• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MUTU MIKROBIOLOGIS PADA PANGAN JAJANAN ANAK DI SD KOMPLEKS LARIANGBANGI MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS MUTU MIKROBIOLOGIS PADA PANGAN JAJANAN ANAK DI SD KOMPLEKS LARIANGBANGI MAKASSAR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 ANALISIS MUTU MIKROBIOLOGIS PADA PANGAN JAJANAN ANAK

DI SD KOMPLEKS LARIANGBANGI MAKASSAR

Analysis of Food Microbiological Quality in Snack Kids at Lariangbangi Complex Elementary School Makassar

Nurwafiah Marda, Saifuddin Sirajuddin, Ulfah Najamuddin

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (m_waviah@yahoo.co.id, saifuddin59@yahoo.com, ulfanajamuddin@gmail.com,

085299989081)

ABSTRAK

Pangan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan atau street food adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun pasar, tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis. Makanan jajanan banyak sekali jenisnya dan sangat bervariasi dalam bentuk, keperluan dan harga. Berdasarkan data Badan POM telah terjadi 1.101 KLB keracunan pangan. Angka kejadian umumnya meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mutu mikrobiologis pangan jajanan anak sekolah dasar di SD Kompleks Lariangbangi Kota Makassar. Jenis penelitian yaitu penelitian survei deskriptif dan sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling. Pengolahan dan analisis data menggunakan microsoft excel dan disajikan dalam bentuk tabel dan deskriptif. Hasil penelitian dari 7 sampel mengandung total mikroba yag melebihi ambang batas sedangkan untuk mikroba patogen Staphylococcus aureus terdapat dua sampel yang melebihi ambang batas yaitu bakso rebus (1 x 105 CFU/g) dan nugget (1 x 105 CFU/g) dan untuk mikroba E.coli tidak terdeteksi pada ke 7 sampel tersebut. Kesimpulan penelitian bahwa ketujuh sampel tidak aman untuk dikonsumsi jika melihat dari total mikroba dan untuk sampel bakso rebus dan nugget juga tidak aman karena mengandung Staphylococcus yang melebihi batas aman.

Kata Kunci : makanan jajanan, mikroba, E.coli, Staphylococcus aureus. ABSTRACT

Street food has become an integral part of community life in both urban and rural. Snack food or street food is the food that is sold on the sidewalk, curb, at the station markets, where settlements and similar locations. Many kinds of food and snacks vary widely in shape, purpose and price . Based on data from the POM has happened 1,101 outbreaks of food poisoning. The incidence generally increased from year to year. This study aims to describe the microbiological quality of snack food primary school children in elementary Complex Lariangbangi Makassar. This type of research is descriptive and survey research sample was determined by purposive sampling technique. Processing and data analysis using microsoft excel and presented in tables and descriptive. The results of the study a total of 7 samples contained microbes that exceed the threshold for microbial pathogens while Staphylococcus aureus there are two samples that exceed the threshold are boiled meatballs ( 1 x 105 CFU / g ) and nuggets ( 1 x 105 CFU / g ) and for microbial E . coli was not detected in the sample to 7 . Research conclusion that the seven samples is not safe to take if the view of total microbes and to sample boiled meatballs and nuggets are also not safe because it contains Staphylococcus exceeding safe limits

(2)

2 PENDAHULUAN

Makanan jajanan atau street food adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun pasar, tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis.1 Konsumsi pangan jajanan di masyarakat diperkirakan terus meningkat, mengingat makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri di rumah.2 Kontribusi pangan jajanan terhadap angka kecukupan gizi remaja perkotaan adalah 21% energi dan 16% Protein.3 Pangan jajanan anak sekolah juga menyumbang asupan energi bagi anak sebayak 36%, protein 29%, dan besi 52%. Karena itu dapat dipahami peran penting pangan jajanan kaki lima pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah.4

Berbagai bahaya dapat terjadi berhubungan dengan makanan.5 Menurut Kepmenkes No:1098/Menkes/SK/VII/20036 dan Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, pada pasal 9 PP No. 28 Tahun 2004 dijelaskan bahwa cara produksi pangan siap saji yang baik harus memperhatikan aspek keamanan pangan dengan cara mencegah tercemarnya pangan siap saji oleh cemaran biologis yang mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan.7 Namun pada kenyataannya hanya sedikit dari penjual makanan yang mematuhi aturan-aturan tersebut dan biasanya hanya dilaksanakan oleh penjual makanan yang dikelola dengan baik.8

