• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku merokok

1. Pengertian perilaku merokok

Dalam pengertian luas, perilaku ini mencakup segala sesuatu yang dilakukan atau dialami seseorang. Ide-ide, impian-impian, reaksi-reaksi kelenjar,lari, menggerakan sesuatu, semuanya itu adalah perilaku. Dengan kata lain, perilaku adalah sembarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme. Sedangkan menurut pengertian yang lebih sempit, perilaku hanya mencakup reaksi yang dapat diamati secara umum atau objektif (Chaplin, 2005). Hampir sama dengan definisi tersebut, Atkinson (tanpa tahun) menyatakan bahwa perilaku adalah aktifitas suatu organisme yang dapat di deteksi. Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh stimulus yang diterima baik stimulus internal maupun stimulus eksternal.

Manusia adalah makhluk yang sangat dinamis.Ada banyak perilaku manusia yang bisa diamati, diobservasi dan diprediksi.Salah satunya yaitu perilaku merokok.Seperti halnya perilaku lain, perilaku meroko pun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan dan faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya).

(2)

Sari dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktifitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktifitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari (Komalasari & Helmi, 2000). Sementara Leventhal & Cleary (2000) menyatakan bahwa perilaku merokok terbentuk melalui empat tahap yaitu: tahap Preparation, Initation, Becoming a Smoker, dan Maintenance of Smoking.

Perilaku merokok adalah perilaku yang telah umum di jumpai.Perilaku merokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hai ini mungkin disebabkan karena rokok mudah didapatkan dan dapat diperoleh dimana saja.(Poerwadarminta, 1995) mendefinisikan merokok sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah dan kertas.

2. Tipe perilaku merokok

Mu’tadin (2002) membagi tipe merokok menjadi empat golongan sebagai berikut :

a. Perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dengan selang merokok lima menit setelah bangun tidur di pagi hari.

(3)

b. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan sela waktu merokok sekitar 6-30 menit setelah bangun tidur di pagi hari.

c. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.

d. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok. Mu’tadin menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi :

a. Merokok di tempat-tempat umum atau ruang publik :

(1) Kelompok homogen ( sama-sama perokok). Secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di area yang boleh merokok (smoking area).

(2) Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lain-lain). Mereka yang berani merokok di tempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata karma. Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, serta secara tersamar mereka telah tega menyebar racun kepada orang lain yang tidak bersalah.

(4)

b. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi :

(1) Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri dan penuh dengan rasa gelisah yang mencekam.

(2) Di toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

Menurut Mu’tadin (2002) perilaku merokok ada 4 tipe berdasarkan Management of affect theory. Keempat tipe tersebut adalah :

a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.

Dengan merokok akan merasakan penambahan rasa positif. Tipe perokok ini dibagi lagi menjadi 3 sub tipe yaitu:

(1) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

(2) Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

(3) Pleasure of hanling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa

(5)

waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya berlama-lama sebelum menyalakan dengan api.

b. Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif.

Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif. Misalnya, jika ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok jika perasaan tidak enak terjadi sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

c. Perilaku merokok karena kecanduan psikologis (psychological addiction).

Mereka yang sudah kecanduan, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah untuk memberi rokok, walau tengah malam sekalipun, karena khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat menginginkanya.

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.

Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis

(6)

seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Menghidupkan api rokok jika rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.

3. Pola perilaku merokok

Perilaku merokok dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu perokok (smoker) dan bukan perokok (non smoker) (Molarius dkk, tanpa tahun).

a. Perokok (Smoker) adalah seseorang yang merokok produk tembakau baik setiap hari maupun tidak setiap hari. Perokok dapat dibagi lagi menjadi dua kategori :

b. Daily Smoker (perokok harian), adalah seseorang yang merokok produk tembakau minimal satu batang setiap hari. Perokok yang merokok setiap hari namun tidak merokok pada saat-saat tertentu misalnya pada waktu puasa (ritual keagamaan) masih di klasifikasikan sebagai perokok harian.

c. Occasionally Smoker (perokok kadang-kadang), adalah seseorang

yang merokok setiap hari namun tidak setiap hari. Occasionally Smoker meliputi :

(1)Reducers (perokok yang mengurangi jumlah rokok), yaitu perokok yang pernah merokok setiap hari namun sekarang tidak merokok setiap hari.

