BAB 4
ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN
LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN
PURWAKARTA
4.1 ANALISIS SOSIAL
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya
kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca
pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur
permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan
isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarus utamaan
gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak
sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian
kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau
pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya
tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitarnya.
Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek
sosial adalah sebagai berikut:
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan
dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang
kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di
wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan
tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin
kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014:
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program
pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan
kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan
percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan
partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan
4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil,
serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan
gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional
yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta
kewenangan masing-masing.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:
1. Pemerintah Pusat:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis
nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategis
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program
lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.
d) Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan
program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang
Cipta Karya.
2. Pemerintah Provinsi:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional
ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat
regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program
lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.
d) Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan
program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk
bidang Cipta Karya.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
b) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program
lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
c) Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan
program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender,
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
4.1.1 Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan
bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta
Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan,
(PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan
Masyarakat bidang Cipta Karya.
4.1.2 Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besarankegiatan, dan
durasi berdampak terhadap masyarakat. Untukmeminimalisir terjadinya konflik dengan
masyarakat penerima dampakmaka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti
konsultasi,pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah danbangunan, serta
permukiman kembali.
1. Konsultasi masyarakatKonsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan
informasikepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkinterkena
dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya diwilayahnya. Hal ini sangat penting
untuk menampung aspirasimereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk
bahanpertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakatperlu dilakukan
pada saat persiapan program bidang Cipta Karya,persiapan AMDAL dan pembebasan
lahan.
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan Kegiatan
pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan
terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang
bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari
satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil
harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar
kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
3. Permukiman kembali penduduk (resettlement) Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali
penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat
dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat
proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta
bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang
baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk
yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnyamemberi manfaat bagi
masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan
secara sederhana dapatterukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan
infrastruktur,waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biayayang
harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
A. Sektor Pengembangan Permukiman
Dalam membangun sistim permukiman, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Permukiman yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Drainase.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.
B. Sektor Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL)
Dalam membangun sistim Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL), dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak-dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL) yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Drainase.
Tabel 4.1 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor PBL dan Permukiman Komponen Yang
Diperkirakan Terkena Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
TAHAP KONSTRUKSI Dampak Terhadap
komponen Fisik Kimia
Debu Mobilisasi kendaraan,
pembuatan jalan masuk, pembuka lahan, penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.
Penurunan kualitas udara terutama debu
Terbatas pada lokasi kegiatan
pembangunan saraana dan prasarana permukiman.
Air Sungai Kegiatan pembukaan
lahan, pembuatan jalan masuk, pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musi hujan.
Penurunan kualitas air sungai
Penurunan kualitas air sungai terutama parameter zat pada terlarut.
Kerusakan jalan kebun atau persawahan
Mobilisasi kendaraan pengangkut peralatan berat dan material
Terjadinya kerusakan jalan kebun atau persawahan
Kondisi jalan bergelombang dan berlubang
Dampak Terhadap Komponen Sosekbud
Kesempatan kerja Kegiatan konstruksi sarana dan prasarana permukiman
Terserapnya kesempatan kerja penduduk disekitar lokasi kegiatan pembanguinan sarana dan prasarana
permukiman sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.
Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap
II. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak Terhadap
Komponen Fisik Kimia
Kualitas Udara dan Debu
Mobilisasi kendaraan untuk menunjang kegiatan operasional sarana dan prasarana permukiman
Penurunan kualitas udara dan debu
Timbulnya
penurunan kualitas udara terutama Nox, CO2, O3, NH3, H2S, Pb, Hc dan debu Kualitas air sungai
dan air tanah
Kegiatan dan operasional sarana dan prasarana permukiman
Penurunan kualitas air sungai dan air tanah
Diperkirakan Terkena Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Kebisingan Mobilisasi kendaraan
pengangkut samoah dan kendaraan berat di lokasi TPA
Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi kenyamanan
Peningkatan intensitas kebisingan dengan satuan dBA
Dampak terhadap komponen sesekbud
Kesempatan Kerja Kegiatan operasional sarana dan prasarana permukiman
Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi sarana dan prasarana
permukiman sesuai kebutuhan dan keahlian
Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan
Kesempatan berusaha
Kegiatan operasional sarana dan prasarana permukiman
Kesempatan berusaha
Penduduk usia produktif yang tidak bekerja
Estetika Pengoprasian sarana
dan prasarana permukiman
Proses operasional sarana dan prasarana permukiman
Penurunan estetika akibat kegiatan dan beroperasinya sarana dan prasarana permukiman
Kamtibmas Kegiatan
pengoperasian sarana dan prasarana permukiman
Gangguan
keamanan di lokasi dan sekitar lokasi kegiatan sarana dan prasarana
permukiman
Terjadinya gangguan keamanan seperti pencurian peralatan
Kesehatan pekerja & masyarakat
Kegiatan Operasional sarana dan prasarana permukiman
Penurunan kesehatan masyarakat akibat operasional sarana dan prasarana permukiman
Timbulnya penyakit berupa penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi pada usus
C. Sektor Air Limbah
Dalam membangun sistim penyediaan Air Limbah, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan Air Limbah yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Air Limbah.
Tabel 4.2 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi pada Sektor Air Limbah Komponen Yang
Diperkirakan Terkena Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
I. TAHAP KONSTRUKSI Dampak Terhadap
komponen Fisik Kimia
Debu Mobilisasi kendaraan,
pembuatan jalan masuk, pembuka lahan, penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.
