TUGAS AKHIR – RC091380
STUDI PERILAKU STRUKTUR BAJA DENGAN
MENGGUNAKAN SISTEM MRF DAN SCMRF
ANUGRAH BAGUS RAMADHAN NRP 3110 100 003
DOSEN PEMBIMBING
BUDI SUSWANTO,ST.,MT.,Ph.D
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FINAL PROJECT – RC091380
STUDY
ON
BEHAVIOR
OF
STEEL
STRUCTURE SYSTEM USING MRF AND
SCMRF SYSTEM
ANUGRAH BAGUS RAMADHAN NRP 3110 100 003
Supervisor
BUDI SUSWANTO, ST.,MT., Ph.D
DEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING
FACULTY OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING
ii
MENGGUNAKAN SISTEM MRF DAN SCMRF
Nama Mahasiswa : Anugrah Bagus R dikembangkan yaitu Sistem Self Centering dengan perilaku gap opening mendisipasi energi tanpa deformasi inelastis dan kerusakan yang berarti pada struktur utamanya.Energi pemulihnya elastis yang diberikan srand baja pasca-tarik mengembalikan struktur keposisinya semula setelah gempa.
Tujuan dari Tugas Akhir ini difokuskan untuk Menganalisa struktur dengan menggunakan sistem Moment Resisting Frame (MRF) dan Self Centering Moment Resisting Frame (SCMRF) dengan penggunaan pratekan pada kolomnya. Untuk menganalisa kelayakan struktur SC-MRF maka akan dilakukan pemodelan portal satu tingkat dan satu bentang MRF dan SCMRF dengan bantuan software finite element analysis.
iii
iv
System new earthquake resistant structure and is currently being developed, namely Self Centering System with behavioral gap opening dissipate energy without inelastic deformation and damage to the main structure, which means the return of elastic energy is given post-tensile steel strand to restore the structure to its original position after the earthquake. The purpose of this final project is focused on analyzing the structure by using a system of Moment Resisting Frame (MRF) and Self Centering Moment Resisting Frame (SCMRF) with the use of prestressed on the column. To analyze the feasibility of the structure of the SC-MRF modeling portal will be one level and one span MRF and SCMRF with the help of finite element analysis software.
vi
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH
SWT karena berkat rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan dan menyusun laporan Tugas Akhir .
Tugas Akhir ini merupakan hasil output dari
salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh semua
mahasiswa Program Studi S1 Teknik Sipil Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
Penulis menyadari bahwa dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan
,bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung .Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang tulus kepada :
Orangtua dan saudara saudara penulis yang
senantiasa mendoakan serta memberikan
dorongan dan semangat selama proses
vii
dosen pembimbing Tugas Akhir.
Ibu Triwulan, ST.,MT.,DEA , selaku Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Seluruh teman teman S-53 yang terlibat dalam
penyusunan laporan yang telah memberikan
bantuan selama ini .
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak selalu
penyusun harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiiin.
Wasasalamualaikum Wr.Wb
Surabaya, April 2015
viii
Halaman Judul Indonesia
Halaman Judul Inggris
Lembar Pengesahan
Abstrak Indonesia...ii
Abstrak Inggris...iii
Kata Pengantar...vi
Daftar Isi...viii
Daftar Gambar... Daftar Tabel... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Perumusan Masalah...4
1.3 Tujuan...4
1.4 Batasan Masalah...4
1.5 Manfaat...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum...7
2.2 Sistem Self-Centering (SC-MRF)...9
2.3 Sambungan Pasca-Tarik(PT)...13
2.4 Perilaku Kolom Pratekan...15
ix
3.4 Pre elimenary Desain...20
3.5 Pembebanan...20
3.6 Teknik Pelaksanaan Bangunan Struktur SC-MRF...24
3.7 Run Pemodelan Struktur...25
3.8 Analisa Struktur Utama...25
3.9 Kontrol Batasan struktur Baja...29
3.10 Penjadwalan...32
BAB 4 PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER 4.1 Pelat Lantai...33
4.2 Pembebanan Pelat Lantai...34
4.3 Perencanaan Balok Anak...36
BAB 5 PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA 5.1 Pembebanan Struktur Utama...41
5.2 Pembebanan Gravitasi……...41
5.3 Pembebanan………...41
5.4 Balok Induk………...43
5.5 Kolom...48
5.6 Desain Sambungan...59
5.7 Sabungan Balok-Kolom...65
BAB 6 ANALISA PERILAKU KOLOM 6.1 Umum...79
x
6.4 Hasil Analisa...90
6.5 Penerapan Sistem SCMRF...100
6.6 Tahap Akhir SCMRF...108
BAB 7 KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan……….………113
7.2 Saran...113
Daftar Pustaka
Biodata Penulis
xvi
Tabel 5.1 Berat struktur per lantai………..…….41
Tabel 5.2 Daftar Beban Mati………..…….41
Tabel 5.3Daftar Beban Hidup………..…..42
Tabel 5.4 Gaya gempa tiap lantai………..….42
xvi
Tabel VSL
Tabel HTB
Tabel Profil WF
Tabel Plat Siku
Nomogram
PPIUG 1983
xi
BAB 2
Gambar 2.1 Respon Seismic Yang Ideal dari Kelenturan Suatu Struktur
Bangunan...8
Gambar 2.2 Skema sambungan SC-MRF dengan Top and seat angles disipator ...10
Gambar 2.3.a Skema elevasi satulantai SC-MRF...11
Gambar 2.3.b Deformasi dari dekompresi SC-MRF...11
Gambar 2.3.c Idealisasi perilaku hubungan M-Ør...11
Gambar 2.4 Skema sambungan post-tensioning pada kolom...12
Gambar 2.5.a.b.c Detailing Strand...13
Gambar 2.6 Skematik Kolom Pratekan...16
Gambar 2.7 Momen Rotasi Dasar Kolom Bangunan Akibat Terkena sistem SC-MRF dan Bangunan Umumnya...17
BAB 3 Gambar 3.1 Flowchart metodelogi……….19
Gambar 3.2 Pengukuran lawan lendut dan lendutan ke samping...26
Gambar 3.3 Denah Struktur...29
xii
induk...…………..…..65
BAB 6 Gambar 6.1 Tahap Create...79
Gambar 6.2 Balok WF 500 X 300 X 11 X 18...80
Gambar 6.3 Kolom WF 400 X 400 x 45 x 70………...80
Gambar 6.4 Jenis material yang digunakan………...81
Gambar 6.5 Tahap section manager………...…….82
Gambar 6.6 Tahap pemilihan material………...……….82
Gambar 6.7 Kolom yang di blok………..83
Gambar 6.8 Kolom yang sudah diputar………..…84
Gambar 6.9 Balok yang di blok………..……84
Gambar 6.10 Balok yang sudah dipindahkan……….…85
Gambar 6.11 Portal setelah dilakukan iteraction………...83
Gambar 6.12 Portal setelah dilakukan iteraction + 12 plat pengaku ………86
Gambar 6.13 Perletakan jepit di ujung-ujung kolom……….…87
Gambar 6.14 Kotak dialog Step Manager……….87
Gambar 6.15 Contoh membuat beban ………..88
Gambar 6.16 Load yang di butuhkan ………..88
Gambar 6.17 Load sudah diterapkan pada balok………..89
Gambar 6.18 Meshing portal……….89
Gambar 6.19 Deformasi struktur portal………90
xiii lainnya………...91
Gambar 6.22 Hasil visualisasi akibat beban lateral awal (1
MPa)………..…92
Gambar 6.23 Hasil visualisasi akibat beban lateral (2 MPa)……....92
Gambar 6.24 Hasil visualisasi akibat beban lateral (5 MPa)……....93
Gambar 6.25 Hasil visualisasi akibat beban lateral
(10 MPa)...93
Gambar 6.26 Hasil visualisasi akibat beban lateral
(15 MPa)………..….94
Gambar 6.27 Hasil visualisasi akibat beban lateral
(20 MPa)………...…94
Gambar 6.28 Hasil visualisasi akibat beban lateral
(25 MPa)……….…………..…95
Gambar 6.29 Hasil visualisasi akibat beban lateral
(30 MPa)………...…95
Gambar 6.30 Hasil visualisasi akibat beban lateral
(35MPa)………96
Gambar 6.31 Hasil visualisasi regangan akibat beban lateral terbesar
(35 MPa)………...…96
Gambar 6.32 Grafik hubungan antara Regangan dan Tegangan di titik
1………...97
Gambar 6.33 Grafik hubungan antara Regangan dan Tegangan di titik
xiv
3………...98
Gambar 6.35 Grafik hubungan antara Regangan dan Tegangan di titik
4………..…..99
Gambar 6.36 Grafik hubungan antara Regangan dan Tegangan di ke 4
titik ……….…….…99
Gambar 6.37 Klik kanan di biru nya kemudian pilih
“create“………..……....99 Gambar 6.38 Cara kedua pembuatan beban……….…….101 Gambar 6.39 Gambar pembuatan Load untuk strand………….…..102 Gambar 6.40 Lokasi strand di salah sisi kolom ………..….103
Gambar 6.41 Total ada 11 load untuk kondisi SCMRF………..…..104 Gambar 6.42 Interaction kondisi SCMRF……….……...104 Gambar 6.43 Meshing portal……….…...105 Gambar 6.44 Deformasi Struktur Portal SCMRF………..…...105
Gambar 6.45 Tegangan di beban 35 MPa pada S33 SCMRF
……….….106
Gambar 6.46 Regangan di beban 35 MPa pada E33 SCMRF
……….….106
Gambar7.47 Gabungan Regangan dan Tegangan kondisi
SCMRF……….107
Gambar 6.48 Hubungan Regangan dan Tegangan………107
xv
Gambar 6.51 Grafik acuan SCMRF……….….110
Gambar 6.52 pasca diberikan gaya balik keadaan MRF………..….110
Gambar 6.53 Displacement keadaan MRF………..…..111
Gambar 6.54 Grafik Displacement MRF………..….111
Gambar 6.55 Displacement keadaan SCMRF………..…….112
Gambar 6.56 Grafik Displacement SCMRF………..………112
Gambar 6.57 Perbandingan node displacement………..……...113
Gambar 6.58 Total tegangan regangan kondisi SCMRF………..….115
1
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan akan Bangunan atau Gedung Tahan Gempa di Indonesia semakin ditingkatkan guna mengurangi atau mencegah terjadinya banyak korban yang ditimbulkan oleh bencana alam berupa Gempa Bumi. Seringnya terjadi gempa bumi ini tidak lain karena Negara Indonesia terletak dalam kawasan pertemuan lempeng antar benua yang biasa di sebut lempeng Eurasia .
