• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI MALUKU UTARA

(2)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI MALUKU UTARA

(3)

VISI BANK INDONESIA

“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya

secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”

MISI BANK INDONESIA

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang

negara Indonesia yang berkesinambungan”

TUGAS BANK INDONESIA

(Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999)

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, 2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran, 3. Mengatur dan mengawasi bank.

Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada :

Redaksi :

Kelompok Kajian, Statistik, Survey dan Pengawasan Bank Kantor Bank Indonesia Ternate

Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate Telp : (0921) 3121217 Fax : (0921) 3124017

(4)

i

KATA PENGANTAR

Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.

Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara. Laporan ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah. Laporan Triwulan ini meliputi perkembangan inflasi regional; ekonomi, moneter dan Perbankan; sistem pembayaran dan prospek ekonomi.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.

Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.

Ternate, 5 Oktober 2009 BANK INDONESIA TERNATE

(5)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH viii

RINGKASAN EKSEKUTIF x

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1

1.1 Gambaran Umum 1

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2

1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 12

BOKS 1 Maluku Utara Menghadiri Kongres Tuna Internasional 29

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 35

2.1 Gambaran Umum 35

2.2 Inflasi Triwulanan 36

2.3 Inflasi Tahunan 42

BOKS 2 High Cost Economics dalam Bongkar-Muat Barang di Ternate (bagian II) 49

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN 53

3.1 Perkembangan Perbankan 53

a. Perkembangan Aset Bank Umum 53

b. Penghimpunan Dana Bank Umum 55

c. Penyaluran Kredit 58

c.1. Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor 58

c.2 Persetujuan Kredit Baru 60

d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum 62

e. Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum 63

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 65

4.1 Gambaran Umum 65

4.2 Pendapatan Daerah 66

4.3 Belanja Daerah 67

BOKS 3 Kawasan Terpadu Mandiri: Morotai 69

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 73

5.1 Transaksi Tunai 73

5.2 Transaksi Non Tunai 78

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 82

6.1 Kondisi Umum 82

(6)

iii

6.3 Status Pekerjaan Utama 85

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 88

7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 88

(7)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Komposisi Kepemilikan Asset Bank Umum di Maluku Utara (Milyar Rp) 55 Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Bank Umum di Maluku Utara (Miliar rupiah) 59 Tabel 5.1 Perkembangan Kegiatan Kas Bank Indonesia Ternate 74 Tabel 5.2 Perkembangan Pemusnahan Uang Kertas Di bank Indonesia Ternate 77 Tabel 5.3 Kegiatan Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah Triwulan I-2009 78

Tabel 5.4 Rata-Rata Harian Transaksi Kliring 79

Tabel 5.5 Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong 79

Tabel 5.6 Penyelesaian transaksi RTGS Kota Ternate 81

Tabel 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi di Maluku Utara 84

Tabel 6.2 Perkembangan NTP Maluku Utara 84

Tabel 6.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Keparahan Kemiskinan di Maluku Utara

(8)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara 1

Gambar 1.2 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y) 3

Gambar 1.3 Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara 4

Gambar 1.4 Konsumsi Riil Masyarakat Maluku Utara (Milyar Rupiah) 6

Gambar 1.5 Perkembangan Investasi Riil Maluku Utara 7

Gambar 1.6 Rencana Investasi maluku Utara 7

Gambar 1.7 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah 9

Gambar 1.8 Perkembangan Ekspor Riil 10

Gambar 1.9 Nilai Ekspor Maluku Utara (Ribu USD) 10

Gambar 1.10 Perkembangan Impor Maluku Utara 11

Gambar 1.11 Proporsi Impor Maluku Utara 11

Gambar 1.12 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya (y-o-y) 12

Gambar 1.13 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 13

Gambar 1.14 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian 15 Gambar 1.15 Volume dan Pertumbuhan Volume Ekspor Nickel Malut 16

Gambar 1.16 Indikator Utama Perekonomian Jepang 17

Gambar 1.17 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan 18 Gambar 1.18 Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 19

Gambar 1.19 Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan 20

Gambar 1.20 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 22 Gambar 1.21 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 23

Gambar 1.22 Arus Kapal Penumpang Dalam Negeri 24

Gambar 1.23 Arus Bongkar – Muat Barang 24

Gambar 1.24 Lalu Lintas Angkutan Udara 25

Gambar 1.25 Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 26

Gambar 1.26 Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa 27

Gambar 2.1 Perbandingan Triwulanan dan Tahunan Inflasi Ternate Terhadap Nasional

(9)

vi

Gambar 2.3 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (q-t-q) 37

Gambar 2.4 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (q-t-q)

38 Gambar 2.5 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar

(q-t-q)

39 Gambar 2.6 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q) 40

Gambar 2.7 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (q-t-q) 41

Gambar 2.8 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (q-t-q) 41 Gambar 2.9 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

(q-t-q)

42

Gambar 2.10 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (y-o-y) 43

Gambar 2.11 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (y-o-y)

44 Gambar 2.12 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar

(y-o-y)

45 Gambar 2.13 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y) 45

Gambar 2.14 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (y-o-y) 46

Gambar 2.15 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (y-o-y) 47 Gambar 2.16 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

(y-o-y)

47

Gambar 3.1 Perkembangan Asset Bank Umum di Maluku Utara 54

Gambar 3.2 Perkembangan Asset Bank Umum Valuta Asing di Maluku Utara 56

Gambar 3.3 Proporsi DPK Bank Umum di Maluku Utara 57

Gambar 3.4 Proporsi Persetujuan Kredit Baru Bank Umum di Maluku Utara 61 Gambar 3.5 Perkembangan Kredit Baru Bank Umum di Maluku Utara 62

Gambar 3.6 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 63

Gambar 3.7 Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah 64

Gambar 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara 65

Gambar 4.2 Proporsi Anggaran pada beberapa dinas di maluku Utara Gambar 4.3 Rekapitulasi Perda se-Provinsi maluku Utara

Gambar 5.1 Perbandingan Jumlah Kas Keliling Dengan outflow 75

Gambar 5.2 Rata-rata Transaksi Kliring Harian 79

Gambar 5.3 Perkembangan Volume dan Nominal Kegiatan Kliring 80

Gambar 6.1 Distribusi angkatan kerja di Maluku Utara 83

Gambar 6.2 Perbandingan TPT dengan TPAK di Maluku Utara 83

(10)

vii

Gambar 6.4 Perkembangan Arus Pembongkaran Beberapa Komoditas di Pelabuhan Ternate

87 Gambar 6.5 Distribusi dan tingkat pendidikan pekerja di Maluku Utara Periode

Agustus 2009

87

(11)

viii

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

INFLASI & PDRB  

 

INDIKATOR TAHUN 2008 TAHUN 2009

Tw. 4 Tw.1 Tw.2 Tw.3

MAKRO

Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 115,88 117,33 117,01 118,55

Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 11,25 7,64 4,34 1,36

PDRB - harga konstan (miliar Rp)

- Pertanian 240,33 241,67 248,33 256,39

- Pertambangan & Penggalian 29,40 27,00 27,84 28,87

- Industri Pengolahan 83,35 83,72 86,83 90,14

- Listrik, Gas & Air Bersih 3,27 3,20 3,31 3,28

- Bangunan 12,44 12,07 12,47 12,94

- Perdagangan, Hotel & Restoran 168,00 171,99 178,77 188,88

- Pengangkutan & Komunikasi 54,53 54,71 56,30 58,44

- Keuangan, Persewaaan & Jasa 23,92 24,40 25,10 25,79

- Jasa 51,38 51,09 53,45 58,44

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 3,85 4,66 4,94 5,19

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 47,50 27,62 46,10 10,42*

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 971,48 815,45 1406,49 224,64* Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)

-

- 0,68* 0

Volume Impor Nonmigas (ribu ton)

-

- 0,05* 0

 

Keterangan  

(12)

ix

PERBANKAN  

 

INDIKATOR TAHUN 2008 TAHUN 2009

Tw. 4 Tw.1 Tw.2 Tw.3

Kredit UMKM (Rp juta)