Penurunan kualitas udara terutama debu
Terbatas pada lokasi kegiatan pembangunan sistim penyediaan air limbah
Air Sungai Kegiatan pembukaan
lahan, pembuatan jalan masuk, pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musim hujan.
Penurunan kualitas air sungai
Penurunan kualitas air sungai terutama parameter zat pada terlarut
Kerusakan jalan kebun atau persawahan
Mobilisasi kendaraan pengangkut peralatan berat dan material
Terjadinya kerusakan jalan kebun atau persawahan
Kondisi jalan bergelombang dan berlubang
Dampak Terhadap Komponen Sosekbud
Kesempatan kerja Kegiatan konstruksi sistim penyediaan air limbah
Terserapnya kesempatan kerja penduduk yang berada disekitar lokasi kegiatan sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.
Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap
II. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak Terhadap
Komponen Fisik Kimia
Kualitas Udara dan Debu
Mobilisasi kendaraan dan operasional pompa air limbah
Penurunan kualitas udara dan debu
Timbulnya
penurunan kualitas udara terutama Nox, CO2, O3, NH3, H2S, Pb, Hc dan debu Kualitas air sungai
dan air tanah
Kegiatan proses pembuangan air limbah hasil pengolahan
Penurunan kualitas air sungai dan air tanah
Tercemarnya air sungai dan air tanah
Kebisingan Mobilisasi kendaraan
pengangkut tinja
Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi kenyamanan
Peningkatan intensitas
kebisingan dengan satuan dBA Dampak terhadap
Diperkirakan Terkena Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Kesempatan Kerja Kegiatan operasional sistim pengolahan air limbah
Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi IPAL sesuai kebutuhan dan keahlian
Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan
Kesempatan berusaha
Kegiatan operasional IPAL
Kesempatan berusaha antara lain sebagai tukang cuci kendaraan pengangkut tinja
Penduduk usia produktif yang tidak bekerja
Estetika Pengoprasian IPAL Proses pengolahan
IPAL yang terlihat dari luar
Penurunan estetika berupa ceceran lumpur tinja
Kamtibmas Kegiatan
pengoperasian IPAL
Gangguan
keamanan di lokasi
Terjadinya gangguan keamanan seperti pencurian peralatan Kesehatan pekerja
& masyarakat
Kegiatan Operasional IPAL
Penurunan kesehatan pekerja (masyarakat)
Timbulnya bau
D. Sektor Persampahan
Dalam membangun sistim Persampahan, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan Persampahan yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Persampahan.
Tabel 4.3 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor Persampahan Komponen Yang
Diperkirakan Terkena Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
I. TAHAP KONSTRUKSI Dampak
Terhadap komponen Fisik Kimia
Debu Mobilisasi
kendaraan, pembuatan jalan masuk, pembuka lahan, penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.
Penurunan kualitas udara terutama debu
Terbatas pada lokasi kegiatan TPA.
Air Sungai Kegiatan
pembukaan lahan, pembuatan jalan masuk, pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musi hujan.
Penurunan kualitas air sungai
Penurunan kualitas air sungai terutama parameter zat pada terlarut, BOD dan COD
Kerusakan jalan kebun
Mobilisasi kendaraan pengangkut peralatan berat dan material
Terjadinya kerusakan jalan kebun atau persawahan
Kondisi jalan bergelombang dan berlubang
Kegiatan konstruksi TPA
Terserapnya kesempatan kerja penduduk disekitar lokasi kegiatan sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.
Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap
II. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak
Terhadap Komponen Fisik Kimia
Kualitas Udara dan Debu
Mobilisasi kendaraan dan proses penguraian material sampah
Penurunan kualitas udara dan debu
Diperkirakan Terkena Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Kualitas air sungai
Kegiatan proses pembusukan sampah organic unsur lain yang larut dalam sampah
Penurunan kualitas air sungai
Munculnya air lindi (leachate) dengan volume tergantung proses permbusukan maupun air hujan yang meresap kedalam sampah
Kualitas air tanah Kegiatan proses pembusukan sampah terutema sampah organic dan unsur lain yang larut dalam air
Penurunan kualitas air tanah terutama air sumur penduduk
Munculnya air lindi (leachate) dengan volume tergantung proses permbusukan maupun air hujan yang meresap kedalam sampah
Kebisingan Mobilisasi
kendaraan
pengangkut samoah dan kendaraan berat di lokasi TPA
Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi kenyamanan
Peningkatan intensitas kebisingan dengan satuan dBA
Dampak operasional TPA
Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi TPA sesuai kebutuhan dan keahlian
Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan
Kesempatan berusaha
Kegiatan operasional TPA
Kesempatan berusaha antara lain sebagai pemulung sampah yang masih bias
dimanfaatkan/dijual
Penduduk usia produktif yang tidak bekerja
Estetika Pengoprasian
penimbunan sampah di TPA
Proses penimbuhan sampah yang terlihat dari luar
Penurunan estetika berupa (tumpukan) sampah di lokasi TPA yang terlihat dari luar
Kamtibmas Kegiatan
pengoperasian TPA
Gangguan
keamanan di lokasi dan sekitar lokasi
Terjadinya gangguan keamanan seperti pencurian peralatan
Kesehatan pekerja & masyarakat
Kegiatan Operasional TPA
Penurunan kesehatan pekerja &pemulung (masyarakat pangguna)
E. Sektor Drainase
Dalam membangun sistem Drainase, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Drainase yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Drainase.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.
Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya terhadap sektor drainase ditunjukkan dalam bentuk matriks berikut ini :
Tabel 4.4 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor Drainase
Komponen Yang Diperkirakan
Terkena Dampak
Sumber
Dampak Jenis Dampak
Besaran
Dampak Keterangan
I. TAHAP KONSTRUKSI
Dampak Terhadap komponen Fisik Kimia
Debu Mobilisasi
kendaraan, pembuatan jalan masuk,
pembukaan lahan untuk kolam retensi, penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.
Penurunan kualitas udara terutama debu
Terbatas pada lokasi
kegiatan.
Air Sungai Kegiatan
pembukaan lahan untuk kolam retensi, pembuatan jalan masuk,
pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan
tumpukan tanah/bahan yang tidak
Penurunan kualitas air sungai
Komponen Yang Diperkirakan
Terkena Dampak
Sumber
Dampak Jenis Dampak
Besaran
Dampak Keterangan
segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musim hujan.
Kerusakan jalan kebun atau persawahan
Mobilisasi kendaraan pengangkut peralatan berat dan material
Terjadinya kerusakan jalan kebun atau persawahan
Kondisi jalan bergelombang
Kesempatan kerja Kegiatan konstruksi drainase
Terserapnya kesempatan kerja penduduk disekitar lokasi kegiatan sesuai dengan
keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang
menganggur.
Tenaga kerja tahap
konstruksi yang dapat diserap
II. TAHAP PASCA KONSTRUKSI
Dampak Terhadap Komponen Fisik Kimia
Kualitas Udara dan Debu Kualitas air sungai
Kegiatan mandi cuci dan buang tinja
Penurunan kualitas air sungai
Munculnya air limbah
domestic atau non domestic terhadap saluran drainase Kebisingan
Dampak terhadap komponen
Komponen Yang Diperkirakan
Terkena Dampak
Sumber
Dampak Jenis Dampak
Besaran
Dampak Keterangan
drainase kesempatan
kerja bagi penduduk disekitar lokasi sesuai
kebutuhan dan keahlian
lepas sesuai kebutuhan
Kesempatan berusaha
Kegiatan operasional drainase
Kesempatan berusaha antara lain sebagai peternakan ikan
Penduduk usia produktif yang tidak bekerja
F. Sektor Air Bersih
Dalam membangun sistim penyediaan air minum, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan air minum yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan air minum.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.
Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya terhadap system penyediaan air minum ditunjukkan dalam bentuk matriks berikut ini :
Tabel 4.5 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor Air Minum Komponen Yang
Diperkirakan Terkena Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
I. TAHAP KONSTRUKSI Dampak Terhadap
komponen Fisik Kimia
Debu Mobilisasi
kendaraan, pembuatan jalan masuk, pembuka lahan, penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.
Penurunan kualitas udara terutama debu
Terbatas pada lokasi kegiatan dapa lokasi pekerjaan
Diperkirakan Terkena Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Air Sungai / Mata air Kegiatan
pembukaan lahan, pembuatan jalan masuk, pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai / disekitar lokasi mata air terutama musim hujan.
Penurunan kualitas air sungai dan mata air
Penurunan kualitas air sungai dan mata air terutama parameter
kekeruhan/organic.
Kerusakan jalan kebun
Mobilisasi kendaraan pengangkut peralatan berat dan material
Terjadinya kerusakan jalan kebun
Kondisi jalan bergelombang dan berlubang
Dampak Terhadap Komponen Sosekbud
Kesempatan kerja Kegiatan konstruksi Bangunan
penangkap intake/bronkaptering , bangunan produksi, bangunan reservoir dan galian pipa
Terserapnya kesempatan kerja penduduk desa sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.
Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap
II. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak Terhadap
Komponen Fisik Kimia
Kualitas Udara dan Debu
Operasional pompa airbaku dan pompa distribusi
Penurunan kualitas udara dan debu
Timbulnya
penurunan kualitas udara dan debu Kuantitas air sungai/
mata air dan air tanah
Kegiatan pengambilan air sungai/mata air dan air tanah
Penurunan kuantitas air sungai /mata air dan air tanah
Penurunan kuantitas sumber air (air sungai/mata air dan air tanah)
Kebisingan Mobilisasi
kendaraan
pengangkut samoah dan kendaraan berat di lokasi TPA
Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi kenyamanan
Peningkatan intensitas
kebisingan dengan satuan dBA
Dampak terhadap komponen sesekbud
Kesempatan Kerja Kegiatan
operasional Sistim Penyediaan Air Minum
Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk yang berada disekitar lokasi pekerjaan sesuai kebutuhan dan keahlian
Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan
Kesempatan berusaha
Kegiatan
operasional Sistim Penyediaan Air
Kesempatan berusaha antara lain sebagai tenaga
Komponen Yang Diperkirakan Terkena
Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Minum harian atau tenaga
kontrak
Estetika Pengoperasian
Sistim Penyediaan Air Minum
Proses pembuangan lumpur hasil
endapan dari proses pengolahan air minum dan pengurasan.
Penurunan kualitas air akibat lumpur
Kamtibmas Kegiatan
pengoperasian Sistim Penyediaan Air Minum
Gangguan
keamanan di lokasi dan sekitar lokasi
Terjadinya gangguan keamanan seperti pencurian peralatan Kesehatan pekerja &
masyarakat
Kegiatan
Operasional Sistim Penyediaan Air Minum
Penurunan kesehatan pekerja terutama operator pompa.
