• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERNALISASI NILAI-NILAI AJARAN ISLAM DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) UNTUK MEMBENTUK GENERASI BERKESADARAN MORAL (Studi Multikasus di SMK Negeri 1 Blitar dan SMK Islam Kota Blitar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTERNALISASI NILAI-NILAI AJARAN ISLAM DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) UNTUK MEMBENTUK GENERASI BERKESADARAN MORAL (Studi Multikasus di SMK Negeri 1 Blitar dan SMK Islam Kota Blitar)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

84

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi data di SMK Negeri 1 Blitar

a. Internalisasi nilai-nilai Aqidah

Dalam menginternalisasi nilai-nilai aqidah dalam kegiatan belajar mengajar mapel PAI ada berbagai poin yang perlu ditanamkan pada peserta didik diantaranya yaitu bahwa peserta didik benar-benar mengimani Allah dan rukun iman lainnya tidak menyembah selain Allah dan meyakini bahwa Rasul adalah utusan Allah, meyakini bahwa Malaikat-malaikat Allah itu ada dan menjalankan segala perintah dari Allah, meyakini bahwa hari akhir akan benar-benar datang, serta meyakini bahwa segala sesuatu sudah ditetapkan oleh Allah. Untuk menanamkan rukun iman kepada peserta didik diperlukan strategi-strategi dari guru agar hasilnya bisa sesuai dengan yang diharapkan guru dan sekolah. Sebatas transfer ilmu saja maka murid akan dengan tidak mudah dalam mencerna nilai yang dipaparkan. Maka guru harus memiliki strategi sendiri agar nilai aqidah atau keimanan bisa tertanam dalam diri siswa, karena pondasi segala sesuatu adalah keimanan. Sesuai yang dipaparkan oleh Ibu Maslihah bahwa:

“akar dari segala perbuatan anak itu mencerminkan pada keimanan dan ketaqwaan mereka mbak. Jika dari segi taqwa

(2)

saja mereka kurang begitu menghayati maka keimanan belum bisa tertanam pada diri anak. Makanya kalau saya itu melihat. dari ketertiban mereka dalam menjalankan segala perintah Allah utamanya dalam hal sholat. Kesadaran mereka untuk menjalankan sholat meskipun tidak diabsen, karena dengan begitu mereka berarti mengerti bahwa sholat itu penting dan mereka paham bahwa mereka melaksanakan sholat hanya kepada Allah semata.”1

Maka untuk melihat bentuk keimanan seseorang bisa terlihat dari sholat mereka. Jika untuk urusan sholat mereka masih mengabaikan maka keimanan dalam diri peserta didik belum tertanam.

Gambar 4.1 sholat dhuhur jamaah putra2

Gambar 4.1. Luas mushola sebesar 9x7 meter. Adapun pembagiannya yaitu panjang seluas 9 meter dan lebar seluas 7 meter. Mushola di SMK Negeri ini dalam kondisi baik. Akan tetapi belum bisa menampung semua peserta didik ketika sholat berjamaah, peserta didik harus bergantian untuk melaksanakan sholat. Dan suasana sangat khusyu’ dan tertib3

1 W/IM/GPAI/05-03-2019/09.00 WIB. 2 D/Siswa/05-03-2019/11.30 WIB. 3 D/Wasar/02-04-2019/14.45 WIB.

(3)

Gambar 4.1 di atas menggambarkan bahwa ketertiban peserta didik laki-laki saat sholat dhuhur berjamaah. Saat sholat dhuhur berjamaah peserta didik bergantian yang menjadi imam sholat, hal ini atas dasar perintah dari guru PAI yang bertujuan untuk membentuk dan melatih sikap berani peserta didik.4

Gambar 4.2 sholat dhuhur jamaah putri5

Gambar 4.2. Luas mushola sebesar 9x7 meter. Adapun pembagiannya yaitu panjang seluas 9 meter dan lebar seluas 7 meter. Mushola di SMK Negeri ini dalam kondisi baik. Akan tetapi belum bisa menampung semua peserta didik ketika sholat berjamaah, peserta didik harus bergantian untuk melaksanakan sholat. Dan suasana sangat khusyu’ dan tertib 6 Gambar 4.2 di atas menggambarkan bahwa ketertiban peserta didik perempuan saat sholat dhuhur berjamaah. Pada saat sholat berjamaah sama halnya dengan peserta didik laki-laki harus bergantian dengan teman yang lain dan ikut berjamaah dengan peserta

4 O/Siswa/05-03-2019/11.30 WIB. 5 D/Siswa/05-03-2019/11.30 WIB. 6 D/Wasar/02-04-2019/14.45 WIB.

(4)

didik laki-laki. Tampak sholat dhuhur berjamaah sangat berjalan dengan penuh ketertiban, hal ini merupakan bentuk dari sikap keimanan peserta didik dalam menjalankan perintah Allah. Hal ini juga bentuk dari menerapkan adab-adab dalam beribadah.7

Sesuai dengan pengamatan peneliti bahwa dalam menjalankan sholat fardhu di sekolah yaitu begitu bel waktu istirahat sholat berbunyi peserta didik langsung menuju ke mushola tanpa menunggu aba-aba. Meskipun di mushola ada atau tidak absen finger print peserta didik tetap pergi ke mushola, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik memiliki meyakinan bahwa bentuk keimanan seseorang ditunjukkan dari ketertiban dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Sebagaimana dikatakan oleh Faisal kelas X-Mesin 2 bahwa:

“kalau waktunya sholat dhuhur kami ya sudah terbiasa langsung menuju mushola bu, dulu saya takut karena ada absen tapi sekarang sudah jarang ada absen finger tapi saya dan teman-teman tetap menuju mushola jika sudah waktunya sholat dhuhur”8

7 O/Siswa/05-03-2019/11.30 WIB. 8 W/F/Siswa/11-03-2019/12.00 WIB.

(5)

Gambar 4.3 peserta didik menuju mushola.9

Gambar 4.3. Luas mushola sebesar 9x7 meter. Adapun pembagiannya yaitu panjang seluas 9 meter dan lebar seluas 7 meter. Mushola di SMK Negeri ini dalam kondisi baik. Akan tetapi belum bisa menampung semua peserta didik ketika sholat berjamaah, peserta didik harus bergantian untuk melaksanakan sholat. Suasana begitu tertib.10

Pada gambar 4.3 diatas menggambarkan bahwa peserta didik sangat memiliki kesadaran diri sendiri untuk menjalankan kewajiban sebagai umat muslim. Tampak pada gambar bahwa peserta didik langsung menuju ke mushola setelah mendengar adzan dan tanpa menunggu aba-aba dari Bapak atau Ibu guru.

Selain dari melihat ketertiban sholat anak, dalam menanamkan nilai aqidah ada beberapa tahap yaitu tahap transformasi nilai, transaksi nilai, dan transinternalisasi. Dimana dalam tahap transformasi nilai guru menjelaskan tentang nilai positif dan nilai negatif. Para murid berperan pasif dan guru merupakan sebagai pusat pembelajaran, disini guru bisa menggunakan beberapa metode dalam

9 D/Siswa/11-03-2019/11.30 WIB. 10 D/Wasar/02-04-2019/14.45 WIB.

(6)

penyampaian nilai yang baik dan buruk seperti metode ceramah, diskusi, atau penugasan. Sebagaimana dikatakan oleh Ibu Farida bahwa :

“untuk menyampaikan nilai-nilai aqidah secara verbal saya menggunakan metode ceramah saja mbak, karena memang kalau dari awal kan kita menyampaikan inti materi dulu agar siswa bisa mengerti terlebih dahulu. Kita menyampaikan dulu apa sih bentuk dari keimanan seseorang itu, dari mana keimanan itu terbentuk ya gitu-gitu mbak. Kalau masalah keimanan itu kan sebenarnya keluarga juga sangat berperan penting, cuma kalau di sekolah kan berarti kita yang bertugas untuk menanamkan nilai-nilai keimanan itu.”11

Berbeda halnya dengan Bapak Mujib bahwa:

“kalau saya ketika mau menanamkan nilai aqidah kepada anak itu selain menggunakan ceramah terlebih dahulu baru saya menggunakan metode penugasan, dengan tujuan anak bisa mengetahui nilai-nilai dari keimanan itu sendiri seperti tidak menyekutukan Allah hanya menyembah Allah tidak yang lain, yang penting tahu dasarnya terlebih dahulu mbak.”12

Dengan memakai metode ceramah yang menarik maka murid akan lebih antusias dalam menyimak sambil sesekali menulis inti dari pelajaran yang dijelaskan guru. Meski demikian para guru yang mempunyai sikap terbuka terkadang memberi kesempatan bertanya kepada sebagian kecil peserta didik untuk melihat pemahaman peserta didik terkait nilai baik dan nilai buruk. Sesuai dengan pengamatan peneliti keantusiasan peserta didik kelas X Departemen Listrik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, dalam proses belajar mengajar di kelas Bapak mujib peserta didik mengikuti dan menghayati dengan

11 W/IF/GPAI/04-04-2019/09.00 WIB. 12 W/BM/GPAI/02-04-2019/11.30 WIB.

(7)

tertib, mereka tampak antusias mengikuti proses pembelajaran. Tentu hal ini merupakan usaha Bapak Mujib untuk bisa menjadi menyenangkan di depan peserta didik, sehingga mereka tidak jenuh. Pak Mujib juga menyelingi dengan humor supaya peserta didik tidak mengantuk dan jenuh. Pada waktu itu Bapak Mujib menjelaskan materi tentang menghindari pergaulan bebas tentang zina. Dalam proses pembelajaran guru sering menggunakan contoh-contoh kecil mengenai zina, memberi nasehat sesuai dengan dalil tentang zina bahwa mendekati zina saja tidak boleh apalagi melakukannya. Bapak Mujib juga mengatakan “muridnya pak Mujib harus berakhlak yang baik, di rumah ataupun di sekolah harus tetap menjaga akhlak.” Bapak Mujib juga memberi kiat-kiat agar terhindar dari zina yaitu dengan perbanyak dzikir dan sholawat. Jika dihubungkan dengan nilai keimanan maka menjauhi larangan-Nya termasuk menghindari zina merupakan bentuk keimanan dan ketaqwaan seseorang.13 Hal demikian juga disampaikan oleh Diah siswi kelas X Departemen Listrik bahwa:

“pak Mujib itu orangnya enak bu, beliau selalu mengajak bercanda ketika kita mulai bosan karena kan pembelajaran PAI ada 6 jam jadi mudah jenuh. Pak Mujib juga selalu menanamkan nilai-nilai keimanan kepada kami. Kata beliau kalau kita menjalankan perintah Allah itu sudah merupakan bentuk keimanan. Materi yang disampaikan juga selalu seru.”14

13 O/GPAI&Siswa/01-04-2019/07.30-09.45 WIB. 14 W/DA/Siswa/01-04-2019/10.00 WIB.

(8)

Gambar 4.4 pembelajaran PAI.15

Gambar 4.4. Luas kelas 9x7 m. Adapun pembagiannya panjang 9 meter dan lebar 7 meter. Tercatat bahwa kelas merupakan milik SMK Negeri 1 Blitar dan kondisi tercatat baik. Suasana dalam proses pembelajaran sangat tenang dan tertib.16

Pada gambar 4.4 di atas menggambarkan pada saat guru menjelaskan isi pelajaran kepada murid-murid menggunakan metode ceramah. Dimana metode ceramah merupakan termasuk pada tahapan transformasi nilai pada proses internalisasi, pada tahap ini guru menyampaikan nilaipositif dan nilai negatif.17

Sikap iman selain diwujudkan dari tata cara sholat juga bisa dilihat dari para siswa yang mempunyai kepercayaan diri, kemampuan diri yang sangat kuat, memiliki sikap bijaksana dan mempunyai dorongan untuk melakukan hal yang baik yang semuanya dilandasi

15 D/GPAI&SIswa/01-04-2019/07.30-09.45 WIB.

16

D/Wasar/02-04-2019/14.45 WIB.

(9)

dan dibangun karena adanya iman dalam diri dan berprinsip bahwa hanya kepada Allah serta memuliakan dan menjaga sifat Allah.

Hal ini juga disampaikan oleh Bapak Mujib bahwa:

“untuk menanamkan nilai keimanan itu juga dilihat dari 2 hal yaitu ketaatan dalam beribadah dan ketaatan kepada peraturan yang berlaku baik peraturan dari Allah, sekolah, ataupun Negara. Peraturan Allah itu jika dia melaksanakan kewajiban seperti sholat maka untuk peraturan sekolah mereka akan mematuhi tata aturan sekolah juga termasuk tata aturan dari guru. Jika mereka taat kepada hal kecil saja maka sudah tentu mereka juga akan taat kepada hal yang besar.”18

Setelah melalui tahap transformasi nilai maka guru menggunakan tahapan transaksi nilai dimana dalam tahap ini bukan hanya guru sebagai center melainkan adanya timbal balik dari peserta didik. Dalam proses ini guru bisa memakai metode tanya jawab atau diskusi, pembiasaan, dan keteladanan, dengan demikian maka peserta didik akan mau berfikir dan mencoba merespon apa yang telah dijelaskan guru. Salah sati cara pada metode diskusi adalah dengan berusaha memecahkan masalah yang sedang dihadapi, untuk pembagian kelompok diskusi bisa dua atau lebih peserta didik yang setiap anak memberikan pendapatnya dan memperkuat argimentasinya. Sedangkan metode tanya jawab berfungsi untuk menstimulus murid supaya bisa mencapai kebenaran. Hal ini selaras dengan yang disampaikan oleh Bapak Mujib bahwa:

“saya sering menggunakan metode diskusi juga mbak, supaya anak-anak itu mau berfikir kembali apa yang sudah saya sampaikan. Biasanya saya suruh berdiskusi satu bangku atau membentuk kelompok. Kalau untuk melihat respo anak-anak

(10)

itu saya tanyai terkadang kemudian mereka menjawab itu juga supaya mereka berani mengajukan pendapat.”19

Hal ini tercermin dari hasil yang telah diamati oleh peneliti dalam proses kegiatan belajar mengjar, murid-murid sangat percaya diri ketika ditanya oleh guru dan disuruh untuk megajukan pendapat dalam kegiatan proses pembelajaran pada materi tentang zina.20

Gambar 4.5 proses interaksi dalam Pembelajaran PAI.21

Gambar 4.5. Luas kelas 9x7 m. Adapun pembagiannya panjang 9 meter dan lebar 7 meter. Tercatat bahwa kelas merupakan milik SMK Negeri 1 Blitar dan kondisi tercatat baik. Suasana di dalam kelas sangat kondusif.22

Pada gambar 4.5 di atas menggambarkan pada saat proses belajar mengajar dimana murid sangat bersemangat mengikuti alurnya pembelajaran. Hal ini diwujudkan dari kepercayaan diri peserta didik dalam mengajukan pendapat.23

19 W/BM/GPAI/02-04-2019/11.30 WIB. 20 O/GPAI&Siswa/01-04-2019/07.30-09.45 WIB 21 D/GPAI&SIswa/01-04-2019/07.30-09.45 WIB. 22 D/Wasar/02-04-2019/14.45 WIB. 23 O/GPAI /01-04-2019/07.30-09.45 WIB.

(11)

Berani mengajukan pendapat merupakan bentuk dari keimanan yang dimiliki oleh peserta didik, mereka tidak gentar untuk mengemukakan pendapat tentang nilai-nilai yang benar maupun yang salah.

Penggunaan metode diskusi dan tanya jawab juga dipraktekkan oleh Ibu Maslihah. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Ibu Maslihah bahwa:

“iya kalau untuk membangun respon siswa saya menggunakan tanya jawab saja mbak dalam pembelajaran, dengan begitu kan berarti anak mengerti apa yang kita sampaikan. Tidak lupa nanti yang berani mengajukan pendapat atau berani menjawab maka akan diberi apresiasi atau pujian biar mereka tambah semangat lagi. Diskusi juga demikian, satu per satu dari mereka akan berfikir dan memberi saran untuk tugasnya nanti setelah itu saya suruh untuk presentasi juga.”24

Gambar 4.6 presentasi25

Gambar 4.6. Luas kelas 9x7 m. Adapun pembagiannya panjang 9 meter dan lebar 7 meter. Tercatat bahwa kelas merupakan milik SMK Negeri 1 Blitar dan kondisi tercatat

24 W/IM/GPAI/05-03-2019/09.00 WIB.

(12)

baik. Suasana dalam proses pembelajaran berjalan dengan tertib.26

Pada gambar 4.6 menggambarkan saat peserta didik melakukan presentasi di depan kelas dari hasil diskusi masing-masing kelompok. Hal ini bermanfaat untuk bisa melihat respon dari para murid dan terdapat timbal balik pada pembelajaran PAI.27

Dengan menjelaskan hasil diskusi kelompok di hadapan kelas maka seluruh murid akan merespon nilai-nilai aqidah yang ditanamkan oleh guru.

Upaya untuk menggungah emosional para murid dalam meyakini, memahami, dan menghayati aqidah Islam, serta murid diberikan dorongan agar mereka ikhlas menjalani ajaran agamanya khususnya yang berkitan dengan moral seorang guru juga bisa menggunakan pendekatan emosional.

Melihat dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada proses kegiatan belajar mengajar Ibu Maslihah terlihat bahwa guru selalu menyelipkan nasehat-nasehat dan motivasi tentang keimanan. Akan tetapi cara memberi nasehatnya berbeda, Ibu Maslihah menyelingi dengan logika atau dengan cara memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya pada materi tentang zakat, infaq, dan wakaf, guru memberi nasehat bahwa mau memberi sebagian hartanya untuk orang yang membutuhkan zakat itu lebih baik, ada sebagian hak mereka dalam harta kita. Guru juga menasehati bahwa

26

D/Wasar/02-04-2019/14.45 WIB.

(13)

jika kita mengeluarkan zakat, kemudian infaq, dan wakaf itu merupakan bentuk ketaqwaan dan keimanan kepada Allah karena sudah menjalankan perintah-Nya. Mempraktekkan zakat, infaq, atau wakaf juga mencerminkan nilai iman kepada Rasul karena menerapkan perilaku Rasul yang sangat dermawan. Juga mencerminkan apa yang diajarkan di dalam Kitab suci Al-Qur’an akan tetapi juga mengimani Kitab-kitab Allah yang lain. Hal tersebut juga bentuk keimanan kepada malaikat Allah bahwa malaikat selalu mentaati perintah Allah, hari akhir mengingatkan bahwa jika kiamat datang sewakti-waktu yang dibawa ke akherat kelak adalah amal jariyah, serta qadha dan qadar. Guru memotivasi mereka melalui kisah-kisah para teladan seperti Rasulullah.28

Selain dilihat dari sholat peserta didik, untuk menanamkan nilai keimanan peserta didik bisa melalui pembacaan Al-Qur’an sekaligus pembenaran tajwid. Hal ini diselaraskan oleh Bapak Mujib bahwa:

“menurut saya membaca Al-Qur’an dan membenarkan tajwid merupakan bentuk penanaman nilai keimanan kepada anak. Wujud keimanan kepada kitab Al-Qur’an. Juga merupakan bentuk keimanan kepada rukun iman yang lain. Dan membenarkan tajwid anak itu agak sulit ya, harus telaten agar mereka benar-benar lancar membaca sesuai dengan tajwid.”29 Menginternalisasi atau menanamkan nilai-nilai aqidah bisa melalui berbagai cara, akan tetapi pribadi yang memiliki keimanan itu

28 O/GPAI/02-04-2019/12.30-14.45 WIB. 29 W/BM/GPAI/02-04-2019/11.30 WIB.

(14)

selalu terlihat dari ketaatannya kepada perinta-Nya. Guru juga harus sesering mungkin dalam memberi nasehat di setiap pembelajaran.