Kredit Mikro (Rp juta) 606,712 623,267 658,338 695,533

- Modal Kerja 46,308 49,347 54,411 59,213

- Investasi 7,903 9,127 10,615 10,858

- Konsumsi 552,501 564,793 593,312 625,462

Kredit Kecil (Rp juta) 301,509 364,648 438,688 492,414

- Modal Kerja 121,484 130,857 147,178 166,459

- Investasi 28,186 28,145 37,665 43,825

- Konsumsi 151,839 205,646 253,845 282,130

Kredit Menengah (Rp juta) 327,212 343,813 366,353 383,596

- Modal Kerja 222,651 236,522 254,935 266,683

- Investasi 73,13 71,513 79,953 83,662

- Konsumsi 31,431 35,778 31,465 33,251

Total Kredit MKM (Rp juta) 1235,433 1331,728 1463,379 1571,543

NPL MKM (%) 3,75 3,77 3,34 3,54

Keterangan:  

Klredit Mikro (< Rp50 juta)  

Klredit Kecil (Rp50 juta < X ≤ Rp500 juta)  

(13)

Ringkasan Eksekutif

GAMBARAN UMUM

Perekonomian Maluku Utara pada triwulan III-2009 yang diukur dengan menggunakan PDRB (harga konstan) mengalami percepatan pertumbuhan bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi daerah pada triwulan II-2009 sebesar 4,97% sedangkan pada triwulan laporan tumbuh 5,35%. Kinerja perekonomian yang terjadi pada triwulan laporan masih melanjutkan trend positif setelah kontraksi ekonomi yang terjadi pada triwulan IV-2008.

Tingkat inflasi di Kota Ternate sebagai representasi tingkat harga di Maluku Utara pada Triwulan III-2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya namun masih mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tingkat harga pada Triwulan II-2009. Secara triwulanan perkembangan harga di Ternate pada triwulan III-2009 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,27%, sedangkan secara tahunan pada triwulan laporan terjadi inflasi sebesar 1,36% lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan III-2009 yang mencapai 4,34%.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Secara tahunan tercatat angka pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 pada triwulan III-2009 adalah 5,35% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya, yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,97%. Secara umum pertumbuhan perekonomian Maluku Utara pada Perekonomian Provinsi

Maluku Utara pada triwulan III-2009 mengalami

pertumbuhan 5,35% (y-o-y).

(14)

triwulan laporan digerakan oleh aktivitas ekonomi yang terjadi saat bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.

Tidak berbeda dengan kondisi triwulan sebelumnya, dari sisi permintaan perkembangan ekonomi Maluku Utara pada triwulan III-2009 masih digerakan oleh konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 8,86% sedangkan pengeluaran pemerintah kontribusinya sebesar 5,54%. Pertumbuhan tahunan tertinggi adalah pengeluaran pemerintah yang tumbuh sebesar 22,74% (y-o-y) sedangkan secara tahunan ekspor masih mengalami kontraksi sebesar minus 19,54% (y-o-y). Akan tetapi perlu dicatat bahwa kontraksi ekspor yang nilainya tidak sebesar triwulan II-2009 menandakan bahwa kinerja ekspor telah mulai pulih.

Pada triwulan III-2009 investasi di Maluku Utara mengalami pertumbuhan sebesar 11,50% (y-o-y) dimana pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya adalah 33,51% (y-o-y). Investasi di Maluku Utara saat ini memang masih didominasi oleh pembangunan infratruktur oleh Pemerintah Daerah. Sedangkan investasi swasta memiliki sasaran investasi utama di bidang perikanan dan pertambangan.

Dari sisi penawaran terdapat dua sektor yang mengalami kontraksi, yaitu pertambangan & penggalian serta sektor listrik, gas & air bersih, sedangkan sektor lainnya masih tumbuh. Sektor yang memberikan kontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2009 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang kontribusinya mencapai 2,18%, sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor jasa-jasa dengan pertumbuhan mencapai 11,19%.

Sub sektor perikanan masih mencatatkan pertumbuhan, meskipun melambat jika dibandingkan periode Pertumbuhan ekonomi masih

didorong tingginya konsumsi...

(15)

triwulan II-2009. Pada triwulan III-2009 pertumbuhan sub sektor perikanan adalah 0,96% (y-o-y) sedangkan pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 3,07% (y-o-y). Walaupun produksi meningkat tajam, namun nelayan harus mengahadapi turunnya harga ikan. Hal ini disebabkan permintaan ekspor yang turun serta terbatasnya fasilitas cold storage sehingga pasokan akhirnya membanjiri pasar lokal.

Pada triwulan laporan sub sektor listrik mengalami kontraksi hingga minus 1,20% (y-o-y) dimana pada tiwulan II-2009 sub sektor ini masih tumbuh sebesar 3,26% (y-y). Penurunan kinerja sub sektor ini disebabkan karena rusaknya salah satu mesin pembangkit listrik. Sedangkan sub sektor air bersih mengalami perlambatan pertumbuhan dimana pada triwulan laporan tercatat sub sektor ini tumbuh sebesar 1,59% (y-o-y), sedangkan pada triwulan II-2009 tercatat pertumbuhan yang terjadi adalah 5,41% (y-o-y).

INFLASI REGIONAL

Secara tahunan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 7,02%, sedangkan penurunan harga terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar minus 3,95%. Pendidikan merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 7,02% pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Sub kelompok yang mengalami deflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan adalah transpor yang mengalami penurunan harga mencapai minus 6,62%.

Kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar minus 1,89% (y-o-y) pada triwulan III-2009. Kondisi ini berbeda dengan triwulan lalu, dimana inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan II-2009 adalah 5,63% (y-o-y). Kondisi ini terutama disebabkan oleh perlambatan inflasi pada sub Produk bahan makanan

mengalami deflasi ... Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga

(16)

kelompok daging dan hasil-hasilnya serta pada sub kelompok sayur-sayuran.

Inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga menunjukan penurunan yang cukup signifikan meskipun demikian tingkat inflasinya masih merupakan yang tertinggi. Pada triwulan II-2009 inflasi pada kelompok ini adalah 16,24% (y-o-y), sedangkan inflasinya pada triwulan III-2009 adalah 7,02% (y-o-y).

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Secara tahunan perbankan yang ada di Maluku Utara masih menunjukan pertumbuhan yang positif. Total asset bank umum di wilayah kerja Bank Indonesia Ternate mengalami pertumbuhan sebesar 6,72% (y-o-y). Total DPK yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Maluku Utara pada triwulan III-2009 berjumlah Rp. 2.605,27 miliar, sedangkan kredit yang disalurkan kepada masyarakat sebesar Rp. 1.641,67 miliar.

Jika dibandingkan berdasarkan golongan kreditnya, penyaluran kredit kepada UKM merupakan porsi terbesar dari penyaluran kredit bank umum di Maluku Utara, yaitu sebesar 93,47% dari total kredit yang disalurkan atau sebesar Rp. 1. 534,55 miliar sedangkan menurut sektor ekonomi yang dibiayai, Pada triwulan III-2009, kredit di sektor PHR sebesar Rp. 406,25 miliar atau meningkat sebesar 29,75% (y-o-y), lebih besar dari triwulan II-2009 yang meningkat sebesar 27,43% (y-o-y).

KEUANGAN DAERAH

Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Maluku Utara, tingkat realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I-20091 mencapai

1

Data realisasi pendapatan daerah triwulan II-2009 belum tersedia

(17)

19,31%. Realisasi pendapatan hingga bulan maret 2009 adalah Rp 139,3 milyar rupiah dimana target anggaran yang ditetapkan adalah 721,4 milyar rupiah.

SISTEM PEMBAYARAN

Pada triwulan III-2009, total aliran uang kartal keluar dan masuk ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp371,03 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 32,76% (q-t-q). Sampai dengan akhir triwulan laporan terdapat satu pengaduan terkait ditemukannya uang palsu yang beredar di masyarakat yaitu untuk pecahan Rp100.000 tahun emisi 2004 sebanyak dua lembar.

Penyelesaian transaksi ekonomi melalui sarana RTGS di wilayah Kota Ternate secara nominal pada triwulan III-2009 mengalami peningkatan. Nominal penyelesaian transaksi RTGS dari wilayah Maluku Utara (outflow/From) pada triwulan III-2009 tercatat sebesar Rp1,43 Triliun.

Pada triwulan I-2009 rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui kliring mengalami penurunan. Rata-rata harian nilai nominal transaksi kliring pada triwulan III-2009 sebesar 3.050 miliar rupiah. Kualitas kliring di Ternate pada triwulan III-2009 mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan persentase rata harian tolakan kliring terhadap total rata-rata harian kliring yang mengalami penurunan.