Perencanaan bangunan gedung menggunakan sistem self centering adalah sesuatu yang baru di dunia ke teknik sipilan kita ataupun di luar negri sekalipun.Karena sistem ini masih bersifat skala laboratorium. Kebutuhan akan kekuatan gedung di wilayah gempa sedang dan di ruangan yang sempit dengan hambatan gedung berdekatan yang mendasari penggunaan struktur baja dan sistem self centering pada gedung. Dalam konsep desain struktur tahan gempa tersebut struktur diharapkan mampu bertahan ketika terjadi gempa ringan, sedang hingga gempa kuat, walaupun diijinkan terjadinya kerusakan. Pada gempa menengah hingga kuat struktur yang terkena gempa di desain akan mengalami kerusakan pada strukturnya dengan mekanisme Strong column Weak Beam.
jaminan keamanan /life safety yang bisa diterima bahwa struktur tidak akan mengalami kegagalan tiba-tiba (getas) namun kerugian akibat dampak ekonomi dari deformasi inelastis struktur ini menjadi sangat signifikan.
3
Baru-baru ini,banyak perhatian telah difokuskan pada desain bingkai saat mempertahankan sedikit bahkan tidak ada kerusakan sisa setelah dasar desain gempa diterapkan . Salah satu metode yang menunjukkan adalah penggunaan helai post- tensioning (PT) baja yang berjalan sejajar dengan balok untuk menciptakan efek pemusatan diri pada pembongkaran . Selain itu,pelaksanaan perangkat disipasi energi gesekan pada antarmuka balok-kolom menyediakan energi disipasi . Selama beban lateral , saat self- centering (SCMRF) memperluas sebagai balok berputar dalam kaitannya dengan kolom menciptakan fenomena yang disebut kesenjangan pembukaan antara setiap balok dan kolom . Sistem lantai harus dirancang dengan cara supaya tidak mengganggu perilaku ini (Swensen, 2005). Sebuah metode yang diusulkan untuk menangani ekspansi ini adalah SCMRF. Metode ini difokuskan pada desain kerangka SCMRF eksperimental yang memanfaatkan web perangkat gesekan (WFD). Termasuk adalah desain dan penjelasan dari sistem transfer kekuatan eksperimental, sistem lantai diafragma , dan sistem pengaku yang diciptakan untuk meniru sistem yang akan dilaksanakan di gedung skala penuh (Swensen, 2005).
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang ditinjau dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana merencanakan struktur MRF dan SCMRF. 2. Bagaimana memodelkan struktur MRF dan SCMRF dengan menggunakan software finite element analysis. 3. Bagaimana menganalisa hasil pemodelan struktur MRF dan SCMRF dengan menggunakan software finite element analysis.
1.3 Tujuan
Tujuan secara detail dari pembahasan tugas akhir ini yaitu :
1. Untuk merencanakan struktur MRF dan SCMRF mulai dari preliminary design, pembebanan dan kontrol penampang.
2. Untuk memodelkan struktur MRF dan SCMRF dengan menggunakan software finite element analysis mulai dari part, material, assembly, interaction, step, load, mesh, dan job.
3. Untuk menganalisa hasil pemodelan struktur MRF dan SCMRF dengan menggunakan software finite element analysis berdasarkan tegangan dan regangan yang terjadi.
1.4 Batasan Masalah
Agar permasalahan tidak melebar, maka dalam tugas akhir ini penulis membatasi permasalahan pada :
5
2. Tidak membandingkan pemodelan portal MRF dan SCMRF dengan hasil eksperimental.
3. Sistem pratekan hanya diberikan pada kolom saja dengan menggunakan eksternal post tensioning pada struktur baja.
1.5 Manfaat
Manfaat yang didapat dari tugas akhir ini :
1. Memahami cara mendesain dan penggunaan sistem pemakaian baja SCMRF.
2. Memahami perilaku struktur MRF dan SCMRF untuk diimplementasikan pada perencanaan struktur di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Biaya yang terkait dengan hilangnya operasi bisnis, kerusakan struktural dan non-struktural komponen menyusul gempa cukup kuat dapat menjadi signifikan untuk masyarakat modern. Biaya tersebut sering sebanding, jika tidak lebih besar dengan biaya struktur itu sendiri. Dengan pendekatan desain saat ini,sebagian besar sistem struktur yang dirancang untuk merespon melampaui batas elastis dan pada akhirnya mengembangkan mekanisme melibatkan respon inelastis daktail di daerah tertentu dari sistem struktur. Untuk alasan ini, ini daerah secara khusus rinci untuk daktilitas dan disipasi energi.
Gambar 2.1 Respon Seismic Yang Ideal dari Kelenturan Suatu Struktur Bangunan Pada Umumnya
Desain yang di tujukan pada respon inelastis sangat menarik, terutama dari segi biaya awal berdiri,tetapi mereka memiliki dua kelemahan utama. Pertama, daerah pada sistem resisting kekuatan lateral utama akan dikorbankan dalam gempa bumi cukup kuat dan membutuhkan perbaikan, atau rusak bisa diperbaiki dalam gempa bumi yang sangat kuat . Kedua, pendekatan desain saat ini didasarkan pada premis bahwa kapasitas disipasi energi yang besar yang diperlukan untuk mengurangi dampak yang disebabkan oleh gempa bumi.
9
memerlukan downtime mungkin tidak lagi dapat ditoleransi dalam skala-skala kecil dan cukup kuat.
2.2Sistem Self-Centering SCMRF
Self -Centering Moment Resisting Frame (SCMRF) adalah sistem struktur tahan gempa yang terdiri dari elemen pendisipasi energi (energy dissipation) atau biasa disebut ED dan sistem tendon baja pasca-tarik yang bekerja paralel dengan balok (Ricles et al, 2001).Manfaat pemberian post-tension pada system SCMRF adalah untuk mengantisipasi beban yang terjadi sehingga struktur SCMRF dapat kembali ke posisi semula setelah mengalami deformasi tidak sebidang (out of plan deformation). Hal ini memberikan keuntungan struktur sekunder tidak akan mengalami kerusakan yang signifikan ketika terjadi gempa .
bekerja parallel terhadap balok,dengan profil baja siku yang dibaut pada dudukan dan atas balok sebagai elemen pendisipasi energi. Skema dari rangka self centering pasca tarik seperti pada gambar
Sistem Self Centering untuk struktur beton maupun baja sedikit berbeda namun memiliki kesamaan prinsip yaitu :
1. Balok pada rangka diberi gaya pasca tarik dengan menggunakan strand atau tulangan baja mutu tinggi yang memberikan gaya pemulih pada sistem yang menghasilkan pemusatan diri atau biasa disebut self centering.