Timbulnya penyakit berupa infeksi saluran pernafasan
III. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak terhadap
komponen fisik kimia Kualitas udara dan debu
Kegiatan
operasional pompa menimbulkan gas polutan terutama yang menggunakan BBM
Penurunan kualitas udara
Timbulnya SO2, CO, NH3, H2s, Pb, Debu
Kuantitas air sungai/mata air dan air tanah
Kegiatan pengambilan air sungai/mata air dan air tanah
Penurunan kuantitas air sungai/mata air dan air tanah
No. KRP/Sektor ANALISIS ALTERNATIF REKOMENDASI INSTANSI PELAKSANA
1. Masterplan Kawasan
Pertambangan
Aktivitas pertambangan
akan mengakibatkan
perubahan fisik lingkungan. Berkembangnya tata guna lahan di sekitarnya.
Rencana dan pelaksanaan desain dan rehabilitasi disesuaikan dengan proses
penambangan yang
berlangsung dgn
memperhatikan
keberlanjutan ekosistem sehingga akan dihasilkan rupabumi yang stabil dan aman.
Desain dan Rehabilitasi tambang yang buruk akan mewariskan permasalahan
kepada pemerintah,
masyarakat dan industri, dan pada akhirnya akan
menurunkan reputasi
industri pertambangan
pada tingkat nasional
maupun internasional
1. Penentuan lokasinya
Kegiatan penambangan termasuk sarana dan prasarana tambang tidak boleh dekat atau minimal 100 m dari Sungai.
Kegiatan pertambangan tidak boleh di kawasan lindung hutan kecuali untuk tambang bawah tanah
Tidak tumpang tindih dengan kegiatan lain seperti perkebunan, hutan produksi dll.
Melakukan pengawasan pencemaran di DAS
secara bersama antara Kab. Purwakarta,
Karawang, Subang dan Bandung Barat di bawah koordinasi Prov. Jawa Barat dan Pemerintah Pusat
Tingkat sedimentasi di DAS Ciherang tinggi akibat pengendapan sedimen yang belum diketahui sumber sedimennya untuk penanganan lebih lanjut maka diperlukan penelitian sumber-sumber atau jenis sedimen, sehingga dapat dibuat kebijakan yang tepat sasaran dalam pengelolaan DAS Ciherang.
Peningkatan pengawasan pengelolaan sungai dengan meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia dalam hal pengelolaan sungai,
kemampuan keuangan dan kewenangannya.
- Dinas Energi dan
Sumber Daya
Mineral
- Dinas Cipta Karya
Dan Tata Ruang
- Bappeda
2 Pemantauan dan
pengendalian kawasan usaha pertambangan
Pengembangan kawasan
pertambangan harus
dilakukan dengan menjaga
kualitas lingkungan
sehingga kemantapan
a. Memberikan ijin hanya pada daerah yang sudah diperuntukan bagi Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) sesuai Perda RTRW.
b.Melakukan pengawasan pelaksanaan good mining practise mulai dari kegiatan eksplorasi, perencanaan,
- Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
- Dinas Pertanian,
Kehutanan dan
No. KRP/Sektor ANALISIS ALTERNATIF REKOMENDASI INSTANSI PELAKSANA
sektor pertambangan yang sudah tercapai di Kab. Purwakarta dapat terjaga terus
operasi- produksi, revegetasi dan pasca tambang di kawasan pertambangan untuk mencegah terjadinya erosi dan longsor.
c. Meningkatkan kemampuan pengawasan program
dalam hal sumber daya manusia (pengetahuan dasar teknik tambang dan perundang-undangan),
kemampuan keuangan dan kewenangannya. 3 Peningkatan produksi dengan
tetap mempertahankan
kelestarian lingkungan
Pengembangan kawasan
pertambangan harus
dilakukan dengan menjaga
kualitas ling-kungan
sehingga kemantapan
sektor pertambangan yang sudah tercapai di Kab. Purwakarta dapat terjaga terus
a. Pengendalian tingkat produksi harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan energi/ bahan tambang nasional dan rencana penadapatan negara dari energi dan bahan tambang.
b.Rancangan tambang harus diikuti dengan Studi AMDAL dan mendapatkan Ijin Lingkungan sebelum dilaksanakan.
c. Pengawasan pelaksanaan RKL RPL AMDAL harus dilakukan sesuai rencana, jadwal dan peraturan perundangan undangan termasuk harus ada tindakan koreksi bila diperlukan.
4 Reboisasi tanaman a. Reklamasi di lahan bekas tambang dilakukan sesuai
dengan good mining practice dan studi AMDAL, RKL dan RPL .
b.Reboisasi harus dilaksanakan seiring dengan kegiatan penambangan atau tidak dilakukan diakhir kegiatan tambang.
c. Pengawasan pelaksanaan kegiatan reboisasi harus dilaksanakan sesuai rencana, jadwal dan peraturan perundangan undangan termasuk harus ada tindakan koreksi bila diperlukan.
5 Reklamasi lokasi habis
ditam-bang untuk digunakan
No. KRP/Sektor ANALISIS ALTERNATIF REKOMENDASI INSTANSI PELAKSANA
komoditi lain b.Rancangan pasca tambang harus telah dibuat pada
akhir tahap eksplorasi bersamaan dengan rancangan tambang dan harus merupakan prasyarat wajib untuk mendapatkan Ijin Usaha Pertambangan Operasi-Produksi (IUP-OP).
c. Pengawasan pelaksanaan kegiatan reklamasi pasca tambang untuk komoditi lain harus dilaksanakan sesuai rencana, jadwal dan peraturan perundangan undangan termasuk harus ada tindakan koreksi bila diperlukan.
