• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANCAMAN PIDANA BAGI PELAKU PENGEROYOKAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR (Studi Kasus di Polresta Palembang) -

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANCAMAN PIDANA BAGI PELAKU PENGEROYOKAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR (Studi Kasus di Polresta Palembang) -"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANCAMAN PIDANA BAGI PELAKU PENGEROYOKAN YANG

DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR

(Studi Kasus di Polresta Palembang)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh

RENO WARDONO

NIM

:

50 2015 347

FAKULTAS HUKUM

(2)
(3)
(4)

iv ABSTRAK

ANCAMAN PIDANA BAGI PELAKU PENGEROYOKAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR.

(Studi Kasus di Polresta Palembang) Oleh:

RENO WARDONO

Tindak pidana pengeroyokan atau kekerasan yang dilakukan secara bersama-sama adalah tindakan yang merugikan orang lain dengan cara menganiaya atau melukai, yang dilakukan secara bersama-sama. Tindak pidana ini sudah diatur didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 170.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ancaman hukuman bagi pelaku pengeroyokan yang dilakukan oleh anak di bawah umur dan untuk mengetahui perlindungan hukum bagi pelaku pengeroyokan yang dilakukan anak di bawah umur.

Penelitian ini berlokasi di palembang dengan menggunakan jenis penelitian dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif yang didukung dengan penelitian wawancara. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Sedangkan teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan melalui proses studi kepustaka, internet dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah dengan cara analisis semua data yang bersifat tertulis dan hasil wawancara, hasil analisis dipresentasikan secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian di peroleh kesimpulan bahwa: 1) Ancaman hukuman bagi pelaku pengeroyokan yang dilakukan oleh anak di bawah umur adalah pasal 170 KUHP. sesuai dengan apa yang telah di atur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, sedangkan untuk hukuman yang ditetapkan tergantung dari apa yang telah diperbuat. Dengan pidana penjara paling lama tuju tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat, dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut. 2) Perlindungan hukum bagi pelaku pengeroyoan yang dilakukan oleh anak di bawah umur dapat dilihat dalam pasal 45 KUHP, Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dan Undang-Undang Nomor. 39 Tahun1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan begitu banyak

nikmat-Nya dan shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya , skripsi ini berjudul:

ANCAMAN PIDANA BAGI PELAKU PENGEROYOKAN YANG DILAKUKAN

OLEH ANAK DI BAWAH UMUR. ( Studi Kasus di Polresta Palembang ).

Dengan segala kerendahan hati diakui bahwa skripsi ini masih banyak mengandung

kelemahan dan kekurangan, semua itu disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan

pengalaman penulis, karenanya mohon dimaklumi.

Dalam kesempatan yang baik ini penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang telah memberikan dorongan dan bantuan, khususnya terhadap :

1. Bapak Dr. Abid Djazuli, SE., MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Palembang

beserta jajarannya :

2. Ibu Dr. Hj. Sri Suatmiati, SH., M.Hum. Dekan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang :

3. Bapak/ibu Wakil Dekan I,II,III, dan IV, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Palembang :

4. Bapak Mulyadi Tanzili, SH., MH. selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang ;

5. Bapak H. Maramis, SH., M.Hum. Selaku Pembimbing Skripsi yang telah banyak

(6)

vi

6. Ibu Desni Raspita, SH, MH. Selaku Penasehat Akademik;

7. Bapak dan Ibu Dosen dan beserta Staf karyawan dan karyawati Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang;

8. Terimahkasih kepada Bapak Bripka Erza Fahruri selaku Anggota Reskrim Polresta

Palembang yang telah bersedia diwawancarai ketika penulis melakukan penelitian

lapangan ;

9. Terimahkasih kepada Ayahanda Saiful dan Ibunda Eni Suryani, Serta Kedua

Adik-adik ku Reni Sasmita dan Rina Oktarina, yang telah banyak memberikan dorongan

dan semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

10.Terimakasih kepada Keluarga Besar BRIMPALS

11.Terimakasih kepada Keluarga Besar BEM FH-UMPalembang

12.Terimakasih kepada Keluarga Besar IMMUBA

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan

bantuan, bimbingan serta fasalitas apapun juga dalam penyusunan skripsi ini;

