• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PERATURAN DIRJEN BIMAS ISLAM NO. DJ. II/491 TAHUN 2009 TENTANG SUSCATIN DI KUA KECAMATAN SIDOREJO SALATIGA DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN PERATURAN DIRJEN BIMAS ISLAM NO. DJ. II/491 TAHUN 2009 TENTANG SUSCATIN DI KUA KECAMATAN SIDOREJO SALATIGA DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH - Test Repository"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN PERATURAN DIRJEN BIMAS ISLAM

NO. DJ. II/491 TAHUN 2009 TENTANG SUSCATIN

DI KUA KECAMATAN SIDOREJO SALATIGA

DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH

WA RAHMAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Erni Istiani

NIM: 211-12-037

JURUSAN AHWAL AL SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS

SYARIโ€™AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

ู…ู ู…ููŠุง ู†ู’ ู…ู ูˆูŽ

ุงู‹ุฌ ูˆูŽ ู†ู’ุฒูˆูŽ ู†ู’ู…ููƒู…ูุณููู†ู’ู†ูˆูŽ ู†ู’ ู‘ู ู†ู’ู…ููƒูˆูŽู„ ูˆูŽู‚ูˆูŽู„ูˆูŽุฎ ู†ู’ ูˆูŽ

ู†ู’ ูู†ููƒู†ู’ุณูˆูŽูŠู‘ูู„

ุงูˆูŽู‡ู†ู’ุงูˆูŽู„ู…ู

ู‹ ุฏู‘ ูˆูŽ ู…ู‘ูŽ ู†ู’ู…ููƒูˆูŽู†ู†ู’ุงูˆูŽ ูˆูŽ ูˆูŽ ูˆูŽุฌ ูˆูŽ

ู‹ุฉูˆูŽ ู†ู’ุญูˆูŽุฑ ู…ู‘ูŽ

ู‰ู„ู‚

ุชูู… ู†ู’ ูˆูŽ ู‘ูู„ ุชููŠุง ูˆูŽ ูˆูŽ ู…ูู„ ู‰ู…ู ู…ู‘ูŽ ู…ู

ูˆูŽ ู†ู’ ูุฑู…ู‘ูŽูƒูˆูŽููˆูŽูŠู…ู‘ูŽุง

Artinya:

(7)

vii PERSEMBAHAN

Atas rahmat dan ridho Allah SWT, kupersembahkan sebuah karya

sederhana ini untuk orang yang penulis sayangi.

1. Bapakku Suwarno dan Ibuku Nyaminah yang telah memberikan

dukungan moril maupun materi serta doโ€Ÿa yang tiada henti serta selalu

memberikan doโ€Ÿa, kasih sayang, semangat kepada penulis, ucapan

terima kasih saja takkan pernah cukup untuk membalas semua kebaikanmu karena itu, hormat dan baktiku kan selalu tertuju untukmu.

2. Adikku Nurul Musthofa Rokhilul Firdaus dan terimakasih atas

doโ€Ÿamu, rajinlah dalam belajar dan raihlah cita-citamu dengan

semangat.

3. Nenekku tercinta yang senantiasa mendoโ€Ÿakanku dalam bertholabul ilmi.

4. Seluruh keluargaku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk penulis.

(8)

viii KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Alhamdulillahirabbilโ€™alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT, yang selalu memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul โ€œPENERAPAN

PERATURAN DIRJEND BIMAS ISLAM N0. DJ.II/491 TAHUN 2009 TENTANG

SUSCATI DI KUA KECAMATAN SIDOREJO SALATIGA DALAM MEMBANGUN

KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WARAHMAHโ€

Salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi agung, Nabi

Akhiruzzaman, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta

pengikutnya yang senantiasa setia dan menjadikannya suritauladan. Beliaulah

yang membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang

benderang, yakni Dinul Islam.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak yang telah tulus iklas membantu penulis

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku rektor IAIN Salatiga.

(9)

ix

3. Bapak Sukron Maโ€Ÿmun, M.Si, selaku ketua Jurusan Syariโ€Ÿah.

4. Bapak Sirojudin, S.Hi selaku kepala KUA Kecamatan Sidorejo Salatiga beserta jajarannya.

5. Ibu Luthfiana Zahriani M.H, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan teliti membimbing dan mengarahkan penulis, terimakasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga ilmu yang Ibu berikan selalu bermanfaat.

6. Bapak serta Ibu dosen serta karyawan Fakultas Syariโ€Ÿah IAIN Salatiga yang telah membagi ilmu-ilmunya sehingga penulis mampu menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

7. Segenap dosen Fakultas Syariโ€Ÿah yang telah mengikhlaskan waktu dan tenaganya untuk membagikan ilmu kepadaku.

8. Sahabatku Mbak Nuril Mimin Jannah dan Mbak Khuzaimah yang senantiasa menyemangati dan mengingatkanku dalam penulisan skripsi ini, tanpa dukungan kalian aku bukanlah apa-apa dan semoga tali silaturrahim kita tidak berhenti sampai disini saja dan terima kasih selalu memberikan arti sebuah senyuman, dan kebersamaan.

9. Himmatul Aliyyah Mbak Ratna Tri Susanti dan Mbk Risa Suryani yang membantu mensukseskan penulisan skripsi ini, terima kasih untuk kalian semoga dipermudah segala urusannya.

(10)

x

11. Keluarga besar Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan terkhusus santri putri, lailiyah Maghfuroh dan Miftah Nuril Maulida, terimakasih untuk sepenggal cerita, tawa, dan canda di pondok.

12. Sahabat-sahabatku keluarga besar PMII, DEMA Fakultas Syariโ€Ÿah yang telah memberikan wawasan dan belajar berorganisasi dengan loyalitas.

13. Teman-teman angkatan 2012 terkhusus AS yang telah berjuang dan belajar bersama di IAIN Salatiga.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka kritik dan saran yang bersifa tmembangun sangat penulis

harapkan.Semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis

khusunya, serta pembaca padaumumnya. Amin.

Salatiga, 22 September 2016

(11)

xi ABSTRAK

Istiani, Erni. 2016โ€œPenerapan Peraturan Dirjen Bimas Islam No.DJ. II/491

Tahun 2009 Tentang SUSCATIN di KUA Sidorejo Salatiga dalam membentuk keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmahโ€.

Skripsi.Fakultas Syariโ€Ÿah Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Luthfiana Zahriani, M.H. Kata Kunci :SUSCATIN, Keluarga Sakinah dan Peraturan Dirjen Bimas Islam.

Memiliki keluarga Sakinah adalah merupakan dambaan semua pasangan suami istri baik yang baru menikah atau yang sudah menjalani keluarga. Keluarga yang sejahtera akan berdampak baik bagi negara. Oleh karena itu, pemerintah bekerjasama dengan BP4 yaitu dengan memberikan surat edaran tentang peraturan dan pelaksanaan SUSCATIN kepada seluruh KUA di Indonesia termasuk KUA Sidorejo-Salatiga. Walaupun telah ada surat edaran di KUA ternyata KUA masih kurangnya sosialisasi di masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merumuskan ke dalam tiga permasalahan sebagai berikut: 1). Apa yang melatarbelakangi dikeluarkannya Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/491 Tahun 2009 Tentang SUSCATIN? 2). Bagaimana Penerapan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/491 Tahun 2009 Tentang SUSACATIN di KUA Kecamatan Sidorejo Salatiga? 3). Apa hambatan yang dihadapi KUA Sidorejo Salatiga dalam penerapan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/491 Tahun 2009 Tentang SUSCATIN?

Penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan jenis Yuridis Sosiologis. dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.Lokasi penelitian ini dilaksanakan di KUA Kecamatan Sidorejo Salatiga.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

(13)

xiii

E. Kerangka Teori ... 9

F. Telaah Pustaka ... 11

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian ... 13

2. Pendekatan Penelitian ... 13

3. Kehadiran Peneliti ... 14

4. Lokasi Penelitian ... 14

5. Sumber Data ... 15

6. Analisis Data ... 18

7. Pengecekan Keabsahan Data ... 19

8. Tahap-Tahap Penelitian... 20

9. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kursus Calon Pengantin ... 23

B. Dasar Hukum Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin ... 29

C. Materi Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) ... 31

D. Tujuan, VISI dan MISI SUSCATIN ... 32

E. Konsep Keluarga Sakinah Mawadah Warahmah ... 33

F. Tujuan Pernikahan ... 36

G. Konsep Keluarga Sakinah ... 38

(14)

xiv BAB III HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kantor Urusan Agama (KUA) Sidorejo Salatiga ... 44 1. Dasar Hukum ... 47 2. VISI, MISI dan MOTTO Kantor Urusan Agama (KUA) Sidorejo

Salatiga ... 50 3. Tugas dan Wewenang Kantor Urusan Agama (KUA) Sidorejo Salatiga ... 52 4. Struktur Kepengurusan Kantor Urusan Agama (KUA) Sidorejo

Salatiga dan Keadaan Karyawan Kantor Urusan Agama (KUA) Sidorejo Salatiga ... 55 B. Latar Belakang Dikeluarkannya Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.

