• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ir. Muhamad Ryanto, MT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ir. Muhamad Ryanto, MT."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1

Ir.

Muhamad

Ryanto, MT.

Jurusan Teknik Sipil

Universitas Sangga Buana YPKP

GESER (SHEAR)

GESER

Geser pada balok langsing Geser pons (punching shear) Geser pada : balok tinggi

brackets/corbels

deep beam

foundation Geser Friksi

(2)

3

Untuk kesetimbangan :

* Jumlah tegangan geser pada penampang harus setimbang dengan gaya geser eksternal.

* Tegangan geser vertikal dan horizontal besarnya pada setiap elemen harus seragam .

l R = w 2l w R dx Shear Forces 4 l R = w l 2 w R dx Shear Forces y b Ai NA T V C dx v w V- w dx T + dT C+dC z qmax= Vz q = b v Section Beam

element stressesFlexural Shearflow stressesShear

vmax

v = V Ab Iiy

Geser pada Balok Elastik Isotropik Homogen

(3)

5

Tegangan Geser Rata - Rata Diantara Retak - Retak

T T +ΔT jd C C + ΔC T + ΔT T V M V M + ΔM V Δx T == Mjd dan T + T= M + jdΔM jd = Konstan T == jdM

Untuk Keseimbangan Momen

Tegangan rata - rata geser

Jd = 0.875d bw = lebar balok = M V x T = V x j d ; V bT wx = = v bV w jd = = ;

(4)

7 Aksi Balok dan Aksi Busur bila Balok Prismatis dan jd Konstan V == dxd (T jd) V == d(T)dx jd + d(jd) dx T Keadaan Ekstrim Bila jd konstan d(jd) dx = 0 d(T) dx V == jd bila dT dx = 0 d(jd) dx T V == jd varies C T C 8 Momen besar 1000 uVd √fc` M Momen kecil ρ 0 4 8 12 24 ~ 0.16 0.30 V ρωVd √fc’ M √fc’ = 0.14 + 17 < 0.3 V √fc’ ... . .. . . . .. . . .. .. . . ... . ... . .. . . . .. . . . .. . .. ... . .. . . . .. . . . .. . .. . . .. . . . . . . . .. . .. .. . . . . . .. . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. . . . . . . .. . . . . .

(5)

9

Penurunan Rumus Kekuatan Geser Dari

Balok Tanpa Tulangan Sengkang

Asumsi :

Kapasitas beban dicapai ketika tegangan tarik utama mencapai kekuatan tarik beton yang sebanding dengan fc` Meskipun secara eksak distribusi dari tegangan lentur dan tegangan geser pada suatu potongan tidak diketahui, dapat diasumsikan :

ft = Ec/Esx tegangan tarik tulangan V = tegangan geser rata - rata Ec sebanding dengan √fc

Vu = gaya geser batas

Mu = momen batas pada potongan tersebut

Tegangan geser v : v = k1 Vu

bd

fs= tegangan baja tulangan Mu

As.d =

dan tegangan tarik ftdalam beton : Mu√fc’ Ec.fs ft Ec.Mu Es As.d.Es As.d.Es Mu bd2 f E α α α α α ρ …… 1

(6)

11 Atau dapat ditulis :

k4 ft fc` E bd2 = Mu ……… 2 k4 = Konstanta Es= nilainya tetap

Kekuatan tarik beton dapat ditulis : ……… 3 ft max= k5 fc` ρ 12 ft max= ½ ft + (½ ft)2 + v2

Pada persamaan 4 ada 2 variabel Vu/bd√fc’ dan Mu√fc’ /Es ρVud

Dari 440 test didapatkan :

Persamaan 1 s.d. 3 dirumuskan dalam persamaan tegangan utama : k5 √fc’ = ½Vu ku Mu√fc’ + √{ ½ ku Mu fc’ } + ks2 bd Es Vud ρ Es Vud ρ = k5 ½ku Mu√fc’ + √{ ½ ku Mu fc’ } + ks2 Es Vud ρ Es Vud ρ Vu bd√fc’ ….. 4 Vu ρVud bd√fc’ Mu√fc’ = 0.14 + 17 + ≤ 0.3