Meskipun kemanan pangan telah ditetapkan dalam undang-undang, namun pelanggaran terhadap produk pangan masih tinggi.9 Berdasarkan data Badan POM dalam kurun waktu 2001-2009 tejadi 1.101 KLB keracunan pangan. Angka kejadian umumnya meningkat dari tahun ke tahun. Data agen penyebab keracunan makanan terdiri dari agen berupa mikroba dan kimia. KLB keracunan pangan tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebanyak 197 kejadian. Sekitar 26% dari kasus ini terjadi di sekolah/kampus, 57% terjadi di rumah/tempat tinggal dan sisanya terjadi di hotel/resturant, kantor, dan lainnya masing-masing sebesar 4%, 5%, 8%.10 Terkait dengan jenis pangan penyebab KLB keracunan pangan tertinggi yaitu masakan rumah tangga dan pangan jasaboga, maka higiene dan sanitasi pengolah pangan menjadi salah satu faktor risiko utama yang menjadi penyebab terjadinya KLB keracunan pangan.11

Bahaya biologi (mikroba) pada pangan perlu mendapat perhatian karena jenis bahaya ini yang sering menjadi agen penyebab kasus keracunan pangan.12 Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mutu mikobiologis pangan jajanan anak di SD Kompleks Lariangbangi Kota Makassar.

(3)

3 BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 April–14 Mei 2014 di SDN Kompleks Lariangbangi kota Makassar dan pemeriksaannya dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu survey deskriptif untuk mengidentifikasi total mikroba dan mikroba patogen Escherichia coli dan Staphylococcus aureus pada pangan jajanan SDN Kompleks Lariangbangi kota Makassar. Populasi pada penelitian ini adalah 13 penjaja pangan yang menjual di sekitar lingkungan SDN Kompleks Lariangbangi, dan yang diambil sebagai sampel yaitu 5 makanan dan 2 minuman yang dipilih dengan cara purposive sampling berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti, yaitu makanan yang disajikan tidak dalam keadaan panas/hangat dan makanan yang dicurigai cemaran mikrobanya tinggi, seperti disajikan menggunakan tangan (tanpa alat/alas tangan), dipajan tidak menggunakan wadah tertutup serta tidak dikemas dalam wadah tertutup. Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan data primer dan data sekunder. Pengolahan data jumlah mikroba yang diperoleh dari hasil laboratorium serta data kuesioner diolah secara manual. Kemudian data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi untuk membahas mengenai hasil penelitian. Data hasil laboratorium mengenai total mikroba dan jenis mikroba patogen pada setiap sampel dianalisis secara deskriptif.

HASIL

Analisis total mikroba setelah dilakukan pengujian sebanyak dua kali (duplo) diperoleh hasil yaitu semua sampel memiliki total mikroba yang berada diatas ambang batas maksimum cemaran mikroba sehingga termasuk dalam kategori tidak aman untuk dikonsumsi (Tabel 1). Hasil pada uji identifikasi mikroba Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yaitu pada semua sampel jajanan (makanan dan minuman) tidak terdapat mikroba patogen Escherichia coli (Tabel 2) sedangkan pada sampel bakso rebus dan nugget mengandung Staphylococcus aureus yang berada diatas batas maksimum(Tabel 3).

PEMBAHASAN

Hasil menunjukkan bahwa setelah dilakukan dua kali pengulangan menggunakan metode TPC, semua sampel dari masing-masing kantin di SDN Kompleks Larianbangi berada di atas ambang batas sesuai dengan yang ditetapkan oleh dalam Peraturan BPOM RI Nomor HK 00.06.1.52.40113 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia pada makanan yaitu 1 x 105 koloni/gram dan minuman (sirup) yaitu 5 x 102 koloni/ml.

