• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema hidup rukun di sekolah mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas II Sekolah Dasar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema hidup rukun di sekolah mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas II Sekolah Dasar - USD Repository"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM SUB TEMA HIDUP RUKUN DI SEKOLAH MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Gabriella Primandari

NIM: 151134100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)

iii

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Untuk ibuku kandungku yang tercinta, Ibu Sulastri Fardaini

yang selalu menyemangatiku dan mengingatkan untuk berserah kepada Tuhan Yesus dalam segala hal.

Kakakku, Yohanes Aris Pamungkan dan adikku Ursula Giovanni Para sahabatku yang memberikan semangat dan penghiburan

(5)

v MOTTO

Doa mengubah kenyataan/realitas, janganlah kita lupakan itu. Baik itu mengubah sesuatu, atau itu mengubah hati kita tetapi selalu berubah! –Paus Fransiscus- Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun dapat dihancurkan oleh orang lain dalam satu malam saja. Tetapi janganlah berhenti dan tetaplah membangun.

–Bunda Theresa-

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan beban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”

(6)
(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Gabriella Primandari

Nomor Mahasiswa : 151134100

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif Dalam Sub Tema Hidup Rukun di Sekolah Mengacu Pada Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas II

Sekolah Dasar

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan semikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 6 Februari 2019 Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM SUB TEMA HIDUP RUKUN DI SEKOLAH MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Gabriella Primandari Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan guru yang menunjukkan perlunya contoh perangkat pembelajaran inovatif mengacu Kurikulum 2013. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran inovatif.

Penelitian ini menggunakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan dari Borg and Gall. Terdapat 10 (sepuluh) langkah pengembangan penelitian menurut Borg and Gall namun peneliti membatasi sampai 7 (tujuh) langkah yaitu 1) potensi masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk, 7) revisi produk, sampai menghasikan produk akhir berupa perangkat pembelajaran inovatif yang terdiri dari Program Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem), silabus, dan RPP dalam sub tema Hidup Rukun di Sekolah mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh kedua pakar perangkat pembelajaran inovatif, satu guru kelas II SD, dan satu teman sejawat melalui uji coba terbatas, pakar perangkat pembelajaran inovatif pada model pembelajaran

Cooperative Learning Tipe NHT memberikan skor 4,46 dengan kategori “sangat

baik”, sedangkan pada model pembelajaran Quantum memberikan skor 4,45 dengan kategori “sangat baik”. Perangkat pembelajaran inovatif mendapat rerata skor 4,45 dengan kategori “sangat baik”. Skor tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema Hidup Rukun di Sekolah yang dikembangkan memiliki kualitas “sangat baik”.

(9)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF INNOVATIVE LEARNING DEVICE IN SUB-THEMES OF LIVING IN HARMONY IN SCHOOLS REFERS TO CURRICULUM 2013 FOR CLASS II OF ELEMENTARY SCHOOLS

STUDENTS

Gabriella Primandari University of Sanata Dharma

2019

This research was conducted based on needs analysis which shows the need for examples of innovative learning tools referring to the Curriculum 2013. The purpose of this study is to produce a product in the form of innovative learning tools in the sub-theme of Living in Harmony in Schools refers to the Curriculum 2013 for grade II of elementary school students.

This study uses the steps of research and development by Borg and Gall. There are 10 (ten) steps in developing the research according to Borg and Gall, but the researcher limits the steps to 7 (seven) steps, namely 1) potential problems, 2) data collection, 3) product design, 4) validation design, 5) revision of the design, 6) product trial, and 7) product revision, to produce the final product in the form of innovative learning tools. The final product consisted of the Annual Program (Prota), Semester Program (Prosem), syllabus, and lesson plans in the sub-theme of Living in Harmony in Schools refers to the Curriculum 2013 for Grade II of elementary school students.

Based on the results of the validation conducted by the two experts of innovative learning tools, one teacher of grade II of elementary school, and one colleague through limited trials, the experts of innovative learning tools gave a score of 4.46 with the category "very good" in the Cooperative Learning Model Type NHT, while in the Quantum Learning model, the researcher got a score of 4.45 with the category "very good". Innovative learning tools, the researcher got a mean score of 4.45 with the category "very good". The score showed that the innovative learning tools in the sub-theme of Living in Harmony in the Schools developed have a "very good" quality.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif Dalam Sub Tema Hidup Rukun

di Sekolah Mengacu Pada Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan terwujud seperti adanya sekarang ini. Karena itu, dengan hati yang tulus, perkenankanlah peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi PGSD. 4. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbing dan membantu penelitian dengan penuh kesabaran dan kebijakan.

5. Drs. Abu Yamin selaku Kepala Sekolah SDN Dayuharjo, Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah.

(11)

xi

7. Deny Setiawan, S.Pd. selaku validator perangkat pembelajaran inovatif yang telah memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian pengembangan ini.

8. Muhammad Yulianto, S.Pd.SD. selaku validator perangkat pembelajaran inovatif yang telah memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian pengembangan ini.

9. Kelas IIA SDN Dayuharjo Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019 yang memberikan waktu kepada peneliti untuk bekerja sama selama penelitian berlangsung.

10.Ibu kandung peneliti yaitu Sulastri Fardaini, S.E. yang telah memberikan dukungan materi maupun moril kepada peneliti.

11.Kakaku Yohanes Aris Pamungkas dan adikku Ursula Giovanni.

12.Agustinus Excel Prasetya Aji sebagai penyemangat dan motivator peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Sahabat-sahabatku Herlin, Dinda, Intan, Dara, Dipta, dan Mia, serta nama-nama yang belum disebutkan telah senantiasa sudah mendukung peneliti selama penelitian berlangsung

14.Teman-teman mahasiswa payung perangkat pembelajaran inovatif yang selalu memberikan bantuan dan motivasi kepada peneliti.

15.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungannya.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini terdapat banyak keterbatasan dan kekurangan, maka peneliti membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi pihak pembaca.