2. Disipasi energi diberikan elemen tambahan seperti profil siku,tulangan baja,pelat baja atau elemen gesek
3. Sambungan balok-kolom dicirikan dengan celah bukaan horizontal (∆ gap) dan tutupan selama beban gempa bekerja sebagaimana ditunjukkan gambar.
11
Gambar 2.3.a Skema elevasi satu lantai SCMRF
Gambar 2.3.b Deformasi dari dekompresi SCMRF
sambungan SCMRF
13
2.3 Sambungan Pasca-Tarik (PT)
Dalam rangka untuk menahan balok di lokasi tersebut, saluran ditempatkan yang membentang dari balok SCMRF yang pertama beam paralel interior ke SCMRF di bangunan (King, 2007). Saluran ini cocok antara post-tensioning dan duduk di sebuah dudukan/tumpuan untuk yang melesat. Seperti dengan kolom pengaku, baut dipasang melalui lubang lubang yang memungkinkan translasi lateral antara balok SCMRF dan saluran tetapi menyediakan kekakuan pengaku beam.
Konfigurasi prototipe balok pengaku SCMRF ditunjukkan pada Gambar 2.5.C desain ini kawat balok pengaku SCMRF hanya jika saluran bagian tidak tertekuk di bawah kekuatan pengaku. Pengaku saluran harus dirancang menjadi cukup kompak untuk menghindari tekuk ini.
Gambar 2.5.A menunjukkan desain sistem pengaku kolom. Sebuah bagian sudut dudukan baja dipasang di bawah lubang pos tensioning dan pengaku kolom
15
Dudukan ini meluas beberapa inci melewati flensa kolom SCMRF. Balok gravitasi berakhir hanya di luar flens kolom SCMRF dan duduk di dudukan/tumpuan.Pengaku disediakan oleh baut yang berjalan melalui lubang ditempatkan di kursi dan lubang tetap dalam flange dari gravitasi balok. Slot berjalan sejajar menuju web dari kolom SCMRF, yang memungkinkan pergerakan lateral dan perluasan SCMRF sambil memberikan kekakuan pengaku ke SCMRF kolom terhadap sumbu lemah tekuk.
2.4 Perilaku Kolom Pratekan
Kolom dasar pra tekan terdiri dari baja pra tekan mutu tinggi, plat pendisipasi energi, dipasang secara vertical, dan bekerja dari tengah kolom pada tingkat dasar sampai dasar basement kolom. Baja Pratekan diangkurkan pada pelat pengangkur untuk mendistribusikan gaya dari beban gempa maksimum. Selama terjadi beban lateral gempa, celah bukaan dan tutupan (gap opening and closing) terjadi antara balok dan permukaan kolom tingkat dasar. Pelat pendisipasi energi, yang terpasang pada flens /sayap kolom dan plat keeper, mendisipasi energi dengan mekanisme pelelehan pada penampang ketika celah membuka dan menutup dan juga meningkatkan momen kapasitas pada dasar kolom.
bukaan diperlukan pada dasar kolom. Momen Rotasi Dasar Kolom.Akibat Terkena Sistem SCMRF (warna biru) & Kolom Bangunan Umumnya yang Tidak Memakai Sistem SCMRF (warna ungu).
17
Gambar 2.7 Momen Rotasi Dasar Kolom
Akibat Terkena Sistem SCMRF dan
BAB III METODOLOGI 3.1. Umum
Dalam pengerjaan Tugas Akhir diperlukan susunan langkah – langkah pengerjaan sesuai dengan uraian- uraian kegiatan yang akan dikerjakan. Urutan pengerjaannya dimulai dari pengumpulan literatur, referensi dan pedoman perancangan hingga tujuan akhir dari analisa struktur yang akan disajikan.
3.2. Bagan Alir Penyelesaian Tugas Akhir
Gambar 3.1 Flowchart metodelogi
3.3 Studi Literatur
Studi literatur yang digunakan adalah beberapa buku pustaka atau peraturan tentang sistem self-centering (SCMRF) dan struktur gedung secara umum yang akan sangat membantu dalam pengerjaan tugas akhir ini, diantaranya :
1. SNI 03-1729-2002 tentang perencanaan baja pada struktur bangunan.
2. SNI 03-1726-2012 Struktur Gedung Tahan Gempa. 3. PPIUG 1983 tentang pembebanan Indonesia untuk
gedung .
4. Development of Self-Centering Earthquake Resisting System (Filiatrault et al, 2004).
5. Design of Self-Centering Moment Resisting Frame And Experimental Loading System (Swensen, 2007).
3.4 Prelimenary Desain
Preliminary desain ini dilakukan sesuai dengan ketentuan SNI 03-1729-2002, yang berupa :
1. Mutu baja yang digunakan BJ 41 2. Dimensi Kolom 400x400x30x50 3. Dimensi Balok 500x300x11x18
3.5 Pembebanan
Jenis beban yang diperhitungkan dalam perancangan ini adalah sebagai berikut :
1. Beban Mati
2. Beban Hidup
Beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa,beban banjir,atau beban mati.
Beban hidup yang digunakan dalam perancangan bangunan gedung dan struktur lainnya harus beban maksimum yang diharapkan terjadi akibat penghunian dan penggunaan bangunan gedung, akan tetapi tidak boleh kurang dari beban merata minimum yang ditetapkan harus diambil minimum sebesar 100 kg/m2 bidang datar (PPIUG 1983). Beban hidup untuk
kantor ,hotel dan rumah sakit adalah 250 Kg/m²
3. Beban Gempa
Beban gempa yang digunakan sesuai SNI 03-1726-2012, dimana wilayah gempa terbagi berdasarkan sifat- sifat tanah pada situs yaitu kelas situs SA (Batuan Keras), SB (Batuan), SC (Tanah Keras, sangat padat dan Batuan lunak), SD (tanah sedang), SE (tanah Lunak) , atau SF (tanah Khusus).
Beban-beban yang dibebankan kepada struktur tersebut dibebankan kepada komponen struktur menggunakan kombinasi beban berdasarkan PPIUG 1983 sehingga struktur memenuhi syarat keamanan.
U =1,4D maka keberadaannya harus diperhitungkan sebagai berikut :
Bila adanya beban H memperkuat pengaruh variabel beban utama, maka perhitungkan pengaruh H dengan faktor beban = 1,6
Pengaruh yang paling menentukan dari beban-beban angin dan seismik harus ditinjau, namun kedua beban tersebut tidak perlu ditinjau secara simultan (SNI 03-1726-2012 pasal 4.2.2).
Dalam parameter Ss (percepatan batuan dasar
pada perioda pendek) dan S1 (percepatan batuan dasar
pada perioda 1 detik) harus ditetapkan masing-masing dari respons spektral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam Peta Gerak Tanah Seismik dengan kemungkinan 2 persen terlampauidalam 50 tahun (MCE, 2 persen dan 50 tahun ), dan dinyatakan dalam bilangan desimal terhadap percapatan gravitasi (SNI 03-1726-2012 pasal 6.1.1).
Berdasarkan sifat-sifat tanah pada situs, maka situs harus diklasifikasikan sebagai kelas situs SA, SB, SC,SD, SE, atau SF yang mengikuti pasal 5.3 RSNI 03-1726-2012. Bila sifat-sifat tanah tidak teridentifikasi secara jelas sehingga tidak bisa ditentukan kelas situs-nya, maka kelas situs SE dapat digunakan kecuali jika pemerintah/dinas yang berwenang memiliki data geoteknik yang dapat menentukan kelas situs SF (SNI 03-1726-2012 asal 6.1.2).
4. Beban Angin
Beban Angin, menganggap adanya tekanan positif (pressure) dan tekanan negatif/isapan (suction) bekerja tegak lurus bidang yang ditinjau berdasarkan PPIUG 1983
Tekanan Tiup :
daerah jauh dari tepi laut, diambil minimum 25 kg/m2.
di laut dan tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, diambil minimum 40 kg/m2
atau diambil dari rumus pendekatan
p=V2/16 (kg/m2) (3.2)
dengan
V = kecepatan angin, m/det (ditentukan instansi terkait)
Struktur cerobong, ditentukan dengan rumus pendekatan
qwind=(42,5+0,6.h) (3.3)
dengan
qwind = tekanan tiup, kg/m2
h = tinggi total cerobong, m.
Tekanan tiup tersebut diatas dapat direduksi sebesar 0,5 jika dapat dijamin gedung terlindung efektif dari suatu arah tertentu oleh gedung/bangunan lain.
