• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsung lama, mudah ditanam, dan mudah dipelihara (Sunarjono. 2002).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsung lama, mudah ditanam, dan mudah dipelihara (Sunarjono. 2002)."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pisang Raja

Pisang adalah Buah-buahan tropis yang berasal dari Asia Tenggara, terutama Indonesia. Hampir setiap pekarangan rumah di Indonesia terdapat tanaman pisang. Hal ini dikarenakan tanaman cepat menghasilkan, dapat berlangsung lama, mudah ditanam, dan mudah dipelihara (Sunarjono. 2002).

(a) (b)

Gambar 2.1. Pisang Raja dan Kulit Pisang Raja

Keterangan: (a) Pisang Raja (b) Kulit Pisang Raja

Pisang raja (Musa textilia) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup manusia. Selain buahnya, bagian tanaman lainpun bisa dimanfaatkan, mulai dari bonggol sampai daun. Termasuk kulit buah pisang juga dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak (Suyanti, 2000).

Pisang raja termasuk buah pisang yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dapat digunakan sebagai buah meja dan bahan baku prodak olahan. Selain pisang meja, juga dapt diolah menjadi pisang goreng, pisang bakar, sari buah, dodol, olahan tradisional lainnya dan campuran dalam buat kue (Gardijto, 2013).

(2)

Varietas pisang yang tersebar di Indonesia begitu banyak jumlahnya kulit pisang yang baik berasal dari pisang yang beraroma tajam seperti halnya kulit pisang raja yang mempunyai kulit tebal, ada yang berwarna kuning berbintik coklat (pisang raja bulu), ada juga yang berkulit tipis berwarna kuning kecoklatan (pisang raja sere) yang sangat cocok sekali dimanfaatkan.

2.1.1. Kandungan Gizi Pisang Raja

Buah pisang banyak mengandung Karbohidrat baik isinya maupun kulitnya. Pisang mempunyai kandungan khrom yang berfungsi dalam metabolisme karbohidrat dan lipid. Khrom bersama dengan insulin memudahkan masuknya glukosa kedalam sel-sel. Kekurangan khrom dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa. Umumnya masyarakat hanya memakan buahnya saja dan membuang kulit pisang begitu saja.

Tabel 2.1. Komposisi Zat Gizi Pisang Raja per 100 Gram Bahan

No Zat Gizi Kadar

1 Karbohidrat (g) 31,8 2 Kalsium (mg) 10 3 Fosfor (mg) 22 4 Zat besi (mg) 1 5 Vitamin A (mg) 950 6 Vitamin B1 (mg) 0,06 7 Vitamin C (mg) 10

Sumber: Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Jatim, Surabaya (1982)

Didalam kulit pisang ternayata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan lemak yang cukup. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90% dan karbohidrat sebesar 18,50%. Komposisi zat gizi kulit pisang dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:

(3)

Tabel 2.2. Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang per 100 Gram Bahan

No Zat Gizi Kadar

1 Air 68,90 2 Karbohidrat (g) 18,50 3 Lemak (g) 2,11 4 Protein (g) 0,32 5 Kalsium (mg) 715 6 Fosfor (mg) 117 7 Zat besi (mg) 1,60 8 Vitamin B (mg) 0,12 9 Vitamin C (mg) 17,50

Sumber: Balai Penelitian dan Pengembangan Industri , Jatim, Surabaya (1982)

Karbohidrat atau Hidrat arang yang dikandung yang dikandung oleh kulit pisang adalah amilum. Amilum atau pati ialah jenis polisakarida karbohidrat (karbohidrat kompleks). Amilum (pati) tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting. Amilum merupakan sumber energi utama bagi orang dewasa di seluruh penduduk dunia, terutama di negara berkembang oleh karena di konsumsi sebagai bahan makanan pokok. Disamping bahan pangan kaya akan amilum juga mengandung protein, vitamin, serat dan berbagai zat gizi penting lainnya (Juhari, 2006).

