• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BALITA DI TAMAN PENGASUHAN ANAK (TPA) ASSALAM BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 6102 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BALITA DI TAMAN PENGASUHAN ANAK (TPA) ASSALAM BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 6102 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AL-

QUR’AN BAGI

ANAK BALITA DI TAMAN PENGASUHAN ANAK

(TPA) ASSALAM BANDUNGAN KABUPATEN

SEMARANG TAHUN

6102

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

INTAN ROKHANIA PUTRI

NIM:

00006612

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)

i

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AL-

QUR’AN BAGI

ANAK BALITA DI TAMAN PENGASUHAN ANAK

(TPA) ASSALAM BANDUNGAN KABUPATEN

SEMARANG TAHUN

6102

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

INTAN ROKHANIA PUTRI

NIM:

00006612

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

لاَصِخ ِث َلََث ىَلَع ْمُكَدَلاْوَأ اْوُبِّدَأ

:

ِنآْرُقْلا ِةَءارِق َو ِهِتْيَب ِل آ ِّبُح َو ْمُكِيِبَن ِّبُح

“Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintaai keluarga Nabi, dan membaca Al-Qur’an.” (HR. Thabarani).

Persembahan

Untuk Bapak dan Ibuku (bapak Anis Sulutfi, ibu Istiqomah, dan bapak Muhammad Nur Ikhsan)

Mas, mbak, adik dan keponakan (mas rifan, mbak ulfa, mbak lala, dek manja, dan dek jubir, dek atta dan dek haza)

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hifdayah-Nya skripsi dengan judul Implementasi Pendidikan Al-Qur’an Bagi Anak Balita Di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Bandungan Kabupaten Semarang

Tahun 2102bisa diselesaikan.

Skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai piak terkait sehingga kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan banyak terima kasih setulusnya kepada:

0. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Miftachur Rif’ah, M. Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi.

4. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

5. Keluarga besar Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya.

Amin Ya Robbal ’Alamin

(10)

viii

ABSTRAK

Putri, Intan Rokhania. 2102. Implementasi Pendidikan Al-Qur’an Bagi Anak Balita di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2102. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Miftachur Rif’ah, M. Ag.

Kata kunci: Pendidikan Al-Qur’an bagi Anak Balita

Penelitian ini membahas tentang penerapan Pendidikan Al-Qur’an bagi anak-anak yang masih berusia balita di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Jl. Ambarawa KM 2 Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Fokus utama penelitian ini meliputi: 0) Bagaimana konsep dan kebijakan pendidikan al-Qur’an bagi anak balita di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam? 2) Bagaimana implementasi dan proses pembelajaran

al-Qur’an bagi anak balita di TPA Assalam? 3) Bagaimana tanggapan wali murid terhadap keberhasilan implementasi pendidikan Al-Qur’an bagi anak balita di TPA Assalam?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan deskriptif analisis, dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, kategorisasi, sintesis dan menyusun hipotesa kerja. Dalam pengecekan keabsahan data penulis melakukan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan dan triangulasi. Adapun tahap-tahap penelitian yaitu tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa konsep pendidikan

al-Qur’an di TPA Assalam adalah melalui pembiasaan mendengarkan murrotal dan muraja’ah agar anak-anak yang masih berusia balita sudah bisa menghafal al-Qur’an. Pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an di TPA Assalam dilakukan

secara melingkar dan muraja’ah bersama. Selain muraja’ah, proses pembelajaran juga melalui pemutaran murrotal, secara privat dan model klasikal. Menurut para wali murid, pelaksanaan pendidikan al-Qur’an di TPA Assalam baik sekali diterapkan pada usia balita, karena usia anak yang masih belia tersebut masih sangat muda menangkap dan mencerna pengetahuan. Metode yang digunakan dalam pelaksanaannya pun sangat efektif, karena dengan pembiasaan anak akan mengenal dan lama-lama menjadi hafal

(11)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

NOTA PEMBIMBING ... v

G. Sistematika Penulisan Laporan ... 04

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Anak dalam Islam ... 02

0. Pengertian Pendidikan ... 02

(12)

x

5. Metode pembelajaran Al-Qur’an ... 34

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Bandungan Kabupaten Semarang ... 31 B. Temuan Penelitian ... 47

BAB IV PEMBAHASAN

A. Konsep dan Kebijakan Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an di TPA Assalam ... 51 B. Implementasi dan Proses Pembelajaran Al-Qur’an Bagi Anak

Balita di TPA Assalam ... 22 C. Tanggapan Wali Murid ... 21

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 73

(13)

xi LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 0 Data Peserta Didik TPA Assalam Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Transkrip Wawancara Lampiran 4 Pengkodean

Lampiran 5 Penunjukan Pembimbing Skripsi Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 8 Foto Kegiatan

Lampiran 1 SKK

(14)

xii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya dalam menjadikan anak sholih dan sholihah adalah mengajarinya membaca Al-Qur’an sejak dini. Al-Qur’an memberikan ketentraman dan ketenangan jiwa bagi pembaca dan pendengarnya. Karena itu, anak yang masih berusia balita serta anak yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sangat baik jika diberi pelajaran Al-Qur’an. Karena Al

Qur’an adalah materi utama yang harus diberikan sebelum yang lainnya

(Mustofa, 2110: 01).

Setelah anak lahir, persoalannya adalah bagaimana menjadikannya sholih dan sholihah. Secara lahiriyah, masa depan anak-anak tergantung di tangan ibu bapaknya. Seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori:

ِهِناَسِّجَمُي ِهِناَرِّصَنُي ْوَأ ِهِناَدِّوَهُي ُهاَوَبَاَف ،ِةَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلْوُي دْوُلْوَم ُّلُك

(

يراخبلا هور

)

Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maa kedua rang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhori I:

241) (Syarifudin, 2114: 20)

(15)

2

dimasukkan ke tempat penitipan anak sejak masih kecil yang saat itu sedang membutuhkan perhatian lebih.

Tempat Penitipan Anak (TPA) adalah sebutan untuk tempat yang menyediakan jasa pengasuhan anak selama ibu dari anak yang bersangkutan bekerja di kantor. TPA disediakan untuk anak usia dibawah lima tahun (Winarno, 0110: 250). Tempat Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu sarana yang membantu dalam pengasuhan dan pendidikan anak dengan pola yang menggabungkan antara pengembangan baasa anak, pengembangan jiwa sosial dan psikomotorik, kemandirian dan keterampilan dalam suasana yang ceria, dengan dilandasi nilai-nilai keislaman (Www. Homydaycare.com/tempat-penitipan-anak/). Nilai keislaman dan kemandirian menjadi bagian yang sangat penting untuk ditanamkan sejak dini sebagai pondasi dasar dalam pengembangan kepribadian anak-anak. Akan tetapi

banyak Tempat Penitipan Anak yang umumnya sekedar “momong”, dengan memberi makan, memberi susu, bermain dan menidurkan saja.

Berbeda dengan Assalam, TPA berarti Taman Pengasuhan Anak yang memiliki fungsi sama dengan Tempat Penitipan Anak. Hanya saja prosedurnya berbeda dengan Tempat Penitipan Anak yang lain. Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam di Kecamatan Bandungan merupakan salah satu terobosan yang sangat baik dalam mendidik anak sejak masih balita.

(16)

sebagainya. Tentu pendidikan seperti ini sangat baik diaplikasikan kepada anak-anak balita, karena di usia seperti mereka akan sangat mudah dalam menangkap dan menghafal jika itu dibiasakan, apalagi disana buka setiap hari kecuali hari minggu saja. Dan terbukti, ada anak yang dititipkan di TPA Assalam berusia 2 tahun sudah bisa hafal beberapa surat pendek dan doa-doa, walaupun secara pelafalan belum sempurna. Walaupun di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam terdapat pendidikan, tetapi lembaga ini bukan merupakan sekolah anak balita, melainkan tempat untuk menitipkan anak.

