• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DIPADUKAN DENGAN SENAM OTAK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DIPADUKAN DENGAN SENAM OTAK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TIPE STAD DIPADUKAN DENGAN SENAM OTAK TERHADAP

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Dian Ratna Puspananda, M.Pd.*

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dipadukan dengan senam otak terhadap prestasi belajar matematika. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 64 orang dan sampel berjumlah 40 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Data prestasi belajar Matematika dikumpulkan menggunakan tes pilihan ganda. Data dianalisis menggunakan uji t. Sebelum diberi perlakuan kedua kelas terlebih dahulu diuji keseimbangannya. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) diapadukan dengan senam otak lebih baik daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif STAD, senam otak, prestasi belajar matematika.

PENDAHULUAN

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, diperlukan persiapan sumber daya manusia yang merupakan kunci utama untuk memenangkan persaingan era globalisasi tersebut. Perkembangan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan setiap manusia memperoleh informasi dengan cepat dan mudah. Dengan demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk menghadapi keadaan yang selalu berubah, kompetitif dan tidak pasti. Kemampuan ini menuntut siswa agar berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Beratnya tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam berbagai segi telah menempatkan bidang pendidikan sebagai upaya yang strategis untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

Pendidikan merupakan proses yang baik dalam pembinaan manusia untuk mengembangkan potensi diri. Salah satu upaya mempersiapkan sumber daya manusia dalam menghadapi perubahan yaitu melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilihat dari hasil prestasi belajar siswa.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah ditempuh oleh pemerintah. Upaya-upaya tersebut hampir mencakup seluruh komponen pendidikan, mulai dari perbaikan kurikulum, pengadaan buku-buku sekolah, mengadakan pelatihan bagi guru, serta inovasi dalam proses pembelajaran.

Pendidikan adalah sistem yang memiliki kegiatan cukup kompleks, yaitu meliputi berbagai komponen yang saling berkaitan. Proses pembelajaran yang ideal adalah adanya peran yang aktif antara siswa

(2)

dan dari guru, sehingga pembelajaran tidak hanya terfokus pada guru saja. Namun, masih banyak dijumpai pembelajaran di dalam kelas hanya terpusat pada guru, terutama pada mata pelajaran matematika. Begitu pula proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh siswa kelas VI SDN Sukorejo I. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penelliti selama proses pembelajaran berlangsung, pembelajaran selalu didominasi oleh guru, sehingga siswa kurang berkesempatan untuk ikut andil dalam proses pembelajaran.

Siswa akan termotivasi mengikuti pembelajaran dengan baik jika guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Situasi pembelajaran yang menyenangkan ini sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika karena obyek matematika itu sendiri bersifat abstrak, sehingga belajar matematika memerlukan daya nalar yang tinggi.

Pembelajaran matematika di sekolah dasar cenderung didominasi oleh pembelajaran konvensional yang lebih mengandalkan metode ceramah sehingga siswa menjadi bosan dan kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Dampak dari dominannya guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvesional juga mempengaruhi keaktifan belajar siswa.

Keaktifan belajar merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru sehingga pada akhirnya prestasi belajar siswa pun dapat ditingkatkan. Salah satu langkah yang dapat ditempuh guru dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa adalah dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif. Menurut Effandi Zakaria and Zanaton Iksan (2006):

Essentially, then, cooperative learning, represents a shift in educational paradigm from teacher-centered approach to a more student-centered learning in small group. It creates excellent opportunities for students to engage in problem solving with the help of their group members.

Menurut Johnson dan Johnson (Miftahul Huda 2011: 46) ada beberapa elemen dasar yang membuat pembelajaran kooperatif lebih produktif dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif dan individual. Elemen-elemen tersebut adalah:1) Interpedensi positif (positive interpendence); 2) Interaksi promotif (promotive interaction); 3) Akuntabilitas Individu (individual accountability); 4) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (interpersonal and small group skill); 5) Pemrosesan Kelompok (group proccessing).