2.1.2. Kulit Pisang

Kulit merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan

(4)

memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan (Susanti, 2006).

Limbah kulit pisang mengandung zat gizi yang cukup tinggi terutama pada vitamin dan mineralnya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan dengan cara diolah menjadi tepung. Selain dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan, juga memperbaiki kandungan gizi bila diolah menjadi makanan .

2.1.3. Pemanfaatan Kulit Pisang

Umumnya buah pisang dapat dinikmati dalam kedaan segar atau dalam bentuk olahan. Hampir semua bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan, seperti daun, batang, bonggol pisang dan bunga pisang, dan kulit buah pisang sekalipun.

Begitu banyak makanan tradisonal khas daerah yang memerlukan pengemasan dengan daun pisang, sehingga besar ketergantungannya pada tanaman pisang.

Bagian dari pisang yang selama ini masih jarang dimanfaatkan adalah kulit pisang. Melalui cara pengolahan yang cukup sederhana, kulit pisang dari jenis-jenis pisang raja dan pisang ambon dapat diolah menjadi bahan baku minuman anggur (whine) (Anonim, 2008)

Menurut Santi (2006), kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan nata. Hal ini dapat dibuktikan dengan penelitiannya tentang perbedaan penggunaan jenis kulit pisang terhadap kualitas nata. Hasil analisisnya terbukti bahwa ada perbedaan kualitas yang nyata pada nata kulit pisang yang dibuat dari

(5)

jenis kulit pisang yang berbeda dilihat dari sifat organoleptiknya. Selain itu, kulit pisang juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan jelly, cuka, dan sebagainya.

Berdasarkan penelitian Noviagustin (2008), ternyata kulit pisang juga dapat dijadikan sebagai tepung. Hal ini dibuktikan dengan penelitiannya tentang pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai substituen tepung terigu dalam pembuatan mie. Hasil analisisnya terbukti bahwa pati limbah kulit pisang dapat digunakan sebagai bahan substituen tepung terigu dalam pembuatan mie dengan konsentrasi sebesar 20%.

2.1.4. Tujuan Pemanfaatan Kulit Pisang

Setiap kegiatan yang bermanfaat pasti memiliki tujuan. Sama halnya dengan kulit pisang yang memiliki tujuan dan bila dikelola maka ada tujuan yang diperoleh. Menurut Apriadji (1986), ada 2 (dua) tujuan yang bisa diperoleh yaitu: 1. Tujuan langsung

Tujuan langsung hasilnya dapat dilipatgandakan yaitu memenuhi kebutuhan gizi keluarga saja atau hasil yang berlebihan dipasarkan untuk membeli kebutuhan lainnya dan ditabung bagi pendapatan keluarga. Yang penting bila hasilnya dikonsumsi keluarga haruslah yang bermutu baik sehingga nilai gizinya dapat dipertahankan dan berguna bagi tubuh.

2. Tujuan tidak langsung

Tujuan tidak langsung dari pemanfaatan kulit pisang dapat digunakan sebagai percontohan bagi masyarakat sekitarnya. Berarti memperluas ruang lingkup UPGK tidak sebatas hanya dirumah saja tapi berkembang dalam masyarakat diversifikasi pangan dan gizi keluarga.

(6)

2.2.Selai Sebagai Altertnatif Makanan dengan Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai Bahan Pembuatan Selai

Selai atau selei (bahasa inggris; jam, bahasa perancis: confiture) adalah salah satu jenis makanan awetan berupa sari buah atau buah-buahan yang sudah dihancurkan, ditambah gula dan dimasak hingga kental atau berbentuk setengah padat. Selai tidak dimakan begitu saja, melainkan untuk dioleskan di atas roti tawar atau sebagai isi roti manis, selai juga digunakan sebagai isi pada kue-kue seperti kue nastar atau pemanis pada minuman, seperti yogurt dan es krim. Selai yang didalamnya masih ditemukan potongan buah dalam berbagai ukuran disebut preserve atau conserves, sedangkan selai yang dibuat dari sari buah dan kulit buah genus citrus disebut marmalade.

