• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis mengenai tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program pelatihan montir sepeda motor dan pelatihan membatik limbah kertas semen akan dijelaskan secara mendalam dalam bab ini. Tingkat partisipasi peserta dilihat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Sebelum mendeskripsikan tingkat partisipasi peserta, terlebih dahulu disajikan gambaran mengenai program pelatihan yang diteliti.

6.1 Program Pelatihan Montir Sepeda Motor dan Pelatihan Membatik Limbah Kertas Semen

PT Indocement berkomitmen secara berkelanjutan untuk melaksanakan Program Lima Pilar (Community Development), khusunya kepada masyarakat di 12 desa binaan. Kegiatan pelatihan montir sepeda motor dan membatik limbah kertas semen merupakan realisasi dari Pilar Pendidikan dalam Program Lima Pilar PT Indocement. Menurut informan PT Indocement (Ibu LI) yang diwawancarai, mengungkapkan bahwa kedua pelatihan ini dilakukan berdasarkan hasil survei pemetaan sosial yang dilakukan di 12 desa binaan. Pemetaan sosial tersebut dilakukan PT Indocement melalui pihak ketiga (independen). Hasil pemetaan sosial tersebut memperlihatkan data sosiodemografi dan kebutuhan masyarakat di 12 desa binaan terkait kondisi kependudukan, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan potensi sumber daya manusia. Seperti yang dikemukan oleh salah satu informan (Ibu LI) bahwa di 12 desa binaan masih banyak pemuda usia produktif yang tidak bekerja atau pengangguran. Oleh karena itu, PT Indocement turut memfasilitasi para pemuda desa binaan melalui kegiatan pelatihan montir sepeda motor dengan harapan dapat menciptakan montir sepeda motor yang siap kerja.

Tujuan pelatihan montir sepeda motor ini adalah turut membantu program pemerintah dalam meningkatkan keterampilan sumber daya manusia melalui pemberian pelatihan. Pelatihan ini melibatkan kerjasama dengan pihak Dinas Ketenagakerjaan dan Dinas Transmigrasi Kabupaten Bogor. Kegiatan pelatihan ini telah dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan, diperlihatkan dengan

(2)

dihasilkan tiga angkatan peserta pelatihan yang dilakukan masing-masing pada tahun 2007, 2008 dan 2009. Jumlah perserta pelatihan adalah 12 peserta yang berasal dari 12 desa binaan dengan syarat usia 17 – 35 tahun. Proses rekrutmen peserta dilakukan melalui sosialisasi baik secara tertulis maupun lisan melalui Bilikom, surat edaran melalui kantor desa dan tokoh masyarakat. Mempertimbangkan kapasitas dan sumberdaya pelatihan, dilakukan seleksi terhadap calon peserta (terutama bagi yang belum bekerja dan punya motivasi yang tinggi), sehingga hanya 12 peserta terbaik yang lolos seleksi pada setiap angkatan. Pemberitahuan lolos seleksi dilakukan secara tertulis melalui kantor desa. Materi pelatihan yang diberikan mencakup kelompok materi inti dan materi tambahan. Kelompok materi pelatihan inti mencakup teori dan praktik pengantar sepeda motor, kelistrikan, chasis, turun mesin, dan toube shoting. Materi tambahan terkait aspek ketenagakerjaan, meliputi pembentukan sikap mental, serta Keselamatan, Keamanan dan Kesehatan Kerja (K3). Metode pelatihan dilakukan dalam bentuk teori dan praktik. Dari segi alokasi waktu, praktik memiliki bobot lebih yaitu sekitar 85 persen, sedangkan teori dengan bobot 15 persen. Pelatihan ini dilaksanakan di Gedung Sekolah Magang Indocement (SMI).

Sedangkan tujuan pelatihan membatik limbah kertas semen adalah sebagai bentuk kepedulian PT Indocement dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal yaitu mengembangkan usaha ekonomi lokal di lingkungan desa binaan sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan baru untuk industry rumahtangga yang dapat menambah pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa binaan, serta meningkatkan kepedulian pada lingkungan. Pelatihan ini melibatkan kerjasama dengan Batik Harris Riadi, Pekalongan dengan pemberian materi seputar limbah kertas, teori dan praktik membatik, penggunaan warna alam serta belajar membatik diatas limbah kertas semen. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 2 hingga 6 Februari tahun 2009 dan dilangsungkan di Base Camp Quarry A PT Indocement unit operasi Citeureup. Pelatihan diikuti oleh 12 orang peserta yang berasal dari empat desa binaan yaitu Desa Lulut, Leuwi Karet, Gunung Sari, dan Pasir Mukti. Target PT Indocement setelah pelatihan ini selesai dilaksanakan adalah peserta pelatihan akan dibuat kelompok usaha membatik limbah kertas semen yang selanjutnya akan dibuat aneka produk

(3)

kerajinan tangan dan dibantu modal usaha melalui program UMKM (Usaha Masyarakat Kecil Menengah).