Yogyakarta, 6 Februari 2019 Peneliti

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Istilah ... 4

F. Spesifikasi Produk ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Karakteristik Kurikulum SD 2013 ... 9

(13)

xiii

3. Perangkat Pembelajaran ... 20

4. Pembelajaran Inovatif ... 25

B. Penelitian yang Relevan ... 34

C. Kerangka Pikir ... 36

D. Pertanyaan Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Setting Penelitian ... 43

C. Prosedur Pengembangan ... 44

D. Uji Coba Terbatas ... 47

1. Subjek Uji Coba Terbatas ... 47

2. Instrumen Penelitian ... 47

3. Teknik Pengumpulan Data ... 56

4. Teknik Analisis Data ... 58

E. Jadwal Penelitian ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Analisis Kebutuhan ... 62

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 62

2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 68

B. Desain Awal Produk ... 69

C. Validasi Ahli dan Revisi Produk ... 73

1. Data Validasi Pakar Perangkat Pembelajaran Inovatif ... 73

2. Revisi Produk ... 80

D. Uji Coba Terbatas ... 82

1. Data Uji Coba Terbatas ... 82

2. Revisi Produk ... 88

E. Kajian Produk Akhir ... 89

F. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 91

1. Hasil Penelitian ... 91

(14)

xiv

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN, DAN

SARAN ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Keterbatasan Pengembangan ... 97

C. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

LAMPIRAN ... 103

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literature Map ... 36 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 38 Gambar 3.1 Langkah-langkah Peneliti dan Pengembangan Menurut Borg

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ... 48

Tabel 3.2 Pedoman Observasi Guru... 49

Tabel 3.3 Pedoman Observasi Siswa ... 51

Tabel 3.4 Pedoman Lembar Validasi NHT ... 51

Tabel 3.5 Pedoman Lembar Validasi Quantum ... 54

Tabel 3.6 Konversi Nilai Skala Lima ... 59

Tabel 3.7 Acuan Konversi Penelitian Kualitas Produk ... 60

Tabel 3.8 Jadwal penelitian ... 61

Tabel 4.1 Komentar Pakar dan Revisi Model Cooperative Learning tipe Number Head Together (NHT) ... 77

Tabel 4.2 Komentar Pakar dan Revisi Model Pembelajaran Quantum ... 79

Tabel 4.3 Komentar Guru SD Kelas II dan revisi Model Pembalajaran Cooperarif Learning tipe NHT ... 85

Tabel 4.4 Komentar Guru SD Kelas II dan revisi Model Pembelajaran Quantum ... 86

Tabel 4.5 Komentar Teman Sejawat dan revisi Model Pembelajaran Cooperarif Learning tipe NHT ... 87

Tabel 4.6 Komentar Teman Sejawat dan revisi Model Pembelajaran Quantum ... 87

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara ... 104

Lampiran 2 : Pedoman Observasi ... 105

Lampiran 3 : Rangkuman Hasil Wawancara ... 107

Lampiran 4 : Hasil Observasi Guru ... 115

Lampiran 5 : Hasil Observasi Siswa ... 118

Lampiran 6 : Pernyataan validasi produk perangkat pembelajaran inovatif ... 119

Lampiran 7 : Pernyataan uji coba produk pada guru ... 125

Lampiran 8 : Pernyataan uji coba produk pada siswa ... 127

Lampiran 9 : Hasil Validasi Produk Pakar 1 ... 128

Lampiran 10 : Hasil Validasi Produk Pakar 2 ... 142

Lampiran 11 : Hasil Uji Coba Dinilai Oleh Guru SD ... 156

Lampiran 12 : Hasil Uji Coba Dinilai Oleh Teman Sejawat ... 164

Lampiran 13 : Surat Wawancara dan Observasi ... 172

Lampiran 14 : Surat Izin Penelitian ... 173

Lampiran 15 : Surat Pernyataan Kepala Sekolah ... 174

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh sebab itu, pendidikan sangat membutuhkan kurikulum agar mampu mengembangkan potensi peserta didik sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya karena pendidikan dan kurikulum saling berkaitan.

Menurut Daryanto (2014:01), kurikulum merupakan suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya. Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya. Dalam menjalankan suatu kurikulum tentunya terdapat suatu perangkat pembelajaran yang berguna sebagai acuan dalam pelaksanaan kurikulum tersebut.

(19)

Pembelajaran inovatif sangat dianjurkan untuk diterapkan pada sekolah dasar karena pembelajaran inovatif dapat membuat peserta didik lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran inovatif secara ideal berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Pembelajaran inovatif juga dapat membuat siswa bersemangat karena adanya media-media yang mendukung dalam proses pembelajaran. Model-model pembelajaran yang terdapat dalam pembelajaran inovatif juga sangat banyak dan dapat membuat siswa lebih tertarik lagi karena tidak hanya guru yang menerangkan semua materi. Namun dalam pelaksanaan di lapangan, guru kurang memahami mengenai penerapan pembelajaran inovatif. Kondisi ini terbukti saat peneliti melakukan wawancara dan observasi pada bulan April di SD Negeri Percobaan 2 dan SD Negeri Dayuharjo yang menerapkan Kurikulum 2013.

(20)

pembelajaran inovatif menjadi terbengkalai. Di sisi lain guru juga kurang pembekalan mengenai pembelajaran inovatif dan kurangnya kreativitas pada guru dalam pembuatan media. Guru menyatakan bahwa beliau membutuhkan perangkat pembelajaran inovatif untuk setiap proses pembelajarannya.

Kesimpulan yang dapat peneliti ambil dari hasil wawancara dan observasi yaitu guru sangat membutuhkan perangkat pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan pada kelas bawah terutama untuk kelas II dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi. Oleh karena itu, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai pengembangan perangkat pembelajaran inovatif. Peneliti memilih sub tema “Hidup Rukun di Sekolah” karena peneliti tertantang untuk mengulas lebih dalam mengenai materi-materi yang ada di dalam sub tema tersebut. Peneliti mengambil subyeknya kelas II dikarenakan anak kelas bawah perlu mulai diberikan pembelajaran inovatif yang menggunakan model dan media konkret dalam setiap pembelajarannya. Peneliti juga memilih SD Negeri Dayuharjo karena menurut peneliti, murid-murid SD Negeri Dayuharjo sangat jarang bahkan tidak pernah untuk diajarkan menggunakan pembelajaran inovatif dan guru yang mengajarnya belum paham betul seperti apa pembelajaran inovatif. Pengembangan pembelajaran inovatif yang peneliti gunakan yaitu model pembelajaran

Cooperative Learning tipe Number Head Together (NHT) dan model

(21)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema Hidup Rukun di Sekolah Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema Hidup Rukun di Sekolah Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran inovatif agar bisa diterapkan nanti saat sudah menjadi guru.

2. Bagi guru

Guru dapat meningkatkan kemampuan guru agar dapat menerapkan kualitas pembelajaran inovatif supaya siswa lebih mudah memahami materi dengan baik.

3. Bagi sekolah

Sekolah dapat meningkatkan kualitas perangkat pembelajaran inovatif dan mendorong proses pembelajaran agar menjadi lebih baik.

