• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR BENOWO SURABAYA - Dinamika Konflik Pengelolaan Sampah (Studi Deskriptif Konflik Realistis Pengelolaan Sampah TPA Benowo Surabaya) Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR BENOWO SURABAYA - Dinamika Konflik Pengelolaan Sampah (Studi Deskriptif Konflik Realistis Pengelolaan Sampah TPA Benowo Surabaya) Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

BENOWO SURABAYA

2.1 Tempat Pembuangan Akhir

Tempat pembuangan akhir (TPA) merupakan bentuk perlakuan tertua terhadap sampah, yakni segala sampah yang ada di setiap kota terkumpul di tempat ini, setelah melalui Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Berbagai dampak negatif dapat ditimbulkan dari keberadaan TPA ini sangat beragam, antara lain: Musibah fatal (misalnya longsoran perbukitan sampah), kerusakan infrastruktur (misalnya kerusakan akses jalan akibat terlewati kendaraan berat), pencemaran lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh kebocoran dan pencemaran tanah selama pemakaian TPA, maupun saat selesai penutupan TPA), pelepasan gas metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik (metana merupakan gas rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial daripada gas karbon dioksida, dan lebih membahayakan bagi penduduk setempat), selain itu keberadaan TPA juga melidungi hewan pembawa penyakit seperti tikus dan lalat17.

17

(2)

2.2 TPA Benowo Surabaya

Tempat Pembuangan Akhir TPA Benowo merupakan salah satu areal tempat pembuangan akhir sampah sebagian Kota Surabaya yang terletak di Kelurahan Romokalisari yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gresik, dengan luas lahan kurang lebih 37 Ha sudah termasuk daerah pengembangan seluas 3,43 Ha. Saat ini pengelolaan timbunan sampah di TPA Benowo dibagi dalam 5 (lima) sel, dimana 2 (dua) sel timbunan sampah yaitu sel IA dan IB dalam tahap stabilisasi dan 3 (tiga) sel lainnya masih dilakukan penambahan timbunan sampah. Total volume sampah pada 2 (dua) sel timbunan sampah yang telah ditutup tersebut adalah kurang lebih 312.960 m. Sel timbunan sampah yang ditutup tersebut kemudian dilapisi tanah liat (clay) setebal 30 cm dan dipadatkan dengan bantuan mesin pemadat tanah.

A. Batas Lokasi Tapak

Batas lokasi tapak yang merupakan luasan dan ruang rencana untuk TPA Benowo saat ini adalah meliputi :

• Sebelah Utara: Sebagian besar berupa tambak garam dan

tambak ikan milik penduduk atau lahan pemukiman penduduk berkepadatan rendah

• Sebelah Selatan: Rencana kawasan stadion Surabaya Barat

(3)

• Sebelah Barat : Jalan Tambakdono

B. Status Tanah

Berdasarkan analisa Peta Data Pokok Kota Surabaya Tahun 1992, termasuk hasil survei lapangan dan wawancara dengan Lurah Romokalisari, menyatakan bahwa status kepemilikan lahan di wilayah TPA Benowo dan sekitarnya adalah milik perseorangan, swasta (insvestor/developer), maupun Pemerintah dan sebagian besar sudah bersertifikat. Status lahan TPA Benowo saat ini sudah sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Kota Surabaya, tetapi untuk kebutuhan lahan penimbunan sampah dan area terbuka hijau untuk mereduksi bau dan kebutuhan meningkatkan estetika lokasi yang direncanakan berjarak 500 m hingga 2 km sekeliling TPA maka dibutuhkan luas daerah yang lebih besar lagi untuk dibebaskan.

C. Kondisi Tata Guna Lahan Sekitar TPA Benowo

Penggunaan tanah di wilayah perencanaan terdiri dari industri dan pergudangan, permukiman, fasilitas umum, tambak ikan dan tambak garam, rel kereta api, serta sungai dan saluran drainase.

