• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN SIFAT MEKANIS SERAT SABUT KELAPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENENTUAN SIFAT MEKANIS SERAT SABUT KELAPA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN SIFAT MEKANIS SERAT SABUT KELAPA

Bakri

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako Palu, Sulawesi Tengah

Email: [email protected]

Abstract

Coir fibres are obtained from coconut husk. In application of composite materials, coir fibres are influenced by mechanial properties. This study aims to characterize the mechanical properties of coir fibres. To characterize mechanial properties of coir fibres, variation of gauge length of fibres was conducted. The result showed that variability of cross setional areas influenced mechanical properies and that the Young’s modulus, breaking stress and breaking strain can be determined.

Keyword: sifat mekanis, serat sabut kelapa, modulus Young. A. Pendahuluan

Serat alam dapat diperoleh dari berbagai variasi tumbuhan. Serat-serat tersebut telah digunakan dalam sektor industri seperti automotif, tekstil, produksi kertas dan dalm komposit material. Terkait dengan penggunaan serat alam sebagai penguat dalam komposit, mereka mempunyai keuntungan antara lain kekuatan spesifik dan modulusnya yang tinggi, densitas rendah, harga rendah, melimpah di banyak negara, emisi polusi yang lebih rendah dan dapat di daur ulang (Joshi dkk. 2004; Li dkk. 2008; Mukhopadhyay dkk. 2009)

Serat sabut kelapa dapat

diperoleh dari biji kelapa yang mengandung sekitar 30% dari kandungan biji kelapa. Serat sabut kelapa dalam penggunaanya sangat tergantung dari sifat mekanisnya. Penelitian yang lebih mendalam sangat diperlukan untuk membantu penerapan serat tersebut untuk

Penentuan sifat mekanis serat

sabut kelapa sudah banyak

dipublikasikan. Sifat mekanis telah

dievaluasi sebagai fungsi dari

perlakuan diameter serat, dimensi panjang dan strain rate (Kulkurani, dkk ,1998). Kemudian, Silva dkk, 1999 telah menguji sifat mekanis dan termal dari serat kelapa yang dipengaruhi oleh perlakuan alkali. Tomczak dkk (2008) juga telah meneliti bahwa semakin besar diameter serat sabut kelapa, kekuatan dan modulus Young semakin kecil (turun).

Dalam tulisan ini, disajikan penentuan sifat mekanis serat sabut kelapa yang ditinjau dari dimensi panjang spesimen.

B. Teori Dasar

Tumbuhan kelapa utamanya banyak ditemukan didaerah tropis dan daerah sub-tropis seperti India, Sri Lanka, Brazil dan negara-negara Asia lainnya, dan mempunyai peranan

(2)

negara-negara tersebut (Mahato dkk. 1993a; Monteiro dkk. 2008). Buah kelapa terdiri dari kulit, sabut,

tempurung dan daging seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur buah kelapa Sabut kelapa mengandung 30

wt% serat dan 70 wt% pith (van Dam dkk, 2004).

Serat sabut kelapa merupakan

bundle serat multiselluler yang

mengandung sellulosa terdiri dari daerah kristal kecil yang dipisahkan

oleh batas amorpous dan non-sellulosa seperti hemisellosa dan lignin (Mahato dkk, 1993b). Serat sabut mempunyai luas penampang oval dan mengandung sel-sel serat yang saling berikatan seperti Gambar 2 (van Dam dkk, 2006).

Gambar 2. SEM serat sabut kelapa yang menunjukkan struktur internal(van Dam dkk, 2006)

(3)

Dalam dinding kedua dari sel, rantai sellulosa membentuk spiral, arah rantai membuat suatu sudut sekitar 45o dengan arah axis sel

(

Stern, 1956; van Dam dkk, 2006 ). Struktur spiral dari sub-serat dari

serat sabut kelapa yang

menyebabkan elongasinya tinggi, dengan pemisahan interserat yang tidak berperan sangat besar (Stern, 1956).

C. Metode Eksperimental

Serat sabut kelapa yang

diekstrak dari sabut kelapa

dideformasi dengan menggunakan Instron 1121 Tensile Testing machine

with Series IX software. Semua pengujian dilakukan dalam kondisi temperature ruangan 23 ± 1o C dan kelembaban relative 50 ± 2%. Panjang sampel adalah 5 mm, 20 mm and 50 mm dimana setiap jenis

panjang sampel digunakan 20

sampel. Sebelum serat diuji, serat diletakkan ditengah-tengah cardboard

window seperti pada Gambar 3.

Semua pengujian dikontrol dengan strain rate 0.166% s-1. Sejumlah sample diuji dengan alasan statistik dan juga variabilitas sampel seperti

pengaruh persiapan serat dan

kemungkinan kerusakan dinding sel serat.