Gambaran umum peserta pelatihan montir sepeda motor dan limbah kertas semen mencakup jenis kelamin, usia, status perkawinan, pendidikan terakhir, jumlah anggota keluarga, jumlah tanggungan, pengalaman kerja sebelumnya dan motivasi mengikut pelatihan, disajikan pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Jumlah dan Persentase Peserta Pelatihan Berdasarkan Identitas

No. Identitas Peserta Jumlah

(N) Persentase (%) Laki-laki 4 50,0 Jenis Kelamin Perempuan 4 50,0 1. Jumlah 8 100,0 < 30 tahun 5 62,5 Usia ≥ 30 tahun 3 37,5 2. Jumlah 8 100,0 Belum Menikah 1 12,5 Status Perkawinan Menikah 7 87,5 3. Jumlah 8 100,0 SD / Sederajat 2 25,0 SLTP / Sederajat 4 50,0 SLTA / Sederajat 2 25,0 Diploma 0 0,0 Pendidikan Terakhir Sarjana 0 0,0 4. Jumlah 8 100,0 < 4 orang 4 50,0 Jumlah Anggota Keluarga ≥ 4 orang 4 50,0 5. Jumlah 8 100,0 < 3 orang 6 75,0 Jumlah Tanggungan ≥ 3 orang 2 25,0 6. Jumlah 8 100,0 Tidak Bekerja 2 25,0 Pengalaman Kerja

Sebelum Pelatihan Bekerja 6 75,0

7.

Jumlah 8 100,0

Karena ingin belajar 6 75,0

Karena hobi 2 25,0

Karena terpaksa/disuruh

orang 0 0,0

Motivasi

Karena ajakan orang 0 0,0

8.

(4)

Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa semua peserta yang mengikuti pelatihan montir sepeda motor berjenis kelamin laki-laki sedangkan peserta yang mengikuti pelatihan membatik limbah kertas semen berjenis kelamin perempuan. Lima orang peserta termasuk ke dalam usia muda ( < 30 tahun) dan tiga orang peserta termasuk usia dewasa ( ≥ 30 tahun). Mayoritas peserta berstatus menikah dan memiliki tangungggan rata-rata dua hingga tiga orang dalam keluarga. Namun terdapat dua peserta yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak 4 orang diluar isteri dan anak. Mayoritas pendidikan akhir peserta adalah tamatan SLTA dan sudah bekerja baik sebelum dan sesudah pelatihan. Sebelum mengikuti pelatihan tiga peserta bekerja musiman sebagai pekerja kontraktor, satu peserta sebagai pekerja pabrik, guru dan pegawai negeri. Sedangkan setelah pelatihan beberapa dari peserta pelatihan montir sepeda motor jika ada waktu luang bekerja sebagai buruh untuk menambah penghasilan. Peserta mengikuti pelatihan atas dasar keinginan sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain. Sedangkan peserta pada pelatihan montir sepeda motor sebelum mengikuti pelatihan sudah menyukai sedikit tentang perbaikan motor, seperti yang diungkapkan oleh peserta bahwa:

“Sebelum ikut pelatihan juga udah seneng ngotak-ngatik motor sendiri jadi taulah dikit-dikit tentang motor walaupun nga pernah sekolah tau kerja yang berhubungan sama motor/bengkel” ( Kang SM, Kang HM, Kang AS, Kang AJ).

6.2 Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan

Partisipasi peserta pada tahap perencanaan pelatihan dibedakan menjadi rendah dan tinggi. Partisipasi peserta pada tahap perencanaan dikatakan rendah apabila peserta tidak ikut dan/atau kurang terlibat atau berperanserta dalam proses perencanaan pelatihan. Sebaiknya, partisipasi peserta pada tahap perencanaan dikatakan tinggi apabila peserta ikut terlibat atau berperan serta dalam proses perencanaan pelatihan. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatan peserta dalam mengemukakan dan menyampaikan ide, pendapat atau berperan dalam pengambilan keputusan dalam proses perencanaan program pelatihan. Untuk itu, partisipasi peserta pada tahap perencanaan program pelatihan disajikan pada Tabel 9 berikut:

(5)

Tabel 9. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan

Partisipasi dalam Perencaan Program Jumlah

(N) Persentase (%) Rendah 8 100,0 Tinggi 0 0,0 Jumlah Total 8 100,0

Tabel diatas (Tabel 9) menunjukkan bahwa tidak ada partisipasi peserta pada tahap perencanaan pelatihan. Hal itu didukung oleh beberapa pernyataan peserta yang menyatakan bahwa:

“Saya waktu itu cuman dapat surat dari Kades kalau berhasil ikut pelatihan montir, jadi saya cuman ikut terlibat pas pelatihan dilaksanain aja” (Kang HM).