II/491 Tahun 2009 Tentang Kursus Calon Pengantin ... 56

BAB IV PEMBAHASAN

A. Penerapan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ. II/491 Tahun 2009 Tentang Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) Di Kantor Urusan Agama (KUA) Sidorejo Slatiga ... 60 B. Hambatan-Hambatan yang dialami KUA Kecamatan Sidorejo Salatiga

dalam Penerapan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ. II/491 Tahun 2009 Tentang Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) Di Kantor Urusan Agama (KUA) Sidorejo Slatiga ... 69

BAB V PENUTUP

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Rumah tangga atau keluarga adalah komunitas kecil yang akan mendasari komunitas besar yang bernama negara. Bangunan negara banyak ditentukan oleh produk yang dihasilkan oleh lembaga negara ini. Jika keluarga baik maka diharapkan masyarakat dan negara akan baik. Dengan kata lain keluarga adalah fondasi masyarakat bangsa dan negara. Baik-buruknya, maju-mundurnya, sejahtera maupun sengsaranya masa depan masyarakat bangsa dan negara sangat tergantung pada fondasi yang dibangunnya (Muhammad, Husein, 2016: 209).

Islam telah menjelaskan tujuan perkawinan menurut Islam yaitu akad/perjanjian /ikatan yang dapat menghalalkan hubungan antara laki-laki dan perempuan, dalam Al-Qurโ€Ÿan dijelaskan bahwa akad ini sebagai perjanjian yang kokoh (mitsaqan ghalizha). Ini menunjukkan bahwa perkawinan merupakan perjanjian relationship antara manusia yaitu laki-laki dan perempuan yang harus mendapatkan perhatian yang jauh lebih besar dari yang lain-lain.

Dijelaskan lagi dalam kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam

Syafiโ€Ÿi bahwa ada 3 tujuan dalam perkawinan yang pertama yaitu bahwa

(16)

2

cara manusia menyalurkan hasratnya, ketiga melalui perkawinan, hati laki-laki dan perempuan diharapkan menemukan tempat ketenangan jiwa, melalui perkawinan pula kegelisahan dan kesusahan hati menemukan salurannya dengan menumpahkan kepada pasangannya. Dengan kata lain pernikahan dimaksudkan untuk menciptakan ketenangan dan kebahagiaan kedua belah pihak, seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qurโ€Ÿan Surat

โ€œDan diantara tanda-tanda (kebesaran) Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikirโ€.

Ayat diatas mengandung tiga hal yang penting untuk diperhatikan dalam perkawinan: yaitu sakinah, mawaddah, dan rahma. Dengan begitu rumah tangga yang baik adalah rumah tangga yang dibangun diatas pilar relasi yang saling mengasihi, saling memberikan kebaikan, dan saling melayani dengan kelembutan dan ketulusan baik dalam tindakan maupun tutur kata serta saling rela atas kekurangan masing-masing (Muhammad, Husein, 2016: 211).

(17)

3

semuanya dapat memahami hakikat dan tujuan perkawinan yaitu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati dalam rumah tangga. Perkawinan itu bukan sekedar berkumpulnya dua orang manusia dalam satu atap kemudian mendapatkan keturunan, dan bukan pula untuk sementara waktu melainkan untuk seumur hidup.

Pernikahan adalah salah satu sarana untuk mengekpresikan sifat-sifat dasar kemanusiaan. Dan setiap manusia mempunyai kecenderungan terhadap lawan jenisnya dan Allah Swt telah menciptakan rasa keindahan tersebut dalam hati setiap laki-laki dan perempuan (Takariawan, cahyadi, 2009: 75).

Seperti dalam Surat Ali-Imran ayat: 14

ุงูˆูŽุณู‘ููู† ูˆูŽูู…ููŠ ู…ูุซ ู•ูˆูŽู“ู‘ูุดู† ู‘ูุจูุญ ู…ูุทุงู‘ูŽูู‡ู…ูู† ูˆูŽูู‘ููšูุต

โ€œDijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, rupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia, dan disisi Allahlah tempat kembali yang baikโ€.

(18)

4

cukup hanya ikatan lahir ataupun batin saja, akan tetapi harus mencakup keduanya.

Selain definisi yang telah dijelaskan Undang-Undang tentang perkawinan No.1 tahun 1974 pasal 1, KHI pasal 2 (kompilasi Hukum Islam) di Indonesia juga memberikan definisi yang lain yang tidak mengurangi arti-arti definisi UU tersebut, namun bersifat menambah

penjelasan, dengan rumusan sebagai berikut: โ€žโ€™perkawinan menurut Islam

adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat dan miitsaqan ghalizhan

untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Maksud dari ungkapan akad yang sangat kuat atau miitsaqan ghalizhan merupakan penjelasan dari ungkapan ikatan lahir batin yang terdapat dalam rumusan UU yang mengandung arti bahwa akad perkawinan itu bukanlah semata bukanlah semata perjanjian yang bersifat keperdataan semata. Kemudian maksud dari ungkapan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Merupakan

penjelasan dari ungkapan โ€žโ€Ÿberdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam

UU. Hal ini lebih menjelaskan bahwa perkawinan bagi umat Islam merupakan peristiwa agama dan oleh karena itu orang melaksanakannya telah melakukan perbuatan ibadah (Syarifudin, Amir, 2004: 41).

(19)

5

juga tidak terpisahkan dalam kondisi dan situasi apapun bahwa memiliki keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan idaman setiap insan manusia yang mau menuju sebuah perkawinan, maka dari itu uraian diatas sudah dijelaskan bahwa perkawinan merupakan perjanjian yang kokoh untuk itulah perkawinan harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar.

Mengingat permasalahan keluarga yang terjadi di masyarakat dan tingginya angka perceraian seperti: ketidakcocokan, kekerasan dalam rumah tangga, poligami, masalah ekonomi, nikah dibawah tangan (nikah sirri), salah satu menjadi TKI, jarak usia yang terlalu jauh, bahkan karena perbedaan pandangan politik. menyebabkan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama berinisiatif melaksanakan program Kursus Calom Pengantin (SUSCATIN), yang mana dalam program ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas keluarga yang baik dalam membangun keluarga yang Sakinah, Mawaddah dan Rahmah.

(20)

6

Kursus Calon Pengantin adalah berdasarkan aturan Depag melalui peraturan direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat Islam tentang Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) No. DJ. II/491 Tahun 2009 tanggal 10 Desember Bab I pasal I ayat 2 yang menyebutkan bahwa:

โ€œkursus calon pengantin yang selanjutnya disebut dengan SUSCATIN adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan, dalam waktu singkat kepada catin tentang kehidupan rumah tangga atau keluargaโ€.

Program ini dimasukkan kedalam salah satu proses dan prosedur perkawinan dan wajib diikuti oleh calon pengantin yang mau menikah, kemudian materi yang akan diberikan yaitu meliputi 7 aspek yaitu tata cara dan prosedur perkawinan, pengetahuan agama, peraturan perundang-undangan di bidang perkawinan dan keluarga, kesehatan dan reproduksi, manajemen keluarga, psikologi perkawinan dan keluarga, serta hak-hak dan keawjiban suami istri.

Melihat hal tersebut dirasa menarik untuk dibahas dan penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut terhadap permasalahan yang ada dalam karya ilmiah dengan mengangkat tema skripsi yang berjudul

โ€žโ€ŸPenerapan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. II/491 Tahun 2009

Tentang Kursus Calon Pengantin di KUA Sidorejo, Salatiga dalam

Membangun Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmahโ€™โ€™.

B. Fokus penelitian

(21)

7

No.DJ. 11/491 Tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) di KUA Sidorejo, Salatiga maupun di lingkungan masyarakat.

Kemudian berdasarkan latar belakang masalah dapat di rumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi dikeluarkannya peraturan Dirjen Islam No.DJ.II/491 tentang SUSCATIN (kursus calon pengantin)?

