• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN - DOCRPIJM 1506587303Lap III Bab 4 Anl Sosial Ekonomi Link RPIJM R3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 4 ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN - DOCRPIJM 1506587303Lap III Bab 4 Anl Sosial Ekonomi Link RPIJM R3"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

IV - 1

BAB 4

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN

LINGKUNGAN

Dukungan kajian analisis terhadap aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungan pada RPIJJM bidang Cipta Karya dibutuhkan untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian terhadap aspek-aspek tersebut meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting sosial, ekonomi dan lingkungan melalui instrumen analisis serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan yang dibutuhkan.

4.1. ANALISIS SOSIAL

4.1.1. Pengarusutamaan Gender

Gender adalah perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara laki-laki dan perempuan yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang luas. Ditingkat Pusat, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah berkomitmen untuk mendukung kebijakan tersebut dengan membentuk Tim Pokja IV Kegiatan Pengarusutamaan Gender Direktorat Jenderal Cipta Karya dan BPPSPAM No. 108/KPTS/DC/2015. Melihat kondisi bahwa belum adanya keadilan dan kesetaraan gender, Pemerintah terus mendorong pengarusutamaan gender di setiap bidang pembangunan nasional, termasuk di antaranya dalam bidang Cipta Karya. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender mengamanatkan semua Kementerian, dan Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota untuk melaksanakan pengarusutamaan gender, sehingga seluruh proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari seluruh

(2)

IV - 2 kebijakan, program dan kegiatan di seluruh sektor pembangunan mempertimbangkan aspek gender.

Melalui RPIJM ini, penyelenggaraan infrastruktur Cipta Karya Kabupaten Nias Utara harus dimulai dari perencanaan yang tepat sasaran dan memiliki pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan wanita dan anak. Sebagai contoh, dengan adanya akses terhadap air bersih maka ibu rumah tangga di sekitar tempat tersebut dapat mengumpulkan air dalam jarak yang dekat. Di samping itu, kesehatan anak-anak juga terjaga sehat dan terhindar dari penyakit diare karena memiliki akses terhadap sanitasi yang layak. Program pemberdayaan masyarakat juga turut melibatkan perempuan, orang tua, dan difable pada proses perencanaan sehingga prasarana permukiman dapat dimanfaatkan oleh seluruh orang tanpa diskriminasi. Upaya-upaya pengarusutamaan gender di Kabupaten Nias Utara perlu terus didorong melalui diantaranya melalui perencanaan dan perumusan usulan-usulan kegiatannya sehingga dapat menjamin pembangunan di Kabupaten Nias Utara yang inklusif.

4.1.2. Kondisi Pengarusutamaan Gender Nias Utara

A. Perempuan Dalam Sosial Budaya Nias

Umumnya perempuan di daerah perdesaan Kabupten Nias Utara memang masih terpinggirkan. Konstruksi budaya suku Nias yang mendominasikan laki-laki masih sangat ketat sehingga banyak perempuan di Pulau Nias terus berada di ranah domestik dengan beban kerja yang tinggi.

(3)

IV - 3 mulai nampak terlihat pada wilayah perkotaan dimana telah banyak perempuan di kota sudah menjadi pejabat atau yang meneruskan sekolah ke jenjang yang tinggi hingga ke luar daerah Nias.

B. Pernikahan Usia Dini

Fenomena pernikahan dini di Kabupten Nias Utara hampir-hampir tidak terdeteksi sehingga sulit disuarakan namun sering berlangsung di perdesaan. Kondisi ini telah membuat banyak perempuan didaerah ini tidak bisa lagi menikmati masa depan dan tak punya akses terhadap perbaikan kualitas hidup karena mereka harus bertanggung jawab terhadap keluarga serta mengasuh anak. Pernikahan dini dapat berpengaruh pada kesehatan, khususnya bagi perempuan beresiko tersebut juga akan berpengaruh bagi kesehatan perempuan yang hamil pada usia yang masih belia karena belum matangnya organ reproduksi. Kondisi ini memperburuk kesehatan perempuan, dan berpotensi menyebabkan kematian ibu ketika melahirkan. Menurut data Kementrian Kesehatan RI tahun 2013, lebih dari separuh perempuan hamil di Nias mengalami defisit energi dan angka kematian ibu melahirkan didaerah Pulau Nias adalah yang teringgi di Sumatera Utara.

