ANAK KELAS V SDN 01 KADILANGGON WEDI KLATEN Endang Wahyuningsih
ABSTRAK
Latar Belakang Penelitian, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Masalah kekurangan gizi pada usia SD terlihat dengan prevalensi kekurangan energi protein di indosesia pada siswa SD/MI sebesar 30,1%. Asupan gizi seimbang dan cukup sangat mempengarui kecerdasan seseorang. SDN 1 kelas VI Kadilanggon Wedi Klaten dari 10 responden diperoleh 2 anak laki-laki memiliki status gizi baik dan berprestasi belajar baik dan 5 anak perempuan didapatkan hasil 1 anak perempuan status gizi baik dan prestasi belajar baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi belajar anak SD kelas V di SDN 1 Kadilanggon Wedi Klaten.
Metode penelitian adalah observasional dengan pendekatan cross sectional.
Populasi penelitian adalah semua anak SD kelas V di SDN 1 Kadilanggon Wedi
Klaten sebanyak 30 responden. Pengambilan sampel dengan teknik total
sampling. Instrumen yang digunakan adalah alat pengukur tinggi badan (microtoise) an alat penimbang berat badan (timbangan). Data di analisis
menggunakan uji Kendall tau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi
responden adalah baik sebanyak 17 responden (56,7%), prestasi belajar responden adalah baik sebanyak 20 responden (66,7%) dan p value sebesar 0,037 (p < 0,05).
Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan status gizi dengan prestasi belajar anak SD kelas V di SDN 1 Kadilanggon Wedi Klaten. Saran bagi orangtua yaitu memperhatikan status gizi anak dan pendidikan anak dengan meningkatkan status gizi anaknya dengan cara memberi makanan yang bergizi seperti buah, sayur, lauk, susu serta tambahan multivitamin khusus anak.
Kata kunci : status gizi, prestasi belajar
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ibu memegang peranan penting dalam mendukung upaya mengatasi masalah gizi, terutama pada asupan gizi keluarga, mulai dari penyiapan makanan, pemilihan bahan makanan, sampai menu makanan. Ibu yang
memiliki status gizi baik akan
melahirkan anak yang bergizi baik. Anak yang bergizi baik menjadi aset dan investasi sumber daya manusia (SDM) bangsa kedepan.Karena itu penting ditingkatkan pengetahuan dan
perilaku ibu dalam membentuk
keluarga sadar gizi (Depkes, 2012).
Untuk dapat mengatasi
permasalahan gizi di Indonesia perlu dilakukan intervensi, salah satunya skala prioritas melalui investasi di bidang kesehatan, pendidikan dan sosial, khususnya ditujukan pada
kelompok risiko tinggi, seperti
keluarga miskin.Selain itu juga
berbagai upaya pemberdayaan
masyarakat terus dilakukan termasuk perubahan perilaku masyarakat sadar gizi (Linda, 2012).
Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih.Masalah gizi
kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan,kurangnya persediaan
pangan, kurang baiknya kualitas
lingkungan, kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang gizi, menu
seimbang dan kesehatan dan adanya daerah miskin gizi.Masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi
pada lapisan masyarakat tertentu
disertai dengan kurangnnya
pengetahuan tentang gizi.Menu
seimbang dan kesehatan (Almatsier, 2012).
Selain gizi kurang dan gizi buruk, masih banyak masalah yang terkait dengan gizi yang perlu perhatian lebih, diantaranya yaitu; 1) stunting atau
terhambatnya pertumbuhan tubuh.
Stunting adalah salah satu bentuk gizi kurang yang ditandai dengan tinggi badan menurut umur diukur dengan standar deviasi dengan referensi WHO. Data WHO menunjukkan tinggi anak
Indonesia masih jauh tertinggal
dibandingkan tinggi anak dari
negara-negara lain. Berdasarkan hasil
Riskesdas 2010, prevalensi anak balita pendek (stunting) 35,6 % atau turun 1,2 % dibandingkan 2007 (36,8 %); 2)
kesadaran tentang pentingnya
tergantung pada ketersediaan dan keamanan pangan (Dr. Minarto, 2012).