3.6 Teknik Pelaksanaan Bangunan Struktur SCMRF
Teknik pelaksaan struktur SCMRF adalah sebagai berikut :
1. Perencaaan Struktur Sekunder
2. Perencaaan Struktur Utama ( balok dan kolom) 3. Pemberian Stressing pada Tendon post-tensioning
dengan besar gaya aksial sebesar 0.2 My kolom.
4. Proses stressing berupa pemberian gaya tarik tendon saat initial.
5. Proses pengangkeran tendon ke plat angker pada kolom.
7. Pemodelan struktur SCMRF dengan ABAQUS versi 6.10
3.7 Run Pemodelan Struktur
Pemodelan struktur menggunakan ABAQUS versi 6.10 untuk mendapatkan gaya- gaya dan reaksi pada struktur.
Untuk menganalisa struktur dalam program bantu ABAQUS terdapat berbagai tahapan .Tahapan tersebut antara lain :
3.8 Analisa Struktur Utama
Analisa Struktur Utama Kolom menggunakan langkah-langkah perencanaan sebagai berikut :
Hubungan Antar Balok
Kelurusan
Pada suatu balok, penyimpangan terhadap garis lurus antara kedua ujung balok dibatasi oleh SNI 03-1729-2002 pasal 17.4.4 sebagai berikut :
a) Lawan lendut: diukur dengan pelat badan dalam
b) Lendutan ke samping: diukur dengan pelat dalam keadaan badan vertikal (lihat Gambar 3.1(b)). Lendutan kesamping (dilihat dari atas) tidak boleh melebihi nilai terbesar dari L/1000 atau 3 mm.
Panjang
Panjang suatu balok tidak boleh menyimpang dari panjang yang ditentukan dengan toleransi 2 mm untuk panjang balok kurang dari 10 m, dan 4 mm untuk panjang balok lebih besar dari 10 m.
Hubungan Perletakan Kolom
Posisi pada denah
Posisi perletakan kolom pada denah tidak boleh menyimpang lebih dari 6 mm terhadap masing-masing sumbu utama bangunan.
Ketinggian
Gambar 3.1 Pengukuran lawan lendut dan lendutan ke samping
Ketinggian pelat landas kolom tidak boleh menyimpang lebih dari 10 mm terhadap posisi yang seharusnya.
Kontak penuh
Apabila disyaratkan perletakan kolom dengan bidang kontak penuh maka ketentuan dalam butir 17.4.4.2 (Hubungan perletakan balok) harus dipenuhi, kecuali jika digunakan alat bantu untuk mengurangi celah sehingga memenuhi ketentuan dalam butir tersebut. Peralatan bantu penumpu harus datar dan terbuat dari baja yang sama mutunya dengan komponen struktur utamanya. Apabila diperlukan adanya grouting maka harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga grouting bisa menyelimuti peralatan bantu tersebut dengan ketebalan minimum 50 mm.
Menerapkan Sistem SCMRF
Akhir akhir ini , sistem self centering telah di usulkan untuk struktur bingkai baja (Ricles et al ,2001) & ( Christopoulus et al, 2006) .Gambar 3.2 mengilustrasikan sambungan hibrida yang setelah di kencangkan (Ricles et al, 2001) untuk baja SCMRF .Sambungan terdiri dari beberapa helai baja kekuatan tinggi yang berjalan sepanjang sisi web balok dan jangkar untuk flens (pinggiran roda)eksterior pada akhir frame .Sebagai tambahan , dudukan atau tumpuan dan atas sudut melesat ke kolom dan balok .Perlawanan geser yang di sediakan oleh kombinasi dari gesekan pada balok kolom antar muka dan juga oleh sudut baja . Sistem yang di rancang sedemikian rupa sehingga sudut baja adalah hanya yang mudah melentur .Oleh karena itu , hanya sudut baja yang membutuhkan perbaikan sesudah gempa berskala besar .Manfaat tambahan dari sambungan ini adalah :
1) Tidak di perlukan lapangan pengelasan
3) Kekakuan konvensional awal yang sama pada sambungan pengelasan .
Penerapan sistem SCMRF ini adalah untuk bangunan gedung 5 lantai dengan PT pada kolomnya dengan dimensi kolom 400x400x30x50 dan di daerah Gempa Sedang .
Gambar 3.2 Denah Struktur 3.9 Kontrol Batasan Struktur Baja
Kontrol Batas Kekuatan
Kuat batas balok pratekan yang diakibatkan oleh beban luar berfaktor harus memiliki nilai-nilai berikut :
Pu < Ø Rn (3.4)
Pu– gaya tarik akibat beban berfaktor
Rn– kuat rencana tarik
Ø – faktor reduksi
Kontrol Tegangan Leleh
Tegangan leleh untuk perencanaan ( f y ) tidak boleh diambil melebihi
Ag
(pada tengah batang)
Kontrol Putus
Tegangan putus untuk perencanaan ( f y ) tidak boleh diambil melebihi
nilai yang diberikan Tabel 5.3 SNI 03 1729 2002 pasal 5.1.3. Kontrol Patah : (pada daerah sambungan)
Ag = luasan penampang utuh (gross)
fy = tegangan leleh bahan
Ae = luasan penampang efektif
fu = tegangan putus bahan
Kontrol Kelangsingan
Untuk batang-batang yang direncanakan terhadap tekan, angka perbandingan kelangsingan :
λ=𝐿𝑘
𝑟 dibatasi sebesar 200 (3.6)
𝐿
𝑟 dibatasi sebesar 300 untuk batang sekunder dan
240 untuk batang primer (3.7)
3.10 Penjadwalan
NO NAMA
KEGIATAN
BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 PENGUMPULAN
DATA
2 STUDI
LITERATUR
3 PERENCANAAN
BAB IV
PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER
Sebagai bagian dari komponen struktur secara keseluruhan, struktur sekunder akan memberikan pengaruh terhadap struktur utama sebagai beban. Dalam perencanaan desain gempa, struktur sekunder merupakan komponen struktur yang dikomposisikan untuk menerima beban lateral akibat gempa, sehingga dalam perhitungannya struktur sekunder dapat direncanakan dan dianalisa secara terpisah dari struktur sekunder. Di dalam bab ini struktur sekunder yang di bahas meliputi perencanaan atap dan perencanaan pelat lantai.
4.1 Pelat Lantai
4.1.1 Pelat Lantai Atap 1 . Beban finishing
Berat aspal 2 m x 14 kg/m2 = 28 kg/m2
Berat plafon + penggantung ( 11+7 ) kg/m2 = 18 kg/m2
Berat ducting AC = 40 kg/m2
Total beban finishing = 86 kg/m2
2. Beban hidup = 100 kg/m2
Beban berguna = finishing + hidup
= 86 + 100
= 186 kg/m2
Data-data perencanaan pelat bondex
- Bentang = 2 m - Beban berguna = 200 kg/m2
Untuk Pelat Atap Dengan Bentang Menerus :
- Tebal pelat = 9 cm
- Jadi dipasang tulangan negative Ø 10 - 250 4.2 Pembebanan Pelat Lantai
Beban hidup :
beban berguna = finishing + hidup
= 126 + 250 = 376 kg/m2
Jadi dipakai yaitu 400 kg/m2
Data-data perencanaan berdasarkan brosur BONDEX:
Beban berguna = 400 kg/m2. Bentang (span ) = 2 m
Untuk Pelat Lantai Dengan Bentang Menerus :
Tebal pelat = 9 cm dan tulangan negatif = 1.55 cm2/m Dipakai tulangan 10 mm , As = 0,7854 cm2
Jumlah tulangan yang dibutuhkan tiap 1 m :
n = 1.55 / 0,785 = 3.08 4 buah
Jarak antar tulangan = 1000 / 4 = 250 mm
Jadi dipasang tulangan negatif D 10 – 250.
Gambar 4.1 Pelat Bondex
4.3 Perencanaan Balok Anak
4.3.1 Balok Anak Lantai
Gambar 4.2 Balok Anak
Balok anak berfungsi membagi luasan lantai agar tidak terlalu lebar sehingga masih mempunyai kekakuan yang cukup. Balok anak menumpu di atas dua tumpuan sederhana.