(7)

13 Penampang tanpa tulangan geser

V = Vcz+ Vd+ Vay A B Vcz C1 Va Vax Vay Vd C D E F T2 Vd Vay Vax Va T1

Penampang dengan tulangan geser

V = Vcz+ Vd+ Vay+ Vs A B Vcz C1 Va Vax Vs Vd C D E F T2 Vd Vay Vax Va T1 T2 Vs Vcz’ C1’ Vc

Mengapa lebih banyak dipakai sengkang dibandingkan tulangan tarik miring :

masalah kalau terjadi tegangan terbalik

sengkang diperlukan sebagai pemegang tulangan

pelaksanaan sulit

(8)

15 GESER DALAM BALOK BETON

BERTULANG (PB 1989) Vu< φVn

Vu = beban geser batas (terfaktor)

φ = faktor reduksi = 0.60 PB`89 Vn = Vc+ Vs

Vc = geser yang ditahan beton

Vs = geser yang ditahan baja tulangan Vc= 1/6 √fc’ bw.d

= 1/7 ( √fc’ + 120 ρw ) bVud w.d Mu

(rumus untuk geser yang lebih teliti)

16 1. KERUNTUHAN GESER BALOK

AKIBAT PELELEHAN SENGKANG

Sengkang tidak dapat menahan geser bila tidak memotong retak miring. PB`89 pasal 11.5.4.1.

menentukan bahwa jarak sengkang maksimum (vertikal) adalah :

smax= d/2 atau 600 mm

Bila Vs> 1/3 √fc’ bw.d maka jarak sengkang : smax= d/4 atau 300 mm

Jarak Maksimum Sengkang

45º Max S = d/2 d/2 45º Max S = d d/2

(9)

17

2. KERUNTUHAN GESER AKIBAT KEGAGALAN PENJANGKARAN

Keruntuhan akibat sengkang yang mencapai tegangan lelehnya dapat terjadi bila sengkang-sengkang tersebut dijangkarkan dengan sempurna. Sebaiknya sengkang -sengkang diterus-kan masuk ke daerah tekan dan tarik beton dan didetail sesuai dengan syarat-syarat PB`89 pasal 12.12.2 pasal 12.13.5.

fysengkang sebaiknya BJTP/φ24

3. RETAK YANG BERLEBIHAN PADA WAKTU PEMBEBANAN LAYAN

Lebar retak pada tulangan miring > lebar retak pada sengkang.

Lebar retak φ besar - jarak besar >

φ kecil - jarak dekat PB`89 : Vs< 2/3 √fc’ bw.d

(10)

19 4. KERUNTUHAN GESER AKIBAT HANCURNYA

BAGIAN BADAN BALOK YANG TERTEKAN Pada bagian balok yang tipis keruntuhan akibat

hancurnya diagonal compression member dibatasi agar tegangan geser yang terjadi < dari (0.2 - 0.25) x tegangan tekan beton yang diijinkan.

PB`89 membatasi Vs< 2/3 √fc’ bw.d

20 Bila retak ≈45°proyeksi horizontal dari retak = d Bila sengkang dipasang miring dengan sudut α, jumlah

sengkang yang memotong bidang retak = d (1+cot α) / s Vc C S Avfy A d B Avfy T Vs = Av.fsy.d

(11)

21 Gaya geser yang ditahan sengkang Vs adalah

komponen vertikal dan F yakni F sin α

Jadi : Vs= Avfy( sin α+ cos

α) d s Vc C Avfy d T F =Σ Av fy s F = Avfy d (1 + cot α) s

Kegagalan geser akibat keruntuhan batang tarik.

d d

5. TULANGAN SENGKANG MINIMUM

Sebab keruntuhan geser dari balok tanpa tulangan melintang adalah getas dan mendadak dan karena kegagalan geser sangat berva-riasi dibandingkan dengan nilai pada persamaan geser maka PB`89 ps 11.5.5.1. memberikan syarat tulangan minimum bila

(12)