4. Bagi Prodi PGSD

Melalui proses penelitian Reasearch and Development (RnD), prodi PGSD memiliki perangkat pembelajaran inovatif untuk sub tema Hidup Rukun di Sekolah kelas II yang mengacu pada kurikulum SD tahun 2013.

E. Batasan Istilah

(22)

dengan pembelajaran pada umumnya dan tidak hanya berpusat pada guru tetapi berpusat juga pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator.

2. Perangkat pembelajaran inovatif adalah rencana kegiatan yang dilaksanakan untuk membuat siswa ikut berpartisipasi aktif dan rencana kegiatan tersebut terdiri atas program tahunan (prota), program semester (promes), silabus, dan RPP.

3. Kurikulum SD 2013 adalah kurikulum yang digunakan untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang meningkatkan dan menyeimbangkan soft skill dan hard skill peserta didik agar pemikiran tentang masa depan dapat berkembang.

4. Model pembelajaran inovatif Cooperative Learning tipe Number Head

Together (NHT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang

dirancang melalui penomoran untuk pembuatan kelompok pada saat proses pembelajaran berlangsung yang digunakan untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. 5. Model pembelajaran inovatif Quantum adalah model pembelajaran yang

dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat dalam proses pembelajaran dengan lingkungan dan dengan segala nuansanya sehingga membuat siswa lebih aktif.

F. Spesifikasi Produk

1. Cover

Cover depan produk terdiri atas judul pengembangan perangkat

(23)

2. Ukuran Kertas

Produk dicetak dalam ukuran kertas A4 dengan berat 70 gram sedangkan sampul dicetak dengan kertas ivory 230 supaya terlihat kokoh.

3. Format Tulisan

Produk ditulis menggunakan theme font “Times New Roman” dengan spasi 1,5 supaya setiap bagian dalam RPP terlihat jelas.

4. Kata Pengantar

Kata pengantar terdiri atas ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa; penjelasan kerangka berpikir seputar pembelajaran inovatif; ucapan terimakasih kepada pihak yang membantu dan terlibat dalam penyusun produk; dan kesediaan penulis dalam menerima kritik dan saran terkait dengan produk yang dikembangkan.

5. Daftar Isi

Daftar isi terdiri atas garis besar isi buku beserta nomor halaman.

6. Perangkat pembelajaran inovatif terdiri dari program tahunan (prota), program semester (promes), silabus, dan RPP.

7. Perangkat Pembelajaran Program Tahunan (Prota)

Rencana umum pelaksanaan pembelajaran muatan pelajaran berisi antara lain rencana penetapan alokasi waktu satu tahun pembelajaran. Prota dibuat sesuai dengan kalender tahun pelajaran baru. Komponen-komponen dalam menyusun Program Tahunan (Prota): identitas (antara lain muatan pelajaran, kelas, tahun pelajaran) dan format isian (antara lain tema, subtema, dan alokasi waktu).

8. Perangkat Pembelajaran Program Semester (Promes)

(24)

9. Perangkat Pembelajaran Silabus

Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum berisikan garis-garis besar materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan rancangan penilaian. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. 10.Perangkat pembelajaran RPP disusun lengkap terdiri atas a) identitas

RPP; b) kompetensi inti; c) kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran; d) pendekatan, tipe dan metode; e) sumber belajar; f) langkah pembelajaran; g) penilaian; h) lampiran yang berisi rangkuman materi, LKS, media dan rubrik penskoran yang berjumlah 6 (enam) set. 11.Mengandung Karakteristik Kurikulum SD 2013.

Karakteristik pembelajaran terpadu memuat unsur keterpaduan antara mata pelajaran yang akan diajarkan, dan saintifik yang dikembangkan, adalah 5M yaitu: mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan yang akan diaplikasikan di dalam kegiatan inti. Kemudian adanya penilaian otentik yaitu penilaian proses dari pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kurikulum 2013 terdapat pendidikan karakter pada siswa dan kemampuan berpikir tinggi yaitu menerapkan Taksonomi Bloom mulai dari C4 sampai C6.

12.Mengembangkan Keterampilan Belajar Abad 21

Mengembangkan empat keterampilan 4C yaitu berpikir kritis (critical

thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kerjasama (collaborative),

dan komunikatif (communicative).

13.Penjelasan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Number Head Together (NHT)

Model pembelajaran Cooperative Learning tipe Number Head Together

(NHT) terdiri dari pengertian model pembelajaran Cooperative Learning

(25)

(NHT); serta kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Cooperative

Learning tipe Number Head Together (NHT).

14.Penjelasan Model Pembelajaran Quantum

Model pembelajaran Quantum terdiri dari pengertian model pembelajaran

Quantum; langkah-langkah pengembangan model pembelajaran

Quantum; dan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Quantum.

15.Soal post test Mengacu pada Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar Terdapat 6 (enam) set soal post test untuk setiap satu sub tema yang diberikan pada akhir pembelajaran.

16.Menggunakan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

(26)

9 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Karakteristik Kurikulum SD 2013

Sebelum membahas lebih dalam mengenai Kurikulum 2013, lebih baik memahami mengenai kurikulum terlebih dahulu. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Terdapat juga pendapat menurut Daryanto (2014: 01), kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya. Sedangkan terdapat pendapat lain mengenai kurikulum adalah masalah yang tidak sebatas pada merumuskan desain atau program pembelajaran di kelas, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar dalam arti yang lebih luas (Sanjaya dalam buku Yani, 2014: 06).

Berdasarkan pengertian kurikulum yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas maka peneliti definisi kurikulum adalah seperangkat rencana yang tertulis dan terdiri dari beberapa mata pelajaran yang berguna untuk membangun generasi muda bangsa yang lebih baik lagi dengan lingkungan belajar yang lebih luas.

(27)

International Student Assesment (PISA) merujuk pada suatu simpulan bahwa prestasi peserta didik Indonesia tertinggal dan terbelakang (Mulyasa, 2013: 60). Menurut Fadillah (2014: 16), Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang meningkatkan dan menyeimbangkan soft skill dan

hard skill yang meliputi aspek kompetensi, sikap, dan keterampilan.

Menurut penelitian di atas dapat disimpulkan Kurikulum 2013 yaitu kurikulum yang digunakan untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang meningkatkan dan menyeimbangkan soft skill dan hard skill peserta didik agar pemikiran tentang masa depan dapat berkembang.