TENAGA KERJA

Jumlah penduduk usia kerja di Maluku Utara sampai Agustus 2009 diperkirakan mencapai 648,60 ribu jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar minus 0,6% jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia kerja pada periode Februari 2009. Dari total penduduk usia kerja hanya 61,98% yang masuk dalam kategori angkatan kerja.

Sejalan dengan peningkatan jumlah penganggur, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada periode Agustus Penduduk usia kerja di

Maluku Utara mengalami penurunan ...

Penyelesaian transaksi melalui system RTGS mengalami peningkatan ...

Aliran uang kartal melalui BI mengalami peningkatan ...

(18)

2009 juga mengalami kenaikan. TPT pada Februari 2009 tercatat sebesar 6,61% sedangkan pada Agustus meningkat menjadi 9,25%.

Searah dengan share masing-masing sektor ekonomi terhadap perekonomian daerah, lapangan pekerjaan di sektor pertanian masih menjadi tumpuan utama pekerja di Maluku Utara. Indeks kedalaman kemiskinan didominasi di desa yang notabene sebagian besar penduduknya bermatapencaharian di sektor pertanian. Demikian pula tingkat keparahan kemiskinan yang terjadi.di desa lebih tinggi bila dibandingkan dengan kondisi di kota.

Jumlah pengusaha mandiri di Maluku Utara justru mengalami penurunan. Bila pada Februari 2009 tercatat ada 98,8 ribu penduduk yang memiliki usaha sendiri sedangkan pada Bulan Agustus 2009 hanya tercatat sebanyak 74,79 ribu jiwa.

PROSPEK EKONOMI REGIONAL

Pada triwulan IV-2009 perekonomian Maluku Utara diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 8,53 ±

1% (y-o-y). Beberapa hal yang melandasi hal ini adalah relatif stabilnya kondisi internal maupun eksternal, sehingga diyakini akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan ekonomi.

Pada triwulan IV-2009 inflasi diproyeksikan akan berada pada tingkat 1,71% ± 1% (y-o-y). Tekanan utama diperkirakan bersumber dari kelompok bahan makanan dimana harga komoditas ikan laut yang memiliki kontribusi besar terhadap pergerakan harga di Maluku Utara diperkirakan akan kembali melambung di akhir dan awal tahun.

Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berlanjut pada triwulan IV-2009 ...

(19)

Perkembangan

Ekonomi Makro

1.1 Gambaran Umum

Perekonomian Maluku Utara pada triwulan III-2009 mengalami pertumbuhan dibandingkan kondisi triwulan II-2009. Secara tahunan tercatat angka pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 pada triwulan III-2009 adalah 5,35% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya, yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,97%. Secara umum pertumbuhan perekonomian Maluku Utara pada triwulan laporan digerakan oleh aktivitas ekonomi yang terjadi saat bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.

Gambar 1.1

Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara pada triwulan III-2009 secara dominan masih ditopang oleh peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Kegiatan ekspor dari daerah Maluku Utara mulai menunjukan peningkatan, dimana kontraksinya sudah tidak sedalam triwulan lalu.

2005 2006 2007 2008 2009

PDRB (Milyar Rp) pertumbuhan (y‐o‐y)

(20)

Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan, kecuali sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai dampak musiman dari bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan

Tidak berbeda dengan kondisi triwulan sebelumnya, perkembangan ekonomi Maluku Utara pada triwulan III-2009 masih digerakan oleh konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Seperti yang ditunjukan dalam gambar 1.2., konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 8,86% sedangkan pengeluaran pemerintah kontribusinya sebesar 5,54%. Kontraksi ekspor yang tidak sedalam triwulan lalu, telah mengakibatkan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 menjadi positif. Kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2009 meningkat secara pesat, dimana pada triwulan II-2009 kontribusinya hanya sebesar 1,95% sedangkan pada triwulan laporan investasi mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 3,28%.

(21)

Gambar 1.2

Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

A.Konsumsi

Konsumsi masyarakat yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi swasta di Maluku Utara pada triwulan III-2009 mengalami pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada periode triwulan III-2009 konsumsi tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 11,83% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 9,04%.

Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)

Pengeluaran Pemeri nt ah

Inv est asi

Ekspor

Impor

Tw.III 2009*

Kontribusi Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)

5, 35

Pengeluaran Pemeri nt ah

Inv est asi

Ekspor

(22)

Gambar 1.3

Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Peningkatan konsumsi pada triwulan III-2009 terjadi karena akibat musiman dari bulan puasa dan hari raya idul fitri. Kondisi yang meningkat ini sejalan dengan hasil survei konsumen triwulan III-2009, dimana indeks keyakinan konsumen (IKK) mengalami peningkatan, dari 107,01 pada triwulan II-2009 menjadi 141,15 pada triwulan III-2009. IKK terdiri atas dua komponen, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) serta Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan pada triwulan III-2009 ini keduanya menunjukan optimisme.

Salah satu hal yang mendorong optimisme terhadap kondisi perekonomian saat ini adalah membaiknya penghasilan masyarakat seperti yang ditunjukkan dengan indeks penghasilan saat ini yang sebesar 156,25. Angka ini naik dari indeks periode lalu yang sebesar 127,50. Lebih baiknya penghasilan masyarakat setidaknya didorong oleh beberapa kondisi. Pada bulan Agustus dan September, produksi ikan laut hasil tangkapan nelayan lokal seperti Cakalang dan Tuna meningkat tajam. Selain itu juga terdapat panen hasil bumi seperti Cengkeh dan Pala serta hasil pertanian lain. Selain itu, naiknya penghasilan juga didorong oleh cairnya THR di kalangan PNS dan pegawai swasta. Hal ini tentu saja juga berdampak pada meningkatnya pendapatan pedagang.

0

2004 2005 2006 2007 2008 2009

(23)

Kondisi tersebut juga mempengaruhi komponen lain pembentuk IKE yaitu indeks ketersediaan lapangan kerja. Indeks ini juga mengalami peningkatan dari 70,00 menjadi 118,75. Di sektor pertanian ditemukan adanya perluasan areal pertanian tanaman bahan makanan seperti sayuran serta perluasan usaha pada sub-sektor peternakan. Hal ini tentunya ikut menyumbang dalam peningkatan lapangan kerja.

Komponen terakhir yang juga berkontribusi terhadap peningkatan IKE adalah indeks ketepatan waktu membeli barang tahan lama yang naik dari 82,05 menjadi 118,75. Menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, masyarakat mengalokasikan uangnya untuk dibelikan bahan bangunan dan perlengkapan rumah tangga. Hal ini merupakan bagian dari kebiasaan masyarakat setempat.

Peningkatan kondisi perekonomian saat ini ternyata sejalan dengan estimasi masyarakat pada 3 bulan lalu yang ditunjukkan dalam IEK sebesar 120,83. Pada bulan September ini, estimasi masyarakat kedepan bahkan peningkatannya bisa lebih besar lagi. Masyarakat optimis penghasilan mereka kedepan akan terus meningkat seperti yang ditunjukkan dalam indeks sebesar 153,13. Mereka juga optimis peningkatan lapangan kerja juga akan berlanjut seperti yang tergambar dari indeks sebesar 146,88.

Diakui responden, optimisme ini dipengaruhi oleh faktor sosial dan politik di tataran nasional. Mereka memperkirakan bahwa kondisi sosial dan politik akan terus membaik seiring dengan dilantiknya kabinet yang baru. Dari sisi lapangan kerja, beberapa responden juga menyebutkan bahwa di akhir tahun akan ada rekrutmen PNS besar-besaran oleh Pemda, baik di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota.

(24)

swasta masih melanjutkan trend perlambatan yang telah dimulai sejak triwulan I-2009, dimana pada triwulan IV-2008 pertumbuhan tahunan yang terjadi adalah 3,42% (y-o-y), lalu pada triwulan I-2009 melambat dengan angka pertumbuhan 2,49% (y-o-y), kemudian pada triwulan II-2009 pertumbuhannya 1,82% (y-o-y), lalu pada triwulan laporan pertumbuhannya kembali melambat hingga sebesar 0,63% (y-o-y).

