• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREDIKSI POTENSI HIDROKARBON SECARA KWALITATIF STRUKTUR RANTAU DAN KUALA SIMPANG BARAT BERDASARKAN EVALUASI RST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREDIKSI POTENSI HIDROKARBON SECARA KWALITATIF STRUKTUR RANTAU DAN KUALA SIMPANG BARAT BERDASARKAN EVALUASI RST"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIKSI POTENSI HIDROKARBON SECARA KWALITATIF

STRUKTUR RANTAU DAN KUALA SIMPANG BARAT

BERDASARKAN EVALUASI RST

Rizal Risnul Wathan

1

, Indra Shahab

2

, Rudiyanto

2

1

PERTAMINA DOH Rantau 2

Schlumberger GeoQuest

Kata Kunci : Evaluasi formasi, Evaluasi RST, Potensi hidrokarbon. ABSTRAK

Problem utama yang dihadapi lapangan minyak tua seperti struktur Rantau adalah penurunan produksi secara alamiah. Penurunan produksi ini berkaitan erat dengan berkurangnya potensi hidrokarbon dan tekanan reservoir mengalirkan fluida. Selain itu data yang tersedia tidak lengkap dan kurang akurat sehingga banyak pekerjaan reparasi dan KUPL sumur tidak memberikan hasil yang maksimal.

Reservoir Saturation Tool (RST) mulai dikenal sejak tahun 1992 sebagai salah satu alat untuk mengetahui kandungan Hidrokarbon reservoir baik pada lubang terbuka maupun tertutup oleh casing. Saturasi hidrokarbon diperoleh dengan 2 cara yaitu pengukuran perbandingan Karbon-Oksigen dan pengukuran laju penyerapan Neutron (Sigma). Pengukuran saturasi hidrokarbon dengan cara ini tidak dipengaruhi oleh salinitas air formasi.

Pada tahun 1996 DO hulu Rantau mulai memanfaatkan RST untuk memperkirakan potensi hidrokarbon pada beberapa zona produktif di struktur Kuala Simpang Barat. Dari hasil evaluasi RST memperlihatkan kandungan hidrokarbon yang masih cukup menjanjikan dibeberapa zona produktif. Hal ini bertolak belakang dengan hasil evaluasi RST di struktur Rantau pada tahun 2001, yang dilakukan pada 32 zona yang memperlihatkan kandungan hidrokarbon reservoir sudah jauh berkurang, hal ini terlihat jelas dari harga SWRST yang > 80%. Perbedaan ini disebabkan oleh umur produksi dan posisi sumur dari masing-masing struktur yang berbeda. Hasil

ini juga memberi jawaban terhadap hasil pekerjaan reparasi dan KUPL selama ini di struktur Rantau.

Hasil evaluasi RST pada 2 struktur tersebut dapat menunjukkan efektivitas dari manfaat penggunaan RST dalam memperkirakan potensi hidrokarbon yang tersisa didalam reservoir secara kualitatif pada struktur-struktur tua maupun pada struktur baru. RST sangat bermaanfaat untuk memperbaharui data lapangan pada struktur-struktur tua dan disarankan untuk dipakai pada struktur-struktur lain pada DOH Rantau untuk meningkatkan akurasi pekerjaan Reparasi maupun KUPL sekaligus meningkatkan perolehan migas.

1. PENDAHULUAN

Struktur Rantau dan Kuala Simpang Barat yang merupakan struktur produksi dari Pertamina DOH Rantau terletak kurang lebih 135 kilometer sebelah Utara Medan.

Problem utama yang dihadapi lapangan minyak tua seperti Rantau adalah penurunan produksi secara alamiah. Struktur Rantau yang merupakan salah satu struktur tertua di Pertamina DOH Rantau telah dioperasikan sejak tahun 1928 dan saat ini mempunyai 560 sumur dengan hanya 51 sumur yang berproduksi. Kendala umum yang dihadapi struktur ini sulitnya mendapatkan tambahan produksi karena telah berkurangnya cadangan hidrokarbon di formasi.

Struktur Kuala Simpang Barat yang lebih muda baru beroperasi sejak tahun 1981 dan saat ini telah memiliki 55 sumur dimana 29 sumur hingga saat ini masih berproduksi. Walaupun umur produksi yang relatif masih muda tetapi memiliki problem tingginya kadar air di reservoir.