2. Bagaimana Penerapan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/491 Tahun 2009 SUSCATIN (kursus calon pengantin) di lakukan di KUA Sidorejo salatiga?

3. Apa Hambatan-Hambatan Penerapan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/491 tahun 2009 yang dialami KUA kec. Sidorejo Salatiga dalam melaksanakan SUSCATIN (kursus calon pengantin) dalam membangun keluarga sakinah mawaddah, warrahmah.

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai setelah penelitian ini selesai adalah: 1. Mengetahui yang melatarbelakangi dikeluarkannya peraturan Dirjen

Bimas Islam No. DJ. II/491 Tahun 2009 tentang SUSCATIN (kursus calon pengantin?

2. Mengetahui Penerapan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ. II/491 Tahun 2009 Tentang SUSCATIN (kursus calon pengantin) itu di lakukan di KUA Sidorejo salatiga?

(22)

8

Tahun 2009 Tentang SUSCATIN (kursus calon pengantin) dalam membangun keluarga sakinah mawaddah, warrahmah?

D. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan yang penulis harapkan dari penelitian ini, diantaranyaa adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan, khususnya dalam bidang Hukum Islam dan juga menambah bahan pustaka bagi IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Salatiga.

2. Secara praktis

a. Sebagai sumbangan Ilmu pengetahuan pada umumnya dan sebagai sumbangan Ilmu Hukum Islam pada khususnya, terutama pada masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.11/491 tentang kursus calon pengantin.

b. Sebagai sumbangan pemikiran kepada para pihak yang terkait meliputi KUA Sidorejo Salatiga, Kementerian Agama (KEMENAG) dengan pelaksanaan peraturan Dirjen Bimas Islam No. 11/491 tentang kursus calon pengantin.

(23)

9 E. Penegasan Istilah

1. Kursus calon pengantin (SUSCATIN)

Kursus calon pengantin adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan dalam waktu singkat kepada calon pengantin (CATIN) tentang kehidupan rumah tangga/ keluarga (Dirjen Bimas Islam No. DJ. II/491 Tahun 2009).

2. KUA (Kememtetian Urusan Agama) Sidorejo

Alamat: Jl. Ki Penjawi No. 15 Sidrejo Lor No. tlp. 0298313879 Email: @ yahoo.co.id Kepala KUA : Sirojudin, SH.I.

3. Keluarga

Keluarga adalah komunitas kecil yang akan mendasari komunitas besar yang bernama negara (Syarifudin, Amir, 2006: 54).

4. Sakinah

Sakinah adalah berasal dari kata sakana berarti tempat tinggal, menetap dan tenteram (tanpa ras ketakutan) dengan begitu perkawinan merupakan wahana atau tempat dimana orang-orang yang ada didalamnya terlindungi dan dapat menjalani kehidupan dengan tenang, tentram, tanpa ada rasa takut (Muhammad, Husein, 2016: 211).

5. Mawaddah

Mawaddah adalah cinta. Muqatil bin Sulaiman ahli tafsir abad ke-2 H, mengatakan bahwa mawaddah berarti al- mahabbah (cinta),

(24)

10

yang saling menyenangkan dan tidak melukai perasaan. Berarti perkawinan merupakan ikatan antara dua orang yang dihrapkan dapat mewujudkan hubungan saling mencintai, saling memahami, saling menasehati, dan saling menghormati (Syarifudin, Amir, 2006: 78).

6. Rahmah

Rahmah memiliki arti lebih mendalam, yaitu kasih, kelembutan, kebaikan, dan ketulusan (keikhlasan) (Takariawan, Cahyadi, 2009: 88).

F. KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka pada penelitian ini pada dasarnya untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran tentang hubungan permasalahan yang penulis coba untuk meneliti yang mungkin belum pernah diteliti oleh orang lain, sehingga tidak ada pengulangan penelitian secara mutlak atau plagiasi.

Sejauh penulis melakukan penelitian terhadap karya-karya ilmiah yang lain ataupun skripsi-skripsi yang telah dahulu khususnya pada fakultas atau jurusan (ahwal al-syakhshiyyah), penulis menemui beberapa karya ilmiah atau skripsi diantaranya:

Pertama skripsi Diah Maziatu Chalida yang berjudul

โ€œPenyelenggaraan Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) oleh KUA di

(25)

11

Syariโ€Ÿah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2010.

Dengan permasalahan yaitu bagaiamana pelaksanaan kursus calon pengantin (SUSCATIN) oleh KUA kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara dan mengapa KUA mewajibkan kursus calon pengantin bagi calon pasangan suami istri. Hasilnya bahwa penyelenggaraan SUSCATIN sesuai dengan peraturan yang ada dan dengan tujuan KUA membekali para calon pengantin dalam mengarungi kehidupan rumah tangga dengan materi-materi yang telah diharapkan mampu menjadi pedoman untuk berumah tangga.

Kedua skripsi yang disusun oleh Syamsul Bahri yang berjudul

โ€žโ€Ÿkonsep keluarga Sakinah menurut M. Quraisy Shihabโ€Ÿโ€Ÿ skripsi ini

membahas tentang keluarga Sakinah namun pemahamannya lebih difokuskan kepada pengertian Keluarga Sakinah Menurut M. Quraisy shihab.

Ketiga skripsi yang disusun oleh Ahmad Faisal yang berjudul

โ€žโ€ŸEfektifitas BP4 dan peranannya dalam memberikan penataran Atau

(26)

12

nikah atau menjadi pasangan suami istri dalam ikatan perkawinan sangatlah besar terbukti dengan beberapa upaya yang dilakukan oleh BP4 Kecamatan Kembangan.

Keempat skripsi yang disusun oleh Agoes Baihaqi yang berjudul

โ€œAnalisa Maslahah Terhadap Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN)

di Kabupaten Ponorogoโ€. Fakultas Syariโ€Ÿah STAIN Ponorogo 2007.

Dengan permasalahan yaitu bagaimana materi Kursus Calon Pengantin yang ada di Kabupaten Ponoroga, dan apa tujuan Kursus Calon Pengantin yang telah diselenggarakan di Kabupaten Ponorogo dan bagaimana hukum mengikuti Kursus Calon Pengantin bagi remaja usia nikah/calon pengantin yang ada di Kabupaten Ponorogo sudah sesuai dengan kemaslahatan. Sedangkan tujuannya sendiri adalah agar para calon pengantin mampu dan memahami tentang bagimana membina perkawinan yang baik dan benar dan hukumya wajib bagi remaja usia nikah lulusan SD, SMP dan SMA sedangkan S1, S2 dan S3 tidak wajib.

(27)

13 G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian dan pendekatan

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapanagan (field research) yaitu dengan melakukan penelitian terhadap obyek yang dituju untuk mendapatkan data yang benar dan terpercaya tentang kursus calon pengantin.

Penelitian ini bersifat kualitatif, maksudnya adalah prosedur data penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang bersangkutan. Penelitian ini dapat dikatakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif maksudnya adalah penulis menganalisis dan menggambarkan penelitian secara obyektif dan detail untuk mendapatkan hasil yang akurat (Margono, 1997:36).

2. Kehadiran Peneliti

(28)

14

mengidentifikasi data informasi dan fenomena yang muncul di lapangan dapat diperoleh secara akurat.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di KUA Sidorejo Salatiga. Adapaun alasan pemilihan tempat adalah berkaitan dengan upaya peningkatan dan pemahaman maupun pengetahuan mengenai hukum Islam khususnya mengenai tentang kursus calon pengantin (SUSCATIN), sumbangan ilmu pengetahuan mengenai Kursus Calon Pengantin dari dan pemerintah daerah setempat perlu terus di kembangkan, sehingga pengetahuan keagamaan kususnya mengenai pelaksanaan peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/491 tentang Kursus Calon Pengantin.

4. Sumber Data

Data merupakan tampilan yang berupa kata-kata lisan maupun tertulis yang di cermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat di tangkap makna yang tersirat dalam dokumen ataupun benda-bendanya (Moleong, 1998: 22).