(7)

(2)Continuing occasional, yaitu perokok yang tidak pernah merokok setiap hari dan telah merokok 100 batang atau lebih rokok (atau bahkan tembakau dalam jumlah setara), dan sekarang kadang-kadang merokok.

(3)Eksperimenters, yaitu perokok yang telah merokok kurang dari 100 batang rokok (atau tembakau dalam jumlah setara), dan sekarang kadang-kadang merokok.

d. Bukan perokok (non smoker) adalah seseorang pada saat penelitian dilakukan, tidak merokok sama sekali. Bukan perokok dapat dibagi menjadi tiga kategori :

(1)Ex-smoker (mantan perokok), adalah seseorang yang tidak pernah merokok sama sekali.

(2)Never smoker (tidak pernah merokok), adalah seseorang yang tidak merokok sama sekali ataqu pernah merokok dan kurang dari 100 batang rokok (atau tembakau dalam jumlah yang setara) namun sekarang tidak merokok.

(3)Ex-occasional smoker (mantan perokok kadang-kadang), adalah seseorang yang dahulu perokok kadang-kadang dan telah merokok 100 batang rokok atau lebih namun sekarang tidak merokok.

4. Penyebab perilaku merokok

Dalam membahas penyebab perilaku gangguan penyalaghunaan dan ketergantungan zat termasuk perilaku merokok, harus dipahami bahwa

(8)

seorang individu menjadi tergantung pada zat umumnya melalui suatu proses. Pertama, orang yang bersangkutan harus mempunyai sikap positif terhadap zat tersebut, mulai menggunakanya secara teratur, menggunakanya berlebihan, dan terakhir menyalahgunakannya atau menjadi tergantung secara fisik padanya. Setelah menggunakannya secara berlebihan dalam waktu lama, orang yang bersangkutan akan terikat oleh proses-proses biologis toleransi dan putus zat( Davison dkk, 2006).

5. Tahap perilaku merokok

Pada dasarnya perilaku merokok merupakan sebuah perilaku yang kompleks yang melibatkan beberapa tahap. Perilaku merokok pada remaja umumnya melalui serangkaian tahapan yang ditantai oleh frekuensi dan intensitas yang berbeda pada setiap tahapnya (Richardson dkk, 2002), dan seringkali puncaknya adalah menjadi tergantung pada nikotin.

Leventhal dan Cleary (2000) mengatakan ada empat tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu:

a. Tahap Prepatory

Seorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai rokok dengan cara mendengar, melihat, atau hasil dari bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

b. Tahap initiation

Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak perilaku merokoknya.

(9)

c. Tahap becoming a smoker

Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok. d. Tahap maintenance a smoking

Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek psikologis yang menyenangkan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok

Mu’tadin mengemukakan alasan mengapa remaja merokok, antaralain: a. Pengaruh orang tua

Menurut Baer & Corado, ramaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan sulit terlibat dengan rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga permisi, dan paling kuat pengaruhnya apabila orang tua sendiri menjadi figur yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak di dapati dengan mereka yang tinggal dengan satu orang tua ( single parent). Remaja berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok dari pada ayah yang merokok. Hal ini terlihat pada remaja putri.

(10)

Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku beresiko kesehatan pada remaja dapat terjadi melalui mekanisme peer sosializaton, dengan arah pengaruh berasal kelompok sebaya, artinya ketika remaja bergabung dengan kelompok sebayanya maka seorang remaja akan dituntut untuk berperilaku sama dengan kelompoknya, sesuai dengan norma yang dikembangkan oleh kelompok tersebut (Mu’tadin, 2002). Remaja pada umumnya bergaul dengan sesama mereka, karakteristik persahabatan remaja dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin dan ras. Kesamaan dalam menggunakan obat-obatan, merokok sangat berpengaruh kuat dalam pemilihan teman. (Yusuf, 2006).

c. Faktor kepribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) konformitas sosial. Pendapat ini di dukung Atkinson 1999 yang menyatakan bahwa orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih menjadi perokok dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor rendah.

d. Pengaruh iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku yang ada dalam iklan tersebut.