Gambar 1.4

Konsumsi Riil Masyarakat Maluku Utara (Milyar Rupiah)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Tingginya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan terutama terjadi pada konsumsi non makanan, dimana banyak masyarakat yang melakukan renovasi rumah untuk menghadapi hari raya Idul Fitri. Hal ini dikonfirmasi dengan pertumbuhan yang terjadi pada sektor bangunan. Dari sisi konsumsi makanan, lonjakan terjadi karena disebabkan oleh tingginya konsumsi masyarakat selama bulan puasa dan hari raya Idul Fitri dimana hal ini juga sejalan dengan kenaikan yang terjadi pada sektor industri pengolahan, terutama sub sektor makanan, minuman dan tembakau.

B. Investasi

Pertumbuhan investasi di Maluku Utara pada periode triwulan III-2009 masih cukup tinggi meskipun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-2009 investasi di Maluku Utara mengalami pertumbuhan sebesar 11,50% (y-o-y) dimana pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya adalah 33,51%

(y-o-‐

100  200  300  400  500  600  700 

I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009

(25)

y). Investasi di Maluku Utara saat ini memang masih didominasi oleh pembangunan infratruktur oleh Pemerintah Daerah, namun kedepan peran swasta nampaknya akan meningkat. Hal ini terlihat dari minat beberapa investor untuk melakukan kegiatan investasi di Malut.

Gambar 1.5

Perkembangan Investasi Riil Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Gambar 1.6

Rencana Investasi Maluku Utara

Sumber: BKPMD Malut

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Maluku Utara, pada semester II-2009 telah ada rencana investasi dari PT Ausenco Indonesia dalam hal pertambangan. Selain itu PT Huayu Wijaya Indonesia yang merupakan perusahaan milik China, telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di Halmahera Selatan. Adapun sasaran investasi utama adalah bidang perikanan dan pertambangan. Di bidang perikanan investor tersebut berencana membangun industri perikanan yang komprehensif, mulai dari penangkapan, pengolahan, hingga pemasaran, yang sasarannya untuk pemberdayaan masyarakat nelayan.

2004 2005 2006 2007 2008 2009

(26)

Bahkan rencananya dihadirkan pula perusahaan galangan kapal yang bisa mendukung industri kapal perikanan. Di bidang pertambangan investor tersebut berencana mengelola pertambangan nickel di Obi1.

PT Cipta Karya Unggul, salah satu grup perusahaan Kopi Kapal Api yang bergerak di perkebunan kelapa sawit dan tebu juga berminat untuk berinvestasi dengan mengambil lokasi di Kabupaten Halmahera Tengah yang rencananya akan menggunakan lahan seluas 21.500 hektar di desa Waleh, untuk digunakan lahan perkebunan tebu sekaligus pembangunan pabrik gula di Desa Wairoro dan sekitarnya2.

C.Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah pada periode triwulan III-2009 menunjukan pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan periode triwulan II-2009, dan merupakan komponen PDRB sisi permintaan yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi. Pada triwulan III-2009 pertumbuhan pengeluaran pemerintah tercatat sebesar 22,74% (y-o-y), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan yang terjadi adalah 15,50% (y-o-y). Pada triwulan II-2009 nilai pengeluaran pemerintah mencapai 190,86 milyar rupiah sedangkan pada triwulan III-2009 nilainya adalah 204,74 milyar rupiah. Pertumbuhan pengeluaran pemerintah pada periode ini masih digerakan oleh realisasi proyek-proyek yang biasanya telah ditenderkan pada triwulan sebelumnya.

1

Sumber: Malut Post 17 Oktober 2009

2

(27)

Gambar 1.7

Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Kegiatan goverment expenditure pada triwulan berikutnya diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan seiring berakhirnya tahun anggaran, dimana pemerintah daerah akan berupaya untuk memaksimalkan realisasi APBD.

D.Kegiatan Ekspor dan Impor

Kinerja net ekspor pada triwulan III-2009 belum dapat keluar dari trend kontraksi yang telah dimulai sejak triwulan IV-2008. Pada triwulan II-2009 tercatat net ekspor mengalami kontraksi sebesar minus 69,90% (y-o-y), lalu pada triwulan III-2009 kondisi ini semakin parah dimana net ekspor terkontraksi hingga minus 73,58% (y-o-y). Sebenarnya baik impor maupun ekspor sama-sama mengalami peningkatan, namun pertumbuhan impor yang sangat tinggi melebihi peningkatan ekspor, sehingga secara net, ekspor Maluku Utara masih mengalami penurunan. Pada triwulan II-2009 tercatat nilai riil ekspor bersih Maluku Utara (ekspor bersih atas dasar harga konstan tahun 2000) adalah 32,37 miliar rupiah, sedangkan pada triwulan laporan nilai tersebut turun menjadi 25,64 miliar rupiah.

Seperti yang ditunjukan dalam gambar 1.7, kinerja ekspor pada triwulan III-2009 menunjukan peningkatan sehingga kontraksi yang dialami pada triwulan laporan tidak sedalam kontraksi yang dialami triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 ekspor tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 25,61%, sedangkan pada

2004 2005 2006 2007 2008 2009

(28)

triwulan laporan kontraksi ekspor adalah minus 19,54%. Peningkatan kinerja ekspor didorong oleh meningkatnya ekspor nickel, seiring meningkatnya permintaan nickel dari Jepang (pembahasan ini dapat dilihat pada bab 1.3.B.)

Gambar 1.8 Perkembangan Ekspor Riil

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Gambar 1.9.

Nilai Ekspor Maluku Utara (Ribu USD)

Sumber: Bea Cukai

Impor Maluku Utara pada triwulan III-2009 mengalami lonjakan jika dibandingkan dengan kondisi triwulan II-2009. Pada triwulan II-2009 pertumbuhan impor tercatat

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Ekspor (Milyar Rp) Pertumbuhan (y‐o‐y)

2005 2006 2007 2008 2009

CAPITAL GOODS CONSUMER GOODS

(29)

sebesar 4,55% (y-o-y), sedangkan pada triwulan III-2009 pertumbuhannya mencapai 14,62% (y-o-y). Kondisi impor di Maluku Utara sebenarnya didominasi oleh impor antar pulau, seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.9.

Gambar 1.10

Perkembangan Impor Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Gambar 1.11

Proporsi Impor Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Terjadinya lonjakan impor ini mengindikasikan peningkatan permintaan pedagang akan barang konsumsi, untuk menghadapi bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Impor (Milyar Rp) Pertumbuhan (y‐o‐y)

2004 2005 2006 2007 2008 2009

(30)

Seperti yang terlihat dalam peningkatan arus bongkar-muat barang melalui pelabuhan, ataupun peningkatan kargo melalui angkutan udara (pembahasan hal ini dapat dilihat pada bagian 1.3.G).

1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran terdapat dua sektor yang mengalami kontraksi, yaitu pertambangan & penggalian serta sektor listrik, gas & air bersih, sedangkan sektor lainnya masih tumbuh. Sektor yang memberikan kontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2009 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang kontribusinya mencapai 2,18%. Kondisi ini mencerminkan besarnya efek musiman yaitu puasa dan hari raya Idul Fitri terhadap pergerakan ekonomi pada triwulan laporan khususnya terhadap sub sektor perdagangan besar dan eceran. Adapun sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor jasa-jasa dengan pertumbuhan mencapai 11,19%.

Gambar 1.12

Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya (y-o-y)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

5, 35

Pert ambangan & Penggali an

Indust ri Pengolahan

Li st ri k, Gas & Ai r Bersi h

Bangunan

Perdagangan, Hot el & Rest oran

Pengangkut an & Komuni kasi

Keuangan, Persew aan & Jasa Perush

Jasa-j asa

Pert ambangan & Penggali an

Indust ri Pengolahan

Li st ri k, Gas & Ai r Bersi h

Bangunan

Perdagangan, Hot el & Rest oran

Pengangkut an & Komuni kasi

Keuangan, Persew aan & Jasa Perush

Jasa-j asa

Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)

Tw.III 2009* Tw.III 2009*

(31)

A.Pertanian

Pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan III-2009 masih lebih lamban apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat pertumbuhan sektor pertanian adalah 2,60% (y-o-y) sedangkan pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 4,80% (y-o-y). Penurunan kinerja sektor pertanian pada periode ini disebabkan karena pergeseran masa panen besar, dimana panen besar hasil bumi yang diperkirakan akan terjadi pada triwulan III-2009, ternyata mundur ke periode berikutnya, dan pada triwulan laporan yang terjadi hanyalah panen biasa.