C. Putus Sekolah

(4)

IV - 4 Pandangan yang dimiliki oleh para orang tua bahwa belajar itu ya, hanya ketika ada di sekolah. Setelah itu, ketika sudah berada di rumah harus membantu orang tua untuk turut menjadi tenaga kerja lokal bagi ekonomi keluarga.

D. Isu Strategis Pengarusutamaan Gender dan Perlindungan Anak di

Nias Utara

Dalam Bidang Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, RPJMD Kabupaten Nias Utara tahun 2016-2021 telah mengidrntifikasi berbagai permasalahan yang dihadapai sebagi isu strategis Pengarusutamaan Gender dan Perlindungan Anak di Kabupaten Nias Utara, yaitu :

1) Masih tedapat kasus pelecehan seksual dan kekerasan anak;

2) Belum adanya ruang publik sebagai wadah interaksi dan kelayakan kota/pemukiman layak anak;

3) Kehidupan rumah tangga yang masih di tanggung oleh perempuan; 4) Partisipasi perempuan dalam pembangunan masih kurang; dan

5) Kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak masih lemah

4.1.3. Situs Budaya Nias Utara

(5)

IV - 5 pembangunan dan pemeliharaan rumah adat sangat memberatkan pemiliknya karena kayu-kayu di Pulau Nias sudah sulit didapat. Melalui Museum Pusaka Nias yang dikelola oleh Yayasan Pusaka Nias dan bersifat sosial dan nirlaba yang kegiatan utamanya berfokus pada pelestarian budaya Nias telah berupaya menyediakan dana dan bantuan pemikiran serta mengawasi kualitas pekerjaan pembangunan rumah-rumah tradisional di kawasan Nias.

A. Pelestarian Budaya Tradisional Nias Utara

Secara budaya, Nias bisa dibagi ke bagian selatan dan utara. Antara selatan dan utara ada perbedaan dalam dialek bahasa, gaya pakaian tradisional, lagu-lagu dan tarian. Namun perbedaan yang paling jelas adalah arsitekturnya, di mana rumah-rumah di wilayah utara Nias yang berbentuk lonjong, dan di selatan berbentuk persegi panjang.

Dibandingkan dengan Nias Selatan situs-situs budaya termasuk situs megalit di Kabupaten Nias Utara lebih tersebar. Secara budaya, daerah 'Utara' itu termasuk Kabupaten-kabupaten Nias Barat, Nias (Induk) dan Nias Utara serta kota Gunungsitoli. Kondisi jalan di daerah ini masih geradakan, tapi sebagian besar situs yang telah dipublikasikan dapat diakses oleh kendaraan.

B. Identifikasi Lokasi Situs Budaya Nias Utara

Beberapa lokasi rumah-rumah tradisional di Kabupaten Nias Utara antar lain ada di Kecamatan Alasa dan Tugala Oyo. Berikut hasil identifikasi masing-masing lokasi situs budaya di kabupaten Nias Utara:

Tabel 4. 1. Identifikasi Lokasi Situs Budaya Di Kabupaten Nias Utara No Lokasi Situs Budaya Jenis Situs

(6)

IV - 6 Sedang

Berkembang

tradisional

5 Desa Sisarahili (Dusun Onombongi ) di

Kecamatan Namöhalu Esiwa

Megalitik 1 situs megalit

Baik, perlu penataan lingkungan

6 Desa Onozitoli Sawö dan Desa Sanawuyu

Megalitik 1 situs megalit

Baik, perlu penataan lingkungan Rumah

tradisional

1 situs rumah tradisional

Rusak, perlu rehabilitasi dan penataan lingkungan Sumber: Museum Pusaka Nias (www.museum-nias.org) 2017, Gunungsitoli, Sumatera Utara

(7)

IV - 7 Sumber: Museum Pusaka Nias (www.museum-nias.org) 2017, Gunungsitoli, Sumatera Utara