1. Industri dan Pergudangan

(4)

2. Pemukiman

Daerah perumahan di wilayah sekitar TPA Benowo sebagian besar merupakan perumahan kampung yang lokasinya menempati stren-stren sungai dan memanfaatkan tanah kosong yang ada. Persebaran perumahan yang menempati stren sungai yaitu: di pinggir Kali Lamong. Permukiman yang memanfaatkan tanah-tanah kosong awalnya hanya digunakan bagi masyarakat yang mempunyai pekerjaan sebagai penjaga tambak dengan persetujuan pemilik tambak, tetapi dalam perjalanan waktu akhirnya dibangun menjadi perumahan yang permanen, berubah status kepemilikan dan pada akhirnya sekaligus berfungsi sebagai tempat tinggal. Daerah pemukiman yang penduduknya padat dan berkembang menjadi perkampungan dapat ditemui di wilayah Tambakdono yang terletak di sebelah barat dan juga di sebelah selatan di sepanjang jalan Tandes – Benowo.

3. Fasilitas Umum

(5)

4. Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka yang ada di wilayah studi berupa tanah kosong (tambak), di sepanjang tepian Kali Lamong yang berlokasi di Kelurahan Tambakdono, Pakal dan Benowo. Berdasarkan RT/RW Kota Surabaya, wilayah sepanjang tepian Kali Lamong direncanakan sebagai kawasan konservasi atau ruang terbuka hijau.

5. Perikanan dan Tambak

Daerah perikanan dan tambak banyak dijumpai dan menjadi batas TPA Benowo dengan pemanfaatan wilayah dikelola oleh masyarakat setempat. Bentuk daerah ini berupa rawa dan tambak ikan atau tambak garam, dimana banyak ditemui di sekitar lokasi TPA bagian Selatan, Barat, Timur dan Utara. Pada masa-masa tertentu masyarakat di daerah ini memanfaatkan lahan tersebut sebagai lahan tambak garam.

6. Jalan

(6)

7. Sungai dan Saluran Drainase

Penggunaan tanah untuk untuk prasarana berupa sungai dan saluran drainase di wilayah TPA Benowo terdiri dari Kali Lamong, Kali Sememi, Saluran Benowo, Saluran Rejosari dan saluran irigasi tambak ikan atau tambak garam18.

2.3 Keadaan TPA Benowo

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya mempunyai Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) yang terletak di sebelah barat kota Surabaya. Lokasi pembuangan sampah di Benowo ini merupakan perpindahan dari LPS sebelumnya berada di kawasan Keputih. Penyebab dipindahkannya lokasi dari Keputih ke Benowo adalah semakin padatnya pemukiman yang terdapat di wilayah Keputih. Di TPA Benowo selain digunakan untuk tempat pembuangan akhir yang ada di Surabaya, juga digunakan sebagai tempat untuk mengolah limbah-limbah yang dihasilkan, agar tidak terlalu mencemari lingkungan sekitarnya. Teknologi tersebut adalah Instalasi Pengolahan Air Limbah atau IPAL. Berikut adalah beberapa fasilitas yang terdapat di dalam TPA Benowo.

1. Jembatan Timbang

Jembatan timbang digunakan untuk mengetahui asal atau sumber sampah, nama supir pengangkut sampah. Data-data tersebut

18

(7)

dimasukkan ke dalam database dan menghasilkan laporan yang akan dikirim ke kantor pusat Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Bangunan ini juga dilengkapi dengan perangkap komputer dan elektronik, yang berfungsi sebagai sarana dan media untuk mengukur besarnya volume atau tonase sampah yang diangkut masuk ke dalam TPA Benowo.

2. IPAL 1

Di bangunan ini terdapat proses pengolahan air lindi atau yang lebih dikenal air limbah dengan melalui proses kimiawi. Metode kimiawi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu cara manual dan menggunakan mesin. Artinya, proses pengolahan air limbah dilakukan dengan cara mencampurkan air limbah dengan air tawar dan juga bahan kimia yang lain.

3. IPAl II

Pada bangunan ini juga dilakukan pengolahan air lindi tahap dua dengan melalui proses mikrobiologi. Pengolahan ini dilakukan dengan teknologi tertentu, yaitu dengan memberi bakteri paktogen pada hasil air lindi pada tahap sebelumnya. Pada bangunan ini tidak lagi menggunakan proses kimiawi.

4. Terminal Dumping

(8)

5. Bengkel Alat Berat

Pada bangunan ini digunakan sebagai tempat perawatan, garasi, sekaligus bengkel untuk alat-alat yang beroperasi di TPA Benowo19.