(11)

7. Motif perilaku merokok

Laventhal & Cleary ( dalam Oscamp 1984) menyatakan motif seorang perokok terbagi menjadi dua motif utama, yaitu :

1. Fakto psikologis

Pada umumnya faktor-faktor tersebut tentang ke dalam lima bagian yaitu :

a. Kebiasaan

Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif maupun positif. Seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu. b. Reaksi emosi yang positif

Merokok digunakan untuk menghasilkan reaksi yang positif, misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukan kejantanan (kebanggan diri) dan menunjukan kedewasaan.

c. Reaksi untuk penurunan emosi

Merokok di gunakan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, ataupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain.

d. Alasan sosial

Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan anak-anak), identifikasi dengan perokok lain, dan

(12)

untuk menentukan image diri seseorang. Merokok juga dapat disebabkan adanya paksaan dari temn-temanya.

e. Kecanduan atau ketagihan

Seseorang merokok mengaku karena telah mengalami kecanduan. Kecanduan terjadi karena adanya nikotin yang terkandung di dalam rokok. Semula hanya mencoba-coba rokok, tetapi akhirnya tidak dapat menghentikan perilaku tersebut karena kebutuhan tubuh akan nikotin. 2. Faktor biologis

Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada rokok secara biologis.

8. Aspek-aspek dalam perilaku merokok (Aritonang 1997) a. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari

Erikson (Komasari dan Helmi, 2000) mengatakan bahwa merokok berkaitan masa mencari jati diri pada diri remaja. Silvans dan Tomkis (Mu’tadin 2002) fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan yang dialami si perokok, seperti perasaan yang positif maupun perasaan yang negatif.

b. Intensitas merokok

Smet (1994) mengklasifikasikan perokok berdasarkan banyaknya perokok yang dihisap, yaitu :

(1) Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari

(13)

(2) Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari (3) Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari c. Tempat merokok

Tipe perokok berdasarkan tempat ada dua (Mu’tadin 2002), yaitu : (1) Merokok ditempat-tempat umum/ ruang publik

- Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaanya. Umumnya mereka masoh menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.

- Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll).

(2) Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi

- Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat-tempat merokok di golongkan kepeda individu yang kurang menjaga kebersihan, penuh rasa gelisah yang mencekam.

- Toilet. Perokok jenis ini dapat di golongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

d. Waktu merokok

Menurut Presty (Smet 1994) remaja yang merokok dipengaruhi oleh keadaan yang di alaminya pada saat itu , misalnya saat berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin, setelah di marahi orang tua, dll.

(14)

e. Dampak perilaku merokok

Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi dua, yaitu : (1) Dampak positif

Merokok dapat menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Graham (dalam Ogden 20000) menyatakan bahwa perokok menyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit. Smet (1994) menyebutkan keuntungan merokok (terutama bagi perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan sosial, dan menyenangkan.

(2) Dampak negatif

Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat berpengaruh bagi kesehatan (Ogden 2000). Merokok bukanlah penyebab suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit sehingga boleh dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi dapatmendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang dapat di picu karena merokok dimulai dari penyakit di kepala sampai penyakit di telapak kaki antara lain (Sitepoe, 2001) : penyakit kardiovaskuler, neoplasma (kanker), saluran pernafasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan vertilitas (kesuburan), nafsu seksual, sakit mag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni, ambliyopia

(15)

(penglihatan kabur), kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung, dan tenggorokan).

B. Iklan rokok

1. Pengertian iklan rokok

Dalam Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia dinyatakan bahwa:“Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat suatu media dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat” (Niken, 2007). Iklan diartikan sebagai berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang dijual, dipasang pada media massa seperti surat kabar, majalah atau ditempat-tempat umum. Sedangkan istilah periklanan merujuk kepada pemahaman keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian pesan.

