• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

V -1

BAB V

KERAN GKA STRATEGI PEM BIAYAAN IN FRASTRUKTUR

BIDAN G CIPTA KARYA

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota,

diamanatkan bahw a kew enangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung

jaw ab Pemerintah Kabupaten/ Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus

didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas

lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru,

pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian,

pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun. N amun, seringkali pemerintah

daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman.

Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun

perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan

sebagai stimulant dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternative

pembiayaan dari masyarakat dan sector sw asta perlu dikembangkan untuk mendukung

pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya

pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah

peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.

Pembahasan kerangka pembiayaan dalam RPIJM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan

untuk:

a. M engidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan

pembangunan bidang Cipta Karya,

b. M engidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan

sektor sw asta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

c. M erumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta

(2)

V -2 5.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya.

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam

peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1.U ndang-U ndang N o. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah

daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, w ew enang, dan kew ajiban daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini,

Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

kew enangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah

Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal

nasional, serta agama.

2.U ndang-U ndang N o. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah,

pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli

Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan

Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai

pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3.Peraturan Pemerintah N o. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana

Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana

Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan

Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus

yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan

besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4.Peraturan Pemerintah N o.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/ Kota : Urusan pemerintahan yang menjadi kew enangan pemerintahan

daerah, terdiri atas urusan w ajib dan urusan pilihan. Urusan w ajib yang menjadi

kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/ kota merupakan urusan yang

berskala kabupaten/ kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman

pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan

(3)

V -3 Pemerintah. Urusan w ajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama

diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan,

pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegaw aian sesuai dengan urusan yang

didesentralisasikan.

5.Peraturan Pemerintah N o. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber

pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga

Keuangan Bank dan Non-Bank, serta M asyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat

melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui

pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi

persyaratan :

a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan

APBD tahun sebelumnya;

b. M emenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan

pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman

d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari

pemerintah;

e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang w ajib mendapatkan persetujuan

DPRD.

6.Peraturan Presiden N o. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah

dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres

13/ 2010 & Perpres 56/ 2010): M enteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan

badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang

dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum,

infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7.Peraturan M enteri Dalam N egeri N o. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan

Permendagri 21/ 2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi : Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,

dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

(4)

V -4

8.Peraturan M enteri PU N o.15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana

Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk

pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria

teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

a. Bidang Infrastruktur Air M inum

DAK Air M inum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan

air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kaw asan kumuh perkotaan

dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria

teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan

kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target M illenium Development Goals (M DGs)

yang mempertimbangkan:

- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

- Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,

persampahan, dan drainase) yang layak skala kaw asan kepada

masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui

proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program

peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/ target M DGs

yang dengan kriteria teknis :

- keraw anan sanitasi;

- cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan M enteri PU N o.14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

Kementerian Pekerjaan Umum yang M erupakan Kewenanangan Pemerintah dan

Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN ,

Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit

Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan N on Vertikal Tertentu. Rencana program

dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada

RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai

w akil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang

dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan w ilayah dan

pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber

(5)

V -5

infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/ regional.

3. Dana APBD Kabupaten/ Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama

(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk

pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/ kota.

4. Dana Sw asta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan

sw asta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5. Dana M asyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan

prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada.

Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga

optimal dan memberi manfaat yang sebesar- besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang

Cipta Karya.

5.2. Potensi Pendanaan APBD Kabupaten Timor Tengah U tara

Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Timor Tengah Utara selama 3-5

tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun

terakhir.

Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah

sebagai berikut:

a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

a. Pendapatan daerah yang meliputi : Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan

Pendapatan Lain yang sah.

b. Pembiayaan Daerah meliputi : Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

Tabel 5.1, dan 5.2 menunjukkan perkembangan APBD Kabupaten Timor Tengah Utara dalam

(6)

V -6 Tabel 5.1.

(7)

V -7

(8)

V -8 Tabel 5.2.

(9)

V -9

(10)

V -10 Pengelolaan Keuangan Daerah dilaksanakan dalam suatu system terintegrasi diw ujudkan dalam

APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan instrument

yang menjamin terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan

kebijakan pendapatan maupun belanja daerah. Struktur APBD Kabupaten Belu terdiri dari

(1) Penerimaan Daerah yang didalamnya terdapat pendapatan daerah dan penerimaan

pembiayaan daerah;

(2) Pengeluaran Daerah yang didalamnya terdapat Belanja Daerah dan

(3) Pengeluaran Pembiayaan Daerah.

Pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran

tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan

pembangunan daerah, sehingga analisis pengelolaan keuangan daerah menjelaskan tentang

aspek kebijakan keuangan daerah, yang berkaitan dengan pendapatan, belanja dan

pembiayaan daerah guna mew ujudkan visi dan misi.