Pectin yang dikandung dalam buah-buahan atau sari buah bereaksi dengan gula dan asam selai menjadi kental. Buah-buahan dengan kadar pectin atau keasaman yang rendah perlu ditambahkan pectin atau asam agar sebagai bias manjadi kental.

Buah-buahan yang dijadikan selai biasanya buah yang sudah masak, tapi tidak terlalu matang dan mempunyai rasa sedikit masam. Buah-buahan yang umum dijadikan selai, misalnya; strawberry, blue beri, apricot, apel, anggur, pir, dan fig. Selain itu, selai juga bisa dibuat dari sayur-sayuran seperti wortel dan seledri. Di Indonesia, selai dibuat dari buah-buahan tropis seperti; nanas, srikaya dan jambu biji.

(7)

2.2.1. Bahan-bahan dalam Pembuatan Selai 1. Kulit Pisang

Kulit merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan (Susanti, 2006).

Limbah kulit pisang mengandung zat gizi yang cukup tinggi terutama pada vitamin dan mineralnya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan dengan cara diolah menjadi tepung. Selain dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan, juga memperbaiki kandungan gizi bila diolah menjadi makanan.

Kandungan unsur gizi kulit pisang cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, klasium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan antibody bagi tubuh manusia (Munadjim, 1988).

2. Gula

Fungsi gula dalam pembuatan selai adalah memberikan warna kulit, memperpanjang umur selai dan membuat tekstur selai jadi lebih kental. Menurut Mudjajanto dan Lilik (2004), gula yang digunakan dalam pembuatan selai adalah gula halus agar mudah larut dan hancur dalam adonan. Gula yang tidak kering akan mempengaruhi adonan karena adonan akan menggumpal, sedangkan adonan yang menggumpal tidak bisa bercampur rata dengan bahan lainnya sehingga rasanya tidak merata dan kemungkinan

(8)

3. Garam

Dalam pembuatan selai garam berfungsi memberi rasa dan aroma, memperkuat gluten dan memberi warna. Penambahan garam pada pembuatan selai kulit pisang juga dapat menghambat pertumbuhan jamur/kapang serta menghambat aktivitas enzim protease dan amilase (Suyanti, 2010).

Garam juga mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan, jadi mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metode yang bebas dari pengruh racunnya. Garam ditambahkan terutama sebagai bahan flavor tetapi juga untuk memperbaiki tekstur sosis dan daya awetan.

Garam dapur dalam keadaan murni tidak berwarna tapi kadang-kadang berwarna kuning kecoklatan yang berasal dari kotoran-kotoran yang ada di dalamnya.

4. Margarin

Margarin merupakan komponen penting dalam pembuatan selai, karena berfungsi sebagai bahan untuk menimbulkan rasa gurih, menambah aroma dan menghasilkan tekstur produk yang renyah. Jenis lemak yang digunakan dalam pembuatan selai yaitu dapat berasal dari lemak nabati (margarin).

Margarin merupakan campuran dari air dan minyak. Menurut Mita dan Made (1988), margarin mengandung 80% lemak, 18% air, garam dapur (NaCl) maks 4% dan beberapa zat lain. Minyak nabati yang sering dugunakan dalam pembuatan lemak adalah minyak kelapa, minyak inti sawit, minyak biji kapas, minyak wijen, minyak kedelai dan minyak jagung. Minyak nabati umumnya berwujud cair, karena mengandung asam lemak tidak jenuh, seperti asam oleat,

(9)

linoleat dan lenolenat. Minyak tersebut sebelum dijadikan margarin terlebih dahulu dihidrogenasi.

5. Air

Air berfungsi sebagai media reaksi untuk membantu proses pelumatan dari kulit pisang, melarutkan garam. Air yang digunakan harus air yang memenuhi persyaratan sebagai air minum, diantaranya tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa (Astawan, 2008).