Permasalahan yang ada adalah data logging yang tersedia sudah tidak up to date lagi sehingga pekerjaan reparasi dan KUPL sumur tidak memberikan hasil yang maksimal dan biaya yang dikeluarkan cukup besar.

Bertitik tolak dari hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan pembaharuan data sumur agar dapat diperkirakan potensi hidrokarbon secara kualitatif didalam reservoir. Hal ini akan sangat membantu dalam meningkatkan perolehan migas secara tepat dan akurat. Metode yang dipilih untuk

memperbaharui data sumur adalah Metode Reservoir Saturation Tool (RST).

2. RESERVOIR SATURATION TOOL

Reservoir Saturation Tool (RST) yang dikomersialkan sejak tahun 1992 dipergunakan untuk memperoleh informasi tentang jenis batuan , saturasi minyak, dan saturasi gas pada open hole maupun cased hole. RST umumnya dipergunakan untuk mengetahui kondisi saturasi hidrokarbon terkini, dimana pada kondisi cased hole pengukuran resistivitas konvensional tidak bisa dilakukan, sehingga alat ini berguna pula untuk melakukan evaluasi pada sumur-sumur tua. Peralatan RST ada dua jenis yaitu RST-A berpenampang 1-11/16 inci dan RST-B berpenampang 2-1/2 inci. RST-B dirancang untuk bisa melakukan pengukuran saturasi hidrokarbon pada sumur yang mengalir. Kelebihan RST dibanding dengan Gamma Ray Spectroscopy Tool (GST) antara lain penampang RST lebih kecil dibanding dengan GST yang berpenampang 3-3/8 inci sehingga bisa melewati tubing yang lebih kecil, juga adanya perbedaan detektor sinar gamma dimana pada GST memakai detektor NaI ( Sodium Iodide), sedang pada RST memakai detektor GSO (Gadolinium Oxyorthosilicate) yang mempunyai massa jenis lebih besar dan efisiensi deteksi lebih baik yang memungkinkan diameter alat dapat diperkecil.

Pengukuran saturasi minyak dengan RST dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu pengukuran perbandingan carbon-oksigen (C/O), dan pengukuran laju penyerapan neutron (Sigma). Perbandingan karbon-oksigen (C/O) berhubungan

(2)

langsung dengan saturasi minyak. Harga C/O yang tinggi mengindikasikan formasi mengandung minyak, sedang harga C/O yang rendah mengindikasikan formasi mengandung air atau gas. Pengukuran saturasi minyak dengan cara ini tidak dipengaruhi oleh salinitas air formasi. Kelebihan ini sangat cocok untuk lapangan minyak di Indonesia yang umumnya memiliki salinitas air formasi yang rendah kurang dari 40.000 ppm. Untuk kondisi salinitas air formasi yang tinggi, pengukuran Sigma dapat dipergunakan untuk menentukan saturasi minyak, sedang untuk salinitas air formasi yang rendah, Sigma hanya digunakan untuk membedakan gas dengan minyak atau air pada formasi.

RST memanfaatkan neutron energi tinggi (14 MeV) yang dipancarkan oleh pembangkit pulsa neutron. Elemen-elemen formasi yang tertembak neutron akan terinduksi dan memancarkan sinar gamma dengan spektrum energi yang spesifik untuk elemen tersebut. Berdasarkan tingkat energi neutronnya, reaksi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyebaran inelastik dan penyerapan neutron. Pada reaksi inelastik seperti terlihat pada Gambar-1, neutron dengan kecepatan tinggi bertumbukan dengan atom elemen, sehingga memberikan rangsangan pada inti atom dan memancarkan sinar gamma inelastik. Elemen yang dapat dideteksi melalui proses ini adalah karbon, oksigen, besi, silika, kalsium, dan belerang.

Setelah tumbukan inelastik, neutron akan menyebar dan bergerak dengan kecepatan yang semakin berkurang sampai ketingkat energi 0.025 eV. Tumbukan selanjutnya akan menyebabkan energi neutron terserap dan sinar gamma penyerapan (captured gamma ray) yang punya karakteristik berbeda akan dipancarkan seperti terlihat pada Gambar-2. Elemen-elemen yang dideteksi melalui proses ini adalah hidrogen, khlor, besi, silika, kalsium, dan belerang.