Gambar 4. 1. Situs Budaya di Kabupaten Nias Utara

4.2. ANALISIS EKONOMI

4.2.1. Kondisi Ekonomi Daerah

A. Nias Utara Adalah Daerah Tertinggal

Kondisi ekonomi telah menjadi permasalahan lama secar umum di kepulauan Nias, yaitu berkaitan erat dengan angka kemiskinan. Semua kabupaten/kota di Sumatera Utara memiliki penduduk miskin, namun menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara 2017, Kabupaten Nias Utara memiliki persentase penduduk miskin yang paling besar yaitu 30,92% di tahun 2016 dengan jumlah penduduk miskin sebanyak ± 41.660 jiwa.

Tabel 4. 2. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Nias Utara, 2010-2016 Kabupaten

Kota Satuan

Jumlah Penduduk Miskin (000) (Jiwa)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Nias Utara

Jiwa 40.70 39.15 38.51 40.78 38.95 43.74 41.66 % 31.94 30.44 29.50 30.94 29.28 32.62 30.92

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2017

(8)

IV - 8 masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesibiltas serta karakteristik daerah.

Sumber: http://www.wartanias.com/2017, Foto: IG_Warta Nias

Salah Satu Potret Keluarga miskin di Desa Botona'i Kec. Tugala'oyo Nias Utara

Kabupaten Nias Utara sebenarnya memiliki lahan desa-desa yang relatif subur seperti terlihat sangat banyak ditumbuhi pohon kelapa hingga 46.123 Ha, yang menutupi hampir seluruh pantainya. Data BPS Kabupaten Nias mencatat bahwa produksi komoditi utama Nias Utara yaitu karet di tahun 2015 mencapai 365.451 ton kemudian disusul oleh kelapa sebesar 32.569 ton, sementara untuk produksi ikan laut adalah sebesar 12.455 ton (data BPS 2016). Potensi ekonomi lain yang cukup menjanjikan adalh si sektor pariwisata, terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Nias Utara setiap tahun terus menunjukkan peningkatan , yaitu dari 120 orang wisaatawan asing di tahun 2011 hingga berjumlah 946 di tahun 2014.

Namun kondisi yang terlihat kini bahwa tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat di hampir seluruh desa di Kabupaten Nias Utara masih sangat rendah. Dengan kata lain tingkat kesejahteraan sosial ekonomi penduduk tidak sesuai dengan tingkat kesuburan lahan yang dimilikinya.

4.2.2. Analisis Pola Dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi

(9)

IV - 9 Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu:

 sektor prima/cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income);

 sektor berkembang /sektor maju tapi tertekan (high income but low growth);

 sektor potensial/berkembang cepat (high growth but income); dan  sektor terbelakang/relatif tertinggal (low growth and low income).

Persamaan dari analisis tipologi klassen ini dapat dilihat pada diagram berikut. Tabel 4. 3. Metode Analisis Tipologi Klassen

(10)

IV - 10 Tabel 4. 4. Klasifikasi Masing-Masing Sektor di Kabupaten Nias Utara

Berdasarkan

4.2.3. Upaya Percepatan Pembangunan

A. Kebijakan Program Pengentasan Kemiskinan

Berbagai upaya percepatan pembangunan untuk memajukan wilayah Nias secara umum terus diupayakan, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemda setempat maupun dari pemerintah provinsi Sumatera Utara hingga oleh pihak Pusat. Beberapa langkah yang telah ditempuh dari pihak provinsi antara lain adalah:

 Peningkatkan jaringan listrik oleh PLN untuk kebutuhan rumah penduduk yang belum mendapat aliran listrik.

 Pihak DPD RI juga mendukung dalam sektor pariwisata melalui rencana kerja sama Pemprov dengan negara kepulauan Seychelles, Afrika untuk mengembangkan Nias sebagai destinasi tujuan wisata dunia.

 Dukungan untuk memperluas lahan tanaman padi di kawasan Nias.  Penataan kawasan/revitalisasi bangunan bersejarah yang dapat

(11)

IV - 11 salah satunya adalah “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”.