Air digunakan sebagai medium untuk masak. Disamping itu, air juga digunakan untuk membersihkan alat sebelum dan sesudah persiapan dan pengolahan. Sehingga di industri minuman, air sangat penting karena itu seluruh air yang akan digunakan untuk tujuan air minum dan memasak harus bebas dari bakteri patogen yang membahayakan kesehatan manusia.

6. Tepung Maizena (Tepung Jagung)

Tepung jagung dibuat dari jagung pipil yang sudah betul-betul tua dan kering. Caranya sebagai berikut : jagung dicuci, direndam beberapa jam lalu ditiriskan. Kemudian ditumbuk sampai halus, kalau masih basah dapat dijemur. Tepung jagung dapat dimasak menjadi nasi jagung yang disebut tiwul jagung.

Tepung maizena digunakan untuk memekatkan atau mengentalkan produk-produk yang sifatnya cair sehingga menjadi agak keras, hal ini mempermudah dalam pemotongan dan untuk menambah penampilan, suatu hasil produk akan jadi mengkilap dan terasa lebih manis setelah produk selesai diproses dengan keringkan (Subagjo, 2007).

(10)

Tabel 2.3. Bahan-Bahan Dasar Selai Kulit Pisang Raja Bahan Ukuran Kulit pisang Gula halus Garam Margarin Air Tepung maizena 300 gr 150 gr 15 gr 20 gr 200 ml 1 sdt

2.2.2. Resep Dasar dan Cara Pembuatan Selai Kulit Pisang Raja

Resep dasar dalam membuat selai kulit pisang raja antara lain : 1. Kulit pisang raja 300 gr

2. Gula pasir halus 150 gr

3. Garam 15 gr

4. Margarin 20 gr

5. Air 200 ml

6. Tepung maizena 1 sdt

Cara membuat selai kulit pisang raja meliputi beberapa proses. Selai dibuat dengan cara mencampurkan kulit pisang dan penyusun bahan lainnya. Pembuatan selai dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu proses pemilihan bahan pembuatan adonan dan penggorengan. Ketiga proses ini akan menentukan mutu hasil akhir selai. Pembuatan selai meliputi proses pemilihan, penghalusan, pengadukan dan pemasakan.

1. Proses pemilihan bahan

Proses ini erat kaitannya dengan kualitas yang ingin dicapai, sehingga dalam pembuatan selai perlu dilakukan pemilihan kulit pisang yang mencakup dari pemilihan kulit pisang yang matang (berwarna kuning), segar, tidak dalam keadaan lecet (memar) dan dicuci dengan bersih.

(11)

2. Proses penghalusan (penghancuran)

Proses penghalusan dilakukan dimana kulit pisang raja terlebih dulu dihaluskan menggunakan blender untuk mendapatkan tekstur yang diinginkan sebelum dicampur dengan bahan lainnya.

3. Proses pengadukan

Proses ini merupakan suatu proses yang sangat penting dalam pembuatan selai, dalam hal ini bisa dilihat dari pemerataan bahan-bahan yang sudah dicampur dengan bahan dasarnya secara merata yang pada akhirnya dapat dinilai dari kekentalannya.

4. Proses pemasakan

Proses memasak dilakukan dengan menggunakan api kecil sambil diaduk secara merata sampai selai kulit pisang kental dan warnanya terlihat kecoklatan.

2.3. Daya Terima

Uji penerimaan atau uji daya terima produk ini digunakan untuk mengevaluasi daya terima produk atau untuk menentukan apakah satu atau lebih produk tertentu lebih diterima daripada produk lainnya. Pengujian daya terima produk harus diterapkan menggunakan konsumen sebagai panelisnya. Oleh karena itu, uji daya terima produk ini sering dipandang sebagai salah satu fungsi dari penelitian pasar dalam industri pangan. Walaupun demikian analisis sensori dapat juga merupakan uji daya terima produk dalam skala terbatas untuk mendapatkan indikasi tentang daya terima suatu produk.