5.3. Potensi Pendanaan APBN

Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi

pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang

bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/ swasta.

5.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBN Dalam 5

Tahun Terakhir

M eskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jaw ab Pemda,

Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada

daerah agar dapat memenuhi SPM . Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta

Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan

peraturan yang berlaku (PermenPU N o. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada

suatu kabupaten/ kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya

(11)

V -11 Tabel 5.3

APBN Cipta Karya di Kabupaten TTU Dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor Alokasi

Pengembangan Air M inum 1.732.500 750.943 2.420.541

Pengembangan PLP - - -

Pengembangan

Permukiman 750.000 3.341.573 880.000 1.600.000 Penataan Bangunan &

Lingkungan 230.000 - -

Total 750 .000 5.30 4.0 73 1.630 .943 4.0 20 .541

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SN VT di daerah, untuk

mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui

penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke

daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah

sesuai prioritas nasional.

Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan

sanitasi. DAK Air M inum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air

minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di

perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi

digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan

drainase) yang layak skala kaw asan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di

perkotaanyang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK

ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan

Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa

dianalisis perkembangannya.

Tabel 5.4

Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten TTU Dalam 5 Tahun Terakhir

DAK Air M inum 990.900.000 937.000.000 1.680.850.000

(12)

V -12 5.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD Dalam 5

Tahun Terakhir

Pemerintah Kabupaten/ Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman

di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan

pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta

Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya

meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang

sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada.

Tabel 5.5

Perkembangan Alokasi APBD Untuk Pembangunan Cipta Karya di Kabupaten TTU Dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor

Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan

Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di Timor Tengah Utara. DDUB

ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan

bidang Cipta Karya. Oleh sebab itu, perkembangan besaran DDUB dalam 3-5 tahun terakhir

perlu diketahui untuk melihat komitmen pemerintah daerah. Perkembangan DDUB dapat

(13)

V -13 Tabel 5.6

Perkembangan DDU B di Kabupaten TTU Dalam 5 Tahun Terakhir

Permukiman 750.000 - 3.341.573 202.000 880.000 50.000. 1.600.000 35.000. Penataan Bangunan

dan Lingkungan 230.000 - - - -

Total DDUB 750.000 5.30 4.073 449.000 1.630.943 50.000 4.020.541 35.000

5.4. Alternatif Sumber Pendanaan

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk

menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk

menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah

(profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan

bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah.

Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat

kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara

berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam

mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.

Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya

berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia.

Khusus untuk PDAM , indikator tersebut telah ditetapkan BPP- SPAM untuk diketahui apakah

perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.

Di samping itu, pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan,

operasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh perusahaan daerah

(14)

V -14 5.4.1. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya Dalam 5 Tahun

Terakhir

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk

menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk

menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah

(profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan

bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja

keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan

perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan.

Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam

mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.

Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya

berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia.

Khusus untuk PDAM , indikator tersebut telah ditetapkan BPP- SPAM untuk diketahui apakah

perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.

Di samping itu, pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan,

operasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh perusahaan daerah

yang ada di kabupaten/ kota dalam 3-5 tahun terakhir.

5.4.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari Swasta Dalam 5

Tahun Terakhir

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah,

maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya

melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Sw asta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi

cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost.

Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres N o. 67 Tahun 2005 Tentang

Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta

PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama

Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan

hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU N o. 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman M odal. Sampai dengan tahun

2014 belum terdata seberapa besar peran serta perusahaan melalui CSR dalam pembangunan

(15)

V -15 5.5. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya.

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan

bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM ) maka

dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan

rencana kerjasama pemerintah dan sw asta.

5.5.1. Proyeksi APBD 5 Tahun Ke Depan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan

regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi

atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi

APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya

sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut sebagai berikut:

1. M enentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan setiap pos pendapatan

dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : Y0 = Nilai tahun ini

Y-1 = N ilai 1 tahun sebelumnya

Y-2 = Nilai 2 tahun sebelumnya

Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang

terdiri dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH), dan Lain-lain pendapatan

yang sah.

2. M enghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan

Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai

proyeksi pada 5 tahun ke depan dengan menggunakan rumus proyeksi geometris

3. M enjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas

(16)

V -16 Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung total pendapatan.

Apabila diasumsikan bahw a total pendapatan sama dengan total belanja dan diasumsikan pula

bahw a proporsi belanja bidang Cipta Karya terhadap APBD sama dengan eksisting (Tabel

9.9) maka dapat diketahui proyeksi kapasitas daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk

bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan.