Belum banyak Tempat Penitipan Anak (TPA) yang mengaplikasikan pendidikan Al-Qur’an seperti di Assalam, padahal sebenarnya sangat bagus untuk perkembangan anak sehingga nantinya akan dapat menghasilkan generasi yang berkualitas. Jika para orang tua yang sibuk bekerja menitipkan anaknya di Assalam, maka orang tua tidak akan rugi. Justru mereka bisa tenang saat harus meninggalkan anak mereka untuk bekerja dan mereka bisa tetap merasakan perkembangan anaknya dengan baik. Maka dari itu, sebagai orang tua harus memberikan yang terbaik agar anaknya menjadi generasi yang berkualitas dalam agamanya, yaitu dengan memberikan pendidikan Al

Qur’an sejak dini. Tetapi karena orang tua yang sibuk memilih untuk menitipkan anaknya di tempat penitipan anak, maka TPA Assalam berbasis al-Qur’an bisa menjadi rujukan.

(17)

4

zaman yang semakin modern ini, membuat orang tua lupa akan tugasnya sebagai pembimbing bagi anak-anaknya dan lebih memprioritaskan pendidikan umum. Karena orang tua yang sibuk tidak dapat mengasuh anaknya sendiri secara maksimal, maka rujukan untuk menitipkan anaknya adalah jalan yang ditempuh bagi kebanyakan orang. Oleh karena itu penulis mengambil judul “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BALITA DI TAMAN PENGASUHAN ANAK (TPA) ASSALAM

BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 6102.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalaan dalam penelitian ini adalah:

0. Bagaimana konsep dan kebijakan pendidikan Al-Qur’an bagi anak balita di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2102?

2. Bagaimana implementasi dan proses pembelajaran Al-Qur’an bagi anak balita di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2102?

3. Bagaimana tanggapan wali murid terhadap pelaksanaan pendidikan

Al-Qur’an bagi anak balita di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2102?

C. Tujuan Penelitian

(18)

0. Konsep pendidikan Al-Qur’an bagi anak balita di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2102.

2. Implementasi dan proses pembelajaran Al-Qur’an bagi anak balita di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2102.

3. Tanggapan wali murid terhadap pelaksanaan pendidikan Al-Qur’an bagi anak balita di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2102.

D. Kegunaan Penelitian

Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis maupun teoritis, antara lain:

0. Manfaat toeretis

Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan ilmu sebagai sarana memperluas khazanah pengetahuan peneliti khususnya dan orang yang berinteraksi langsung dengan pendidikan pada umumnya tentang Implementasi Pendidikan Al-Qur’an bagi anak balita di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2102.

2. Manfaat praktis

Mengetahui tentang pendidikan Al Qur’an bagi anak balita

(19)

6

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian di atas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu:

0. Implementasi Pendidikan Al-Qur’an

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2117: 427) implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan.

Pendidikan dalam pengertian yang sederhana dan umum memiiki makna sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. (Indar, 0114: 02)

Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantara malaikat Jibril, untu dibaca, dipahami, dan diamalkan, sebagai petunjuk atau pedoman hidup umat manusia, kitab suci umat islam (Rajak, 0113: 24).

2. Anak Balita

Anak adalah seseorang yang memerlukan segala fasilitas, perhatian, dorongan, dan kekuatan untuk membuatnya bisa bertumbuh sehat dan menjadi mandiri dan dewasa (Sarumpaet, 2101: 4).

(20)

maupun fisik, karena pada usia ini mental anak tumbuh secara cepat, dan keadaan fisiknya masih lemah dan rawan penyakit (Winarno, 0110: 71).

3. Taman Pengasuan Anak (TPA)

Taman Pengasuhan Anak merupakan sebutan khusus di Assalam sebagai lembaga untuk menitipkan anak, yang pada umumnya disebut sebagai Tempat Penitipan Anak. TPA Assalam memiliki fungsi yang sama dengan Tempat Penitipan Anak pada umumnya. Menurut Winarno (0110: 250), TPA adalah sebutan untuk tempat yang menyediakan jasa pengasuhan anak selama ibu dari anak yang bersangkutan bekerja di kantor. TPA disediakan untuk anak usia dibawah lima tahun.

Jadi, implementasi pendidikan al-Qur’an bagi anak balita adalah penerapan pendidikan dalam rangka pengembangan studi al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi anak yang berusia di bawah lima tahun.

F. Metode Penelitian

0. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(21)

8

Sedangkan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai dari suatu variabel, dalam hal ini variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau mengubungkan dengan variabel lain. (Hasan, 2112:7)

Oleh karena itu penulis mendeskripsikan dan menganalisis

tentang implementasi pendidikan al qur’an bagi anak balita di TPA

Assalam Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

2. Kehadiran peneliti

Jenis penelitian yang diadakan adalah penelitian kualitatif, yang nantinya peneliti sebagai pengumpul data atau akan hadir langsung ke lapangan penelitian untuk melakukan observasi. Peneliti berperan sebagai pengamat penuh selama berlangsungnya proses penelitian, dan kehadiran peneliti telah diketahui oleh informan dengan mengajukan surat permohonan meneliti.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Jl. Ambarawa KM 2 Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang, selama rentang waktu bulan Mei sampai bulan Juni 2102. Penulis memilih Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Bandungan Kabupaten Semarang sebagai objek penelitian karena merupakan satu-satunya TPA berbsasis Al-Qur’an yang mengutamakan pendidikan Al

(22)

4. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Yaitu sumber data yang langsung berkaitan dengan obyek riset. (Dharaha, 0185: 21) sebagai sumber primernya adalah wawancara kepada pemilik TPA.

b. Sumber Data Sekunder

Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Adapun sumber data sekunder dalam penulisan ini adalah buku-buku atau karya ilmiah lain yang isinya dapat melengkapi data penelitian yang penulis teliti.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah alat dan cara untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik yaitu:

a. Observasi atau Pengamatan

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu gejala untuk mendapatkan data dari tempat yang menjadi objek penelitian. dalam hal ini panca indera manusia diperlukan untuk menangkap gejala yang diamati. Hasil penangkapan tersebut dicatat dan selanjutnya dianalisis oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitian (Wiratha,

(23)

01

pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an bagi anak -anak balita di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

b. Wawancara atau interview

Interview atau wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Moleong, 2118:082). Metode ini digunakan sebagai metode dalam mengumpulkan data tentang konsep, pelaksanaan hingga evaluasi pendidikan Al-Qur’an bagi anak balita di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah, pengasuh dan wali murid.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mendapatkan data mengenai hal-hal atau variabel dengan membuka kembali catatan, daftar riwayat hidup, transkrip dan lain-lainnya disebut dokumen. Menurut Mulyana (2101: 015) dokumen-dokumen ini dapat mengungkapkan bagaimana subjek mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan, dan situasi yang dihadapinya pada suatu saat, dan bagaimana kaitan antara definisi diri tersebut dalam hubungan dengan orang-orang di sekelilingnya dengan tindakan-tindakannya.

(24)

konsep pelaksanaan pendidikan Al-Qur’an, dan profil Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

2. Analisis Data

Pengertian analisis data menurut Patton (0181) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar (dalam Moleong, 2117:283 ). Di dalam analisis, data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka (Miles dan Huberman, 0112:05).

Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya penulis akan melakukan analisa dan pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dikaji dan dikupas secara runtut. Karena data yang diperoleh merupakan data kualitatif, maka penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif analisis yaitu suatu analisis yang pengolahan datanya dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria yang telah dibuat peneliti (Arikunto, 2112: 231).

Dalam Moleong (2117: 288) analisa data mencakup berikut ini: a. Reduksi Data

0) Identifikasi Satuan (Unit)

(25)

02

6) Sesudah satuan itu diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding.

Membuat koding berarti memberikan kode pada setiap

‘satuan’, agar supaya tetap dapat ditelusuri data atau satuannya berasal dari sumber mana.

b. Kategorisasi

0) Menyusun kategori. Menyusun kategori adalah upaya memilah milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.

6) Setiap kategori diberi nama yang disebut ‘label’. c. Sintesisasi

0) Mensintesiskan berarti mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori lainnya.

6) Kaitan satu kategori dengan kategori lainnya diberi nama atau label lagi.

d. Menyusun hipotesis kerja.

Hal ini dilakukan dengan jalan merumuskan suatu pernyataan yang proposisional. Hipotesis kerja ini sudah merupakan teori substantif (yaitu teori yang berasal dan masih terkait dengan data).

