PERANAN SEKRETARIAT NEGARA
TERHADAP PEMBENTUKAN RANCANGAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Muhammad Sapta Murti, S.H., MA, M.Kn.
(
Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Perundang-undangan
)
Jakarta, 13 Desember 2010
FUNGSI SEKRETARIAT NEGARA
ü
Pemberian dukungan teknis dan administrasi serta analisis
dalam rangka penyiapan izin prakarsa dan penyelesaian
Rancangan
Undang-Undang,
Rancangan
Peraturan
Pemerintah
Pengganti
Undang-Undang
dan
Rancangan
Peraturan Pemerintah.
ü
Pemberian pertimbangan kepada Sekretaris Kabinet dalam
penyusunan Rancangan Peraturan Presiden.
ü
Penyelesaian
Rancangan
Keputusan
Presiden
tentang
pemberian grasi, amnesti, abolisi, rehabilitasi, ekstradisi,
remisi perubahan dari pidana penjara seumur hidup menjadi
pidana sementara, dan naturalisasi.
(Pasal 3 huruf b Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2010
tentang Kementerian Sekretariat Negara)
Pedoman Penanganan
Peraturan Perundangan-undangan
UU No.10/2004 ttg Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
Perpres No.61 Th 2005 ttg Tata Cara Penyusunan dan
Pengelolaan Prolegnas
Perpres No.68 Th 2005 ttg Tata Cara Mempersiapkan
RUU, RPerpu, RPP, dan RPerpres
Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2010 tentang
Kementerian Sekretariat Negara
Arahan Presiden Dalam Sidang Kabinet Tanggal
18 Februari 2010 sebagaimana telah disampaikan
melalui Surat Menteri Sekretaris Negara Nomor
B-257/M.Sesneg/D-4/03/2010 tanggal 3 Maret 2010
PROSES PENANGANAN PERATURAN
PERUNDANGAN-UNDANGAN
DI SEKRETARIAT NEGARA
¢
Proses pengajuan surat Presiden ke DPR
mengenai penunjukan Menteri yang mewakili
Pemerintah dalam pembahasan di DPR
¢
Penelitian dan analisis terhadap substansi
rancangan peraturan perundang-undangan yang
diajukan kepada Presiden oleh Menteri/pimpinan
lembaga untuk mendapat penetapan Presiden
¢
Proses permintaan paraf atas rancangan
peraturan perundangan-undangan ke Menteri
terkait sebelum pengesahan/penetapan Presiden
¢
Proses pengesahan/penetapan rancangan
A. RUU Prolegnas
Ø
Penyusunan
Rancangan
Undang-Undang
dilakukan
Pemrakarsa
berdasarkan Prolegnas
(Pasal 10 ayat (1) UU Nomor 10 Tahun 2004 Jo.
Perpres 68 Tahun 2005)
Ø
RUU disampaikan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk dimasukkan dalam
daftar Prolegnas dengan
disertai pokok materi yang akan diatur dan
keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya
(Pasal 12
Perpres 61 Tahun 2005)
Ø
Prolegnas dibahas dan ditetapkan bersama oleh Pemerintah (Kementerian
Hukum dan HAM) dan DPR (Badan Legislasi DPR)
ü
Prolegnas 5 Tahunan (Contoh: Prolegnas Tahun 2010-2014)
ü
Prolegnas Tahun berjalan ( Contoh: Prolegnas Prioritas Tahun 2010)
Ø
Sesuai arahan Presiden apabila RUU masuk dalam daftar Prolegnas Prioritas
Tahun
Berjalan
maka
sebelum
dilakukan
pembahasan
di
intern
kementerian/lembaga,
Menteri/Pimpinan LPNK sebagai pemrakarsa harus
melaporkan terlebih dahulu kepada Presiden disertai pokok-pokok isi
RUU
(Surat Mensesneg Nomor B-257/M.Sesneg/D-4/03/2010)
B. RUU Non Prolegnas
Ø Dalam keadaan tertentu, Pemrakarsa dapat menyusun Rancangan Undang-Undang di luar Prolegnas setelah terlebih dahulu mengajukan permohonan izin prakarsa kepada Presiden (Pasal 17 ayat (3) UU Nomor 10 tahun 2004).