Selain hal tersebut Ibu Maslihah, Ibu Farida, dan Bapak Mujib sepakat bahwa dengan berdoa diawal dan diakhir pembelajaran merupakan bentuk keimanan seseorang serta menghafal asmaul husna sebelum pembelajaran PAI juga merupakan bentuk keimanan. Hal ini jika dilakukan berulang kali dan istiqomah maka akan membuat peserta didik memiliki kesadaran tersendiri untuk melakukannya.30

Tahapan terakhir dari internalisasi nilai aqidah yaitu tahapan transinternalisasi yang mana pada tahap ini yang diutamakan adalah sikap mental dan kepribadian dari seorang guru dan bukan lagi melihat dari tampilan fisik seorang guru. Maka, dalam tahapan ini bisa menggunakan pengamatan atau pengawasan lebih lanjut terkait kepribadian peserta didik. Sebagaimana dipaparkan oleh Bapak Mujib:

“kami sebagai guru PAI tetap mengawasi perilaku anak-anak dengan cara berkoordinasi dengan BP dan orang tua, kami mengawasi apakah perilaku yang sudah tertanam pada diri siswa juga benar-benar dilakukan di rumah atau tidak, tentu sebelum itu kami melakukan pengamatan terlebih dahulu manakah perilaku siswa yang masih belum tertanam nilai-nilai aqidahnya dan mana yang sudah, jika sudah kami amati maka kami tanya satu per satu kami adakan bimbingan untuk anak tersebut.”31

Kemudian Ibu Maslihah menambahi dengan:

30 W/IM, IF, BM/GPAI 04-04-2019/08.00 WIB. 31 W/BM/GPAI/02-04-2019/11.30 WIB.

(15)

“jika anak sudah tidak dapat dibimbing atau belum bisa mengamalkan nilai-nilai yang disampaikan maka kami langsung ke BP untuk dibantu menghubungi orang tua anak.”32 Dengan demikian maka proses transinternalisasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan atau pengawasan lebih lanjut kepada peserta didik, kemudian kepada orang tuanya.

Agar peserta didik bisa memiliki kesadaran maka dibutuhkan bagi seorang guru untuk memberikan atau menunjukkan keteladanan, dengan demikian peserta didik akan mudah menirukan hingga melakukannya setiap hari. Sedangkan untuk membiasakan peserta didik terus menerus melakukan dalam kegiatan sehari-hari maka harus dipraktekkan secara ajek. Seperti halnya membiasakan peserta didik untuk berdoa setiap di awal dan di akhir pembelajaran, membiasakan sholat tepat waktu, dsb.

b. Internalisasi nilai-nilai Ibadah/Syariah

Pada poin nilai ibadah/syariah ini bisa nampak bahwa yang ditekankan pada aspek ini adalah seperti ibadah sholat dhuhur berjamaah, sebab sholat fardhu adalah sebuah perintah dan kewajiban yang harus dilakukan oleh umat islam yang sudah dikatakan mukallaf. Berjamaah pun juga mengajarkan atau menanamkan nilai persatuan dan persamaan kepada peserta didik. Hal ini diselaraskan dan ditambahkan oleh Ibu Maslihah bahwa:

“sholat dhuhur pasti saya absen mbak setiap tiga hari sekali, ada absen finger dan juga absen manual buat catatan saya

(16)

sendiri. Alhamdulillah sekarang meskipun tidak disuruh anak-anak sudah sadar akan kewajibannya sebagai umat Islam, begitu mendengar adzan mereka langsung pergi ke mushola. Dan meskipun tidak ada gurunya mereka tetap berjamaah. Hal ini untuk menanamkan rasa persatuan dan persamaan kepada peserta didik.”33

Penanaman nilai ibadah sholat bisa menggunakan metode nasehat dan juga metode teladan. Jadi selain memberikan nasehat di dalam pembelajaran guru juga mencontohkan pada sikapnya, seperti langsung pergi ke mushola ketika mendengar adzan, menjaga kebersihan badan untuk mempersiapkan buat sholat dhuhur. Sesuai pengamatan peneliti peserta didik memiliki kesadaran sendiri jika sudah adzan langsung berbondong-bondong pergi ke mushola.34

Namun sebelum menanamkan menggunakan nasehat dan teladan guru terlebih dahulu menyampaikan materi tentang sholat menggunakan metode ceramah dan praktek. Menyampaikan sedikit tentang bab sholat kemudian peserta didik mempraktekkan di depan kelas atau di mushola. Sebagaimana dikatakan oleh Bapak Mujib bahwa:

“kalau untuk tahap penyampaian materi tentang sholat bahwa sholat itu wajib bagi setiap muslim itu pertama ya ceramah sedikit kemudian anak-anak mempraktekkan sholat.”35

Hampir senada dengan Bapak Mujib, Bapak Faiz bahwa: “untuk menanamkan nilai sholat pada tahap transfer ilmu saja saya menggunakan ceramah sekaligus demonstrasi, dengan begitu anak akan mudah dalam mempraktekkan sholat dengan baik dan benar.”36

33 W/IM/GPAI/05-03-2019/09.00 WIB. 34 O/Siswa/05-03-2019/11.30 WIB. 35 W/BM/GPAI/02-04-2019/11.30 WIB. 36 W/BF/GPAI/15-04-2019/12.30 WIB.

(17)

Gambar 4.7 guru menggunakan metode demonstrasi37 Gambar 4.7. Luas mushola sebesar 9x7 meter. Adapun pembagiannya yaitu panjang seluas 9 meter dan lebar seluas 7 meter. Mushola di SMK Negeri ini dalam kondisi baik. Akan tetapi belum bisa menampung semua peserta didik ketika sholat berjamaah, peserta didik harus bergantian untuk melaksanakan sholat. Suasana dalam pembelajaran berjalan dengan kondusif.38

Pada gambar 4.7 menggambarkan bahwa guru sedang menggunakan metode demonstrasi untuk menanamkan nilai ajaran agama Islam dengan melewati tahap transaksi nilai. Dengan harapan peserta didik mampu menirukan gerakan yang dipraktekkan oleh guru.39

Untuk nilai-nilai sholat juga dapat ditanamkan nilai kebersihan, nilai persamaan, nilai persatuan, dan nilai kedisiplinan. Sebagai aspek dari nilai ibadah yang ditanamkan yaitu disiplin, pada aspek ini diwujudkan oleh guru PAI dalam bentuk kewajiban

37 D/GPAI /15-04-2019/11.00 WIB. 38 D/Wasar/02-04-2019/14.45 WIB. 39 O/GPAI /15-04-2019/11.00 WIB.

(18)

memakai kopyah bagi laki-laki dan memakai kerudung bagi perempuan ketika pembelajaran PAI. Hal ini dalam rangka membentuk sikap disiplin siswa. Sebagaimana dipaparkan oleh Bapak Mujib:

“untuk kedisiplinan kita mewajibkan berkopyah untuk laki-laki dan berkerudung untuk perempuan ketika pembelajaran PAI mbak, apabila ada yang melanggar maka konsekuensinya mereka akan kami suruh untuk membersihkan mushola. Dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa empati mereka terhadap lingkungan sekitar.”40

Hal tersebut juga ditegaskan oleh Ibu Maslihah bahwa:

“konsekuensi dari tidak memakai kopyah atau kerudung iya kami suruh untuk membersihkan mushola, dengan syarat mereka harus tetap menjaga kebersihan diri mereka karena pada siang hari seragam mereka harus tetapsuci untuk melaksanakan sholat dhuhur. Dan ini untuk menanamkan nilai sikap disiplin dan tanggung jawab mereka.”41

Tidak hanya sholat fardhu saja melainkan juga sholah dhuha. Meskipun hal tersebut tidak wajib akan tetapi peserta didik di SMK Negeri 1 Blitar sudah memiliki kesadaran bahwa sholat sunnah itu juga dianjurkan dan terdapat hikmah-hikmah di dalamnya. Seperti halnya yang dilakukan oleh Bapak Mujib ketika pembelajaran juga sering menyampaikan hikmah-hikmah atau keutamaan sholat dhuha.42 Hal ini ditegaskan oleh salah satu siswa kelas X-Departemen Listrik bahwa:

“kata pak mujib kalau orang yang istiqomah dalam sholat dhuha itu rezekinya akan mengalir bu. Teman-teman di kelas ini juga suka berangkat sendiri untuk sholat dhuha meskipun bukan jadwalnya.”43 40 W/BM/GPAI/02-04-2019/11.30 WIB. 41 W/IM/GPAI/05-03-2019/09.00 WIB. 42 O/GPAI&Siswa/01-04-2019/07.30-09.45 WIB. 43 W/GN/Siswa/01-04-2019/10.15 WIB.