RST mempunyai dua buah detektor yaitu detektor dekat dan detektor jauh, yang pada proses pengolahannya perlu dikalibrasi terhadap pengukuran standard di EECF (Environmental Effect Calibration Facilities) untuk mengetahui respon alat terhadap berbagai kondisi pengukuran seperti jenis batuan, porositas, diameter pahat, diameter casing, dan sebagainya yang tergambar sebagai plot jajaran genjang C/O untuk detektor dekat (near) dan detektor jauh (far) dimana data pada sudut-sudut jajaran genjang didapat dari EECF. Pengembangan baru pada teknologi pengolahan juga memungkinkan dilakukannya alpha processing yang mengkombinasikan akurasi C/O elemental yield dengan presisi C/O window energy menghasilkan data RST dengan presisi dan akurasi yang tinggi.

3. HASIL EVALUASI

Reservoir saturation Tool mulai dipakai sejak tahun 1996 di struktur Kuala Simpang barat dan telah dilakukan di 12 sumur yaitu pada sumur 05, 11, 16, 24, KSB-26, KSB-28, KSB-36, KSB-40, KSB-42, KSB-44, KSB-49 dan KSB-51. Sedangkan struktur Rantau dilakukan pada tahun 2001 dan baru dilakukan pada 3 sumur yaitu pada sumur P-153, P-195 dan P-226.

Dari hasil cross plotting FCOR vs NCOR terlihat bahwa adanya perbedaan antara struktur Rantau dan Kuala Simpang Barat. Zona air struktur Rantau dengan harga FCOR : 0.02; NCOR : -0.01 dan zona minyak dengan harga FCOR : 0.03;

NCOR : 0.01 memperlihatkan jarak separasi zona air yang pendek sedangkan Zona air struktur Kuala Simpang Barat dengan harga FCOR : 0; NCOR : 0.005 dan zona minyak dengan harga FCOR : 0.05; NCOR : 0.05 memperlihatkan jarak separasi yang lebih panjang. Hal ini mencerminkan bahwa kandungan Hidrokarbon di reservoir struktur Rantau telah jauh berkurang (depleted) dibandingkan struktur Kuala Simpang Barat (Gambar-3&4).

3.1. Struktur Rantau

Berdasarkan hasil Evaluasi RST di 3 sumur pada 32 zona produktif pada bagian down dip Blok D dan E struktur Rantau terlihat jelas hampir seluruh zona sudah depleted. 1 zona yang masih memperlihatkan potensi hidrokarbon tinggi dengan Harga SWRST 0 – 70 % yaitu zona 940, zona dengan potensi hidrokarbon sedang dengan SWRST 70 – 85 % terdapat pada 9 zona yaitu : 950, 920, 770A, 770, 750A, 750, 640B, 600 dan 380, zona dengan potensi hidrokarbon kecil dengan harga SWRST 85 – 100% terdapat pada 22 zona : 970, 960, 930, 880, 870, 850, 810, 800, 770B, 750B, 710, 690, 660B, 660A, 660, 640, 560, 480, 460, 290, 280 dan C2 (Tabel-1)

3.2 Struktur Kuala Simpang Barat

Berdasarkan hasil evaluasi RST di 12 sumur pada 32 zona produktif yang umumnya terletak di puncak struktur, 9 zona masih memperlihatkan kandungan hidrokarbon dengan harga SWRST 0 – 70 % terdiri dari zona B-10, D-20, D-30, E-10, G-10, G-20, H-G-10, J-10 dan L-20. Sedang 15 zona termasuk dalam potensi hidrokarbon sedang dengan Harga SWRST 70 – 85 % yaitu pada zona : A-10, A-20, B-20, C-20, D-10, E-30, E50, F-10, F-40, H-20, J-30, K-10, M-10, N-10 dan N-20. Zona yang masuk kategori potensi hidrokarbon kecil dengan harga SWRST 85 – 100 % terdapat pada 8 zona : h-20, C-10, E-20, F-30, F-50, I-10, J-20, dan K-20 (Tabel-2).

4. PEMBAHASAN 4.1 Struktur Rantau

Hasil Evaluasi RST struktur Rantau tersebut sedikit banyak membantu memahami dan menjawab pertanyaan atas ketidak-berhasilan pekerjaan KUPL dan Reparasi sumur yang dilakukan selama ini.

