BOKS 1
PERKEMBANGAN DUNIA USAHA BENGKULU
DIMASA KRISIS KEUANGAN GLOBAL1
Seiring dengan semakin berlarutnya krisis keuangan global yang dipicu oleh
kejatuhan ekonomi Amerika Serikat, tekanan-tekanan terhadap perekonomian
berbagai negara di dunia terus menguat. Tekanan ini tak luput terjadi juga pada
Indonesia, meskipun secara umum Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang
cukup kuat. Lesunya perekonomian dunia mengakibatkan menurunnya
permintaan berbagai komoditas pasar sehingga mengakibatkan harga berbagai
komoditas pun ikut terseret turun. Jatuhnya harga beberapa komoditas yang
menjadi unggulan Indonesia telah mengakibatkan tekanan yang kuat pada
perekonomian daerah, terutama pada daerah yang memiliki basis utama
komoditas alam. Berikut ini tren harga beberapa komoditas dunia.
Sumber : Bloomberg
Sumber : Bloomberg
Komoditas karet, kelapa sawit dan batubara merupakan andalan ekspor
Propinsi Bengkulu. Oleh karena itu, jatuhnya komoditas tersebut dikhawatirkan
1
Merupakan rangkuman hasil Liaison yang dilakukan KBI Bengkulu pada triwulan IV 2008 pada
akan mempengaruhi perekonomian daerah, termasuk didalamnya pengaruh
terhadap industri pengolahan dan perilaku konsumsi masyarakat Bengkulu.
Hasil liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia Bengkulu terhadap pelaku
leasing dan retail menunjukkan adanya penurunan penjualan domestik pada
triwulan IV dibandingkan tahun lalu. Omset penjualan pada tahun 2008, terutama
perusahaan pembiayaan, mengalami penurunan. Penurunan ini terkait dengan
turunnya harga komoditas sawit dan karet yang berdampak pada pendapatan
masyarakat sehingga membuat permintaan masyarakat terhadap barang-barang
yang ditawarkan oleh perusahaan pembiayaan juga mengalami penurunan.
Sementara hasil liaison yang dilakukan pada industri pengolahan karet
menunjukkan penjualan industri pengolahan yang menghasilkan produk berupa
karet SIR-20 secara kumulatif masih menunjukkan keadaan yang lebih baik
dibandingkan dengan tahun 2007. Hal ini terjadi akibat pencapaian penjualan
kumulatif selama Januari – September 2008 yang rata-rata mencapai 2.000
ton/bulan, sementara tahun 2007 lalu hanya tercatat 1.600 ton/bulan. Namun,
dalam bulan Oktober-November rata-rata penjualan turun menjadi hanya 1.400
ton/bulan. Itupun terbantu dengan adanya sistem kontrak penjualan short term
(1-6 bulan) atau long term (1 tahun). Turunnya penjualan ekspor ini merupakan
dampak dari krisis ekonomi global dan terjadinya kesulitan dalam memperoleh
bahan baku di Bengkulu. Mengenai kesulitan bahan baku, sebenarnya masalah ini
terkait dengan rendahnya harga karet sehingga petani enggan untuk mengambil
getah karet.
Kapasitas usaha baik pada industri pengolahan maupun usaha retail dan
leasing mengalami penurunan. Rendahnya kapasitas usaha ini menyebabkan
terjadinya penutupan dua unit showroom perusahaan leasing Bengkulu. Pada
industri pengolahan, utilisasi pabrik pengolahan hanya berkisar antara 55%
dimana kapasitas produksi yang biasanya beroperasi pada kisaran 2.000 – 2.500
ton/bulan kini hanya dapat berproduksi 1.100 ton/bulan. Hal ini disebabkan
rendahnya produksi karena perusahaan kesulitan bahan baku dari petani.
Sebagai antisipasi rendahnya permintaan, tingkat persediaan pada industri
pengolahan karet menjadi tergolong rendah. Disamping itu, kelangkaan bahan
baku juga mempengaruhi tingkat persediaan. Hal yang serupa juga terjadi pada
industri leasing, namun di sisi lain ditemukan pelaku industri leasing yang secara
individual melaporkan adanya kenaikan jumlah persediaan dikarenakan banyaknya
kendaraan yang ditarik oleh perusahaan akibat pembayarannya yang tergolong
Terkait dengan biaya operasional, dalam hal ini biaya energi, seluruh contact
liaison melaporkan adanya kenaikan biaya dibandingkan dengan kondisi tahun lalu
yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan listrik pada tahun 2008. Namun,
untuk perusahaan yang menggunakan BBM industri, pada triwulan IV 2008 biaya
BBM cenderung turun seiring dengan turunnya harga minyak dunia. Peningkatan
biaya tenaga kerja juga terjadi tahun 2008 sebagai konsekuensi dari peningkatan
upah minimum maupun adanya beberapa penambahan jumlah tenaga kerja.
Harga jual pada perusahaan leasing pada tahun 2008 rata-rata mengalami
kenaikan. Oleh karena itu, meskipun kondisi kurang menggembirakan namun
margin usaha 2008 pada perusahaan leasing, secara rata-rata tidak mengalami
perubahan. Untuk tahun depan diprediksikan harga jual masih akan mengalami
kenaikan, akibat kondisi ekonomi yang belum menentu. Sedangkan pada industri
pengolahan karet, harga jual karet olahan pada awal tahun 2008 sampai dengan
triwulan III mengalami kenaikan sebesar 35% yaitu U$D 2,7/kg. Namun, pada
triwulan IV, harga mengalami penurunan yang cukup signifikan sekitar 45 % yaitu
U$D 1,5/kg yang mengakibatkan margin usaha industri pengolahan karet pada
triwulan terakhir 2008 ini cenderung menurun dibandingkan dengan kondisi
normal. Untuk tahun 2009, diperkirakan harga akan cenderung tetap, bila melihat
kondisi ekonomi saat ini.
Seluruh contact liaison yang bergerak pada usaha pembiayaan memberikan
kesan pesimisme untuk permintaan atau penjualan tahun depan. Ketidakpastian
kondisi ekonomi tahun depan akibat krisis global diperkirakan akan menekan
permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang ditawarkan. Industri
pengolahan karet pun memperkirakan penjualan tahun depan cenderung akan
mengalami penurunan karena pada 2009 kontrak-kontrak penjualan baru penuh
dengan ketidakpastian. Apabila kondisi ekonomi dunia pada tahun depan masih
belum membaik, maka hal tersebut dapat menekan jumlah permintaan ekspor
secara nyata dan puluhan karyawan terancam akan dirumahkan.
Berbagai kondisi yang kurang menggembirakan ini ditanggapi oleh para