(19)

Jika untuk tahapan transaksi nilai guru bisa menggunakan metode diskusi, penugasan atau bisa menggunakan metode tanya jawab. Untuk menanamkan sikap disiplin bisa melalui penugasan menggunakan metode diskusi atau mengerjakan tugas, menggunakan keteladanan, pengalaman, dan pembiasaan.. Bapak Mujib, Ibu Maslihah, dan Ibu Farida sepakat bahwa

“dengan penugasan atau diskusi anak akan terbentuk sikap tanggung jawab mereka sebagai pelajar selain itu peserta didik juga bisa merespon balik apa yang disampaikan oleh guru sehingga timbullah timbal balik dalam proses pembelajaran.”44 Untuk keteladanan dan pengalaman sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Mujib bahwa:

“menyuruh anak-anak saja untuk melaksanakan sholat fardhu terkadang masih kurang mengena mbak, maka saya pun sebagai guru PAI harus memberikan contoh misalnya pergi ke mushola ketika sudah memasuki waktu sholat, bertutur kata yang baik, tidak semena-mena. Intinya terbuka aja sama anak-anak itu. Saya juga sering sambil menceritakan pengalaman-pengalaman saya dalam menjalankan nilai-nilai ibadah ini. Misalnya hikmah dari sholat dhuha itu saya jelaskan pada anak-anak bahwa sholat dhuha itu memang benar-benar akan mendatangkan rezeki dari Allah, tapi saya tekankan bahwa dalam menjalankan itu harus istiqomah.”45

Hal serupa juga ditambahkan oleh Ibu Maslihah bahwa:

“anak-anak kalau tidak diberi contoh pasti protes dulu mbak, makanya ini kami biasakan untuk memberi contoh apapun yang terjadi. Lama-lama anak-anak juga memiliki kesadaran sendiri bahwa ibadah itu penting terlebih dalam rukun Islam kan diwajibkan semua bagi umat muslim kecuali kalau haji kan ada pengecualian bagi yang mampu. Bagi saya member

44 W/IM,IF,BM/GPAI/04-04-2019/08.00 WIB. 45 W/BM/GPAI/02-04-2019/11.30 WIB.

(20)

contoh dan membiasakan untuk tertib itu penting untuk membentuk kesadaran anak.”46

Gambar 4.8 penugasan kepada peserta didik.47

Gambar 4.8. Luas kelas 9x7 m. Adapun pembagiannya panjang 9 meter dan lebar 7 meter. Tercatat bahwa kelas merupakan milik SMK Negeri 1 Blitar dan kondisi tercatat baik.48

Pada gambar 4.8 di atas menggambarkan bahwa guru juga menggunakan metode penugasan kepada siswa siswi mereka bisa memilah manakah nilai yang harus digunakan dan nilai yang harus dibuang. Peserta didik sangat patuh terhadap perintah guru dan mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh.49

Tahapan selanjutya yaitu tahapan transinternalisasi dimana pada tahap ini pendidikan nilai yang terdapat antara guru dan siswa yang memiliki proses feedback sehingga terjadilah proses interaksi di

46 W/IM/GPAI/05-03-2019/09.00 WIB. 47 D/ &Siswa/01-04-2019/07.30-09.45 WIB. 48 D/Wasar/02-04-2019/14.45 WIB. 49 O/ &Siswa/01-04-2019/07.30-09.45 WIB.

(21)

antara keduanya. Sehingga pada proses interaksi ini guru bisa memberikan dampak kepada siswa dan siswi lewat contoh yang telah guru jalankan. Dalam penanaman nilai-nilai ibadah bisa melalui pengamatan, menanggapi perilaku, dan memberi nilai.

Sesuai dengan pengamatan peneliti bahwa sebagian siswa sudah mempuyai sikap sadar untuk menjalankan sholat dhuha tanpa disuruh atau diabsen oleh guru. Absen finger diletakkan di meja oleh guru tanpa ditunggu, hal ini demi membentuk sikap disiplin dan tanggung jawab siswa selain itu agar bisa melihat sejauh mana siswa siswi menjalankan kewajibannya dan tanggung jawabnya sebagai peserta didik.50 Sebagaimana dipaparkan oleh Ibu Maslihah bahwa:

“kami mengabsen sholat itu tidak semerta-merta untuk menilai sholat anak mbak tapi untuk melihat tanggung jawab mereka, kalau sholat itu kan sudah kembali ke dirinya masing-masing ya cuma ya tetap kami berusaha untuk membuat anak rajin sholat meskipun di rumah, kami terapkan itu absen sholat setiap 3 hari sekali, kita lihat kejujuran mereka. Dan alhamdulillah mereka itu jujur kalau tidak sholat ya bilang tidak sholat, maka kami akan mudah melakukan evaluasi cara kita menanamkan nilai-nilai ibadah untuk selanjutnya.”51

50 O/Siswa/05-03-2019/11.30 WIB. 51 W/IM/GPAI/05-03-2019/09.00 WIB.

(22)

Gambar 4.9 sebagian peserta didik yang akan

melaksanakan sholat dhuha52

Gambar 4.9. Luas mushola sebesar 9x7 meter. Adapun pembagiannya yaitu panjang seluas 9 meter dan lebar seluas 7 meter. Mushola di SMK Negeri ini dalam kondisi baik. Akan tetapi belum bisa menampung semua peserta didik ketika sholat berjamaah, peserta didik harus bergantian untuk melaksanakan sholat.53

Pada gambar 4.9 menggambarkan bahwa peserta didik di SMK Negeri 1 Blitar memiliki kesadaran untuk melaksanakan sholat dhuha meskipun tidak pada gilirannya untuk sholat dhuha. Dan peserta didik tersebut melaksanakan sholat dhuha ketika terdapat jam kosong.54

c. Internalisasi nilai-nilai Akhlak

Aspek nilai-nilai akhlak yang diinternalisasikan terdiri dari akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak kepada lingkungan. Menanamkan akhlak kepada Allah bisa dilihat

52 D/Siswa/04-04-2019/07.00 WIB. 53 D/Wasar/02-04-2019/14.45 WIB. 54 O/Siswa/04-04-2019/07.00 WIB.

(23)

dari ketaatan peserta didik dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Hal ini diselaraskan Bapak Mujib bahwa:

“untuk akhlak kepada Allah penanamannya sama halnya dengan penanaman nilai iman ya, kita tes dari sholatnya. Selain itu saya amati perilakunya, sikapnya, kita bekerja sama dengan BP untuk menghubungkan dengan wali murid. Dengan harapan bisa mengetahui sikap dia di rumah bagaimana. Apabila di rumah sering melanggar perintah-Nya seperti sholat atau puasa wajib ya kita panggil terus dekati anaknya untuk ditanya penyebabnya dan kemudian perlahan berusaha merubah sikapnya.”55

Maka untuk menanamkan nilai akhlak bisa menggunakan pendekatan personal. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Maslihah bahwa:

“kalau tentang akhlak itu butuh pendekatan ya mbak, karena kalau tidak begitu bagi saya sulit untuk menanamkan nilai akhlak. Kalau akhlak terhadap sesama manusia saya haruskan kepada anak-anak untuk terbiasa bersalaman dengan guru ketika masuk kelas atau diluar kelas juga terbiasa salaman dengan sesama teman. Karena dengan begitu nilai akhlak sesama manusia bisa tertanam dengan baik.”56

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Mujib bahwa:

“akhlak terhadap sesama manusia ya kita biasakan untuk bersalaman kepada guru itu mbak tidak peduli di dalam atau di luar kelas bahkan juga ketika kita kedatangan tamu anak-anak saya suruh salaman, dan lagi saya sangat mengutamakan adab ya mbak, apabila ada tamu pasti saya larang bercelomet saya nasehati mereka.”57

55 W/BM/GPAI/02-04-2019/11.30 WIB. 56 W/IM/GPAI/05-03-2019/09.00 WIB. 57 W/BM/GPAI/02-04-2019/11.30 WIB.

(24)

Gambar 4.10 proses pembelajaran PAI.58

Gambar 4.10. Luas kelas 9x7 m. Adapun pembagiannya panjang 9 meter dan lebar 7 meter. Tercatat bahwa kelas merupakan milik SMK Negeri 1 Blitar dan kondisi tercatat baik.59

Pada gambar 4.10 menggambarkan ketertiban para siswa dalam kegiatan belajar mengajar PAI. Tampak para siswa sangat memperhatikan guru dan mencoba menelaah apa yang dijelaskan oleh guru dan hal ini juga sebagai wujud sikap santun terhadap guru.60

Sesuai dengan pengamatan peneliti bahwa siswa juga selalu bersikap sopan dan santun terhadap guru. Para siswa selalu bersalaman kepada guru saat pembelajaran akan dimulai, dan peserta

58 D/GPAI&Siswa/01-04-2019/07.30-09.45 WIB. 59 D/Wasar/02-04-2019/14.45 WIB. 60 O/ &Siswa/01-04-2019/07.30-09.45 WIB.

(25)

didik terbiasa berbicara sopan kepada guru ataupun orang lain. Selain itu peserta didik selalu menerapkan adab-adab ketika ada tamu, yaitu tidak bercelomet dan menghargai tamu tersebut.61

Gambar 4.11 guru menegur dan menasehati peserta didik ketika

bercelomet.62

Gambar 4.11. Luas kelas 9x7 m. Adapun pembagiannya panjang 9 meter dan lebar 7 meter. Tercatat bahwa kelas merupakan milik SMK Negeri 1 Blitar dan kondisi tercatat baik. Suasana pada siang hari membuat sebagian peserta didik kurang berkonsentrasi pada pembelajaran.63

Pada gambar 4.11 di atas menggambarkan bahwa guru senantiasa menegur dan menasehati peserta didik ketika ada yang bercelomet atau bersikap kurang sopan baik terhadap guru, teman, ataukan tamu.64

Aspek akhlak terhadap lingkungan peserta didik ditanamkan melalui pembiasaan untuk membersihkan kelas atau piket kelas dan juga sesuai dengan yang dipaparkan oleh Bapak Mujib dan Ibu

61 O/GPAI&Siswa/13-09-2018/08.30 WIB. 62 D/GPAI&Siswa/02-04-2019/12.30-14.45 WIB. 63 D/Wasar/02-04-2019/14.45 WIB. 64 O/GPAI&Siswa/02-04-2019/12.30-14.45 WIB.

(26)

Maslihah melalui penugasan untuk membersihkan mushola ketika tidak memakai kopyah dan kerudung.65 Hal tersebut diselaraskan oleh Ibu Maslihah bahwa:

“saya selalu menasehati anak-anak supaya menjaga kebersihan kelas mbak, saya beri tahu mereka bahwa kebersihan itu merupakan sebagian dari iman. Dan mereka langsung membersihkan kelas mereka. Itu juga sebagai bentuk tanggung jawab anak-anak kan mbak.”66

Setiap nilai ajaran agama Islam yang ditanamkan kepada siswa diharapkan akan bisa membentuk kesadaran moral yang meskipun dari awal guru harus membantu peserta didik dalam membentuk kesadaran sehingga dengan keajekan membuat peserta didik memiliki kesadaran sendiri akan tanggung jawab yang dimiliki tanpa disuruh atau dipaksa. Akan tetapi untuk membentuk kesadaran moral harus melalui beberapa tahap tidak langsung begitu saja tertanam, terlebih hanya melalui tahap penyampaian materi saja tanpa ditanamkan nilai-nilai. Segala sesuatu membutuhkan proses, tahap agar kesadaran moral peserta didik benar-benar tertanam.