Survey Depkes terhadap 600 ribu anak SD di 27 propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa anak sekolah yang mengalami gangguan masalah kurang gizi berkisar antara 13,6%-43,7%. Masalah kekurangan gizi pada usia SD terlihat dengan prevalensi kekurangan energi protein di indosesia pada siswa SD/MI sebesar 30,1%.
Besarnya prevalensi gangguan
pertumbuhan pada siswa SD/MI di indonesia sebesar 32% di pedesaan dan 18% di wilayah perkotaan (Soekirman, 2000)
Salah satu indikator dari status gizi adalah keanekaragaman penting bagi anak sekolah karena energi diperlukan anak untuk menahan rasa lapar saat berada di sekolah, anak membutuhkan untuk aktifitas di sekolah seperti belajar, berolahraga, bermain, waktu
istirahat dan sebagainya
(Mochji,2011).
Kelompok usia sekolah termasuk golongan penduduk berada pada massa pertumbuhan yang cepat dan aktif.
Dalam kondisi anak harus
mendapatkan masukan gizi dalam kuantitas dan kualitas yang cukup.
Status gizi anak sebagai cerminan kecukupan gizi,merupakan salah satu tolok ukur yang penting untuk menilai
keadaan pertumbuhan dan status
kesehatannnya. Usia antara 6 sampai 12 tahun adalah usia anak yang duduk dibangku SD. Pada masa ini anak mulai masuk ke dalam dunia baru,
anak mulai banyak berhubungan
dengan orang-orang di luar
keluarganya dan berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru dalam kehidupannya (Mochji, 2011).
Pada umur ini anak lebih banyak aktivitasnya, baik di sekolah maupun diluar sekolah,sehingga perlu energi lebih banyak.Pertumbuha anak lambat tapi pasti, sesuai dengan banyaknya
makanan yang dikomsumsi
anak.Sebaiknya anak diberikan
makanan pagi sebelum ke sekolah, agar anak dapat berkonsentrasi pada pelajaran dengan baik dan berprestasi (Soetjiningsih, 2012).
Gizi buruk di usia muda membawa dampak anak mudah menderita salah mental, sukar berkonsentrasi, rendah diri, dan prestasi belajar menjadi
rendah. Dari berbagai penelitian
hambatan terhadap pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan (Mochji, 2011)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 13 Desember 2012 di SDN 1 kelas VI Kadilanggon Wedi Klaten yang dilakukan pada 10 anak dengan cara menimbang berat badan anak dan mengukur tinggi badan anak. Hasil
disesuaikan dengan hasil rapot.
Diperoleh hasil pada 5 anak laki-laki didapatkan hasil 2 anak laki-laki dengan status gizi baik dan berprestasi belajar baik, 1 anak laki-laki status gizi kurang dan prestasi belajar cukup, 2 anak laki-laki status gizi buruk dan prestasi belajar kurang. Sedangkan pada 5 anak perempuan didapatkan hasil 1 anak perempuan status gizi baik dan prestasi belajar baik, 1 anak perempuan status gizi baik dan prestasi belajar cukup, 3 anak perempuan status gizi buruk prestasi belajar kurang.
Berdasarkan hasil data diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan status gizi dengan prestasi belajar pada anak SD kelas V di SDN 1 Kadilanggon Wedi Klaten”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas
maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan status gizi dengan prestasi belajar anak SD kelas V di SDN 1 Kadilanggon Wedi Klaten.’’
METODE PENELITIAN A. Desain penelitian
Metode ini dilakukan secara
observasional Yaitu Penelitian yang sudah ada, tanpa perlakuan sengaja untuk membangkitkan suatu gejala atau keadaaan, pada penelitian ini hal yang sudah ada yaitu Status gizi Anak SD dengan Prestasi belajar anak SD (Arikunto,2002).