Menggunakan profil WF 400 x 200 x 8 x 13 (fy = 250 Mpa, fu = 410 Mpa, BJ 41)
W = 66 kg/m r = 16 mm Zx = 1286 cm3 d = 400 mm Ix = 23700 cm4
tf = 13 mm
h = d -2.(tf+r) = 342 mm iy = 4.54 cm
balok anak = 2 m
Pembebanan pada balok anak lantai atap:
-Beban berfaktor
qU = (1.2 x qD) + (1.6 x qL) = 1.2 x 820.2 + 1.6 x 500) = 984.24 + 800
= 1784.24 kg/m
- Momen yang terjadi (terbagi rata ) Mu =1/8 x qU x L2 = 1/8 x 1784.24 x 62 = 8029.08 kg.m
- Gaya geser yang terjadi
Vu =1/2 x qU x L =1/2 x 1784.24 x 6 = 5352.72 kg
Kontrol Lendutan
Lendutan ijin : ( pemakaian rumus ini di karenakan tidak memakai stiffner )
L = 400 cm
*Pemakaian Ix karena posisi profil WF adalah tegak dan beban mengarah atas ke bawah alias menekan ke arah profil dan bagian
fo < f
ijin 0.91 cm < 1,01 cm ( dari SAP 2000 ) ...ok
c. Kontrol penampang profil terhadap gaya lentur - Kontrol penampang terhadap tekuk lokal Pelat sayap
Kontrol penampang terhadap tekuk lateral
Karena tidak di pasang shear connector pada balok anak sejarak Lb = 600 cm
Mn = 1.68 ( 3215000 x 0.135 ) = 729162 kg cm Jadi Mn p
Dipakai Mn = Mp = 729162 kgcm
Persyaratan :
d. Kontrol penampang profil terhadap gaya geser
BAB V
PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA
5.1 Pembebanan Struktur Utama
Perhitungan pembebanan dilakukan untuk mengetahui distribusi beban-beban yang bekerja, sehingga dapat diketahui gaya-gaya dalam yang bekerja pada struktur.
5.2Pembebanan Gravitasi 5.2.1 Berat bangunan
Ringkasan berat bangunan dinyatakan dalam Tabel 5.1 berikut ini :
Tabel 5.1Berat struktur per lantai
Lantai Tinggi (m) Berat Lantai (ton)
5 20 5139.71
4 16 7019.36
3 12 7019.36
2 8 7019.36
1 4 7707.71
∑ 33905.5
Jadi berat total bangunan = 33905.5 ton
5.3 Pembebanan
5.3.1Perhitungan Beban Mati
Deskripsi
1 Baja 7850 kg/m3
2 Adukan Semen 21 kg/m3
3 Tegel 24 kg/m3
4 Pasangan bata merah 1.700 kg/m3
5 Plafon + Penggantung 18 kg/m3
Berat Sendiri Profil Baja (Self Weight)
5.3.2 Perhitungan Beban Hidup
Tabel 5.3Daftar Beban Hidup
Deskripsi Beban Hidup
1.Lantai Perkantoran 250 kg/m2
2.Atap 100 kg/m2
5.3.4 Perhitungan Beban Gempa
Tabel 5.4 Gaya gempa tiap lantai
Tingkat
Hi Wi Wi.Hi 100 % 30 %
(m) (ton) (ton m) Fi x,y (ton) Fi x,y (ton)
4 16 7019.36 112310 30.76 9.22
3 12 7019.36 84232.3 23.07 6.92
2 8 7019.36 56154.9 15.38 4.61
1 4 7707.71 30830.8 8.44 2.53
Total 386322 105.81 31.74
5.3.5Kontrol Analisa Reyligh akibat gempa arah sumbu X & Y
Besarnya T yang dihitung sebelumnya dengan rumus empiris harus dibandingkan dengan Treyleigh dengan rumus :
T1 = 6.3 √∑𝑛𝑖=1𝑊𝑖.𝑑𝑖2
𝑔 ∑𝑛 𝐹𝑖.𝑑𝑖 𝑖=1
Dimana besarnya T yang dihitung sebelumnya tidak boleh lebih dari 205 hasil T reyleigh sesuai SNI 1726 Pasal 6.2.2.
5.4 Balok induk
5.4.1 Balok induk memanjang
Balok induk memanjang direncanakan menggunakan profil WF 500 x 300 x 11 x 18 dengan data-data sebagai berikut :
Dari analisis SAP 2000, didapatkan gaya dalam dan lendutan yang terjadi pada balok induk memanjang adalah sebagai berikut :
Mu = 2937768 kg.cm Vu = 6277.39 kg L = 600 cm
Kontrol kekuatan penampang( Local buckling )
λ ≤ λp 36,36 < 106,25 penampang kompak
Karena penampang kompak, maka Mn x = Mp x
Mp = fy . Zx = 2500 . 3100 = 7750000 kg.cm
Cek kemampuan penampang Øb . Mn ≥ Mu
Øb . Mn = 0,9 . 7750000
= 6975000 kg.cm > 2937768 kg.cm
(OK…!)
Kontrol penampang terhadap tekuk lateral ( Lateral
buckling)
Jarak Penahan Lateral Lb = 200 cm.
Lp = 350.453 cm Lr = 1050,71 cm
Jadi , Lb < Lp (bentang pendek )
Untuk komponen struktur yang memenuhi Lb < Lp, kuat nominal komponen struktur adalah : Mn = Mp
My = Sx . fy
Kontrol penampang profil terhadap gaya geser
ℎ
𝑡𝑤= 36,36 : 1100
karena ℎ
5.4.2 Balok Induk melintang
h = 488 - 2 x (18 + 26) = 400 mm
Zx = 3100 cm3
Dari analisis SAP 2000, didapatkan gaya dalam dan lendutan yang terjadi pada balok induk memanjang adalah sebagai berikut :
Mu(max) (-) = 2644812 kg.cm Vu (-) = 10710.57 kg
Kontrol penampang profil terhadap gaya lentur Kontrol penampang terhadap tekuk lokal
Pelat sayap
Cek kemampuan penampang Øb . Mn ≥ Mu
Øb . Mn = 0,9 . 7750000
Kontrol penampang terhadap tekuk lateral
Jarak Penahan Lateral Lb = 200 cm
Berdasarkan tabel untuk BJ 41 profil WF 500x300x11x8 nominal komponen struktur adalah : Mn = Mp
My = Sx.fy Kontrol penampang profil terhadap gaya geser
ℎ
Lendutan ijin (f’) adalah
L = 600 cm
Dari hasil analisis SAP 200 didapatkan lendutan batang sebesar
f= 1,55 cm
𝑓 < 𝑓′ → 1,55 𝑐𝑚 < 1.67 𝑐𝑚 (di peroleh dari SAP 2000 )
... OK !
5.5 Kolom
5.5.1 Kolom Lantai 1-3
Pada perencanaan ini ditunjukkan contoh perhitungan kolom lantai 1. Direncanakan dengan profil WF 400x400x45x70 dan panjang kolom (L) = 400 cm. Data-data profil disajikan sebagai berikut :
A = 770,1 cm2
ix = 19,7 cm
Ix = 298000 cm4
iy = 11,1 cm
Iy = 94400 cm4
Zx = 14385 cm3
Ix balok = 23700 cm4
Zy = 6713 cm3
Sx = 12000 cm3
fy = 250 Mpa
Sy = 4370 cm3
fy = 250 Mpa
Dari hasil analisis SAP 2000 didapatkan gaya dalam yang bekerja pada lantai 1 sebagai berikut :
Pu = 318203 kg
Kontrol Penampang ( Kelangsingan elemen penampang )
λR = = = 42.06
Jadi Penampang Tidak Langsing !!
Momen nominal :
Kontrol Tekuk Lokal :
λ = = 407
20= 15.7
λp = = = 106,253
Jadi, termasuk penampang kompak, maka Mn = Mp
Kontrol Tekuk Lateral :
Lb = 400 cm
Dari tabel baja diperoleh
Lp = 552.562 cm 1,5My = 1,5(11825000) = 17737500 kgcm
Jadi diperoleh : Mnx = 35962500 kgcm Mny = 16782500 kgcm
Terhadap sumbu x :
Kontrol kekakuan portal :
G =
GB = 10.00 (Ujung kolom dianggap sendi/tidak kaku)
Diperoleh : kc = 3.4 (bergoyang)
= = 3.4 x 400
19.7 = 69.03
Terhadap sumbu y:
Kontrol kekakuan portal :
G =
Diperoleh : kc = 2.9 ( bergoyang)
λ𝑦 = untuk mencari kelangsingan struktur
λ𝑦 = = 2.9 𝑥 40011.1 = 104.50
Pu= gaya tekan akibat beban beraktor
Pn = Kekuatan tekan nominal batang
Kontrol Interaksi Beam Kolom Rumus 1 :
5.5.2 Kolom Lantai 4-5
Pada perencanaan ini ditunjukkan contoh perhitungan kolom lantai 4. Direncanakan dengan profil WF 400x400x30x50 dan panjang kolom (L) = 400 cm. Data-data profil disajikan sebagai berikut : bekerja sebagai berikut :
Pu = 125580 kg
Kontrol Penampang :
Penampang ( Kelangsingan elemen penampang )
λR =
Jadi penampang tidak langsing !
