• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran dan Kecerdasan Intelektual Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa di SMA Negeri 1 Karawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran dan Kecerdasan Intelektual Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa di SMA Negeri 1 Karawang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 1 Vol. 6 No. 2 Juli 2017

Pengaruh Model Pembelajaran dan Kecerdasan

Intelektual Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa

di SMA Negeri 1 Karawang

Indah Megawati, Tuti Nuriah, Murni Winarsih SMA Negeri 3 Karawang

Indah.megawati@yahoo.co.id

Abstract :This research is purpose to find the influence of instructional model and intellegence quotient to history learning outcomes in Senior High School 1 Karawang. This research is quantitative type with use experiment design methode treatment by level 2x2. The instrument which used to result of history learning is multiple choices test. Besides, intellegence quotient gets by result of students' IQ test. This test is organized by an institute for IQ test. At that time students' receive in Karawang Senior High School 1. This research's result shows that: (1) result of history learning for students who follows learning model Numbered Heads Together ( NHT) is higer than students who follows conventional learning model. (2) there are interactions between learning model and inttelegence quotient (3) students who follows history learning by use NHT learning model by high intellegence quotient is higer than srudents who follows conventional learning model by high intellegence quotient (4) students' result of history learning who follows NHT learning model bu low intellegence quotient is lower that students' who follows conventional learning method by low intellectual.

Keywords: learning outcomes history, instructional model, intellegence quotient

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran dan kecerdasan intelektual terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Karawang. Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen desain treatment by level 2x2. Instrumen yang digunakan untuk hasil belajar sejarah adalah tes pilihan ganda dan untuk kecerdasan intelektual didapatkan dari hasil tes IQ siswa yang diselenggarakan oleh lembaga pada saat pertama siswa diterima di sekolah SMA Negeri 1 Karawang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar sejarah peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih tinggi dari pada peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional. (2) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan intelektual, (3) Hasil belajar sejarah siswa yang mengikuti model pembelajaran NHT dengan kecerdasan intelektual tinggi, lebih tinggi dari pada peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional dengan kecerdasan intelektual tinggi, (4) Hasil belajar sejarah siswa yang megikuti model pembelajaran NHT dengan kecerdasan intelektual rendah lebih rendah, dari pada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional dengan kecerdasan intelektual rendah.

Kata Kunci : hasil belajar sejarah, model pembelajaran, kecerdasan intelektual

PENDAHULUAN

Pembelajaran yang efektif harus sesuai dengan proses pembelajaran yang ideal, di mana kelas merupakan laboratorium demokrasi, yang memberikan siswa kebebasan untuk mengemukakan pendapat. Hal itu tentu akan membuat guru dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang sedang diajarkan dan tentu akan mempengaruhi hasil

(2)

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 2 Vol. 6 No. 2 Juli 2017

belajar. Hasil pengamatan awal di SMA Negeri 1 Karawang kelas XI IPS pada pembelajaran sejarah telah menunjukkan beberapa permasalahan. Pembelajaran yang dilakukan berfokus kepada guru (teacher centered), sehingga dalam proses pembelajaran guru lebih mendominasi. Beberapa siswa terkesan kurang antusias dalam merespon materi yang sedang diajarkan. Saat guru sedang menerangkan materi sejarah di depan kelas kebanyakan aktivitas dari siswa tidak memperhatikan.

Siswa seharusnya antusias dalam merespon materi sejarah yang sedang diajarkan. Siswa seharusnya turut serta dalam pembelajaran karena proses belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien apabila siswa ikut aktif berpartisipasi di dalamnya.. Saat guru menerangkan seharusnya siswa memperhatikan dengan baik. Upaya meningkatkan hasil belajar sejarah, proses pembelajaran harus dikemas sebaik mungkin sehingga menarik yakni dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran yang dapat dipahami siswa atas konsep ilmu sejarah.

Pembelajaran kooperatif menjadi salah satu alternatif yang dapat diterapkan. Proses pembelajaran kooperatif, siswa akan duduk bersama dalam sebuah kelompok. Setiap kelompok beranggotakan empat orang untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Penerapan pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk memberikan siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka butuhkan agar berkontribusi dalam sebuah diskusi baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. (Slavin:2009)

Numbered Heads Together (NHT) salah satu model yang termasuk ke dalam model kooperatif. NHT akan menjamin bahwa setiap orang akan siap menjawab. Kelompok yang berbeda akan melaporkan hasil kajiannya yang kemudian guru akan mengajukan pertanyaan – pertanyaan untuk memeriksa pemahaman mereka (Jollife:2007). Hal ini akan memberikan waktu siswa untuk berfikir dan berbicara mengenai jawaban secara berpasangan atau berkelompok.