Keterlibatan pihak swasta dalam rangka untuk meningkat kualitas hidup dan kesehatan masyarakat Nias dan mendukung percepatan program elektrifikasi nasional yang sedang dijalankan pemerintah, telah dilaksankan melalui Program “BUMN Hadir untuk Negeri” yaitu bantuan MCK dan elektrifikasi yang digalang oleh Kementerian BUMN. Salah satu perusahaan swasta nasional PT Adhi Karya (Persero) Tbk memberi bantuan berupa pembangunan sarana sanitasi MCK dan elektrifikasi bagi rumah tangga sederhana yang belum teraliri listrik di Pulau Nias, termasuk di kabupaten Nias Utara. Pada awal tahun 2017 ini, untuk tahap pertama perusahaan tersebut telah membangun 50 pintu MCK yang dilengkapi sumur air bersih di 14 titik serta bantuan elektrifikasi bagi 400 rumah tangga tidak mampu. Lokasi pembangunannya selain di kawasan wisata juga dibangun di pemukiman penduduk, pasar, puskesmas, taman kota dan kantor desa.

B. Pengelolaan PAD Pemerintah Kabupaten Nias Utara

(12)

IV - 12 melalui berbagai kebijakan dan terobosan strategis sehingga secara bertahap proporsi Pendapatan Asli Daerah terhadap penerimaan pendapatan daerah akan mengalami peningkatan yang signifikan.

Salah satu upaya strategis yang dilakukan terhadap peningkatan PAD adalah program intensifkasi dan ekstensifikasi terhadap wajib pajak dan retribusi daerah. Di sisi lain, intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan keuangan daerah pada hakekatnya sangat di pengaruhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang merupakan komponen dari pada PAD telah ditentukan jenis dan jumlahnya. Di samping itu ketentuan peraturan perundang-undangan juga secara tegas mengamanatkan bahwa setiap penerimaan pendapatan baru tersebut tidak memberatkan masyarakat dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini menjadi tantangan dalam melaksanakan ekstensifikasi sumber-sumber penerimaan yang baru.Upaya-upaya yang dilakukan selama ini dalam meningkatkan PAD dari Retribusi dan pajak.

4.3. ANALISIS LINGKUNGAN

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh pemerintah Kabupaten Nias Utara ini telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis;

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

(13)

IV - 13 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu: a) Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota; b) Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota; c) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai Amdal dan UKL-UPL; d) Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup; dan e)Melaksanakan standar pelayanan minimal.

4.3.1. Kondisi Eksisting Lingkungan Kabupaten Nias Utara

A. Kawasan Rawan Bencana Alam

Kabupaten Nias Utara merupkan daerah yang sangat rentan terhadap bencana. Bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007, didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Berdasarkan sumber dan penyebabnya, bencana dibagi atas bencana alam dan bencana non alam dan bencana alam dibagi lagi menjadi bencana alam geologi (gempabumi, tsunami, letusan gunungapi dan longsor) dan bencana alam hidro-klimatologi (banjir, kekeringan, angin topan, gelombang pasang).

B. Kawasan Rawan Bencana Gempa bumi

Wilayah Kabupaten Nias Utara, berdasarkan kondisi kegempaan yang umumnya berkekuatan <3,9 – 4,9 SR dengan kedalaman dangkal dan dengan memperhatikan kondisi batuan penyusun serta struktur geologi yang berkembang, maka potensi bencana gempabuminya dibagi atas dua kawasan rawan bencana, yaitu :

(14)

IV - 14 terjadi penggandaan gelombang yang berdampak pada peningkatan goncangan saat terjadi gempa.

2. Kawasan rawan bencana gempa tinggi, berada pada daerah yang disusun batuan sedimen dari Formasi Lölömatua (Tml) dan Formasi Gomo (Tmpg) serta batuan beku dan sedimen termetakan yang terstrukturkan. Kawasan ini terutama di Kecamatan Alasa Talumuzöi, Namöhalu Esiwa, Sitölu Öri, Sawö, bagian barat Kecamatan Afulu dan sebagian Kecamatan Alasa dan Tugala Oyo.