Tahap-tahap dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam memerlukan proses yang tidak cepat, tidak hanya melalui verbal saja. Melainkan harus tahap demi tahap sehingga membentuk kesadaran moral. Bahkan ketika peserta didik sudah memiliki kesadaran guru harus tetap melakukan pengawasan. Untuk tahapan pertama yang dilakukan guru yaitu tahapan transformasi nilai dengan cara

65 W/IM,BM/GPAI/04-04-2019/08.00 WIB. 66 W/BM/GPAI/02-04-2019/11.30 WIB.

(27)

memberikan materi beserta nilai baik dan harus dilaksanakan oleh siswa, pada tahap ini guru menjelaskan sampai para siswa itu mengerti. Kemudian dilanjutkan melalui tahapan transaksi nilai dimana dalam proses pembelajaran terdapat timbal balik dari siswa, pada tahap ini guru tidak hanya menyampaikan nilai melainkan peserta didik mampu berfikir hingga memahami atau bahkan menanyakan apa yang belum mereka mengerti. Kemudian tahap selanjutnya yaitu tahap transinternalisai, pada tahap ini peserta didik benar-benar mengerti dan melaksanakan nilai akhlak yang dipaparkan oleh guru.

Bapak Mujib mengungkapkan bahwa:

“tahap dalam menanamkan nilai ajaran Islam ya mulai dari hanya penyampaian materi, siswa diberi tugas hanya seperti itu. Setelah itu tahap dimana siswa merespon apa yang kita sampaikan, jadi selalu saya sisipkan tanya jawab untuk melihat respon siswa, kemudian tahap dimana nilai-nilai ajaran Islam yang terkandung dalam pembelajaran ditanamkan dengan berbagai cara yaitu dengan cara membiasakan untuk bersalaman kepada guru atau pegawai sekolah lainnya jika bertemu dan juga bersalaman dengan sesama teman. Kalau mereka lupa kan wajar karena masih tahap pembiasaan dan itu saya selingi dengan saya beri contoh dengan saya menyalami terlebih dahulu misalnya. Dan tahap terakhir yaitu tahap pengawasan dan hal ini saya bekerja sama dengan BP dan orang tua siswa.”67

Adapun dalam menanamkan nilai ajaran agama Islam selalu ada kendala, karena tidak semua peserta didik langsung bisa menerima dan terbentuk kesadaran moral. Karakter dan latar belakang peserta didik berbeda-beda membuat seorang guru harus benar-benar

(28)

memperhatikan, mengetahui, mengamati, dan memahami peserta didik, terlebih pada latar belakang peserta didik. Perbedaan latar belakang membuat guru sedikit terhambat untuk memasukkannilai ajaran agama Islam pada siswa. Terlebih lagi jika lingkungan peserta didik tidak mendukung maka hal tersebut juga akan menjadi kendala dalam penanaman nilai ajaran agama Islam.

2. Deskripsi data di SMK Islam Kota Blitar

a. Internalisasi nilai-nilai Aqidah

Internalisasi nilai-nilai aqidah sangat penting dilakukan oleh seorang guru khususnya guru PAI, terlebih jika hal tersebut dilakukan melalui proses pembelajaran, guru akan lebih mudah dalam menginternalisasi atau menanamkan nilai aqidah pada para murid. Namun hal ini tidak terlepas dari ciri khas guru dalam mengajar, apabila guru mengajar hanya sebatas verbal maka peserta didik akan mudah jenuh mendengarkan sehingga nilai-nilai aqidah yang akan ditanamkan akan lebih sulit. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Ibu Mawaddatul Ula bahwa:

“kalau mengajar itu hanya sebatas mengajar atau menyampaikan materi maka murid akan cepat jenuh terlebih lagi materi PAI kebanyakan hanya bacaan, maka kalau saya itu pasti saya selingi dengan bercerita tentang kisah-kisah para Rasul atau sahabat, hal ini dalam rangka agar murid bisa termotivasi dan mencontoh kebikan dari para Rasul, karena bagi saya mencontoh perilaku Rasul merupakan bentuk keimanan kepada para Rasul Allah. Dan selain itu saya menggunakan metode praktek langsung dan anak-anak saya beri angket untuk menilai antar teman sejawat. Nanti anak-anak saya suruh untuk mempraktekkan apa yang dicontohkan Rasul baik di sekolah maupun di rumah. Namun selain

(29)

memberikan angket saya juga melakukan pengawasan ya mbak, mulai dari mereka mempraktekkan karena ada angket penilaian hingga mereka benar-benar memiliki kesadaran untuk mempraktekkannya.”68

Jika melihat dari pemaparan Ibu Mawaddatul Ula maka jika mengajar hanya sekedar mengajarkan materi maka peserta didik akan jenuh sehingga sulit untuk memahami materi bahkan untuk menjiwai apa yang telah disampaikan. Sesuai dengan pengamatan dari peneliti bahwa penanaman nilai-nilai aqidah dalam proses pembelajaran PAI guru menggunakan metode kisah, metode praktek, serta diadakan pengawasan dari awal hingga peserta didik bisa memiliki kesadaran untuk mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Metode kisah agar peserta didik bisa mencontoh perilaku Rasul sebagai bentuk keimanan kepada Rasul Allah, belajar membaca Al-Qur’an sebagai bentuk keimanan kepada kitab-kitab Allah serta bisa membentuk rasa cinta para murid terhadap Al-Qur’an, dan belajar sholat hingga memiliki kesadaran sebagai wujud keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.69 Belajar membaca Al-Qur’an dan memperbaiki tajwid merupakan bentuk keimanan seseorang, sebagaimana dipaparkan oleh Ibu Mawaddatul Ula yaitu:

“saya kalau mau melihat bentuk keimanan anak-anak biasanya saya tes dari cara mereka membaca Al-Qur’an, apabila bacaan mereka bagus sudah otomatis mereka memiliki keimanan serta cinta terhadap kitab Allah karena bagi saya membaca AL-Qur’an saja tidak bisa bagaimana dengan mengamalkan apa yang diajarkan di dalam Al-Qur’an, tapi kalau ada anak yang

68 W/MU/GPAI/08-03-2019/09.00 WIB.

(30)

belum bisa membaca Al-Qur’an langsung akan saya privat baik di jam pelajaran atau di luar jam sampai bacaan mereka benar sesuai tajwid. Karena kan di SMK ini berasal dari berbeda-beda latar belakang jadi tidak semua bisa membaca Al-Qur’an dengan baik.”70

Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Supriyanto sebagai pakar bidang ubudiyah bahwa:

“tidak semua anak disini awal masuk bisa membaca Al-Qur’an atau sholat terlebih jika lingkungan mereka kurang mendukung, maka dari awal saya akan melihat dari bacaan Al-Qur’an dan cara mereka sholat. Terkadang kan anak-anak banyak yang belum bisa dan ingin bisa namun bingung mau dimulai darimana, maka saya inisiatif untuk mengetes membaca Al-Qur’an dan sholat tadi dan apabila ada yang belum bisa maka saya tanya kenapa belum bisa setelah itu jika mereka ingin belajar sama saya ya saya ajari.”71

Selain menggunakan tes Bapak Supriyanto juga menerapkan pembiasaan berdoa sebelum memulai segala sesuatu. Sebagaimana pemaparannya:

“jika segala sesuatu diawali dengan berdoa maka apabila kita ingin melakukan sesuatu terus ingat kepada Allah dan selalu ingat bahwa ada malaikat yang selalu mengawasi kita apalagi jika ingin berbuat jelek. Dan selalu saya katakan kepada anak-anak mbak “anak-anak-anak-anak setiap gerak gerik kalian itu selalu ada yang mengawasi dan mencatat, apa kalian masih tidak sungkan untuk berbuat jelek?” itu selalu saya katakan seperti itu kepada anak-anak. Dan apabila kalian tidak bisa berdoa maka siapa kelak yang mendoakan kedua orang tua kalian? padahal doa anak-anak yang sholeh dan sholehah yang tidak akan terputus meskipun kedua orang tua sudah meninggal. Namun saya juga tetap mengawasi perkembangan anak-anak ya, mulai dari mereka yang awalnya hanya mendengarkan dan ikut-ikutan sampai mereka benar-benar memiliki kesadaran sendiri.”72 Maka pembiasaan untuk berdoa di awal dan akhir pembelajaran merupakan salah satu cara untuk menanamkan nilai aqidah kepada peserta didik. Dengan pembiasaan maka peserta didik

70 W/MU/GPAI/08-03-2019/09.00 WIB. 71 W/SY/GPAI/09-03-2019/08.00 WIB. 72 W/SY/GPAI/09-03-2019/08.00 WIB.

(31)

akan lebih sering melaksanakan sehingga mereka terbiasa dan materi yang diampaikan bukan hanya berlalu namun juga melekat pada diri peserta didik.