Terhadap Lentur :
λp = = = 10,752
Dari tabel diperoleh
Lp = 517.715 cm
Lb ≤ Lp Bentang pendek
Karena penampang kompak, maka
= 4825000 kgcm
Kontrol kekakuan portal :
Diperoleh : kc = 2.9 (bergoyang)
Kelangsingan struktur :
i
Terhadap sumbu y:
Kontrol kekakuan portal :
G = struktur tekan )
λc = = 85.93
Pu= gaya tekan akibat beban beraktor
Pn = Kekuatan tekan nominal batang
0.7 1 → OK Propil kuat memikul beban tekan dan
momen lentur !
5.6. Desain Sambungan
Gambar 5.1 Sambungan Balok – Kolom yang direncanakan
5.6.1 Sambungan Balok Anak dengan Balok Induk
Sambungan antara balok anak dan balok induk direncanakan dengan baut simple connection terletak pada dua tumpuan sederhana yang disesuaikan dengan anggapan dalam analisa sendi .
Profil Balok Anak : WF 400 x 200 x 8 x 13 ( BJ 41 )
Profil Balok Induk : WF 500 x 300 x 11 x 18 ( BJ 41 )
Pelat penyambung siku : ˪ 60 x 60 x 6 ( BJ 41 )
qD = 820.24 kg/m ; qL = 500 kg/m
qU = (1,2 x qD ) + ( 1,6 x qL ) = ( 1,2 x 820.24 ) + (1,6 x 500)
= 984.24 + 800
= 1784,24 kg/m
Vu = 1
2 x qux l = 1
2 x 1784.24 x 6 = 5352.72 kg
a. Sambungan Pelat Siku dengan Balok Anak
Direncanakan : profil siku ˪ 60 x 60 x 6 BJ 41
Baut HTB A 325 ( fub = 8250 kg/cm2 )
Baut mm ( A baut = 2,01 cm2 ) Kuat geser
Vn = f x r1 x fub x Abaut x m
Dimana :
r1 = 0,4 ( ada ulir di bidang geser baut )
m = jumlah bidang geser
fub = tegangan tarik putus baut
Abaut = luas bruto penampang baut
Vn = 0,75 x 0,4 x 8250 x 2,0 x 1
Kuat tumpu
Vn = f 2,4 db tp fu ………. berlaku untuk
semua jenis lubang baut
Dimana :
db = diameter nominal baut
tp = tebal plat tertipis
fu = tegangan tarik putus terkecil antara baut
dan pelat
Vn = 0,75 x 2,4 x 1,6 x 0,9 x 4100
= 10276 kg →menentukan
n = 𝑉𝑢
𝑉𝑛 = 5352.72
10627.2 = 0.62 ≈ 1 buah
b. Sambungan Pelat Siku dengan Balok Induk
Direncanakan : profil siku ˪ 60 x 60 x 6 BJ 41
Baut HTB A 325 ( fub = 8250 kg/cm2 )
Baut mm ( Abaut = 2,01 cm2 )
Untuk disisi balok
Vn = f x r1 x fub x Abaut x m
= 0,75 x 0,4 x 8250 x 2,01 x 2 = 9949.5 kg → Menentukan
Kuat tumpu
Vn = f 2,4 db tp fu ………. berlaku untuk
semua jenis lubang baut
Dimana :
db = diameter nominal baut
tp = tebal plat tertipis
fu = tegangan tarik putus terkecil antara baut
dan pelat
Vn = 0,75 x 2,4 x 1,6 x 0,9 x 4100
= 10276 kg →menentukan
n = 𝑉𝑢
𝑉𝑛 = 5352.72
10276 = 0,7 ≈ 2 buah
dipasang 2 buah baut mm ( jumlah baut untuk 2 sisi )
Kontrol pelat siku
Baut HTB A 325 ( fub = 8250 kg/cm2 )
Baut mm
Diameter perlemahan ( dengan bor ) = baut + 1,5
= 16 + 1,5 = 17,5 mm = 1,75 cm Anv = Lnv x tp
= ( 36 – 2 x 1,75 ) x 0.9 = 32.85 cm2
Kuat rencana :
Rnv = . 0,6 . fu . Anv
Dimana :
fu = tegangan Tarik putus terkecil antara baut dan pelat
Rnv = 0.75 .0,6 . 4100 x 32.85 = 60608.25 kg
Terdapat 2 siku ,sehingga :
2 x Rnv = 2 x 60608.25 = 121216.5 kg
Persyaratan : Vu ≤ Rn
2536.48 kg ≤ Vn
2536.48 kg ≤ 121216.5 kg …… ok
Jarak ke tepi = 1,5 db s/d (4tp + 100 ) atau 200 mm
tp = tebal plat tertipis
1,5 db = 1,5 x 16 = 24 mm
( 4 tp + 100 ) = ( 4x 0.9 + 100 ) = 104 mm
Dipasang 80 mm
Jarak antar baut = 3db s/d 15 tp atau 200 mm
3db = 3x 16 = 48 mm
15 tp = 15 x 4 = 60 mm
L 60 x 60 x 6
Ø 16 mm
WF 400 X 200 X 8 X 13
Tulangan negatif
WF 500 X 300 X 8 X 11
10 20
90
400
Gambar 5.3 Detail sambungan balok anak dengan balok induk
Sambungan Balok – Kolom
Profil balok induk menggunakan WF 500 x 300 x 11 x 18 dan kolom dengan profil WF 400 x 400 x 45 x 70 . Sambungan direncanakan dengan metode rigid connection .
Pembebanan pada balok : ( di dapat dari SAP 2000 )
Momen ultimate = 48 t.m
Gaya geser yang terjadi :
Vu = (1
2 𝑥 𝑞𝑢 x l ) 𝑥 ( 1 2 𝑥 𝑃𝑢)
= (1
2 𝑥 11089 x 6 ) 𝑥 ( 1
2 𝑥318203) = 52928 kg
Gaya geser yang berasal dari Mu :
∑ MA = 0
Vu x L – MB - MA = 0
Vu = 𝑀𝐴+ 𝑀𝐵
𝐿 =
4800000+4800000
600 = 80800 kg
Maka ,besarnya Vu total adalah :
Vu total = 52928+ 80800 = 133728 kg
Mu = 48 ton
Gambar 5.4 Gaya pada balok - kolom
a. Sambungan Pada Badan Balok
Penentuan jumlah baut, direncanakan menggunakan :
Baut : A 325
Mutu Baut : 8250 kg/cm2
Diameter baut : 22
Ulir pada bidang geser ( r1 = 0,4 ) Siku penyambung ˪ 100 x 100 x 10 Fy = 2500 kg/cm2
Fu= 4100 kg/cm2
tp˪ = 10 mm = 1 cm
tpbalok= 11 mm = 1,1 cm →menentukan Ab= ¼ π d2 = 3,80 cm2
Kekuatan 1 baut :
Kuat Geser
Vn = 0,75 x r1 x Fu x Ab x m
= 0,75 x 0,4 x 8250 x 3,80 x 2
= 23512.5 kg
Kuat Tumpu
Vn = 0,75 x 2,4 x db x tpbalok x fu
= 0,75 x 2,4 x 2,2 x 1,1 x 4100
Jumlah baut yang diperlukan :
n = 𝑉𝑢
𝑉𝑛 = 16000
17859.6=0.89 ≈ 1 buah
Dipasang 3 buah baut diameter 22 mm
Kontrol pelat siku
Diameter perlemahan ( dengan bor )
lubang = 22 mm + 1,5 mm = 23,5 mm
Luas bidang geser
Anv = Lnv x tp = ( 100 – 3 x 2.35 ) x 10 = 29.5 cm2
Kuat rencana :
Rnv = x 0,6 x fu x Anv
= 0.75 x 0,6 x 4100 x 29.5 = 54427.5 kg
Terdapat 2 siku , sehingga :
2 x Rnv = 2 x 54427.5 = 108855 kg
Persyaratan : 𝑉𝑢≤ Rn
42623.3 ≤ 𝑉𝑛
42623.3 kg ≤ 108855 kg ….. ok
Jarak ke tepi = 1,5 db s/d (4tp + 100 ) atau 200 mm
tp = tebal plat tertipis
1,5 db = 1,5 x 22 = 33 mm
( 4 tp + 100 ) = ( 4x 10 + 100 ) = 140 mm
Dipasang 100 mm
Jarak antar baut = 3db s/d 15 tp atau 200 mm
3db = 3x 22 = 66 mm
15 tp = 15 x 10 = 150 mm
Dipasang 120 mm
b. Sambungan Pada Sayap Kolom
Penentuan jumlah baut, direncanakan menggunakan :
Baut : A 325
Mutu Baut : 8250 kg/cm2
Diameter baut : 22
Ulir pada bidang geser ( r1 = 0,4 ) Siku penyambung ˪ 100 x 100 x 10 Fy = 2500 kg/cm2
fu = 4100 kg/cm2
tp˪ = 10 mm = 1 cm →menentukan tpkolom = 19 mm = 1,9 cm
Ab = ¼ π d2= ¼ π 2.22 = 3,80 cm2
Kuat Geser
Vn = 0,75 x r1 x fu baut x Ab x m
= 0,75 x 0,4 x 8250 x 3,80 x 1
= 11756.25 kg → menentukan
Kuat Tumpu
Vn = 0,75 x 2,4 x db x tpkolom x fu
= 0,75 x 2,4 x 2,2 x 1 x 4100
= 16236 kg
Jumlah baut yang diperlukan :
n = 𝑉𝑢
𝑉𝑛 = 16000
11756.25= 2.05 ≈ 6 buah
Dipasang 4 buah baut pada tiap sisi .