Dari seluruh sub sektor yang ada, hanya sub sektor tanaman perkebunan yang pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan laporan, pertumbuhan sub sektor tanaman perkebunan mencapai 8,30% (y-o-y), dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 5,57% (y-o-y). Peningkatan kinerja ini disebabkan karena terjadinya panen hasil bumi seperti Cengkeh dan Pala. Hal ini didorong oleh cuaca yang mendukung dimana curah hujan tidak terlalu tinggi pada bulan-bulan sebelumnya.

Gambar 1.13

Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sub sektor tanaman bahan makanan pada triwulan III-2009 mengalami kontraksi hingga mencapai minus 5,76% (y-o-y) dimana pada triwulan II-2009 sub sektor ini

0

2004 2005 2006 2007 2008 2009

(32)

masih tumbuh sebesar 0,82% (y-o-y). Penurunan ini disebabkan karena penurunan komoditas kedelai, karena kalah bersaing dengan kedelai dari luar Maluku Utara, baik itu dalam hal kualitas maupun harga. Tanaman bahan makanan di Maluku Utara sebenarnya lebih banyak berupa tanaman holtikultura, yaitu berupa sayur dan buah, dibandingkan dengan tanaman padi. Karena padi dianggap sebagai tanaman yang kurang menguntungkan, disebabkan relatif sulitnya pemeliharaan, disamping kendala pupuk, pengairan dan bibit unggul, maka banyak petani padi mengalihkan lahannya untuk ditanami jeruk, cabai, atau tanaman lainnya. Saat ini sebagian pemerintah daerah telah memfokuskan pertaniannya kepada jagung, seperti Halmahera barat, Halmahera Utara dan Kepulauan Sula yang telah mendukung pengembangan tanaman ini melalui APBDnya.

Sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan III-2009 pertumbuhan sub sektor ini adalah minus 0,90% (y-o-y) sedangkan pada triwulan II-2009 sub sektor ini masih mengalami pertumbuhan sebesar 0,64% (y-o-y).

Sub sektor kehutanan masih tumbuh pada triwulan III-2009, meskipun melambat jika dibandingkan kondisi triwulan II-2009. Pertumbuhan yang terjadi pada triwulan laporan adalah 3,52% (y-o-y), sedangkan pada triwulan II-2009 sub sektor ini mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 28,17% (y-o-y). Penurunan ini disebabkan karena tidak ada produksi kayu damar pada triwulan laporan, hanya kayu log saja, sedangkan pada triwulan II-2009 masih terdapat produksi kayu damar dari Kabupaten Morotai.

(33)

disebabkan permintaan ekspor yang turun serta terbatasnya fasilitas cold storage sehingga pasokan akhirnya membanjiri pasar lokal.

B. Pertambangan & Penggalian

Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2009 mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi triwulan II-2009. Meskipun pertumbuhan tahunan sektor ini masih mengalami kontraksi, namun kontraksinya yang tidak sedalam kontraksi periode triwulan II-2009 menggambarkan bahwa sektor ini telah menunjukan peningkatan. Pada triwulan II-2009 sektor ini mengalami kontraksi hingga minus 17,56% (y-o-y), sedangkan pada triwulan III-2009 kontraksinya hanya sebesar minus 6,77%.

Gambar 1.14

Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Peningkatan kinerja sektor pertambangan dan penggalian disebabkan oleh dua hal, yaitu peningkatan pada sub sektor pertambangan tanpa migas dan pertumbuhan sub sektor penggalian. Meskipun secara tahunan angka pertumbuhannya masih terkontraksi pada level minus 7,95% (y-o-y), namun kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan kondisi yang terjadi pada triwulan II-2009 dimana sub sektor pertambangan tanpa migas mengalami kontraksi hingga minus 20,23%. Kontraksi yang telah berkurang kedalamannya ini menggambarkan bahwa sub sektor pertambangan tanpa migas telah mulai pulih. Hal ini terlihat dari peningkatan

0

2004 2005 2006 2007 2008 2009

(34)

ekspor nickel, yang merupakan komoditas ekspor utama, seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.12.

Pada triwulan III-2009 terjadi peningkatan volume ekspor yang sangat besar, yang jika dibandingkan secara tahunan, pertumbuhan pada triwulan III-2009 mencapai 215% (y-o-y). Periode triwulan III-2008 memang merupakan periode dimana ekspor nickel berada pada level terendah sejak beberapa tahun belakangan ini, namun tampaknya selama setahun terakhir telah terjadi peningkatan. Membaiknya industri manufaktur di Jepang sebagai salah satu tujuan ekspor nickel utama, diduga merupakan salah satu faktor pendorong kinerja sub sektor pertambangan tanpa migas.

Gambar 1.15

Volume dan Pertumbuhan Volume Ekspor Nickel Malut

(35)

Gambar 1.16

Indikator Utama Perekonomian Jepang

Sumber: Macro Economic Research Centre, The Japan Research Institute Ltd.

Peningkatan industri ini terutama ditunjukan oleh industri kendaraan bermotor dan industri baja. Seiring peningkatan industri manufaktur di Jepang, tidak mengherankan apabila permintaan nickel mengalami peningkatan, sehingga ekspor nickel Maluku Utara juga mengalami peningkatan.

Untuk sektor penggalian, pertumbuhan disebabkan karena pembangunan infrastruktur dan perumahan rakyat yang dilaksanakan di wilayah Maluku Utara. Selain itu renovasi rumah yang dilakukan masyarakat untuk menghadapi hari raya Idul Fitri juga turut memicu kenaikan sektor ini. Penggalian di Maluku Utara utamanya merupakan galian tipe C, yaitu berupa penggalian pasir dan batu yang merupakan bahan baku utama untuk bangunan, sehingga kenaikan aktivitas pembangunan akan diikuti oleh peningkatan aktivitas subsektor penggalian. Pada triwulan laporan, sub sektor ini tumbuh sebesar 2,55% (y-o-y), melambat apabila dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya yang sebesar 8,21% (y-o-y).

C.Industri Pengolahan

(36)

yang terjadi di sektor ini adalah 6,97% (y-o-y). Dua sub sektor yang ada yaitu sub sektor makanan, minuman, dan tembakau serta sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya sama-sama mengalami pertumbuhan, meskipun pertumbuhan sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II-2009.

Gambar 1.17

Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Subsektor makanan, minuman, dan tembakau tumbuh 9,27% (y-o-y), sedikit meningkat dibandingkan periode sebelumnya, dimana pertumbuhan pada triwulan II-2009 adalah 9,19% (y-o-y). Faktor pendorong pertumbuhan pada periode ini terutama bersumber dari makanan jadi, yang mengalami peningkatan cukup besar selama bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.

Sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II-2009, dimana pertumbuhan yang terjadi pada triwulan laporan adalah 5,73% (y-o-y) sedangkan pada triwulan II-2009 pertumbuhannya adalah 6,17% (y-o-y). Pada triwulan III-2009 pertumbuhan sektor ini disebabkan karena peningkatan permintaan akan kayu olahan, khususnya dalam bentuk kusen, maupun kayu-kayu yang digunakan dalam konstruksi, seiring terjadinya peningkatan di sektor bangunan.

70 75 80 85 90 95

‐15,00%

‐10,00%

‐5,00% 0,00% 5,00% 10,00%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2004 2005 2006 2007 2008 2009

(37)

D.Listrik, Gas & Air Bersih

Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III-2009 mengalami kontraksi. Pada tiwulan II-2009 sektor ini tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,28% (y-o-y) sedangkan pada triwulan III-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah minus 0,13%. Dua seb sektor yang ada pada sektor ini memang mengalami penurunan, dimana sub sektor listrik terkontraksi sedangkan sub sektor air bersih mengalami perlambatan petumbuhan.

Gambar 1.18

Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Pada triwulan laporan sub sektor listrik mengalami kontraksi hingga minus 1,20% o-y) dimana pada tiwulan II-2009 sub sektor ini masih tumbuh sebesar 3,26% (y-y). Penurunan kinerja sub sektor ini disebabkan karena rusaknya salah satu mesin pembangkit listrik.