“Saya ga ikut waktu proses perencanaan pelatihan, saya tahu informasi tentang pelatihan juga dari orang di kantor desa” (Kang AS).

Hasil pernyataan yang diungkapkan peserta tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta tidak berpartisipasi karena memang tidak dilibatkan dalam proses perencanaan kegiatan. Semua peserta baru mengetahui akan diadakan pelatihan setelah di sosialisasikan ke desa, baik melalui kegiatan Bilikom, aparat desa maupun tokoh masyarakat (Ketua RW/RT, Kader) di masing-masing desa tempat peserta mendaftar serta pemberitahuan yang ditempelkan di kantor desa. Sebanyak empat orang mengetahui sosialisasi kegiatan pelatihan dari tokoh masyarakat setempat sedangkan dua orang mengetahui dari pihak aparat desa sedangkan dua lainnya mengetahui ketika mengikuti kegiatan Bilikom. Hal ini dikarenakan cara atau mekanisme perencanaan program pelatihan dilakukan dengan survei dan pemetaan sosial yang dilakukan PT Indocement melalui pihak ketiga. Sehingga yang terlibat dalam proses perencanaan hanyalah perwakilan-perwakilan dari masyarakat di tiap desa.

6.3 Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan

Partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dibedakan menjadi rendah dan tinggi. Partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan dikatakan rendah apabila peserta tidak dan/atau kurang berperanserta dalam

(6)

proses pelaksanaan. Sebaiknya, partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan dikatakan tinggi apabila peserta ikut terlibat atau berperanserta dalam proses pelaksanaan pelatihan. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatan dan keaktifan peserta dalam menghadiri pelatihan, mendengarkan dan mencatat materi, bertanya jika kurang paham kepada instruktur, penguasaan dan kesukaan pada materi pelatihan. Partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan program pelatihan disajikan pada Tabel 10 berikut:

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan

Partisipasi dalam Pelaksanaan Program Jumlah

(N) Persentase (%) Rendah 1 12,5 Tinggi 7 87,5 Jumlah Total 8 100,0

Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa partisipasi peserta pada tahap perlaksanaan pelatihan adalah tinggi karena peserta aktif berpartisipasi dalam pelaksanaan pelatihan. Pada pelatihan montir sepeda motor, partisipasi peserta ditunjukkan dengan keaktifan peserta dalam bertanya ketika terdapat materi atau praktik yang kurang dipahami oleh peserta, khususnya materi terkait kelistrikan yang dianggap sedikit sulit. Peserta pun aktif dalam mencatat, baik teori yang sudah ada dalam materi sajian maupun yang diluar sajian materi. Namun, terdapat satu peserta (Kang SM) yang kurang aktif dalam pelaksanaan pelatihan karena respoenden tidak pernah bertanya dan mencatat ketika pelatihan berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta (Kang SM), peserta mengatakan bahwa ia tidak pernah bertanya dan mencatat karena beliau memang tidak suka mencatat dan memilih untuk bertanya kepada temannya. Oleh karena itu partisipasi kang SM yang rendah tidak berarti bahwa yang bersangkutan tidak dapat mengikuti materi pelatihan, tetapi lebih karena alasan yang bersangkutan punya karakter tidak suka bertanya (faktor internal individu).

Sedangkan pada pelatiham membatik limbah kertas semen, partisipasi peserta terlihat ketika tahap seleksi dilaksanakan, dimana semua peserta menghadiri dan mengerjakan berbagai tes seperti tes psikotes. Selain itu, semua

(7)

peserta hadir secara penuh selama pelatihan berlangsung. Semua peserta secara aktif terlibat dalam proses tanya jawab maupun bertanya ketika ada teori maupun praktik yang kurang dimengerti oleh peserta serta secara aktif mendengar dan mencatat materi-materi yang diberikan. Peserta juga terlibat dalam proses pengambilan keputusan, seperti dalam membuat pola membatik serta kerajinan yang akan dikreasikan.