Kontrol kekuatan pelat siku penyambung
Direncanakan siku penyambung : ˪ 100 x 100 x 10
Ag = 10 x 10 = 100 cm2
lubang = 22 mm + 1,5 mm ( lubang dibuat bor )
= 23,5 mm = 2,35 cm
Luas bidang geser
Anv = Lnv x tp = ( 100 – 4 x 2,35 ) x 1 = 90,6 mm2
Kuat rencana :
Rnv = x 0,6 x fu x Anv
= 0.75 x 0,6 x 4100 x 90.60 = 167157 kg
Terdapat 2 siku , sehingga :
2 x Rnv = 2 x 26937 = 53874 kg
Persyaratan : 𝑉𝑢≤ Rn
16000 ≤ 𝑉𝑛
16000 kg ≤ 334314 kg ….. ok
Kontrol Jarak Baut
Jarak ke tepi = 1,5 db s/d (4tp + 100 ) atau 200 mm
tp = tebal plat tertipis
1,5 db = 1,5 x 22 = 33 mm
( 4 tp + 100 ) = ( 4x 1.9 + 100 ) = 104 mm
Dipasang 100 mm
Jarak antar baut = 3db s/d 15 tp atau 200 mm
3db = 3x 16 = 48 mm
Dipasang 50 mm
Kontrol tebal flens
Baut tipe tumpu 22 ( HTB A325 fub = 8250 kg/cm2 )
Profil baja : BJ 41
Kuat Rencana Baut :
Geser
Vd = 0,75 x 0,4 x fu Ab . m = 0,75 x 0,5 x 8250 x 3,80 x 1
= 11756.25 kg (menentukan!)
Tumpu
Rd = 0,75 x 2,4 db tp fu = 0,75 x 2,4 x 2,2 x 4100 x 1,3
= 30848.4 kg
Vu =
5
16000
n
P
u= 3200 kg < Vd
Tarik (ulir)
Td = . 0,75 Ab fu = 0,75 (0,75 x 3,80 x 8250)
Sambungan end plate ke flens kolom menggunakan cara
di baut cara ultimate eksentris tidak sebidang
b
Beban tarik : (interaksi geser + tarik)
Td = f ft Abft = (1,3 fub– 1,5 fuv) < fub = 8250 kg/cm2
Mencari garis netral anggap dibawah baut terbawah
Momen Rencana yang dapat dipikul sambungan :
= 186384.37 + 6991881
Mn= 71782653 kg cm
Mu = 8600000 kg cm < Mn ok
Sambungan cukup kuat menerima beban momen
Sambungan end plate ke kolom menggunakan cara di las
Ø 22 mm
WF 500 X 300 X 11 X 18
WF
40
0
X 200 X
8 X
13
Ø 22 mm
END PLATE
400
500
CONTINUITY PLATE LAS SUDUT
Jawab : te = 1 cm
300
500
LAS : EE70xx
Syarat : a min > 4 mm < a ef max = 17.62 mm
Karena tidak ada pembatasan dari maksimal tebal , jadi a tmax
di ganti menjadi a ef max
= 1,41 x 𝑓𝑢
𝐹𝐸𝑋𝑋 .t2
= 1,41 x 4100
70 𝑥 70.3 .15
= 17.62 mm FEXX– tegangan putus las
a mak < 17.62 – 1,6 = 16.02 mm > a
BAB VI
ANALISA PERILAKU KOLOM
6.1 Umum
Dalam menganalisa perilaku elemen kolom digunakan program ABAQUS 6.10 .Pada analisa ini di modelkan dengan portal arah memanjang .Sebelum menganalisa perilaku kolom ,ada beberapa tahapan yang harus di lakukan ,yang akan di jelaskan selanjutnya .
6.2 Pemodelan Portal
a.Part
Pada tahapan ini di buat elemen elemen struktur portal yaitu balok dan kolom yangakan disambung menajdi satu kesatuan .Tahap ini di mulai dengan memilih menu create part (Gambar 6.1) kemudian menggambarkan geometrik elemen struktur dengan menggabungkan titik titik koordinat menjadi sebuah bentuk penampang memanjang .
Setelah menggabungkan titik-titik koordinat penampang selanjutnya mengisi base extrusion untung bentang memanjang dari masing masing elemen ,pada elemen balok di masukkan sebesar L =5600 mm dan kolom sebesar L kolom = 4000 mm
.Untuk tampilannya ditunjukkan pada Gambar 6.2 dan 7.3 .
Gambar 6.2 Balok WF 500 X 300 X 11 X 18
Gambar 6.3 Kolom WF 400 X 400 x 45 x 70
b.Property
Elastisitas material :
Untuk material baja = 2 x 105 MPa
Poisson ratio = 0.3 Plastisitas material :
Karena material baja yang digunakan adalah bj 41 yaitu fy = 250 MPa dan fu = 410 MPa sehingga
pengisian untuk plastis stress dimulai dari angka 250 untuk batas leleh dengan plastis strain dimulai dari angka 0 .
Setelah pengisian materialselesai maka akan tampil material manager yang telah diisi (Gambar 6.4) .selanjutnya memilih menu section manager kemudian create section untuk penampang balok dan kolom (Gambar 6.5) .Setelah itu penampang balok dankolom yang telah dimodelkan dimasukkan kedalam section manager sesuai penampang masing-masing(Gambar 6.6)
Gambar 6.5 Tahap section manager
Gambar 6.6 Tahap pemilihan material
c. Assembly
Instances (memanggil part-part untuk dibentuk) Pada waktu instances harus menghitung jumlah kebutuhan elemen yang diperlukan untuk dipanggil dan diduplikat sehingga dapat menjadi 1 bentuk portal yang akan dianalisis .Dalam hal ini terdapat 1 balok , 2 kolom ,12 plat pengaku dan 8 strand .
Rotate (Putar)
Pada waktu akan memutar suatu elemen contohnya pada kolom diputar sebesar 90o harus dilakukan
dengan langkah rotate ,dengan mem-blok kolom yang akan diputar ( Gambar 6.7 ) setelah itu isi start point 0,0,0 dan end point -1,0,0 .Hal itu dikarenakan akan diputar sebesar 90o arah x .Setelah itu masukan sudut
yang akan diputar yaitu arah 90o sehingga kolom
tersebut akan berdiri tegak (Gambar 6.8)
Gambar 6.8 Kolom yang sudah diputar
Translate(pindah)
Hal ini dilakukan jika akan memindahkan elemen balok atau kolom berada pada tempat yang diinginkan .contoh memindahkan balok .Hal pertama yang dilakukan yaitu mem-blok balok (Gambar 6.9) yang akan dipindahkan kemudian mengisi part start point 0,0,0 dan untuk memindahkan arah y sebesar 4700 isi end point adalah 0,0,4700 sehingga balok tersebut akan pindah searah sumbu y( Gambar 6.10) .
Gambar 6.10 Balok yang sudah dipindahkan
d.Step (Pendefinisian Beban)
Ada 2 jenis step yaitu initial step yang menjadi default dari Abaqus yaitu merupakan pendefinisian dari input-input gaya interior elemen dan Load Step yang merupakan pendefinisan dari input beban ( Eksterior Force)
e.Interaction
Gambar 6.11 Portal setelah dilakukan iteraction
Gambar 6.12 Portal setelah dilakukan iteraction + 12 plat pengaku
6.3 Pembebanan Pada Portal
Gambar 6.13 Perletakan jepit di ujung-ujung kolom
Berikut proses pembuatan dan penempatan LOAD di abaqus 6.10 :
Create Load
Membuat beban dimulai dari step .Kemudian klik step manager (Gambar 6.14) .Kemudian klik create
(Gambar 6.15) .Pada kali ini akan terdapat 9 macam beban dengan satuan MPa (Gambar 6.16) .