7. Pengecekan keabsahan data

Adapun cara-cara yan digunakan peneliti untuk memperoleh keabsahan data yaitu:

(26)

Perpanjangan keikutsertaan dimaksudkan untuk membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri (Moleong, 2117: 077).

Yaitu perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan. Peneliti melakukan penelitian sampai telah cukup data yang dibutuhkan. b. Ketekunan pengamatan

Berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang knstan. Ketekunan pengamatan ini bertujuan untu menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persalan peneliti, sehingga data tersebut dapat dipahami dan tidak diragukan.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu (Moleong, 2112:

078).

8. Tahap-tahap penelitian

(27)

04

b. Tahap pekerjaan lapangan (Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian, pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian, pencatatan data yang telah dikumpulkan)

c. Tahap analisis data (menyusun data secara sistematis dari data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi sehingga dapat dengan mudah diinformasikan kepada orang lain serta pengecekan keabsahan data).

d. Tahap penulisan laporan (Penulisan hasil penelitian, konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing, perbaikan hasil konsultasi, pengurusan kelengkapan persyaratan ujian, ujian munaqosah skripsi)

1. Sistematika Penulisan Laporan

Dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam 5 (lima) bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, dan dasar-dasar penulisan yang digunakan dalam penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

(28)

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal mengenai gambaran umum lokasi penelitian, mengenai gambaran umum peserta Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Kecamatan Bandungan, visi dan misinya, serta penyajian data, yang meliputi hasil observasi, hasil wawancara dan dokumentasi.

BAB IV ANALISIS DATA

Konsep dan kebijakan pendidikan Al-Qur’an bagi anak balita, implementasi dan proses pembelajaran Al-Qur’an bagi anak balita, dan tanggapan wali murid terhadap keberhasilan implementasi pendidikan Al-Qur’an bagi anak balita di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2102.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran-saran

(29)

06

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Anak Dalam Islam

0. Pengertian Pendidikan

Secara terminologi pedidikan telah diumuskan oleh para pakar pendidikan maupun ulama. Di antaranya yang dikemukakan oleh al-Qodli Baidlowi yang dinukil oleh Miqdad Yaljan sebagai berikut:

اًئْيَشَف اًئْيَش ِهِلَمَك ىَلإ ءْيَّشلا ُغْيِلْبَت َيِه ةَّيِبْرَّتلا

Artinya: “Pendidikan adalah usaha perlahan-lahan untuk

mengembangkan sesuatu menuju kesempurnaannya”. Jadi kalau kita

perhatikan ta’rif tersebut, maka pengertian pendidikan berlaku sangat umum (Huda, 2111: 01).

Anak-anak yang saleh dan berkualitas merupakan generasi penerus kekhalifahan dan tumpuan masa depan kemakmuran bumi. Karena itu, mereka seharusnya mendapatkan pendidikan yang baik agar menjadi insan yang berorientasi pada kemaslahatan manusia dan semesta (Mustaqim, 2115: 01).

Menurut Mustaqim (2115: 21), pendidikan anak (tarbiyah al-aulad) merupakan tanggung jawab dan perhatian semua pihak, terutama orang tua dan pendidik. Allah Swt. mengingatkan dalam firman-Nya:

(30)

Artinya: “Hendaklah mereka takut kepada Allah jika meninggalkan generasi yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar (QS

Al-Nisa’: 1)

Di antara pendidikan yang diberikan pada anak, pendidikan mulia yang dapat diberikan orang tua adalah pendidikan Al-Qur’an, karena

Al-Qur’an merupakan lambang agama islam yang paling asasi dan hakiki. Dengan memberikan pendidikan Al-Qur’an pada anak, orang tua akan mendapatkan keberkahan dari kemuliaan Kitab Suci. Memberikan pendidikan Al-Qur’an pada anak termasuk bagian dari menjunjung tinggi supremasi nilai-nilai spiritualisme islam (Syrifuddin, 2114: 27).

ْلَب

ِرْوُدُص ىِف ٌتَنِّيَب ٌتَياَء َوُه

ا ْوُتْوُأ َنْيِذَّلا

مْلِعْلا

Artinya: “Sebenarnya Al-Qur’an adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. (Al-Ankabut: 41)

Ayat-ayat Al-Qur’an sangat membangun karakter akhlak. Beberapa diantaranya adalah pengarahan agar umat manusia berakhlakul karimah, bisa dilihat pada beberapa surat dan ayat berikut; QS An-Nur:

31-30, 32; QS Al-Ahzab: 33; QS Al Israa’:23; QS At-Taubah: 001; QS Ali Imran: 033-034 yang mengungkapkan hal-hal yang berkenaan dengan perilaku, penjagaan diri, sifat pemaaf, dan kejujuran (Syafri,

(31)

08

al-Qur’an dan al-Hadits tentang akhlak dari Nabi Muhammad (Mansur,

2115: 258).

Adanya titik temu di antara berbagai kelompok ummat Islam yang memandang bahwa membaca Al-Qur’an hukumnya wajib (fardu ain), jaminan UUD 0145 pasal 21, UU SISDIKNAS RI bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencita-citakan lahirnya anak Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mayoritas jumlah penduduk Indonesia beragama Islam, tumbuhnya kegairahan para pemikir dan pengelola lembaga pendidikan Islam untuk memperbaiki, meningkatkan dan memperbaharui mutu pendidikan, munculnya metode belajar membaca al-Qur’an (Mansur, 2115, 045).

Manusia lahir di dunia dengan fitranya dengan dibekali potensi oleh Allah SWT. Penjelasan Al-Qur’an juga mengungapkan bahwa manusia terlahir membawa potensi, yaitu ketakwaaan atau ketaatan, serta potensi kefasikan atau nafsu keburukan (Syafri, 2104:25). Pengembangan potensi tersebut harus dimulai sejak dini, sebab pada usia tersebut merupakan dasar untuk perkembangan berpikir pada masa-masa berikutnya (Mansur, 2115: 013)

(32)

SWT sangat mencela manusia yang tidak menggunakan potensi yang dimilikinya untuk belajar serta memahami tugas dan fungsinya. (Syafri,

2104:32)

6. Jenis-Jenis Pendidikan

Bertumpu dari pengarahan Qur’ani dan petunjuk Nabawi, maka seluruh pendidik dari satu generasi ke generasi berikutnya harus memperhatikan pendidikan, pengajaran, pengarahan anak-anak dan meluruskan ketimpangan-ketimpangan mereka. Sekiranya para orang tua maupun para pengajar, bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anak dan pembinaan serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi kehidupan. Dalam Ulwan (0180: 041), jenis-jenis pendidikan yang terpenting untuk diberikan kepada anak adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan Iman

(33)

21

Dalam pembahasan tanggung jawab pendidikan keimanan tentang perhatian orang-orang terdahulu terhadap pendidikan anak-anak, dan bagaimana orang tua terdahulu menyerahkan anak-anaknya kepada pendidik. Maka pertama yang diwasiatkan adalah agar anak-anak merka diajarkan membaca Al-Qur’an dan menghafalnya. Sehingga, lidahnya terbiasa dengan bahasa Arab yang fasih, jiwanya menjadi luhur, hatinya jadi khusyu’, matanya berlinang, iman dan Islam terhujam dalam jiwanya. Sebagai dampaknya, sang anak akan mengenal Al-Qur’an dan Islam sebagai undang-undang, metode hidup

dan syari’at.