C. Kawasan Rawan Bencana Tsunami

Kawasan rawan bencana tsunami terkait erat dengan kejadian gempa bumi, maka di wilayah Kabupaten Nias Utara juga berpotensi terjadi tsunami apabila gempa diikuti oleh perpindahan material di bawah laut akibat longsoran ataupun akibat goncangan (shaking) gempa sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka akan ada hubungan antara kekuatan gempa dengan tsunami, dimana potensi tsunami akan terjadi bila kekuatan gempanya lebih besar dari 6,5 SR dan kedalaman gempanya tergolong dangkal (< 60 km atau mencapai 80 km). Di Kabupaten Nias Utara, kawasan yang paling rawan terjadi tsunami saat terjadi gempa tektonik besar di laut adalah wilayah bagian utara yang disusun oleh endapan alluvial dengan topografi datar, yaitu di bagian utara Kecamatan Lahewa, Kecamatan Lotu, dan Lahewa Timur.

(15)

IV - 15

D. Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau material yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga bergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai faktor alami dan manusia.

Curah hujan yang juga tergolong tinggi (lihat peta curah hujan) dan goncangan gempabumi yang memang sering terjadi di wilayah Pulau Nias serta adanya aktivitas manusia yang mengurangi kemampuan lahan menyerap air menjadi pemicu terjadiya gerakan tanah. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka wilayah Kabupaten Nias Utara yang rentan terhadap bencana longsor terutama di Kecamatan Tuhemberua, yaitu bagian barat dan memanjang arah barat laut-tenggara, dibagian tengah Kec. Alasa, dibagian timur Kecamatan Afulu serta di bagian tenggara Kecamatan Tugala Oyo.

4.3.2. Identifikasi Kawasan Rawan bencana di Kabupaten Nias Utara

Berdasarkan hasil kajian pada RTRW Kabupaten Nias Utara, dapat diidentifikasi kawasan-kawasan yang rentan terhadap resiko bencana alam yang mungkin terjadi, yaitu sebagi berikut:

Tabel 4. 5. Identifikasi Lokasi Kawasan Bersiko Bencana Alam di Kabupaten Nias Utara

No Jenis Resiko Bencana Lokasi/kawasan Resiko bencana  Kec. Afulu, pada wilayah

bagian barat/disepanjang

(16)

IV - 16 No Jenis Resiko Bencana Lokasi/kawasan Resiko

bencana

Timur gempa

3 Rawan Bencana Tanah longsor

Kec. Tuhemberua: bagian barat dan memanjang arah barat laut-tenggara

Kec. Alasa: dibagian tengah Kec. Afulu: dibagian timur  Kec. Tugala Oyo bagian

tenggara

Tinggi

Sumber: Materi Teknis RTRW Kab. Nias Utara 2014-2034, Perda No. 1 Tahun 2015

(17)
(18)
(19)
(20)

IV - 20 Dari ketiga kawasan rawan bencana, maka potensi bencana longsor yang harus diwaspadai akan sering terjadi dibanding bencana gempa dan tsunami. Sedangkan untuk bencana gempa dan tsunami harus diantisipasi bila terjadi dengan kekuatan lebih besar, sekalipun secara umum selalu terjadi dengan kekuatan < 4,9 SR . Karena keterjadian gempa besar umumnya memiliki periode ulang puluhan bahkan ratusan tahun namun pasti terjadi.

Melihat tingginya potensi bencana alam geologi di Kabupaten Nias Utara dengan tingkat kerawanannya yang tinggi, khususnya pada daerah-daerah rawan gempa, hendaknya kota-kota tidak dibangun dekat atau langung pada garis pantai, tapi agar dibangun pada lokasi dengan jarak aman yang cukup memadai, berdasar hasil-hasil penelitian dan pengamatan yang komprehensif. Jarak aman ini memang sulit diprediksi mengingat pola kejadian gempa yang tidak teratur pula. Tetapi paling tidak bisa disusun metoda untuk mengatasi akibat gempa bumi yang ketepatannya tidak dapat diduga ini, dibanding dengan kasus curah hujan dan induksi angin di atas permukaan laut yang dapat menyebabkan gelombang pasang yang amat tinggi, dan yang kejadiannya jauh lebih dapat diduga (seperti dampak badai ”El Nino” dan ”La Nina”).