Terdapat karakteristik Kurikulum 2013 memuat 5 hal yaitu pendekatan saintifik, pembelajaran terpadu, pendidikan karakter, mengandung High Order Thinking Skill (HOTS), dan penilaian otentik.

a. Pembelajaran Terpadu

Menurut Fogarty (Susanto, 2013: 94), menyebutkan pembelajaran terpadu memungkinkan serta ilustrasi pembelajaran yang dapat mencapai beberapa target konsep yang ada dalam beberapa mata pelajaran. Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan atau bidang studi atau berbagi materi dalam satu sajian pembelajaran keterangan seperti ini disebut juga dengan kurikulum atau pengajaran lintas studi (Daryanto, 2014: 42). Menurut Joni (dalam Murfiah, 2017: 10), pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Sedangkan karakteristik pembelajaran terpadu menurut Depdiknas (Trianto, 2010) yaitu

1) Berpusat pada siswa

(28)

menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan untuk melakukan aktivitas belajar kepada siswa 2) Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran terpadu memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pembelajaran langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak di kemudian hari.

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran terpadu pemisahan antarmata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Hal ini karena fokus pembelajaran diarahkan kepada pembelajaran terhadap tema-tema yang paling dekat serta berkaitan dengan kehidupan siswa. 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran terpadu menyediakan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5) Bersifat fleksibel

Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana siswa dan sekolah tersebut berada.

6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

(29)

Dari buku di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu pembelajaran yang diawali satu pokok bahasan atau tema dan konsep yang terkait antara satu dengan yang lainya. Selain itu karakteristik dari pembelajaran terpadu yaitu siswa dalam pembelajaran terpadu diibaratkan sebagai subjek belajar sedangkan guru hanya menjadi fasilitator bagi siswa dan memberikan pengalaman langsung atau nyata bagi siswa. Dalam pembelajaran terpadu, pemisahan antara mata pelajaran satu dengan lainya tidak begitu jelas karena setiap mata pelajaran tersebut terkait sehingga siswa kesulitan membedakan pemindahan dari mapel satu ke mata pelajaran lain.

b. Pendekatan Saintifik

1) Pengertian Pendekatan Saintifik

Menurut Hosnan (2014: 34) pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Terdapat pendapat lain yaitu menurut Yani (2014: 121), pendekatan saintifik diartian sebagai pembelajaran keterampilan proses sains yang dapat mengembangkan sikap ilmiah dan membina keterampilan belajar yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk keterampilan individu dalam mengembangkan dirinya secara mandiri.

(30)

2) Karakteristik Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Hosnan (2014: 36) menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) berpusat pada siswa; (2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukuman, atau prinsip; (3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa; (4) dapat mengembangkan karakter siswa.

Dari ahli di atas dapat dikatakan bahwa karakteristik pembelajaran saintifik yaitu mengembangkan karakteristik siswa untuk lebih aktif dalam memahami suatu materi pembelajaran dengan proses berpikir tingkat tinggi.

3) Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Hosnan (2014: 36-37) mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut: (1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; (2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik; (3) terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan; (4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi; (5) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah; (6) untuk mengembangkan karakter siswa.

(31)

4) Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Menurut Hosnan (2014: 37), prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran berpusat pada siswa; (2) pembelajaran membentuk

student self concept; (3) pembelajaran terhindar dari verbalisme;

(4) pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasikan dan mengakomodasi konsep, hukuman, dan prinsip; (5) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa; (6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru; (7) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat kemampuan dalam komunikasi; (8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikontruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

Dalam ahli di atas dapat dikatakan bahwa prinsip dari pendekatan saintifik yaitu dalam proses pembelajaran siswa yang lebih mendominasi untuk melakukan kegiatan dibandingkan dengan guru, di sini guru hanya sebagai fasilitator siswa.

5) Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

a) Mengamati (Observing)

(32)

menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekaman, dan alat-alat tulis lainnya. (Hosnan, 2014: 39-40) b) Menanya (Questing)

Menanya menurut Kemendikbud mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Membangkitkan rasa ingi tahu, minat, dan perhatian peserta didik

2. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

3. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas pembelajaran yang diberikan.

4. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, serta menggunakan bahasa yang baik dan benar.

5. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik kesimpulan.

6. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

(33)

c) Mengumpulkan Informasi

Dengan melakukan eksperimen, peserta didik akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari pendidik dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan peserta didik.

d) Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar (Associating) Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 menyatakan bahwa menalar adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

e) Mengomunikasikan pembelajaran

Hosnan (2014: 75-76) menyatakan bahwa kegiatan mengomunikasikan dapat mempresentasikan hasil temuannya untuk kemudian ditampilkan di depan khalayak ramai sehingga rasa berani dan percaya diri dapat lebih terasah. Peserta didik yang lain pun dapat memberikan komentar, kritik, saran, ataupun perbaikan mengenai apa yang dipresentasikan oleh rekannya. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola. Menurut Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 menyatakan bahwa kegiatan ini adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,atau media lainnya.

(34)

untuk mengalami secara langsung); menganalisi (siswa mampu memahami apa yang telah diamati dan telah dilakukan tadi); mengkomunikasikan (siswa mampu menerangkan materi pelajaran apa yang telah dipelajarinya). Jadi inti pendekatan saintifik yaitu seorang pendidik mampu membentuk konsep pengetahuan kepada peserta didik melalui tahapan yang rendah ke tahapan yang lebih tinggi supaya siswa paham betul.

c. Penguatan Pendidikan Karakter

Menurut Mulyasa (2013: 7), pendidikan karakter tidak hanya menekankan kepada penguasaan kompetensi siswa, melainkan juga pembentukan karakter. Sesuai dengan KI (Kompetensi Inti) yang sudah ditentukan oleh Kemendikbud, KI 1 dan KI 2 berkaitan dengan tujuan pembentukan karakter siswa, sedangkan KI 3 dan KI 4 berkaitan dengan penguasaan kompetensi siswa. Hal lain disampaikan oleh Doni Koesoema (2015: 124), pendidikan karakter adalah pola pendidikkan yang lebih berkaitan dengan proses penanaman nilai-nilai tertentu dalam diri anak didik di sekolah. Menurut pemaparan dari para ahli mengenai pendidikan karakter, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah proses di mana peserta didik dapat menghayati nilai-nilai tertentu yang terkandung dalam kompetensi siswa dari KI 1 dan KI 2 berkaitan dengan tujuan pembentukan karakter siswa.

d. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)

Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) adalah suatu proses berpikir anak didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran (Saputra, 2016: 91).