Sub sektor air bersih mengalami perlambatan pertumbuhan dimana pada triwulan laporan tercatat sub sektor ini tumbuh sebesar 1,59% (y-o-y), sedangkan pada triwulan II-2009 tercatat pertumbuhan yang terjadi adalah 5,41% (y-o-y). Penurunan sub sektor ini sejalan dengan penurunan yang terjadi pada sub sektor listrik, karena dalam pengolahan air minum belum memiliki bak penampung, sehingga ketika listrik mengalami gangguan maka air juga akan terganggu. Meskipun tedapat pemasangan jaringan baru, namun jumlahnya yang tidak terlalu signifikan belum bisa mendongkrak kinerja sub sektor ini.

0

2004 2005 2006 2007 2008 2009

(38)

E. Bangunan

Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, kinerja sektor bangunan pada triwulan III-2009 mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan tercatat sektor bangunan mengalami pertumbuhan sebesar 0,38% (y-o-y), atau jauh melambat jika dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan II-2009 tercatat sektor ini tumbuh sebesar 8,16% (y-o-y). Penurunan ini sejalan dengan penurunan yang terjadi pada sektor penggalian, karena pengggalian di Maluku Utara memang lebih banyak berupa galian tipe C, berupa pasir dan batu yang merupakan input dalam sektor bangunan.

Gambar 1.19

Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Pembangunan di Maluku Utara pada triwulan laporan ini lebih banyak berupa pembangunan untuk tempat tinggal.

F. Perdagangan, Hotel & Restoran

Pada triwulan III-2009 sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor ini pada triwulan II-2009 adalah sebesar 7,30% (y-o-y), sedangkan pada triwulan III-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah 8,59% (y-o-y). Secara umum pergerakan sektor ini pada triwulan laporan dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi selama masa puasa dan hari raya Idul Fitri.

0

2004 2005 2006 2007 2008 2009

(39)

Jika dianalisa lebih rinci, hanya terdapat satu sub sektor yang kinerjanya lebih baik dari triwulan sebelumnya, sedangkan dua sub sektor lainnya mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya. Sub sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh sebesar 8,59% (y-o-y) pada triwulan III-2009, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 sebesar 7,17% (y-o-y). Peningkatan kinerja sub sektor ini masih didorong oleh aktivitas ekonomi selama masa puasa dan hari raya Idul Fitri.

Kinerja sub sektor hotel pada triwulan III-2009 sedikit melambat jika dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat sub sektor ini mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 8,66% (y-o-y), dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 8,93% (y-o-y). Penurunan sub sektor hotel disebabkan karena menurunnya tingkat hunian hotel selama masa puasa. Meskipun demikian pada awal triwulan III-2009, yaitu pada bulan Juli dan Agustus, tingkat hunian masih cukup baik, sehingga penurunan sub sektor ini tidak terlampau besar.

(40)

Gambar 1.20

Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sub sektor restoran masih tumbuh meskipun jauh melambat jika dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan III-2009 tercatat sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 8,28% (y-o-y), sedangkan pada triwulan II-2009 sektor ini tumbuh sebesar 22,55% (y-o-y). Penurunan sub sektor ini

G.Pengangkutan & Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat sektor ini tumbuh sebesar 7,34% (y-o-y), sedangkan pada triwulan II-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah 10,21% (y-o-y). Penurunan ini menunjukan bahwa meskipun aktivitas pada sektor pengangkutan cukup baik, namun aktivitasnya tidak seramai tahun lalu.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

0,00% 2,00% 4,00% 6,00% 8,00% 10,00% 12,00%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2004 2005 2006 2007 2008 2009

(41)

Gambar 1.21

Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Apabila dilihat lebih rinci, hampir seluruh sub sektor yang ada mengalami penurunan, kecuali angkutan jalan raya. Sub sektor angkutan jalan raya tumbuh sebesar 8,27% (y-o-y) pada triwulan laporan, sedangkan pada triwulan II-2009 pertumbuhannya adalah 6,64% (y-o-y).

Sub sektor angkutan laut mengalami perlambatan, dimana pertumbuhannya pada triwulan III-2009 adalah 3,64% (y-o-y) sedangkan pada triwulan II-2009 pertumbuhannya tercatat sebesar 6,41% (y-o-y). Penurunan ini disebabkan karena berkurangnya arus kapal penumpang yang sebagai akibat adanya kapal yang masuk dok dan munculnya gelombang tinggi sehingga mengganggu kelancaran aktivitas angkutan laut. Seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.19, pada triwulan III-2009 hanya terdapat 548 kali pelayanan angkutan kapal, sedangkan pada triwulan II-2009 jumlah pelayanan engkutan tersebut mencapai 657 kali. Kondisi ini sebenarnya berlawanan dengan arus bongkar - muat barang , dimana pada triwulan III-2009 arus bongkar - muat barang mencapai 166.143 Ton/M3. Dari sini terlihat bahwa untuk menghadapi bulan puasa dan hari raya Idul Fitri pedagang telah meningkatkan pasokan barangya, yang diantaranya diangkut melalui jalur laut. Hal ini sejalan dengan kondisi pada angkutan udara.

0

2004 2005 2006 2007 2008 2009

(42)

Gambar 1.22

Arus Kapal Penumpang Dalam Negeri

Sumber: PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), diolah

Gambar 1.23

Arus Bongkar – Muat Barang

Sumber: PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), diolah

Angkutan sungai, danau dan penyebrangan pada triwulan laporan mengalami kontraksi hingga mencapai minus 2,77% (y-o-y), dimana pada triwulan II-2009 sub sektor ini masih tumbuh sebesar 16,16% (y-o-y).

Sub sektor angkutan udara mengalami perlambatan jika dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan III-2009 sub sektor ini tumbuh sebesar 5,98% (y-o-y), sedangkan pada triwulan II-2009 sektor ini tumbuh hingga 10,58% (y-o-y). Seperti yang terlihat pada gambar 1.19, jumlah penerbangan pada triwulan III-2009 mengalami penurunan dibandingkan kondisi triwulan II-2009, namun jumlah penumpang, bagasi dan kargo mengalami peningkatan. Dari sini dapat disimpulkan

450 500 550 600 650 700

I II III

2009

KAPAL PENUMPANG DN

0 50000 100000 150000 200000

I II III

2009

(43)

bahwa utilisasi angkutan udara mengalami peningkatan, sehingga meskipun jumlah penerbangan menurun, namun jumlah penumpang maupun barang yang diangkut melalui pesawat udara mengalami peningkatan. Hal ini tampaknya juga merupakan antisipasi pelaku ekonomi untuk menghadapi puasa dan hari raya Idul Fitri.

Gambar 1.24 Lalu Lintas Angkutan Udara

Sumber: Bandara Sultan Babullah, diolah

Kinerja subsektor jasa penunjang angkutan pada triwulan III-2009 mengalami perlambatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat sub sektor ini tumbuh 4,66% (y-o-y), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 yang sebesar 11,94% (y-o-y).

(44)

H.Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

Pada triwulan III-2009 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat sektor ini tumbuh sebesar 8,10% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan kinerja triwulan II-2009 yang pertumbuhannya adalah 9,51% (y-o-y).

Gambar 1.25

Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Dari empat sub sektor yang ada, hanya sub sektor sewa bangunan yang pertumbuhannya masih mengalami peningkatan, sedangkan tiga sub sektor lainnya mengalami perlambatan. Sewa bangunan tumbuh 5,86% (y-o-y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 4,84% (y-o-y).

Sub sektor bank tumbuh 13,49% (y-o-y), mengalami perlambatan jika dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 yaitu sebesar 16,58% (y-o-y).

Lembaga keuangan non bank tumbuh 12,43% (y-o-y), jauh lebih rendah dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang pertumbuhannya mencapai 24,32% (y-o-y).

2004 2005 2006 2007 2008 2009

(45)

Jasa perusahaan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 6,24% (y-o-y), mengalami perlambatan yang cukup signifikan, dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 12,90% (y-o-y).

I. Jasa-jasa

Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan III-2009 menunjukan peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tercatat sebesar 11,19% (y-o-y), sedangkan pada triwulan II-2009 tercatat pertumbuhan yang terjadi adalah 2,04% (y-o-y). Peningkatan ini terutama didorong oleh peningkatan pada sub sektor administrasi pemerintahan dan pertahanan, dimana sub sektor lainnya mengalami perlambatan.

Gambar 1.26

Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Pertumbuhan sub sektor jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan pada triwulan III-2009 tercatat sebesar 13,42% (y-o-y), jauh lebih besar dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 0,16% (y-o-y).