6 Kawasan peruntukkan industri :
- Dinas Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil, Menengah,
Perindustrian dan Perdagangan
- Kantor Pertanahan
- Bappeda
Pemindahan sebagian industri ke dalam kawasan industri
Kawasan industri
merupakan suatu areal
yang secara fisik
didominasi oleh kegiatan industri dan mempunyai
batasan khusus.
Pengembangan industri di
Kabupaten Purwakarta
dialokasikan ke wilayah yang kurang produktif tetapi memiliki posisi strategis
(aksesibilitas baik).
Kawasan peruntukan
industri di Kabupaten
Purwakarta adalah kawasan peruntukkan industri
mene-ngah dan kawasan
peruntukkan industri mikro
a. Pengembangan Industri baru harus di dalam kawasan industri (PP 24 tahun 2009), kecuali industri tertentu
b. Kawasan industri ini dirancang harus bisa melakukan daur ulang berbagai limbah yang dihasilkan.
c. Kawasan industri karena kurangnya potensi air tanah harus bisa memanen air hujan dan membuat tampungan-tampungan air hujan dan pemanfaatan air sungai Citarum dibuat air baku, disamping mengendalikan meningkatnya run off akibat perubahan penggunaan lahan.
Membuka peluang sebesar-besarnya bagi industri yang ramah lingkungan
Meningkatkan kemampuan pengawasan program hal sumber daya manusia (dalam hal memilah industri
yang ramah lingkungan), keuangan dan
No. KRP/Sektor ANALISIS ALTERNATIF REKOMENDASI INSTANSI PELAKSANA
dan kecil.
7. Pengamanan jaringan
sumberdaya air wilayah sungai lintas kabupaten/kota
Perlindungan terhadap
sumber daya air dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Peningkatan pengawasan konservasi sungai dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (dalam hal konservasi sungai) , keuangan dan kewenangannya.
- Dinas Cipta Karya Dan Tata Ruang
- PDAM Tirta Wening
- Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 8. Konservasi dan pendayagunaan
sumberdaya air
a. Inventarisasi industry yang melakukan pembuangan limbah cair ke sungai dan anaka-anak sungainya. b. Meningkatkan upaya self monitoring industry
pembuang limbah
c. Melakukan pemantauan independen dititik titik pemantauan tertentu
d. Memberikan punishment terhadap industry yang melakukan pelanggaran ambang baku mutu limbah cair yang dibuang ke badan air.
e. Peningkatan pengawasan pengelolaan sungai
dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (dalam hal konservasi sungai dan
pendayagunaan sda), keuangan dan
kewenangannya
- Dinas Cipta Karya
Dan Tata Ruang
- PDAM Tirta Wening
- Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
9. Optimalisasi Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Cikolotok dengan sistem sanitary landfill di Desa Margasari Kecamatan Pasawahan
Penurunan kualitas lingku-ngan bisa diakibatkan dari pembangunan TPA, oleh karena itu pembangunan TPA harus sesuai dengan keten-tuan UU No. 18 Tahun 2008.
- TPA diletakan jauh dari daerah yang merupakan daerah dengan potensi air tanah.
- Khusus yang ada di dalam areal CAT maka perlu
dilakukan lining yang sesuai dengan ketentuan sehingga ada jaminan tidak terjadi perembesan air lindi ke dalam tanah.
- Menyediakan anggaran rutin yang cukup memadai sehingga mampu mengoperasikan TPA dengan benar sesuai dengan ketentuan dan prosentase
No. KRP/Sektor ANALISIS ALTERNATIF REKOMENDASI INSTANSI PELAKSANA
orang yang terlayani cukup besar
- Untuk penutupan harian perlu tanah urug di lokasi
land fill. Oleh karena itu penetapan lokasi TPA memperhatikan ketersediaan tanah urug di sekitar lokasi
4.2 ANALISIS EKONOMI
Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu
melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu
ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda
Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.
Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan
keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa
diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2,
buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya
dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,-
seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang
modal lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah
4.3 Aspek Lingkungan
Kajian lingkungan diperlukan dalam pembangunan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan hidup yang memiliki batas tertentu untuk menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lain dengan tetap mempertahankan jumlah dan kualitas sumber dayanya di Kabupaten Purwakarta yaitu:
Mengetahui kapasitas daya dukung dan daya tampung di Kabupaten Purwakarta.
Memperkirakan dampak dan resiko lingkungan hidup di Kabupaten Purwakarta dengan mengetahui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di Kabupaten Purwakarta saat ini
Memastikan bahwa aneka kebijakan dan rencana yang dikenakan pada Kabupaten Purwakarta tidak menimbulkan resiko lingkungan, kondisi lingkungan tidak mengancam hasil pembangunan.
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
4.3.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
Tabel 4.10. Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya
No Kriteria Penapisan
Penilaian Uraian Pertimbangan*
Kesimpulan (Signifikan/
Tidak)
(1) (2) (3) (4)
1 Perubahan iklim
Kurangnya pemahaman bahwa sumber daya alam merupakan sumber daya yang tidak terbarukan dan kondisi lingkungan hidup harus diperlakukan secara bijaksana terkait dengan
perubahan iklim dan pemanasan global
Signifikan
2
Kerusakan,
kemerosotan, dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati
Signifikan
3
Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
Wilayah Kabupaten Purwakarta terdiri dari pegunungan, perairan, dataran tinggi dan dataran rendah. Letak Kabupaten Purwakarta yang di kelilingi oleh beberapa gunung menyebabkan rawan terjadinya bencana terutama didaerah kawasan rawan gerakan tanah dan banjir.