Baiknya umat pertama adalah karena Al-Qur’an dibaca, diamalkan dan diterapkan. Kemuliaannya dengan Islam tercermin dalam pikiran dan perbuatan. Karenanya, umat yang datang kemudian tidak akan sampai pada derajat kebaikan dan kemuliaan, kecuali bisa mengikat anak-anak dengan Al-Qur’an yang dipahami, dihafal, dibaca, ditafsirkan, diamalkan, dijadikan sebagai satu-satunya pengatur kehidupan. Jika demikian, berarti kita telah membentuk generasi Al-Qur’an yang Mukmin, bertakwa dan saleh pada masa ini (Ulwan, 0180: 208).

b. Pendidikan Akhlak/Moral

(34)

kanak-kanaknya, anak tumbuh berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu takut, ingat, bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, ia akan terbiasa melakukan akhlak mulia.

c. Pendidikan Fisik

Beberapa tanggung jawab yang dipikulkan Islam atas pundak para pendidik, seperti ayah, ibu dan pengajar, adalah tanggung jawab pendidikan fisik. Yang demikian itu agar anak-anak tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat dan selamat, sehat, bergairah dan bersemangat.

d. Pendidikan Intelektual

Yaitu pembentukan dan pembinaan berpikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat, ilmu pengetahuan umum, peradaban ilmiah dan modernisme serta kesadaran berpikir dan berbudaya. Dengan demikian, ilmu, rasio dan peradaban anak benar-benar dapat terbina.

e. Pendidikan Psikhis (Psikologi)

(35)

22

f. Pendidikan Sosial

Yaitu pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikis yang mulia dan bersumber pada akidah Islamiyah yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam, agar di dalam masyarakat nanti ia bisa tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang dan tindakan bijaksana.

g. Pendidikan Seksual

Yaitu upaya pengajaran, penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak, sejak ia mengerti masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan perkawinan. Sehingga, jika anak telah tumbuh menjadi seorang pemuda, ia telah mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan dihalalkan. Bahkan mampu menerapkan tingkah laku Islami sebagai akhlak, kebiasaan, dan tidak akan mengikuti syahwat dan cara-cara hedonisme.

B. Pendidikan Al-Qur’an Bagi Anak Balita

0. Kedudukan Anak dalam Al-Qur’an

(36)

Di dalam Al-Qur’an, kedudukan anak ada empat (Haidaravisina52.blogspot.co.id/210401204 -macam-kedudukan-anak-menurut-alquran.html?m=0), yaitu:

a. Dalam QS Al-Anfaal 8: 28

ٌمْيِظَعٌرْجَا ُهَدْنِع َالله َّنَاَّو ٌةَنْتِف ْمُكُدَلاْوَاَو ْمُكَلاَوْمِا آَمَّنَا آْوُمَلْعاَو

Artinya: “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.”

Sebagai Fitnatun (fitnah/cobaan). Fitnah yang dapat terjadi pada orang tua adalah manakala anak-anak yanng terlibat dalam perbuatan negatif. Seperti mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas, minum-minuman keras dan lalin-lain yang membuat susah dan resah orang tuanya. b. Dalam QS Al-Kahfi 08: 42

َّو اًباَوَث َكِّبَر َدْنِع ٌريَخ ُتَحِلَّصلا ُتَيِقَبْلاَو اَيْنُّدلاِةوَيَحْلا ُةَنْيِز َنْوُنَبْلاَو ُلاَمْلا

ًلََمَاٌرْيَخ

Artinya: ”Harta dan anak-anak adalah perhisan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”

(37)

24

c. Dalam QS Al-Furqan 25: 74

َنْيِقَّتُمْلِل اَنْلَعْجَّو نُيْعَا َةَّرُق اَنِتَّيِّرُذَو اَنِجاَوْزَا ْنِم اَنَل ْبَه اَنَّبر َنْوُلْوُقَي َنْيِذَّلاَو

اًماَمِا

Artinya: “Dan orang-orang yang berkata ‘Tuhan kami anugerahkan lah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”

Sebagai Qurrata A’yun (penyejuk hati kedua orang tuanya). Kedudukan anak yang terbaik adalah manakala anak menyenangkan hati dan menyejukkan mata kedua orang tuanya. Mereka adalah anak-anak yang apabila disuruh untuk beribadah, seperti shalat, mereka segera melaksanakannya dengan suka cita. Apabila diperintahkan belajar, mereka segera menaatinya. Mereka juga anak-anak yang baik budi pekerti dan akhlaknya, ucapannya santun dan tingkah lakunya sangat sopan serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.

d. Dalam QS At-Taghabun 24: 04

ْنِم َّنِا آوُنَمَا َنْيِذَّلا اَهُّيآَي

مُه ْوُرَذْح اَف ْمُكَل اً وُدَع ْمُكِدَلاْوَاَو ْمُكِجاَوْزَا

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berati-hatilah kamu terhadap mereka...”

(38)

untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama. Misalnya orang tua diperkarakan oleh anaknya akibat perebutan harta warisan, anak yang menuntut hal berlebihan diluar kesanggupan orang tuanya bahkan sampai membunuh na’udzubillah.

Mengacu pada ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan penidikan anak, secara etimologi (bahasa) ditemukan enam macam ungkapan dalam menyebutkan anak, yaitu: al-awlad, al-banun, al-atfal, al-ghiman, al-ghulam dan al-wildan. Dua istilah yang pertama memiliki konotasi makna yang berlawanan; al-awlad berkonotasi makna negatif dan al-banun berkonotasi positif, sehingga memiliki implikasi tersendiri dalam pendidikan anak.

Pertama: istilah al-awlad, biasanya dikaitkan dengan konotasi makna yang pesimis, sehingga anak memerlukan perhatian khusus dalam hal penjagaan, perhatian dan pendidikan. Atyat-ayat tersebut misalnya:

لآَو ْمُهُلاَوْمَأ َكْبِجْعُت َلََف

اَيْنُّدلا ِةوَيَحْلا ىِف اَهِب مُهُبِّذَعُيِل ُالله ُدْيِرُي اَمَّنِإ ْمُهُدَلْوَأ

َنْوُرِفَك ْمُهَو ْمُهُسُفْنَأ ُقَهْزَتَو

(39)

26

Ayat tersebut sebagai titik tolak untuk mencurahkan tenaga dan pikiran dalam rangka memperbaiki anak melalui pendidikan, seingga mereka dapat menjadi perantara (wasilah) untuk memperdekat kepada Allah swt, bukan seballiknya menjadi bencana khususnya bagi orang tua, dan umumnya bagi masyarakat.

Kedua, ayat-ayat dengan ungkapan al-banun yang mengandung arti/pemahaman optimis, sehingga dapat menimbulkan kebanggaan dan ketentraman khusus dalam hati. diantaranya ayat berikut ini:

ًلََمَأ ٌرْيَخَو اًباَوَث َكِّبَر َدْنِع ٌرْيَخ ُتَيِقَبلاَو اَيْنُّدلا ِةوَيَحْلا ُةَنيِز َنْوُنَبْلاَو ُلاَمْلَا

Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang keka;l lagi saleh adalah lebi baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi: 42)

Berdasarkan ayat diatas, istilah al-awlad dan al-banun menandakan anak potensial menjadi impian yang menyenangkan, manakala diberi pendidikan dengan baik, dan sebaliknya akan menjadi mala petaka jika tidak dididik. Inilah kemungkinan yang ditimbulkan, yaitu rasa optimistis dan pesimistis. Hal ini juga membawa pada pemahaman bahwa manusia dilahirkan dengan fitrah dapat dididik yang juga berpotensi menjadi tidak terdidik karena diabaikan pendidikannya (Huda, 2111: 1).

(40)

6. Urgensi Pendidikan Al-Qur’an Bagi Anak Balita

Usia lahir sampai memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan, yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya (Mansur, 2115: 08). Masa ini merupakan waktu yang tepat dalam menanamkan pendidikan agama, khususnya pendidikan Al-Qur’an.

Mendidik Al-Qur’an kepada anak sejak dini merupakan kewajiban orang tua yang harus dipenuhi. Apalagi “belajar di waktu kecil laksana melukis di atas batu dan belajar di waktu besar laksana melukis di atas

pasir”. Orang tualah yang mengukir anaknya sendiri dengan pendidikan itu. Masyarakat bila menyemarakan kegiatan pendidikan Al-Qur’an pada anak-anak, mereka akan terhindar dari sikap tidak mengacuhkan, sikap meninggalkan, atau sikap membelakangi Al-Qur’an (Syarifuddin, 2114:

02).

Tersebut dalam Syarifuddin (2114: 20), Ibnu Khaldun menunjuk pentingnya menanamkan pendidikan Al-Qur’an kepada anak-anak ini. Menurutnya, pendidikan Al-Qur’an merupakan fondasi seluruh kurikulum pendidikan di dunia islam, karena Al-Qur’an merupakan syiar agama yang mampu menguatkan akidah dan mengokohkan keimanan (Mukadimah Ibnu Khaldun:420). Dengan menanamkan kecintaan anak teradap

(41)

28

adalah imbalan yang masih polos dan putih. Bila sejak dini ditanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an maka benih-benih kecintaan itu akan membekas pada jiwanya dan kelak akan berpengaruh pada perilakunya sehari-hari, berbeda bila kecintaan itu ditanamkan secara terlambat di masa dewasa.