Sub sektor jasa sosial kemasyarakatan tumbuh 5,13% (y-o-y), sedikit melambat jika dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 yang sebesar 6,24% (y-o-y).

0 10 20 30 40 50 60

0,00% 2,00% 4,00% 6,00% 8,00% 10,00% 12,00%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2004 2005 2006 2007 2008 2009

(46)

Sub sektor jasa hiburan dan rekreasi tumbuh sebesar 8,48% (y-o-y), mengalami perlambatan jika dibandingkan kinerja triwulan II-2009 dimana pertumbuhannya mencapai 10,57% (y-o-y).

(47)

Perubahan suhu bumi secara terus-menerus menyebabkan global warming sehingga mengakibatkan berkurangnya stok tuna. Oleh karena itu dibutuhkan inisiatif untuk melindungi dan me manage dengan

baik area produksi tuna agar dapat menjadi wilayah perkembangbiakan tuna yang berkelanjutan

(Changing mindsets toward sustainable fisheries). Situasi terkini mengenai stok tuna di Pasifik Bagian Barat dan Tengah yaitu Big eye Tuna (Tuna Mata Besar) kemungkinan telah mengalami kelebihan tangkap dan dibutuhkan pengurangan penangkapan sebanyak 30%, Yellow fin Tuna (Tuna Ekor Kuning) telah mengalami kelebihan tangkap (overfishing) karena terlalu banyaknya penangkapan, serta Skipjack

Tuna telah mengalami penangkapan yang mendekati pada penangkapan lestari (Maximum Sustainable Yield).

Mencermati hal tersebut, Maluku Utara memiliki peluang besar untuk dapat meningkatkan peran dalam

pengembangan industri tuna di dunia. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Dr. Anthony Lewis yang

berjudul “Updates on The Pacific Tuna Tagging Program” bahwa selama melakukan penelitian terhadap penandaan tuna (tagging) selama proses pertumbuhannya, maka didapatkan bahwa migrasi tuna yang

telah dilakukan penandaan pada usia dewasanya dan siap ditangkap pada akhirnya akan bermuara di

wilayah perairan Indonesia, yaitu di Wilayah perairan Maluku Utara. hal ini terungkap dalam pertemuan

Tuna Internasional atau IOTC (Indian Ocean Tuna Commission) ke-11 yang dilaksanakan di General Santos, pada tanggal 27 hingga 29 Agustus 2009.

Perkembangan Perikanan Tangkap di Maluku Utara

      

1 

Dr. Anthony Lewis : Updates on The Pacific Tuna Tagging Program. 

(48)
(49)

di kawasan perairan Halmahera, Natuna dan Laut Arafura.

Perkembangan Penanganan Illegal Fishing di Maluku Utara

Tahun  2005  2006  2007  2008  2009* 

Jml Kasus  9  13  20  33  3 

*  Data sementara

Perkembangan NTP (umum) dan NTP Sub Sektor Perikanan

Perkembangan Kredit Perbankan dan Kredit Sektor Pertanian 80

85 90 95 100 105

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep

NTP Perikanan Nilai Tukar Petani

0,00 200,00 400,00 600,00 800,00 1.000,00 1.200,00 1.400,00 1.600,00 1.800,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2005 2006 2007 2008 2009 Sektor Ekonomi 

(50)

Guna mengoptimalkan potensi sumber daya ikan tersebut, perlu diimbangi dengan jaminan ketersediaan

sumber energi dan peningkatan peralatan yang digunakan oleh nelayan.

• Dengan kondisi listrik yang sering bermasalah, kegiatan pelelangan ikan juga mengalami gangguan terutama penggunaan cool storage.

Pemadaman listrik di Kota ternate masih belum teratasi dan ada kecenderungan semakin parah.

Perbaikan mesin pembangkit belum memberikan hasil yang maksimal sedangkan upaya

penambahan pembangkit baru masih terkendala pembebasan lahan yang akan digunakan. Bila

pada awal tahun waktu pemadaman hanya berkisar 3 -5 jam per hari, saat ini bisa mencapai 8 –

10 jam per hari.

• Ketersediaan bahan bakar bagi nelayan di Maluku Utara juga masih minim.

- Masyarakat (nelayan) masih mengandalkan SPBU sebagai sumber bahan bakar utama

dibandingkan pembelian pada Agen Penjual Minyak dan Solar (APMS). Pembelian bahan

bakar selain untuk kendaraan bermotor seharusnya lebih diprioritaskan untuk dilayani

melalui APMS. Keberadaan APMS yang relatif di dekat pantai kurang diketahui dan

dimanfaatkan oleh nelayan di daerah.

- SPBU yang ada tidak beroperasi sesuai jadwal.

- Di sisi lain, SPBU yang selama ini tersedia dan beroperasi dengan relatif baik hanya yang

berada di Kota Ternate sementara daerah penangkapan ikan yang tersebar di Maluku Utara

tetap membutuhkan pasokan BBM untuk operasional kapal.

• Disisi lain pemberian bantuan peralatan penangkapan ikan yang selama ini dilakukan oleh Pemda juga harus ditingkatkan.

- Bantuan peralatan yang sering diberikan berupa perahu katingting sehingga masih rawan

terhadap perubahan cuaca di tengah laut. Dari survei Bank Indonesia diperoleh informasi

bahwa kelompok nelayan membutuhkan bantuan perahu yang lebih besar atau sarana

penangkapan yang lebih baik.

(51)

mubazir karena kurangnya pemanfaatan barang sehingga akan lebih cepat aus (rusak)

dimakan waktu.

- Pemberian bantuan teknis kepada nelayan juga perlu ditingkatkan. Dengan rata-rata tingkat

pendidikan yang relatif rendah maka kegiatan penangkapan ikan lebih didominasi oleh

kegiatan secara tradisional. Dengn peningkatan kapasitas pengetahuan nelayan diharapkan

mampu meningkatkan nilai tambah pada output sub sektor ini sehingga pada akhirnya

kesejahteraan nelayan dapat ditingkatkan.

- Sosialisasi keberadaan dan kegiatan pelayanan APMS perlu digalakan. Dengan pembelian

bahan bakar di dekat laut akan meningkatkan efisiensi waktu bagi nelayan.

- Promosi produk-produk perikanan Maluku Utara di berbagai ajang pameran lokal naupun

nasional juga perlu ditingkatkan. Dalam hal ini Pemda dapat memfasilitasi keikutsertaan

nelayan/pruksen produk hasil perikanan untuk mengikuti kegiatan pameran.

• Peran pihak berwajib dalam penegakan hukum, terutama yang terkait aktivitas sub sektor perikanan perlu ditingkatkan.

- Pemberantasan kegiatan penyelundupan BBM maupaun operasi illegal fishing harus lebih

ditingkatkan. Selain dapat lebih menjamin ketersediaan pasokan bahan bakar, penangkapan

ikan yang sesuai ketentuan akan menjaga kelangsungan sikus reproduksi ikan.

- Jangka waktu pembuatan keputusan hukum dalam penyelesaian kegiatan illegal fishing

juga perlu ditingkatkan. Pemberitaan di beberapa media lokal beberapa waktu lalu

menegaskan bahwa putusan hukum terhadap pelaku illegal fishing di Maluku Utara cukup

lama (beberapa bulan). Hal ini juga terkonfirmasi dari lamanya perahu nelayan yang diduga

melakukan illegal fishing tertambat di sekitar pelabuhan ternate.

• Perbankan daerah masih memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan kredit ke sektor Pertanian (sub sektor perikanan).