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Salah satu pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kooperratif STAD ( Student-Team-Achievemen-Division). Model pembelajaran kooperatif STAD adalah model pembelajaran

(3)

kooperatif yang paling sederhana dan mudah diterapkan pada siswa sekolah dasar. Ide dasar STAD adalah bagaimana memotivasi peserta didik dalam kelompok agar mereka dapat saling mendorong dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang disajikan, serta menumbuhkan suatu kesadaran bahwa belajar itu penting, bermakna dan menyenangkan.

Agar proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, maka pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran STAD dapat dipadukan dengan senam otak. Menurut Gunadi (2009;20) senam otak merupakan rangkaian gerakan yang merangsang aspek-aspek tertentu dari otak dan membantu kerjasama belahan otak kanan dan otak kiri. Hal ini dapat mengoptimalkan penggunaan seluruh bagaian otak dalam proses belajar atau aktivitas lainnya serta menyingkirkan hambatan-hambatan dalam belajar.

Selain itu Gunadi (2009;24-25) juga menyatakan bahwa keuntungan dan manfaat dari senam otak antara lain adalah: 1) anak dapat belajar dengan nyaman tanpa stress, 2) waktu yang dibutuhkan untuk senam otak cukup singkat sehingga tidak mengganggu proses belajar, 3) praktik senam otak dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja tanpa membutuhkan tempat dan bahan yang khusus, 4) senam otak dapat digunakan untuk membantu semua situasi, baik dalam belajar maupun dalam kehidupan sehari-hari, 5) senam otak pada gilirannya dapat meningkatkan kepercayaan diri anak, 6) senam otak segera menunjukkan hasil dan sangat efektif untuk menangani anak yang mengalami hambatan dalam belajar atau stres belajar, 7) senam otak diakui sebagai salah satu

teknik belajar terbaik versi “National Learning Foundation USA” dan praktik senam otak telah menyebar ke seluruh dunia. Sedangkan menurut Jumraini Tammase (2009) senam otak atau brain gym dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, daya ingat dan konsentrasi belajar.

Berdasarkan paparan di atas, dapat diduga bahwa prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipadukan dengan senam otak lebih baik prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Penelitian dilakukan pada semester ganjil 2013/2014. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI A dan VI B SDN Sukorejo I Bojonegoro. Populasi penelitian berjumlah 60 siswa dan sampel berjumlah 40 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah simple ramdom sampling. Kelas VI A dan kelas VI B berada pada keadaan seimbang. Berikut adalah hasil uji keseimbangan kedua kelas tersebut berdasarkan nilai UAS semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

(4)

Tabel 1 Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol Siswa SDN SUKOREJO I Kelom pok L Observasi L Kritik Keputus an Uji Data Ber distribusi Eksperi 0,148 0,190 H0 Normal men diterima Kontrol 0,116 0,190 H0 Normal diterima

Tabel 2 Hasil Uji Homogenitas Variansi Kelompok Eksperimen dan Kontrol Siswa SDN SUKOREJO I Kelom pok F Observasi F Kritik Keputus an Uji Ke simpulan Eksperi 1,223 2,168 H0 Variansi

men dan diterima kedua

Kontrol kelompok

Homogen

Tabel 3 Hasil Uji Keseimbangan Kelompok Eksperimen dan Kontrol Siswa SDN SUKOREJO I Kelom pok t Observasi t Kritik Keputus an Uji Ke simpulan Eksperi 0,00658 3 H0 Seimbang

men dan diterima

Kontrol

Berdasarkan perhitungan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji keseimbangan di atas, maka kedua kelas berada dalam keadaan seimbang. Kedua kelas tersebut akan dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelas VI A dan kelompok kontrol adalah kelas VI B.