Kemudian sumber data di bagi menjadi dua yaitu: a. Data Primer

(29)

15

(KUA) Sidorejo Salatiga dan penghulu serta pegawai KUA Sidorejo Salatiga. Sedangkan dalam pengambilan data di lakukan dengan cara bantuan catatan lapangan, bantuan foto, atau apabila memungkinkan dengan bantuan rekaman suara handphone atau digital atau alat apapun yang memungkinkan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain selain data primer. Diantaranya adalah Al-qurโ€Ÿan, hadits dan buku-buku literatur, internet, majalah, peraturan Dirjen Bimas Islam No.II/491 Tahun 2009 maupun jurnal ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data tersebut diantaranya buku-buku referensi diantaranya kamus, baik umum maupun biografi, buku indeks, buku bibiografi yang berisi informasi buku-buku bidang ataupun aspek tertentu, dan sebagainya.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan metode-metode sebagai berikut:

a. Metode wawancara mendalam (dept interview)

(30)

16

dicatat atau direkam dengan alat perekam (Arikunto, Suharsimi, 2010: 67).

Wawancara dikenal pula dengan istilah interview yaitu suatu proses Tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara langsung, antara keduanya atau lebih bisa langsung melihat wajah satu dengan yang lainnya secara langsung dan bisa mendengar suara responden dengan telingannya sendiri (Sukansarrumidi, 2004: 88). Wawancara ini dilakaukan kepada beberapa subyek yaitu kepada Kepala KUA Sidorejo, Penghulu, serta pegawai KUA Sidorejo Salatiga. Melalui wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang responden (Sugiyono, 2013: 231). Melalui wawancara peneliti akan bertanya langsung mengenai Penerapan Dirjen Bimas Islam No. DJ. II/491 Tahun 2009 Tentang SUSCATIN (Kursus Calon Pengantin) di KUA Kecamatam Sidorejo Salatiga.

b. Metode Observasi

(31)

17 c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah dimana metode ini adalah melukuan penelusuran dan perolehan data yang diperlukan melalui data yang tersedia. Biasanya berupa data statistik, agenda kegiatan, produk keputusan dan kebijakan, sejarah, dan hal lainnya yang berkait dengan penelitian. Kelebihan teknik dokumentasi ini adalah karena tersedia, siap sikap, serta hemat biaya, dan tenaga (Moleong, 2011: 83).

6. Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka peneliti menganalisis data yang sudah ada dengan teori-teori yang sudah ada, sehingga dapat disimpulkan beberapa hasil penelitian, analisis data terdapat beberapa alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah kegiatan yang mengantisipasi kegiatan sebelum melakukan penelitian ke lapangan. Penelitian dirancang sehingga nanti akan mudah dalam menganalisis dan sebagai bukti pada penelitian (Sugiono, 2011: 240).

2. Reduksi data

(32)

18 3. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui data kita akan memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan dalam mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapatkan dari penyajian tersebut (Moleong, 2011: 75).

4. Kesimpulan

Setelah melalui proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, kemudian menarik kesimpulan dari apa yang telah dianalisis (Sugiyono, 2011: 45).

7. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji

credibility, transferability, debendability, dan confirmability

(Sugiyono, 2011: 366). a. Uji Kredibilitas

(33)

19 b. Uji Depenability

Dalam penelitin kualitatif, uji depenability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian, yang mana caranya adalah dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktifitas peneliti dalam melakukan penelitian (Moleong, 2001: 87).

c. Uji Konfirmability

Uji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses penelitian yang dilakukan. Bila hasil yang dilakukan merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability (Sugiyono, 2013: 98).

8. Tahap-tahap penelitian

Penelitian kulitatif dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data (Moleong, 2009: 127). Adapun tahapan-tahapannya dalah sebagai berikut:

a. Tahap pra-Lapangan

(34)

20

memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitan. Tahap ini digunakan sebelu peneliti melakukan penelitian yang sebenarnya. Kemudian peneliti membuat rancangan kegiatan memilih salah satu untuk dijadikan obyek penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini merupakan tahapan yang sebenarnya. Tahap ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta sambil mengumpulkan data.

Pada tahap ini peneliti terlibat langsung ke lokasi dan mengikuti kegiatan yang termasuk dalam fokus penelitian. Peneliti mencari tahu informasi tentang kegiatan-kegiatan tersebut denagan menggunakan metode wawancara terhadap informasi-informasi yang ada. Melalui itu peneliti akan mengumpulkan data-data yang sesuai fokus penelitian.

c. Tahap Analisis Data

(35)

21 9. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh serta mempermudah pemahaman terhadap penulisan skripsi ini, penulisan skripsi dikelompokkan menjadi lima bab. Di mana antara bab satu dengan bab yang lainnya saling berhubungan.

BAB I: Bagian ini merupakan pendahuluan, yang dikemukakan dalam bab ini merupakan pengantar dari keseluruhan isi pembahasan. Pada bagian pertama ini akan dibahas beberapa sub bahasan, yaitu: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II: Kajian pustaka, menjelaskan tentang dasar teori yaitu: pengertian SUSCATIN, dasar hukum SUSCATIN, konsep keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah

BAB III: Hasil Penelitian tentang data dan temuan yang diperoleh di Kantor Urusan Agama, yang berisi: gambaran umum sejarah KUA Sidorejo Salatiga, struktur KUA Sidorejo Salatiga, dan Latar Belakang dikeluarkannya Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ. II/491 Tahun 2009 Tentang SUSCATIN.

(36)

22

(37)

23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Kursus Calon Pengantin

Keluarga yang baik menurut pandangan Islam biasa disebut dengan istilah keluarga Sakinah, ciri utama keluarga ini adalah adanya cinta kasih yang permanen antara suami dan istri yang mana dalam hal ini bertolak dengan prinsip perkawianan sebagai mitsaqan ghalidhan sebagaimana dijelaskan dalam surat An-Nisa ayat 21, yaitu perjanjian yang teguh untuk memenuhi kebutuhan sama lain. Ciri ini juga dibangun atas dasar prinsip bahwa membangun keluarga adalah amanah yang masing-masing pihak terikat untuk menjalankan sesuai dengan ajaran Allah SWT. Selain itu keluarga Sakinah pada dasarnya memperhatikan prinsip kesetaraan, saling membantu dan melengkapi dalam pembagian tugas antara suami istri dalam urusan keluarga maupun urusan publik sesuai kesepakatan bersama (Sila, Muh. Adlin, dkk., 2007 : 5).

Sakinah berasal dari kata sakana yang berarti tempat tinggal, menetap, dan tentram (tanpa ras ketakutan). Dengan begitu maka perkawinan merupakan wahana atau tempat dimana orang-orang yang ada di dalamya terlindungi dan dapat menjalani kehidupannya dengan tenang dan tentram, tanpa rasa takut (Syarifudin, Amir, 2006: 24).

(38)

al-24

nashihah (nasehat) dan al-shilah (komunikasi). Yaitu komunikasi yang saling menyenangkan dan tidak melukai perasaan. Perkawinan merupakan ikatan antara dua orang yang diharapkan dapat mewujudkan hubungan saling mencintai, saling memahami, saling menasehati, dan saling menghormati (Muhammad, Husein, 2016: 211).

Rahmah memiliki arti yang lebih mendalam yaitu kasih, kelembutan, kebaikan, dan ketulusan (keikhlasan). Dengan begitu rumah tangga yang baik adalah rumah tangga yang dibangun diatas pilar relasi yang saling mengasih, saling memberikan kebaiakan dan saling melayani dengan kelembutan dan ketulusan baik dalam tindakan maupun tutur kata serta saling rela atas kekurangan masing-masing (Asy-Syarif, Isham Muhammad, 2005: 84).

Dengan demikian sudah sepantasnya pasangan suami istri bertekad menjaga komitmen yang sesungguhnya sudah dibangun, dengan cara menjaga nilai sakral perkawinan dan dipelihara secara utuh jangan sampai kesakralannya berkurang karena prilaku yang merusak kesucian perkawinan.

(39)

25

SUSCATIN merupakan salah satu program dari badan penasehat, pembinaan dan pelestarian perkawinan (BP4) yang difokuskan kepada pemberian pengetahuan dan pemahaman terhadap masalah keluarga. Program ini dilaksanakan untuk memberikan bekal kepada calon pengantin (CATIN) tentang pengetahuan berkeluarga dan reproduksi sehat agar calon pengantin memiliki kesiapan pengetahuan, fisik dan mental dalam memasuki jenjang perkawinan dalam membentuk keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Warrahmah. Sehingga angka perceraian dan perselisihan dapat ditekan.