(17)

V -17 Tabel 5.7

(18)

V -18 Tabel 5.8

(19)

V -19 Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode

analisis N et Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).

N et Public Saving

N et Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah

setelah dikurangkan dengan belanja/ pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS

merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar

dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/ Cipta Karya.

Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung N PS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat

kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus

perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

N et Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja W ajib

N PS = (PAD+ D AU + DBH + DAK) - (Belanja mengikat + Kew ajiban Daerah)

- Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/ tidak bisa dihindari oleh Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.

- Kew ajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)

Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup

defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat

bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga

keuangan bukan bank, dan M asyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011

Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak

melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

b. M emenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan

pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga

w ajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian

(20)

V -20 Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan

daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR).

Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan

kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran

kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 3-5 tahun ke depan perlu

dianalisis dalam RPIJM dengan rumus sebagai berikut :

PAD = Pendapatan Asli Daerah DAU = Dana Alokasi Umum DBH = Dana Bagi Hasil DBHDR = DBH Dana Reboisasi

5.5.2. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

Beberapa kabupaten/ kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang

pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal

ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan

dalam bentuk business plan. Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi

perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun

ke depan sesuai jangka w aktu RPI2JM . W alaupun demikian didalam pendanaan kecitakaryaan

di Kabupaten peran Perusahaan daerah masih belum nampak, perusahaan daerah yang

menangani keciptakaryaan di Kabupaten TTU hanya PDAM , w alaupun demikian berdasarkan

hasil audit dari BPKP tahun 2015 kondisi PDAM TTU masih dikategorikan Sakit, yang artinya

kondisi keuangan dari perusahaan tersebut masih membutuhkan tambahan dana dari APBD 2.

5.5.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Sw asta Bidang Cipta Karya

Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor sw asta, Pemerintah Daerah perlu

menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah

dan sw asta di bidang Cipta Karya untuk ditaw arkan ke pihak sw asta. Daftar proyek

potensial tersebut disusun berdasarkan identifikasi usulan program dan kegiatan setiap sektor

serta tingkat kelayakan ekonomi dan finansial dari program tersebut. Rencana kerjasama

(21)

V -21 Tabel 5.9

Proyeksi Potensial Yang Dapat Dibiayai dengan KPS Dalam 5 Tahun Terakhir

N ama Kegiatan D eskripsi Kegiatan Biaya Kegiatan (Rp)

Kelayakan

Finansial Keterangan

IRR = ...

Keterangan : IRR = Internal Rate of Return

5.5.4. Analisa Tingkat Ketersediaan Dana dan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan

Bidang Cipta Karya

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat

ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang

meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha

dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan

bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

5.5.5. Analisa Kemampuan Keuangan Daerah

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan

kegiatan yang ada dalam RPIJM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan

dengan merangkum kemampuan penandaan untuk pembangunan bidang Cipta Karya,

dengan sumber-sumber sebagai berikut:

a. Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN ) dengan menggunakan asumsitrend

historis maksimal 10 % dari tahun sebelumnya.

b. Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhtungan

c. Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan analisis

d. Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama

Pemerintah dan Sw asta

5.5.6. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk

memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam

RPIJM , maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan

pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini,

Satgas RPIJM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan

(22)

V -22 1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/ kota dan provinsi;

2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran;

3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;

4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan

pembangunan bidang Cipta Karya;

5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur

permukiman yang sudah ada

(23)

V -23 Tabel 5.10.

(24)

V -24 Tabel 5.11.

(25)

Gambar

Tabel 5.1.
Tabel 5.2.
Tabel 5.3 APBN Cipta Karya di Kabupaten TTU Dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 5.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Perusahaan yang bersangkutan wajib melakukan perbaikan

Uang Leges adalah Biaya legalisasi yang dinyatakan dalam bentuk surat berharga berupa materai leges yang ditempelkan pada Surat-surat Izin, Surat

(1) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pemberdayaan

BADAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN SRAGEN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KEPALA SEKRETARIAT SUB BAGIAN PERENCANAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

Tujuan dalam penelitian ini : (1) Untuk mengetahui penggunaan lahan di Kecamatan Genuk, Pedurungan, dan Gayamsari pada tahun 2012; (2) Untuk mengetahui kesesuaian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh kontribusi peserta, claim , dan hasil investasi secara simultan dan parsial terhadap surplus

Jika pada kearsipan konvensional memiliki kabinet yang secara fisik berfungsi untuk menyimpan dokumen- dokumen penting yang dimiliki perusahaan, maka Sistem Kearsipan Berbasis

Dalam hal ini, ekuitas merek bisa memberikan nilai tambah atau mengurangi nilai dari sebuah produk atau jasa, dan di dalam ekuitas merek terdapat aset-aset loyalitas merek,