Dari hasil evaluasi RST terlihat jelas bahwa hampir seluruh Zona pada bagian down dip blok D dan E struktur Rantau telah depleted, baik dari kandungan hidrokarbon maupun tekanan reservoir.

Hasil evaluasi RST zona 940 pada sumur P-226 pada selang kedalaman 929.5 – 930.5 m memperlihatkan harga SWRST 55%,, FCOR = 0.05, NCOR : 0.035. Dari harga SWRST, FCOR vs NCOR yang terletak diatas zona minyak yang umumnya menghasilkan minyak (Gambar-5). Uji produksi sumur pada selang pelubangan 928 – 931 m belum memberikan hasil yang konklusif, dari hasil evaluasi seharusnya memberikan hasil minyak ternyata keluar air. Kemungkinan terjadi water blocking dari bagian atas zona ini, Mengingat pada zona atas Harga FCOR vs NCOR dibawah zona minyak. Hasilnya mungkin akan lebih baik bila pelubangan dilakukan pada selang kedalaman 929.5 – 930.5 m. Zona 640 dari hasil log konvensional memberi data petrofisik tidak menarik, evaluasi RST pada selang kedalaman

(3)

652.5 – 653.5 m dengan harga SWRST 80 %, FCOR : 0.05, NCOR : 0.01 yang kenampakannya mirip dengan zona 940 dan dengan pelubangan yang tepat ternyata menghasilkan minyak 37.4 BOPD dengan kadar air 40 %, kemungkinan tingginya harga SWRST ini dipengaruhi oleh litologinya yang sangat shaly dan laminasi, sehingga harga C/O cenderung rendah dan sangat mempengaruhi hasil evaluasi, tetapi bisa dikoreksi dengan harga FCOR vs NCOR (Gambar-6). Uji produksi sumur pada zona 950 disumur P-195 dengan harga SWRST 75 % menunjukkan hasil yang belum konklusif, diperkirakan tekanan reservoir sudah sangat depleted, hal ini diperkuat dengan data saat sirkulasi yang mengeluarkan minyak. Hasil Evaluasi RST zona 380 pada selang kedalaman 505.5 – 506.5 m di sumur P-153 yang memiliki harga SWRST 75%, FCOR : 0.03, NCOR : 0.01. Hasil uji produksi tidak memberikan hasil yang konklusif. Dari zona ini terlihat bahwa akumulasi minyak awal terdapat pada selang kedalaman 507 – 514 m, tetapi sekarang telah berubah selang kedalaman 505.5 – 506.5 m, ini juga menunjukkan Batas Minyak Air telah bergerak naik cukup tinggi pada lapisan ini.

Salah satu contoh yang paling ideal yang mencerminkan reservoir yang sudah depleled dan BMA telah naik cukup jauh seperti yang terlihat pada Gambar-7. Disini terlihat jelas SW awal 50 % pada selang kedalaman 905 – 910 dengan BMA di 910 m, sekarang telah telah berubah dengan SWRST 80% di 905 – 906 m dan BMA di 906 m. Dari harga FCOR vs NCOR yang berada disekitar zona minyak diperkirakan zona ini masih mengandung minyak dengan tebal ± 1 m dengan water cut yang tinggi.

Uji produksi `zona 950, 940, 640B dan 380 di struktur Rantau tidak memberikan hasil yang konklusif dengan tingkat keberhasilan perolehan migas hanya 25% (Tabel-3). Hal ini disebabkan kandungan hidrokarbon di reservoir yang sudah menipis, tekanan reservoir yang sudah sangat rendah, permeabilitas rerervoir yang mengecil akibat penyumbatan pori-pori batuan, kurang maksimalnya pengangkatan dengan gas lift akibat kurangnya pasokan gas dan kurang tepatnya titik pelubangan.

Data log konvensional pada zona-zona dalam blok E memberikan data petrofisik yang cukup menarik tetapi belum pernah dilakukan pengujian pada blok ini tetapi hasil evaluasi RST dari 3 sumur mengindikasikan kandungan hidrokarbon di reservoir bagian down dip Blok D dan E struktur Rantau sudah sangat rendah, hal ini dapat terbaca dari cross plotting FCOR vs NCOR yang memperlihatkan jarak separasi zona air dan minyak yang relatif pendek. Hal ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar zona di bagian down dip blok D dan E struktur telah dijenuhi oleh air. Sisa hidrokarbon yang tertinggal direservoir masih memungkinkan untuk diproduksikan dengan merubah metode pengangkatan yang ada sekarang dengan metode lainnya.