(4)

4 Sampel yang memiliki total mikroba yang melebihi ambang batas maksimum cemaran mikroba disebabkan karena pada sampel menggunakan air yang tidak dimasak sebelumnya, hal tersebut diketahui melalui hasil kuesioner mengenai tindakan praktik higiene penjual yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003.14 Selain itu penyebab lain ketujuh sampel minuman mengandung total mikroba yang melebihi ambang batas mikroba yaitu kandungan zat gizi dan kandungan air yang tinggi yang baik bagi pertumbuhan mikroba yang terdapat pada setiap sampel. Bahan utama sampel seperti daging, nasi, mie merupakan bahan-bahan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi sehingga mudah untuk ditumbuhi mikroba.

Zat gizi dan kelembaban merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan. Semua mikroorganisme memerlukan zat gizi yang akan menyediakan energi (biasanya diperoleh dari substansi yang mengandung karbon), nitrogen untuk mensintesis protein, vitamin dan zat gizi lain yang berkaitan dengan faktor pertumbuhan serta mineral-mineral. Mikroorganisme, seperti halnya semua organisme memerlukan air untuk mempertahankan hidupnya.Bakteri memerlukan air lebih banyak daripada khamir dan jamur.15

Makanan yang telah matang sebaiknya segera dimakan untuk menghindari kontaminasi bakteri dalam makanan sehingga menghindari masuknya bakteri dalam tubuh. Apabila makanan tidak segera dikonsumsi sebaiknya disimpan pada lingkungan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan bakteri dan pada suhu seharusnya makanan tersebut disajikan. Kebiasaan menyimpan atau menjajakan makanan selama beberapa jam pada suhu kamar, terutama makanan siap santap berisiko tinggi (pH > 4,5 dan Aw > 0,85), dapat menimbulkan risiko bahaya bagi kesehatan. Penyimpanan dan penjualan makanan siap santap seharusnya dilakukan pada suhu dibawah 700C atau di atas 600C.15

Hasil pengujian identifikasi mikroba Escherichia coli dan Staphylococcus aureus pada sampel jajanan dengan menggunakan medium EMBA dan MSA terdapat mikroba yang tumbuh namun tidak memiliki ciri-ciri yang kuat sebagai mikroba Escherichia coli sehingga tidak dilaporkan sebagai positif mikroba patogen Escherichia coli. Mikroba yang tumbuh pada medium tersebut merupakan mikroba yang berasal dari udara yang memiliki sifat yang mirip dengan mikroba patogen yang ingin diidentifikasi sehingga mikroba tersebut dapat tumbuh pada medium yang spesifik sekalipun. Tidak terdapatnya Escherichia coli pada sampel menunjukkan sanitasi lingkungan di sekitar SDN Kompleks Lariangbangi tergolong baik. Sedangkan untuk mikroba Staphylococcus aureus ditemukan pada sampel bakso rebus dan nugget masing-masing 1 x 105 CFU/g berada di atas ambang batas yaitu 1 x 102 CFU/g.

(5)

5 Ditemukannya Staphylococcus aureus pada sampel menunjukkan bahwa penjaja makanan dan minuman jajanan memiliki praktik higiene yang kurang baik.

Sumber cemaran penyebab makanan tersebut dapat terkontaminasi oleh bakteri

Staphylococcus aureus ialah tangan penjamah makanan yang tidak higienis, wadah/ peralatan/ tempat menjajakan makanan jajanan kurang bersih, serta adanya kontaminasi dari udara yang dapat memicu adanya kontaminasi pada makanan jajanan tersebut. Selain itu, bakteri Staphylococcus aureus ini terdapat dalam mulut, hidung, tenggorokan, mata, dan telinga. Penyebab jajanan terkontaminasi bakteri ini karena pengolah makanan secara sadar atau tidak sadar menyentuh mulut atau melalui saluran pernafasan.

Tangan juga merupakan sumber utama mikroba jika kontak langsung dengan makanan/minuman selama proses pengolahan. Ada dua kelompok mikroba yang berada pada tangan, yakni mikroba alami dan mikroba yang sementara berada di tangan. Mikroba alami tangan umumnya berada pada pori-pori kulit yang kebanyakan tidak berbahaya, seperti

Staphylococcus epidermidis. Sedangkan mikroba yang sementara berada di tangan berasal dari berbagai sumber karena tangan tidak dicuci bersih dan akhirnya mikroba dapat menempel.