Gambar 4.12 peserta didik berdoa sebelum mengawali

pembelajaran.73

Pada gambar 4.12 menggambarkan bahwa peserta didik sedang mengawali pembelajaran dengan berdoa. Berdoa dipimpin oleh salah satu peserta didik laki-laki. Namun terlebih dahulu diberi pembukaan oleh guru. Adapun pembukaan meliputi keutamaan-keutamaan ketika mengawali segala sesuatu dengan berdoa.74

Peserta didik senang jika guru menggunakan metode-metode gurunya ini terbukti dari pemaparan M. Rizqi Ali Bashar yaitu:

“iya mbak, Bu Ula ketika mengajar sangat enak, saya dan teman-teman mudah paham sampai kami sadar dan sudah terbiasa untuk melakukannya tanpa disuruh. Meskipun Bu Ula hanya berceramah tapi bahasanya musah dipahami.”75

73 D/Siswa/05-04-2019/07.30 WIB. 74 O/Siswa/05-04-2019/07.30 WIB. 75 W/RA/Siswa/29-03-2019/09.00 WIB.

(32)

Hasil observasi peneliti pada saat guru mengajar di kelas materi tentang wakaf, dalam menanamkan nilai aqidah pada materi wakaf yaitu dengan menceritakan kisah kedermawanan Nabi Muhammad lalu memberi tugas penilaian teman sejawat berupa praktek langsung dengan menggunakan angket dan dinilai oleh temannya, sebagai bentuk keimanan peserta didik yaitu iman kepada Allah yang menganjurkan untuk bersedekah, iman kepada Rasul panutan yang patut dicontoh kedermawanannya, iman kepada kitab Allah yang didalamnya ada beberapa dalil yang menganjurkan bersedekah, iman kepada Malaikat Allah yang benar adanya selalu mengawasi setiap perilaku dan mencatat segala perbuatan salah dan benar, iman kepada qada dan qadar segala sesuatu sudah sudah menurut kehendak Allah SWT. tidak tahu akan menjadi apa jika iman kepada qada dan qadar maka tidak peduli apa yang terjadi tetap bersedekah, iman kepada hari akhir yang menunjukkan bahwa hal yang akan dibawa sampai hari akhir merupakan amal jariyah atau bersedekah. Guru selau meyakinkan hal tersebut kepada peserta didik setiap kali pembelajaran berlangsung.76

Untuk metode kisah dan pembiasaan berdoa juga diperkuat oleh Bapak Sugianto yaitu:

“yang saya rasakan selama ini anak-anak itu akan lebih mengena jika mengajar menggunakan kisah mbak, anak-anak lebih terlihat antusias mereka ketika mengikuti pembelajaran, dan membiasakan berdoa juga sangat penting karena segala

(33)

sesuatu harus diawali dan diakhiri dengan doa supaya lebih berkah dan itu selalu saya sampaikan kepada anak-anak.”77 Hal serupa juga disampaikan oleh salah satu peserta didik kelas X yaitu Yogik Firmadoni bahwa:

“senang bu jika diceritakan tentang kisah-kisah itu. saya itu jadi senang menirukan perilaku Rasul bu, dan saya tahu tentang kehidupan Rasul ya dari pak Guru, menurut saya mudah dipahami.”78

Metode kisah membuat peserta didik mudah dalam memahami serta mengamalkan perilaku-perilaku teladan dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai pengamatan dari peneliti peserta didik terlihat suka memberi sesuatu kepada temannya, meskipun hanya memberi makanan atau minuman.79 Namun hal tersebut sudah mencerminkan dari teladan-teladan Rasul atau sahabatnya.

Metode kisah juga digunakan oleh Ibu Tatik, sebagaimana dari pemaparannya:

“untuk menanamkan keimanan itu saya sering menceritakan kisah-kisah kepada anak-anak, karena jika hanya menerangkan biasa anak banyak yang ngantuk atau bicara sendiri. Jadi saya selingi dengan menceritakan kisah-kisah itu.”80

Sebatas ceramah dalam menyampaikan materi namun kurang menekankan nilai-nilai yang diajarkan itu sangat sulit bagi peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri, maka dari hasil pengamatan peneliti di kelas X guru memang harus sering bersikap terbuka kepada muridnya dan nampak sangat dekat dengan peserta didik. Sehingga membuat murid tidak segan atau takut untuk mengakui kesalahan jika

77 W/SG/GPAI/09-03-2019/07.00 WIB. 78 W/YF/Siswa/29-03-2019/09.15 WIB. 79 O/GPAI&Siswa/03-04-2019/08.00 WIB. 80 W/TK/GPAI/08-03-2019/10.00 WIB.

(34)

mereka melakukan kesalahan, dan berani bertanya apabila mereka masih sulit memahami sesuatu. Sebagaimana dipaparkan oleh Bapak Solihin selaku kepala sekolah sekaligus guru PAI:

“setiap guru PAI disini memang harus terbuka dan melakukan pendekatan ke setiap murid yang diajarnya mbak, saya selalu menanamkan kepada guru-guru agar bisa masuk ke dunia anak didik disini dan saya juga mengatakan kepada anak-anak bahwa jangan sungkan ketika ada sesuatu yang ingin ditanyakan atau diceritakan kepada bapak dan ibu guru. Dan luar biasa memang guru PAI disini orangnya sangat terbuka sekali, semua care sama anak-anak. Selama ini ketika saya melakukan supervisi kan selalu saya tanya mapel apa yang sulit dan alasannya kenapa, mereka terbuka semua jika memang ada salah satu guru yang tidak mengenakkan atau sulit itu. Sejauh ini setiap saya tanya tentang guru PAI kata mereka semua gurunya enak, bersahabat kata mereka.”81

Sesuai dengan pemaparan Bapak Solihin dapat diketahui bahwa, supaya murid-murid bisa terbuka dengan guru maka seorang guru PAI harus dapat masuk ke dunia peserta didik dengan cara melakukan pendekatan personal ke setiap murid dengan harapan murid bisa lebih dekat dan terbuka dengan guru. Sehingga ketika ada permasalahan yang bisa menghambat proses belajar mengajar terlebih dalam pembentukan moral, maka bisa segera ditindaklanjuti oleh guru serta pihak sekolah. Hal demikian juga diselaraskan oleh Ibu Ula bahwa:

“kalau menginginkan anak-anak bisa mengatakan apa yang diunek-uneknya atau ingin mengetahui latar belakang siswa memang harus dekat dulu ya dengan anak-anak, supaya mereka itu jujur dan alhamdulillahnya anak sini itu nurut-nurut dan sangat terbuka sama saya. Apapun mereka ceritakan contohnya ketika mereka belum bisa mengaji, sholat, dsb.”82

81 W/SH/KS/30-03-2019/09.30 WIB. 82 W/MU/GPAI/08-03-2019/09.00 WIB.

(35)

Hal demikian juga dibenarkan oleh Bapak Sugianto bahwa: “untuk membuat anak memiliki kesadaran moral itu tentunya tidak mudah, nah cara yang saya gunakan yaitu dengan pendekatan pada anak saya mencoba menghafali anak-anak dan mengenali karakter mereka, saya ajak bergurau biar suasana pembelajaran tidak tegang. Dari situ saya akan mengamati tingkah laku siswa yang menunjukkan keimanan, contohnya saya mengamati dari cara membaca Al-Qur’an, sholat, dan perilakunya.”83

Pendekatan personal cenderung bisa menciptakan keadaan yang lebih nyaman dalam kegiatan pembelajaran, maka murid akan antusias mengikuti proses pembelajaran sehingga baik materi ataupun nilai yang ditanamkan bisa dipahami dengan runtut. Seperti yang diungkapkan oleh Rizqi bahwa:

“gurunya enak diajak bicara mbak, pengertian dan bersahabat, jika ada anak-anak yang rame beliau tidak pernah marah malah menasehati. Kalaupun ada yang keterlaluan itu paling dihukum membaca Al-Qur’an, tidak pernah menghukum fisik. Jadi jika waktunya pelajaran PAI saya sangat senang karena dari sini saya jadi bisa membaca Al-Qur’an.”84

Sesuai pada pengamatan peneliti bahwa dalam kegiatan pembelajaran peserta didik mengikuti dengan baik dan tertib. Sikap peserta didik menunjukkan bahwa nilai-nilai aqidah yang ditanamkan dapat terlaksana.85 Dengan menunjukkan sikap yang tertib di dalam kelas merupakan bentuk keimanan seseorang, sikap yang taat terhadap guru seperti taatnya Rasul dan malaikat Allah. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak Supriyanto bahwa:

“dengan melihat anak tertib di dalam kelas, di luar kelas, atau pun di lingkungan masyarakat itu menunjukkan bentuk

83 W/SG/GPAI/09-03-2019/07.00 WIB. 84 W/RA/Siswa/29-03-2019/09.00 WIB. 85 O/GPAI&Siswa/03-04-2019/08.00 WIB.

(36)

keimanan anak, kami sebagai guru sangat mengutamakan hal itu.”86

Gambar 4.13 ketertiban peserta didik ketika mengikuti

proses pembelajaran.87

Pada gambar 4.13 menggambarkan saat proses pembelajaran peserta didik sangat tertib dan mendengarkan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh.88

Seorang guru ketika menggunakan metode apapun akan tetapi kurang mengerti karakter peserta didik, tidak dekat dengan para murid maka murid akan sulit menampilkan perilaku terbuka dengan guru, sehingga nilai-nilai yang disampaikan guru akan terhambat.