Untuk mendapatkan metode pengangkatan yang sesuai dengan kondisi reservoir struktur Rantau perlu dilakukan pengkajian secara terintegrasi sehingga dapat dihasilkan metode pengangkatan yang tepat dan sesuai dengan kondisi reservoir struktur Rantau.

4.2 Struktur Kuala Simpang Barat

Hasil Evaluasi RST pada struktur Kuala Simpang Barat memperlihatkan beberapa zona masih mempunyai sisa

cadangan hidrokarbon yang cukup besar dan telah dilakukan pengujian yang memperlihatkan hasil cukup signifikan. Hasil ini sesuai dengan hasil cross plotting FCOR vs NCOR yang memperlihatkan separasi harga zona air dan minyak yang cukup panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa sisa cadangan hidrokarbon di formasi masih cukup besar.

Hasil evaluasi RST pada zona G-10 di sumur KSB-51 memperlihatkan harga SWRST maksimal 55 %, FCOR : 0.05, NCOR : 0,05, sigma : 18 cu yang terletak pada zona gas yang didukung dengan adanya gas flag pada selang kedalaman 811 – 816 m, sekaligus mencerminkan BGM dikedalaman 816 m dan BMA di 823 m (Gambar-8). Uji produksi sumur pada selang kedalaman 817 – 823 m memberikan hasil Minyak : 510 BOPD; Gas : 0.66 MMSCFD dengan kadar air 40 %. Hasil ini sesuai dengan kenampakan evaluasi RST. Hasil Evaluasi Zona yang sama disumur KSB-42 memperlihatkan harga SWRST 50 %, FCOR : 0.05 dan NCOR : 0.05, sigma : 21 cu yang terletak pada zona minyak dan perubahan BMA dari 1000 m ke 996 m (Gambar-9). Uji produksi zona ini pada selang kedalaman 989 – 992.5 m memberikan hasil Minyak : 500 BOPD dengan kadar air 27 %. Sumur KSB-16 yang diuji pada lapisan yang sama pada selang kedalaman 945.5 – 947 m memberikan hasil Minyak : 491 BOPD; Gas : 0.34 MMSCFD dengan kadar air 37 %.

Hasil evaluasi RST zona E-10 pada sumur KSB-44 memperlihatkan harga SWRST 35 %, FCOR : 0.085, NCOR : 0.06, sigma 19 cu yang terletak diatas zona minyak dan telah terjadi perubahan BMA kekedalaman 804.5 m (Gambar-10). Uji produksi zona ini pada selang kedalaman 799.5 - 802 memberikan hasil Minyak : 384 BOPD; Gas : 0.37 MMSCFD dengan Kadar air 36 %. Zona ini juga diuji pada sumur KSB-36 pada selang kedalaman 804 – 806 yang memberikan hasil Minyak : 210 BOPD dengan kadar air 60 %.

Beberapa zona dengan potensi hidrokarbon tinggi yang dilakukan pengujian adalah zona B-10, G-20, J-10, E-10, D-30, L-20. Zona B-10 sumur KSB-36 dengan harga SWRST : 60 %, FCOR : 0.035, NCOR : 0.035, sigma 23 cu yang diuji pada selang kedalaman 650 – 652.5 m memberikan hasil Minyak 216 BOPD dengan kadar air 6 % dan KSB-24 pada selang kedalaman 689 – 693 memberikan hasil 130 BOPD dengan kadar air 36 %. Zona G-20 sumur KSB-49 yang diuji pada selang kedalaman 880.5 - 882 memberikan hasil Minyak : 284.4 BOPD; Gas : 0.21 MMSCFD dengan kadar air 56 %. Sedang zona J-10, E10, D30 ternyata memberikan hasil Gas : 0.2 MMSCFD dengan Kadar air 100 % pada sumur KSB-26 dan KSB-28.