Gambar 3. Sampel pengujian tarik serat

D. Hasil dan Diskusi

Dalam penelitian ini, serat sabut kelapa telah diuji sifat mekanisnya

yang meliputi modulus elastis,

tegangan maksimum (kekuatan) dan

regangan (elongasinya). Secara

akurat sifat mekanis dipengaruhi oleh

luas penampang atau dimensi serat. Dalam penelitian ini, luas penampang serat dianalisis dengan menggunakan

software ImageJ dimana luas

penampang serat diperoleh dari mikroskop optik seperti pada Gambar 3. Serat Epoxy Cardboard Card Window

window

Panjang Serat

(4)

Gambar 3. Luas penampang serat sabut kelapa dengan menggunakan mikroskop optik

Dari analisis mikroskop optik serat sabut kelapa mempunyai variasi luas penampang dan tidak berbentuk lingkaran. Variabilitas ini sangat sulit untuk dihindari meskipun sebelum pengujian semua serat diseleksi untuk diameter serat yang sama dibawah mikroskop. Oleh karena variabilitas

luas penampang pengukuran

langsung terhadap serat diperlukan.

Rata – rata luas penampang untuk serat sabut kelapa adalah sekitar 9739.84 μm2 seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4 yang menunjukkan distribusi luas. Untuk perhitungan

tegangan, luas penampang

diasumsikan konstan sepanjang serat

oleh karena metode destruksi

pengukuran. 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 0 2 4 6 8 10 12 D is tr ib u ti o n Luas Penampang(um2) Avg.= 9739.84 µm2 SD =2237.98 (a)

Gambar 4. Distribusi luas penampang pada serat sabut kelapa Alasan variabilitas sifat mekanis

serat alam, modulus Young, tegangan dan regangan untuk serat ditentuan dengan fungsi ekstrapolasi terkait

dengan panjang spesimen. Penentuan modulus Young dipengaruhi oleh

panjang spesimen (Arridge dan

(5)

modulus turun dengan kenaikan resiprokal panjang spesimen. Modulus dari panjang spesimen yang berbeda

diekstrapolasi untuk panjang

spesimen yang tak terhingga untuk mengeliminasi pengaruh efek akhir (end effect). Nilai modulus Young dari

serat sabut kelapa ditentukan dengan menggunakan panjang spesimen 5 mm, 20mm and 50mm. Nilainya diperoleh dari intersep dari fitting

linear terhadap data pada sumbu

vertikal. 0.00 0.04 0.08 0.12 0.16 0.20 0 1 2 3 4 5 6 7 M o d u lu s Y o u n g ( G P a ) 1/Gauge length (mm-1)

Gambar 5. Efek resiprokal panjang spesimen pada modulus Young

Tegangan dan regangan

ditentukan dengan metode yang sama dengan modulus Young. Tegangan dan regangan diperoleh dari ektrapolasi ke nol panjang

spesimen untuk menjelaskan

pengaruh kerusakan serat (damage) seperti pada Gambar 6 dan Gambar 7. Metode ini digunakan dalam studi ini karena secara statistik suatu panjang spesimen yang lebih panjang mempunyai kemungkinan rusak (flaw) yang lebih besar dibanding dengan gauge length yang lebih pendek. Oleh karena itu, tegangan dapat ditentukan

pada nol panjang spesimen. Dalam

penentuan regangan, kesalahan

dapat juga terjadi pada panjang spesimen yang panjang oleh karena variasi luas penampang dari serat sepanjang arah serat. Strain rate adalah konstan selama pengujian untuk setiap panjang spesimen. Dari hasil ekstrapolasi sifat mekanis serat sabut kelapa yang meliputi modulus Young, tegangan (kekuatan) dan regangan (elongasi) dapat ditentukan yaitu 6.11 (± 0.43) GPa, 218.25 (±14.57) MPa, 46.02( ± 4.54) %.

(6)

0 10 20 30 40 50 100 120 140 160 180 200 220 240 T e g a n g a n ( M P a ) Gauge length (mm)

Gambar 6. Efek panjang spesimen pada tegangan

0 10 20 30 40 50 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 R e g a n g a n ( % ) Gauge length (mm)

Gambar 7. Efek panjang spesimen terhadap regangan

E. Kesimpulan.

1. Serat sabut kelapa memiliki variasi

luas penampang yang

mempengaruhi sifat mekanisnya.

2. Dalam penentuan sifat mekanis

serat sabut kelapa digunakan variasi panjang serat terhadap

resiprokal modulus Young,

tegangan dan regangan.

Daftar Pustaka.

Arridge G.R.C and Folkes M.J, 1976. “Effect of sample geometry on the

measurement of mechanical

properties of anisotropic materials”, Polymer, Vol. 17, pp. 495-500.