(12)

Penilaian daya terima menggunakan uji organoleptik metode hedonik meliputi warna, aroma, rasa dan tekstur. Penilaian organoleptik disebut juga penilain dengan indera atau penilaian sensorik merupakan suatu cara penilaian secara sederhana. Penilaian organoleptik banyak digunakan untuk menilai mutu komoditi hasil pertanian dan makanan. Penilaian dengan cara ini banyak disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Kadang-kadang penilaian ini dapat memberikan hasil penelitian yang sangat teliti, sifat subjektif pangan lebih umum disebut dengan organoleptik atau sifat inderawi karena penilaian didasarkan pada rangsangan sensorik pada organ indera (Soekarto, 2000).

Soekarto (2000), mengemukakan bahwa uji penerimaan meliputi uji kesukaan (hedonik) dan uji mutu hedonik. Dalam uji hedonik panelis diminta untuk menyatakan tanggapan pribadinya tentang tingkat kesukaan terhadap suatu produk. Tingkat kesukaan ini disebut dengan skala hedonik yang dapat direntangkan atau diciutkan dengan rentangan skala yang dikehendaki. Kemudian dalam analisis data skala hedonik tersebut ditransformasikan dalam skala numerik dan dilakukan analisis statistik.

1. Penampilan dan Cita Rasa Makanan

Menurut Moehyi (1992) yang dikutip oleh Latifah (2010), cita rasa makanan, mencakup 2 (dua) aspek utama yaitu penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan pada saat dimakan. Kedua aspek tersebut sama pentingnya untuk diperhatikan agar benar-benar dapat menghasilkan makanan yang memuaskan. Daya penerimaan terhadap suatu makanan ditentukan oleh

(13)

rangsangan yang ditimbulkan oleh makanan melalui indera pemglihat, pencium serta perasa atau pengecap bahkan mungkin pendengar. Walaupun demikian faktor utama yang akhirnya mempengaruhi penerimaan terhadap makan yaitu rangsangan cita rasa yang ditimbulkan oleh makanan itu. Oleh karena itu, penting sekali dilakukan penilaian cita rasa untuk mengetahui daya terima penerimaan konsumen

Menurut Winarno (1997), rasa suatu makanan merupakan faktor yang turut menentukan daya terima konsumen. Rasa dipengaruhi oleh beberrapa faktor yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.

2. Konsistensi atau Tekstur Makanan

Konsistensi atau tekstur makanan juga merupakan komponen yang turut menentukan cita rasa makanan karena sesitifitas indera cita rasa dipengaruhi oleh konsistensi makanan. Makanan yang berkonsistensi padat atau kental akan memberikan rangsangan lebih lambat terhadap indera kita.

Penyajian makanan merupakan faktor tertentu dalam penampilan hidangan yang disajikan. Jika penyajian makanan tidak dilakukan dengan baik, seluruh upaya yang telah dilakukan guna menampilkan makanan dengan cita rasa tinggi akan tidak berarti. Penampilan makanan waktu disajikan akan merangsang indera terutama penglihatan yang berkaitan dengan cita rasa makanan itu.

Rasa makanan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa makanan setelah penampilan makana itu sendiri. Apabila penampilan makanan yang disajikan merangsang saraf melalui indera penglihatan sehingga mamapu

(14)

membangkitkan selera untuk mencicipi makanan itu, maka pada tahap selanjutnya rasa makanan itu akan ditentukan oleh rangsangan terhadap indera penciuman dan indera perasa.

Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera. Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah menguap sebagai akibat atau reaksi karena pekerjaan enzim atau dapat juga terbentuk tanpa bantuan reaksi enzim.

2.4. Panelis

Menurut Rahayu (1998), dalam penilitian organoleptik dikenal tujuh macam panel, yaitu panel perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel tidak terlatih, panel konsumen dan panel anak-anak. Perbedaan ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian organoleptik.

