagai masalah-masalah baru yang berkenaan dengan praktik kegiatan usaha di lapangan. Dihadapkan dengan situasi tersebut, Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi harus dapat membuat suatu regulasi dalam rangka pencegahan maupun penanggulangan permasalahan yang akan / sedang timbul khususnya dibidang persaingan usaha.

Untuk itu, maka pada tanggal 5 Maret 1999 diundangkanlah sebuah Undang yang mengatur persoalan antimonopoli, yaitu Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 (LN 1999-33) tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Cikal bakal dibentuknya Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 adalah karena begitu banyaknya pelanggaran-pelanggaran bentuk kegiatan usaha pada masa orde baru yang berakhir pada tahun 1998.1

Suatu Undang-Undang Antimonopoli atau Undang-Undang Persaingan Usaha merupakan kelengkapan hukum yang diperlukan dalam suatu perekonomian yang menganut mekanisme pasar. Disatu sisi Undang-Undang ini diperlukan untuk menjamin agar kebebasan bersaing dalam perekonomian dapat berlangsung tanpa hambatan, dan dilain pihak Undang-Undang ini juga berfungsi sebagai rambu-rambu untuk memagari agar tidak

1

Munir Fuady, Hukum Antimonopoli, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, tanpa tahun, hlm.

(4)

3 terjadi praktik-praktik ekonomi yang curang. Memilih ekonomi pasar tanpa melengkapi dengan pagar-pagar peraturan, sama saja dengan membiarkan ekonomi berjalan berdasarkan hukum siapa yang kuat boleh menghabiskan siapa yang lemah. Sudah merupakan sifat dari dunia usaha untuk mengejar laba sebesar-besarnya, yang kalau perlu ditempuh dengan cara apapun, dan karena itu dibutuhkan aturan untuk mengendalikannya.2

Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat serta pembentukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Republik Indonesia memberikan angin segar dalam rangka penegakan hukum di Indonesia khususnya bagi para pelaku usaha. Sebagai lembaga yang akan mengawasi pelaksanaan Undang-Undang ini, maka berdasarkan ketentuan Pasal 35 huruf (d) dan huruf (e) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, KPPU memiliki tugas dan kewenangan dalam melakukan pencegahan dan penindakan atas pelanggaran hukum persaingan usaha serta memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dan instansi negara terkait.

Meskipun seringkali dihadapkan pada berbagai kendala dan hambatan, KPPU telah melakukan berbagai upaya maksimal dalam rangka penegakkan hukum persaingan usaha di Indonesia. KPPU saat ini juga telah berhasil menangani kasus-kasus praktik monopoli dan persaingan tidak sehat di Indonesia.

2

(5)

4 Salah satu kasus yang berhasil ditangani oleh KPPU dan telah diputuskan pada awal tahun 2011 ini antara lain adalah kasus Proyek Donggi– Senoro di Sulawesi Tengah yang melibatkan PT Pertamina (Persero), PT Medco Energi International, Tbk., PT Medco E&P Tomori Sulawesi, dan Mitsubishi Corporation.

Indikasi awal adanya dugaan praktik persaingan usaha tidak sehat dalam Proyek Donggi-Senoro ini sebenarnya muncul setelah adanya laporan dari PT LNG Energi Utama (PT LEU) yang kalah dalam proses beauty

contest pembangunan PT Donggi-Senoro LNG (PT DSL). PT LEU awalnya

melaporkan bahwa telah terjadi persaingan usaha tidak sehat yaitu terkait dugaan pelanggaran Pasal 20 dan 21 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam Proyek Donggi-Senoro dan juga pencurian rahasia perusahaan yang dilakukan oleh Mitsubishi Corporation (MC) setelah melakukan due diligence. PT LEU meminta KPPU untuk menyelidiki Gase Sale Agreement (GSA) yang telah ditandatangani oleh PT DSL dengan PT Pertamina EP serta kontrak GSA antara PT DSL dengan PT Pertamina HE Tomori dan PT Medco HE Tomori karena dengan meneliti GSA tersebut, diharapkan KPPU dapat mempelajari perbandingan harga, baik harga jual gas maupun nilai proyek pada saat tender, dengan harga yang disepakati di dalam GSA sebagai bukti adanya tindakan merusak pesaing (predatory practices) dan penawaran pura-pura (artificial offering) dalam beauty contest tersebut. Namun setelah KPPU melakukan klarifikasi laporan yang tercatat dengan Nomor 1038 mulai tanggal 29 Januari 2009 hingga 9 Juni 2009 dan telah menyelesaikan resume

(6)

5 laporan akhirnya diputuskan bahwa laporan dugaan praktik persaingan usaha tidak sehat dalam proyek Donggi-Senoro tersebut dihentikan karena tidak cukup bukti.