2.4 Karakteristik Sampah TPA Benowo

1. Sampah khusus

Sampah yang terdiri dari kaleng cat dan zat radioaktif. Sampah ini memerlukan perlakuan khusus dalam pengolahannya

2. Sawage Solid

Sampah yang terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengolahan air buangan.

3. Construction Waste

Sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung.

4. Demolition Waste

Sampah yang berasal dari pembongkaran gedung.

5. Sampah Industri

Sampah padat yang berasal dari industri-industri dan pengolahan hasil bumi.

19

(9)

6. Bangkai Kendaraan

Sampah yang terdiri dari bangkai-bangkai mobil, truk, dan kereta api.

7. Sampah Pemukiman

Sampah yang terdiri dari garbage, rubbish and ashes yang berasal dari perumahan.

8. Sampah Jalanan

Sampah yang berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas dan daun-daunan.

9. Garbage

Sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.

10. Rubbish

Sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, dan kantor-kantor tapi yang tidak termasuk garbage

11.Bangkai Binatang

(10)

12.Abu

Sampah yang berasal dari sisa-sisa pembakaran yang mudah terbakar baik dirumah, dikantor, dan industri20.

2.5 Sistem Penanganan Sampah di TPA Benowo

1. Open Dumping/Semi Open Dumping

Pada umumnya penanganan sampah yang baik diterapkan pada sebuah tempat pembuangan akhir yaitu dengan System Sanitary Landfill yakni sampah yang telah masuk di TPA kemudian

ditutupi tanah lempung agar tidak menimbulkan bau yang menyengat dan dilakukan setiap hari, namun pada tempat pembuangan akhir Benowo tidak menggunakan system tersebut melainkan sistem yang dipakai yaitu System Open Dumping atau boleh dikatakan Semi Sanitary Landfill meskipun pada TPA tersebut setiap 3 sampai 4 minggu bahkan terkadang satu tahun sekali dilakukan penimbunan tanah lempung terhadap sampah yang telah dipadatkan. Sampah yang diangkut oleh truk yang masuk di lokasi TPA kemudian melewati jembatan timbang guna untuk penimbang sampah yang dihasilkan Kota Surabaya setiap tahunnya. Truk yang berisi sampah yang telah ditimbang kemudian di buang ditempat pendumpingan sampah sesuai zona yang telah ditentukan. Di lokasi pendumpingan sampah terdapat traktor yang bertugas untuk menarik dan

20

(11)

memadatkan sampah, sampah yang telah menggunung setinggi 7 meter selama setahun kemudian dipadatkan dengan traktor sehingga tinggi sampah tersebut mencapai 1,5 – 2 meter. Dari informasi pihak pengelola bahwa dalam setahun sampah mengalami penyusutan hingga 50 sampai 60 cm pada masing-masing zona. Pada TPA Site benowo juga dilakukan pemberian cairan berupa EM 4, EM6 dan obat anti lalat pada sore hari

dengan tujuan untuk mengusir dan membasmi lalat dengan takaran 2500 liter / hari.

2. Proses Pengolahan Lindi

(12)

dikumpulkan dalam satu waduk atau bak tekhnisi. Pada dasar dan pinggiran bak penampungan lindi terdapat plastik yang berguna untuk menghindari terjadinya pencemaran air permukaan pada waduk, sedangkan untuk penanganan gas-gas methan dibuatkan cerobong atau lubang ± 25 – 30 m.

3. Pengomposan

Pada TPA Benowo selain harus memikirkan untuk menata konsep menuju System Sanitary Landfill di TPA Benowo kedepan, Pemerintah Kota Surabaya juga harus terus mematangkan dan menyosialisasikan konsep pengelolaan sampah mandiri, yakni pengelolaan sampah yang berawal di sumber sampah. Sampah dipilah menjadi sampah kering dan basah, untuk sampah kering didaur ulang dan sampah basah diolah menjadi kompos yang dimana pada TPA tersebut sudah terdapat sub unit untuk menangani sampah yang akan dibuat kompos21.