Ø Kriteria keadaan tertentu (Pasal 3 ayat (1) Perpres 68 Tahun 2005): Menetapkan Perppu menjadi UU
Meratifikasi konvensi atau perjanjian internasional Melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi
Mengatasi keadaan luar biasa, konflik, atau bencana alam
Keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi nasional.
Ø Izin Prakarsa disertai penjelasan mengenai konsepsi pengaturan Rancangan Undang-Undang yang meliputi :
ü urgensi dan tujuan penyusunan; ü sasaran yang ingin diwujudkan;
ü pokok pikiran, lingkup, atau objek yang akan diatur; dan ü jangkauan serta arah pengaturan.
Ø Sesuai arahan Presiden, rencana penyusunan RUU yang belum masuk Prolegnas, sebelum dilakukan pembahasan dengan panitia internkementerian/lembaga, Menteri/Pimpinan LPNK sebagai pemrakarsa terlebih dahulu melaporkan kepada Presiden guna mendapat persetujuan izin prakarsa penyususnan RUU Non Prolegnas (Surat Mensesneg Nomor B-257/M.Sesneg/D-4/03/2010)
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH
¢
Tata
cara
pembentukan
Panitia
Antardepartemen,
pengharmonisasian, penyusunan, dan penyampaian Rancangan
Peraturan Pemerintah kepada Presiden berlaku
mutatis mutandis
ketentuan Rancangan Undang-Undang. (Pasal 39 ayat (2) Perpres
68 Tahun 2005)
¢
Sesuai arahan Presiden, dalam merencanakan penyusunan RPP,
sebelum
dilakukan
pembahasan
di
interkementerian/lembaga,
Menteri/pimpinan
LPNK
Pemrakarsa
melaporkan
rencana
penyusunan RPP kepada Presiden dengan melampirkan
pokok-pokok isi (materi muatan) RPP
guna mendapatkan Persetujuan
RPP yang perlu mendapatkan Persetujuan Presiden:
- RPP yang baru dimulai penyusunannya di Kementerian/LPNK
- RPP yang sudah dibahas di tingkat pembahasan antar
Kementerian/LPNK
RPP yang tidak perlu mendapatkan Persetujuan Presiden :
- RPP yang sudah disampaikan kepada Presiden guna penetapannya
- RPP yang sudah diajukan dan/atau dibahas dalam tingkat
pengharmonisasian, pemantapan, dan pembulatan konsepsi di Kementerian Hukum dan HAM sebelum tanggal 3 Maret 2010
PERSETUJUAN PRESIDEN
ATAS RENCANA PENYUSUNAN RUU/RPP
DASAR PEMIKIRAN
Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 5 ayat (1) UUD 1945)
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar (Pasal 4 ayat (1) UUD 1945)
Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya (Pasal 5 ayat (2) UUD 1945)
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara :
ü Menteri adalah pembantu Presiden yang memimpin Kementerian (Pasal 1 angka 2) ü Kementerian berada dan bertanggung jawab kepada Presiden (Pasal 3)
ü Kementerian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara (Pasal 7)
URGENSI/MANFAAT
— Meningkatkan tertib administratif penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang pembentukan peraturan perundang-undangan
— Dalam penyusunan peraturan perundang-undangan, Presiden mengetahui sejak awal:
Ø Urgensi dan tujuan penyusunan
Ø Sasaran yang ingin diwujudkan
Ø Pokok pikiran, lingkup, atau objek yang akan diatur
Ø Jangkauan serta arah pengaturan
— Mekanisme yang diperlukan untuk mendeteksi dan memastikan sejak dini apakah konsepsi pengaturan suatu rancangan peraturan peraturan perundang-undangan :
Ø Telah sesuai dan selaras dengan amanat peraturan perundang-undangan yang
memerintahkan
Ø Tidak menyimpang dari konstitusi dan falsafah negara.
Ø Tepat sasaran dan sesuai dengan garis kebijakan Presiden, program pembangunan
prioritas dll
Ø Tidak akan menimbulkan persoalan baik dari sisi yuridis, sosiologis maupun politis Ø Tidak akan menimbulkan resistensi dari masyarakat.