Proses dalam penerapan NHT seorang guru akan memilih siswa dalam sebuah kelompok agar dapat saling melengkapi satu dengan yang lain. Pendapat yang sama dari Slavin bahwa pada proses pembelajaran kooperatif, siswa akan duduk bersama dalam sebuah kelompok. Setiap kelompok beranggotakan empat orang untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Penerapan pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk memberikan siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka butuhkan agar berkontribusi dalam sebuah diskusi baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat (Hugges:2011). Proses pembelajaran kooperatif memiliki tujuan agar siswa dapat memiliki rasa tanggung jawab dalam sebuah permasalahan dalam

(3)

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 3 Vol. 6 No. 2 Juli 2017

sebuah kelompok baik yang berada dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.

Kecerdasan intelektual turut mendukung dalam prosesnya. Kecerdasan intelektual menentukan keberhasilan siswa dalam mengembangkan potensi yang ada dalam diri masing-masing siswa. Kecerdasan intelektual merupakan sebuah kemampuan dalam belajar dari sebuah pengalaman, berfikir menggunakan proses metakognitif dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar (Sternberg:2008).

Penelitian ini membahas mengenai pengaruh model pembelajaran dan kecerdasan intelektual terhadap hasil belajar sejarah siswa. Model pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT) dikelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional dikelas kontrol. Penelitian ini perlu dilakukan karena melalui model pembelajaran NHT dapat mempengaruhi hasil belajar sejarah siswa didukung dengan tingkat kecerdasan intelektual yang dimiliki, oleh karena itu penelitian ini dikhususkan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran dan kecerdasan intelektual terhadap hasil belajar sejarah siswa di SMA Negeri 1 Karawang.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif pendekatan eksperimen. Pendekatan eksperimen digunakan untuk menjelaskan pengaruh antara variabel penelitian. Desain yang digunakan treament by level 2 x 2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Model pembelajaran numbered heads together dan kecerdasan intelektual ditetapkan sebagai variabel bebas, sedangkan hasil belajar sejarah siswa sebagai variabel terikat.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Karawang. Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling, hasilnya didapatkan dua kelas yaitu XI IIS 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IIS 2 sebagai kelas kontrol. Jumlah keseluruhan siswa Kelas XI IIS 1 dan XI IIS 2 yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 76 dibagi masing – masing terdiri dari 38 siswa. Sebelum diberikan perlakuan, dilakukan pengumpulan data kecerdasan intelektual siswa yang diperoleh dari hasil pengukuran yang sudah dilakukan oleh lembaga disekolah SMAN 1 Karawang pada saat seleksi penerimaan calon siswa baru. Skor dari hasil pengukuran akan disusun berdasarkan skor tertinggi ke skor yang terendah.

Setiap kelas ditetapkan 27% ranking teratas yang digolongkan sebagai kelompok siswa yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi, dan 27% dari

(4)

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 4 Vol. 6 No. 2 Juli 2017

ranking terbawah digolongkan sebagai kelompok siswa yang memiliki kecerdasan intelektual rendah. Hasil yang diperoleh sebanyak 18 siswa dari kelompok kecerdasan intelektual tinggi dan kecerdasan intelektual rendah. Guna keperluan uji hipotesis, perlu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas variansi. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Liliefors.

Apabila L0 < Lt maka dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Penguji homogenitas menggunakan uji Barlett untuk mengetahui apakah variansi kelompok homogen atau tidak. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis varians dua jalur (ANAVA 2X2).

Uji hipotesis dengan ANAVA dua jalur karena ingin mengetahui perbedaan hasil belajar sejarah yang dihasilkan melalui perlakuan model

numbered heads together dan konvensional disamping itu untuk mengetahui signifikansi interaksi yang terjadi antara model pembelajaran dengan kecerdasan intelektual yang terbagi kedalam kecerdasan intelektual tinggi dan kecerdasan intelektual rendah sebagai hasil belajar sejarah dengan cara membandingkan F hitung dengan F tabel pada setiap factor perlakuan (A dan B) dan interaksi antara factor (A x B), Setelah diperoleh angka yang menunjukan adanya interaksi dari pengaruh utama variabel bebas dengan variabel terikat maka dianalisis dengan Uji Tuckeydengan taraf signifikansi α= 0,05.