- Kredit sektor pertanian baru memiliki share sebesar 4,58% dari tato kredit pada akhir

triwulan III-2009. Porsi tersebut masih sangat rendah bila dikaitkan dengan karakteristik

geografis Maluku Utara yang didominasi oleh wilayah kelautan dan sektor pertanian

merupakan tumpuan utama sumber mata pencaharian di daerah

- Nilai kredit bermasalah dibandingkan dengan total kredit perbankan di sektor tersebut

(52)

Bila sinergi antar pihak yang berkepentingan tersebut dapat terjalin dengan baik, maka tingkat investasi

akan mengalami peningkatan, sehingga peluang masyarakat (angkatan kerja) untuk memperoleh

pekerjaan/sumber penghasilan menjadi semakin besar. Dengan demikian pertumbuhan perekonomian

daerah akan semakin terakselarasi. Dengan demikian share sub sektor perikanan terhadap kinerja sektor

pertanian diharapkan dapat terus ditingkatkan. Namun apabila hal ini tidak ditindaklanjuti dengan serius,

kekayaan alam (laut) di Provinsi Maluku Utara akan dimanfaatkan oleh kepentingan daerah atau bahkan

negara lain sehingga dampak terhadap kesejahteraan masyarakat semakin rendah.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000 500000

I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Pertanian Share Perikanan

(53)

Perkembangan

Inflasi Regional

2.1. Gambaran Umum

Tingkat perkembangan harga di Ternate pada Triwulan III-2009 secara triwulanan (q-t-q) mengalami peningkatan, namun secara tahunan (y-o-y) mengalami penurunan. Secara triwulanan perkembangan harga di Ternate pada triwulan III-2009 tercatat mengalami inflasi sebesar 1,32% (q-t-q), sedangkan kondisi triwulan II-2009 menunjukan bahwa ternate mengalami deflasi sebesar minus 0,27% (q-t-q). Secara tahunan inflasi yang terjadi di ternate pada triwulan III-2009 tercatat sebesar 1,36% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan kondisi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya dimana inflasi yang terjadi adalah 4,34% (y-o-y).

Jika dibandingkan dengan nasional stabilitas harga yang terjadi dikota Ternate baik secara triwulanan maupun secara tahunan lebih baik. Inflasi triwulanan yang diukur secara nasional pada triwulan III-2009 tercatat sebesar 2,08% (q-t-q), sedangkan inflasi tahunannya adalah 2,84% (y-o-y).

Gambar 2.1

Perbandingan Triwulanan dan Tahunan Inflasi Ternate Terhadap Nasional

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Jika dibandingkan dengan wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), secara triwulanan Palu merupakan kota yang memiliki tingkat inflasi tertinggi yaitu sebesar 3,35% (q-t-q), sedangkan yang memiliki tingkat inflasi terendah adalah sorong yaitu

(54)

sebesar 0,42% (q-t-q). Jika dilihat secara tahunan manokwari merupakan kota dengan inflasi tertinggi hingga mencapai 7,04% (y-o-y) sedangkan Ambon merupakan kota dengan tingkat deflasi terendah hingga mencapai minus 3,29% (y-o-y).

Gambar 2.2.

Perbandingan Inflasi Triwulanan dan Tahunan Wilayah Sulampua

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

2.2. Inflasi Triwulanan

Inflasi tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, dengan inflasi sebesar 4,41% (q-t-q). Adapun sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah sub kelompok pendidikan yang inflasinya mencapai 7,95%.

Penurunan harga terjadi pada kelompok sandang dengan deflasi sebesar minus 0,32% (q-t-q). Deflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh deflasi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain yang mengalami deflasi sebesar minus 3,28%.

A. Kelompok Bahan Makanan

(55)

Gambar 2.3

Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (q-t-q)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sumber tekanan inflasi pada kelompok ini terutama bersumber dari sub kelompok ikan diawetkan dan buah-buahan. Sub kelompok ikan diawetkan mengalami inflasi sebesar 21,39% (q-t-q), atau meningkat dibandingkan inflasi yang terjadi pada triwulan II-2009 dimana inflasinya adalah 14,25% (q-t-q). Komoditas utama penyumbang inflasi pada periode ini adalah cakalang asap. Sub kelompok buah-buahan mengalami peningkatan harga yang cukup tinggi, dimana pada triwulan III-2009 tercatat sub kelompok ini mengalami inflasi sebesar 14,39% (q-t-q) sedangkan pada triwulan sebelumnya buah-buahan mengalami deflasi sebesar minus 1,80% (q-t-q). Adapun komoditas penyumbang inflasi pada triwulan laporan adalah pepaya, jeruk dan pisang.

(56)

B. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami peningkatan inflasi, dimana pada triwulan II-2009 inflasi yang terjadi adalah 0,74% (q-t-q), sedangkan pada triwulan III-2009 inflasi yang terjadi adalah 2,20% (q-t-q). Tekanan inflasi terutama bersumber dari sub kelompok minuman yang tidak beralkohol, yang mengalami kenaikan tajam dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya.

Gambar 2.4

Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (q-t-q)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sub kelompok minuman yang tidak beralkohol tercatat mengalami inflasi sebesar 10,46% (q-t-q), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana minuman yang tidak beralkohol mengalami deflasi sebesar minus 0,17% (q-t-q). Adapun komoditas yang memberikan sumbangan inflasi diantaranya gula pasir, minuman ringan dan sirup. Inflasi sub kelompok makanan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan III-2009 inflasi yang terjadi adalah 0,42% (q-t-q) sedangkan pada triwulan II-2009 inflasinya adalah 1,17% (q-t-q).

C. Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar

(57)

Gambar 2.5

Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sub kelompok biaya tempat tinggal pada triwulan III-2009 mengalami inflasi sebesar 2,44% (q-t-q), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana inflasi yang terjadi adalah 2,44% (q-t-q). Komoditas yang memberikan andil terhadap inflasi diantaranya cat tembok dan cat kayu. Adapun pada sub kelompok perlengkapan rumah tangga inflasinya pada triwulan III-2009 adalah 3,27% (q-t-q) sedangkan pada triwulan II-2009 terjadi inflasi sebesar 0,38% (q-t-q). Adapun komoditas penyumbang inflasi diantaranya kain gorden, toples, gelas minum dan lemari makan. Penyelenggaraan rumah tangga mengalami deflasi sebesar minus 0,31% (q-t-q), dimana pada triwulan II-2009 sub kelompok ini masih mencatatkan inflasi sebesar 0,87% (q-t-q). Komoditas yang mengalami penurunan harga diantaranya adalah sabun cuci piring.

D. Kelompok Sandang

(58)

Gambar 2.6

Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Pergerakan harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain cenderung searah dengan pergerakan harga pada kelompok sandang secara umum, dimana kondisinya masih menunjukan penurunan harga meskipun terdapat kecenderungan untuk terjadi inflasi. Pada triwulan laporan tercatat sub kelompok ini mengalami deflasi sebesar minus 3,28% (q-t-q), dimana pada triwulan II-2009 tercatat sub kelompok ini mengalami deflasi hingga mencapai minus 6,71% (q-t-q).

E. Kelompok Kesehatan

(59)

Gambar 2.7

Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (q-t-q)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sub kelompok obat-obatan mengalami peningkatan inflasi yang cukup signifikan, dimana inflasinya pada triwulan II-2009 adalah 0,09% (q-t-q) namun pada triwulan III-2009 inflasinya mencapai 6,16%.

F. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi sebesar 4,41% (q-t-q) atau mengalami peningkatan dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan II-2009 inflasi yang terjadi adalah 1,71% (q-t-q). Tekanan inflasi terutama bersumber dari sub kelompok pendidikan dan perlengkapan/ peralatan pendidikan.

Gambar 2.8

Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (q-t-q)

Gambar

Gambar 1.12
Gambar 1.13
Gambar 1.14
Gambar 1.15
+7

Referensi

Dokumen terkait

Anak dengan kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara

Sistem penambat elastis yang banyak digunakan di Indonesia adalah E-clip, KA-clip, dan

Dominasi dan perubahan penggunaan lahan pola agroforestri pada periode 1989-2009 di DAS Balantieng, masih mampu menjaga kondisi hidrologi DAS dengan masih tingginya

Kebijakan perusahaan tersebut mengacu pada Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 26 Ayat (1) Atas penghasilan tersebut dibawah ini, dengan nama dan dalam bentuk apapun,

Tabel 5 membantu menjelaskan penyebab turunya posisi daya saing Indonesia pada tahun 2016 (41, turun 4 peringkat) dengan melihat perkembangan indikator pilar-pilar daya saing

Dalam menentukan jalur terpendek dari suatu graf oleh algoritma dijkstra akan didapatkan jalur yang terbaik karena pada waktu penentuan jalur yang akan dipilih,

Berdasarkan penelitian terkait Strategi Humas Basarnas Dalam Memberikan Edukasi Tanggap Bencana Melalui Program SAR Goes To SChool, maka dapat ditarik kesimpulan sebgai

3) Membantu siswa memahami diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah. 4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-