86 W/SY/GPAI/09-03-2019/08.00 WIB. 87 D/Siswa/29-03-2019/07.00-08.45 WIB. 88 O/Siswa/29-03-2019/07.00-08.45 WIB.

(37)

b. Internalisasi nilai-nilai Ibadah/Syariah

Nilai-nilai ibadah/syariah merupakan sesuatu yang selalu dilakukan dalam kehidupannya setiap hari. Maka dari itu nilai ibadah penting untuk ditanamkan kepada peserta didik. Penanaman nilai ibadah bisa dilakukan melalui keluarga, sekolah, ataupun masyarakat sehingga bisa membentuk kesadaran diri pada peserta didik. Namun, jika di sekolah maka guru lah yang menanamkan nilai ibadah. Sebagaimana dipaparkan oleh Ibu Tatik bahwa:

“meskipun sebenarnya untuk hal ibadah seharusnya dididik dari rumah, pondasi pertama yaitu keluarga. Tapi bukan berarti sebagai guru santa-santai saja. Karena mengingat anak disini berasal dari berbagai latar belakang jadi harus sungguh-sungguh dalam menanamkan nilai ibadah, karena kan ibadah urusan sama Allah dan juga sesama manusia. Jika di sekolah maka tugas guru lah yang menanamkan nilai ibadah pada anak.”89

Tripusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan sangat berpengaruh bagi perkembangan peserta didik, terutama perkembangan moral. Maka ketiganya sangat berperan penting untuk moral peserta didik, hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Supriyanto:

“ibadah itu kan terutama tentang sholat, maka sebenarnya itu sangat tergantung gimana keluarganya. Kalau keluarganya belum pernah mengajarkan sholat ya berarti sudah otomatis sudah menjadi kewajiban kami untuk mengajarinya. Peran keluarga itu sangat penting dan lingkungan juga tidak kalah penting. Karena meskipun anak yang berasal dari keluarga yang rajin beribadah tapi jika mereka salah memilih teman maka bisa jadi mereka akan melupakan kewajibannya. Itu sih yang membuat sulit, tapi ya tetap harus diajari.”90

89 W/TK/GPAI/08-03-2019/10.00 WIB. 90 W/SY/GPAI/09-03-2019/08.00 WIB.

(38)

Ibadah merupakan perilaku yang mencerminkan kerendahan diri di hadapan Allah SWT, sebagai contohnya adalah terdapat dalam 6 rukun Islam yaitu syahadat, sholat, zakat, puasa, dan haji. Nilai yang ditanamkan pada syahadat yaitu bersaksi dan beriman bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Hal tersebut juga berkaitan dengan nilai-nilai aqidah maka untuk penanaman nilai syahadat sama halnya dengan penanaman nilai aqidah yaitu dengan menggunakan metode kisah dan menggunakan angket sebagai bentuk pengawasan. Nilai sholat yang ditanamkan yaitu berupa disiplin waktu, lebih berhati-hati dalam menjaga dari hadas, menjaga kebersihan, menjaga diri dari perilaku buruk, tertib, persatuan, sosial dan kemanusiaan. Akan tetapi untuk menanamkan nilai-nilai ajaran Islam membutuhkan proses panjang, maka jika hanya disampaikan melalui ceramah biasa maka siswa bisa sulit untuk bisa memahami dan melaksanakan dalam kehidupannya setiap hari. Guru sangat memerlukan memakai berbagai metode dalam menanamkan nilai ibadah. Sebagaimana dipaparkan oleh Bapak Sugianto bahwa:

“menanamkan nilai ibadah itu kalau sebatas ceramah ya anak-anak bingung, maka disini saya menggunakan metode praktek, pembiasaan, dan mencontohkan. Prakteknya melalui sholat dhuhur, sholat dhuha, dan praktek wudhu yang benar. Namun untuk pelaksanaannya ya saya juga memberi contoh, mereka pasti tidak mau melakukan jika yang menyuruh saja tidak melakukan. Maka ya itu tadi saya selalu memberikan contoh ketika sudah adzan saya langsung ke aula dan segera mengambil wudhu.”91

(39)

Untuk membuat peserta didik menjadi terbiasa melakukan ibadah dan tumbuh kesadaran dalam diri membutuhkan proses, peserta didik membutuhkan tahapan-tahapan dari awal mulai dari peserta didik belum paham tentang sholat hingga peserta didik memiliki kesadaran sendiri akan pentingnya beribadah. Menumbuhkan kesadaran peserta didik salah satu cara bisa menggunakan absen, apabila dibiasakan setiap hari dengan keajekan maka peserta didik akan tumbuh kesadaran dalam dirinya. Bapak Sugianto juga mengungkapkan bahwa:

“anak jika dibiasakan maka akan terbiasa sendiri dan merasa bahwa beribadah itu sangat penting, dari awal dulu ketika sholat selalu diabsen sehingga sekarang tanpa diabsen anak-anak sudah mengerti sendiri jika waktu sholat sudah tiba. Dengan absen kita juga melatih kedisiplinan anak terhadap waktu dan bersikap selalu tertib pada perintah Allah.”92

Di SMK Islam bab tentang sholat ini termasuk pada bidang ubudiyah, sehingga dalam penyampaian materi hanya sedikit saja selebihnya langsung praktek. Namun di dalam proses pembelajaran guru tidak lupa untuk menyisipkan nasehat-nasehat tentang pentingnya nilai ibadah.93 Dari pengamatan peneliti dalam proses pembelajaran Ibu Ula menunjukkan bahwa, guru benar-benar menanamkan nilai ibadah kepada peserta didik meskipun penyampaian hanya melalui lisan akan tetapi guru sangat menghayati dan tegas sehingga peserta didik mampu mengetahu apa yang telah dijelaskan dan apa yang harus dilakukan oleh mereka. Misalnya ketika

92 W/SG/GPAI/09-03-2019/07.00 WIB. 93 O/GPAI&Siswa/12-09-2018/09.30 WIB.

(40)

guru menanamkan nilai ibadah tentang menjaga diri dari perilaku buruk pada materi tentang wakaf, di akhir pembelajaran guru menjelaskan bahwa jika seseorang sholat maka akan terhindar dari perilaku buruk karena selalu ingat Allah. Guru menegaskan bahwa sholat akan selalu mengingatkan kita kepada kebaikan, guru juga bertanya kepada peserta didik “apabila kita setiap hari sholatnya rajin tapi kita masih berperilaku buruk apakah kita tidak malu pada yang selalu melihat kita? Tidak malu dengan Rasul Allah yang bersih hatinya namun tetap berperilaku baik? Tidak malu dengan malaikat Allah yang senantiasa mencatat setiap perilaku kita?”. Guru selalu menanamkan nilai-nilai tersebut meskipun materi bukan tentang sholat. Dengan begitu dapat memotivasi peserta didik agar tumbuh kesadaran moral mereka.94 Yogik firmadoni menyetujui bahwa dengan cara tersebut peserta didik dapat termotivasi, berikut ungkapan siswa kelas X TKJ-4 bahwa:

“setiap kali diberi motivasi-motivasi Bu guru itu saya dan teman-teman selalu merenung dan membenarkan apa yang disampaikan beliau, dan bisa menyentuh hati. Dari nada Bu guru ketika memotivasi itu kami sampai merinding bu dan membuat kami berpikir lagi. Karena setiap pelajaran selalu dinasehati seperti itu jadi kami selalu ingat bu.”95

Salah satu program dari sekolah yaitu khotmil Qur’an setiap hari maka setiap peserta didik harus sudah memiliki wudhu sebelum jam 06.45. Maka dari itu siswa menjadi memiliki kebiasaan untuk

94 O/GPAI&Siswa/29-03-2019/07.00-08.45 WIB. 95 W/YF/Siswa/29-03-2019/09.15 WIB.

(41)

menjaga kebersihan pada diri dan selalu menjaga diri dari hadas.96 Akan tetapi harus selalu dilakukan pengawasan pada peserta didik, sebagaimana dipaparkan oleh Ibu Ula yaitu:

“saya selalu mengharuskan kepada anak-anak untuk selalu punya wudhu mbak dan saya wajibkan untuk menjaga kebersihan kelas karena saya masuk dijam pertama, kalau belum punya wudhu maka akan saya giring ke tempat wudhu dan saya awasi, tapi sekarang ketika saya masuk anak-anak itu selalu sudah wudhu semuanya dan kelas juga sudah rapi dan bersih. Karena dengan menjaga kebersihan mmenurut saya termasuk mengamalkan nilai ibadah. Alhamdulillah nya sekarang anak-anak sudah terbiasa semua, sudah memiliki kesadaran.”97

Dalam nilai ibadah/syariah selain tentang sholat juga tentang nilai zakat, puasa, dan haji. Untuk nilai zakat maka yang ditanamkan menurut Bapak Supriyanto yaitu:

“menanamkan nilai zakat, kita kembalikan kepada anak-anak terlebih dahulu apa zakat itu mbak. Bahwa zakat itu kan merupakan rukun Islam, maka jika kita melakukan zakat maka berarti menunjukkan ketaatan kita dan ketaqwaan kita kepada-Nya kan, maka saya nasehati anak-anak bahwa zakat itu bentuk investasi dunia dan akherat kita kelak, kita sebagai umat muslim wajib mengeluarkan zakat dan diberikan kepada mustahiq yang sudah ditentukan. Saya juga menasehati anak-anak bahwa jika kita masih memiliki rasa solidaritas dan sosial yang tinggi kepada orang lain masak masih ragu untuk mengeluarkan zakat?. Selalu saya tanamkan bahwa zakat itu bentuk keimanan seseorang dan bentuk solidaritas kita kepada orang lain. Terkadang juga kita gantikan dengan sodaqoh itu mbak, kan nilai yang terkandung juga sama akan tetapi zakat itu merupakan rukun dan ada ketentuannya.”

Metode nasehat juga sangat penting untuk dipraktekkan dalam pembelajaran, dengan tujuan peserta didik bisa tertanam dalam jiwa sehingga tumbuh kesadaran dalam dirinya. Hal ini membutuhkan

96 O/GPAI&Siswa/03-04-2019/06.30 WIB. 97 W/MU/GPAI/08/03/2019/09.00 WIB.

(42)

suatu pembiasaan atau disampaikan berulang-ulang oleh guru meskipun dalam materi pembahasan yang lain.