HASIL

Rangkuman hasil perhitungan analisis varians dua jalur dengan statistik secara lebih lengkap disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1.

Rangkuman Hasil Perhitungan Analisis Varians (ANAVA) Dua Jalur Sumber Variansi Db JK RJK Fhitung

Ftabel 0,05 0,01 Model Pembelajaran (A) 1 75,11 75,11 18,975 * 4,20 7,77 Kecerdasan Intelektual (B) 1 32,11 32,11 8,112 * 4,20 7,77 Interaksi (AXB) 1 312,11 312,11 78,849 ** 4,20 7,77

Dalam 32 126,67 3,96

Total Direduksi 35 546,00

Hipotesis pertama berdasarkan perhitungan Anava dua jalur diperoleh Fhitung untuk model pembelajaran sebesar 18,975 sedangkan Ftabel= 4,20 pada taraf nyatanya α = 0,05, karena nilai Fhitung > Ftabel, maka (Ho) ditolak

(5)

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 5 Vol. 6 No. 2 Juli 2017

dan H1 diterima artinya bahwa terdapat perbedaan hasil belajar sejarah antara siswa yang mengikuti model pembelajaran NHT dan konvensional.

Tabel 2.

Rangkuman Uji Hipotesis Hasil Belajar Sejarah antara Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran NHT dan Model

Pembelajaran Konvensional Kelompok yang dibandingkan Fhitung Ftabel α = 0,05 A1 dan A2 18,975 4,20 Keterangan : A1 : Model Pembelajaran NHT

A2 : Model Pembelajaran Konvensional

Hipotesis kedua berdasarkan hasil perhitungan ANAVA dapat dilihat bahwa Fhitung untuk faktor interaksi yaitu 78,849 lebih besar daripada Ftabel yaitu 4,20 pada taraf nyata α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan kecerdasan intelektual siswa terhadap hasil belajar siswa.

Tabel 3.

Rangkuman Uji Hipotesis Pengaruh Interaksi Antara Penggunaan Model Pembelajaran dan Kecerdasan Intelektual

Kelompok yang dibandingkan Fhitung Ftabel α = 0,05 A1 B1 dan A2 B2 78,849 4,20 Keterangan:

A1B1 : Hasil belajar sejarah siswa dengan kecerdasan intelektual tinggi yang menggunakan model pembelajaran NHT

A2B2 : Hasil belajar sejarah siswa dengan kecerdasan intelektual rendah yang menggunakan model pembelajaran konvensional

Hipotesis ketiga menunjukkan nilai rerata dari hasil belajar sejarah siswa dengan kemampuan berpikir kreatif tinggi yang mengikuti model pembelajaran NHT (A1B1) adalah 41,67 sedangkan nilai rerata hasil belajar sejarah dengan kecerdasan intelektual yang mengikuti model pembelajaran konvensional A2B1 adalah 32,89 yang kedua nilai ini kemudian dibandingkan dengan menggunakan uji tuckey. Hasil menunjukan bahwa Qhitung yaitu 13,24 > Q tabel yaitu 4,04 pada taraf signifikansinya α=0,05 dengan demikian maka dapat dismpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa untuk

(6)

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 6 Vol. 6 No. 2 Juli 2017

siswa yang mempunyai kecerdasan intelektual tinggi terdapat perbedaan hasil belajar dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Rangkuman hasil uji tuckey dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 4.

Rangkuman Uji Tuckey Hasil Belajar Sejarah Siswa Untuk Kelompok Kecerdasan Intelektual Tinggi Yang Mengikuti Model Pembelajaraan

NHT dan Model Pembelajaran Konvensional Kelompok yang dibandingkan Qhitung Qtabel α=0,05 A1B1 dan A2 B1 13,24 4,04 Keterangan :

A1B1 : Hasil belajar sejarah siswa dengan kecerdasan intelektual tinggi yang mengikuti model pembelajaran NHT.

A2B1 : Hasil belajar sejarah siswa dengan kecerdasan intelektual tinggi yang mengikuti model pembelajaran konvensional

Hipotesis keempat menunjukkan nilai rerata hasil belajar sejarah siswa dengan kecerdasan intelektual rendah yang mengikuti model pembelajaran NHT (A1B2) adalah 33,89, sedangkan nilai rerata hasil belajar sejarah siswa dengan kecerdasan intelektual rendah yang mengikuti model pembelajaran konvensional (A2B2) adalah 36,89. Hasil menunjukkan bahwa Qhitung yaitu 4,52 lebih besar daripada Qtabel yaitu 4,04 pada taraf signifikasinya α = 0,05, dengan demikian maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar sejarah siswa yang memiliki kecerdasan intelektual rendah yang mengikuti model NHT dan siswa yang memiliki kecerdasan intelektual rendah yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

Tabel 5.