Dalam pengertian iklan perlu diingat adanya kata-kata yang berkaitan dengan pesanan dan khalayak ramai. Iklan adalah suatu kegiatan yang menyampaikan berita, tetapi berita yang disampaikan atas pesanan pihak yang menginginkan agar produk atau jasa yang dijual dapat diterima dan dibeli oleh konsumen.

Pengertian dari iklan rokok dalam PP RI No. 19 Pasal Tahun.2003 adalah kegiatan untuk memperkenalkan, memasyarakatkan atau mempromosikan rokok dengan atau tanpa imbalan kepada masyarakat

(16)

dengan tujuan mempengaruhi konsumen agar menggunakan rokok yang ditawarkan. Menurut Juniarti (dikutip oleh Mu’tadin 2002) melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambar bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku merokok seperti yang ada dalam iklan tersebut.

Iklan merupakan suatu media untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat terhadap suatu produk dan iklan memiliki fungsi untuk menyampaikan informasi, membujuk, atau untuk mengingatkan masyarakat terhadap produk rokok (Agung,2010).

Dengan melihat iklan yang ada di televisi dan media massa, remaja mulai mengenal dan mencoba untuk merokok (Agung, 2010) karena gencarnya iklan rokok yang beredar di masyarakat, ditambah dengan adanya image yang dibentuk oleh iklan rokok sehingga terlihat seakan orang yang merokok adalah orang yang sukses dan tangguh yang dapat melalui rintangan apapun (Wawan & Dewi, 2010).

Iklan, promosi, ataupun sponsor merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para produsen rokok untuk mempermudah produsen rokok dalam mempengaruhi remaja dan anak-anak. Pengaruh iklan sangat mempengaruhi dalam kehidupan remaja. Terkadang remaja yang menjadi perokok pemula tersrbut akibat melihat iklan rokok di lingkungan mereka, karena remaja belum mengerti benar mengenai bahaya yang di sebabkan oleh perokok ataupun penyakit yang dapat timbul karena rokok, sehingga

(17)

orang tua dapat memberi pemahaman terhadap anak-anaknya tentang merokok (Wawan & dewi, 2010).

Periklanan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan kesuatu khalayak, target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, pengeksposan langsung, reklame luar ruang, atau kendaraan umum (Monle lee, 2007).

Alat dalam komunikasi periklanan selain bahasa, terdapat alat komunikasi lainnya yang sering dipergunakan yaitu gambar, warna, dan bunyi. Iklan menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang baik verbal maupun ikon. Pada dasarnya lambang yang digunakan dalam iklan terdiri dari dua jenis yaitu verbal dan non verbal. Lambang verbal adalah bahasa yang kita kenal, lambang non verbal adalah bentuk dan warna yang disajikan yang tidak secara meniru rupa atas bentuk realitas. Ikon adalah bentuk dan warna serupa atau mirip dengan keadaan sebenarnya, seperti gambar benda, orang atau binatang (Sobur, 2003).

2. Fungsi iklan

Secara umum, periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi yaitu:

a. Memberikan informasi (informing)

Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru, mendidik merek-mereka tentang berbagai fitur dan manfaat

(18)

merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. Karena merupakan suatu bentuk alat komunikasi yang efektif, berkemampuan mrnjangkau khalayak luas dengan biaya perkontak relatif rendah, periklanan memfasilitasi pengenalan (introduction) merek-merek baru meningkatkan jumlah permintaan terhadap merek-merek yang telah ada, dan meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen (TOMA-top of mind awareness) untuk merek-merek yang sudah ada dalam kategori produk yang sudah matang.

b. Mempersuasi (Persuading)

Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan.

c. Mengingatkan (Reminding)

Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen. Periklanan yang efektif juga meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang sudah ada dan pembelian sebuah merek yang mungkin tidak akan dipilihnya, Periklanan lebih jauh di demonstrasikan untuk mempengareuhi pengalihan merek (brand swictching) dengan mengingatkan para konsumen yang akhir-akhie ini belum membeli suatu merek yang tersedia dan mengandung atribut-atribut yang menguntungkan.

d. Memberikan nilai tambah (Adding value)

Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efekfit

(19)

menyebabkan merek dipandang sebagai lebih elegan, lebih gaya, lebih bergengsi dan lebih unggul dari tawaran pesaing (Terence, 2003).