2.6 Persampahan di Surabaya.

Peningkatan jumlah sampah di Surabaya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah sampah terbesar berasal dari sampah rumah tangga, yang mencapai 6.500 ton dalam setahun. Kebiasaan mengonsumsi makanan ringan seperti snack, permen, atau minuman kemasan kotak atau kaleng, ternyata juga menyumbang jumlah sampah

21

(13)

di Indonesia. Masalah persampahan kota metropolitan harus menjadi perhatian utama. Sampah yang belum dikelolah semakin lama semakin menumpuk dan menjadi masalah baru lagi. Oleh karena itu, di Surabaya tidak jarang kita jumpai illegal dumping (tempat pembuangan sampah) yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi penduduk sekitarnya. Selain itu, sampah yang tidak dapat dikelola dibuang di sungai dan ini akan menimbulkan masalah sendiri. Salah satu penyebab terjadinya banjir di Surabaya adalah karena banyaknya sampah yang dibuang di sungai. Timbunan sampah di Kota Surabaya berasal dari berbagai macam sumber. Sebagian besar sampah dari pemukiman berasal dari sampah rumah tangga yang merupakan sampah organik.

Sampah dari rumah tangga biasanya diangkut menggunakan container bin dimana proses pengangkutan tersebut dikoordinir oleh

(14)

Kelurahan Buntaran, Kelurahan Banjar Sugihan, Kelurahan Jeruk, Kelurahan Lakarsantri, Kelurahan Bringin, Kelurahan Tanjung Sari, Kelurahan Greges, Kelurahan Kalianak, Kelurahan Tambak Langon, Kelurahan Romokalisari. Di beberapa wilayah juga terdapat LPS yang tidak difungsikan antara lain Kelurahan Wonorejo, Landasan Ploso Timur, Kelurahan Tambak Wedi, Landasan Ketintang Baru, Landasan di Yani Golf Gunung Sari, Landasan sentong di Tandes Lor, Babat Jerawat Kelurahan Sumber Rejo, dan Kelurahan Beringin.

Penanganan persampahan Kota Surabaya menjadi tanggung jawab dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dan PT. Sumber Organik saat ini. Terdapat pembagian sistem pengelolaan sampah, dimana untuk pengambilan dari pengumpulan sampah rumah tangga sampai dengan TPS dikelola oleh masyarakat, pengangkutan dari TPS ke kelurahan sampai dengan TPA Benowo dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, sampai pada tahap akhir sampah di TPA Benowo di kelola oleh PT. Sumber Organik selaku perusahaan yang bertanggung jawab atas pengelolaan sampah di TPA Benowo22.

22

(15)

2.7 Permasalahan Pengelolaan Sampah di Surabaya

Sampai saat ini sampah masih menjadi permasalahan yang belum terpecahkan khususnya bagi kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan lain – lain. Dalam manajemen kota, hampir setiap kota mempunyai permasalahan antara lain permasalahan sampah yang sering menjadi masalah yang cukup pelik bagi kota-kota besar. Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 2 ½ juta jiwa, Surabaya menghadapi permasalahan-permasalahan tekanan penduduk terhadap daya dukung lingkungannya. Masalah itu antara lain meluasnya permukiman kumuh, menumpuknya sampah, terbatasnya fasilitas umum seperti prasarana air minum dan ruang terbuka hijau, pedagang kaki lima, transportasi, pencemaran udara, meningkatnya kriminalitas dan berbagai masalah kependudukan yang lain. Salah satu masalah pelik yang sulit dipecahkan adalah masalah sampah, mengingat volume sampah yang cenderung terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan permukiman serta keterbatasan lahan untuk pembuangan akhir.

(16)

timbulan sampah per kapita 3,4% per tahun. Sampah telah menjadi salah satu permasalahan Kota Surabaya yang serius. Pemandangan Kota Surabaya terlihat kumuh dan semakin parah dengan tumpukan-tumpukan sampah diberbagai sudut kota dan telah mengganggu kenyamanan lingkungan.

(17)

Pengelolaan sampah di Indonesia khususnya kota-kota besar seperti Surabaya masih menggunakan paradigma lama yaitu cara kumpul-angkut-buang. Source reduction (reduksi mulai dari sumbernya) atau pemilahan sampah tidak pernah berjalan dengan baik. Meskipun telah ada upaya pengomposan dan daur ulang, tapi masih terbatas. Berkaitan dengan sistem pengelolaan persampahan, dasar pengelolaan mesti mengedepankan pada minimasi sampah dan pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Keberhasilan penanganan sampah tersebut juga harus didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi mengingat perilaku masyarakat merupakan variable penting.

