• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan :"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 19

CATATAN ATAS PENGELOLAAN PNBP BERDASARKAN TEMUAN BPK PADA LKPP 2010

PENDAHULUAN

PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan Tarif atas Jenis PNBP ditetapkan dalam undang-undang atau Peraturan Pemerintah yang menetapkan jenis PNBP yang bersangkutan

Tarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan :

Dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan usahanya;

Biaya penyelenggaraan kegiatan Pemerintah sehubungan dengan jenis PNBP yang bersangkutan;

Aspek keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat

Trend :

TEMUAN BPK

Pada pemeriksaan LKPP/Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga (LKKL) Tahun 2010 sebagai berikut.

a. Terdapat PNBP yang terlambat disetor ke Kas Negara minimal sebesar

(2)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 20

b. Terdapat PNBP yang belum disetor pada 18 KL sebesar Rp56.464,60 juta dan

PNBP yang digunakan langsung di luar mekanisme APBN sebesar Rp213.752,49 juta,

Sebelumnya pada Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas LKPP Tahun 2009

mengungkapkan adanya PNBP minimal sebesar Rp793,38 miliar yang terlambat dan/atau belum disetor ke Kas Negara dan sebesar Rp70,31 miliar digunakan langsung. Atas permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan agar Pemerintah menerapkan sanksi atas keterlambatan penyetoran PNBP ke Kas Negara.

Permasalahan di atas terjadi karena pimpinan KL tidak mengenakan sanksi atas pegawai yang tidak segera menyetorkan PNBP ke Kas Negara belum tegas. Pemerintah mengakui permasalahan tersebut dan akan meningkatkan ketepatan waktu dan pengelolaan PNBP.

Hal tersebut menunjukkan bahwa temuan BPK atas PNBP merupakan temuan berulang yang harus segera ditindaklanjuti.

IMPLIKASI

Regulasi :

Permasalahan di atas tidak sesuai dengan:

a. UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP Pasal 1 ayat (6), Pasal 4, dan Pasal 5

yang menyatakan bahwa “seluruh PNBP wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara dan seluruh PNBP dikelola dalam sistem APBN”; dan

b. Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 115/KMK.06/2001 tanggal 7

Maret 2001 tentang Tata Cara Penggunaan PNBP pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Pasal 4 menyatakan bahwa “seluruh PNBP pada PTN wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara dan PNBP pada PTN dikelola dalam sistem APBN”.

Pembiayaan :

Permasalahan di atas mengakibatkan kesempatan Pemerintah dalam

mengalokasikan dana sebesar Rp368.969,14 juta untuk tujuan pembiayaan penyelenggaraan negara menjadi tertunda dan penggunaan langsung PNBP sebesar Rp213.752,49 juta tidak akuntabel.

REKOMENDASI

BPK merekomendasikan kembali kepada Pemerintah agar menerapkan sanksi atas keterlambatan penyetoran dan penggunaan langsung PNBP.

(3)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 21

PENGELOAAN PNBP DALAM KERANGKA REGULASI

UU Nomor 20 tahun 1997 tentang PNBP sudah mengatur mengenai penegeloaan PNBP. Pasal 1 ayat (6), Pasal 4, dan Pasal 5 yang menyatakan bahwa “seluruh PNBP wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara dan seluruh PNBP dikelola dalam sistem APBN”

Menteri dapat menunjuk Instansi Pemerintah untuk menagih dan atau memungut PNBP yang Terutang. Instansi Pemerintah yang ditunjuk wajib menyetor langsung PNBP yang diterima ke Kas Negara. Tidak dipenuhinya kewajiban Instansi Pemerintah untuk menagih dan atau memungut dan menyetor PNBP, dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 8 Ayat 1 :

Sebagian dana dari suatu jenis PNBP dapat digunakan untuk kegiatan tertentu

yang berkaitan dengan jenis PNBP tersebut oleh instansi yang bersangkutan. Kegiatan tertentu meliputi kegiatan :

1. Penelitian dan pengembangan teknologi; 2. Pelayanan kesehatan;

3. Pendidikan dan pelatihan; 4. Penegakan hukum;

5. Pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu; 6. Pelestarian sumber daya alam

PP NO 73 TAHUN 1999 mnyebutkan bahwa pemberian ijin penggunaan dan besaran jumlah ditentukan oleh Menteri Keuangan melalui Keputusan Menteri Keuangan, setelah Pimpinan instansi pemerintah mengajukan permohonan yang sedikitnya dilengkapi dengan :

a. tujuan penggunaan dana PNBP antara lain untuk meningkatkan pelayanan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan produktivitas kerja serta meningkatkan efisiensi perekonomian;

b. rincian kegiatan pokok instansi dan kegiatan yang akan dibiayai PNBP; c. jenis PNBP beserta tarif yang berlaku; dan

d. laporan realisasi dan perkiraan tahun anggaran berjalan serta perkiraan untuk 2(dua) tahun anggaran mendatang.

Kegiatan penatausahaan sebagian dana dari PNBP ini dilakukan oleh pimpinan instansi/bendaharawan penerima dan bendaharawan pengguna, yang ditunjuk setiap awal tahun anggaran. Apabila terdapat saldo lebih maka pada akhir tahun anggaran wajib disetor seluruhnya ke Kas Negara.