Devinto (dalam Ardianto, 2004) menyatakan bahwa fungsi persuasi iklan dipengaruhi oleh efek pesan media massa sebagai saluran yang paling efektif untuk mempengaruhi khalayak. Efek pesan dalam Media (dalam Ardianto, 2004) adalah :

(1) Efek kognitif

(2) Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan ketrampilan kognitifnya.

(3) Efek Afektif

(4) Dalam efek afektif media massa bukan hanya sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan merasakan intensitas rangsangan emosional pesan media massa.

(5) Efek Behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang cenderung meniru perilaku yang diminatinya. Stimulus menjasi teladan untuk perilakunya. Media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan.

(20)

C. Remaja

1. Pengertian remaja

Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Masa remaja menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun, wanita 13 tahun sampai dengan 22 tahun, bagi pria rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 / 13 tahun sampai dengan 17/18 tahun sampai dengan 21 /22 tahun adalah remaja akhir. Pada usia ini umumnya anak sedangduduk dibangku sekolah menengah pertama (SMP) sampai menengah atas (SMA) (Asrori, 2009).

Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia.Masa remaja sering digambarkan sebagai masa yang paling indah, dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan dan tantangan (Soetjiningsih, 2004).Sedangkan menurut Willis (2010), masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap serta rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif, seperti narkoba, merokok, kriminal, dan kejahatan seks.

Menurut Depkes RI (2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda. Masa remaja diartikan sebagai perubahan emosi dan perubahan sosial pada masa remaja. Masa remaja menggambarkan dampak perubahan fisik, dan pengalaman emosi yang mendalam. Masa

(21)

remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk mengisi kehidupan mereka kelak (Nugraha & Windy, 1997).

Sesuai dengan perkembangan usia remaja menurut Monks (1999) maka terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu : a. Remaja awal (12 – 15 tahun)

Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan tersebut, Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.

b. Remaja Madya (15-18 tahun)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecenderungan narsistik, yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis dan sebagainya.

(22)

c. Remaja akhir (18-21 tahun)

Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian :

(1) Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

(2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.

(3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. (4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

(5) Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum.

Sarwono (2001) menyatakan bahwa definisi remaja untuk masyarakat indonesia adalah menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan sebagai berikut :

(1) Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksualsekunder mulai tampak (kriteria fisik).

(2) Di banyak masyaraakat indonesia usia 11 tahun sudah di anggap akil bali, baik menurut agama ataupun adat, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria seksual).

(3) Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya isentitas diri (ego identity

(23)

menurut Erick Erikson), tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual (menurut Freud), dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (menurut Piaget) maupun moral (menurut Kohlbreg).

(4) Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua,

(5) Dalam definisi diatas, status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapapun di anggap dan di perlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun kehidupan bermasyarakat dan keluarga. Karena itu definisi remaja disini di batasi khusus untuk orang yang belum menikah.

2. Ciri-ciri masa remaja

Menurut Havighurst dalam Hurlock (1999) ciri-ciri masa remaja antara lain :

a. Masa remaja sebagai periode yang sangat penting

Remaja memiliki perkembangan fisik dan mental yang cepat dan penting dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru. b. Masa remaja sebagai periode peralihan

(24)

Masa remaja merupakan peralihan dari anak menjadi dewasa. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus di lakukan. Remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Bila remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk “bertindak sesuai umurnya”. Apabila remaja berperilaku seperti orang dewasa, maka ia sering dianggap belum pantas. Status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai yang sesuai bagi dirinya.