Satu zona yang diperkirakan memiliki potensi hidrokarbon tinggi yaitu L-20 dari hasil evaluasi RST memperlihatkan harga SWRST 35 %, FCOR : 0.065, NCOR : 0.05 yang terletak diatas zona minyak pada kedalaman 1082 – 1085 m dan hadirnya batugamping setebal 2 m pada selang kedalaman 1080 – 1082 m (Gambar-11) sangat mempengaruhi evaluasi RST, karena kandungan karbon dari batuan karbonat sangat mempengaruhi hasil evaluasi. Uji produksi zona ini pada selang kedalaman 1079 – 1083 m dimaksudkan untuk membuktikan produktvitas batugamping tidak memberikan hasil yang konklusif dan kemungkinan terjadi water blocking dari bagian atas (FCOR vs NCOR dibawah zona minyak). Kehadiran batugamping diperkirakan memperkecil permeabilitas dan merupakan lapisan pemisah. Disarankan untuk melakukan tembak ulang pada waktu mendatang di

(4)

zona ini pada selang kedalaman 1082 – 1084 m. Sedangkan ketidak-berhasilan uji produksi zona E-10 pada sumur KSB-24 lebih disebabkan oleh posisi sumur yang berada di down dip dan diperkirakan BMA telah bergerak naik dan zona H-10 pada sumur KSB-44 yang tidak mengeluarkan aliran diperkirakan disebabkan problem permeabilitas reservoir. Zona dengan potensi hidrokarbon sedang yang diuji yaitu Zona D-10 dan K-10 di KSB-28 dan KSB-49 memberikan hasil Gas : 0.12 – 0.33 MMSCFD dengan kadar air 100 %. Sedang zona C-10 pada KSB-05 ternyata sudah mengair. Zona dengan potensi hirokarbon kecil yang diuji adalah zona E-20 pada sumur KSB-26 dan memberikan hasil Gas : 0.07 MMSCFD sesuai dengan perkiraan.

Salah satu contoh zona yang sudah depleted pada struktur Kuala Simpang Barat adalah lapisan F-10 sumur KSB-28, dimana awalnya lapisan ini terisi oleh kolom minyak mulai dari 880 – 889 m, sekarang dengan harga SWRST : 90 %, FCOR : 0.02, NCOR : -0.02 telah dijenuhi oleh air ( Gambar-12)

Dari hasil uji produksi sumur tersebut terlihat pada zona dengan potensi besar tingkat keberhasilan perolehan migas adalah 79 %. Sedangkan Zona potensi sedang tingkat keberhasilan hanya 67 %, zona potensi kecil tingkat keberhasilan 100 % dengan produksi yang juga kecil ( Tabel-4)

Tingkat keberhasilan masih dapat ditingkatkan dengan pemilihan titik pelubangan yang tepat dan pada sumur-sumur yang berada disekitar puncak struktur.

Metode pengangkatan dengan teknik gas lift masih cukup memadai diterapkan pada struktur ini, tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk meningkatkan perolehan migas dengan memakai metode lainnya.

4.3. Perbandingan hasil RST

Hasil evaluasi RST pada 2 struktur tersebut menunjukkan efektivitas manfaat penggunaan RST dalam memperkirakan potensi hidrokarbon yang tersisa didalam reservoir secara kualitatif pada struktur-struktur tua maupun pada struktur baru.

Cross plotting FCOR vs NCOR memberikan gambaran kondisi reservoir secara langsung. Struktur rantau dengan separasi yang pendek antara zona minyak dan air mengindikasikan potensi hidrokarbon yang telah jauh berkurang. Sedangkan struktur Kuala Simpang Barat dengan separasi yang panjang mengindikasikan potensi hidrokarbon yang masih cukup besar.

Kombinasi harga FCOR dan Sigma dapat dipakai untuk memperkirakan kehadiran hidrokarbon di dalam reservoir. Harga FCOR dipakai karena perbandingan karbon-oksigen yang dibaca penetrasinya lebih jauh kedalam reservoir dibandingkan NCOR. Harga FCOR > 0.05 merupakan harga indikator kehadiran hidrokarbon untuk struktur Rantau dan Kuala Simpang Barat. Sedangkan Harga sigma yang rendah < 18 cu sebagai indikator kehadiran gas.