(35)

informasi dan ide-ide dengan mengeksplorasi pengalaman yang kompleks, reflektif dan kreatif yang dilakukan secara sadar.

e. Penilaian Otentik

Menurut Daryanto (2014: 113), penilaian otentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Sedangkan menurut Kunandar (2014: 35), penilaian otentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di kompetensi inti dan kompetensi dasar. Menurut Hosnan (2014: 387), penilaian otentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Berdasarkan pengertian penilaian otentik yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas maka peneliti mendefinisikan penilaian otentik adalah kegiatan pengumpulan data mengenai penilaian peserta didik atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan saat melakukan kegiatan yang sesuai dengan kompetensi yang ada di kompetensi inti dan kompetensi dasar.

2. Keterampilan Dasar Belajar Abad 21

(36)

literasi dengan maksimal tentunya akan mendapatkan pengalaman belajar lebih dibanding dengan peserta didik lainnya. Pendidikan Abad 21 merupakan pendidikan yang mengintegrasikan antara kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap TIK (Teknologi, Informasi, dan Komunikasi). Kecakapan tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai model pembelajaran berbasis aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran. Kecakapan yang dibutuhkan di abad 21 juga merupakan keterampilan berpikir lebih tinggi (High Order Thinking Skills (HOTS)) yang sangat diperlukan dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global (Panduan Implementasi Kecakapan Abad 21 Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Atas, 2017:04-05).

Kompetensi Abad 21 yang meliputi keterampilan hidup dan karier; keterampilan inovasi dan belajar yang kemudian dikenal dengan istilah 4C (critical thinking, communication, collaboration, dan creativity) (Yani dan Mamat, 2018: 47).

a. Critical Thinking

Berpikir kritis merupakan proses kognitif untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi secara cerdas. Kemampuan dalam berpikir kritis dapat membantu dalam memecahkan masalah, mempermudah pekerjaan, dapat mencari solusi, mampu menentukkan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Dalam pembelajaran, berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skills/HOTS) yang dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual peserta didik. Untuk melatih berpikir kritis dapat melalui pemberian pengalaman yang bermakna.

b. Communication Skills

(37)

yang sesuai dalam mengelola pertukaran pesan verbal dan nonverbal berdasarkan patokan-patokan tertentu.

c. Creativity

Kreativitas atau daya cipta adalah proses mental yang memunculkan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuan, kreativitas merupakan pemikiran berdaya cipta (creative thinking) yang dianggap memiliki keaslian gagasan, gagasannya lebih baik, dan usulan dapat mengatasi masalah yang dihadapi.

d. Collaboration

Kolaborasi adalah bentuk interaksi sosial yaitu aktivitas kerjasama yang ditunjukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami tugas masing-masing. Dalam kolaborasi melibatkan tugas, setiap orang mengerjakan pekerjaannya sesuai tanggung jawab demi tercapainya tujuan bersama. Kurikulum 2013 dan pembelajaran abad 21 menuntut adanya kompetensi kolaboratif. Untuk mengembangkan kompetensi kolaboratif, pembelajaran yang disarankan antara lain melalui belajar aktif, konstruktif, kontekstual, dan bersifat sosial.

Dapat disimpulkan bahwa keterampilan belajar abad 21 menurut peneliti adalah pada pendidikan abad 21 dituntut untuk mengintegrasikan antara kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap TIK, sehingga peserta didik mampu menghadapi tantangan global yang mengedepankan keempat keterampilan abad 21 atau 4C.

3. Perangkat Pembelajaran

(38)

perangkat pembelajaran inovatif merupakan suatu perangkat dimana setiap guru pada suatu pendidikan berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran yang berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi siswa untuk berpatisipasi aktif. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapar berupa: a. Program Tahunan (Prota); b. Program Semester (Prosem); c. silabus; d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

a. Program Tahunan (Prota)

Menurut Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar tahun 2016, program tahunan adalah rencana umum pelaksanaan pembelajaran muatan pelajaran berisi antara lain rencana penetapan alokasi waktu satu tahun pembelajaran. Program tahunan dibuat sesuai dengan kalender pendidikan. Komponen-komponen dalam menyusun Program Tahunan: identitas (antara lain muatan pelajaran, kelas, tahun pelajaran) dan format isian (antara lain tema, subtema, dan alokasi waktu) sedangkan menurut Kunandar (2014: 03), program tahunan adalah program umum yang berisikan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran yang akan dilakukan guru selama satu tahun pelajaran dan dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan sebagai pedoman bagi pengembangan program-program selanjutnya.

Berdasarkan pengertian program tahunan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas maka peneliti mendefinisikan program tahunan adalah program yang secara terstruktur telah dibentuk yang dilaksanakan untuk satu tahun pembelajaran sesuai dengan kalender pendidikan dan berisikan kegiatan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu.

b. Program Semester (Prosem)

(39)

program tahunan. Program semester dilihat melalui kalender pendidikan. Program Semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Beberapa komponen yang sudah ada dalam program tahunan tinggal memindah saja (tema dan sub tema). Sedangkan menurut Kunandar (2014: 03), program semester adalah program yang berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanaan dan dicapai oleh guru dalam selama satu semester. Berdasarkan pengertian program semester yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas maka peneliti mendefinisikan program semester adalah program yang secara terstruktur telah dibentuk yang dilaksanakan untuk satu semester pembelajaran sesuai dengan kalender pendidikan dan berisikan kegiatan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu dan merupakan turunan dari program tahunan.

c. Silabus

(40)

kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Menurut Permendikbud Nomor 22 revisi tahun 2016, terdapat komponen silabus yaitu

1) identitas mata pelajaran;

2) identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas; 3) kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial

mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;

4) kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;

5) tema;

6) materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;

7) pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan; 8) penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;

9) alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan

10)sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

(41)

pembelajaran, penilaian/evaluasi, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat pembelajaran.

d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Menurut Daryanto (2014: 84), rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kompetensi inti dan dijabarkan dalam silabus. Terdapat pendapat lain menurut Trianto (2009: 214), rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud adalah rencana pelaksanaan pembelajaran berorientasi pembelajaran terpadu yang menjadi pedoman bagi guru dalam proses belajar mengajar. Terdapat pemaparan menurut Majid dan Rochman (2014: 261), rencana pelaksanaan kegiatan adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.

Menurut Permendikbud Nomor 22 Revisi Tahun 2016, terdapat komponen RPP yaitu:

1) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; 2) identitas mata pelajaran atau tema/subtema; 3) kelas/semester;

4) materi pokok;

5) alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;

(42)

7) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;

8) materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi;

9) metode pembelajaran digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;

10)media pembelajaran berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran;

11)sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;

12)langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan

13)penilaian hasil pembelajaran.