Ada dua variabel dalam penelitian ini, yakni variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah Model Pembelajaran Kooperatif tipe StudentTeam Achievement Division (STAD) yang dipadukan dengan senam otak dan Model Pembelajaran Konvensional. Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar metematika siswa kelas VI SDN Sukorejo I semester ganjil 2013/ 2014.

Data pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi dan metode tes. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh nilai UAS yang akan digunakan untuk uji keseimbangan, sedangkan metode tes digunakan untuk mendapatkan nilai hasil belajar matematika setelah mendapat perlakuan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dipadukan dengan senam otak. Tes menggunakan soal pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. Soal disusun berdasarkan kisi-kisi kurikulum yang digunakan di sekolah tersebut yaitu KTSP yang menyangkut standar kompetensi, kompetensi dasar, serta indikatornya. Sebelum soal diberikan pada sampel penelitian, terlebih dahulu diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran serta daya beda. Soal divalidasi oleh guru yang mengajar di kelas VI yakni ibu Zuhdiyah, setelah dinyatakan valid maka soal tersebut diujicobakan pada siswa kelas VI yang tidak digunakan sebagai sampel. Hasil dari ujicoba tersebut akan dihitung reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya. Penghitungan reliabilitas menggunakan KR-20 dan nilai reliabilitasnya adalah 0,830. Soal yang diujicobakan berjumlah 35 soal, setelah dihitung nilai daya beda dan tingkat kesukarannya, ternyata ada 10 soal yang tidak terpakai, sehingga soal yang digunakan untuk tes akhir berjumlah 25 soal.

(5)

Hasil penelitian dalam penelitian ini dianalisis secara bertahap, yaitu: deskripsi data, uji prasyarat, dan uji hipotesis. Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan uji liliefors. Sedangkan, uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Pada penelitian ini uji homogenitas dilakukan dengan uji F. Selanjutnya, setelah uji prasyarat terpenuhi maka akan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil tes prestasi belajar matematika siswa diambil menggunakan 25 soal tes pilihan ganda, dari hasil tes prestasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya sebelum diuji hipotesis.

Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol Siswa SDN SUKOREJO I Kelom pok F Observasi F Kritik Keputus an Uji Ke simpulan Eksperi 0,940 2,168 H0 Variansi

men dan diterima kedua

Kontrol kelompok

Homogen

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas dan uji homogenitas di atas, dapat diketahui bahwa data kelompok kontrol dan eksperimen berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen. Setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen, maka data diuji hipotesisnya menggunakan uji-t (t test).

Uji t yang digunakan dalam uji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji t separated varians. Hasil t observasi adalah 3,894 sedangkan t tabel dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan 38 adalah 2,101, karena harga t observasi > t tabel maka hipotesis diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dipadukan dengan senam otak dan prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran konvensional berbeda.

Rerata yang diperoleh kedua kelompok dari hasil tes akhir, diperoleh rerata kelompok eksperimen adalah 72,13 sedangkan rerata kelompok kontrol adalah 60,50. Kelompok eksperimen mempunyai rerata yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipadukan dengan senam otak menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol Siswa SDN SUKOREJO I Kelom pok L Observasi L Kritik Keputus an Uji Data Ber distribusi Eksperi 0,178 0,190 H0 Normal men diterima Kontrol 0,161 0,190 H0 Normal diterima

(6)