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya,

terutama bagi penulis sendiri. Aamiin

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Palembang, Februari 2019

Penulis,

(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAAN……….. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

(8)

viii

BAB. III. PEMBAHASAN

A. Ancaman Hukuman Bagi Pelaku Pengeroyokan yang dilakukan

Oleh Anak di Bawah Umur ………... 39

B. Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Pengeroyokan yang dilakukan

Anak di bawah Umur…….……….. 44

BAB. IV. KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ………... 56

DAFTAR PUSTAKA

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat),

bukan berdasarkan atas kekuasaan (machtstaat). Hal ini secara jelas disebutkan dalam

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

rumusannya Negara Indonesia adalah negara hukum.1

Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah atau larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan jika

dilanggar dapat menimbulkan tindakan hukum dari pihak pemerintah untuk masyarakat

itu yang melangar.2

Tindak pidana pada saat ini sangat beragam motifnya seperti kekerasan fisik atau

penganiayaan, dan masih banyak lagi motif tindak pidana yang lainnya. Tindak pidana

dapat dikatakan sebagai bentuk tingkah laku seseorang yang melanggar

ketentuan-ketentuan hukum dan norma-norma hukum yang berlaku di dalam masyarakat.

Belakangan ini tindak pidana bisa terjadi terhadap setiap kalangan baik dewasa maupun

anak-anak, terlebih terhadap anak-anak sangat riskan karena anak merupakan generasi

penerus bangsa yang membutuhkan perlindungan hukum khusus yang berbeda dari orang

dewasa, dikarenakan alasan fisik dan mental anak yang belum dewasa dan matang. Pada

era globalisasi seperti sekarang ini, tidak menutup kemungkinan bahkan sudah menjadi

hal yang biasa apabila anak-anak melakukan tindak pidana. Kenakalan anak sering

1 Lihat Undang-Undang Dasar Tahun 1945

(10)

2

disebut dengan junevile deliquency, yang diartikan dengan anak cacat sosial.3 Banyaknya

kasus tindak pidana yang melibatkan anak di bawah umur, seperti kasus perkelahian dan

minum-minumann keras, kasus pencurian, perusakan, penghinaan, kekerasaan,

pengeroyokan disebabkan karena pada masa ini seorang anak berada dalam transisi

perubahan, sehingga menyebabkan emosi yang tak terkontrol.

Dalam perkembangan masyarakat modern, telah memberi dampak positif maupun

dampak yang negatif bagi pembangunan nasional dan sumber daya manusia. Dengan

mengikuti perkembangan masyarakat, tipe dan motif suatu kejahatan mengalami

perubahan dari segi kualitas dan kuantitas. Kualitas kejahatan pada zaman sekarang ini

semakin berubah dari segi motif maupun sarana pra sarana yang dipakai untuk

melakukan kejahatan. Salah satu kejahatan yang marak pada sekarang ini adalah tindak

kejahatan kekerasan. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah tindak kejahatan

kekerasan itu dilakukan oleh anak anak. Pada masa sekarang ini marak sekali berbagai

tindakan tindakan menyimpang yang melibatkan anak-anak. Tindakan tersebut tidak

hanya di kategorikan sebagai kenakalan yang wajar, namun sudah mengarah dalam

tindak kejahatan, seperti mencuri, tawuran, berkelahi ,melakukan penganiayaan dan

bentuk kekerasan lainya yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan anak

maupun orang lain di sekitarnya. Banyak sekali anak anak yang melakukan tindak

kekerasan dan di jebloskan ke dalam penjara,atau rumah tahanan dan seringkali mereka

di pelakukan selayaknya orang dewasa.4 Masih rendahnya kesadaran mengenai hak-hak

anak menyebabkan banyak kalangan menyamaratakan anak-anak pelaku kekerasan tidak

berbeda jauh dengan residivis, dianggap sebagai pesakitan, dan sering dijuluki, bibit

3 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Bandung, PT Refika Aditama, 2014, hlm. 67.

(11)

3

penyakit masyarakat. Tindak pidana kekerasan yang melibatkan anak adalah suatu

problem yang muncul di tengah-tengah masyarakat.

Salah satu tindak pidana yang marak terjadi adalah tindak pidana Pengeroyokan.

Hal ini disebabkan karena tindak pidana pengeroyokan menjadi jalan pintas bagi

sebagian Anak-anak atau sekelompok orang untuk menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang ada pada dirinya tanpa memikirkan akibat dari apa yang mereka

lakukan.