Setelah selang beberapa waktu kasus tersebut sempat dinyatakan dihentikan karena tidak cukup bukti, KPPU kemudian memutuskan untuk membuka kembali dengan melakukan monitoring terhadap kasus dugaan persaingan usaha tidak sehat tersebut. Setelah melakukan serangkaian kegiatan monitoring, Tim Monitoring menemukan adanya indikasi bahwa dalam pembangunan Proyek Donggi-Senoro tersebut telah terjadi pelanggaran terhadap Pasal 22 dan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

Dalam Pasal 22 dinyatakan bahwa pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan/atau menentukan pemenang tender, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Sedangkan Pasal 23 melarang pelaku usaha untuk bersekongkol dengan pihak lain untuk rnendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklafisikasikan sebagai rahasia perusahaan atau yang dikenal dengan sebutan rahasia dagang.3

Dalam perkara ini, KPPU memutuskan bahwa PT Pertamina (Persero), PT Medco Energi Internasional, Tbk dan Mitsubishi Corporation telah terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 dan menyatakan bahwa PT Medco Energi Internasional, Tbk, PT Medco E&P

3

Rahmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama,

(7)

6 Tomori Sulawesi dan Mitsubishi Corporation terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 23 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

Hal yang menarik dalam putusan ini adalah bahwa KPPU memutuskan konsorsium tersebut terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan persekongkolan tender dan juga persekongkolan untuk mendapatkan informasi rahasia pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan seperti dalam Pasal 22 dan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, sedangkan suatu proses “tender” itu sendiri berbeda dengan beauty contest pemilihan mitra seperti yang digunakan PT Pertamina dalam Proyek Donggi-Senoro tersebut.

Bahwa dapat diketahui pengertian tender dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yaitu suatu tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang, atau untuk menyediakan jasa. Hal ini berbanding terbalik dengan beauty contest yang tidak dijelaskan dalam Undang-Undang sehingga dokrin-dokrin dari pakar-pakar hukum persaingan usahalah yang dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk menjelaskan beauty contest pemilihan mitra tersebut.

Merujuk pada pendapat dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia Erman Rajagukguk, Pertamina mengatakan bahwa tender dalam penjelasan pasal 22 Undang-Undang Nomor 1999 tersebut adalah tawaran mengajukan harga barang atau jasa. Sementara beauty contest yang

(8)

7 dilaksanakan dalam proyek Donggi Senoro adalah proses pemilihan partner. Sehingga pihak penyelenggara, dalam hal ini konsorsium, berwenang mencari partner yang dinilai memiliki pengalaman dan permodalan sesuai kriteria.4

Meskipun ada perbedaan antara pengertian tender dengan beauty contest seperti yang telah dijelaskan diatas, KPPU tetap bersikukuh bahwa beauty contest yang digunakan PT Pertamina dalam Proyek Donggi-Senoro tersebut merupakan salah satu bentuk tender dan tetap tunduk pada Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tanpa memberikan alasan yang jelas.

Dengan adanya putusan KPPU dan ada kejanggalan terkait putusan tersebut maka penulis dalam studi kasus hukum ini akan meneliti dan mengkaji kasus ini lebih mendalam lagi untuk menganalisis kejanggalan dalam putusan tersebut dengan norma maupun kaidah hukum yang berlaku di Indonesia.

B. Identitas Para Pihak

1. Para Pihak sebagai Terlapor

Pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran dan ditetapkan sebagai Terlapor adalah :

1) Terlapor I, PT Pertamina (Persero), semula merupakan Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) yang dibentuk berdasarkan UU No. 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara kemudian dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan PP No.

4

http://hukumonline.com/berita/baca/lt4d2799c2c0f3e/pertamina-dan-medco-keberatan-atas-putusan-kppu , diakses pada tanggal 2 April 2011, pukul 11.35 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Pada torque converter , aliran ATF yang mengalir dari pump impeller ke turbine runner dan melewati stator vane dan kembali ke pump impeller merupakan proses

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan keberhasilan tioilet training pada anak usia toddler di PAUD

DISERTASI PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP..... ADLN Perpustakaan

[r]

penelitian, yaitu berupa hasil perhitungan gas dan kekeruhan yang terdapat pada setiap dasar tabung Durham baik yang terdapat pada medium KL (Kaldu Laktosa) dan BGLBB

Aktivitas pengawasan dalam siklus pendapatan pada Toko Buku Togamas Solo dilakukan oleh kepala bagian dan kepala toko. Kepala bagian bertugas untuk mengawasi

Apabila dibandingkan dengan bulan Februari 2014, jumlah kunjungan pesawat udara yang datang baik pada penerbangan domestik maupun pada penerbangan internasional

orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut diatas akan tetapi turunan dari seorang dari golongan itu, yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di dalam daerah