Rangkuman Uji Tuckey Hasil Belajar Sejarah Siswa Untuk Kelompok Kecerdasan Intelektual Rendah Yang Mengikuti Model Pembelajaran

NHT dan Model Pembelajaran Konvensional Kelompok yang dibandingkan Qhitung Qtabel α=0,05 A1B2 dan A2B2 4,52 4,04 Keterangan :

A1B2 : Hasil belajar sejarah siswa dengan kecerdasan intelektual rendah yang mengikuti model pembelajaran NHT.

A2B2 : Hasil belajar sejarah siswa dengan kecerdasan intelektual rendah yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

(7)

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 7 Vol. 6 No. 2 Juli 2017 PEMBAHASAN

Hasil analisis data yang telah dipaparkan diatas, dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran NHT lebih berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar sejarah siswa SMA. Hasil belajar sejarah siswa lebih tinggi, jika dalam proses pembelajaran diterapkan model pembelajaran NHT.

Pengujian hipotesis pertama telah menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang diberikan model pembelajaran NHT lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diberikan model pembelajaran konvensional. Proses pembelajaran yang menggunakan model NHT, membuat siswa lebih turut serta dan aktif dalam pembelajaran. Model NHT lebih mampu meningkatkan rasa tanggung jawab dari masing – masing individu yang tergabung dalam sebuah kelompok. Hal itu membuat siswa akan berusaha memahami, mencari dan menjelaskan mengenai pembahasan yang menjadi tanggung jawabnya. Hasil Uji Tuckey untuk hipotesis kedua menunjukkan adanya pengaruh interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan kecerdasan intelektual siswa terhadap hasil belajar sejarah siswa. Penggunaan Model pembelajaran yang tepat menjadi salah satu indikator penting yang dapat mempengaruhi hasil belajar.

Hasil uji hipotesis ketiga menunjukkan hasil belajar siswa yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi yang diberikan model pembelajaran NHT lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi namun diberikan model pembelajaran konvensional. Siswa yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi mampu mengikuti model pembelajaran NHT dengan baik.

Model pembelajaran NHT lebih tepat diberikan kepada siswa yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi karena dalam proses pembelajarannya harus didukung dengan daya analisis agar dapat memecahkan masalah – masalah menggunakan pemikirannya. NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan hasil analisis dengan cara yang menyenangkan.

Model NHT dapat melatih rasa tanggung jawab siswa dalam menyelasaikan tugas kelompok. Pada prosesnya siswa tidak hanya berdiskusi memecahkan masalah namun juga harus memiliki rasa tanggungjawab, sehingga siswa sungguh – sungguh dalam mengerjakannya. Siswa dituntut untuk paham maksud dari soal yang diberikan oleh guru, dengan begitu dapat meminimalisir kegiatan mencontek teman. Hal itu tentu dapat mengerahkan siswa yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT dirasa tepat digunakan kepada siswa yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi dan model

(8)

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 8 Vol. 6 No. 2 Juli 2017

pembelajaran konvensional baik digunakan oleh siswa yang memiliki kecerdasan intelektual rendah.

Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan hasil belajar sejarah siswa yang memiliki kecerdasan intelektual rendah yang mengikuti model pembelajaran NHT lebih rendah dari pada hasil belajar sejarah siswa yang memiliki kecerdasan intelektual rendah yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil analisis Uji Tuckey siswa yang memiliki kecerdasan intelektual rendah jika diterapkan model pembelajaran NHT, hasil belajarnya lebih rendah dari pada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hal tersebut terjadi karena dalam penerapan pembelajaran model NHT siswa harus dapat cepat menangkap dan memahami soal yang diberikan guru. Siswa harus menganalisis pertanyaan dan jawaban yang diberikan sehingga pertanyaan dan jawaban dapat sesuai, namun hal tersebut sulit dilakukan pada siswa yang memiliki kecerdasan intelektual rendah. Siswa yang memiliki kecerdasan intelektual rendah kurang mampu memecahkan dan mengemukakan bermacam pendapat.