Sebagai tindak lanjut yang harus dilakukan adalah penyediaan analisa atau pemetaan resiko bencana yang lebih valid di Kabupaten Nias Utara. Data atau peta kawasan rawan bencana yang ada ini dapat dijadikan bahan analisa, selain harus menganalisa tingkat kerawanan dan kapasitas/kemampuan dari kawasan rawan bencananya.

4.3.3. Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Penyediaan dan pemanfaatan RTH dalam RTRW Kota/RDTR Kota/RTR Kawasan Strategis Kota/RTR Kawasan Perkotaan, dimaksudkan untuk menjamin tersedianya ruang yang cukup bagi:

 kawasan konservasi untuk kelestarian hidrologis;

(21)

IV - 21  area penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan di kawasan

perkotaan;

 tempat rekreasi dan olahraga masyarakat;  tempat pemakaman umum;

 pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan;  pengamanan sumber daya baik alam, buatan maupun historis;

 penyediaan RTH yang bersifat privat, melalui pembatasan kepadatan serta kriteria pemanfaatannya;

 area mitigasi/evakuasi bencana; dan

 ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan peraturan perundangan dan tidak mengganggu fungsi utama RTH tersebut.

A. Fungsi dan Manfaat RTH

RTH memiliki dua fungsi: fungsi utama (intrinsik) dan fungsi tambahan (ekstrinsik). Kedua fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagi berikut:

1. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:

a) memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota);

b) pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar;

c) sebagai peneduh, penahan angin dan produsen oksigen d) penyedia habitat satwa;

e) penyerap polutan media udara, air hujan air tanah, serta; 2. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:

a) Fungsi sosial dan budaya:

 menggambarkan ekspresi budaya lokal serta merupakan media komunikasi warga kota;

 tempat rekreasi; wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.

b) Fungsi ekonomi:

 sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur;

 bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain.

(22)

IV - 22  meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik

dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro: lansekap kota secara keseluruhan;

 menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota;  pembentuk faktor keindahan arsitektural;

 menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.

Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas: manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah); dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).

B. Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Nias Utara

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan penataan ruang yang baru UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mengisyaratkan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada sebuah kawasan perkotaan adalah seluas 30% dari total luas lahan kawasan perkotaan.

(23)

IV - 23 Tabel 4. 6. Proyeksi Kawasan Perkotaan dan Rencana Alokasi Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kabupaten Nias Utara

Sumber: Materi Teknis RTRW Kab. Nias Utara 2014-2034, Perda No. 1 Tahun 2015

No Nama

Kecamatan

Kawasan Perkotaan

Fungsi Kws. Perkotaan

Proyeksi Luas Kawasan Perkotaan

RTH/kawasan hijau

eksisting Persentase

Rencana RTH 20

tahun ke depan Persentase

(Ha) (Ha) (Ha)

1 Afulu Afulu PPL 200 42 21% 60 30% 2 Alasa Ombolata PPL 200 46 23% 60 30% 3 Alasa Talumuzoi Hilimbowo Kare PPK 200 48 24% 60 30% 4 Lahewa Lahewa PKLp 250 38 15% 75 30% 5 Lahewa Timur Lauwowaga PPL 200 44 22% 60 30% 6 Lotu Lotu PKL 500 104 21% 150 30% 7 Namohalu Esiwa Namohalu PPL 200 45 23% 60 30% 8 Sawo Sawo PPL 200 43 22% 60 30% 9 Sitolu Ori Umbu Balodano PPK 200 41 21% 60 30% 10 Tugala Oyo Te'olo PPL 200 51 26% 60 30% 11 Tuhemberua Silima Banua PPL 200 41 20% 60 30%

(24)

IV - 24 Walaupun penduduk Kabupaten Nias Utara belum tergolong padat, upaya upaya menjaga lingkungan harus tetap konsisten dilaksanakan. Beberapa strategi yang dapat ditempuh dengan dukungan Pemerintah Daerah melalui Kantor KLH dapat secara efektif mengatasi permasalahan lingkungan hidup, yaitu melalui:

 Persyaratan kajian analisa dampak lingkungan dan sosial, terhadap setiap proyek pembangunan kota secara ketat dan dapat dipertanggungjawabkan.