Sedangkan pengertian kursus calon pengantin itu sendiri adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam waktu singkat kepada CATIN (Calon Pengantin) tentang kehidupan rumah tangga/keluarga. Selain itu ada istilah yang perlu kita ketahui:

1. Kursus adalah pelajaran tentang suatu pengetahuan atau kepandaian yang diberikan dalam waktu singkat.

2. Calon laki-laki atau perempuan yang akan dan sedang mengajukan permohonan kehendak nikah di Kantor Urusan Agama (KUA). 3. BP4 adalah singkatan dari penasehat, pembinaan dan pelestarian,

adalah sebuah lembaga resmi yang bertugas membantu Kementerian Agama (Kemenag) dalam membangun keluarga Sakinah, Mawaddah, Warrahmah.

(40)

26

Kementerian Agama kabupaten atau kota di bidang urusan agama Islam diwilayah kecamatan.

5. STMK adalah singkatan dari Surat Tanda Mengikuti Kursus calon pengantin adalah surat tanda bukti yang diberikan kepada mereka yang telah mengikuti kursus calon pengantin (SUSCATIN).

Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan, pasal 1 yang menyebutkan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk dapat terbina dan terciptanya suatu rumah tangga yang Sakinah, Mawaddah, Warrahmah agama Islam telah memberikan petunjuk tentang hak dan keawjiaban sebagai suami istri. Apabila hak dan kewajiban masing-masing telah terpenuhi maka dambaan keluarga yang

Sakinah, Mawaddah, Warrahmah akan terwujud (Rofiq, Ahmad, 1998: 181).

(41)

27

Perceraian memang halal namun Allah SWT sangat membencinya. Bahkan Rasulullah SAW pernah menyatakan istri-istri yang meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan yang dibenarkan dia tidak akan mencium bau surga (Basyir Azhar, Ahmad,1995: 55).

Karena itu pula pemerintah Indonesia merumuskan perundang-undanagan yang mempersulit terjadinya perceraian dan membentuk badan penesahatan perkawinan atau lebih dikenal dengan BP4. Pelestarian sebuah pernikahan tidak bisa diupayakan setelah terjadinya masalah dalam rumah tangga. Namun pelestarian sebuah pernikahan haruslah diupayakan sedini mungkin, yaitu sejak sebelum terjadinya pernikahan. Melalui keputusan KMA keputusan Menteri Agama No. 477 Tahun 2004, pemerintah mengamanatkan agar sebelum pernikahan dilangsungkan, setiap calon pengantin harus diberikan wawasan terlebih dahulu tentang arti sebuah rumah tangga melalui kursus calon pengantin (SUSCATIN).

(42)

28

rumah tangga bahagia dapat terwujud maka diperlukan pengenalan terlebih dahulu tentang kehidupan baru yang akan dialaminya nantinya.

Dengan dikeluarkannya Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/491 Tahun 2009 membuat gerak langkah SUSCATIN semakin jelas. Lahirnya peraturan-peraturan tentang kursus calon pengantin tersebut, merupakan bentuk kepedulian pemerintah terhadap tingginya angka perceraian dan kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) di Indonesia. Mayoritas perceraian di Indonesia terjadi dalam usia perkawinan kurang dari 5 tahun. Hal ini mengindikasikan dilapangan bahwa masih sangat banyak pasangan pengantin muda yang tidak sepenuhnya tahu dan mengetahui tentang apa yang harus dilakukan dalam sebuah pernikahan. Pengetahuan mereka tentang dasar-dasar pernikahan mereka masih sangat kurang. Sehingga pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama (KEMENAG) mengeluarkan peraturan tentang Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN). Calon pengantin yang akan melakukan pernikahan akan dibekali materi dasar pengetahuan dan ketrampilan seputar kehidupan berumah tangga dalam kursus calon pengantin.

(43)

29

telah mengikuti kursus itu maka, akan diberikan sertifikat yang dapat digunakan sebagai salah satu persyaratan menikah nantinya.

Diharapkan dengan dimasukkannya SUSCATIN sebagai salah satu syarat prosedur pernikahan maka, pasangan calon pengantin (CATIN) telah memilki bekal dan wawasan seputar kehidupan berumah tangga yang pada akhirnya akan mampu secara bertahap untuk mengurangi atau meminimalisir angka perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga yang marak terjadi di Indonesia. Adanya hal tersebut diharapkan Calon Pengantin bisa mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang keluarga. Sehingga harapan yang diinginkan yakni mewujudkan keluarga

sakinah, mawaddah wa rahmah. Peraturan tersebut adalah Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat Islam tentang Kursus Calon Pengantin Nomor DJ.II/491 Tahun 2009 yang diperbarui dengan Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No. DJ. II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah. B. Dasar Hukum Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN)

SUSCATIN atau kursus calon pengantin adalah salah satu bentuk upaya dalam membentuk keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Warrahmah. Diharapkan dengan memasukkan SUSCATIN kursus calon pengantin akan mampu mengurangi atau meminimalisir angka perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Indonesia.

(44)

30

Di dalam undang-undang No1 pasal 1 menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laiki-laki dan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Kompilasi Hukum Islam dalam pasal 2 disebutkan bahwa perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah, kemudian dalam pasal 3 lebih dipertegas lagi tentang tujuan pernikahan itu sendiri yang mana tujuan tersebut adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang

Sakinah, Mawaddah, Warrahmah (Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan).

3. Keputusan Menteri Agama No. 39 Tahun 2012 tentang organisasi dan tata kerja Kantor Urusan Agama pasal 2 menyebutkan bahwa dalam melakukan tugas yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) KUA menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan, pelayanan, pengawasan, pencatatan, dan pelaporan nikah dan rujuk.

b. Penyusunan statistik, dokumentasi dan pengelolaan sistem informasi manajemen KUA (Kementerian Urusan Agama).

(45)

31

d. Pelayanan bimbingan keluarga Sakinah. e. Pelayanan bimbingan kemasjidan. f. Pelayanan bimbingan syariโ€Ÿah.

Penyelenggaraan fungsi lain dibidang agama Islam yang ditugaskan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota (Keputusan Menteri Agama No: 39 Tahun 2012 tentang organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama.

C. Materi kursus calon pengantin (SUSCATIN)

Waktu yang singkat itu tentu tujuan dari diterbitkannya peratutan tentang Kursus Calon Pengantin sebagaimana dalam pasal 2 yang berisikan: โ€œperatutan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga atau keluarga dalam mewujudkan keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga. Dan peraturan Direktur Jenderal Bimas Islam No. DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah ini belum dapat tercapai sesuai yang diharapkan.

Materi yang disampaikan dalam kursus calom pengantin merujuk kepada Peraturan Dirjen Bimas Islam tentang kursus calon pengantin No. DJ.II/ 491 Tahun 2009 yang menyebutkan SUSCATIN diselenggarakan dengan durasi 24 jam pelajaran yang meliputi:

(46)

32

3. Peraturan perundangan di bidang perkawinan dan keluarga selama 4 jam.

4. Hak dan kewajiban suami istri selama 5 jam. 5. Kesehatan reproduksi.

6. Manajemen keluarga selama 3 jam.

7. Psikologi perkawinan dan keluarga selama 2 jam. D. Tujuan, Visi dan Misi SUSCATIN

Sebuah program kerja sudah semestinya memiliki tujuan kedepannya dengan baik dan dipertimbangkan bagaimana untuk mewujudkan tujuan tersebut, begitu pula dengan SUSCATIN yang memiliki tujuan, visi dan misi yang baik diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Tujuan:

a. Peserta mengetahui bagaimana mempersiapkan, melaksanakan dan membina perkawinan yang baik dan benar.

b. Peserta memiliki motivasi yang kuat dan tangguh, bagaimana membentuk keluarga yang berhasil, bahagia, sejahtera dan juga kekal.

c. Mampu mengatasi dan memahami tantangan, ancaman, gangguan, dan problematika yang tengah dihadapi dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

(47)

33

e. Dapat menanamkan, mengamalkan dan menghayati nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia dalam berkeluarga.

2. Visi

โ€œTerwujudnya keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Warrahmahโ€.

3. Misi

a. Memberikan pengetahuan dan bimbingan keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah kepada CATIN (Calon Pengantin) dan remaja usia nikah.

b. Mempersiapkan generasi muda-muda membina keluarga yang bahagia, sejahtera, kekal berlandaskan norma-norma agama dan nilai luhur budaya dan bangsa.

E. Konsep Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah

Islam telah memberikan petunjuk yang lengkap dan rinci terhadap persoalan pernikahan, mulai dari ajuran untuk menikah, memilih pasangan yang ideal, melakukan khitbah (peminangan), bagaiamana mendidik anak, serta memberikan jalan keluar jika terjadi kemelut rumah tangga, semua diatur oleh Islam secara rinci dan gamblang.