Berdasarkan pengertian rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas maka peneliti definisi rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana kegiatan yang dilaksanakan untuk satu pembelajaran sebagai pedoman kegiatan pembelajaran dan telah dijabarkan dalam silabus dan saat pembelajaran menggunakan media dan model yang bervariasi.

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa perangkat pembelajaran inovatif merupakan rencana kegiatan yang dilaksanakan untuk membuat siswa ikut berpartisipasi aktif dan rencana kegiatan tersebut terdiri dari program tahunan (prota), program semester (prosem), silabus, dan RPP.

4. Pembelajaran Inovatif

a. Hakikat Pembelajaran Inovatif

(43)

tinggi (HOTS). Pembelajaran inovatif menjadi salah satu cara/solusinya. Tujuan pembelajaran inovatif yaitu agar siswa menjadi lebih aktif dan tidak mudah merasa bosan saat pembelajaran berlangsung.

Menurut Sunaryo, dkk (2009: 207), mengemukakan bahwa inovasi adalah gagasan, perbuatan, atau suatu yang baru dalam konteks sosial tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi. Jadi menurut Suyatno (2009: 06), pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas gagasan yang baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru yang membuat siswa lebih aktif sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Pembelajaran inovatif merupakan suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional) (Nurdin dan Hamzah, 2015:106). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang guru dengan sedemikian rupa dengan wujud gagasan baru sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya dan tidak hanya berpusat pada guru tetapi berpusat juga pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator.

b. Prinsip Pembelajaran Inovatif

(44)

c. Keunggulan Pembelajaran Inovatif

Mulyasa (2016) menyatakan bahwa keunggulan dari pembelajaran inovatif adalah

1) Membangun pengalaman belajar peserta didik dengan berbagai keterampilan proses sehingga mendapatkan pengalaman, pemahaman, keterampilan, dan pengetahuan baru.

2) Menciptakan peserta didik yang aktif (melakukan pengamatan, melakukan penyelidikan, melakukan percobaan, mengidentifikasi, menganalisis, merefleksikan, dsb).

3) Mencipatakan peserta didik yang kreatif (mencari hal-hal yang baru, melakukan percobaan, menuliskan kesimpulan, melaporkan hasil kreativitas).

4) Mencipatakan peserta didik yang efektif (mengerjakan lembar tugas, belajar kelompok, tepat waktu mengumpukan hasil, disiplin dalam belajar).

5) Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (belajar sambil bermain, tidak merasa tertekan, lebih akrab dengan guru, belajar di luar kelas, belajar sambil menyanyi).

d. Model Pembelajaran

1) Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Number Head

Together (NHT)

a) Pengertian Number Head Together (NHT)

Menurut Trianto (2009: 82), Number Head

Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama

merupakan jenis pembelajaraan kooperatif yang di rancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisonal. Selain itu terdapat juga pengertian model pembelajaran Number Head

Together (NHT) adalah model pembelajaran di mana guru

(45)

(Yatim, 2009: 277). Lalu terdapat pendapat menurut Komalasari (2010: 62) Number Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran di mana setiap siswa di beri nomor dan di buat kelompok yang kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

Dari beberapa pendapat di atas dari para ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Number Head Together (NHT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dirancang melalui penomoran untuk pembuatan kelompok pada saat proses pembelajaran berlangsung yang digunakan untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

b) Kelebihan dan Kekurangan Numbered Head Together (NHT) Penerapan model pembelajaran Cooperative

Learning tipe Numbered Head Together (NHT) memiliki

beberapa kelebihan dan juga kekurangan. Hal itu sesuai dengan pendapat Hamdayama (2014: 177) yaitu: (1) melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain (2) melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya. (3) memupuk rasa kebersamaan. (4) membuat siswa terbiasa dengan perbedaan.

Sejalan dengan itu, Hamdani (2011: 90), menyatakan kelebihan Number Head Together (NHT), yaitu

1. Setiap siswa menjadi aktif semua.

2. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Kelemahan Number Head Together (NHT), yaitu

(46)

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tipe Number

Head Together (NHT) mempunyai kelebihan dan

kekurangannya masing-masing namun untuk mengatasi kekurangan tersebut, guru bisa memberikan pre-test untuk mengetahui kemampuan siswa, dan untuk memfasilitasi siswa. Dalam pelaksanaan Number Head Together (NHT), guru harus memberikan fasilitas yang mendukung dari segi sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam pembelajaran tersebut. Untuk siswa yang belum dipanggil, guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa tersebut pada pertemuan berikutnya, dan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi, dapat dilihat melalui hasil evaluasi yang dilakukan setiap akhir siklus.

c) Sintaks atau Langkah-langkah Number Heads Together (NHT)

Number Heads Together merupakan salah satu

strategi pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spenser Kagan (1993) dalam Aris Shoimin (2014: 107). Model NHT mengacu pada belajar kelompok siswa, masing-masing anggota memiliki bagian tugas (pertanyaan) dengan nomor yang berbeda.

Berikut ini sintaks model pembelajaran Number Heads

Together (NHT) menurut Ibrahim (2000: 29) :

1. Persiapan

Guru mempersiapkan rencana pelajaran dengan membuat skenario pembelajaran, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

(47)

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 2-3 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin, dan kemampuan belajar.

3. Tiap Kelompok Harus Memiliki Buku Paket atau Buku Panduan

Dalam kelompok, tiap kelompok wajib memiliki buku paket atau buku panduan agar mempermudah siswa dalam menyelesaikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) atau masalah yang diberikan oleh guru.

4. Belajar Bersama

Saat belajar bersama, guru membagikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

5. Pemanggilan Nomor

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama maju ke depan dan menyampaikan jawaban kepada siswa lainnya di kelas.

6. Memberikan Kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

2) Model Pembelajaran Quantum

a) Pengertian Model Pembelajaran Quantum

(48)

dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat bagi siswa. Terdapat pengertian model pembelajaran Quantum merupakan pembelajaran yang memadukan (mengintegrasikan), menyinergi, dan mengkolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (Hosnan, 2014: 356). Terdapat pendapat lain menurut Aris Shoimin (2014: 138-139),

Quantum adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan

segala nuansanya. Quantum juga menyertakan segala kaitan antara, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.