23 Av= bw. s 3 fy Vc= 1/6 √fc` bw.d Vc= 2/3 bw.d Av.fy.d Vs= = 1/3 bs w.d Dimana :

Av = Luas tulangan sengkang (2 kaki) bw = Lebar balok

s = jarak tulangan sengkang fy = mutu tulangan

Vc = kapasitas beton terhadap geser

fc = mutu beton

Vs = kapasitas tulangan terhadap geser

d = tinggi efektif balok

24 LETAK PENAMPANG KRITIS PADA BALOK

BETON DENGAN BEBAN GESER

Tumpuan yang menghasilkan tegangan tekan pada balok, letak penampang kritis dapat dievaluasi pada jarak d dari perlelatakan dan tidak ada beban terpusat yang bekerja dalam daerah d dari perle-takan. Sedang untuk penampang yang menerima tumpuan tarik penampang kritis dievaluasi pada muka kolom.

(13)

25 d

KAPASITAS GESER BILA DISERTAI BEBAN AKSIAL

Kapasitas Geser tanpa Beban Aksial

Vc= [(√fc’ + 120 ρw Vu.d ) : 7] bw.d < 0.3 √fc’.bw.d Mu

Kapasitas Geser dengan Beban Aksial Tekan Vu.d Mm Vc= [(√fc’ + 120 ρw ) : 7] bw.d < (0.3 √fc’.bw.d) x 1 +0.3 Nu Ag Mm= Mu- Nu( ) 4k-d 8

(14)

27 Kapasitas Geser dengan Beban Aksial Tarik

Vc= (1/6.√fc’.bw.d) ( 1 + )0.3 Nu Ag

28 Langkah Perencanaan terhadap

BEBAN GESER

1. Tentukan besar gaya geser terfaktor Vu pada penampang kritis (mis : Vu= 1.2 VD+ 1.6 VL) 2. Untuk penampang kritis tersebut, hitung Vc;

bila : ≥[ Vc+ √fc’ bw. d ] Vu φ 23 Vu φ bw. s 3 . fy

penampang harus diperbesar 3. Bila : Vc> ≥ ½ Vc

gunakan tulangan minimum : As min =

(15)

29 4. Jika : Vφu > Vc

gunakan tul. geser sehingga memenuhi : Vu

(16)

31

Stirrups can not sustain the shear force if it does not intersect the diagonal crack. SKSNI - sec 3.4.5 : define that maximum space of each vertical stirrup is :

smax = d/2 or 600 mm

If the shear force in the reinforcement Vs> (√f’c/3) bwd ; then the maximum space of each vertical stirrup is :

smax = d/4 or 300 mm 45º smax= d/2 d/2 45º smax= d d/2

1. Shear Failure in Beams due to Yielding in Stirrup

32

2. Shear Failure due to the Loss of Development Length

* Shear failure due to yielding in the stirrup only could be reached if the stirrups have sufficient development length.

* The stirrups should be anchorage into the compression and tension zone of concrete and should be detailed regarding SNI provision especially sec. 3.5.13.2.

(17)

33

Crack width sloping web reinforcement > crack width at vertical stirrups

Crack width at bigger bar diameter and bigger spaced > small bar diameter and close spaced.

Vs< 2/3 . fc’ bw.d (crack width requirement for shear)

At thin part of beams, failure due to diagonal compression member must be restricted so that the generated shear stress is less than (0.2 to 0.25) times the concrete strength, then :

Vs< 2/3. fc’ bw.d

3. Excessive Crack at Service Loads

4. Shear Failure due to Web Compression

Beams without web reinforcement will cause a sudden and brittle failure due to so many shear mode failure. Then SNI define :

if Vu > φ(0.5 Vc) minimum shear reinforcement

5. Shear Failure due to Yielding at Tension Steel

Av min= bws 3 fy

Where :

Av min = minimum shear reinforcement bw = beam width

s = space between each stirrup fy = steel strength

(18)

35

Critical section = the location of the first inclined crack.

The critical section must be taken at the face of support when one of the following occurs :

1. Factored shear Vudoes gradually decrease from the face of support but the support is itself a beam or girder and therefore does not introduce compression into the end region of the member.