Hasil evaluasi RST kedua struktur tersebut terlihat sekali perbedaan yang sangat kontras diantara kedua struktur. Hal ini

berkaitan erat dengan umur produksi dari masing-masing struktur dan pemilihan lokasi sumur. Struktur Rantau yang telah berproduksi sejak tahun 1928 dan posisi sumur yang dilakukan pekerjaan RST terletak di down dip. Sedang struktur Kuala Simpang Barat yang umurnya relatif muda dan sumur-sumur yang dievaluasi umumnya terletak dipuncak atau dekat puncak struktur.

Selain untuk memperkirakan potensi reservoir, hasil evaluasi RST dapat dipakai untuk melihat BMA/BGM/BGA. BMA untuk struktur Rantau dan Kuala Simpang Barat pada beberapa lapisan telah bergerak naik cukup jauh. Hal Ini dibuktikan dari zona-zona yang dulunya pernah menghasilkan minyak, ternyata sekarang sudah mengair

Dari hasil Evaluasi dua struktur ini terlihat jelas manfaat dari pemakaian RST dalam memperkirakan potensi reservoir dan pembaharuan data lapangan. Mengingat banyak lapangan yang sudah mulai menurun produktivitasnya dan semakin berkurangnya akurasi data, maka metode ini cukup baik untuk dicoba di struktur lain. Walaupun jika ditinjau dari biaya cukup mahal tetapi manfaatnya sangat besar. Sebaiknya untuk pekerjaan RST dipilih pada sumur yang terletak pada posisi puncak struktur maupun yang tidak jauh dari puncak struktur .

5. KESIMPULAN

- Evaluasi RST sangat membantu dalam memperkirakan potensi reservoir secara kualitatif baik pada struktur tua maupun muda.

- Zona produktif pada bagian flank blok D dan E struktur Rantau terdiri dari 1 zona masih potensi tinggi, 9 zona potensi sedang dan 22 zona potensi kecil.

- Zona produktif pada struktur Kuala Simpang Barat terdiri dari 9 zona potensi tinggir, 15 zona potensi sedang dan 8 zona potensi kecil.

- Perbedaan hasil evaluasi yang mencolok dari dua struktur ini disebabkan oleh umur produksi struktur yang berbeda dan pemilihan posisi sumur.

- Kehadiran hidrokarbon ditunjukkan dari harga FCOR 0.05.

- Metode pengangkatan dan teknik EOR pada struktur rantau perlu dikaji ulang agar produksi migas dapat ditingkatkan.

- RST perlu dicoba pada struktur lainnya di Pertamina DOH Rantau untuk meningkatkan perolehan migas dan memperbaharui data.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan selesainya makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada GM DOH Pertamina Rantau yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mempresentasikan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hemingway , James (1992), SPC Formation Evaluation, Enhanced C/O Processing for RSTpro

2. Mas, Cholid (1997), Meningkatkan produksi minyak pada lapangan tua dengan Reservoir saturation Tool, Proc. Forum Diskusi Teknologi Hulu Migas, IATMI Sumbagut.

(5)

3. Schlumberger (1992), RST Reservoir Saturation Tool, Brochure Wireline & Testing.

LAMPIRAN.

Tabel-1

Harga SWRST zona Struktur Rantau No. Potensi SWRST

%

ZONA

1 Besar 0 - 70 940

2 Sedang 70 - 85 950, 920, 770A, 770, 750A, 750, 640B, 600, 380 3 Kecil 85 - 100 970, 960, 930, 880, 870, 850, 810, 800, 770B, 750B, 710, 690, 660B, 660, 640, 560, 480, 460, 290, 280, C2 Tabel 2

Harga SWRST zona Struktur Rantau No. Potensi SWRST % ZONA 1 Besar 0 – 70 B-10, D-20, D-30, E-10, G-10, G-20, H-G-10, J-10 dan L-20

2 Sedang 70 - 85 A-10, A-20, B-20, C-20, D-10, E-30, E50, F-D-10, F-40, H-20, J-30, K-10, M-10, N-10 dan N-20. 3 Kecil 85 - 100 h-20, C-10, E-20, 30, F-50, I-10, J-20, dan K-20 Tabel-3

Hasil Uji Struktur Rantau Zona Potensi Sumur Minyak

BOPD Gas MMSCFD Kadar Air 940 Tinggi P-226 - - 100 % 950 Sedang P-195 - - 100 % 640B Sedang P-226 37.4 - 40 % 380 Sedang P-153 - - 100 % Tabel-4