Gambar 6.15 Contoh membuat beban
Gambar 6.16 Load yang di butuhkan
Gambar 6.17 Load sudah diterapkan pada balok
Setelah dimasukkan beban-beban selanjutnya adalah tahapan mesh dimana setiap part yang terdapat pada struktur portal harus dibagi menjadi bagian-bagian kecil.Hal ini berungsi untuk menganalisa setiap elemen portal lebih mendalam .Dalam hal ini portal dibagi menjadi beberapa potongan sebesar 50 mm .
6.4 Hasil Analisa
Pada sub bab menjelaskan keadaan gedung pada umumnya
yang terkena arah gaya gempa atau bisa disebut keadaan MRF (Moment Resisting Frame) dan belum terkena gaya balik arah gempa .
Bentuk deformasi struktur portal setelah diberi beban seperti berikut ini :
Gambar 6.19 Deformasi struktur portal
Gambar 6.20 2 buah dari 4 titik yang akan ditinjau
Gambar 6.21 Titik 3 & 4 yang merupakan titik tinjau lainnya .
Tegangan dan regangan yang terjadi pada struktur portal dapat ditunjukkan dengan melihat warna pada struktur portal tersebut .Semakin merah warnanya maka tegangan yang terjadi semakin besar . Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 6.22 sampai dengan Gambar 6.30 yang menunjukan warna portal ketika diberikan beban lateral yang semakin besar .Begitu juga dengan regangan yang semakin besar beban maka
1 2
akan berubah warna semakin merah (Gambar 6.31) dan lebih di jelaskan dari semua beban yang di pakai (Tabel 7.1)
Gambar 6.22 Hasil visualisasi akibat beban lateral awal (1 MPa)
Gambar 6.24 Hasil visualisasi akibat beban lateral (5 MPa)
Gambar 6.26 Hasil visualisasi akibat beban lateral (15 MPa)
Gambar 6.28 Hasil visualisasi akibat beban lateral (25 MPa)
Gambar 6.30 Hasil visualisasi akibat beban lateral (35 MPa)
Tabel 6.1 Regangan dan Tegangan dari ke 4 titik yang di tinjau
Dari hasil Tabel 6.1 dapat dilihat pada Gambar 6.32 sampai dengan Gambar 6.35 yaitu didapatkan hasil bahwa di keempat titik semakin besar beban lateral yang diberikan maka semakin besar pula tegangannya mendekati leleh 250 MPa
Gambar 6.32 Grafik hubungan antara Reganagn dan Tegangan di titik 1
REGANGAN TEGANGAN REGANGAN TEGANGAN REGANGAN TEGANGAN REGANGAN TEGANGAN 0.000018 3.4 1.264E-05 2.29 0.000021 3.9 0.0000131 4.84 0.0000524 10.23 0.0000378 6.88 0.000063 11.7 0.0000393 14.54
0.00014 27.3 0.0001 18.36 0.00016 31.228 0.0001 38.77 0.00032 61.43 0.00022 41.31 0.00037 70.253 0.00023 87.224 0.00059 112.63 0.00041 75.74 0.00069 128.798 0.00043 159.957 0.00097 183.734 0.00067 122.331 0.0011 207.727 0.00084 226.807 0.0028 234.179 0.00108 195.35 0.0026 228.531 0.0028 269.706 0.0112 261.07 0.0028 212.77 0.0068 283.617 0.008 310.87 0.026 373.264 0.0199 234.686 0.023 326.477 0.03 402.398
KONDISI MRF
Gambar 6.33 Grafik hubungan antara Reganagn dan Tegangan di titik 2
Gambar 6.35 Grafik hubungan antara Regangan dan Tegangan di titik 4
Disatukan menjadi (Gambar 6.36)
Dapat disimpulkan bahwa gedung dengan tegangan regangan seperti ini pada saat terjadi gempa akan mudah sekali runtuh berantakan .Regangan dan Tegangan berjalan tidak searah dan jarak yang sangat besar .Maka dari itu akan berdampak terhadap kepada gedung di sebelahnya (kalau di daerah perkotaan/padat) .Untuk meminimalisir tersebut ,penulis menyarankan memakai sistem SCMRF .
6.5 Penerapan Sistem SCMRF
Sub bab ini juga membahas tentang gedung yang terkena gaya gempa tetapi sekarang menggunakan SCMRF .Diatas sudah di bahas portal / struktur gedung biasa atau pada umumnya dan dapat di lihat juga melalui Gambar 6.36 seperti apa kesimpulan akhirnya .Berikut adalah pembahasan SCMRF pada struktur gedung .Titik tinjau masih sama yaitu 4 acuan .
Yang membedakan dengan gedung pada umumnya adalah :
Di awal sempat disebutkan 8 buah strand .Itu merupakan kata kunci penguatan di kolom kolomnya . Part yang awalnya ada 3 sekarang ada 4 part .
Penambahan material pratekan supaya lebih kuat lagi dengan ada dua angka di dalamnya .Yaitu :
Elastic = Modulus Elastic 200000
= Poisson Ratio 0.3
= Yield stress 1548 dengan Plastic strain di mulai dari 0.018
Pembuatan Load nya sama dengan keadaan MRF(Gambar 6.15 sampai 6.16) tetapi di tambah untuk beban strand yang berbeda sekali mendapatkannya (Gambar 6.37 - Gambar 6.39 )
Gambar 6.39 Gambar pembuatan Load untuk strand
Berikut penjelasan dari mana angka 273.8311 itu:
4 TON x 9.81 x 1000 = 39240 N
39240 x 4 = 156960 *di kali 4 karena di setiap kolom ada 4 buah strand (Gambar 6.40)
Kemudian masukkan nilai Ap = 143.3* 143.3 diambil dari tabel VSL.
39240/143.3 = 273.8311* ini yang di ambil untuk
Magnitude
Jadi tegangannya sebesar 0.22 fy
Kesimpulan Tegangan di Tarik sebesar 0.22 fy < 0.9 fy
Karena kalau memilih Initial maka tidak akan bias membuat beban.Maka penulis mengambil 1 MPa untuk mengisi pilihan kotak dialog step Di coba coba .Penulis
mencoba memasukkan 4 ton/strand .Karena tegangan tidak boleh > 0.9 fy
Setelah itu buat 1 beban lagi untuk sisi sebelahnya (Gambar 6.41)
Gambar 6.40 Lokasi strand di salah sisi kolom
Gambar 6.41 Total ada 11 load untuk kondisi SCMRF
Dari sisi langkah interaction menjadi 54 constrain yang sebelumnya pada kondisi MRF hanya 38 Constrain (Gambar 6.42)
Gambar 6.42 Interaction kondisi SCMRF
Mesh pada saat SCMRF dengan strand (Gambar 6.43)
Gambar 6.43 Meshing portal
Gambar 6.44 Deformasi Struktur Portal SCMRF
Sama dengan kondisi MRF bahwa semakin besar beban maka tegangan dan regangan akan beruba menajdi warna merah .Berikut kondisi tegangan dengan beban terbesar yang di berikan (Gambar 6.45) Regangan (Gambar 6.46)
Gambar 6.46 Regangan di beban 35 MPa pada E33 SCMRF
Dapat di simpulkan antara Regangan dan Tegangan ke 4 titik acuan (Gambar 6.47)
Gambar 6.47 Gabungan Regangan dan Tegangan kondisi SCMRF sebelum di beri gaya kembali
akumulasi dari 4 grafik yang diambil dari 4 titik acuan (Gambar 6.48)
Gambar 6.48 Hubungan Regangan dan Tegangan
Dapat disimpulkan dari grafik diatas bahwa dengan memakai system SCMRF tegangan dan regangan dengan beban sebesar apapun akan berjalan sama sehingga tidak langsung runtuh seperti kondisi semula tanpa SCMRF.
1.6 Tahap Akhir SCMRF
Pada tahap ini adalah pembuktian untuk SCMRF sudah tepat untuk di terapkan untuk gedung.
gambar 6.49 .Dengan begitu terlihat apakah gedung kembali awal apa tidak.
Gambar 6.49 Tabel gaya balik
b) Gaya tersebut di coba masukkan untuk keadaan SCMRF dan MRF yang coba di jelaskan pada Gambar 6.50 - Gambar 6.52
Gambar 6.50 Setelah dimasukkan gaya balik
Menunjukan bahwa posisi gedung kembali seperti ke awal sebelum terjadi gempa dengan angka menuju hampir nol.