6.4 Partisipasi Peserta dalam Tahap Monitoring

Partisipasi peserta pada tahap monitoring pelatihan dibedakan menjadi rendah dan tinggi. Partisipasi peserta pada tahap monitoring dikatakan rendah apabila peserta tidak dan/atau kurang berperanserta dalam proses monitoring (pemantauan dalam setahun setelah pelatihan berlansung). Sebaiknya, partisipasi peserta pada tahap monitoring dikatakan tinggi apabila peserta ikut terlibat atau berperanserta dalam proses pemantaun pelatihan. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatan dan keaktifan peserta dalam mengemukakan dan menyampaikan ide, pendapat saat proses monitoring berlangsung. Selain itu, dilihat dari upaya peserta dalam menjalin komunikasi dengan pihak PT Indocement. Partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan program pelatihan disajikan pada Tabel.11 berikut:

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Monitoring

Partisipasi dalam Monitoring Program Jumlah

(N) Persentase (%) Rendah 3 37,5 Tinggi 5 62,5 Jumlah Total 8 100,0

Tabel 11 menunjukkan bahwa partisipasi dan keterlibatan peserta pada tahap monitoring pelatihan cenderung tinggi. Hal ini karena dalam proses monitoring terdapat komunikasi dan koordinasi yang baik antara peserta dengan pihak petugas bina lingkungan (Bilik). Pada pelatihan montir sepeda motor, proses pemantauan sendiri tidak dilakukan secara rutin dan berkala namun telah dilakukan kurang lebih satu tahun terhitung sejak tahun 2008-2009. Partisipasi yang tinggi ditunjukkan dengan keterlibatan dan peranserta peserta melalui

(8)

dilansungkannya dialog dimana peserta dapat bertukar ide dan pendapat terkait pembahasan keberlanjutan pelatihan. Menurut salah satu peserta (Kang HM) mengatakan bahwa selama kurang lebih satu tahun itu, kami berempat dilibatkan dalam proses perencanaan project Bengkel Terpadu PT Indocement (merupakan wujud keberlanjutan dari pelatihan montir sepeda motor). Dalam prosesnya, kami dipantau mengenai perkembangan keterampilan sehingga pada tahun 2009 kami berempat diberikan penyegaran materi dan pelatihan oleh pihak Bilik PT Indocement dalam rangka persiapan rekrutmen kerja.

Sedangkan pada peltihan limbah kertas semen, proses monitoring juga tidak diadakan berkala/rutin, namun salah seorang peserta (Ibu IS) bersama pihak Bilik (Bina Lingkungan) PT Indocement selalu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan baik setelah pelaksanaan kegiatan pelatihan ini selesai diadakan. Ibu IS mengatakan bahwa pihak Bilik melakukan pemantau setelah pelatihan selesai diadakan. Ibu IS secara aktif membuka wacana ketika terjadi dialog dengan pihak Bilik. Proses pemantauan tersebut oleh Ibu IS dijadikan ajang sebagai tindak lanjut pelatihan. Melalui bekal ilmu dan keterampilan yang diperolehnya, hingga saat ini beliau bersama satu peserta (Ibu MQ) sudah dapat membuat dan menjual aneka produk kerajinan membatik limbah kertas semen.

6.5 Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Program

Tingkat partisipasi peserta dalam implementasi pelatihan diukur dari keterlibatan peserta dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Tingkat partisipasi peserta dalam implementasi pelatihan ini dibedakan atas dua kategori yaitu rendah dan tinggi. Tingkat partisipasi dikatakan rendah apabila tidak dan/atau kurang ada keterlibatan peserta dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Tingkat partisipasi dinilai rendah apabila penjumlahan skor tahap perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring berkisar antara 0–8. Sebaliknya, tingkat partisipasi dikatakan tinggi apabila terdapat keterlibatan peserta dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Tingkat partisipasi dinilai tinggi apabila penjumlahan skor tahap perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring berkisar antar 9–16. Tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program disajikan pada Tabel 12 berikut:

(9)

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Pelatihan

Tahap Implementasi

Perencanaan Pelaksanaan Monitoring

Jumlah Tingkat Partisipasi (N) (%) (N) (%) (N) (%) (N) (%) Rendah 8 100,0 1 12,5 3 37,5 12 50,0 Tinggi 0 0,0 7 87,5 5 62,5 12 50,0 Jumlah 8 100,0 8 100,0 8 100,0 24 100,0

Partisipasi peserta pelatihan pada tahap pelaksanaan dan monitoring adalah tinggi, tetapi pada tahap perencanaan adalah rendah (Tabel 12). Secara umum tanpa membedakan tahapan implementasi, partisipasi peserta pelatihan tergolong tinggi seperti yang terlihat pada Tabel 13 berikut:

Tabel 13. Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Pelatihan

Tingkat Partisipasi dalam Implementasi Jumlah N (%)

Rendah (skor 0-8) 1 (12,5)

Tinggi (skor 9-16) 7 (87,5)

Jumlah Total 8 (100,0)

Berdasarkan uraian tersebut di atas tampak bahwa secara umum tingkat partisipasi peserta dalam tahap pelaksanan dan monitoring tergolong tinggi pada pelatihan montir sepeda motor dan pelatihan membatik limbah kertas semen sebagai bagian dari program bina lingkungan (community development) dalam kerangka CSR PT Indocement. Partisipasi peserta pada tahap perencanaan adalah rendah disebabkan karena dalam proses perencaaan program pelatihan ini dilakukan dan diputuskan sendiri oleh PT Indocement tanpa melibatkan peserta maupun masyarakat dalam pengambilan keputusan pembentukan pelatihan. Hanya dilibatkan peran pihak ketiga dalam menggali data dan informasi terkait pemetaan sosial serta beberapa tokoh masyarakat, namun peserta tidak ada keterlibatan langsung dalam proses perencanaannya.

(10)

6.6 Ikhtisar

Secara ringkas bab ini mengungkap bahwa tingkat partisipasi peserta, baik pelatihan montir sepeda motor maupun membatik limbah kertas semen adalah tinggi pada tahapan pelaksanaan dan monitoring. Sedangkan pada tahapan perencanaan, peserta dalam kedua pelatihan tersebut menunjukkan nilai yang rendah atau tidak ada keterlibatan sama sekali. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Wibisono (2007) terkait cara atau mekanisme perancanaan pelaksanaan program pengembangan masyarakat yaitu Bottom Up Process, Top Down Process, dan Partisipatif. Dalam kaitannya dengan mekanisme yang dipaparkan Wibisono ini, PT Indocement dalam merencanakan program pelatihan ini dikatakan bersifat top down. Walaupun dalam proses menganalisis kebutuhan dan potensi sumberdaya manusia terdapat keterlibatan beberapa perwakilan masyarakat melalui pemetaan sosial oleh pihak ketiga. Namun dalam memutuskan program apa yang akan dilaksanakan (tahap perencanaan), masyarakat atau peserta tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusannya. Jika dilihat dari karakteristik masyarakat atau pesert yang sub-urban dan mayoritas lulusan SLTA maka dalam merencanakan suatu program dapat dilakukan secara partisipatif yaitu secara bersama-sama antara pihak PT Indocement, masyarakat dan aparat pemerintah desa mencari dan memutuskan bersama program yang akan dilaksanakan agar tepat sasaran.

Gambar

Tabel 8. Jumlah dan Persentase Peserta Pelatihan Berdasarkan  Identitas  No. Identitas  Peserta  Jumlah
Tabel 9. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan
Tabel 10.  Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan  Partisipasi dalam Pelaksanaan Program  Jumlah
Tabel  12.   Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi  Pelatihan

Referensi

Dokumen terkait

1) Biro QSL berkewajiban pula untuk mengirimkan kartu-kartu SWL/QSL anggota yang akan dikirimkan secara kolektif ke daerah lain dan atau ke luar negeri. 2) Kartu-kartu QSL

Indonesia. Penerbit Liberty Yogyakarta. System Analysis and Simulation with Application to Economic and Social System. Michigan State University. Sistem Usahatani Berbasis

Pada hakekatnya program kegiatan Pendukung Akademik bagi pelaksanaan program kerja Kantor WRRI merupakan pengelompokan kategori kegiatan yang digunakan untuk mengatasi masalah

Di Jakarta Timur, terdapat pesantren yang padat penghuni dan santrinya banyak yang mengeluh kudisan sehingga sering sakit. Untuk mengetahui apakah keluhan tersebut adalah

Pada kondisi ideal, pembelajaran berpusat pada mahasiswa dengan media pembelajaran yang tidak hanya bersumber dari buku bacaan/teks, tapi juga terdapat media tiga

GLP didirikan pada Februari 2016 untuk pengembangan proyek pembangkit listrik tenaga uap (“PLTU”) dengan kapasitas 2x50 MW di Propinsi Gorontalo, Sulawesi setelah memperoleh

Unit perkembangan dari IOT telah menjalar ke berbagai.. Selain itu, peluang kesehatan pasien akan menjadi lebih meningkat. Contohnya saja, ketika dokter telah menemukan

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap pedagang makanan yang menjual selada (Lactuca sativa) di Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Padang untuk mengidentifikasi telur