Hasil penelitian serupa juga terdapat pada hasil penelitian Sunarno dimana dari 38 kantin di area gedung perkantoran di jakarta, didapatkan satu kantin (4%) yang makanannya terkontaminasi oleh bakteri Staphylococcus aureus. Hasil lainnya adalah untuk

Staphilococcus media kontaminasi diketahui melibatkan penjamah makanan. Hal ini terjadi karena pada manusia, bakteri ini sering menginfeksi luka pada jaringan kulit.

Adapun yang menjadi keterbatasan pada penelitian ini yaitu pada analisis total mikroba, identifikasi mikroba patogen Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dilakukan hanya 2 kali pengujian yang sebaiknya dilakukan tiga kali pengujian.

KESIMPULAN DAN SARAN

Total mikroba pada jajanan semua sampel pangan jajanan yang dijajakan di SDN Kompleks Lariangbangi dapat dikatakan tidak aman untuk dikonsumsi karena melebihi ambang batas yang ditentukan. Pada semua sampel jajanan (makanan dan minuman ) di SDN Kompleks Lariangbani tidak terdapat mikroba patogen E.Coli. Sedangkan pada sampel jajanan bakso rebus dan nugget terdapat bakteri Staphylococcus yang melebihi ambang batas yaitu 1 x 105 koloni/gram sedangkan ambang batas itu sendiri hanya 1 x 102 koloni/gram. Sehingga sampel ini tidak aman untuk dikonsumsi. Praktik higiene penjual jajanan berdasarkan jenis jajanan (makanan dan minuamn ) yang dijajakan tergolong baik

(6)

6 Disarankan untuk peneliti selanjutnya hendaknya melakukan pengujian laboratorium minimal 2 kali sehingga nantinya hasil yang diperoleh lebih akurat serta perlu meneliti lebih lanjut mikroba patogen lain yang terdapat pada minuman jajanan es jeruk dan es buah di SDN Kompleks Lariangbangi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Winarno, F, G. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 1997. 2. Napitu, N. Perilaku Jajan di Kalangan Siswa SMA di Kota dan di Pinggiran Kota DKI

Jakarta [Tesis]. Bogor: Institut Pertania Bogor; 1994.

3. Mudjajanto, E, S, Purwati. Aspek Gizi dan Keamanan Pangan Makanan Jajanan di Bursa Kue Subuh Pasar Senen. Media Gizi dan Keluarga. 2003;27(2):93-99.

4. Aprilia, B, A. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Jajanan Pada Anak Sekolah Dasar [Skripsi]. Semarang: Universitas Dipenogoro; 2011.

5. Soedarmo, P, Achmad, D, S. Ilmu Gizi Masalah Gizi dan Perbaikannya. Jakarta: Dian Rakyat;1985.

6. Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/V/2003. Tentang Hygine Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

7. Depkes RI. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta: Dirjen PPM dan PL; 2004 8. Supraptini. Kualitas Bahan Makanan di Pasar Tradisional di Beberapa Kota di Indonesia

(Kota Sragen di Jateng dan Ganyar di Bali) [Laporan Hasil Penelitian]. Puslitbang Ekologi Dan Status Kesehatan, Badan Litbangkes, Kementrian Kesehatan RI; 2010. 9. Nuhfil, H, AR, Indonesia Tahan Pangan dan Gizi 2015. Makalah Workshop II Ketahanan

Pangan di Jawa Timur; 2009.

10.Badan Pengawas Obat dan Makanan. Laporan Tahunan 2011. Jakarta: Badan Pengawas Obat Dan Makanan; 2012

11.Badan Pengawas Obat dan Makanan. Buletin:Kejadian Luar Biasa Kemanan Pangan 2010 [Online Jurnal]. [diakses 23 Februari 2014] Available at:http://www.pom.go.id /index.php/ home/berita_ aktual/1165/ Data_Kejadian_Luarbiasa_ Keamanan_Pangan 2010.html

12.Nurjannah, S. Kajian Sumber Cemaran Mikrobiologis Pangan pada Beberapa Rumah Makan di Lingkar Kampus IPB Darmaga, Bogor. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.