(42)

Pada usia dini tersebut, anak mulai suka meniru apa yang dikatakan atau dilakukan orang tua. Itu adalah kesempatan yang baik untuk memperdengarkan bacaan Al-Qur’an dengan rutin dan melatih anak mengeja huruf-huruf hijaiyah secara berulang-ulang, bacaan itu akan mudah dicerna dan diserap oleh otak si anak. Dari sini, bila bacaan dan materi Al-Qur’an disuguhkan kepada suatu generasi muda dengan benar,

maka sekitar dua puluh tahun kemudian akan lahir generasi yang qur’ani, yang elegan, bersahaja, dan progresif (Syarifuddin, 2114: 02).

Dalam Huda (2111: 27), secara spesifik Rasulullah saw menegaskan kewajiban mendidik Al-Qur’an teradap anak dalam haditsnya,

لاَصِخ ِث َلََث ىَلَع ْمُكَدَلاْوَأ اْوُبِّدَأ

:

ِنآْرُقْلا ِةَءارِق َو ِهِتْيَب ِل آ ِّبُح َو ْمُكِيِبَن ِّبُح

(

ىناربطلا هاور

)

Artinya: “Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintaai keluarga Nabi, dan membaca Al-Qur’an.” (HR. Thabarani).

(43)

31

Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai bimbingan dan pengarahan-pengarahan yang sifatnya mendidik didasari dengan nilai-nilai Al-Qur’an (Mansur, 2115:

038). Dengan mengajarkan Al-Qur’an termasuk kegiatan yang mulia karena menjadi bagian dalam meneladani karakter Allah SWT. Rasulullah memberikan perhatian dan penghargaan yang besar terhadap kegiatan mengajar dan mendidik Al-Qur’an, sebagaimana sabda belliau:

َمَّلَع َو َنآْرُقْلا َمَّلَعَت ْنَم ْمُكُرْيَخ

dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari) (Syarifuddin, 2114: 40).

Selain mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya, umat manusia juga disarankan untuk menghafal Al-Qur’an. Sebab dengan menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu perbuatan yang sangat terpuji dan mulia (Wahid, 2102: 044). Dengan mengajarkan al-Qur’an pada anak berarti telah menanamkan pendidikan keimanan dalam hati anak, sehingga akan tumbuh menjadi mukmin yang taat. Termasuk dalam pendidikan keimanan adalah menciptakan suasana beribadah dalam keluarga, sehingga anak dapat mengenal Allah, mencintai Nabi-Nya, dan mencintai al-Qur’an sebagai wahyu-Nya yang suci (Mustaqim, 2115: 12).

3. Proses Pendidikan Al-Qur’an

(44)

SAW. Ayat-ayat tersebut mengajak seluruh manusia untuk meraih ilmu pengetahuan melalui pendidikan membaca (Syafri, 2104:57). Untuk itu, bagi anak yang masih usia balita sangat baik untuk diajarkan membaca, khususnya membaca Al-Qur’an. Karena, “membaca” dalam maknanya adalah syarat pertama dan utama pengembangan ilmu dan teknologi serta syarat utama membangun peradaban (Syarifuddin, 2114: 21). Nabi Muhammad pun memulai belajar dengan membaca, jadi membaca merupakan pembelajaran awal yang efektif dalam memulai proses pendidikan.

Anak usia dini mempunyai sifat suka meniru. Di sinilah peran orang tua untuk memberikan contoh yang baik bagi anak, misalnya mengajak anak untuk ikut berdoa, membaca surat-surat pendek Al-Qur’an dan hadits-hadits pendek (Mansur, 2115: 51). Dalam hal ini bukan hanya orang tua yang berperan dalm memberi contoh yang dapat ditiru oleh anak, tetapi juga pendidik.

Sebagai sebuah proses, pendidikan akan mencapai hasil yang baik apabila dilakukan secara periodik dan berkesinambungan (Mustaqim,

(45)

32

masjid, atau pusat-pusat pengajaran Al-Qur’an. Jika kita dapat melaksanakan tugas ini secara baik, berarti kita telah melaksanakan kewajiban terhadap anak-anak, mengikatnya dengan Al-Qur’an, terhadap mental dan spiritual, dibaca dan diamalkan ajarannya (Ulwan, 0180: 208).

Dalam proses pengajaran Al-Qur’an ini pula, sang anak akan merasakan pengaruh besar. Di mana proses penanaman ruh Al-Qur’an berlangsung di dalam jiwanya. Secara tidak disadari, pola berpikir anak dan indra lainnya terarahkan pada pola yang terdapat dalam Al-Qur’an. Secara perlahan-lahan pula anak akan mulai terikat dengan segala apa yang tersirat dalam Al-Qur’an itu (Hafizh, 0117: 038).

4. Pentingnya mempelajari Al-Qur’an Menurut Para Ulama

Allah SWT. memberikan jaminan bahwa Al-Qur’an akan senantiasa mudah dipelajari, tidak susah dan berat, apalagi utopis, asal ada kemauan, keseriusan, dan kesungguhan dalam mempelajarinya, meski asalnya berbahasa langit.

ِناَءْرُقْلا َنِم َرَّسَيَت اَم اوُءَرْقاَف

....

Artinya: “...Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari

Al-Qur’an...” (Al-Muzammil: 21)

(46)

cahaya hikmah yang terpendam di dalam Al-Qur’an, sebelum hawa nafsu yang ada dalam diri anak mulai mempengaruhinya dan mengajaknya pada kesesatan dalam bentuk maksiat.”

Berkata pula Ibnu Sina di dalam kitabnya Al-Siyasah, “Apabila anak telah mampu mengucapkan sesuatu atau meniru ucapan orang lain, dan dia sadar serta faham terhadap apa yang dia ucapkan, maka mulailah dia diajari membaca Al-Qur’an dan pengetahuan tentang agama.” (Hafizh,

0117: 038)

Berkata Ibrahim bin Sa’id Al-Jauhari, “Aku melihat seorang anak berusia empat tahun yang dibawa ke majelis Al-Ma’mun, ia mampu menghafal Al-Qur’an secara keseluruhan dan mampu mengutarakan pandangan, padahal saat itu ia selalu menangis apabila merasakan lapar.”

Abu Muhammad ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman Al -Asbahani berkata, “Aku telah menghafal Al-Qur’an pada usiaku yang kelima. Dan aku pernah menemui Abu Bakar Al-Muqri untuk membacakan hafalanku ketika masih berusia empat tahun.” (Hafizh, 0117:

045)

(47)

34

Sa’ad bin Abi Waqash ra. Berkata: “Kami mengajar anak-anak kami tentang peperangan Rasulullah saw. sebagaimana kami mengajarkan surat Al-Qur’an kepada mereka.” Di dalam buku Ihya’u ‘Ulumi ‘d-din, Imam Al-Ghazali memberikan wasiat sebagai berikut: “Dengan mengajarkan Al-Qur’anul Karim kepada anak, hadits-hadits akhbar, hikayat orang-orang baik, kemudian beberapa hukum agama.”

5. Metode pembelajaran Al-Qur’an

Salah satu metode agar diperoleh kemudahan dalam mempelajari Al-Qur’an adalah membaca berulang-ulang (muraja’ah), menyimaknya dari orang lain, dan bertadarus sedikit demi sedikit asal tekun dan rutin. Dalam mengajari anak dengan diulang-ulang. Pengulangan ini memiliki tujuan untuk mengingatkan dan menekankan pentingnya nilai-nilai yang dimaksud. Contoh lainnya adalah banyaknya kisah-kisah Nabi terdahulu, adanya dialog-dialog dalam sebuah ayat, dan lain sebagainya. Interaksi ini memperlihatkan bahwa Al-Qur’an tidak hanya dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan, namun di sisi lain merupakan bentuk proses pendidikan yang dilakukan Al-Qur’an untuk umat manusia. Al-Qur’an, meskipun bukan digolongkan buku ilmu pengetahuan, namun seluruh ayatnya memuat prinsip-prinsip pendidikan sebagai pegangan manusia untuk dipelajari. (Syafri, 2104:23)

(48)

a. Guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul anak atau murid. Dengan metode ini, guru dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar melalui lidahnya.

b. Murid membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya. Metode

ini dikenal dengan metode sorogan atau ‘ardul qira’ah ‘setoran bacaan’. c. Guru mengulang-ulang bacaan, sedang anak atau murid menirukannya

kata per kata dan kalimat per kalimat juga secara berulang-ulang hingga terampil dan benar. Setelah itu, hafalan dilestarikan dengan mengulang-ulangnya secara rutin kapan dan dimana saja.