Hasil Uji Struktur Kuala Simpang Barat Zona Potensi Sumur Minyak

BOPD Gas MMSCFD Kadar Air G-10 Tinggi KSB-51* KSB-42 KSB-16 510 500 491 0.66 -0.34 40 % 27 % 37 % G-20 Tinggi KSB-49 284 0.21 56 % E-10 Tinggi KSB-44 KSB-36 KSB-28 KSB-24 384 210 -0.37 -0.2 -36 % 60 % 100 % B-10 Tinggi KSB-24 KSB-36 130 216 -36 % 6 % J-10 Tinggi KSB-26 - 0.2 100 % D-30 Tinggi KSB-28 - 0.2 100 % E-50 Tinggi KSB-16 30.8 - 84 % L-20 Tinggi KSB-49 - - 100 % H-10 Tinggi KSB-44 - - -D-10 Sedang KSB-28 - 0.12 100 % C-20 Sedang KSB-05 - - 100 % K-10 Sedang KSB-49 - 0.33 100 % E-20 Kecil KSB-26 - 0.07 100 % Gambar-1.

Reaksi penyebaran neutron inelastic

Gambar-2.

Reaksi penyerapan neutron

Inelastic gamma ray nucleus

capture gamma ray Slow neutron

(6)

Gambar-3

Cross plotting FCOR vs NCOR Struktur Rantau

Gambar-4

Cross plotting FCOR vs NCOR Struktur Kuala Simpang Barat

Gambar-5

Hasil Evaluasi RST zona 940 sumur P-226

Gambar-6

Hasil Evaluasi Zona 640 sumur P-226

Gambar-7

Hasil Evaluasi Zona 770 sumur P-153

Gambar-8

Hasil Evaluasi RST zona G-10 sumur KSB-51 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 NCOR ( -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 KSB-42 RSTA - porosity = 0.28 - CDVf = 0.49(g/cm3) - CDVb = 0.49(g/cm3) Oil zone Water zone Sw = 100%, Yo = 0% Sw = 0%, Yo = 0%

.

.

.

.

930 925 910 905 BMA 655 650 645 640 825 820 815 810 BGM BMA GAS FLAG -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 NCOR ( ) -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 Defaul P-153 RSTA - porosity = 0.28 - CDVf = 0.55(g/cm3) - CDVb = 0.55(g/cm3)

.

Sw = 100%, Yo = 0% Sw = 0%, Yo = 0%

.

Depleted Zone Water Zone

(7)

Gambar-9

Hasil Evaluasi RST zona G-10 sumur KSB-42

Gambar-10

Hasil Evaluasi RST zona E-10 sumur KSB-44

Gambar-11

Hasil Evaluasi RST zona L-20 sumur KSB-49

Gambar-12

Hasil Evaluasi RST Zona F-10 sumur KSB-28 1000 995 990 805 800 1090 1085 1080 900 895 890 BMA BMA

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Konsentrasi NaOH 12% merupakan konsentrasi yang lebih baik dalam ekstraksi selulosa dari pod husk

Aktiva tetap perusahaan yang dibeli sebelum tahun 1995 perlu dikelompokkan berdasarkan sisa masa manfaat pada awal tahun 1995 dari masing-masing harta (tanpa perhatian

Sedangkan hasil penelitian lapangan menunjukkan baik untuk daerah tepi pantai, industri, perkotaan dan perumahan kategori korosi yang ditunjukkan oleh logam

Gambar merupakan hasil pengujian SEM/EDS dengan perbesaran 1000x terhadap morfologi permukaan hasil coating setelah perlakuan thermal cycle pada 50 cycle.. Dari

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Ta’ala serta para malaikat-Nya senantiasa mengirimkan shalawat dan salam atas Baginda Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Dengan

Dalam suatu instansi atau organisasi kebutuhan akan teknologi informasi sekarang ini merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital. Sebab sudah banyak proses-proses

Hasil tersebut menunjukkan bahwa keamanan dan kerahasiaan e- filing tidak terbukti berpengaruh terhadap perilaku wajib pajak dalam menggunakan e-filing, hal ini

Bila hal itu bisa dilakukan maka siapa saja dan dari generasi mana pun juga akan dengan mudah bisa melihat betapa banyak kekayaan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur kita..