Joshi S.V., Drzal L.T., Mohanty A.K., Arora S, 2004, “Are natural fiber composites environmentally superior to glass fiber reinforced composites?“, Composites: Part A Vol. 35, pp.

(7)

371-376.

Kulkarni A.G., Satyanaraya K.G., Sukumaran K. 1981, “Mechanical behaviour of coir under tensile load”, Journal of Matererials Science, Vol 16, pp. 905-914.

Li Y., Hu Y., Hu C., Yu Y., 2008,

“Microstructures and mechanical

properties of natural fibres”

Advananced Materials Research Vol. 33-37, pp. 553-558.

Mahato D.N., Mathur B.K.,

Bhattacherjee S., 1993, “Radial distribution function analysis of coir fibre”, Journal of Materials Science, Vol. 28, 1993a, pp. 2315 – 2320.

Mahato D.N., Mathur B.K.,

Bhattacherjee S., 1993, “Effect of alkali treatment on electrical and spectral properties of coir”, Journal of Materials Science Letters, Vol. 12, 1993b, pp. 1350 – 1353.

Monteiro S.N., Terrones L.A.H.. D’Almeida J.R.M., 2008, “Mechanical performance of coir fiber / polyester composites”, Polymer Testing, Vol. 27, pp. 591-595.

Mukherjee P.S., Satyanarayana K.G., 1984, “Structure and properties of some vegetable fibres. Part 1 Sisal fibre”, Journal of Materials Science, Vol. 19 pp. 3925-3934.

Mukhopadhyay S., Fangueiro R., Shivankar V., 2009, “Variability of tensile properties of fibers from pseudostem of banana plant”, Textile

Research Journal, Vol. 79, pp. 387-393.

Munawar S.S., Umemura K., Kawai S.,

2007, ”Characterization of the

morphological, physical, and

mechanical properties of seven nonwood plant fiber bundles”, Journal of Wood Science, vol. 53, pp. 108-113.

Silva F.A., Chawla N., de Toledo Filho R.D., 2008, “Tensile behaviour of high performance natural (sisal) fibers”, Composites Science and Technology, vol. 68, pp. 3438–3443.

Stern F., 1956, “A note on the structure and mechanical properties of coir fibre”, Journal of Textile Institute,

Tomczak F., Sydenstricker T.H.D., Satyanarayana K.G., 2007, “Studies on lignocellulosic fibres of Brazil. Part II. Morphology and properties of Brazilian coconut fibres”, Composites Part A: Applied Science and Manufacturing, Vol. 38, pp. 1710-1721.

van Dam J.E.G., van den Oever M.J.A., Teunissen W, Keijsers E.R.P, van der Putten J.C., Anayron C, Josol F, Peralta A., 2006, “Process for production of high density/high performance binderless boards from whole coconut husk. Part 2: coconut husk morphology, composition and properties. Industrial Crops and Product, Vol. 24, pp. 96-104.

Gambar

Gambar 1.  Struktur buah kelapa  Sabut  kelapa  mengandung  30
Gambar 3. Sampel pengujian tarik serat
Gambar 4.  Distribusi luas penampang pada serat sabut kelapa  Alasan  variabilitas  sifat  mekanis
Gambar 5.  Efek resiprokal panjang spesimen pada modulus Young
+2

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI, FRAKSI VOLUME SERAT, DAN PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT SABUT KELAPA- POLYESTER. Surakarta : Jurusan Teknik Industri

Komposisi campuran serat alam sabut kelapa (SSK) dan serat batang pisang (SBK) dengan matriks pada pembuatan papan partikel komposit Poly Vinyl Acetate (PVAc)

Penambahan serat sabut kelapa dan resin polyester dapat membuat papan beton menjadi lebih ringan dibandingkan dengan papan GRC yang ada di pasaran. Persentase 0,6% serat sabut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran partikel batang jagung dengan serat sabut kelapa tidak berpengaruh terhadap peningkatan nilai sifat fisisnya, namun

Menurut hasil studi yang dilakuan , “ studi eksperimental karakteristik batako serat sabut kelapa dengan variasi panjang serat 1, 2, dan 3 cm” oleh Willy Firmansyah.

Perlakuan alkali terhadap komposit serat sabut kelapa mempengaruhi sifat mekanik sifat kekuatan impak dari material komposit dengan kekuatan impak dan energi serap

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI, FRAKSI VOLUME SERAT, DAN PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT SABUT KELAPA- POLYESTER. Surakarta : Jurusan Teknik Industri

Perbandingan serat sabut kelapa dan bagasse menggunakan larutan H₂SO₄ dengan matriks polyester menghasilkan perbandingan serat yang terbaik pada variasi 30:70 untuk spesimen tarik