Dari ketiga metode ini yang paling cocok diterapkan kepada anak yang berusia balita adalah metode yang terakhir. Karena pada usia balita belum maksimal dalam melafalkan Al-Qur’an ketika membaca, tetapi dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang diperdengarkan berulang-ulang akan lebih mudah direkam di dalam otak dan anak bisa menghafalnya. Ibnu Qutaibah mengatakan bahwa awal ilmu adalah diam, kedua mendengar, ketiga mengafal, keempat berfikir, dan kelima mengucapkan. Proses menghafal dengan demikian sudah dapat dilakukan sebelum anak mengerti dan berpikir.

Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak memerlukan pembekalan dalam bentuk perbuatan, agar mereka menyadari nilai yang terkandung pada sesuatu yang diajarkan kepada mereka. Pada saat yang sama, nilai-nilai itu akan senantiasa eksis dalam memori mereka (Riyadh,

(49)

36

Al-Qur’an harus mempelajari langkah-langkah yang benar, yang dapat membantu anak-anak untuk mencintai dan menghafalkan Al-Qur’an. Langkah-langkah tersebut antara lain seorang guru dapat bergaul dengan baik, lembut kepribadiannya, tegas dalam kelembutannya, mempunyai budi pekerti yang terpuji, berwawasan luas, dan mencintai pekerjaannya, untuk mentransfer rasa mencintai Al-Qur’an kepada muridnya (Riyadh,

2117: 70).

Pada fase ini kita dapat memotivasi anak dengan mengiming-imingi hadiah untuknya jika dia sukses dan berperilaku baik. Hadiah itu bisa berupa Al-Qur’an digital, sehingga dia dapat mengulang bacaan ayat Al-Qur’an minimal sekali setelah orang yang membaca ayat tersebut selesai membacakannya, atau berupa kaset Al-Qur’an yang dapat mengajarkan Al-Qur’an secara lengkap, atau berupa CD tilawah

Al-Qur’an yang dipasang pada perangkat komputer, sehingga hadiah ini memungkinkan untuk mampu menghafalkan Al-Qur’an ((Riyadh, 2117:

12). Sering mendengarkan Al-Qur’an melalui kaset, CD, atau mendengarkan guru atau senior Anda yang fasih membaca Al-Qur’an akan mempengaruhi dan membantu Anda untuk mempercepat dalam menghafal Al-Qur’an. Sebab, apabila Anda sering mendengarkan Al-Qur’an lewat kaset, CD, atau guru, otak Anda akan familier dengan ayat-ayat Al-Qur’an (Wahid, 2102: 013).

(50)

a. Bersabar terhadap anak

Pendidik harus memiliki kesabaran dalam mengajari anak yang berada dalam usia 3-5 tahun ini, terlebih dalam mengajarkan

Al-Qur’an. Jika dalam usia ini anak tidak mau menghafal Al-Qur’an, maka pendidik harus membiarkannya, sampai anak itu benar-benar merasa siap untuk menghafal Al-Qur’an. Walau begitu, pendidik harus terus membacakan ayat-ayat Al-Qur’an kepadanya.

b. Menciptakan metode baru dalam memberikan pelajaran kepada anak. Metode yang baru harus diciptakan untuk memotivasi anak agar menghafal Al-Qur’anul Karim. Misalnya dengan memasukkan pembelajaran Al-Qur’an dalam permainan yang disukai anak.

c. Harus memperhatikan perbedaan-perbedaan pada diri anak.

Adanya perbedaan antar manusia, ini merupakan kebijaksanaan Allah. Perbedaan inilah yang menuntut seorang pendidik untuk dapat memahami kemampuan anak-anak, dan memperlakukan masing-masing mereka sesuai dengan kadar kemampuannya. Melalui cara inilah akan dapat dipetik hasil dari mempelajari Al-Qur’anul Karim. d. Menggunakan kisah-kisah Al-Qur’an

(51)

38

e. Menggunakan beberapa slogan yang dapat memprogram anak-anak agar mencintai dan menghafalkan Al-Qur’an.

Dalam Wahid (2102: 011), penggunaan slogan yang dapat memprogram anak-anak agar mencintai dan menghafalkan Al-Qur’an merupakan suatu hal yang mungkin dilakukan, seperti:

a. Aku mencintai Al-Qur’anul Karim b. Al-Qur’anul karim adalah firman Allah.

c. Allah mencintai orang yang mencintai Al-Qur’an d. Aku suka mengafal Al-qur’an.

(52)

39

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam

0. Sejarah Pendirian

Pada bulan Mei-Agustus 2110 Mustofa AY dan Tim Pembelajaran Al-Qur’an sejak Dalam Kandungan mengadakan pembinaan ibu hamil di Kecamatan Ambarawa Kab. Semarang setiap hari selasa yang diikuti oleh 772 peserta. Dari kegiatan itu dibutuhkan sebuah pusat informasi dan pendidikan. Tempat inilah yang dikemudian hari menjadi cikal bakal berdirinya Yayasan Assalam Bandungan.

Tanggal 31 Desember tahun 2110 dilaksanakan serah terima sebidang tanah dan rumah pusaka keluarga Mustofa AY kepada Yayasan Assalam Bandungan Kabupaten Semarang. Dengan modal uang sebesar Rp. 0101110111,- (sepuluh juta rupiah) dari Ibu Rochayatun Rahmatullah dan Rp. 401110111,- (empat juta rupiah) dari pendidikan Guru Ta’limul

Qur’an Lil Aulad Indonesia (PGTQA) pembangunan gedung sekolah tahap pertama di Yayasan Assalam dimulai.

(53)

41

Pada bulan Juli tahun ajaran 211202113 Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) dan Kelompok Bermain Assalam Bandungan mulai kegiatan belajar mengajar. Tahun 2114 Sekolah Bayi Assalam mulai kegiatan belajar mengajar.

Tahun 2115, dengan dukungan Pemerintah Kabupaten Semarang dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Semarang, Yayasan Assalam Bandungan menyelenggarakan Seminar Pendidikan Al-Qur’an sejak dalam Kandungan yang diikuti oleh 00002 ibu hamil dan memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI). Alhamdulillah.

Kemudian pada tanggal 07 Maret 2103 didirikan Taman Pengasuhan Anak (TPA) Berbasis Al Qur’an Assalam Bandungan. Pada tahap proses awal membangun gedung, mencari guru dan menerima murid baru dilaksanakan dalam waktu bersamaan dan setelah itu mulai kegiatan belajar mengajar.

6. Visi dan Misi

a. Visi

Menjadi pusat unggulan Taman Pengasuhan Anak (TPA) berbasis Al-Qur’an.

b. Misi

0) Menyiapkan generasi Penghafal Al-Qur’an sejak dini.

(54)

3) Menstimulasi kreativitas anak agar menjadi umat terbaik yang prestatif.

3. Tujuan

a. Menyiapkan anak untuk mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kualitas yang baik secara intelektual.

b. Menyelenggarakan PAUD unggulan berbasis Al-Qur’an dengan membangkitkan berbagai macam kecerdasan baik kecerdasan intelektual, Spiritual dan emosional.

c. Membantu wali murid mendidik putra-putri mereka menjadi anak-anak yang saleh/salehah dengan karakteristik : taqwa, sehat, cerdas, kreatif dan mandiri.

d. Membantu wali murid dalam memberikan pelayanan pengasuhan yang nyaman, aman, dan terarah.