pembelajaran konvensional. Hal itu disebabkan karena pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa (student center learning), selain itu terjadi komunikasi dengan guru dan teman sebayanya untuk mendiskusikan materi. Siswa juga dilatih untuk berpendapat dan menghargai pendapat orang lain, siswa saling memotivasi untuk mencapai tujuan bersama. Senam otak juga memiliki peranan yang penting, sebelum pembelajaran dimulai terlebih dahulu siswa mengikuti gerakan senam otak yang dipandu oleh peneliti dengan diiringi musik, sehingga mereka lebih rileks dan berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran nantinya. Seperti yang diungkapkan oleh Jumraini Tamasse bahwa Senam otak akan membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat sehingga kegiatan belajar yang berlangsung dapat menggunakan seluruh otak (whole brain). Akibatnya, stres emosional berkurang dan pikiran lebih jernih. Sehingga hubungan antar manusia dan suasana belajar lebih rileks dan senang. Selain itu, senam otak atau brain gym dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, daya ingat dan konsentrasi belajar. Maka dari itu, anak menjadi lebih bersemangat, lebih konsentrasi, lebih kreatif dan efisien. Sehingga setiap anak akan merasa lebih sehat apabila stres berkurang dan prestasi belajar dapat meningkat.

Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dipadukan dengan senam otak mampu menciptakan suasana pembelajaran yang berbeda, dimana proses pembelajaran yang berpusat pada siswa ini menjadikan siswa lebih aktif ditambah dengan senam otak yang dilakukan yang dapat membuat siswa lebih

konsentrasi dalam proses pembelajaran, sehingga prestasi belajar merekapun menjadi lebih baik baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, maka simpulan dari penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipadukan dengan senam otak lebih baik prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat diajukan beberapa saran guna peningkatkan kualitas pembelajaran matematika sebagai berikut. Pertama, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipadukan senam otak secara signifikan memiliki prestasi belajar matematika yang tinggi daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, para pendidik disarankan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan senam otak dalam pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika.

Kedua, bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan misi mendidik calon-calon guru, khususnya calon guru sekolah dasar, hendaknya terus menerus memperkenalkan dan melatih para calon guru untuk menerapkan model-model pembelajaran kooperatif yang diberi inovasi-inovasi yang sesuai dengan karakteristik siswa di sekolah dasar. Sehingga pembelajaran yang diterapkan pada saat sudah menjadi guru nanti, lebih bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik.

(7)

DAFTAR RUJUKAN

Budiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Effandi Zakaria and Zanaton Iksan. 2007. Promoting

cooperative learning in Science and Matehematics Education: A Malaysian Perspective,Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, vol 3, no1, pp 35-39.

Jumraini Tammasse. 2009. Lakukan Senam Otak (online), (http://inseptika.files.wordpress.com/ 2010/ 07/1245348270fajar-utm_19_7.pdf, diakses tanggal 20 Desember 2013)

Miftahul Huda. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Tri Gunadi. 2009. Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta: Penebar Swadaya.

Gambar

Tabel 2 Hasil Uji  Homogenitas Variansi  Kelompok Eksperimen  dan  Kontrol  Siswa  SDN SUKOREJO I Kelom pok F Observasi F Kritik Keputusan Uji Ke simpulan Eksperi 1,223 2,168 H 0 Variansi
Tabel 5 Hasil  Uji  Homogenitas  Kelompok Eksperimen  dan  Kontrol  Siswa  SDN SUKOREJO I Kelom pok F Observasi F Kritik Keputusan Uji Ke simpulan Eksperi 0,940 2,168 H 0 Variansi

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa dapat memahami konsep jaringan komputer : Pengertian jaringan komputer, konfigurasi jaringan di system operasi windows dan linux,

[r]

Departemen teknik Elektro Universitas Sumatera Utara USU

Pengadaan Pakaian Olaraga Beserta Perlengkapannya Kegiatan Penyedian Pakaian Khusus hari-hari tertentu.

Mata ajar keperawatan maternitas II merupakan kelanjutan dari mata ajar keperawatan maternitas I, di mana mata ajar keperawatan maternitas II menekankan pada penerapan

Setiap pemanfaatan ruang diwajibkan mengacu pada rencana pengembangan sistem pusat pelayanan yang telah ditetapkan; Pada pusat pelayanan kota, kegiatan berskala kota

[r]

Elsyana (2004) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh peristiwa pemecahan saham terhadap harga saham pada 30 emiten yang melakukan pemecahan saham dari tahun 2000 sampai