Metode pendekatan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cross sectional yaitu metode
pengambilan data yang dilakukan waktu bersamaan dengan subyek yang
ada. Metode ini bertujuan agar
diperoleh data yang lengkap dalam
waktu yang relative cepat
(Arikunto,2002).
B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah
mendefinisikan variable secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
No Variabel Definisi operasional
Parameter dan kategori
Alat ukur Skala
penguk uran 1. 2. Status Gizi Prestasi belajar keadaan tubuh sebagai hasil penggunaan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi yang diketahui melalui pengukurann antoprometri meliputi BB/TB. Nilai yang dimilliki subyek sebagi wujud keberhasilan belajarnya yang diberikan oleh guru dalam bentuk nilai hasil mid semester. Lebih : >P97 Baik : P3-P97 Kurang : <P3 Keterangan Kurve: P = Persentil P50 = Persentil 50 = Median (Sumber : KMS-AS.2006) Baik sekali : 86-100 Baik : 71-85 Cukup : 56-70 Kurang : 41-55 Sangat kurang : <40 Sumber : Buku Laporan Pendidikan 2008 Alat Ukur tinggi badan (microtoise) Alat penimbang berat badan (Timbangan KMS-AS Buku rapot Ordinal Ordinal
C. Populasi, Sampel peneliti dan Teknik Sampling
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek yang dijadikan obyek atau sasaran penelitian ( Arikunto, 2006). Populasi pada penelitian ini adalah semua anak SD kelas V di SDN 1 Kadilanggon Wedi Klaten.Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah sebanyak 30 responden.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang dijadikan objek atau sasaran penelitian yang dianggap mewakili populasi (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini sampel yang diambil yaitu semua
siswa kelas V SDN 1 kadilanggon Wedi Klaten, sebanyak 30 responden.
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah secara Total
Sampling yaitu dengan mengambil seluruh jumlah populasi yang ada (Sugiyono, 2010).
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada tanggal 25 sampai 30 April 2013.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SDN 01 Kadilanggon Wedi Klaten
E. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data
1. Instrumen
Instrumen peneletian yaitu alat yang
digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik
sehingga lebih mudah diolah
(Saryono, 2008).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Alat pengukur tinggi badan
(microtoise)
Alat pengukur tinggi badan yang sudah dapat berdiri dan mempunyai ketelitian 0,1 cm dan taraf kebenaran 99,9 cm.
b. Alat penimbang berat badan
(timbangan)
Timbangan injak badan hitungannya menggunakan Kg dan mempunyai ketelitian 0,5 Kg. dimana dapat ditarik kesimpulan bahwa taraf kesalahan dalam penimbangan adalah 0,5 Kg dan taraf kebenaran 99,9 Kg.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono,2008).
Pada penelitian ini data primer diperoleh dari :
1) Pengukuran tinggi badan
2) Pengukuran berat badan
b. Data sekunder
Data sekunder merupakaan data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh dari subyek penelitinya. Data tersebut berupa data dokumentasi atau data laporan yang diperoleh dari hasil nilai mid semester.
1. Analisis Data
Analisis Data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Analisa univariat yaitu untuk
Mengetahui distribusi Frekuensi
responden.
Dengan menggunakan Rumus : P = F/N X 100% Keterangan : P : Prosentase F : Frekuensi
N : Jumlah Responden
b. Analisa Bivariat yaitu untuk
mengetahui hubungan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Analisa Bivariat menggunakan
perhitungan Korelasi Kendall Tau,
Dengan taraf kesalahan 1% di bagi 2
sehingga menjadi 0,5 %. Korelasi
Kendall Tau adalah bekerja dengan data ordinal (Sugiyono,20007).