Tindak pidana pengeroyokan terdapat dalam pasal 170 KUHP yang berbunyi:

(1) Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan

kekerasan terhadap orang atau barang, di ancam dengan pidana penjara paling

lama lima tahun enam bulan.

(2) Yang bersalah diancam:

1. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja

menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan

luka-luka;

Adapun contoh kasus yang terkait dengan pasal 170 KUHP tentang tindak pidana

pengeroyokan sebagaimana yang hendak Penulis teliti adalah terjadinya tindak pidana

pengeroyokan yang dilakukan oleh anak di bawah umur, dalam kasus ini tindak pidana

(12)

4

menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang menimpa mereka, tanpa memikirkan

terlebih dahulu akibat dari apa yang mereka lakukan.

Maka berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengangkat judul

ANCAMAN PIDANA BAGI PELAKU PENGEROYOKAN YANG DILAKUKAN

OLEH ANAK DI BAWAH UMUR (Studi Kasus di Polresta Palembang).

Alasan penulis mengangkat kasus ini karena seringnya terjadi tindak pidana

pengeroyokan di kalangan pelajar SMP dan SMA di Indonesia, khususnya pelajar yang

ada di kota palembang. Sehingga terkadang menimbulkan masalah yang berkepanjangan

hingga bisa berujug ke ranah hukum.

B. Permasalahan

1. Bagaimanakah Ancaman Hukuman Bagi Pelaku Pengeroyokan yang dilakukan oleh

Anak di Bawah Umur ?

2. Bagaimanakah Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Pengeroyokan yang dilakukan

Anak di Bawah Umur ?

C. Ruang Lingkup dan Tujuan

Ruang lingkup penelitian dibatasi untuk menghindari agar pembahasan tidak

terlalu luas, pembahasan penelitian ini mengenai Ancaman Hukuman Bagi Pelaku

Pengeroyokan yang dilakukan oleh Anak di Bawah Umur dan Perlindungan Hukum Bagi

Pelaku Pengeroyokan yang dilakukan Anak di Bawah Umur.

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui Ancaman Hukuman Bagi Pelaku Pengeroyokan yang

dilakukan oleh Anak di Bawah Umur.

2. Untuk mengetahui Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Pengeroyokan yang

(13)

5

D. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan

perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul skripsi. Sesuai

dengan judul penelitian,

“Ancaman Pidana Bagi Pelaku Pengeroyokan yang dilakukan oleh anak di Bawah

Umur (Studi kasus di Polresta Palembang)”. Maka Kerangka Konseptual yang perlu

dijelaskan, yaitu :

1. Ancaman Pidana adalah hukuman atau sanksi pidana yang diancamkan kepada

orang yang melakukan suatu perbuatan pidana.

2. Pengeroyokan adalah suatu perbuatan yang melangar hukum dengan cara

melakukan pengaiayaan terhadap orang secara bersama-sama.

3. Anak di Bawah Umur adalah Laki-laki atau perempuan yang belum cukup umur

menurut Undang-undang, atau masih berusia di bawah 18 (Delapan Belas Tahun).

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian hukum Normatif,

yaitu metode meneliti kepustakaan yang digunakan dalam penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada.5

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif.

Penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan yang bertujuan untuk memperoleh

gambaran ( deskriptif ) lengkap dalam keadaan tertentu dan pada saat tertentu,

atau mengenal gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum yang tertentu yang

(14)

6

terjadi dalam masyarakat. Dalam hal ini tipe penelitian deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan secara jelas, terperinci, dan sistematis.6

3. Pengumpulan Data

a. Penelitian perpustakaan yaitu meliputi.

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

berupa peraturan perundang-undangan.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang,

hasil-hasil penelitian, atau pendapat pakar hukum.7

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

seperti kamus (hukum), ensiklopedia.

b. Wawancara

Wawancara dengan aparat terkait di polresta palembang, dimaksudkan

adalah sebagai pelengkap atau tambahan data dalam Penelitian hukum

Normatif. Diharapkan dapat menunjang kelanjutan penelitian ini.

4. Pengolahan Data

Pengolahan data, dilakukan dengan cara menyusun, merapikan, memberi

penomoran, meng-coding (memberi kode-kode) sehingga data siap untuk

dianalisis.