Siswa yang memiliki kecerdasan intelektual rendah lebih tepat menggunakan model pembelajaran konvensional karena pada proses penerapan model pembelajaran ini lebih dominan tidak mengharuskan siswa untuk mengungkapkan pendapat dan mencari pemecahan masalah secara detail. Model pembelajaran konvensional menekankan pada kerjasama kelompok namun tidak memberikan tanggung jawab secara khusus kepada setiap individu, hal itu membuat siswa saling mengandalkan dan mencontek.

Pembelajaran konvensional dan banyak diberikan penjelasan oleh guru lebih mudah diikuti oleh siswa yang memiliki kecerdasan intelektual rendah karena siswa tidak dituntut untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Siswa tidak terlalu terlibat dalam proses pembelajarannya. Siswa yang memiliki kecerdasan intelektual rendah lebih cenderung mudah menerima jika mendapatkan penjelasan, sehingga model pembelajaran konvensional tepat untuk siswa yang memiliki kecerdasan intelektual rendah.

PENUTUP

Berdasarkan hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Hasil penelitian menyatakan hasil belajar sejarah siswa yang mengikuti model pembelajaran NHT lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. 2) Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan intelektual siswa terhadap hasil belajar sejarah. 3) Hasil belajar sejarah siswa yang mengikuti model pembelajaran

(9)

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 9 Vol. 6 No. 2 Juli 2017

NHT dengan kecerdasan intelektual lebih tinggi dari hasil berlajar sejarah siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional dengan kecerdasan intelektual tinggi. 4) Hasil belajar sejarah siswa yang mengikuti model pembelajaran NHT dengan kecerdasan intelektual rendah lebih rendah dari pada hasil belajar sejarah siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional dengan kecerdasan intelektual rendah.

Adapun implikasi dalam penelitian ini berdasarkan pada kesimpulan di atas yaitu sebagai berikut: 1) Model pembelajaran NHT dapat dijadikan sebagai suatu alternatif model pembelajaran yang efektif untuk pengaruh positif terhadap hasil belajar sejarah siswa. 2) Penerapan model pembelajaran NHT yang dilakukan guru, hendaknya mempertimbangkan tingkat kecerdasan intelektual siswa. 3) Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual tinggi lebih baik menggunakan model pembelajaran NHT yang dapat membuat siswa berfikir secara analitis terhadap suatu permasalahan yang diberikan guru. 4) Penerapan model pembelajaran konvensional lebih baik digunakan pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual rendah.

Berdasarkan hasil penelitian dilakukan dapat disimpulkan beberapa saran yaitu sebagai berikut: 1) Model pembelajaran NHT dapat menjadi suatu anjuran kepada guru untuk memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar sejarah siswa di SMA. 2) Kepala Sekolah sebaiknya memberikan fasilitas pelatihan bagi para guru yang belum mengetahui dan memahami model pembelajaran NHT dengan tetap mempertimbangkan tingkat kecerdasan intelektual yang dimiliki setiap siswa. 3) Model pembelajaran NHT dapat diterapkan untuk mengembangkan berfikir kritis siswa yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual tinggi. 4) Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual rendah lebih baik menggunakan model pembelajaran konvensional.

DAFTAR PUSTAKA

[ 1 ] Acher, H. dkk. (2011). Explicit Instruction Effective and Efficient teaching. The Gullford Press : New York.

[ 2 ] Slavin,R.E. (2009). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. [ 3 ] Sternberg, J.R. (2008). Psikologi Kognitif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [ 4 ] Wendy, J. (2007). Cooperative Learning in the Classroom. California: Paul

Chapman Publishing.

Referensi

Dokumen terkait

Quraish Shihab merumuskan peran perempuan sebagai pendidik berdasarkan apa yang sudah menjadi sifat dalam diri perempuan tersebut, yaitu: sebagai model dan

Pada akhir siklus 1 dilakukan tes tertulis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran geografi konsep Pedosfer dengan menggunakan startegi

Five theories are used to analyze the data and later to find the way how a student with ADHD acquires new English vocabulary. The theories are 1) first and second language

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101, Tambahan Lembaran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1) terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis yang signifikan antara siswa yang

Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 50 orang dengan kriteria subyek yang tergabung dalam salah satu band yang memiliki kontrak kerja dengan pihak Cafe.. Pengumpulan

untuk mengikuti Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) dan dianggap mengudurkan diri dari proses Seleksi CPNS di lingkungan Politeknik. Negeri

Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup secara individual dan sangat tergantung terhadap