Rumus Kendall Tau :
µ : ∑A-∑B
N(N-1) 2 Keterangan :
µ : Koefisien Korelasi Kendall Tau A : Jumlah Rangking di Atas B : Jumlah Rangking Bawah N : Jumlah anggota Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan α 5 % kepercayaan 95%. Apabila nilai Phitung<0,05 maka H0 ditolak dan
Haditerima. Sebaliknya apabila Phitung
>0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Status gizi
Tabel 4.1 Status Gizi pada Anak SD Kelas V di SDN 1 Kadilanggon Wedi Klaten No. Status gizi Frekuensi % 1 2 3 Lebih Baik Kurang 0 17 13 0 56,7 43,3 Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 17 responden (56,7%). b. Prestasi belajar
Tabel 4.2 Prestasi Belajar Anak SD Kelas V di SDN 1 Kadilanggon Wedi Klaten
No. Kategori Frekuensi %
1 2 3 Baik sekali Baik Cukup 3 20 7 10,0 66,7 23,3 Jumlah 30 100
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 di atas diketahui bahwa sebagian
besar prestasi belajar anak adalah baik sebanyak 20 responden (66,7%). 2. Analisis bivariat
Tabel 4.3 Hubungan status gizi dengan prestasi belajar pada anak SD kelas V di SDN 1 Kadilanggon Wedi Klaten
No Status
gizi
Prestasi belajar Total
p
Baik sekali Baik Cukup
f % f % f % f % 1. 2. 3. Lebih Baik Kurang 0 3 0 0 10 0 0 12 8 0 40 26,7 0 2 5 0 6,7 16,7 0 17 13 0 56,7 43,3 0,367 0,037 Jumlah 3 10,0 20 66,7 7 23,3 30 100
Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.3 di atas
terlihat bahwa sebagian besar
responden memiliki status gizi baik sebanyak 17 responden (56,7%) dan cenderung memiliki prestasi belajar baik sebanyak 12 responden (40%).
Hasil analisis bivariat diketahui bahwa nilai p = 0,037 berarti p < 0,05 sehingga ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak SD kelas V di SDN 1 Kadilanggon Wedi Klaten. Keeratan hubungan penelitian ini adalah sedang yang ditandai dengan hasil analisis Kendall Tau sebesar 0,367.
B. Bahasan
Hasil penelitian mengenai status gizi responden ditemukan bahwa
sebagian besar responden memiliki status gizi baik sebanyak 17 responden (56,7%). Hal ini dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhi status gizi
yaitu makanan yang dikonsumsi.
Menurut Soekirman (2000), gangguan gizi disebabkan tidak sesuainya jumlah zat gizi yang diperoleh dari zat makanan untuk kebutuhan tubuh. Masalah gizi buruk akan menyebabkan
mudah terjadinya infeksi karena
adanya daya tahan yang menurun, sebaliknya penyakit infeksi juga sering
menyebabkan meningkatnya
kebutuhan akan zat gizi. Sedangkan nafsu makan biasanya menurun jika terjadi penyakit infeksi dan dapat
menyebabkan anak yang gizinya baik akan menderita gangguan gizi.
Status gizi sedang pada anak juga
dimungkinkan karena pendapatan
orangtua. Pada keluarga dengan
pendapatan rendah proporsi belanja
pangan lebih besar dibandingkan
dengan pendapatan tinggi. Asupan gizi
sehari-hari dipengaruhi oleh
ketersedian bahan pangan dalam
keluarga yang cukup. Ketersediaan bahan makanan dalam rumah tangga tergantung dari kemampuan untuk membeli ketersediaan bahan makanan di pasaran dan produksi (Tabor, 2000). Menurut Ikpor (2008), gizi bisa diperoleh dari makanan yang sehat dan
seimbang, misalnya susu yang
mengandung DHA, AA, Protein,
kalsium dan zat besi. Salah satu indikator dari status gizi adalah keanekaragaman penting bagi anak sekolah karena energi diperlukan anak untuk menahan rasa lapar saat berada di sekolah, anak membutuhkan untuk aktifitas di sekolah seperti belajar, berolahraga, bermain, waktu istirahat dan sebagainya (Mochji, 2011).