6 Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT. Raja Grapindo Persada, 2006, Hlm. 30

(15)

7

5. Teknik Analisis Data

Penelitian sosiologis ini data dianalisis secara kualitatif. Kualitatif artinya

menguraikan data secara sistematis dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun,

logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan pemahaman dan

interprestasi data.8 Dengan demikian gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat

akan dihubungkan dengan data yang diperoleh yaitu dengan membandingkan

teori, pendapat para ahli, serta perundang-undangan yang berlaku, dan akhirnya

ditarik kesimpulan secara deduktif, yaitu kesimpulan diambil dari hal-hal yang

umum ke khusus.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan disusun dalam format empat bab untuk mendapatkan

gambaran secara menyeluruh menganai apa yang akan diuraikan dalam skripsi ini.

Dengan demikian, susunan sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai Latar Belakang, Rumusan

Masalah, Ruang Lingkup, dan Tujuan, Kerangka Konseptual, Metode

Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini, serta sistematika

Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Disini akan dijelaskan mengenai Tinjauan Pustaka yang meliputi

pembahasan mengenai Tindak pidana, Tindak Pidana Pengroyokan,

Sanksi, dan Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Pengeroyokan Yang

Dilakukan Oleh Anak di Bawah Umur.

(16)

8

BAB III PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan memuat mengenai uraian tentang hasil penelitian

dari lapangan dan kajian pustaka yang diperoleh peneliti.

Dalam bab ini akan diuraikan tentang Ancaman Hukuman bagi Pelaku

Pengeroyokaan yang Dilakukan Oleh Anak di Bawah Umur dan

Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Pengeroyokan yang Dilakukan

Anak di Bawah Umur.

BAB IV PENUTUP

(17)

DAFTAR PUSTAKA

A.BUKU-BUKU

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT. Citra Adtiya Bakti, 2004.

Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT. Raja Grapindo Persada, 2006.

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 2002.

Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2014.

Maidin Gultom, PerlindunganHukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Bandung, PT Refika Aditama, 2014.

Prodjodikoro dan Wirjono, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung, Refika Aditama, 2003.

Tolib Setiady, Pokok-pokok Hukum Penitensier Indonesia, Bandung, Alfabeta, 2010.

B.MAKALAH DAN KARYA ILMIAH

Satjipro Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta, Kompas, 2003, Hlm. 121.

Setiono, Rule of Law, Surakarta, Disertasi S2 Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, 2004, Hlm.3.

Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Surakarta: Disertasi S2 Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, 2003), Hlm. 14.

C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang Dasar 1945 (UUD)

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Kitab Undang-Undang Hukum Acarah Pidana (KUHAP)

Undang-Undang Nomor. 39 Tahun 1999, Tentang Hak asasi Manusia.

Undang-undang Nomor. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas,

(18)

10

William manaq liamata, Tinjauan yuridis terhadap tindak pidana kekerasan yang dilakukan secara bersama-sama terhadap orang di muka umum, makasar, 2013, Hlm.1. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/8671, diakses 10 Desember 2018. terhadap-tersangka-pada-tingkat-penyidikan-dalam-perkara-pida, diakses 15 Desember 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Tindak pidana khusus adalah suatu perbuatan pidana atau tindak pidana yang diatur di luar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dasar pemberlakuan tindak pidana khusus adalah KUHP

dalam Undang-Undang No.21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Perempuan di Bawah Umur,

Berbeda dengan ketentuan pidana bagi pelaku percobaan, pembantuan atau pemufakatan jahat terhadap pelaku tindak yang diatur dalam KUHP, diatur dalam Pasal 57 KUHP bahwa

Perbedaannya adalah Tindak pidana pemerasan dengan ancaman kekerasan oleh anak di bawah umur dalam hukum positif terdapat undang- undang tersendiri yang mengaturnya

Penggelapan adalah salah satu jenis tindak pidana yaitu berupa kejahatan terhadap harta kekayaan manusia yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Penerapan pidana terhadap anak di bawah umur sebagai pelaku tindak pidana pencurian, menurut Undang-undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, sanksi

Hukum Pidana; Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia.. Filsafat Hukum

Tindak pidana phedofilia telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) disamping itu juga diatur secara khusus diluar KUHP, yaitu undang- undang nomor 35