(48)

34

yang mampu menjadikan pemimpin agama dan umat dimasa yang akan datang dan anak-anak shaleh yang telah diharapkan (Rasjid, Sulaiman, 2006: 78).

Ijab qabul dalam sebuah pernikahan adalah menghalalkan dua insan berlawanan jenis untuk hidup bersama sebagai suami istri. Keduanya dihalalkan untuk hidup serumah dalam mengarungi hidup selanjutnya (Yosodhipuro, 2010: 97).

Pernikahan menyebabkan timbulnya konsekuensi terhadap suami dan istri, yaitu berupa hak dan kewajiban. Dalam kaitan ini, ada hak dan kewajiban yang harus dilakukan bersama dan ada juga hak dan kewajiban yang harus dilakukan masing-masing.

1. Hak dan kewajiban suami istri

a. Saling mengasihi dan menyayangi

b. Saling mempercayai

c. Mendidik anak

d. Menciptakan komunikasi yang interaktif dan kondusif

e. Saling memenuhi hak dan kewajiban

f. Saling menasehati

(49)

35 2. Kewajiban suami

a. Membayar mahar

b. Memberi nafkah istri dan anak c. Mendidik dan membimbing istri d. Menutup aib istri

Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk menikah, karena menikah merupakan naluri kemanusiaan, hal ini diterangkan dalam firman Allah Surat Ar-Rum ayat

Artinya: โ€œMaka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam), (sesuai) fitrah Allah disebabakan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Islam juga menganjurkan untuk menikah karena penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan sangat besar sekali, dan Allah menyebutkan sebagai ikatan yang kuat. Sebagaimana dijelaskan dalam Surat An-Nisa ayat 21:

ู” ู‘ูˆูŽูŽ ู†ู’ู”ูุฒูุฎ ู†ู’ุฃูˆูŽุญ ูˆูŽูู†ู’ู›ูˆูŽ ูˆูŽู”

ุฐู‚

ุงู‹ุธู†ู’ู›ู…ูู‡ูˆูŽุบ ุงู‹ู‚ุงูˆูŽ ู†ู’ู›ู‘ููŠ ู†ู’ู‰ููƒู†ู’ูู…ููŠ ูˆูŽูŒู†ู’ุฒูˆูŽุฎูˆูŽ ู‘ูŽู” ุชูุถู†ู’ุผูˆูŽุจ ู—ู†ู…ู ู†ู’ู‰ู ูุฒู†ู’ุผูˆูŽุจ ู—ุถู†ู’ ูˆูŽ

(50)

36

Keluarga adalah jiwa dan tulang punggung suatu negara, kesejahteraan lahir batin yang dialaminya adalah cerminan dari situasi yang hidup ditengah-tengah masyarakat negara itu sendiri (Shihab, Quraish, 1994: 253).

Menjalin hubungan keluarga, rasa kasih dan sayang merupakan inti dari banyak faktor yang harus ada, dengan adanya rasa kasih sayang, keluarga tersebut bisa menjadi lebih harmonis dan memperoleh sebuah kebahagiaan yang mana kebahagiaan itu akan menjadi benteng yang dapat memperkuat hubungan agar ketika setiap kali ada rintangan atau hambatan menerjang, rintangan maupun hambatan itu dapat dengan baik dan mudah terselesaikan, tepatnya tanpa menimbulkan sebuah perselisihan yang akan berakibat fatal.

F. Tujuan Pernikahan

1. Menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya

(51)

37 hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan Memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.

2. Melestarikan keturunan yang baik dan Berkualitas

Untuk membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera yang dapat memberikan keturunan yang baik, banyak dan berkualitas dalam mengabdikan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana telah diterangkan dalam Firman Allah Surat An-Nahl ayat 72:

ู†ู’ู‰ููƒูˆูŽู‚ูˆูŽุตูˆูŽุณูˆูŽู” ู‹ุฉูˆูŽุฐูˆูŽููˆูŽุญูˆูŽู” ูˆูŽูู›ู…ูููˆูŽุจ ู†ู’ู‰ููƒู…ูุฌ ูˆูŽู”ู†ู’ุตูˆูŽุฃ ู†ู’ูู…ููŠ ู†ู’ู‰ููƒูˆูŽู† ูˆูŽู…ูˆูŽุผูˆูŽุฌูˆูŽู” ุงู‹ุฌ ูˆูŽู”ู†ู’ุตูˆูŽุฃ ู†ู’ู‰ููƒู…ูุณููู†ู’ูŽูˆูŽุฃ ู†ู’ูู…ููŠ ู†ู’ู‰ููƒูˆูŽู† ูˆูŽู…ูˆูŽุผูˆูŽุฌ ู ู‘ูŽุงู„ู„ู‡ูˆูŽู”

ูˆูŽูŒู”ูุดููู†ู’ูƒูˆูŽูš ู†ู’ู‰ูู’ ู…ู ู‘ูŽุงู„ู„ู‡ ู…ูุชูˆูŽู‹ู†ู’ุผู…ููู…ูุจูˆูŽู” ูˆูŽูŒู•ููู…ููŠู†ู’ ููš ู…ูู…ู…ูุทุงูˆูŽุจู†ู’ู†ุงู…ูุจูˆูŽ ูˆูŽุฃ ู…ูุซุงูˆูŽุจู‘ูู›ู‘ูŽุทู† ูˆูŽูู…ููŠ

Artinya: โ€œDan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami/istri) dari jenismu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil? Dan mengingkari nikmat Allah?

3. Menjaga kehormatan/kemaluan dari perbuatan Berzina

(52)

38 kemaluannya, 6.) kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela.

G. Konsep keluarga Sakinah

Allah menciptakan makhluk-Nya berpasang-pasangan, demikian pula manusia, jadi berkeluarga adalah fitrah hidup manusia. Telah menjadi sunnatullah bahwa setiap orang memasuki pintu gerbang pernikahan, entah itu pria, wanita, apakah ia tua atau muda pada dasarnya semuanya ingin menciptakan pernikahan itu menjadi sebuah rumah tangga dan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Pasangan secara konsepsional harus melahirkan harmoni dan dinamika, salah satu konsep hidup berkeluarga adalah keluarga sakinah yaitu keluarga yang berlangsung dengan mengikuti panduan ajaran agama Islam.

(53)

39

Artinya: โ€œSesungguhnya Allah tidak segan membuat perempuan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, โ€œapa maksud Allah dengan perempuan ini?. Dengan (perempumaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat dan dengan itu banyak (pula) orang yang Diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik.

ู˜ู…ูุฒู‘ูŽู† ูˆูŽู•ูู’

Artinya: โ€œDialah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang mukmin atau menambah keimanan atas keimanan mereka (yang

Artinya: โ€œSungguh, Allah telah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) dibawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat.

(54)

40

Masing-masing ayat di atas adalah ketenagan, dan ketentraman. Oleh karenanya Keluarga Sakinah dapat dimaknai sebagai Keluarga yang penuh ketentraman dan ketenangan (Kurniawati, Titi, dkk., 2013: 161). Keluarga yang baik pastilah merupakan suatu masyarakat yang ideal untuk mewujudkan cita-cita yang baik dan mampu melahirkan amal shaleh. Di dalam keluarga seperti ini akan dapat ditemukan kehangatan dan kasih sayang yang wajar, tiada rasa tertekan, tiada ancaman dan jauh dari saling sengketa dan perselisihan. Dalam keluarga yang seperti ini akan tumbuh ketenangan batin bagi seluruh anggotanya, sehingga akan tumbuh ketenangan yang diliputi dengan Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah atau cinta kasih dan sayang.

Membina rumah tangga menuju sebuah keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah. Jelas tak segampang yang dibayangkan. Membangun sebuah keluarga Sakinah adalah suatu proses. Keluarga Sakinah bukan berarti keluarga yang diam tanpa masalah, namun lebih kepada adanya keterampilan untuk mengelola konflik yang terjadi didalamnya.

(55)

41

1. Fungsi ekonomis, artinya keluarga merupakan satuan sosial yang mandiri, yang didalamnya anggota-anggota keluarga mengkonsumsi barang-barang yang dihasilkan.

2. Fungsi sosial, artinya keluarga memberikan harga diri dan status kepada anggota-anggotanya.

3. Fungsi edukatif, artinya menjadikan rumah sebagai pusat ilmu pengetahuan. Ini berarti keluarga memberikan wahana yang seluas-luasnya bagi pusat bagi pusat pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan kepada anak-anak yang menjadi anggota keluarga.