 Lingkungan hidup yang rusak atau keseimbangannya terganggu, perlu direhabilitasi agar kembali berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat.

 Pembinaan dan penegakkan hukum terus ditingkatkan terhadap kegiatan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

 Pola pengelolaan tata ruang yang serasi dalam konsep pembangunan RTH berbasis masyarakat melalui peningkatan upaya kemitraan dengan seluruh stakeholders yang ada di masyarakat.

 Para pengelola RTH kota harus lebih memperhatikan dan mempertimbangkan eksistensi fisik geografis lingkungan..

Untuk masalah mengatasi banjir yang mungkin terjadi di kawasan perkotaan, konsep kebijakan nasional pengendalian bencana banjir, berdasar empat hal pokok, yakni:

1. penataan ruang terkait pengembangan wilayah keseimbangan antara kawasan lindung dan kawasan budidaya;

2. pengelolaan sumber daya air secara komprehensif dan menyeluruh dengan konsep satu sungai, satu rencana dan satu pengelolaan terpadu;

(25)

IV - 25 4. pengendalian pembangunan perumahan, khususnya di wilayah bantaran

sungai dan daerah resapan air.

4.3.4. Sanitasi Lingkungan

Dalam upaya penyehatan lingkungan permukiman (sanitasi) sebagai upaya penjaminan kualitas air tanah di wilayah Kabupaten Nias Utara dapat dilakukan dengan cara pengendalian pencemaran air tanah. Pencemaran air tanah sebagian besar berasal dari bakteri e-coli dari tanki septik penduduk dan limbah cair domestik maupun industri yang tidak sesuai standar pengelolaan kesehatan serta tidak dengan persyaratan teknis yang baik. Upaya untuk mengurangi limbah yang terinfiltrasi lansung ke dalam air tanah merupakan isu strategis yang harus tetap diangkat

sebagai program

pembangunan infrastruktur permukiman di Kabupaten Nias Utara, yaitu melalui sosialisasi kesehatan lingkungan dengan tidak BABS (buang air besar sembarangan), mencuci tangan dengan sabun, penyediaan sistem pengelolaan air limbah (SPAL) on site (toilet leher angsa atau MCK, peningkatan kapasitas IPAL komunal dan IPAL terpadu serta fasilitas water purifier.

4.3.5. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:

1. RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

(26)

prinsip-IV - 26 prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. Kordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan. Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbang kan isu-isu pokok seperti:

1) Perubahan iklim,

2) Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, 3) Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,

kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, 4) Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, 5) Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

6) Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau

7) Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang dIsu-isusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

4.3.6. Penapisan Usulan Program /Kegiatan Bidang Cipta Karya

(27)

IV - 27 pengembangan infrastruktur permukiman di kabupaten Nias Utara berdasarkan kriteria-kriteria penapisan KLHLS.

Tabel 4. 7. Penapisan Usulan Program /Kegiatan Bidang Cipta Karya

No Kriteria

Penilaian

Uraian Pertimbangan *) Kesimpulan

(signifikan/Tidak Siginifikan)

1. Perubahan Iklim Program kegiatan Cipta Karya yang direncanakan di Kabupaten Nias

Tidak terdapat jenis kegiatan Yang dapat mempengaruhi Peningkatan melalui ntake air baku di sungai akan mengurangi sumber daya air untuk irigasi.

Jumlah sungai/anak sunga dan debit mata air di Kabupaten Nias Utara sangat banyak, berlimpah dengan debit air yang tinggi, sehingga pengaruh yang ditimbulkan tidak signifikan. 5. Peningkatan alih fungsi

kawasan hutan dan/atau lahan.

Program PPLP Cipta karya untuk rencana pembangunan dan Peningkatan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Sampah Terpadu (TPPST) serta infrastruktur

pendukungnya, Pembangunan IPAL kawasan, dan IPA akan merubah beberapa bagian kawasan alami di sekitar sempadan sungai.