Ø Telah mempertimbangkan isu-isu krusial yang senantiasa menjadi perhatian/sorotan
publik, antara lain respon terhadap kebutuhan masyarakat, perlindungan HAM, amanat keadilan, dan nilai luhur yang berkembang dalam masyarakat
•
Mendorong
kementerian/LPNK
mempersiapkan
konsepsi pengaturan peraturan perundang-undangan
secara
lebih
cermat,hati-hati,
terarah,
dan
komprehensif
•
Kementerian/LPNK memperoleh kepastian yang jelas
mengenai pokok pikiran dan jangkauan pengaturan
peraturan perundang-undangan
•
Memastikan bahwa rencana penyusunan pengaturan
peraturan perundang-undangan tidak kontraproduktif
tetapi
selaras
dengan
dan
mendukung
program
kebijakan Pemerintah
•
Mencegah timbulnya misinformasi dan misintepretasi
Proses di Sekretariat Negara
¢
Sekretariat Negara melakukan penelitian terhadap rencana penyusunan
RPP yang diajukan
¢
Menteri Sekretaris Negara menyampaikan rencana penyusunan RPP
tersebut kepada Presiden.
¢
Presiden menyetujui atau tidak menyetujui rencana penyusunan RPP
¢
Menteri Sekretaris Negara menyampaikan arahan Presiden kepada
Pemrakarsa.
¢
Dalam hal mendapat persetujuan Presiden, Menteri/LPNK pemrakarsa
melanjutkan penyusunan dan pembahasan RPP secara terkoordinasi
dengan Kementerian/LPNK yang bidangnya terkait dengan substansi yang
akan diatur dengan berpedoman pada UU No. 10 Tahun 2004 dan Perpres
No. 68 Tahun 2005.
Dalam pengajuan RPP kepada Presiden guna penetapannya substansi RPP harus konsisten dengan konsep-konsep pengaturan RPP yang telah mendapat persetujuan Presiden
PROSES PENGESAHAN/PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
A. Rancangan Undang-Undang
¢
RUU yang telah mendapat persetujuan bersama DPR dengan
Presiden, oleh Ketua DPR disampaikan dengan surat kepada
Presiden melalui Sekretariat Negara.
¢
Sekretariat Negara melakukan penelitian terhadap RUU
tersebut dari segi teknis penulisan.
¢
Apabila tidak ditemukan masalah maka dituangkan di atas
kertas kop Presiden dan diajukan kepada
Presiden untuk
disahkan.
¢
Setelah
mendapat
pengesahan
Presiden,
dilakukan
pengundangan UU dalam Lembaran Negara.
B. Rancangan Peraturan Pemerintah
1.
RPP hasil harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM diajukan
oleh menteri/pimpinan lembaga kepada Presiden melalui
Sekretariat Negara.
2.
Sekretariat Negara melakukan penelitian terhadap RPP tersebut
baik dari segi substantif maupun dari segi teknis penulisan.
3.
Apabila tidak ditemukan masalah maka dituangkan di atas kertas
kop Presiden dan dan sesuai arahan Presiden dimintakan Paraf
pada tiap lembarnya kepada Menteri Terkait.
4.
RPP yang telah dibubuhi paraf oleh Menteri terkait disampaikan
kembali kepada Sekretariat Negara dan selanjutnya oleh Menteri
Sekretaris Negara diajukan kepada Presiden untuk ditetapkan.
5.
Setelah mendapat penetapan Presiden, dilakukan pengundangan
PP dalam Lembaran Negara.
DPR
SURAT PRESIDEN Naskah RUU
Menteri yang ditugasi mewakili Presiden Sifat penyelesaian RUU Cara penanganan atau pembahasan RUU
SEKRETARIAT NEGARA
KEM/ LPNK KEM. HUKUM & HAM / KEM/ LPNK KEM/ LPNK DPR DPR PENELITIAN SUBSTANSI SURAT PRESIDEN PENUNJUKAN MENTERI SETNEG
PRESIDEN
KEM/ LPNK KEM PEMRA KARSA KEM/ LPNK KEM KUMHAM 2
PRESIDEN
KEMENTERIAN PEMRAKARSA HARMONISASI SETNEG SETNEG SETNEG Izin persetujuan3 DPR PENGUNDANGAN OLEH MENTERI HUKUM DAN HAM KEM / LPNK PENOMORAN OLEH SEKRETARIAT NEGARA