D. Teman sebaya

1. Pengertian teman sebaya

Sekelompok orang yang memiliki usia yang sama dengan kita, dan memiliki kelompok sosial yang sama pula, misalnya teman sekolah (Mu’tadin 2002). Teman sebaya juga diartikan sebagai kelompok orang yang mempunyai latar belakang, usia, pendidikan, dan status sosial yang sama, dan mereka biasanya dapat mempengaruhi perilaku dan keyakinan masing-masing anggotanya. Dalam kelompok teman sebaya biasanya mereka saling bercerita tentang kesenangan dan latar belakang anggotanya. Asmani (2012) menambahkan selain tingkat usia yang sama, teman sebaya juga memiliki tingkat kedewasaan yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah sekelompok orang yang seumur, berlatar belakang, berpendidikan, dan dalam status sosial yaang sama,

(25)

dimana dalam kelompok tersebut biasanya terjadi pertukaran informasi yang mungkin saja dapat mempengaruhi perilaku dan keyakinan dari anggota lainnya.

Memasuki masa remaja, individu mulai akan belajar hubungan timbal balik yang akan didapatkan ketika mereka melakukan interaksi dengan orang lain maupun dengan temanya sendiri. Selain itu mereka juga belajar untuk mengobservasi dengan teliti mengenai minat dan pandangan temannya, ini dilakukan agar remaja dengan mudah ketika ingin menyatu atau beradaptasi dengan temannya (Piaget & Sullivan dalam Asmani 2012).

2. Bentuk-bentuk kelompok teman sebaya

Hurlock (2012) menyebutkan kelompok-kelompok sosial yang paling sering terjadi pada masa remaja adalah :

a. Teman dekat

Biasanya remaja memiliki dua atau tiga teman dekat atau sahabat. Dan pada umumnya teman mereka terdiri dari jenis kelamin dan usia yang sama, mempunyai tujuan, keinginan, dan kemampuan yang sama. Teman dekat ini dapat mempengaruhi satu sama lain dalam berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan remaja.

b. Kelompok kecil

Kelompok ini terdiri dari beberapa kelompok teman-teman dekat. Pada awalnya kelompok ini terdiri dari satu kelompok jenis kelamin yang

(26)

sama, namun kemudian meliputi juga dari kedua jenis kelamin yang berbeda.

c. Kelompok besar

Kelompok ini terdiri dari kelompok kecil dan kelompok teman dekat. Kelompok ini berkrmbang dengan meningkatnya minat untuk bersenang-senang dan menjalin hubungan. Karena besarnnya kelompok ini membuat penyesuaian minat berkurang diantara anggota-anggotanya. Sehingga timbul jarak sosial yang besar diantara mereka.

d. Kelompok yang terorganisir

Kelompok ini merupakan kelompok binaan orang dewasa. Biasanya kelompok ini dibentuk oleh orang dewasa misalnya sekolah ataupun organisasi masyarakat. Kelompok ini di bentuk dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai kelompok besar.

e. Kelompok geng

Kelompok ini terbentuk karena remaja tidak termasuk dalam kelompok atau kelompok besar dan merasa kurang puas dengan kelompok yang terorganisasi akan mengikuti kelompok geng. Anggotanya biasanya terdiri dari anak-anak sejenis yang minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku anti sosial.

f. Fungsi teman sebaya

Penelitian-penelitian yang dilakukan pada sejumlah remaja menunjukan hubungan yang positif dengan teman sebaya menghasilkan penyesuaian

(27)

sosial yang positif juga (Santrock dalam Desmita, 2010). Pernyataan ini diperkuat oleh hartup yang menemukan bahwa pengaruh teman sebaya memberikan fungsi-fungsi sosial dan psikologis yang sangat penting bagi remaja, Hightower juga menyatakan bahwa hubungan teman sebaya yang harmonis selama masa remaja akan menghasilkan kesehatan mental yang positif pada usia setengah baya (Desmita, 2012).