Menurut pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran Quantum adalah model pembelajaran yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat dalam proses pembelajaran dengan lingkungan dan dengan segala nuansanya, sehingga membuat siswa lebih aktif. b) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Quantum

Model pembelajaran Quantum memiliki kelebihan dan kekurangan. Sunandar (2012) menyatakan kelebihan model pembelajaran Quantum sebagai berikut:

1. Selalu berpusat pada apa yang masuk akal bagi siswa. 2. Menumbuhkan dan menimbulkan antusiasme siswa. 3. Adanya kerjasama.

4. Menawarkan ide dan proses cemerlang dalam bentuk yang enak dipahami siswa.

5. Menciptakan tingkah laku dan sikap kepercayaan dalam diri sendiri.

6. Belajar terasa menyenangkan.

(49)

Sunandar (2012) menyatakan kekurangan model pembelajaran Quantum sebagai berikut:

1. Memerlukan persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan yang mendukung.

2. Memerlukan fasilitas yang memadai.

3. Model ini banyak dilakukan di luar negeri sehingga kurang beradaptasi dengan kehidupan di Indonesia.

4. Kurang dapat mengontrol siswa.

Dari pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran Quantum mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing namun untuk kekurangan yang terdapat pada model pembelajaran Quantum dapat diakali dengan lebih memenuhi fasilitas yang memadai, sedikit demi sedikit peserta didik di Indonesia sudah mulai diperkenalkan dengan model pembelajaran Quantum, dan untuk gurunya diberikan pelatihan mengenai model pembelajaran Quantum. Model pembelajaran Quantum sangat bisa digunakan dalam proses pembelajaran karena dapat membuat peserta didik lebih aktif dan mampu berpikir tingkat tinggi.

c) Sintaks atau Langkah-langkah Model Pembelajaran Quantum

Quantum berfokus pada hubungan dinamis pada

lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Menurut De Porter (Aris Shoimin, 2014: 138-139), Quantum mempunyai kerangka rencana pembelajaran yang dikenal dengan TANDUR: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan. Berikut sintaks model pembelajaran Quantum menurut Aris Shoimin (2014: 139-141)

1. Tumbuhkan

(50)

siswa dalam proses belajar. Tahap tumbuhkan dapat dilakukan untuk menggali permasalahn terkait dengan materi yang akan dipelajari, dengan menampilkan suatu gambar atau benda nyata, cerita pendek atau video.

2. Alami

Alami merupakan tahap ketika guru menciptakan atau mendatangkan pengalaman yang dapat dimengerti siswa. Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan awal yang telah dimiliki serta mengembangkan keingintahuan siswa.

3. Namai

Dalam tahap ini, siswa dengan bantuan guru berusaha menemukan konsep atas pengalaman yang telah dilewati. Pemberian nama setelah pengalaman akan menjadi sesuatu lebih bermakna dan berkesan bagi siswa. Untuk membantu penamaan dapat digunakan menggunakan susunan gambar, warna alat bantu, dan kertas.

4. Demonstrasi

Tahap demonstrasi memberikan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan ke dalam pembelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan mereka. Tahap demonstrasi dapat dilakukan dengan penyajian di depan kelas, permainan, menjawab pertanyaan, dan menunjukkan hasil pekerjaan.

5. Ulangi

Semakin sering melakukan pengulangan, pengetahuan akan semakin mendalam. Dapat dilakukan dengan menegaskan kembali pokok materi pelajaran.

6. Rayakan

(51)

B. Penelitian yang Relevan

1. Hasil Penelitian Alwi (2013), yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif Berbasis Kontekstual Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V Sekolah Dasar”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan

Research and Development (R&D) yang dikembangkan oleh Borg and

Gall yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan perangkat pembelajaran inovatif berbasis kontekstual yang dikembangkan peneliti ditinjau dari komponen buku model, komponen buku guru, komponen buku siswa, komponen RPP, dan komponen LKS menurut tim ahli dan validator secara umum berkategori baik. Kemudian, respon siswa terhadap penggunaan perangkat pembelajaran inovatif menunjukkan siswa senang terhadap pembelajaran inovatif, siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran dengan perangkat pembelajaran inovatif, jelas terhadap bahasa yang digunakan, dan siswa mengerti dan memahami pembelajaran. Siswa mengaku tertarik dan menyukai penampilan buku dan dapat memahami bahasa yang digunakan. Melalui penggunaan perangkat pembelajaran inovatif menunjukkan bahwa siswa merespon dalam kategori positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran inovatif yang dikembangkan dapat dikatakan efektif di sekolah dasar.

2. Hasil Penelitian Mayanimur (2017), yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik Berorientasi Pendekatan Saintifik Dalam Upaya Membangun Kecerdasan Siswa Di Kelas I Sekolah Dasar”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran tematik berorientasi pendekatan saintifik yang valid, praktis, dan efektif. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah RPP dan bahan ajar. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and

Development). Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini

(52)

dikembangkan, diperoleh simpulan sebagai berikut (1) Telah dihasilkan perangkat pembelajaran tematik berorientasi pendekatan saintifik berupa RPP dan bahan ajar dengan kategori rata-rata sangat valid. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil validasi perangkat pembelajaran oleh validator ahli dan praktisi pendidikan yang telah dilaksanakan, baik pada RPP maupun bahan ajar yang dikembangkan. Hasil ini memberi gambaran bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah valid dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran tematik di kelas I SD. (2) Praktikalitas perangkat pembelajaran tematik berorientasi pendekatan saintifik secara keseluruhan pada kategori sangat praktis. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan keterlaksanaan RPP terhadap guru yang mengajar, respon guru, observasi penggunaan bahan ajar, dan wawancara yang telah dilakukan. Hasil ini memberikan gambaran bahwa penggunaan perangkat pembelajaran oleh guru sangat praktis dan dapat membantu dalam melaksanakan proses pembelajaran tematik di kelas I SD. (3) Efektivitas penggunaan perangkat pembelajaran tematik berorientasi pendekatan saintifik dapat diketahui melalui pengamatan aktivitas, sikap, dan pengetahuan peserta didik. Hasil pengamatan aktivitas, sikap, dan pengetahuan peserta didik memberikan gambaran hasil yang sangat baik, artinya penggunaan perangkat dalam pembelajaran membaca sudah efektif dilaksanakan (tujuan, jenis penelitian, kesimpulan).

3. Hasil Penelitian Malawi (2017), yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar”. Jenis penelitian ini yaitu penelitian pengembangan (Research and Development) model ADIE. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu respon guru terhadap buku model yang dikembangkan, pada tahap uji coba terbatas ialah sangat baik. Guru merasa terbantu untuk mengembangkan perangkat pembelajaran tematik integratif yang baik dengan berpedoman pada buku model yang dikembangkan.