1. Panel Perseorangan

Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisa organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaan tinggi, bias dapat dihindari, penilaian efisien, penel perseorangan biasanya digunakan untuk mendeteksi perjuangan yang tidak terlalu banyak dan mengenali penyebabnya.

(15)

2. Panel Terbatas

Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi sehingga bisa lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.

3. Panel Terlatih

Panel terlaitih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik. Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan. Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlampau spesifik.

4. Panel Agak Terlatih

Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.

5. Panel Tidak Terlatih

Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih berdasarkan jenis suku-suku bsngsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak terlatih hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Panel tidak terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis sama dengan panelis wanita.

(16)

6. Panel Konsumen

Panel konsumen terdiri dari 30 orang hingga100 orang yang tergantung pada target pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.

7. Panel Anak-anak

Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10 tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk produk pangan yang disukai anaka-anak seperti permen, es krim dan sebagainya. Cara penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan pemberitahuan atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka yang sedang sedih, biasa atau tertawa.

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Selai Kulit Pisang

Uji Daya Terima dan Kandungan Gizi Pisang Raja

Kulit Pisang Raja (70%, 60%, 50%) ( Bahan : Margarin Garam Tepung maizena Air Tepung mayzena Air

Gula Pasir Halus (30%, 40%, 50%)

(17)

Keterangan :

Bagan di atas menjelaskan bahwa pisang raja dicampur dengan gula dalam jumlah yang berbeda dan ditambah dengan bahan lainnya (garam, tepung maizena dan air) untuk digunakan dalam pembuatan selai. Dari hasil eksperimen akan dilakukan uji daya terima pada masyarakat.

Pada pembuatan selai ini, pertama kali memilih kulit pisang yang sudah matang dan segar kemudian dicuci dengan bersih, kemudian dihaluskan menggunakan penghalus (blender) dalam jumlah yang kecil untuk menghaluskan kulit pisang agar menjadi bubur kulit pisang. Setelah itu memasak kulit pisang sehingga kental lalu dimasukkan atau dilakukan pencampuran dengan bahan-bahan lainya dan diaduk sampai merata dengan api kecil sampai kental dan warnanya terlihat kecoklatan.

Gambar

Gambar 2.1. Pisang Raja dan Kulit Pisang Raja
Tabel 2.2.  Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang per 100 Gram Bahan
Tabel 2.3.  Bahan-Bahan Dasar Selai Kulit Pisang Raja  Bahan  Ukuran  Kulit pisang  Gula halus  Garam  Margarin  Air  Tepung maizena  300 gr 150 gr 15 gr 20 gr  200 ml 1 sdt
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Anopheles maculatus ternyata tidak hanya hinggap pada umpan manusia (di dalam rumah, di luar rumah, di kebun mau- pun semak-semak), namun nyamuk ini juga ditemukan

Agar strategi penyampaian informasi yang dilakukan oleh Humas Pemda KSB melalui media online yakni website, akan lebih efektif lagi jika masyarakat yang

Teknik yang dapat digunakan untuk Edge Linking adalah local processing , yaitu dengan menganalisa karakteristik pixel-pixel di dalam suatu tetangga (3 x 3 atau 5 x 5)

Rencana Strategis Dinas Kebakaran, Pertamanan dan Kebersihan Kabupaten Padang lawas Utara adalah VISI, MISI , TUJUAN SASARAN dan strategi pencapaian tujuan dan sasaran

Seperti kegiatan pembelajaran (KBM):1) guru melontarkan stimulus dengan cara membaca cerita atau menampilkan gambar, foto atau film. Dalam hal ini diharapkan peserta didik

Dengan memanjatkan syukur yang sedalam-dalamnya kehadhirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah dan inayah-Nya, maka penulis dapat

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan (bersama-sama)

BNI 31 Agustus 2016 PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL 1.  Pendapatan Bunga  a.. BNI