(28)

IV - 28

No Kriteria

Penilaian

Uraian Pertimbangan *) Kesimpulan

(signifikan/Tidak Siginifikan)

7. Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

Program kegiatan Cipta Karya yang direncanakan di Kabupaten Nias rencana dan/atau program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup.

Sumber: Analisis penyusun, 2017

4.4. IDENTIFIKASI ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BIDANG

CIPTA KARYA

Penanggung-jawab pengelolaan lingkungan hidup harus melibatkan para stakeholder terkait sesuai dengan program-program pembangunan infrastruktur permukiman berbasis masyarakat demi kelangsungan fungsi ekosistem perkotaan. Perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan pembangunan infrastruktur permukiman kota harus dikelola dengan lebih kreatif dan efisien. Pembahasan teknis paradigma baru sistem pengelolaan sampah bersama masyarakat, pengelolaan RTH, dan pengendalian pencemaran air merupakan langkah awal menuju sistem pembangunan kota yang berkelanjutan.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan isu-isu Sosial, Ekonomi dan lingkungan hidup yang telah dijabarkan diatas, dapat diidentifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya bagi Kabupaten Nias Utara, dengan rumusan kesimpulan sebagai berikut:

Tabel 4. 8. Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Nias Utara

1. Rendahnya tingkat pendidikan serta perilaku sosial budaya yang bersifat negatif

Menghambat upaya pengentasan kemiskinan, pengarusutamaan gender dan berdampak terhadap mutu kesehatan penduduk.

4.2 Ekonomi

1. Kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan

Kerusakan lingkungan akan

(29)

IV - 29 No

Pengelompokan Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan

Bidang Cipta Karya

Uraian Singkat

lingkungan permukiman yang berdampak pada terjadinya bencana alam yang lebih besar

2. Perkembangan ekonomi lokal dari pembangunan infrastruktur permukiman

Pembangunan infrastruktur dasar permukiman mendukung kelancaran kegiatan perekonomian, terutama terhadap pelaku yaitu manusia

4.3 Lingkungan

1. Kecukupan air baku untuk air minum

Pemulihan badan air agar dapat digunakan sebagai air baku untuk air minum

2. Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal

Penggunaan teknologi yang baik dan ramah lingkungan dalam pengelolaan air dan limbah rumah tangga

3. Dampak kumuh terhadap kualitas lingkungan

Pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga yang tidak baik pada kawasan permukiman kumuh berdampak pada kerusakan lingkungan

Gambar

Tabel 4. 1. Identifikasi Lokasi Situs Budaya Di Kabupaten Nias Utara
Gambar 4. 1. Situs Budaya di Kabupaten Nias Utara
Tabel 4. 3. Metode Analisis Tipologi Klassen
Tabel 4. 4. Klasifikasi Masing-Masing Sektor di Kabupaten Nias Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

salah satu dari sifat kepribadian yang dimiliki individu. Rasa percaya diri merupakan adanya kepercayaan mengenai. kemapuan diri sehingga sanggup menghadapi tugas dan

Anggapan ini menyebabkan individu retardasi mental yang sebenarnya menyadari penarnpilan dirinya dan berusaha mengembangkan minat heteroseksual, tidak mendapat bimbingan

Untuk itu penulis membuat suatu sistem kearsipan elektronik menggunakan Microsoft Access 2007 agar dapat membantu karyawan di bagian Perencanaan pada PDAM Tirta

Tapi juga keperluan Junaedi, kadang sayajarang bisa memenuhi, masalahnya ya kebutuhan keluarga, Bapaknya kan waktu itu nggak ada, jadi saya buat makan sama adik-adiknya,

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang menyatakan terdapat hubungan antara religiositas dengan perilaku asertif untuk menolak perilaku

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tipe kepribadian berdasarkan Big Five Personality dengan kecenderungan Nomophobia pada mahasiswa

fase TKF d sampai te temperatur menjadi TK dapat terben dan memili memiliki de pada β -TK terbentuk p dikenal lebi hidroksiapa kemampuan dibandingka Selain itu, k

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengukur data, menurut arikunto (2002:126) yang dikutip oleh Herdian (2009:40) menjelaskan, bahwa “ instrument adalah alat ukur