(18)

Sebagian besar sampah kota yang dihasilkan tergolong sampah hayati. Rata-rata sampah yang tergolong hayati ini adalah di atas 65 % dari total sampah. Melihat komposisi dari sumber asalnya maka sebagian besar adalah sisa-sisa makanan dari sampah dapur, maka jenis sampah ini akan cepat membusuk, atau terdegradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah di alam ini, dan berpotensi pula sebagai sumberdaya penghasil kompos, metan dan energi. Dari sedikit gambaran sampah tersebut, kita dapat menelaah dan membuat suatu rangkaian proses bagaimana sampah yang dihasilkan dapat di kelola menjadi sampah yang lebih ramah lingkungan dan bahkan dimanfaatkan lagi untuk kegunaan yang lain. Berikut merupakan poin-poin penting dalam pengelolaan sampah dan rangkaian pembuangan sampah yang ideal:

1. Pemilahan.

Pemilahan dari sumber dihasilkannya sampah yang terdiri dari sampah organik dan anorganik serta pemanfaatan kembali sampah yang memiliki resources bernilai tinggi

2.Pewadahan

(19)

kertas, pakaian/tekstil, logam, sampah besar (bulky waste), sampah B3 (batu baterai, lampu neon, dll) dan lain-lain.

3.Pengumpulan

Waktu pengumpulan door to door setiap 1 sampai 2 hari dan waktu pengumpulan sampah dari TPS 1 x seminggu.

4. Pengangkutan

Pengumpulan sampah dengan compactor truck berbeda untuk setiap jenis sampah.

5. Daur Ulang

Pemanfaatan kembali kertas bekas yang dapat digunakan terutama untuk keperluan eksterna. Plastik bekas diolah kembali untuk dijadikan sebagai bijih plastik untuk dijadikan berbagai peralatan rumah tangga seperti ember dll. Peralatan elektronik bekas dipisahkan setiap komponen pembangunnya (logam, plastik/kabel, baterai dll) dan dilakukan pemilahan untuk setiap komponen yang dapat digunakan kembali

6. Composting

(20)

7. Biogas

Sampah organik sebagian diolah dengan alat digester sebagai energi (gas bio). Pemanfaatan gas bio antara lain untuk district heating, energi listrik, dan kompor untuk memasak.

8. Incinerator

Incinerator komunal dengan kapasitas minimal per unitnya 500 ton per hari. Energi panas dari incinerator digunakan untuk district heating (T 50 – 70 derajat Celcius) dan supplai listrik (20 – 40 % pasokan listrik berasal dari incinerator). Emisi gas dari Incinerator sesuai dengan ketentuan standar kualitas udara termasuk komponen dioxin.

9. Landfill

• Landfill di fasilitasi oleh sarana utama dan saran penunjang

yang lengkap.

• Pemadatan sampah mencapai kepadatan 700 – 800 ton/m3

• Penutupan tanah harian dengan geo textile.

• Penutupan tanah intermediate memanfaatkan sisa konstruksi

bangunan.

• Penutupan tanah akhir dilakukan dengan sangat ketat dan

mencapai ketebalan 2– 10m.

• Pengolahan gas dilengkapi dengan gas regulator, pompa

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah , puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “OPTIMALISASI

Variabel penelitian yang digunakan antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, gaji, pengakuan, kebijakan organisasi, hubungan interpersonal, tanggung jawab,

yang berarti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Pendidikan Antikorupsi terhadap kemampuan berpikir kritis di kelas V SD Negeri 02 Pliken. Simpulandari penelitian ini adalah

Berdasarkan data yang telah diuraikan diatasdapat diambil kesimpulan bahwa masih banyak siswa melakukan tindakan korupsi, oleh karena itu pendidikan antikorupsi

Ditinjau dari segi produk yang dihasilkan dan mekanisme proses yang dilakukan, komposit yang dihasilkan memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih dari bentonit yang

Bahwa penggunaan media Pembelajaran dengan video compact disk dapat meningkatkan Kemampuan dan Ketrampilan Gerakan Senam Lantai Guling depan siswa Kelas VI SD Negeri 1

Saya tidak mau terlibat dalam pembelajaran dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru Saya selalu bersemangat mengikuti pembelajaran Aqidah Akhlak karena guru mengajar