Perolehan hasil penelitian prestasi belajar anak SD kelas V menunjukkan bahwa sebagian besar prestasi belajar
anak adalah baik sebanyak 20
responden (66,7%). Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang setelah
melaksanakan usaha-usaha belajar.
Menurut sudjana dalam Rivai (2001), prestasi hasil belajar adalah proses
penentuan tingkat kecakapan
penguasaan belajar seseorang dengan cara membandingkan dengan nilai yang dicapai.
Prestasi belajar pada seorang anak dipengaruhi oleh kondisi kesehatan
fisik, tingkat kecerdasan dasar
seseorang, kemauan, bakat, daya ingat serta lingkungan. Sehingga dengan adanya kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar (FIT), tingginya tingkat kecerdasan dasar, adanya kemauan dan kepemilikan bakat, daya ingat yang baik dan lingkungan yang mendukung sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang Tu’u (2004).
Prestasi belajar yang baik juga ditunjang oleh adanya status gizi yang baik pada setiap anak. Hasil penelitian ini diperoleh responden dengan status gizi baik memiliki prestasi belajar baik sekali sebanyak 3 responden (10%) sedangkan responden dengan status gizi kurang tidak ada satupun yang
memiliki prestasi belajar baik sekali. Didukung dengan hasil analisis bivariat status gizi dengan prestasi belajar pada anak SD kelas V di SDN 1
Kadilanggon Wedi Klaten
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan nilai p = 0,037 berarti p < α (0,05). Jadi dalam hal ini hipotesis kerja diterima, yang berarti bahwa semakin baik status gizi maka semakin baik prestasi belajar seorang anak.
Hasil ini didukung oleh penelitian
Wilma Huwae (2005), dimana dalam
penelitiannya diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara status gizi dan prestasi belajar pada murid SD yang tinggal di daerah Endemis Malaria Kabupaten Nabire dengan P = 0,029.
Penelitian pendukung lain yaitu
Budiarti (2007), dengan hasil
penelitian bahwa ada hubungan status GAKY dengan prestasi belajar pada anak sekolah dasar yang tinggal di
daerah endemik. Hasil ini
menunjukkan bahwa status gizi
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi prestasi belajar pada seorang anak.
Menurut Ikpor (2008), asupan gizi
seimbang dan cukup sangat
mempengarui kecerdasan seseorang dalam masa balita. Dignity (2007), juga menjelaskan bahwa seorang anak
yang gizinya baik pada masa
pertumbuhan 0-5 tahun pada
khususnya akan lebih cerdas
dibandingkan dengan orrang lain. Kelompok usia sekolah termasuk golongan penduduk berada pada massa pertumbuhan yang cepat dan aktif.
Dalam kondisi anak harus
mendapatkan masukan gizi dalam kuantitas dan kualitas yang cukup. Status gizi anak sebagai cerminan kecukupan gizi, merupakan salah satu tolok ukur yang penting untuk menilai
keadaan pertumbuhan dan status
kesehatannnya. Usia antara 6 sampai 12 tahun adalah usia anak yang duduk dibangku SD. Pada masa ini anak mulai masuk ke dalam dunia baru,
anak mulai banyak berhubungan
dengan orang-orang di luar
keluarganya dan berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru dalam kehidupannya (Mochji, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian dan didukung oleh penelitian lain serta
teori yang ada, maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak
SD kelas V di SDN 1 Kadilanggon Wedi Klaten. Keeratan hubungan penelitian ini adalah sedang yang
ditandai dengan hasil analisis Kendall
Tau sebesar 0,367. Hal ini
dimungkinkan adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
yaitu lingkungan, konsentrasi,
keturunan serta orangtua. Pemberian kasih sayang dan perhatian orangtua
sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anaknya, orang pintar selalu menghasilkan keturunan yang
pintar-pintar, tergantung dari
perubahan dan komposisi genetika dalam kandungan ibu dan janin (Ikpor, 2008). Konsentrasi terhadap bahan yang dipelajari dapat menjamin hasil belajar yang baik. Lingkungan yang
baik juga sangat menentukan
pertumbuhan dan perkembangan anak yang mempengaruhi prestasi belajar anak tersebut (Soetjiningsih, 2012).