4. Struktur Organisasi

Dalam kepengurusan Yayasan LAPDA Assalam, telah terbentuk masa periode 6105-6161. Kepengurusan ini terbentuk pada bulan Juni

(55)

42

Dewan Pembina :

a. Drs. Mustofa AY b. Hj. Ruaiah Ridwan c. Rochhayatun d. H. Nur Khusen e. Hj. Sofiah Jaisan

Pengurus Harian :

Ketua I : Drs. Fadhilah, M.Pd Ketua II : Nasikhin, S.Pd.I,S.Pd Sekretaris I : Syaiful Umar

Sekretaris II : Wiwit Tri Arisanti, A.Md Bendahara I : Isrodhi

Bendahara II : Sari Wahyuningsih,SE

Departemen Pendidikan

a. Drs. H. Subadri, M.pd

b. Drs. H. Idi joko Sudono, M.Si c. Cholid Annadzif, Lc, Alhafidz

Departemen Pemberdayaan Ekonomi

a. H. Deddy Isnanto Putro, A.Md b. H. Sholichun

c. M. Joko Dwi Irwanto

Departemen Kesehatan

(56)

b. Eva Nuraeni

c. Wuri Handayani,S.Kep

Departemen Hubungan Masyarakat

a. Drs. Iswanta

b. Marji Ibnu Taimilah c. Imron Wahyudi d. H. Zaenudin

Departemen Penelitian Dan Pengembangan Institusi

a. Hj. Nuryanti, S,Sos b. H. Helmi Syarif, SE c. Maslikhatul Umami, M.A

Pengawas :

Hj. Suprijati Triwinarni

5. Data Guru

(57)

44

4 Sulistiyowati Wonosobo

4 Okt 0187

SLTA Pendidik

2. Jadwal Kegiatan Pembelajaran dan Pembiasaan

Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak-anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Bidang pengembangan pembiasaan meliputi pengembangan moral dan nilai-nilai agama sesuai Al Qur’an dan As Sunah serta pengembangan sosial, emosional dan kemandirian. a. Dari program moral dan nilai-nilai agama diharapkan akan

meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Allah SWT. Dan membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar agar anak menjadi anak yang sholih.

(58)

berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kemandirian dan kecakapan hidup.

Dalam sehari-harinya, Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Pada jam 10.11-10.11 merupakan waktu untuk penyambutan kedatangan anak. Jika sudah ada beberapa anak yang datang, maka mereka ada yang sarapan dahulu dengan dibawakan bekal dari rumah dan ada juga yang bermain sambil menunggu anak yang lain datang. Pada jam 10.11

-10.11 anak-anak masuk ruang bermain yang terletak di luar lalu berdo’a. Setelah itu tahfidz dengan muraja’ah bersama. Semangat anak-anak saat

muraja’ah setiap harinya berbeda-beda, tetapi para pengasuh selalu semangat dalam membimbing muraja’ah. Jam 10.11-01.11 anak-anak makan snack ringan dan toilet trainning jika ada anak yang ingin buang air. Jika sudah semua, anak-anak lalu masuk ruang sentra untuk mengikuti pelajaran yang akan diberikan pengasuh.

(59)

46

muraja’ah bersama terlebih dahulu lalu minum susunya masing-masing sambil diperdengarkan murrotal. Selengkapnya dapat dilihat jadwal kegiatan harian TPA Assalam berikut ini:

Tabel 3.6

WAKTU JENIS KEGIATAN

17011–17031 Penyambutan kedatangan anak

17031–18011 Makan pagi

18011–18031 Tahfidz

18031–11011 Main di luar/tadabur alam

11011–11031 Transisi. Toilet training dan berwudlu

11031–01011 Istirahat (makan buah dan air putih)

01011–00011 Kegiatan sentra

00011–00031 Makan siang

00031–02011 Transisi. Toilet training dan berwudlu

02011–02031 Tahfidz dan dongeng sebelum tidur

02031-04011 Tidur siang

04011-04031 Bermain bebas

04031-05011 Mandi dan snack sore

05011-05031 Tahfidz dan persiapan pulang

(60)

B. Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian di Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam Kecamatan Bandungan, dapat dikemukakan beberapa hasil penelitian sebagai berikut:

0. Konsep dan Kebijakan Umum Pendidikan Al-Qur’an

a. Konsep Pembelajaran Al-Qur’an

Berdasarkan hasil wawancara dengan Y selaku Kepala Sekolah adalah berikut ini:

Dari awal memang kami ingin menjadikan anak-anak itu generasi yang berakhlak al-Qur’an, kemudian konsep disini berbeda dengan TPA lainnya. Kami membiasakan anak-anak mendengarkan bacaan al-Qur’an, entah dengan cara muraja’ah dari pengasuhnya bersama anak-anak atau dari murrotal yang diputarkan di tape recorder setiap hari, dengan harapan anak-anak mengenal dan terbiasa dengan al-Qur’an. (W/0013 Juni

6102)

Konsep pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an adalah pembiasaan dengan cara memperdengarkan bacaan al-Qur’an kepada anak-anak

dalam bentuk muraja’ah bersama pengasuh atau diputarkan murrotal

melalui tape recorder setiap harinya agar anak tebiasa dengan

al-Qur’an.

b. Kebijakan Umum Pendidikan Al-Qur’an di TPA Assalam

Karena dari visi TPA Assalam sendiri adalah ‘Menjadi pusat unggulan Taman Pengasuhan Anak berbasis Al-Qur’an’, dan

dari misi TPA Assalam yang pertama yaitu ‘Menyiapkan

(61)

48

masih sangat mudah untuk menangkap dan menghafal dari yang setiap hari mereka dengar. (W/0013 Juni 6102)

Berdasarkan wawancara dengan Bu Yul dapat diketahui kebijakan yang diberikan Yayasan untuk pelaksanaan pendidikan

Al-Qur’an terlihat dari visi Taman Pengasuhan Anak (TPA) Assalam, yaitu Menjadi Pusat Unggulan Taman Pengasuhan Anak Berbasis

Al-Qur’an, dan dari misi TPA Assalam yang pertama yaitu ‘Menyiapkan generasi Penghafal Al-Qur’an sejak dini’, sehingga Al-Qur’an merupakan makanan sehari-hari bagi anak balita di sana. Setiap harinya mereka diperdengarkan murrotal melalui tape recorder. Karena anak usia balita masih sangat mudah untuk menangkap dan mencerna apa yang sehari-harinya ia dengar. Dengan membiasakan ini maka anak-anak pun akan terbiasa dengan bacaan al-Qur’an, bukan dengan paksaan.

c. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an

Berdasarkan hasil wawancara dengan Y selaku kepala sekolah, tujuan memberikan pendidikan Al-Qur’an pada anak balita adalah sebagai berikut: “Karena usia anak balita adalah Golden Age, sehingga sangat mudah untuk menanamkan Al-Qur’an sejak dini pada

mereka agar kelak menjadi para generasi penerus yang qur’ani.”

(W/003 Juni 6102)

Dari wawancara tersebut dapat diketahui tujuan utama memberikan pendidikan al-Qur’an untuk anak-anak di TPA Assalam

(62)

memiliki generasi penerus yang qur’ani, maka akan menjadi bangsa yang bermoral dan berbudi luhur. Dan dengan begitu akan menjadi bangsa yang aman dan sejahtera. Agama Islam pun akan menjadi agama yang kuat dan tidak mudah terperdaya atau rusak oleh budaya luar. Dengan membiasakan pembelajaran al-Qur’an sejak dini maka ketika dewasa mereka akan memiliki akhlak al-Qur’an, jadilah mereka

generasi penerus qur’ani. c. Pengajar atau Pengasuh TPA

Menurut hasil wawancara dengan Y sebagai kepala sekolah, kriteria menjadi pengajar atau pengasuh adalah sebagai berikut:

Merupakan seorang Muslimah taat, selain itu lancar dan fasih membaca Al-Qur’an karena disini Taman Pengasuhan Anak berbasis Al-Qur’an, kemudian yang sayang dengan anak-anak, serta mengetahui perkembangan anak. (W/003 Juni 6102)

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui untuk menjadi pengasuh di TPA Assalam, ada syarat tertentu yang harus dimiliki, antara lain:

0) Muslimah taat. Muslimah taat berarti seseorang yang mampu menjaga dirinya dan taat pada perintah serta larangan Allah. Karena seorang pengasuh yang taat akan dapat membimbing anak asuhnya menjadi muslim dan muslimah yang taat juga.