2006;11(3):18-24.

13.Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK 00.06.1.52.401. Jakarta: Badan Pengawas Obat Dan Makanan; 2009.

(7)

7 14.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003. Tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

15.Yusuf, A, L. Studi Keamanan Mikrobiologis Makanan Di Kantin Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2004

(8)

8 LAMPIRAN

Tabel 1 Hasil Analisis Total Mikroba Pada Jajanan Anak Di SDN Kompleks Lariangbangi Kota Makassar

Sampel

Koloni pada Medium NA (CFU/gram atau mL) Rata-rata Jumlah Koloni (CFU/ gram atau mL) Ambang Batas Ket. 1 2 Bakso Rebus 3.4 x 106 3,1 x 105 1.7 x 107 1 x 105 CFU/ gram Tidak Aman Nugget 2,4 x 106 2,2 x 106 2.3 x 106 Tidak Aman Nasi Kuning 2,6 x 106 2.6 x 106 2,6 x 106 Tidak Aman Bakso

Goreng 5 x 10

6

3.2 x 106 4,1 x 106 Tidak Aman

Mie Basah 4 x 105 5 x 105 4.5 x 105 Tidak Aman

Pop Ice 1 x 105 2 x 105 1.5 x 105 5 x 102 CFU /mL Tidak Aman Es Cendol 0 1 x 105 1 x 105 Tidak Aman Sumber: Data Primer 2014

Tabel 2 Hasil identifikasi mikroba Escherchia coli Pada Pangan Jajanan Anak di SDN Kompleks Lariangbangi

Sampel Hasil Uji Escherchia coli Rata-rata Jumlah Koloni (CFU/gram atau mL) Ambang Batas Ket 1 2 Bakso Rebus 0 0 0 < 3/gram Aman Nugget 0 0 0 Aman Nasi Kuning 0 0 0 > 10/gram Aman

Mie Basah 0 0 0 Aman

Bakso Goreng 0 0 0 < 3/gram Aman

Pop Ice 0 0 0

< 3/mL Aman

Es Cendol 0 2 2 Aman

Sumber: Data Primer, 2014

Tabel 3 Hasil identifikasi mikroba Staphylococcus aureus Pada Pangan Jajanan Anak di SDN Kompleks Lariangbangi

Sampel Hasil Uji Staphylococ cus aureus Rata-rata Jumlah Koloni (CFU/gram atau mL) Ambang Batas Ket 1 2 Bakso Rebus 1 0 1 x 105 1 x 102 koloni/g Tidak Aman

Nugget 1 0 1 x 105 Tidak Aman

Bakso Goreng 0 0 0 Aman

Nasi Kuning 0 0 0 1 x 103

koloni/g

Aman

Mie Basah 0 0 0 Aman

Pop Ice 0 0 0

Negatif/mL Aman

Es Cendol 0 0 0 Aman

Gambar

Tabel  3  Hasil  identifikasi  mikroba    Staphylococcus  aureus  Pada  Pangan   Jajanan Anak di  SDN Kompleks Lariangbangi

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dan lingkar pinggang dengan kejadian proteinuria pada pasien diabetes melitus

Oleh karena konteks media sosial adalah tidak formal maka masyarakat atau warganet menggunakan bahasa yang informal.. Bahasa informal dalam bahasa Indonesia merujuk

Dari latar belakang tersebut maka penulis mencoba melakukan penelitian pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Tukdana Kabupaten Indramayu dengan judul : Pengaruh Dukungan Orang Tua

Cara Menghilangkan Wasir Saat Hamil Yang terbaik tanpa operasi dan mujarab yaitu dengan mengkonsumsi obat Wasir Untuk Ibu Hamil AMBEJOSS terbuat dari bahan

Memperoleh perlindungan akan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja merupakan hak setiap tenaga kerja, hal ini merupakan hak bagi pekerja sesuai yang tertuang

[r]

Berdasarkan tabel diatas dari hasil kuisoner riset SWOT bahwa faktor peluang dengan jumlah total yang paling tinggi diurut berdasarkan nilai adalah Beberapa

Yang dimaksud dengan pendekatan terstruktur jangka pendek adalah pendekatan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan dalam waktu yang singkat. Penggunaan