PENUTUP A. Simpulan
Penelitian dengan judul
“Hubungan status gizi dengan prestasi belajar pada anak SD kelas V di SDN 1 Kadilanggon Wedi Klaten” dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Status gizi pada anak SD kelas V di SDN 1 Kadilanggon Wedi Klaten adalah baik sebanyak 17 responden (56,7%).
2. Prestasi belajar anak SD kelas
V di SDN 1 Kadilanggon Wedi Klaten adalah baik sebanyak 20 responden (66,7%).
3. Ada hubungan status gizi
dengan prestasi belajar anak SD kelas V di SDN 1 Kadilanggon Wedi Klaten yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,037 (p < 0,05).
B. Saran
1. Bagi SD N 01 Kadilanggon
Wedi Klaten
Pihak Sekolah Dasar agar memberikan materi pendidikan tentang gizi kepada
siswa sehingga siswa lebih
memperhatikan gizinya misalnya
dengan membiasakan diri untuk
sarapan pagi.
2. Bagi orangtua
Lebih memperhatikan status gizi anak
dan pendidikan anak dengan
meningkatkan status gizi anaknya dengan cara memberi makanan yang bergizi seperti buah, sayur, lauk, susu serta tambahan multivitamin khusus anak.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya agar
mengembangkan penelitian dengan meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa sekolah dasar sehingga diperoleh hasil yang bervariatif.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, M.P.2004. Masalah dan
Kesulitan Belajar, Ujung pandang IKIP
Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utara, Jakarta
______ . 2012. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi PT Gramedia Pustaka Utara, Jakarta
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta
______. 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI Rineka Cipta Jakarta
Azwar, S. 2003. Tes Prestasi Belajar,
Pustaka Belajar, Jakarta
______ . 2004. Tes Prestasi Belajar,
Pustaka Belajar, Jakarta
Budiarti. 2007. Hubungan Antara
Status Gaky Dan Status Anemia dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar yang Tinggal Di
Daerah Endemik Gaky,
Yogyakarta, Skripsi, Fk-UGM, Yogyakarta
Depkes RI. 2012. Pedoman Umum
Gizi Seimbang. Direktorat Jendral
Bina Kesehatan Masyarakat,
Jakarta
______ . 2012. Kecenderungan
Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang. Jakarta
Hidayat, A.A.A. 2007. Metode
Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Selemba Medika Jakarta
Hidayat A.A.A. 2009. Metode
Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Selemba Medika Jakarta
Huawe. Wilma. 2005. Hubungan
Status Gizi dan Kadar Hb dengan Prestasi Belajar Murid SD di
Daerah Endemis Malaria
Kabupaten Nabire FK-UGM
Yogyakarta
Moehdji, S. 2011. Ilmu Gizi. Papan
Sinai, Jakarta
Notoatmodjo , S.2002. Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta
______ , S.2003. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan Rineka Cipta, Jakarta
Petrus. 2003, Status Gizi. Papan Sinai.
Jakarta
Royston, DKK. 2007. Penilaian Status
Gizi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
Saryono, 2008. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Mitra Cendekia.
Yogyakarta
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang
Anak. EGC
Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan
dan Gizi. Bumi Aksara
Suryabrata. 2004. Psikologi
Pendidikan. Penerbit Raja.
Grafindo Persada. Jakarta.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan
Aplikasinya. Jakarta Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Triyani. 2005. Hubungan Antara
Kebiasaan Makan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak SD Kelas V di Sekolah Dasar Negri Citarum 01 – 02 – 03 – 04 Semarang Tahun 2005. Semarang, Skripsi, Semarang.
Tu’u Tulus, 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.