6) Lancar dan fasih membaca al-Qur’an, karena TPA Assalam berbasis al-Qur’an dan memang setiap harinya memberikan

(63)

51

3) Sayang kepada anak-anak, karena anak-anak harus diasuh dan dididik dengan penuh kasih sayang. Apa jadinya jika pengasuh tidak sayang kepada anak-anak, maka dengan kesabaran dan kasih sayang, anak-anak akan mendapatkan perlakuan sebagaimana mestinya.

4) Mengetahui perkembangan anak. Menjadi seorang pengasuh atau pendidik perlu memiliki keahlian khusus dalam menghadapi anak, karena setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Dan pengasuh harus mengetahui perkembangan anak agar mampu menyikapinya sesuai dengan kadar yang dibutuhkan.

2. Implementasi Pendidikan Al-Qur’an di TPA Assalam

a. Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an di

Hasil wawancara mengenai pelaksanaan pembelajaran

al-Qur’an menurut pendapat Ma sebagai pengasuh:

Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an dengan cyrcle / melingkar di karpet di ruangan yang tidak terlalu luas supaya masih bisa dijangkau anak dan agar suaranya tetap terdengar walaupun anak bermain sendiri. (W/2/31 Mei 2102)

Berdasarkan wawancara dengan Bu Ima dapat diketahui pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an di TPA Assalam dilakukan

(64)

terdengar walaupun anak-anak bermain sendiri. Sehingga, anak tetap bisa menangkapnya di dalam otak dan menjadi mudah untuk menghafal.

b. Metode Pembelajaran Al-Qur’an

Hasil penelitian mengenai metode yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an menurut Ma adalah:

Metodenya ada 4 yaitu metode klasikal, satu-satu (private),

muraja’ah bersama, serta mendengarkan murrotal pas sebelum kegiatan dimulai, saat mau tidur dan sebagai pengantar tidur.

Metode yang paling sering digunakan yaitu muraja’ah bersama

dan memperdengarkan murrotal. (W/2031 Mei 2102)

Dari keterangan bu Ima di atas dapat diketahui metode yang dipakai dalam pembelajaran al-Qur’an di TPA Assalam antara lain metode klasikal, yaitu metode yang dilakukan oleh pendidik dalam mengelola kelas dan mengolah pembelajaran. Pengelolaan kelas dengan cara menciptakan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pembelajaran secara baik dan menyenangkan yang dilakukan di dalam ruangan, diikuti sejumlah peserta didik yang di bimbing oleh seorang pendidik. (http://indomakalah.blogspot..co.id/6110006 /metode-pembelajaran-klasikal.html?m=0).

(65)

52

Ketiga yaitu menggunakan metode muraja’ah yang dilakukan

setiap hari dua kali saat pagi ketika kegiatan dimulai dan siang setelah bermain. Muraja’ah dilakukan guru bersama-sama dengan murid menghafal surat yang difokuskan pada hari itu dan mengulang yang kemarin sudah dihafalkan. Walaupun anak-anak yang masih balita belum bisa mengucapkan secara sempurna, tetapi yang terpenting sudah hafal terlebih dahulu.

Dan yang terakhir adalah metode listening, dengan mendengarkan murrotal setiap hari tiga kali setiap pagi sebelum kegiatan dimulai, saat anak-anak hendak tidur dan sebagai pengantar tidur. Metode ini lebih intensif digunakan karena anak-anak menjadi terbiasa dengan bacaan al-Qur’an sehingga mudah untuk menghafal. c. Kiat-kiat dalam Memberi Pendidikan Al-Qur’an pada Anak Balita

Hasil wawancara dengan Ma mengenai kiat-kiat apa saja yang dilakukan dalam memberikan pendidikan Al-Qur’an pada anak balita adalah sebagai berikut:

Karena anak balita itu belum bisa fokus, belum bisa kalau hanya duduk mendengarkan maka dari itu yang terpenting telaten dan sabar. Walaupun anak-anak sibuk bermain sendiri tetapi kami

tetap muraja’ah dan mengeraskan suara supaya tetap di dengar

(66)

pendidikan al-Qur’an yang masih balita adalah telaten, sabar, dan continue. Jadi muraja’ah dilakukan secara terus menerus berkesinambungan, supaya anak tidak lupa yang dihafal kemarin. Yang terpenting selalu telaten dalam mengajari anak-anak, pasti akan ada hasilnya.

d. Target Hafalan Anak

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ma mengenai target yang dicapai dalam hafalan al-Qur’an anak-anak adalah sebagai berikut:

Berbeda-beda, karena tergantung dari rumah juga kalau di rumah juga menghafal bersama orang tua, atau di tempat lain ia juga belajar al-Qur’an, mungkin 0 atau 2 minggu bisa hafal. Tidak ada target harus hafal kapan tetapi di rata-rata 2 minggu anak-anak bisa hafal 0 surat pendek. (W/2031 Mei 2102)

Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa di TPA Assalam tidak menargetkan dalam sehari harus hafal berapa ayat atau berapa surat. Tetapi jika dirata-rata dari keseluruhan anak, 6 minggu anak-anak bisa hafal 0 surat.

e. Kesulitan-Kesulitan dalam Proses Pembelajaran Al-Qur’an

Hasil penelitian mengenai kiat-kiat yang dilakukan dalam memberikan pembelajaran Al-Qur’an menurut Ma:

Kesulitannya capek saat muraja’ah terus karena anak-anak yg masih balita tidak bisa terus duduk diam, pasti ada yang lari-lari, bermain sendiri dan lain-lain maka kami tetap membiarkan mereka, jadi harus muraja’ah terus dengan suara keras agar anak-anak tetap bisa mendengarkan. (W/2031 Mei 2102)

(67)

54

tetapi diperdengarkan muraja’ah dari pengasuh secara terus menerus

sehingga tetap bisa menangkap.” (W/2031 Mei 2102)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang dirasakan oleh pengasuh yaitu capek saat harus

muraja’ah secara terus menerus dengan suara yang keras. Karena anak-anak banyak yang sambil bermain, berlari-lari maka pengasuh harus menggunakan suara yang lantang agar tetap terdengar. Jadi, nanti anak akan tetap bisa mendengar dan menangkapnya di dalam otak mereka. Yang terpenting adalah selalu muraja’ah agar anak selalu dapat mendengar al-Qur’an dan nanti bisa dengan mudah menghafalnya.

f. Faktor Pendukung Pembelajaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan Y, faktor pendukung pembelajaran Al-Qur’an yaitu sebagai berikut: “Faktor pendukungnya yaitu dari visi-misi yayasan, kebijakan-kebijakan dari yayasan, dan

itu memang menu harian pembelajaran di Yayasan Assalam.” (W/603

Juni 6102)

Gambar

Tabel 300NO  NAMA
Tabel 3.6WAKTU  JENIS KEGIATAN

Referensi

Dokumen terkait

Pada akhir acara Kepala Biro Humas dan Luar Negeri menutup acara dengan melaporkan hasil Rakornis Kehumasan 2014 antara lain peningkatkan peran humas sebagai Public Relation

Dengan meneliti permasalahan hukum yang akan timbul dari masalah di atas penulis mempunyai alasan yaitu dengan adanya peraturan mengenai SK Menteri ESDM mengenai Penetapan

Anak Sayang sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan bahan bangunan, penelitian ini berfokus pada perancangan sistem informasi akuntansi penjualan yang masih

LINE Webtoon melakukan berbagai macam promosi untuk mempromosikan produknya dan dengan intensitas yang cukup sering, salah satunya yaitu event marketing dan iklan

Pada aspek bertindak jujur perubahan perilaku yang dimunculkan yaitu anak mulai melakukan sesuatu hal sesuai dengan intruksi, hal tersebut membantu anak memahami aturan

Aplikasi yang dibuat dapat digunakan untuk membantu dalam pengolahan data pelanggaran tata tertib sekolah khususnya pelanggaran siswa pada SMK PGRI I

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 di kelas X6 SMA Batik 1 Surakarta yang beralamat di Jl. Slamet Riyadi 445 Surakarta. Secara