(4)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 22

PP 22 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan PNBP :

Atas permintaan Pimpinan IP, Instansi Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan terhadap Wajib Bayar yang menghitung sendiri kewajibannya. – Pasal 2

Menteri dapat melakukan koordinasi dengan Instansi Pemerintah dalam rangka Pemeriksaan PNBP. – Pasal 3

Pemeriksaan terhadap Wajib Bayar dan Instansi Pemerintah bertujuan untuk:

a. Menguji efisiensi dan efektifitas pengelolaan PNBP.

b. Menguji kepatuhan atas pemenuhan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP.

c. Melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan PNBP. – Pasal 5 dan 6

CATATAN :

Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) memiliki dua aspek yaitu

aspek pemungutan dan aspek penggunaan. Aspek pemungutan artinya pengelolaan

PNBP terdiri dari kegiatan pemungutan dan kegiatan lain yang terkait dengan pengelolaan kegiatan pemungutan PNBP itu sendiri. Seperti halnya Pajak, maka pemungutan PNBP antara lain memiliki kegiatan pemungutan PNBP, penagihan

PNBP, pemeriksaan PNBP, pengembalian PNBP, pengangsuran PNBP, keberatan

PNBP dan pelaporan PNBP. Sementara itu, Aspek penggunaan artinya hasil

pemungutan PNBP nantinya adapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang

menghasilkan PNBP tersebut.

Karakteristik PNBP yang memiliki dua wajah seperti ini membawa konsekuensi dalam pengelolaan PNBP itu sendiri. Setidaknya dua isu penting terkait pengelolaan PNBP saat ini, sebagai berikut :

1. Mengingat sedemikian banyaknya jenis kegiatan Kementerian/Lembaga

yang menghasilkan barang atau jasa yang dapat dikenakan PNBP, maka proses penetapan jenis dan tarif PNBP pada Kementerian/Lembaga akan

menjadi permasalahan pertama yang dihadapi dalam pengelolaan PNBP.

Bagaimana kita dapat memastikan bahwa semua pungutan tersebut sudah mendapatkan persetujuan dan legalitas dari wakil rakyat.

2. Mengingat pengelolaan PNBP melibatkan puluhan Kementerian/Lembaga

dan ribuan satuan kerja, maka penggunaan dana yang bersumber dari PNBP

menjadi permasalahan kedua yang dihadapi dalam pengelolaan PNBP.

Bagaimana kita dapat membuat satu aturan yang sama untuk semua Kementerian/Lembaga dan semua satuan kerja mengenai mekanisme

penggunaan dana yang bersumber dari PNBP, karena setiap

Kementerian/Lembaga memiliki karakteristik dan pola kerja yang berbeda-beda.

(5)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 23

Saat ini, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP) dan peraturan pelaksanaannya, belum sepenuhnya berhasil

dalam melakukan pengelolaan PNBP khususnya terkait dua isu dasar pemungutan

PNBP dan penggunaan dan pengalokasian dana yang bersumber dari PNBP.

Nampaknya, pengelolaan PNBP memerlukan suatu cara pandang dan metodologi

pemecahan masalah yang baru dan berbeda dengan pendekatan sebelumnya,

sehingga permasalahan-permasalahan PNBP yang saat ini belum terpecahkan,

dapat segera menemukan solusinya.

TINDAK LANJUT PEMERINTAH

- Pengelolaan PNBP, sedang disiapkan draft PMK mengenai pengenaan sanksi

terhadap KL yang tidak mengelola PNBP secara tertib.

- Telah dilaksanakan koordinasi antara Kementerian Keuangan, Kementerian Hukum dan HAM, dan Sekretariat Negara untuk membahas kemungkinan pendelegasian penetapan jenis dan tarif PNBP kepada Menteri Keuangan yang belum ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah, namun disimpulkan bahwa pendelegasian kewenangan dimaksud tidak mempunyai landasan hukum yang kuat. Hal yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan tertib administrasi pengelolaan PNBP adalah dengan mempercepat revisi UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP. Pemerintah saat ini sedang menyiapkan perubahan UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP, di mana salah satu materi perubahan adalah untuk menyeleraskan dengan UU bidang Keuangan Negara, perkembangan kegiatan pelayanan, dan pengaturan mengenai pengenaan sanksi atas pengelolaan PNBP yang tidak tertib

Referensi

Dokumen terkait

(1) Jenis dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada lebih dari satu Instansi Pengelola PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a dapat diatur dalam

c. adanya kebijakan lain yang ditetapkan oleh Instansi Pengelola PNBP berupa ... kondisi lainnya berupa ... Perubahan Tarif atas Jenis PNBP yang Bersifat Kebutuhan Mendesak

Seperti kesepakatan pada saat Rapat Anggota I, yaitu Rp5.000.000,00 tiap perguruan tinggi sehingga biaya perjalanan untuk menghadiri rapat pengurus, simposium, maupun acara

Kedua, buku yang ditulis oleh Muslimin Hamzah, Laksana Awan: Kisah Perjuangan Muhammad Salahuddin, (Bima: Pemkab Bima, 2008). Buku ini membahas tentang perjuangan Muhammad

Pengaruh Ukuran Perusahaan (UP) terhadap Struktur Modal (SM) pada Sektor Pertambangan Periode 2008-2012 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

NO NUPTK NAMA JENJANG TEMPAT TUGAS KECAMATAN PEND USIA MK GOL STATUS PEGAWAI BIDANG STUDI SERTIFIKASI KETERANGAN. 477 9449757659300013 YULIA KURNIAWATI

Adapun yang menjadi unit analisis penelitian ini sebagai actor adalah individu setiap pegawai dalam RAPJ dan para konsumen pengunjung RAPJ, sedangkan place atau tempat

1. Pembinaan dan pengembangan bahan pustaka. Pengembangan koleksi merupakan kegiatan awal dari pembinaan dan pengembangan koleksi perpustakaan yang bertujuan agar