BOKS 1
DAMPAK PENETAPAN PUNGUTAN EKSPOR CPO TERHADAP HARGA TBS
Berkaitan dengan kegiatan ekspor ada hal yang perlu dicermati oleh pihak
yang berkepentingan, bahwa dengan pengenaan pungutan ekspor (PE) yang
progresif untuk ekspor crude palm oil (CPO) ternyata berdampak negatif bagi
petani kelapa sawit. Pada Bulan Juli 2008 harga tandan buah segar (TBS) kelapa
sawit di Provinsi Bengkulu jatuh cukup dalam hingga menjadi Rp1.200/kg,
padahal pada bulan sebelumnya masih mencapai Rp1.200/kg. Ini akibat kenaikan
harga CPO pada pasar internasional mengakibatkan PE pada bulan berikutnya
naik. Kenaikan ini oleh pengusaha CPO dibebankan kepada petani sawit. Dengan
demikian petani sawit sulit untuk memperoleh keuntungan dari kenaikan harga
CPO.
Penetapan PE tersebut dihitung dari harga rata-rata CPO sebulan terakhir di
Rotterdam yang ditetapkan sebagai harga referensi. Bila harga referensi mencapai
850 dollar AS per ton maka berlaku tarif PE 10 persen, berikutnya bila 1.100 dollar
AS tarif 15 persen dan selanjutnya berturut-turut 1.200 dollar AS berlaku 20
persen dan 1.300 dollar PE dikenakan 25 persen.
Dengan peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah sejak 3 September
2007 ini eksportir CPO berspekulasi dengan mengantisipasi harga rata-rata CPO.
Hal ini dilakukan dengan mengamati harga CPO beberapa minggu terakhir di
Rotterdam. Selanjutnya eksportir berusaha mengambil untung sebelum tarif PE ini
ditetapkan oleh Pemerintah. Kondisi ini yang menyebabkan harga CPO sudah
anjlok terlebih dahulu, sedangkan di pasar internasional harga masih tinggi.
Berikutnya penurunan harga CPO dalam negeri ini menyebabkan harga TBS petani
anjok.
Dari sisi konsumen minyak goreng penerapan PE ini cenderung
menguntungkan karena cukup efektif meredam kenaikan harga minyak goreng
dipasaran. Saat ini harga minyak goreng stabil.
Namun demikian anjoknya harga TBS perlu mendapatkan perhatian serius,
karena dampaknya dapat mempengaruhi produktifitas petani sawit. Pemerintah
Daerah khususnya Dinas Perkebunan dapat duduk bersama dengan ekportir,
pengusaha dan petani sawit untuk mencari jalan penyelesaian. Namun, langkah