(53)

menggunakan jenis penelitian Research and Development (R&D) serta menggunakan prosedur pengembangan milik Borg and Gall. Pembaharuan yang dilakukan peneliti adalah perangkat pembelajaran inovatif yang mengacu pada pendekatan saintifik, HOTS dan pembelajaran abad 21 pada langkah-langkah pembelajaran. Selain itu, peneliti menjadikan ketiga penelitian tersebut sebagai acuan dalam menyusun “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif dalam Sub Tema Hidup Rukun di Sekolah Mengacu Kurikulum 2013 Untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar”.

Literatur Map dari ketiga penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.1 Literature Map C. Kerangka Pikir

Melalui pemaparan di atas, peneliti dapat menyusun kerangka berpikir mengenai “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif dalam Sub Tema Hidup Rukun di Sekolah Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar”. Peneliti membuat perangkat pembelajaran inovatif sesuai dengan karakteristik Kurikulum 2013 yaitu pembelajaran terpadu, saintifik, pendidikan karakter, penilaian otentik, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), serta keterampilan belajar abad 21 (4C-critical thingking, creative

thingking, collaborative, communicative). SISWA DI KELAS I SEKOLAH

DASAR”

(54)

Sesuai dengan karakteristik Kurikulum 2013 yang diterapkan di Sekolah Dasar di Indonesia, guru dituntut untuk mengajar menggunakan pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif dapat diaplikasikan menggunakan perangkat pembelajaran terdiri dari program tahunan (prota), program semester (prosem), silabus, dan RPP. Dalam RPP pembelajaran inovatif menggunakan model-model pembelajaran yang berbeda pada setiap pembelajaran dan juga menggunakan media pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat digunakan Cooperative Learning tipe Number Head Together (NHT) dan Quantum.

Model pembelajaran yang dapat digunakan Cooperative Learning tipe

Number Head Together (NHT), merupakan salah satu model pembelajaran

kooperatif yang dirancang melalui penomoran untuk pembuatan kelompok pada saat proses pembelajaran berlangsung yang digunakan untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Sedangkan untuk model pembelajaran Quantum merupakan model pembelajaran yang dapat yang digunakan untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar semua siswa terlibat aktif.

(55)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Peneliti mengembangkan pengembangan perangkat pembelajaran inovatif pada sub tema

Hidup Rukun di Sekolah untuk siswa SD kelas II mengacu Kurikulum 2013

Guru membutuhkan contoh pengembangan perangkat pembelajaran inovatif untuk

siswa SD kelas II mengacu Kurikulum 2013 Karakteristik Kurikulum 2013 yaitu

pembelajaran terpadu, saintifik, pendidikan karakter, penilaian otentik, dan kemampuan

berpikir tingkat tinggi (HOTS), serta keterampilan belajar abad 21 (4C-critical thingking, creative thingking, collaborative, terdiri dari 2 (dua) model

pembelajaran Model pembelajaran Cooperative

Learning tipe Number Head Together

(NHT) yaitu dirancang melalui penomoran untuk pembuatan kelompok

yang digunakan untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar semua siswa terlibat aktif dan model pembelajaran

Quantum yaitu digunakan untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa agar semua siswa terlibat aktif.

Guru tidak menggunakan perangkat pembelajaran inovatif terutama RPP pada

(56)

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori diatas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1.a.Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema Hidup Rukun di Sekolah mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas II Sekolah Dasar menurut pakar perangkat pembelajaran inovatif?

(57)

40 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu pengembangan atau

Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2011: 333), metode

penelitian R&D merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Sedangkan Seels & Richey (Setyosari, 2010: 195) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai kajian secara sistematik untuk merancang, mengembangkan dan mengevaluasi program-program, proses dan hasil-hasil pembelajaran yang harus memenuhi kriteria konsistensi dan keefektifan secara internal. Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan adalah penelitian yang bertujuan untuk merancang, mengembangkan, memvalidasi, mengevaluasi, dan menyempurnakan suatu produk yang diuji berdasarkan standar dan kriteria tertentu.

Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan dan mengetahui validitas suatu produk. Jadi, penelitian pengembangan yang akan dilakukan peneliti adalah pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema Hidup Rukun di Sekolah mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas II Sekolah Dasar (SD). Hasil penelitian ini berupa sebuah perangkat pembelajaran.

(58)

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Borg and Gall (Sugiyono, 2015: 408-426)

1. Potensi Masalah

Potensi adalah sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah merupakan penyimpangan antara yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Masalah yang ditemukan dapat diselesaikan dengan penelitian R&D. Melalui penelitian R&D dapat ditemukan pola dan model penangan yang efektif dan efisien. Namun suatu masalah juga bisa menjadi suatu potensi apabila dapat mendaya gunakan dengan baik.

2. Mengumpulkan Data/Informasi

Setelah potensi dan masalah ditemukan, maka selanjutnya perlu dikumpulkan menjadi data yang akan menjadi bahan untuk merencanakan produk untuk mengatasi maslaah yang ada.

3. Desain Produk

Hasil akhir dari kegiatan penelitian dan pengembangan adalah suatu produk baru yang lengkap dengan spesifikasinya.

Gambar

Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan ..................................................................
gambar atau benda nyata, cerita pendek atau video.
Gambar 2.1 Literature Map
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, pengguna akhir end user software akuntansi paroki akan resisten terhadap perubahan pada software yang berbasis Microsoft Access apabila manfaat yang dirasakan

Adanya pabrik teh hitam Kaligua telah membawa dampak pada mata pencaharian masyarakat Pandansari dan sekitarnya, baik pengaruh langsung ataupun pengaruh tidak langsung,

PT Perkebunan Tambi Wonosobo merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri perkebunan yang mengolah produk teh hitam. Proses produksi dilakukan secara massa atau

En este contexto, esta obra se presenta como una selección de casos sobre aplicacio- nes de Internet en la comunicación comercial e institucional, y ofrece una perspectiva

Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sistem dapat mempersingkat waktu yang diperlukan dalam pemeriksaan setiap mahasiswa yang akan masuk ke ruang ujian dan pencatatan

Profesi sebagai polisi dalam dunia hukum tidak dapat dipisahkan dengan etika profesi polisi sebagai aparat penegak hukum dan aparat negara terkait dengan fungsi dari

Pada penelitian Kania (2013) tentang Determinan Pilhan Karir Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Diponegoro menghasilkan kesimpulan bahwa tingkatan mahasiswa dan

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat