• Tidak ada hasil yang ditemukan

10.1. Petunjuk Umum - DOCRPIJM 270b695e14 BAB X010. Bab 10 Aspek Perlindungan Lingkungan dan Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "10.1. Petunjuk Umum - DOCRPIJM 270b695e14 BAB X010. Bab 10 Aspek Perlindungan Lingkungan dan Sosial"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

10.1.

Petunjuk Umum

Pembahasan tentang Safeguard Lingkungan dan Sosial dimaksudkan untuk memberikan

aturan main dan garis batasan secara sistematis mengenai penilaian kelayakan lingkungan dan

kelayalan sosial dari Rencana Investasi Infrastruktur Bidang Jalan, Tinjauan terhadap Safeguard

Lingkungan dan Sosial ini untuk mendukung daerah dalam menilai kelayakan Rencana Investasi

Infrastruktur ditinjau dari dampak lingkungan sosial yang dapat ditimbulkan serta kerangka

pelaksanaan pengadaan lahan. Dengan demikian, diharapkan melalui penapisan (safeguard)

yang memadai dapat diminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial sehingga

dapat memaksimalkan manfaat dari program investasi yang dilaksanakan

Safeguard pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program

dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera

dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang

dimaksud adalah air limbah permukiman (municipial wastewater) yang terdiri dari atas air

limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia

dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung

Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak

menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat

beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain.

10.1.1.Prinsip-prinsip Dasar Safeguard

Prinsi-prinsip dasar safeguard adalah sebagai berikut ini:

1) Semua pihak terkait RPIJM wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan dengan baik

dan konsisten kerangka safeguard lingkungan dan sosial.

2) Perkuatan kapasitas lembaga pelaksana diperlukan agar pelaksanaan kerangka safeguard

dapat dilakukan secara lebih efektif.

3) Kerangka safeguard harus dirancang sesederhana mungkin, mudah dimengerti, jelas

kaitannya dengan tahap-tahap investasi, dan dapat dijalankan sesuai prinsip dalam

kerangka proyek.

(2)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

4) Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin program investasi infrastruktur tidak

mengakibatkan dampak negatif yang serius. Bila terjadi dampak negatif maka perlu

dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut, baik

pada tahap perencanaan persiapan maupun tahapan pelaksanaannya.

5) Diharapkan RPIJM tidak membiayai kegiatan investasi yang karena kondisi lokal tertentu

dan memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan warga yang secara potensial

dipengaruhi dampak lingkungan atau (PAP-Potentially Affected People) warga terasing dan

rentan (IVP-Isolated and Vlnerable People) atau warga yang terkena dampak pemindahan

(DP-Displaced People), secara memadai.

6) Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka diperlukan

tahap-tahap sebagai berikut: setiap keputusan, laporan dan draft perencanaan final yang

berkaitan dengan kerangka safeguard harus dikonsultasikan dan didiseminasikan secara

luas terutama kepada warga yang berpotensi terkena dampak, harus mendapatkan

kesempatan untuk ikut mengambil keputusan dan menyampaikan aspirasi dan/atau

keberatannya atas rencana investasi yang berpotensi dapat menimbulkan dampak negatif

atau tidak diinginkan bagi mereka.

10.1.2.Lingkup Kerangka Safeguard

Sesuai dengan karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi

infrastruktur, kerangka safeguard RPI2JM infrastruktur bidang Bina Marga, Cipta Karya dan

Pengairan terdiri dari dua komponen yakni:

1. Safeguard Sosial

Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kabupaten untuk dapat melakukan

evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko sosial

yang tidak diinginkan, promosi manfaat sosial dan pelaksanaan keterbukaan serta

konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak atau DP (Displaced People).

2. Safeguard Lingkungan

Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kota untuk dapat melakukan evaluasi

secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko lingkungan yang

tidak diinginkan, promosi manfaat lingkungan dan pelaksanaan keterbukaan serta

konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak atau PAP (Potentially Affected

People).

Kebijakan tentang pembangunan jalan yang berwawasan lingkungan telah ditetapkan

dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 49/PRT/1990,yang kemudian diganti dengan

(3)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

bidang Pekerjaan Umum. Prinsip dasar kebijakan tersebut adalah integrasi (penerapan)

pertimbangan lingkungan dalam seluruh silkus pengembangan proyek bidang pekerjaan umum

(termasuk proyek jalan).

Siklus pengembangan proyek jalan terdiri dari rangkaian delapan tahap kegiatan yang sudah

baku, yaitu (1) perencanaan umum, (2) pra-studi kelayakan, (3) studi kelayakan, (4)

perencanaan teknis, (5) pra-konstruksi, (6) konstrukdi, (7) pasca konstruksi dan (8) evaluasi

pasca proyek.

Naun, mungkin saja karena alasan tertentu, ada proyek jalan yang tidak melalui semua tahapan

tersebut secara lengkap, misalnya setelah perencanaan umum langsung studi kelayakn, tanpa

melakukan pra-studi kelayakan. Bahkan, mungkin juga karena pertimbangan khusu, ada proyek

jalan yang tidak melakukan studi kelayakan.

Penerapan pertimbangan lingkungan pada tiap tahap kegiatan proyek tersebut diatas, secara

idealnya dapat dilukiskan seperti tercantum pada Gambar dengan penjelasan singkat sebagai

berikut ini.

a) Tahap Perencanaan Umum

Siklus proyek jalan diawali demham perencanaan umum berupa perumusan gagasan usulan

proyek baik berupa program pembangunan jalan baru atau peningkatan jalan yang telah

ada. Kegiatannya mencakup pemilihan rute/koridor jalan, penentuan skala prioritas,

perkiraan biaay, serta jadwal pelaksanaan dan pendanannya.

Walaupun pada tahap ini belum ada kegiatan fisik yang dapat menimbulkan perubahan

lingkungan, pemrakarsa kegiatan proyek sedini mungkin harus mengidentifikasi potensi

dampak besar dan penting terutama dampak negatif yang mungkin timbul, melalui proses

penyaringan lingkungan untuk tiap ruas jalan yang akan dibangun.

Berdasarkan hasil penyaringan tersebut, dapat dirumuskan persyaratam penanganan

masalah lingkungan untuk tiap uras jalan, yang wajid dilaksanakan pada tahap kegiatan

proyek berikutnya. Persyaratan tersebut mungkin beruapa studi AMDAL, studi UKL dan UPL,

atau cukup dengan penerapan SOP.

b) Tahap Pra-Studi Kelayakan

Kegiatan proyek pada tahap ini adalah perumusan garis besar encana kegiatan serta

perumusan alternatif koridor alinyemen jalan, termasuk menganalisis kelayakan

(sementara) tiap alternatif koridor tersebut. Dalam menganalisis kelayakan tiap alternatif

koridor ruas jalan tersebut, selain didasarkan pada pertimbangan teknis dan ekonomi, juga

harus dipertimbangkan kelayakan lingkungan melalui proses kajian-awal lingkungan.

Untuk ruas-ruas jalan yang termasuk kategiri wajib dilengkapi dengan AMDAL, perlu

dilakukan pelingkupan Kerangka Acuan ANDAL yang dirumuskan berdasarkan hasil

(4)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

c) Tahap Studi Kelayakan

Kegiatan utama studi kelayakan mencakup analisis kelayakan teknis, ekonomi, finansial dan

lingkungan yang lebih mendalam dari alternatif alinyemen jalan, yang didukung oleh data

hasil survei lapangan. Analisis kelayakan lingkungan dilaksanakan melalui studi AMDAL

atau UKL dan UPL, yang sebaiknya dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelaksanaan

studi kelayakan teknis, ekonomi dan finansial dalam satu paket pekerjaan.

Kesimpulan dan rekomendadi hasil studi kelayakan lingkungan disajikan dalam dokumen

RKL dan RPL atau UKL dan UPL, yang merupakan arahan untuk pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup pada tahap-tahap perencanaan teknis (detail design), prakonstruksi,

konstruksi dan pasca konstruksi.

d) Tahap Perencanaan Teknis

Lingkup pekerjaan pada tahap ini mencakup komponen-komponen kegiatan antara lain:

 Penetapan trase jalan secara definitif berdasarkan hasil pengukuran lapangan yang

akurat;

 Pembuatan gambar rencana teknis detail jalan, jembatan dan bangunan pelengkapnya

serta penetapan syarat-syarat dan spesifikasi teknis pekerjaan konstruksinya.

 Perhitungan perkiraan biaya pekerjaan konstruksi;

 Penyusunan dokumen tender dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi.

Integrasi pertimbangan lingkungan yang diperlukan pada tahap ini adalah penjabaran RKL

atau UKL dalam bentuk gambar-gambar desain dan syarat-syarat serta spesifikasi teknis

kegiatan pengelolaan lingkungan. Untuk keperluan tersebut, konsultan perencanaan teknis

harus memahami isis dokumen RKL atau UKL yang telah ditetapkan oleh instansi yang

berwenang. Karena itu, tim konsultan perencanaan teknis sebaiknya dilengkapi dengan

tenaga Ahli Lingkungan.

Dalam penghitungan perkiraan biaya pekerjaan konstruksi jalan, seyogianya mencakup juga

biaya pengelolaan lingkungan yang diperlukan pada tahap konstruksi. Demikian juga

perkiraan biaya pemeliharaan jalan agar mencakup biaya pengelolaan lingkungan tahap

pasca konstruksi.

Jika diperlukan pengadaan tanah, pada tahap ini perlu dilakukan studi pengadaan tanah

untuk penyusunan Rencan Kerja Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali termasuk

upaya penanganan dampaknya sesuai dengan ketentuan tercantum dalam dokumen RKL

atau UKL.

e) Tahap Pra-Konstruksi

Kegiatan proyek pada tahap pra-konstruksi adalah pengadaan tanah dan permukiman

lembali penduduk yang terkena proyek (bila perlu) yang dilaksanakan oleh pemrakarsa

(5)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

adalah pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL atau UKL dan UPL untuk penanganan

dampak sosial yang mungkin terjadi.

Pemantapan RKL atau UKL mungkin diperlukan sesuai dengan kondisi lapangan pada saat

itu atau karena ada perubahan alinyemen jalan pada lokasi tertentu.

f) Tahap Konstruksi

Kegiatan pada tahap konstruksi terutama berupa pekerjaan teknik sipil meliputi pekerjaan

tanah, struktur bangunan jalan dan bangunan-bangunan pelengkapnya. Penerapan

pertimbangan lingkungan yang diperlukan pada tahap ini adalah pelaksanaan dan

pemantapan RKL dan RPL atau UKL dan UPL tahap konstruksi seperti erosi/longsor,

pencemaran uadar, kebisingan, ganggungan pada prasarana umum dan utilitas di areal tapak

proyek dan, sebagainya.

Pemantapan RKL atau UKL mungkin diperlukan antara lain sehubungan dengan adanya

perubahan atau modifikasi desain atau sistem operasi pelaksanaan pekerjaan.

g) Tahap Pasca Konstruksi

Kegiatan proyek pada tahap pasca konstruksi adalah pengoperasian (pemanfaatan) jalan

dan sekaligus pemeliharaannya agara dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.

Untuk menangani dampak akibat pengoperasian dan pemeliharaan jalan tersebut,

diperlukan pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL atau UKL dan UPL tahap pasca

konstruksi, antara lain meliputi pengaturan lalu lintas, pengendalian pencemaran udara dan

kebisingan, dan pengendalian penggunaan lahan di kiri-kanan jalan.

Pemantapan RKL atau UKL mungkin diperlukan sesuai dengan perkembangan volume lalu

lintas, dan sehubungan dengan adanya perkembangan kegiatan sosial-ekonomi masyarakat

yang terangsang akibat adanya jalan tersebut, seperti pusat perbelanjaan/pertokoan, serta

munculnya para pedagang kaki lima yang sering terjadi terutama di daerah perkotaan.

h) Tahap Evaluasi Proyek

Evaluasi pasca proyek bertujuan untuk menilai dan mengupayakan peningkatan daya guna

dan hasil guna ruas jalan yang telah dibangun/ditingkatkan dan dioperasikan damapai umur

desainnya terlampaui. Penerapan pertimbangan lingkungan yang diperlukan pada tahap ini

adalah evaluasi kinerja pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang telah

dilaksanakan pada tahap-tahap sebelumnya, agar dapat dijadikan masukan/input dalam

(6)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

10.2.

Komponen Safeguard

10.2.1.Komponen Sosial

Komponen safeguard sosial dalam hal ini terkait pengadaan tanah dan permukiman

kembali. Pengadaan tanah dan permukiman kembali biasanya terjadi jika kegiatan investasi

berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh

swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa

semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya

memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan

pengadaan tanah ini.

Pengadaan tanah dan permukiman kembali atau land acquisitionand resettlement untuk

kegiatan RPIJM mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut ini:

1. Transparan: Sub proyek dan kegiatan yang terkait harus diinformasikan secara

transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus mencakup,

antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, dan lainnya) yang akan

terkena dampak.

2. Partisipatif: Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus terlibat

dalam seluruh perencanaan proyek, seperti: penentuan batas lokasi proyek, jumlah dan

bentuk kompensasi/ganti rugi, serta lokasi tempat permukiman kembali.

3. Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan DP. Warga tersebut

memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai, sepert tanah pengganti dan

/atau uang tunai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya. Biaya terkait

lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh

pemrakarsa kegiatan. DP harus diberi kesempatan untuk mengkaji rencana pengadaan

tanah ini secara terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan

jumlah ganti rugi dan /atau permukiman kembali.

10.2.2.Komponen Lingkungan

Seluruh program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh

Kabupaten Nganjuk harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut ini.

1. Penilaian lingkungan (environtment assesment) dan rencana mitigasi dampak

sub-proyek, dirumuskan dalam bentuk:

 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Analisis Dampak Lingkungan

(ANDAL) dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

(7)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

 Standar Operasi Baku (SOP).

 Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau

UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial,

kelembagaan dan keuangan sub-proyek.

3. Sejauh mungkin, subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif

terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk

dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Sub proyek yang diperkirakan

dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak

tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa

harus dilengkapi dengan AMDAL.

4. Usulan program investasi infrastruktur bidang PU Cipta Karya tidak dapat dipergunakan

mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat

alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional

atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai

pembelian, produksi atau penggunaan:

 Bahan-bahan perusak ozon

 Bahan-bahan mengandung asbes.

 Bahan-bahan mengandung B3

 Pestisida, herbisida, dan insektisida.

 Pembangunan bendungan.

 Perusakan kekayaan budaya.

 Penebangan kayu.

10.3.

Metoda Pendugaan Dampak

10.3.1.Metoda Pendugaan Dampak Sosial

Metoda pendugaan safeguard sosial atau pembebasan tanah dan permukiman kembali

dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku antara lain sesuai dengan

Keputusan Presiden No 55/1993 tentang Pembebasan Tanah untuk Pembangunan Bagi

Kepentingan Umum.

Prosedur pelaksanaan safeguard pembebasan tanah dan permukiman kembali terdiri

dari beberapa kegiatan utama yang meliputi: penyampaian awal dari usulan kegiatan untuk

melihat apakah kegiatan yang bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan

permukiman kembali atau tidak; pengklasifikasian/kategorisasi dampak pembebasan tanah dan

(8)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

pernyataan bersama (jika melibatkan hibah sebidang tanah secara sukarela) atau perumusan

Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali (RTPTPK) sederhana atau

menyeluruh sesuai kebutuhan didukung SK Gubernur/Bupati/Walikota.

Pembebasan tanah dan permukimkan kembali yang telah dilaksanakan sebelum usulan

sub proyek disampaikan, harus diperiksa kembali dengan tracer study. Tracer study ini

dimaksudkan untuk menjamin bahwa proses pembebasan tanah telah sesuai dengan standar

yang berlaku, tidak mengakibatkan kondisi kehidupan DP menjadi lebih buruk, dan mekanisme

penanganan keluhan dilaksanakan dengan baik.

Tabel VII - 1

Kategori Pendugaan Dampak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali

Kategori Dampak Persyaratan

A Sub Proyek tidak melibatkan kegiatan pembebasan tanah

1. Sub Proyek seluruhnya menempati tanah negara

Surat Pernyataan dari pemrakarsa kegiatan

2. Sub Proyek seluruhnya atau sebagian menempati tanah yang dihibahkan secara sukarela

Laporan yang disusun oleh pemrakarsa kegiatan

B Pembebasan tanah secara sukarela:

Hanya dapat dilakukan bila lahan produktif yang

dihibahkan < 10% dan memotong < bidang lahan sejarak 1,5 m dari batas kavling atau garis sepadan

bangunan, dan bangunan atau aset tidak bergerak lainnya yang dihibahkan senilai < Rp. 1 Juta.

Surat Persetujuan yang melibatkan pemindahan warga sementara selama

masa konstruksi

RTPTPK sederhana

D Pembebasan tanah berdampak pada > 200 orang

atau memindahkan warga > 100 orang

RTPTPK menyeluruh

Sumber : Analisis

10.3.2.Metoda Pendugaan Dampak Lingkungan

Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan utama, yakni: pentapisan

awal sub proyek sesuai dengan kriteria persyaratan safeguard, evaluasi dampak lingkungan;

(9)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

VII - 2), perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL),

pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan.

Tabel VII - 2

Kategori Pendugaan Dampak Lingkungan

Kategori Dampak Persyaratan Pemerintah

A Sub proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang buruk, berkaitan dengan

kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan.

ANDAL dan RKL/RPL*

B Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi

upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan.

UKL/UPL

C Sub proyek yang tidak memiliki komponen

konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air.

Tidak ada

Catatan:

ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan

RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan

UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan

UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan

* Lihat lampiran bagian III: SK Menteri Lingkungan Hidup No. 17/2001; SK Menteri PU No.

17/KPTS/M/2003; UU No. 23/1997, Pasal 15(1); dan PP No.27/1999, pasal 5(1).

Pada dasarnya, semua jenis kegiatan pembangunan fisik termasuk pembangunan jalan,

berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, baik dampak negati maupun

positif. Dampak kegiatan pembangunan jalan terhadap lingkungan hidup sangat tergantung dari

jenis dan besarnya kegiatan proyek serta kondisi (sensitifitas) lingkungan di lokasi proyek dan

sekitarnya yang mungkin terkena dampak.

a) Dampak Pada Tahap Perencanaan

Meskipun pada tahap ini belum ada kegiatan fisik yang mengakibatkan perubahan kondisi

lapangan, namun kegiatan survey dan pengukuran untuk penentuan koridor / rute jalan

mungkin menimbulkan dampak sosial berupa keresahan masyarakat, bila mereka tidak

mendapat informasi yang jelas tentang rencana proyek jalan yang bersangkutan. Jenis

dampak lainnya yang kadang-kadang terjadi adalah muculnya spekulan tanah, sehingga

(10)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

b) Dampak Pada Tahap Pra-konstruksi

Sumber dampak pada tahap pra konstruksi adalah pengadaan tanah, khususnya untuk

pembangunan jalan baru atau pelebaran jalan di luar DAMIJA. Kegiatan ini dapat

menimbulkan dampak sosial yang seringa kali sangat senditif, terutama kalau tanah yang

terkena proyek berupa permukiman padat ataua lahan usaha produktif, dan diperlukan

pemindahan penduduk. Jenis dampak dapat berupa kehilangan tempat tinggal atau lahan

usaha.

c) Dampak Pada Tahap Konstruksi

Sumber dampak lingkungan pada tahap kosntrukdi terutama adalah pengoperasian

alat-alat berat seperti buldozer, excavator, truk, stone, crusher, AMP, road roller, dsb.

Pengoperasian alat-alat berat menimbulkan dampak kebisingan dan polusi udara akibat

sebaran debu dan gas buang sisa pembakaran bahan bakar. Kegiatan pembersihan lahan

dapat menimbulkan dampak negatif terhadap flora dan fauna.

Pengangkutan bahan bangunan dapat mengakibatkan kerusakan jalan yang dilalui

kendaraan proyek. Kegiatan konstruksi khususnya galian/timbunan tanah juga

menimbulkan dampak berupa perubahan bentang alam, sehingga terjadi erosi atau longsor,

gangguan pada aliran air permukaan dan pencemaran air.

Dampak terhadap aspek fisik seperti polusi udara dan kebisingan serta pencemaran air

dapat mengakibatkan dampak lanjutan berupa gangguan terhadap kesehatan dan

ketentraman masyarakat. Dampak negati terhadap aspek sosial juga dapat terjadi

sehubungan denga mobilisasi tenaga kerja dari luar lokasi proyek.

d) Dampak Pada Tahap Pasca Konstruksi

Pengoperasian (pemanfaatan) dan pemeliharaan jalan merupakan sumber dampak pada

tahap pasca konstruksi. Dampak yang mungkin terjadi antara lain berupa pencemaran

udara, kebisingan, dan kecelakaan lalu lintas. Keberadaan jalan juga dapat merangsang

kegiatan sektor lain berupa penggunaan lahan sepanjang koridor jalan yang tidak

terkendali, yang pada akhirnya menimbulkan dampak terhadap kinerja jalan seperti

kemacetan lalu lintas.

Di samping itu, mungkin juga terjadi dampak lingkungan terhadap jalan seperti longsor

dan banjir yang mengakibatkan kerusakan jalan sehingga lalu lintas kendaraan terganggu.

Kegiatan pemeliharaan jalan dapat menimbulkan dampak berupa gangguan lalu lintas, namun

(11)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

10.4.

Rencana Mitigasi Dari Dampak Lingkungan

Untuk merealisasikan program pembangunan lingkungan hidup bidang permukiman

sekaligus sebagai rencana mitigasi dari dampak lingkungan diperlukan upaya pendataan dan

menghimpun Agenda Pengelolaan Lingkungan yang akurat, rinci, sis tematik, manfaat yang

berkesinambungan tentang kondisi lingkungan yang dapat dijadikan dasar pijakan untuk

menentukan arah kebijakan dan strategi ke depan dalam pelaksanaan pembangunan lingkungan

hidup di Kabupaten Nganjuk.

Adapun rencana mitigasi dari dampak lingkungan terkait kebijakan pembangunan

lingkungan hidup dan sumberdaya alam khususnya bidang lingkungan hidup di Kabupaten

Nganjuk, diprogramkan melalui rencana Agenda Pengelolaan Lingkungan Hidup, diantaranya

adalah sebagaimana diuraikan pada sub bab - sub bab berikut ini.

10.4.1.Pencemaran Badan Air/Sungai

Sungai yang melintas di Kabupaten Nganjuk saat ini cukup banyak yakni ± 39 sungai,

saat ini banyak yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Nganjuk untuk segala

keperluannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kondisi saat ini Sungai Klinter

dan anak sungainya terancam kualitasnya oleh limbah cair yang dihasilkan oleh berbagai

kegiatan dan industri kertas dan warga setempat.

Agenda Pemerintah Kabupaten Nganjuk untuk mengatasi permasalahan tercemarnya Kali

Klinter, Sungai Widas dan Sungai Kuncir Kiri dan Kanan serta anak sungainya adalah :

 Identifikasi sumber pencemaran air di bantaran sungai

 Identifikasi kepemilikan Dokumen Lingkungan bagi industri

 Penelitian dan Pengkajian kualitas air

 Perencanaan IPAL dan setiap Usaha Wajib memiliki IPAL

 Kerjasama dengan Perguruan Tinggi

10.4.2.Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah menurunnya kualitas udara sehingga akan mempengaruhi

kesehatan manusia yang menghirupnya. Faktor penyebab meningkatnya pencemaran udara

adalah semakin meningkatnya populasi penduduk dan berdirinya beberapa home industri

yang dalam prosesnya melakukan pembakaran, kegiatan transportasi dan aktivitas penduduk

lainnya.

Untuk mengatasi pencemaran udara di pusat Kota Nganjuk dan beberapa industri/home

industri, agenda lingkungan hidup yang direncanakan oleh Bidang Kebersihan dan Pertamanan

(12)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

 Penambahan hutan kota

 Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan

 Pengembangan rasio luasan terbuka hijau di pusat kota

 Sampling udara ambien dan emisi, terhadap sumber bergerak dan tidak bergerak

 Program Uji Emisi terhadap kendaraan Pemerintah Kabupaten Nganjuk, yang diikuti

oleh swasta, industri dan masyarakat

 Rencana tindak lanjut 'Pesan dari Presiden Rl' saat melepas 15 pengendara sepeda di

Lapangan Monas Jakarta menuju Bali (Tgl 11 Nopember 2007) dalam rangka menyambut

Konferensi Internasional tentang Perubahan Iklim Dunia di Bali yakni: "Walikota dan

Bupati di seluruh Indonesia, Berikan Ruang Agar Warga Bisa Bersepeda, Termasuk

Menuju Kantor/ Tempat Bekerja".

10.4.3.Timbulan Sampah Di TPS

Jumlah timbulan sampah di Kabupaten Nganjuk dari waktu ke waktu semakin

meningkat per tahun dengan berbagai komposisi yang berbeda, ini disebabkan karena pola

konsumsi yang semakin banyak dan tidak terbatas. Sampah yang tidak dikelola dapat

mengakibatkan pencemaran lingkungan, dampak kesehatan dan konflik sosial. Untuk mengatasi

permasalahan sampah terutama di pusat Kota Nganjuk dan Kecamatan Kertosono perlu

perencanaan agenda lingkungan hidup, diantaranya :

 Menggunakan kemasan yang bisa di daur ulang

 Daur Ulang dan pengkomposan di beberapa tempat

 Perencanaan study timbulan dan perencanaan pengangkutan sampah

 Study timbulan dan karakteristik sampah di kawasan strategis/penghasil sampah

 Program Sampah Metode Takakura

 Pengelolaan manajemen sampah dari awal rumah tangga

 Pemberdayaan masyarakat

 Kerjasama dengan LSM dan PT serta tokoh masyarakat

10.4.4.Limbah Cair Domestik

Berbagai macam sumber polutan saat ini beresiko terhadap sumberdaya air di

pusat Kabupaten Nganjuk seperti terhadap Sungai Klinter, Sungai Kuncir Kiri dan Kunc ir

Kanan dan anak sungainya yang berasal dari limbah domestik. Untuk itu agenda yang akan

dilakukan Bidang Kebersihan dan Pertamanan Bidang PU Cipta Karya dan Tata Ruang

Kabupaten Nganjuk, diantaranya adalah :

(13)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

 Pembuatan master plan jaringan air limbah domestik, terutama di pusat kota

 Perencanaan WC Komunal bagi fasilitas umum

 Perencanaan sarana dan prasarana IPLT

 Studi Sanitasi di Kota Nganjuk

Action plan pelaksanaan MDGs

 Perencanaan Waste Water Garden (WWG) bagi hotel dan rumah makan

10.5.

Rencana Pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan

Rencana pengelolaan safeguard lingkungan dan sosial Kabupaten Nganjuk sudah ada

dalam beberapa bentuk program, khususnya untuk penanganan kawasan hutan gundul. Adapun

studi-studi yang sudah dilakukan antara lain:

1) Studi Perencanaan Penanganan Hutan Terpadu (Hutan Kawasan dan Hutan Rakyat)

2) Studi Kajian Kawasan RTH Kecamatan Nganjuk dan Kertosono

3) Studi Kawasan Rawan Bencana dan Upaya Penanganannya

Sedangkan untuk Bidang PU Bina Marga Rencana Pengelolaan Safeguard Soaial dan

lingkungan dilakukan pada kegiatan :

a. Perencanaan dan Pembangunan Jalan-Jalan yang Berwawasan Lingkungan

Pada dasarnya, semua jenis kegiatan pembangunan fisik termasuk pembangunan jalan,

berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, baik dampak negati maupun

positif. Dampak kegiatan pembangunan jalan terhadap lingkungan hidup sangat tergantung

dari jenis dan besarnya kegiatan proyek serta kondisi (sensitifitas) lingkungan di lokasi

proyek dan sekitarnya yang mungkin terkena dampak.

Dampak Pada Tahap Perencanaan

Meskipun pada tahap ini belum ada kegiatan fisik yang mengakibatkan perubahan

kondisi lapangan, namun kegiatan survey dan pengukuran untuk penentuan koridor /

rute jalan mungkin menimbulkan dmapak sosial berupa keresahan masyarakat, bila

mereka tidak mendapat informasi yang jelas tentang rencana proyek jalan yang

bersangkutan. Jenis dampak lainnya yang kadang-kadang terjadi adalah muculnya

spekulan tanah, sehingga harga tanah meningkat.

Dampak Pada Tahap Pra-konstruksi

Sumber dampak pada tahap pra konstruksi adalah pengadaan tanah, khususnya untuk

pembangunan jalan baru atau pelebaran jalan di luar DAMIJA. Kegiatan ini dapat

menimbulkan dampak sosial yang seringa kali sangat senditif, terutama kalau tanah yang

(14)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

pemindahan penduduk. Jenis dampak dapat berupa kehilangan tempat tinggal atau lahan

usaha.

Dampak Pada Tahap Konstruksi

Sumber dampak lingkungan pada tahap kosntrukdi terutama adalah pengoperasian

alat-alat berat seperti buldozer, excavator, truk, stone, crusher, AMP, road roller, dsb.

Pengoperasian alat-alat berat menimbulkan dampak kebisingan dan polusi udara akibat

sebaran debu dan gas buang sisa pembakaran bahan bakar. Kegiatan pembersihan lahan

dapat menimbulkan dampak negatif terhadap flora dan fauna.

Pengangkutan bahan bangunan dapat mengakibatkan kerusakan jalan yang dilalui

kendaraan proyek. Kegiatan konstruksi khususnya galian/timbunan tanah juga

menimbulkan dampak berupa perubahan bentang alam, sehingga terjadi erosi atau

longsor, gangguan pada aliran air permukaan dan pencemaran air.

Dampak terhadap aspek fisik seperti polusi udara dan kebisingan serta pencemaran air

dapat mengakibatkan dampak lanjutan berupa gangguan terhadap kesehatan dan

ketentraman masyarakat. Dampak negati terhadap aspek sosial juga dapat terjadi

sehubungan denga mobilisasi tenaga kerja dari luar lokasi proyek.

Dampak Pada Tahap Pasca Konstruksi

Pengoperasian (pemanfaatan) dan pemeliharaan jalan merupakan sumber dampak pada

tahap pasca konstruksi. Dampak yang mungkin terjadi antara lain berupa pencemaran

udara, kebisingan, dan kecelakaan lalu lintas. Keberadaan jalan juga dapat merangsang

kegiatan sektor lain berupa penggunaan lahan sepanjang koridor jalan yang tidak

terkendali, yang pada akhirnya menimbulkan dampak terhadap kinerja jalan seperti

kemacetan lalu lintas.

Di samping itu, mungkin juga terjadi dampak lingkungan terhadap jalan seperti longsor

dan banjir yang mengakibatkan kerusakan jalan sehingga lalu lintas kendaraan

terganggu. Kegiatan pemeliharaan jalan dapat menimbulkan dampak berupa gangguan

lalu lintas, namun dampak tersebut hanya bersifat sementara

b. Penyusunan Rencana Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali (Penanganan

Dampak Sosial Akibat Pengadaan Tanah)

Seperti telah dikemukakan pada pembahasan-pembahasan sebelumnya, kegiatan pengadaan

tanah dan pemindahak penduduk untuk keperluan proyek pembangunan / peningkatan

jalan, seringa menimbulkan dampak negatif terhadap aspek sosial yang sangat sensitif /

serius, yang pada akhirnya menimbulkan hambatan terhadap kelancaramm pelaksanaan

(15)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

Untuk memperoleh gambaran terperinci tentang penduduk terkena dmapak kegiatan

pengadaan tanah, dan jenis serta besaran kerugian yang mungkin timbul, diperlukan

penyusunan rencana pengadaan tanah dan permukiman kembali, dengan tujuan untuk

menyusun rumusan rencana tindak dalam penanganan dampaknya, khususnya dalam upaya

pemulihan dan peningkatan kehidupan sosial-ekonomi penduduk terkena dampak.

Penyusunan rencana pengadaan tanah dan permukiman kembali dilaksanakan melalui

urutan langkah-langkah utama berikut:

Baseline study

 Survei sosial-ekonomi

 Inventarisasi tanah dan aset diatasnya

 Konsultasi masyarakat

a. Baseline study

Baseline study dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum tentang penduduk

yang terdapat di sepanjang koridor rencana pembangunan jalan, yang mungkin terkena

dampak akibat kegiatan pengadaan tanah.

b. Survei sosial-ekonomi

Survey sosial-ekonomi dimaksudkan untuk memperoleh informasi detail tentang

penduduk yang terkena pembebasan tanah dan dampaknya yang mungkin terjadi.

Informasi yang dikumpulkan antara lain meliputi jumlah anggota keluarga, mata

pencaharian, tingkat pendapatan status kepemilikan tanah, jarak ke tempat kerja, jarak

ke sekolah anak-anak dan sebagainya.

c. Inventarisasi tanah dan aset diatasnya

Inventarisasi tanah meliptui luas lahan, jenis penggunaan saat ini, kelas tanah, dan status

kepemilikannya. Inventarisasi aset meliputi tanaman (jenis, jumlah dan umurnya) serta

bangunan (luas, jenis dan umurnya).

d. Konsultasi masyarakat

Proses pengadaan tanah harus dilakukan melalui konsultasi langsung antara instansi

pemerintah (pemrakarsa) dengan para pemilik tanah dan tokoh masyarakat / adat

setempat untuk mencapai kesepakatan tentang bentuk dan jumlah nilai kompensasi

serta lokasi kegiatan.

Konsultasi masyarakat tersebut diatas, dilaksanakan melalui penyuluhan dan

musyawarah untuk mencapai kesepakatan tentang bentuk dan jumlahnilai kompensasi

(16)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

10.6.

Rencana Pemantauan Safeguard Sosial dan Lingkungan

Pemantauan safeguard sosial dan lingkungan Kabupaten Nganjuk telah dilakukan di

beberapa daerah, antara lain:

1) TPA Kertosono dan Nganjuk yang telah memiliki UKL/UPL.

2) Industri Menengah Pabrik Gula juga telah memiliki UKL/UPL.

3) Rumah Sakit yang ada di kabupaten Nganjuk juga telah memiliki Studi AMDAL.

4) Pabrik Kertas “Jaya Kertas” di Kertosono telah memiliki AMDAL

10.6.1.Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Rencana Pemantauan Safeguard Sosial dan Lingkungan merupakan bagian dari tindak

lanjut berbagai proses pengelolaan lingkungan hidup. Secara prinsipm adapun tujuan

pemantauan pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk:

a. Mencek apakah rencana kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang tercantum dalam

dokumen RKL atau UKL telah dilaksanakan atau belum, oleh pemrakarsa kegiatan proyek

atau instansi terkait;

b. Menilai tingkat efektifitas hasil pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan oleh

pemrakarsa kegiatan proyek atau instansi terkait.

Kegiatan Pemantauan Pengelolaan Lingkunga Hidup melingkupi berbagai tahapan, yaitu

pada tahap perencanaan, pemantauan pengelolaan lingkungan hidup diperlukan untuk mencek

apaka proese perencanaan telah menerapkan pertimbangan lingkungan atau belum. Pada tahap

pra-konstruksi, pemantauan pengelolaan lingkungan hidup diperlukan untuk mencek kinerja

penanganan dampak akibat kegiatan pengadaan tanah dan pemindahan penduduk.

Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap konstruksi dimaksudkan untu

mencek konerja penanganan dampak terhadap lingkungan, akibat kegiatan konstruksi, terutama

akibat penggunaan alat-alat berat. Secara garis besar, kegiatan pemantauan ini perlu dilakukan

di:

 Lokasi Basecamp

 Lokasi tapak kegiatan pembangunan jalan dan jembatan

 Lokasi quarry; dan

 Jalur transportasi bahan bangunan, khususnya dari lokasi quarry dan borrow are lokasi

proyek.

Pada tahap pasac konstruksi, pemantauan pengelolaan lingkungan hidup diperlukan

(17)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

pengoperasain atau pemanfaatan dan pemeliharaan jalan yang telah selesai dibangun /

ditingkatkan.

Evaluasi kualitas lingkungan diperlukan untuk menilai kualitas lingkungan sepanjang

koridor jalan , dan kinerja jalan yang bersangkutan setelah umur desainnya terlampaui.

Evaluasi mencakup :

 Dampak pengoperasian jalan;

 Dampak ikutan (dampak kegiatan sektor lain) yang terangsang oleh adanya jalan, baik

terhadap lingkungan maupun kinerja jalan; dan

 Dampak lingkungan alam terhadap kondisi/kinerja jalan.

Penilaian kualitas lingkungan dilakukan dengan mengacu pada baku mutu lingkungan yang telah

ditetapkan oleh pemerintan. Hasil evaluasi kualitas lingkungan merupakan landasan untuk

perumusan rencana kegiatan proyek baru baik berupan peningakatan jalan yang bersangkutan

maupun pembangunan jaringna jalan baru, serta masukan untuk perbaikan pengelolaan

lingkungan sektor lainnya.

10.6.2.Monitoring dan Evaluasi Sosial-Ekonomi

Pembangunan jalan dimaksudkan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat untuk:

 Membuka keterisolasian wilayah;

 Meningkatkan aktivitas dan mendukung kelancaran roda ekonomi wilayah;

 Mempermudah akses penggunaan teknologi dan pemanfaatan fasilitas sosial seperti

pendidikan, kesehatan, pemerintahan dan lain lain;

 Peningkatan mobilitas dan kontak sosial antar penduduk

Dalam kaitannya dengan kebijakan pembangunan masyarakat pedesaan, pembangunan

jalan secara umum dapat menimbulkan manfaat bagi masyarakat pedesaan, termasuk

masyarakat miskin, antara lain:

a. Peningkatan mobilitas penduduk

b. Penurunan biaya transportasi baik untuk barang maupun orang

c. Peningkatan akses pada pedagang kecil produk pertanian ke pasar di desa-desa yang lebih

besar atau kota;

d. Peningkatan pelayanan fasilitas kesehatan, pendidikan dan penyuluhan pertanian yang ada

di kota bagi penduduk pedesaan;

e. Peningkatan pendapatan uang tunai dalam jangka panjang, terutama karena perbaikan akses

ke pasat dan para pemasok (supplier);

f. Peningkatan pendapatan uang dalam jangka pendek (sementara) sehubungan dengan

(18)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

g. Pengaspalan jalan agregat / tanah dapat meningkatkan kesehatan dan pola hidup

masyarakat sebagai akibat penurunan sebaran debu di jalan.

Untuk mengetahui sejauh mana masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan, telah

memperoleh manfaat dari pembangunan jalan tersebut, diperlukan monitoring dan evaluasi

sosial-ekonomi.

Pada saat ini kegiatan monitoring dan evaluasi sosial-ekonomi proyek-proyek jalan pada

umumnya belum dilaksanakan, kecuali untuk beberapa proyek yang dibiayain dengan bana

bantuan luar negeri, seperti program Road Rehabilitation (Sector) Project (RR(S)P) bantuan

ADB, yang mensyaratkan implementasi program monitoring dan evaluasi sosial ekonomi

Gambar

Tabel  VII - 1
Tabel  VII - 2

Referensi

Dokumen terkait

sebuah realita yang sering menjadi penghambat dari tercapainya kehidupan harmonis yang keberadaanya tidak bisa dilupakan adalah sangat majemuknya kehidupan manusia baik dari

sebesar paling tinggi 100% (seratus per seratus) dari PBB-P2 yang terutang dalam bal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa sebagaimana dimaksud dalam

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL TENTANG PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK PARKIR YANG TERUTANG. KESATU :

Bahan penelitian adalah data rekam medis pasien kanker kolorektal di Rumah Sakit Immanuel Bandung yang memuat data mengenai jenis kelamin, umur, pekerjaan, predileksi tertinggi

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA bidang agama adalah terciptanya suasana kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang penuh keimanan dan ketaqwaan,

Analisis Faktor merupakan nama umum yang menunjukkan suatu kelas prosedur, utamanya untuk mereduksi data atau meringkas, dari variabel yang banyak diubah menjadi

Sistem informasi expert system yang dibangun merupakan sistem informasi berbasis web, yaitu sistem yang mampu memberikan informasi tentang penyakit yang

Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat daya beli listrik pada sektor rumah tangga di Salatiga dipengaruhi secara signifikan oleh faktor pendapatan rata-rata total keluarga