4. Fungsi protektif, artinya keluarga melindungi anggota-anggotanya dari ancaman fisik, ancaman ekonomis, dan ancaman sosial.

5. Fungsi religius, artinya keluarga memberikan pengalaman keagamaan kepada anggota-anggotanya.

6. Fungsi rekreatif, artinya keluarga merupakan pusat terciptanya hiburan bagi anggota-anggotanya.

7. Fungsi efektif, artinya keluarga memberikan kasih sayang dan melahirkan keturunan.

H. Kriteria Keluarga yang Sakinah

(56)

42

mengantarkannya kepuncak kemuliaan membawa amanahdan membimbingnya menuju alam akhirat yang penuh dengan keadilan. Membina dan membangun rumah tangga secara Islami adalah kewajiban setiap muslim. Kewajiban suami istri untuk memperbaiki kehidupannya, kewajiban ibu bapak, untuk mendidik anak-anaknya agar taat kepada Allah dan Rasul-Nya agar menjadi belahan jiwa dan menjadi tumpuan harapan (Kisyik, 2015: 8).

Syahrin Harahap (1996: 164) merumuskan kriteria keluarga yang bahagia (Sakinah) menjadi 10 ciri, yaitu:

1. Saling menghormati dan saling menghargai antara suami istri, sehingga terbina kehidupan yang rukun dan damai.

2. Setia dan saling mencintai sehingg dapat dicapai ketenangan dan keamanan yang menjadi pokok kekalnya hubungan.

3. Mampu menghadapi persoalan dan segala kesukaran dengan arif dan bijaksana, tidak buru-buru, tidak saling menyalahkan, dan mencari jalan keluar dengan kepala dingin.

4. Saling mempercayai tidak melakukan hal yang dapat menimbulkan kecurigaan dan kegelisahan.

5. Saling memahami kekurangan dan kelebihan.

6. Saling bermusyawarah, tidak malu meminta maaf bila bersalah.

(57)

43

8. Dapat menghasilkan sumber penghasilan yang layak bagi seluruh keluarga.

(58)

44 BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kantor Urusan Agama (KUA) Sidorejo

Salatiga

Jauh sebelum Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada Tanggal 17 Agustus 1974, bangsa Indonesia sudah mempunyai lembaga kepenghuluan, yaitu semenjak berdirinya kesultanan Mataram. Pada saat itu kesultanan Mataram telah mengangkat seseorang yang diberi tugas dan wewenang khusus di Bidang Kepenghuluan.

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, lembaga kepenghuluan sebagai lembaga swasta yang diatur dalam suatu ordonasi, yang mana lembaga tersebut dibawah pengawasan bupati dan penghasilan karyawannya diperoleh dari hasil biaya nikah, talak, dan rujuk yang dihimpun dalam kas masjid.

Kemudian masa pemerintahan pendudukan Jepang tepatnya pada Tahun 1943 pemerintahan pendudukan Jepang di Indonesia mendirikan Kantor Shumubu (KUA) di Jakarta. Pada waktu itu yang ditunjuk sebagai kepala shumubu (semacam kantor kementerian agama) untuk wilayah Jawa dan Madura adalah KH. Hasyim Asyโ€Ÿari yang merupakan pendiri pondok pesantren Tebuireng Jombang dan

(59)

45

tugasnya, KH. Hasyim Asyโ€Ÿari menyerahkan kepada putranya K.

Wahid Hasyim sampai akhir pendudukan Jepang pada bulan Agustus Tahun 1945.

Sesudah merdeka, menteri Agama H.M. Rasjidi mengeluarkan maklumat No. 2 Tanggal 23 April 1946 yang isi maklumat tersebut mendukung semua lembaga keagamaan dan ditempatkan kedalam Kementerian Agama.

Departemen Agama adalah departemen perjuangan. Kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan dinamika perjuangan bangsa. Pada saat bangsa Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamirkan, maka lahirlah Kementerian Agama. Pembentukan Kementerian Agama tersebut selain untuk menjalankan tugasnya sebagai penanggung jawab realisasi pembukaan UUD 1945 dan pelaksanaan Pasal 29 UUD 1945, juga sebagai pengukuhan dan peningkatan status shumbu (Kantor Urusan Agama Tingkat Pusat) pada masa penjajahan Jepang.

(60)

46

berbangsa, dan bernegara. Dengan pemahaman dan pengamalan agama secara benar diharapkan dapat mendukung terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, mandiri, dan berkualitas sehat jasmani serta rohani, serta tercukupi kebutuhan material dan spiritualnya.

Departemen agama Kabupaten/Kota yang dikoordinasi oleh kepala seksi urusan agama Islam/ Bimas Islam dan kelembagaan agama Islam yang dipimpin oleh seorang kepala, yang tugas pokoknya melaksanakan sebagian tugas kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota di Bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah kecamatan. Dengan demikian, eksistensi KUA kecamatan sebagai Institusi pemerintah dapat diakui keberadaannya, karena memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan bagian dari struktur pemerintahan di tingkat kecamatan.

(61)

47

Perkembangan selanjutnya setelah terbitnya keputusan Menteri Agama (KMA) No. 517 Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama kecamatan, maka Kantor Urusan Agama (KUA) berkedudukan di wilayah Kecamatan dan bertanggung jawab kepada kepala Kantor Departemen.

Kantor Urusan Agama (KUA) Sidorejo Salatiga adalah unit pelaksana teknis (UPT) diraktorat urusan agama Islam Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Islam RI yang berada ditingkat kecamatan. Satu tingkat di bawah Kantor Kementerian Agama tingkat Kota/ Kabupaten Kantor Urusan Agama yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor.

Secara Institusional KUA tingkat kecamatan berada di posisi paling depan dan menjadi tombak dalam pelaksanaan tugas-tugas dan pelayanan kepada masyarakat di bidang urusan Agama Islam khususnya. Tugas pokok KUA tingkat kecamatan telah tertuang pada Keputusan Menteri Agama Nomor 517 Tahun 2001 tentang penataan organisasi KUA Kecamatan dan terakhir disempurnakan dengan peraturan Menteri Agama Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama.

1. Dasar Hukum

(62)

48

tingkat kecamatan dan harapan dari dinas instansi vertikal yang berwenang dalam pembinaan rutin dalam bentuk kegiatan penilaian KUA yang berpijak pada peraturan yang berlaku, yaitu:

a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

b. Keputusan Menteri Agama No. 168 Tahun 2000 Tentang Pedoman Perbaikan Pelayanan Masyarakat di Lingkungan Departemen Agama.

c. Keputusan Menteri Agama No. 480 Tahun 2003 Tentang Perubahan atas keputusan Menteri Agama No. 373 Tahun 2002 tentang Organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.

d. Keputusan Menteri Agama No. 517 Tahun 2001 tentang penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan.

e. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/25/M. PAN/05/2006 tentang pedoman penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik.

(63)

49

g. Intruksi Menteri Agama No. 1 Tahun 2000 Tentang Pedoman Perbaikan Pelayanan Masyarakat di Lingkungan Departemen agama.

KUA Kecamatan Sidorejo Salatiga berdiri pada Tahun 1994 tepatnya berada di Jalan Ki Penjawi No.15 Sidorejo Lor Salatiga. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Bapak Sirojudin S.HI selaku kepala KUA Sidorejo terkait dengan Sejarah berdirinya Kementerian Urusan Agama (KUA) Sidirejo Salatiga. Kementerian Urusan Agama di Salatiga hanya ada satu. KUA yang pertama berada di jalan Patimura kemudian pindah ke Kridanggo. Seiring dengan pemekaran wilayah Salatiga pada tahun 1994, yang pada waktu itu terdiri dari 4 Kecamatan. Salah satunya di kecamatan Sidorejo Salatiga.

(64)

50

Penjawi No.15 Sidorejo Lor sehingga tempatnya berada dalam satu komplek.

Kantor Urusan Agama (KUA) membawahi 6 kelurahan yaitu: 1. Salatiga

2. Sidorejo Lor 3. Kauman Kidul 4. Bugel

5. Blotongan 6. Pulutan

2. Visi, Misi dan Motto Kantor Urusan Agama (KUA) Sidorejo

Salatiga

a. Visi

Terwujudnya masyarakat Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga yang taat beragama, Rukun, Berakhlak Mulia, Nyaman dan Profesional.

b. Misi

1) Meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan Agama. 2) Memperkokoh kerukunan beragama.

3) Meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan. 4) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Haji.

(65)

51 c. Motto

โ€œAyo bareng-bareng ora podo korupsi lan gratifikasi".

Jabatan kepala KUA itu bersifat tidak pasti, dapat dirotasikan kapan saja. Salah satunya contohnya yaitu ada yang menjabat hanya 2 tahun dan ada pula yang menjabat sampai 6 tahun. Sehingga masa pelayanannya ada yang sampai 6 tahun dan ada pula yang baru 2 tahun kemudian dipindahkan. Semua itu tergantung kebutuhan serta penyegaran organisasi.

Adapun yang pernah menjabat sebagai kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Sidorejo Salatiga yaitu Bapak H. Nudin, Bapak Habib, Bapak Solikul Hadi, Bapak Surahmat, Bapak Nur Kholis, Bapak Mubin, Bapak Munif, dan sekarang dijabat oleh Bapak Sirojudin SH.I.

3. Tugas Dan Wewenang Kantor Urusan Agama (KUA)

Ruang lingkup Kantor Urusan Agama tingkat kecamatan adalah melaksanakan tugas umum pemerintah dalam bidang pembangunan keagamaan (Islam) dalam wilayah kecamatan yang meliputi pelaksanakan tugas-tugas pokok Kantor Urusan Agama dalam pelayanan munakahat, perwakafan, zakat, ibadah sosial, kepenyuluhan dan lain-lain. Adapun penjabarannya yaitu:

(66)

52

pelayanan talak juga dilayani di Pengadilan Agama. Kepala KUA dalam melayani nikah dan rujuk juga berwenang menjadi pegawai pencatat nikah (PMA No. 11 Tahun 2007).

b. Kepala KUA juga bertugas sebagai pejabat pembuat Akta Ikrar Wakaf yang berwenang menerbitkan akta ikrar wakaf bagi masyarakat yang mewakafkan harta bendanya dan pembinaan Nadzhir Tanah Wakaf.

c. KUA sebagai penggerak dan motivator membuat data statistik zakat setiap tahunnya.

d. KUA juga memiliki tugas limpah dari Dirjen Haji dan Umroh untuk ikut mensosialisasikan kebijakan haji, melaksanakan bimbingan manasik haji dan melaksanakan bimbingan pasca haji bekerja sama dengan IPHI tingkat kecamatan.

e. KUA juga memiliki tugas melakukan penyuluhan pembangunan kepada masyarakat melalui bahasa agama, memberikan bimbingan dan penyuluhan tentang ibadah

mahdhah dan ibadah sosial, dan KUA juga sebagai koordinator penyuluh agama Islam tingkat kecamatan dan Lembaga Pendidikan dan Pengamalan Agama (LP2A) di tingkat Kecamatan.

(67)

53

g. KUA turut memberikan pembinaan keluarga sakinah bagi masyarakat pra nikah, memberikan pembinaan keluarga sakinah bagi masyarakat melalui pembentukan daerah binaan keluarga sakinah, dan bersama-sama dengan kantor Kementerian Agama melakukan seleksi keluarga sakinah teladan.

h. KUA juga memiliki tugas memberikan penyuluhan tentang makanan halal kepada masyarakat, dan bekerja sama dengan Kantor Kementerian Agama memberikan pembinaan terhadap produsen makanan tentang pentingnya kehalalan makanan. Para pejabat di KUA tingkat kecamatan berpedoman pada buku administrasi KUA yang diterbitkan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Tengah. Adapun isinya meliputi:

a. Mempimpin dan mengkoordinasikan kegiatan untuk semua unsur dilingkungan KUA Kecamatan dan memberikan bimbingan serta petunjuk pelaksanaan tugas masing-masing staf (pegawai) KUA Kecamatan sesuai dengan job masing-masing.

b. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala KUA Kecamatan wajib mengikuti dan memenuhi petunjuk serta peraturan yang berlaku.

(68)

54

Kecamatan dan bertanggung jawab kepada kepala KUA Kecamatan.

d. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Kecamatan bertanggung jawab kepada Kepala Kementerian Agama Kabupaten Kota/Madya.

Figur 3.1

Strukrur Kepengurusan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

Sidorejo Salatiga

Pengelola Administrasi

Agung Sudaryanto

Penghulu

Asa Abdurridho Safriyanta

Pengelola Ketatausahaan dan Rumah Tangga

Anda Masruroh

Penyuluh Agama

Dra. sukarmi

Penyuluh Agama

Munawaroh S.Ag

Penyuluh Agama

Murtadho S.Ag Kepala

(69)

55

4. Daftar Karyawan KUA Kecamatan Sidorejo Salatiga

Jumlah Pegawai KUA Kecamatan Sidorejo Salatiga Tahun 2016 sebanyak 7 orang pegawai, terdiri dari 4 orang Pegawai laki-laki dan 3 orang pegawai perempuan. Adapun rincian pegawai KUA adalah sebagai berikut:

a. Sirojudin, SH.I jabatan Kepala, dengan tugas sebagai penanggung jawab pelaksanaan tugas dan fungsi KUA

b. Agung Sudarianto Jabatan Pengelola Administrasi

c. Asa Abdurridho Safriyanta Jabatan Sebagai Penghulu Muda d. Anda Masruroh jabatan Sebagai Pegawai Ketatausahaan dan

Rumah Tangga

e. Dra. Sukarmi Jabatan Sebagai Pegawai Penyuluh Agama f. Munawaroh S.Ag Jabatan Sebagai Pegawai Penyuluh Agama. g. Murtadho S.Ag Jabatan Sebagai Pegawai Penyuluh Agama. B. Latar Belakang Dikeluarkannya Peraturan Dirjen Bimas Islam

N0. DJ. 11/491 Tahun 2009 Tentang Kursus Calon Pengantin.

(70)

56

Bimas Islam No. DJ. II/491 Tahun 2009 Tentang Kursus Calon Pengantin:

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat perceraian yang cukup tinggi, salah satu faktor utama yang menyebabkan tingginya angka perceraian adalah pengaruh globalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Perkembangan budaya dan peradaban yang sangat cepat sejak era industralisasi turut mengubah pola relasi suami dan istri juga orang tua dan anak-anak. Manusia berkembang menjadi semakin individualis, tidak lagi mempedulikan keadaan dan kepentingan orang lain. Dalam ungkapan Gabriel Marcel, manusia menjadikan manusia lain sebagai obyek kepentingan. Hubungan antara seseorang dan orang lain didasarkan atas nilai dan kepentingan (Hadiwijono, Harun, 1983: 174).

Tuntutan ekonomi dan kebutuhan hidup telah memaksa para orang tua modern untuk bekerja keras siang dan malam, akibatnya mereka tak lagi punya waktu bagi pasangan dan anak-anak. Arlie Hochschild menggambarkan keadaan itu dengan: When work becomes home and home becomes work (ketika tempat kerja menjadi rumah dan rumah menjadi tempat kerja) (Hochschild, Arlie, 35: 2004).

(71)

57

Mawaddah, Wa Rahmah dan keluarga yang bahagia lahir dan batin sebagaimana ditegaskan dalam UU NO. 1 Tahun 1974, menjadi tantangan yang sangat besar dibutuhkan kerja keras dan persiapan yang benar-benar matang sebelum seseorang memasuki dan membangun bahtera rumah tangga dan salah satu aspek yang penting untuk dipersiapkan adalah kematangan psikologis dan pengetahuan yang memadai tentang rumah tangga. Ibarat seseorang yang berlayar, pengetahuan ekonomi, dan kesiapan mental merupakan bekal, kompas dan peta yang dibutuhkan untuk melayari samudera. Tanpa itu semua, bahtera yang berlayar besar kemungkinan akan tenggelam dan terombang-ambing oleh samudera (Madjid, nurcholish, 2000: 72).

Untuk itulah pemerintah mencanangkan program penataran Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN). Tidak hanya di Indonesia, program serupa juga dijalankan di negeri jiran Malaysia dan menurut pejabat setempat, program itu sangat efektif dalam menekan angka perceraian dari 32% menjadi hanya 7%. Bahkan, harian Ashraq al- Awsat, mengemukakan bahwa pemerintah Arab Saudi juga mulai Tahun 2014 menggelar SUSCATIN untuk menekan angka perceraian yang sangat tinggi disana (http. //internasinonal, kompas.com. 2014).

Referensi

Dokumen terkait