Sesuai dengan pengamatan peneliti pada kelas X TKJ-4 tentang wakaf, maka nilai yang ditanamkan juga sama halnya yaitu tentang bentuk keimanan dan ketaqwaan kepada Allah serta bentuk solidaritas kepada sesama manusia. Proses penanaman nilai zakat maka guru menggunakan nasehat juga angket untuk mengawasi perilaku peserta didik. Menggunakan angket tidak untuk menakut-nakuti peserta didik karena menggunakan angket akan tetapi melihat sejauh mana peserta didik bisa bertanggung jawab dengan tugasnya.98 Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Ula merupakan guru Pendidikan Agama Islam di kelas X TKJ-4:

“menanamkan nilai zakat selalu saya nasehati di akhir pembelajaran sama halnya dengan sholat tadi, saya juga menggunakan angket akan tetapi angket hanya untuk melihat tanggung jawab dan kejujuran anak-anak saja, juga bentuk ketaatan mereka kepada gurunya. Kita sebagai guru tetap mengawasi apakah mereka jujur atau tidak.”99

Penanaman nilai puasa mengajarkan tentang menahan hawa nafsu, contohnya menahan agar tidak mudah emosi kepada teman, menahan diri untuk tidak bercelomet ketika pembelajaran berlangsung. Selaras dengan pemaparan Bapak Sugianto bahwa:

“seusia anak SMK ini kan ya masih mudah emosi ya mbak, jika ada yang emosi atau marah sama temannya itu selalu saya panggil untuk maju kedepan saya tanya kenapa jika sudah memberi penjelasan maka suruh dia untuk pergi wudhu dan saya beri tahu kepada semua anak di kelas bahwa jika sedang

98 O/GPAI&Siswa/29-03-2019/07.00-08.45 WIB. 99 W/MU/GPAI/08-03-20119/09.00 WIB.

(43)

marah emosi meluap pergilah wudhu, karena dengan wudhu akan menjadi tenang dan setelah wudhu saya suruh baca Al-Qur’an di depan biar hatinya lebih tenang atau selain itu saya suruh baca ayat kursi mbak. Harapan saya supaya anak-anak bisa menahan emosinya.”100

Bapak Supriyanto juga menegaskan bahwa:

“jika anak yang tidak bisa menahan diri untuk bercelomet maka akan saya tunjuk dan saya suruh mengajukan pendapat. Dengan tujuan celometan mereka menjadi berfaedah bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan juga untuk temannya. Setelah itu saya nasehati mereka bahwa jika mereka bercelomet ketika guru sedang mengajar maka itu menunjukkan bahwa mereka bersikap tidak mentaati guru tersebut. Tidak lupa saya selalu membuat catatan sendiri tentang perilaku siswa mbak.”101

Pentingnya metode nasehat bagi peserta didik, jika nasehat diulangi setiap proses pembelajaran maka peserta didik akan terbiasa sendiri melakukannya.

Kemudian penanaman nilai haji, nilai haji yang ditanamkan yaitu tentang nilai persatuan, nilai persamaan terhadap sesama manusia, dan sikap rendah hati. Nilai persatuan, persamaan, dan rendah hati juga merupakan bentuk nilai ibadah manusia dengan manusia lainnya. Nilai persatuan terbentuk ketika awal mula di SMK Islam ini terlibat tawuran, maka guru PAI segera bertindak melalui proses pembelajaran dengan menanamkan nilai persatuan dalam kehidupan melalui metode kisah dan nasehat. Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Sugianto:

“saya menceritakan kisah Nabi Muhammad pernah menyatukan antara suku Suku Aus dan Khazraj yang telah bermusuhan sejak zaman jahiliyah. Ketika Nabi berhijrah dari

100 W/SG/GPAI/09-03-2019/07.00 WIB. 101 W/SY/GPAI/09-03-2019/08.00 WIB.

(44)

Makkah ke Madinah, permusuhan di antara mereka pun berhenti karena Rasulullah telah mendamaikannya. Dan memotivasi, menasehati, dan menanyai mereka satu persatu apakah faedah dari tawuran, apa tidak kasihan kepada orang tua susah payah mencari uang tapi melihat anaknya ketika sekolah hanya senang berkelahi? Saya tanya gitu dan tentunya saya tanya apa penyebab mereka tawuran. Setelah mereka menjelaskan ada salah satu peserta didik yang ingin permusuhan dengan sekolah lain segera berhenti dan memberi ide untuk melakukan suatu perkumpulan. Dari situ saya langsung bicara kepada kepala sekolah dan menyetujuinya.”102

Hal tersebut juga ditambahkan oleh Bapak Solihin bahwa: “setelah itu kita membentuk perkumpulan rutin antar sekolah dan bisa damai hingga sekarang mbak. Saya terkesan dengan penyampaian Bapak Ibu guru yang membuat anak-anak bisa terketuk hatinya dan menyadari kesalahan mereka. Alhamdulillah sekarang sekolah ini terhindar dari pertikaian antar sekolah. Memang benar bahwa dengan melakukan pendekatan dengan siswa itu mereka jadi lebih nyaman untuk menyampaikan sesuatu masalah yang mereka hadapi.”103 Untuk menanamkan nilai persamaan guru menggunakan metode diskusi, karena di dalam diskusi akan dibagi anggota kelompok dari berbagai karakter dan kemampuan. Dari situ peserta didik bisa menyatukan perbedaan menjadi sebuah persamaan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ula:

“biasanya saya memakai diskusi mbak, kan selain anak-anak tidak jenuh biar mereka belajar bekerja sama dengan orang-orang yang berbeda kemampuan. Setelah di akhir pembelajaran saya juga menjelaskan tujuan saya membentuk diskusi disitu saya beri waktu anak-anak untuk menyampaikan pendapat mereka bagaimana bekerja sama dengan teman-temannya yang berbeda. Saya juga tekankan bahwa nanti di dunia kerja harus mampu bekerja sama dengan siapapun, dari latar belakang, karakter hingga kemampuan yang berbeda.” Pemaparan Ibu Ula juga disetujui oleh Ibu Tatik, Bapak Supriyanto, dan Bapak Sugianto bahwa ketika sudah bekerja harus

102 W/SG/GPAI/09-03-2019/07.00 WIB. 103 W/SH/KS/30-03-2019/09.30 WIB.

(45)

bisa bersatu dengan tim, bisa bekerja sama dengan baik dengan tim, dan menyatukan persamaan merupakan hal yang utama agar pekerjaan bisa tuntas dengan baik.

Terkait hubungan manusia dengan manusia selain hal di atas yang terdiri dari nilai disiplin, sosial, tanggung jawab dan rendah hati. Ibu Ula, Ibu Tatik, Bapak Supriyanto, dan Bapak Sugianto setuju bahwa dalam menanamkan disiplin pihak sekolah bekerja sama dengan program sekolah yaitu “Pintar Bersama Daihatsu”, dimana sekolah ditata kelola seperti di industri, sebagai contoh peserta didik harus berjalan di jalur hijau, dilarang meludah sembarangan, dilarang membuang sampah sembarangan. Bila ada yang melakukan pelanggaran dari peraturan yang berlaku maka akan diberi punishment berupa membersihkan sampah agar peserta didik terbiasa untuk menjaga lingkungan.

Gambar 4.14 kedisiplinan peserta didik melewati jalur hijau.104

(46)

Pada gambar 4.14 di atas menggambarkan bahwa dua siswi sedang menjalankan peraturan kerja sama dengan PBD yaitu berperilaku sesuai dengan tata aturan di industri.105

Selain hal itu keempat guru PAI juga menanamkan disiplin melalui sholat tepat waktu dan memberi teladan ketika masuk kelas tidak terlambat.106 Sebagaimana dipaparkan oleh Ibu Tatik bahwa:

“saya selalu mengharuskan untuk masuk di dalam kelas tepat waktu meskipun bukan di jam pertama, saya pun juga mengikuti peraturan yang kami buat itu agar “fair”, jika terlambat maka akan saya suruh membaca Al-Qur’an atau hafalan surat pendek. Jika saya yang terlambat maka saya juga akan berlaku demikian. Jika saya “fair” maka nilai persamaan akan tertanam pada diri siswa tapi masih pada taraf harus mentaati guru ya mbak.”107

Hal itu juga dibenarkan oleh Ibu Ula, Bapak Supriyanto, dan Bapak Sugianto karena itu sudah kesepakatan antar guru PAI.108

Untuk penanaman tanggung jawab melalui penugasan atau mengisi angket kegiatan sehari-hari. Jika peserta didik bisa menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu maka bukan hanya sikap tanggung jawab yang terbentuk, bahkan juga sikap dislipin.

c. Internalisasi nilai-nilai Akhlak

Cakupan nilai akhlak sama dengan cakupan dalam ajaran agama Islam itu sendiri, khususnya yang berhubungan dengan pola hubungan, diantaranya adalah akhlak kepada Allah yang paling utama, akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak terhadap lingkungan.

105 O/Siswa/30-03-2019/10.00 WIB. 106 W/MU,TK,SY,SG/GPAI/03/004/2019/jam 10.00 WIB. 107 W/TK/GPAI/08-03-2019/10.00 WIB. 108 W/MU,SY,SG/GPAI/03-04-2019/10.00 WIB.

Gambar

Gambar 4.1 sholat dhuhur jamaah putra 2
Gambar  4.1  di  atas  menggambarkan  bahwa  ketertiban  peserta  didik  laki-laki  saat  sholat  dhuhur  berjamaah
Gambar 4.3 peserta didik menuju mushola. 9
Gambar 4.4 pembelajaran PAI .15
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengukuran, diperoleh informasi yang terkait dengan kualitas hidup yaitu deskripsi persentase pasien yang mengalami permasalahan pada lima aspek yang diukur,

Berdasarkan hasil analisis tersebut, menunjukkan bahwa induksi suhu inkubasi berpengaruh terhadap profil ekspresi gen aromatase pada periode setelah TSP dengan

Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan metode memberikan penyuluhan dalam bentuk seminar bagi masyarakat Kelurahan Rejosari dengan tema “Pemberdayaan

mengolah data, mengidentifikasi, menganalisis, merumuskan, menyelenggarakan, membimbing, mengevaluasi, dan mengembangkan teori, konsep, metode, prosedur, peraturan, dan

Penataan Penataan Ruang Pulau Sulawesi bertujuan untuk mewujudkan: (a) Pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan

[r]

Tingkat ketiga ini sudah ada usaha kongkrit dalam diri seseorang anak untuk menentukan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang dianggap memiliki validitas, yang

Dapat disimpulkan bahwa jumlah ALTB pada peternakan ayam pedaging di Desa Mengesta Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan di tempat minum ayam sebanyak 389,78