Tidak
4
Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
Kebutuhan akan bahan dasar sandang dan pangan akan terus meningkat, berbanding lurus dengan perkembangan
jumlah penduduk. Ekploitasi
sumberdaya alam akan terus menerus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin tinggi.
Ekploitasi ini diantaranya meliputi bahan tambang, lahan produktif dan galian c. Hal ini tentu akan berdampak negative terhadap kelestarian alam jika tidak dikelola dengan baik.
5
Peningkatan alih fungsi kawasan hutan
dan/atau lahan
Pembangunan daerah memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, dan tentu saja menyebabkan pertumbuhan penduduk dan lahan permukiman cukup tinggi. Banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi permukiman dan perindustrian menyebabkan hilangnya lahan produktif pangan dan kawasan resapan air. Hal ini tentu saja dapat mengganggu stabilitas daya dukung lingkungan terutama menyangkut resapan air dan pasokan pangan di masa yang akan datang
Signifikan
6
Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat
Tidak
7
Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
Penurunan kualitas air dan udara
disebabkan dampak dari pembangunan di Kabupaten Purwakarta, perubahan kualitas air disebabkan oleh kegiatan domestic dan non-domestik. Kegiatan domestic diantaranya dari aktivitas rumah tangga dan restoran sedangkan kegiatan non-domestik akibat aktivitas kegiatan industi, pertokoan dan usaha. Selain itu penurunan kualitas air juga timbul akibat sektor industri dan perikanan terutama oleh Kolam Jaring Apung di Waduk Jatiluhur. Sedangkan penurunan kualitas udara di Wilayah Purwakarta sebagian besar timbul akibat dari semakin maraknya pembangkit listrik batu bara (boiler) oleh industri dan semakin meningkatnya populasi
kendaraan di Kabupaten Purwakarta.
Signifikan
*) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup
Tabel 4.11. Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam Penyusunan KLHS
Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan/Stakeholder Instansi/Lembaga
Pembuat Keputusan a.Gubernur Provinsi Jawa Barat
b.Bupati Kabupaten Purwakarta
Penyusun Kebijakan, Rencana dan/atau Program
a.Bappeda Provinsi Jawa Barat b.Bappeda Kabupaten Purwakarta c.DPR/DPRD
Dinas/Instansi Pusat:
a. Kementerian Pekerjaan Umum, b. Kementerian Perhubungan, c. Kementerian Dalam Negeri, d. Kementerian Energi, Sumber Daya
Mineral,
e. Kementerian Pertanian,
f. Kementerian Negara Lingkungan Hidup,
Daerah:
a.Dinas PU Kabupaten Purwakarta b.BLH Kabupaten Purwakarta
c.Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Purwakarta
d.Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Purwakarta
e.Dinas Perhubungan Kabupaten Purwakarta f. Dinas Pertanian & Perkebunan Kabupaten Masyarakat yang memiliki informasi
dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/ kelompok)
a.LSM Lingkungan
Masyarakat yang terkena dampak Yang bergerak dalam usaha peternakan, jasa pariwisata, buruh industri, dll.
Sumber: DokumenKLHS Kabupaten Purwakarta 2013
Tabel 4.12 Bobot dan Ranking Nilai Strategis Permasalahan Lingkungan Hidup Menurut Para Pemangku Kepentingan
No Permasalahan Lingkungan Hidup Bobot Penilaian
Stakeholders Ranking
1 Pertumbuhan penduduk relatif
tinggi
3,89 7
2 Distribusi penduduk tidak merata 3,63 9
3 Jumlah penduduk miskin yang
besar
3,37 10
4 Pencemaran Air dan Udara 4,00 4
5 Keterbatasan ketersediaan air
tanah
4,10 5
6 Keberadaan lahan non produktif 3,80 8
7 Alih fungsi lahan pertanian 4,78 1
8 Kemacetan lalu lintas 4,50 3
9 Kerusakan lahan 4,15 6
10 Rawan Bencana 4,70 2
Sumber : Hasil Analisis (Lap.KLHS Metode Cepat RTRW Kab.Purwakarta, 2011) Ket : Bobot Permasalahan LH 1= Sangat Rendah; 2=Rendah; 3=Tinggi; 4 = Sangat Tinggi
4.3.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH
tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).
Sektor Pengembangan Permukiman
Dalam membangun sistim permukiman, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Permukiman yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Drainase.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.
Sektor Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL)
Dalam membangun sistim Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL), dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak-dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL) yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Drainase.
Tabel 4.14 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor PBL dan Permukiman
Komponen Yang Diperkirakan Terkena
Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
TAHAP KONSTRUKSI Dampak Terhadap
komponen Fisik Kimia
Debu Mobilisasi kendaraan,
pembuatan jalan masuk, pembuka lahan, penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.
Penurunan kualitas udara terutama debu
Terbatas pada lokasi kegiatan
pembangunan saraana dan prasarana permukiman.
Air Sungai Kegiatan pembukaan
lahan, pembuatan jalan masuk, pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musi hujan.
Penurunan kualitas air sungai
Penurunan kualitas air sungai terutama parameter zat pada terlarut.
Kerusakan jalan kebun atau persawahan
Mobilisasi kendaraan pengangkut peralatan berat dan material
Terjadinya kerusakan jalan kebun atau persawahan
Kondisi jalan bergelombang dan berlubang
Dampak Terhadap Komponen Sosekbud
Kesempatan kerja Kegiatan konstruksi sarana dan prasarana permukiman
Terserapnya kesempatan kerja penduduk disekitar lokasi kegiatan pembanguinan sarana dan prasarana
permukiman sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.
Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap
II. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak Terhadap
Komponen Fisik Kimia
Kualitas Udara dan Debu
Mobilisasi kendaraan untuk menunjang kegiatan operasional sarana dan prasarana permukiman
Penurunan kualitas udara dan debu
Timbulnya
Komponen Yang Diperkirakan Terkena
Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Kualitas air sungai dan air tanah
Kegiatan dan operasional sarana dan prasarana permukiman
Penurunan kualitas air sungai dan air tanah
Munculnya air limbah akibat dari operasional sarana dan prasarana permukiman
Kebisingan Mobilisasi kendaraan
pengangkut samoah dan kendaraan berat di lokasi TPA
Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi kenyamanan
Peningkatan intensitas kebisingan dengan satuan dBA
Dampak terhadap komponen sesekbud
Kesempatan Kerja Kegiatan operasional sarana dan prasarana permukiman
Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi sarana dan prasarana
permukiman sesuai kebutuhan dan keahlian
Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan
Kesempatan berusaha
Kegiatan operasional sarana dan prasarana permukiman
Kesempatan berusaha
Penduduk usia produktif yang tidak bekerja
Estetika Pengoprasian sarana
dan prasarana permukiman
Proses operasional sarana dan prasarana permukiman
Penurunan estetika akibat kegiatan dan beroperasinya sarana dan prasarana permukiman
Kamtibmas Kegiatan
pengoperasian sarana dan prasarana permukiman
Gangguan
keamanan di lokasi dan sekitar lokasi kegiatan sarana dan prasarana
permukiman
Terjadinya gangguan keamanan seperti pencurian peralatan
Kesehatan pekerja & masyarakat
Kegiatan Operasional sarana dan prasarana permukiman
Penurunan kesehatan masyarakat akibat operasional sarana dan prasarana permukiman
Timbulnya penyakit berupa penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi pada usus
Sektor Air Limbah
Dalam membangun sistim penyediaan Air Limbah, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.
Tabel 4.15 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi pada Sektor Air Limbah Komponen Yang
Diperkirakan Terkena Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
II. TAHAP KONSTRUKSI Dampak Terhadap
komponen Fisik Kimia
Debu Mobilisasi kendaraan,
pembuatan jalan masuk, pembuka lahan, penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.
Penurunan kualitas udara terutama debu
Terbatas pada lokasi kegiatan pembangunan sistim penyediaan air limbah
Air Sungai Kegiatan pembukaan
lahan, pembuatan jalan masuk, pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musim hujan.
Penurunan kualitas air sungai
Penurunan kualitas air sungai terutama parameter zat pada terlarut
Kerusakan jalan kebun atau persawahan
Mobilisasi kendaraan pengangkut peralatan berat dan material
Terjadinya kerusakan jalan kebun atau persawahan
Kondisi jalan bergelombang dan berlubang
Dampak Terhadap Komponen Sosekbud
Kesempatan kerja Kegiatan konstruksi sistim penyediaan air limbah
Terserapnya kesempatan kerja penduduk yang berada disekitar lokasi kegiatan sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.
Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap
II. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak Terhadap
Komponen Fisik Kimia
Kualitas Udara dan Debu
Mobilisasi kendaraan dan operasional pompa air limbah
Penurunan kualitas udara dan debu
Timbulnya
penurunan kualitas udara terutama Nox, CO2, O3, NH3, H2S, Pb, Hc dan debu Kualitas air sungai
dan air tanah
Kegiatan proses pembuangan air limbah hasil pengolahan
Penurunan kualitas air sungai dan air tanah
Tercemarnya air sungai dan air tanah
Kebisingan Mobilisasi kendaraan
pengangkut tinja
Peningkat intensitas kebisingan yang
Komponen Yang Diperkirakan
Terkena Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
mengurangi kenyamanan
kebisingan dengan satuan dBA Dampak terhadap
komponen sesekbud
Kesempatan Kerja Kegiatan operasional sistim pengolahan air limbah
Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi IPAL sesuai kebutuhan dan keahlian
Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan
Kesempatan berusaha
Kegiatan operasional IPAL
Kesempatan berusaha antara lain sebagai tukang cuci kendaraan pengangkut tinja
Penduduk usia produktif yang tidak bekerja
Estetika Pengoprasian IPAL Proses pengolahan
IPAL yang terlihat dari luar
Penurunan estetika berupa ceceran lumpur tinja
Kamtibmas Kegiatan
pengoperasian IPAL
Gangguan
keamanan di lokasi
Terjadinya gangguan keamanan seperti pencurian peralatan Kesehatan pekerja
& masyarakat
Kegiatan Operasional IPAL
Penurunan kesehatan pekerja (masyarakat)
Timbulnya bau
Sektor Persampahan
Dalam membangun sistim Persampahan, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan Persampahan yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Persampahan.
Tabel 4.16 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor Persampahan Komponen Yang
Diperkirakan Terkena Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
III. TAHAP KONSTRUKSI Dampak
Terhadap komponen Fisik Kimia
Debu Mobilisasi
kendaraan, pembuatan jalan masuk, pembuka lahan, penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.
Penurunan kualitas udara terutama debu
Terbatas pada lokasi kegiatan TPA.
Air Sungai Kegiatan
pembukaan lahan, pembuatan jalan masuk, pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musi hujan.
Penurunan kualitas air sungai
Penurunan kualitas air sungai terutama parameter zat pada terlarut, BOD dan COD
Kerusakan jalan kebun
Mobilisasi kendaraan pengangkut peralatan berat dan material
Terjadinya kerusakan jalan kebun atau persawahan
Kondisi jalan bergelombang dan berlubang
Kegiatan konstruksi TPA
Terserapnya kesempatan kerja penduduk disekitar lokasi kegiatan sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.
Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap
IV. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak
Terhadap Komponen Fisik Kimia
Kualitas Udara dan Debu
Mobilisasi kendaraan dan proses penguraian material sampah
Penurunan kualitas udara dan debu
Komponen Yang Diperkirakan
Terkena Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Kualitas air sungai
Kegiatan proses pembusukan sampah organic unsur lain yang larut dalam sampah
Penurunan kualitas air sungai
Munculnya air lindi (leachate) dengan volume tergantung proses permbusukan maupun air hujan yang meresap kedalam sampah
Kualitas air tanah Kegiatan proses pembusukan sampah terutema sampah organic dan unsur lain yang larut dalam air
Penurunan kualitas air tanah terutama air sumur penduduk
Munculnya air lindi (leachate) dengan volume tergantung proses permbusukan maupun air hujan yang meresap kedalam sampah
Kebisingan Mobilisasi
kendaraan
pengangkut samoah dan kendaraan berat di lokasi TPA
Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi kenyamanan
Peningkatan intensitas kebisingan dengan satuan dBA
Dampak operasional TPA
Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi TPA sesuai kebutuhan dan keahlian
Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan
Kesempatan berusaha
Kegiatan operasional TPA
Kesempatan berusaha antara lain sebagai pemulung sampah yang masih bias
dimanfaatkan/dijual
Penduduk usia produktif yang tidak bekerja
Estetika Pengoprasian
penimbunan sampah di TPA
Proses penimbuhan sampah yang terlihat dari luar
Penurunan estetika berupa (tumpukan) sampah di lokasi TPA yang terlihat dari luar
Kamtibmas Kegiatan
pengoperasian TPA
Gangguan
keamanan di lokasi dan sekitar lokasi
Terjadinya gangguan keamanan seperti pencurian peralatan
Kesehatan pekerja & masyarakat
Kegiatan Operasional TPA
Penurunan kesehatan pekerja &pemulung (masyarakat pangguna)
G. Sektor Drainase
Dalam membangun sistem Drainase, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Drainase yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Drainase.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.
Tabel 4.17 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor Drainase Komponen Yang
Diperkirakan Terkena Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran
Dampak Keterangan
III. TAHAP KONSTRUKSI Dampak Terhadap
komponen Fisik Kimia
Debu Mobilisasi
kendaraan, pembuatan jalan masuk, pembukaan lahan untuk kolam retensi, penggalian tanah dan
pembuatan jalan kerja.
Penurunan kualitas udara terutama debu
Terbatas pada lokasi kegiatan.
Air Sungai Kegiatan
pembukaan lahan untuk kolam retensi, pembuatan jalan masuk, pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musim hujan.
Penurunan kualitas air sungai
Penurunan kualitas air sungai.
Kerusakan jalan kebun atau persawahan
Mobilisasi kendaraan pengangkut
peralatan berat dan material
Terjadinya kerusakan jalan kebun atau persawahan
Kondisi jalan bergelombang dan berlubang
Dampak Terhadap Komponen Sosekbud
Kesempatan kerja Kegiatan konstruksi drainase
Terserapnya kesempatan kerja penduduk disekitar lokasi kegiatan sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.
Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap
IV. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak Terhadap
Komponen Fisik Kimia Kualitas Udara dan Debu
Kualitas air sungai Kegiatan mandi cuci dan buang tinja
Penurunan kualitas air sungai
Munculnya air limbah domestic atau non domestic terhadap saluran drainase Kebisingan
Dampak terhadap komponen sesekbud
Kesempatan Kerja Kegiatan operasional drainase
Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk
Diperkirakan Terkena Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran
Dampak Keterangan
disekitar lokasi sesuai kebutuhan dan keahlian
kebutuhan
Kesempatan berusaha
Kegiatan operasional drainase
Kesempatan berusaha antara lain sebagai peternakan ikan
Penduduk usia produktif yang tidak bekerja
Sektor Air Bersih
Dalam membangun sistim penyediaan air minum, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan air minum yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan air minum.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.
Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya terhadap system penyediaan air minum ditunjukkan dalam bentuk matriks berikut ini :
Tabel 4.18 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor Air Minum Komponen Yang
Diperkirakan Terkena Dampak
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
IV. TAHAP KONSTRUKSI Dampak Terhadap
komponen Fisik Kimia
Debu Mobilisasi
kendaraan, pembuatan jalan masuk, pembuka lahan, penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.
Penurunan kualitas udara terutama debu
Terbatas pada lokasi kegiatan dapa lokasi pekerjaan
(pembangunan air baku, bangunan pengolahan, pembangunan reservoir dan galian pipa).
Air Sungai / Mata air Kegiatan
pembukaan lahan, pembuatan jalan masuk, pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang
Penurunan kualitas air sungai dan mata air
Penurunan kualitas air sungai dan mata air terutama parameter