2. When a concentrated load occurs between the face of support and the distance d therefrom. 3. When any loading may cause a potential

inclined crack to occur at the face of support or extend into instead of away from the support.

Vu

Critical section

d

Critical section

Critical section

Instead of these three condition, critical section could be taken as the location at spacing d from support surface.

36

In The SNI strength design method for shear, it is required that :

Where :

Vu = factored shear force φVn = shear strength capacity

Vn = nominal shear strength

φ = reduction factor for shear = 0.6 (SNI 3.2.3.2.(3)) Vc = portions of shear strength from concrete Vs = portions of shear strength from reinforcement

Vu ≤ φVn Vn = Vc + Vs SNI eq. 3.4-1 SNI eq. 3.4-2 α=30° 35° 40° 45° Contribution of concrete neglected Contribution of stirrups vs Shea r re si stan ce , vu vc

(19)

37

For element with bending & shear :

Vc = (f’c/6) bwd SNI eq. 3.4-3

For element with bending & shear & axial compression : Vc = 2 {1 + (Nu/14Ag)} (f’c/6) bwd SNI eq. 3.4-4

Where :

Vc = shear force from contribution of concrete (N) f’c = strength of concrete (MPa)

bw = width of beam (mm) d = effective depth of beam(mm) Nu = axial compression ultimate load (N) Ag = section area of element (mm2)

Concrete Contribution to Shear Strength

bw d

Reinforcement Contribution to Shear Strength If using Vertical Stirrups : SNI eq. 3.4-17

Vs =

If using Sloping Stirrups : SNI eq. 3.4-18 Vs =

Minimum Shear Reinforcement : Av min = SNI eq. 3.4-14

Maximum Shear Strength : SNI 3.4.5.6).(8) Vs max = (2f’c/3) bwd Avfyd s Avfy(sin α+ cosα) d s bws 3 fy Where :

Vs = shear force from contribution of shear reinforcement (N) Av = area of shear reinf. (mm2)

fy = steel yield strength(MPa) d = effective depth of beam(mm) s = spacing of stirrups (mm) bw = width of beam(mm)

s

(20)

39 Start Find : Vu Vu> φVc Vu< ½φVc ½φVc≤Vu≤ φVc define : Ø and use Av min Av min = 1 bws 3 fy * No shear -reinforcement no yes φVs= Vu-φVc φVs> φ(2√f’c/3) bwd define : Ø Vs = 1 Avfyd s Change the dimension of beam yes no Finish 2 no yes 40 1 Check :

spacing of shear reinforcement, s Vs> (√f’c/3) bwd s < smax s < smin Finish smax= d/2 or 600 mm smax= d/4 or 300 mm no yes

* Use double stirrups or * Increase Ø 2 yes no no no s = smax Finish

(21)
(22)

43

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu metode untuk memperoleh informasi tentang pergerakan satwa yaitu penggunaan radio tracking. Penggunaan radio tracking dalam penelitian pergerakan katak sampai

Sampel penelitian adalah penderita KNF WHO tipe III dewasa (usia &gt;18 tahun) yang telah selesai menjalani radioterapi atau kemoradioterapi (baik dengan terapi ulangan atau

SES merupakan energi yang efisien dan ramah lingkungan, namun pada perkembangannya, energi yang dihasilkan pada sumber energi tanah sangat kecil, sehingga sangat rawan terhadap

Reproduksi ikan selais, Ompok hypophthalmus (Bleeker) berkaitan dengan perubahan hidrologi perairan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri. Institut

Penulis bertujuan untuk mencoba menjawab masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, yaitu tentang pemilihan jalur terpendek yang akan ditempuh dalam proses pengiriman suatu

Manfaat dalam dunia praktis, yaitu diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa pemikiran dalam rangka penyusunan anggaran yang efektif dan sesuai atau

Kolaka Timur yang termuat dalam Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor : 24.8/FK/PP-DPUP/VII/2016 tanggal 25 Juli 2016, yang ditetapkan sebagai penyedia pengadaan..

Dengan kadar tersebut, daun nanas dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan nitroselulosa.Nitroselulosa merupakan salah satu bahan dasar dari propelan jenis single base