3. Fungsi teman sebaya

Kelly & Hansen (dalam Desmita, 2012) menyebutkan 6 fungsi dari teman sebaya, yaitu :

a. Mengontrol implus-ipmlus negatif. Interaksi dengan teman sebaya membuat remaja belajar bagaimana memecahkan masalah dengan cara-cara lain dengan tidak meluapkan kemarahan langsung.

b. Mendapatkan dukungan emosional dan sosial serta menjadi lebih mandiri. Kelompok teman sebaya memberikan dukungan untuk mencoba peran dan tanggung jawab baru, hal ini membuat berkurangnnya rasa ketergantungan mereka dengan keluarganya. c. Meningkatkan ketrampilan-ketrampilan sosial, mengembangkan

kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara yang lebih dewasa.

d. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku dan sikap mereka dengan menjadi laki-laki dan perempuan muda.

e. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. Dalam kelompok, remaja mencoba untuk mengambil keputusan menurut diri mereka

(28)

sendiri. Mereka menilai sendiri nilai-nilai yang dimilikinya dan yang dimiliki temannya, selanjutnya mereka akan memutuskan mana yang benar menurut mereka. Hal ini dapat membantu remaja dalam mengembangkan penalaran moral mereka.

f. Meningkatkan harga diri. Seorang remaja akan merasa nyaman dan senang ketika dirinya menjadi orang yang disukai dalam kelompoknya.

4. Peran teman sebaya

Remaja memiliki kebutuhan untuk diakui oleh teman atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa bangga apabila diterima dan sebaliknya akan merasa cemas apabila diremehkan oleh teman sebayanya. Bagi remaja, pandangan teman terhadap dirinya merupakan sesuatu yang penting.

Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa peran terpenting dari teman sebaya adalah :

a. Sebagai sumber informasi mengenai dunia keluarga

b. Sumber kognitif, untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan

c. Sumber emosional, untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas diri. Melalui interaksi dengan teman-teman sebaya, anak-anak dan remaja mampu melakukan hubungan sosial. Maka dapat diketahui bahwa teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan.

(29)

Teman sebaya memberikan sebuah dunia tempat para remaja melakukan sosialisasi dalam suasana yang mereka ciptakan sendiri (Santrock, 2007).

E. Kerangka teori

Gambar 1.1 Kerangka teori penelitian (Mu’tadin, 2006)

F. Kerangka konsep

variabel bebas variabel terkait

Gambar 2.2 Kerangka konsep Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok : 1. Pengaruh orang tua 2. Pengaruh teman sebaya 3. Faktor kepribadian 4. Pengaruh iklan Perilaku merokok pada remaja Teman sebaya Iklan rokok Perilaku merokok pada remaja

(30)

G. Hipotesis

Dari uraian hipotesis yang dapat di ajukan adalah terdapat hubungan antara teman sebaya, iklan rokok dengan perilaku merokok di SMK YPT I PURBALINGA

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka teori penelitian  (Mu’tadin, 2006)

Referensi

Dokumen terkait

Pada level teks, peneliti melakukan analisis pada empat teks berita yang menjadi obyek penelitian dengan menggunakan perangkat framing model Pan dan Kosicki yang dikombinasikan

(Bandung : Alumni, 2001), h.120.. Konsep HAM selanjutnya dikemukakan oleh Muhammad Hatta yaitu hak menentukkan nasib sendiri. Perkembangan HAM ini menjadi sangat

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Data beban yang mengalami kondisi puncak pada tanggal tersebut di subsistem 150 kV Gandul – Kembangan – Muara Karang adalah beban pembangkit, beban IBT 500/150 kV dan beban

Data Masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Klik Menu Pencatatan Aktiva/inventaris Menampilkan form Pencatatan Aktiva/inventaris Dapat melihat tabel Pencatatan

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, masa kerja, pengetahuan dan motivasi bidan dengan pelaksanaan program Inisiasi Menyusus Dini di

Perilaku menyimpang karyawan adalah perilaku yang bertujuan untuk merugikan organisasi atau anggotanya (Golparvar et al., 2014). Data kuantitatif adalah data yang

Peserta didik menuliskan lambang-lambang sila Pancasila serta sikap-sikap dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan nilai- nilai yang terkandung dalam sila-sila