• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kualitas tidur dengan kecerdasan emosi pada komunitas band cafe.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kualitas tidur dengan kecerdasan emosi pada komunitas band cafe."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

vii

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN KECERDASAN

EMOSI PADA KOMUNITAS BAND CAFE

Maria Goretti Nio Vemby Ardetha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan kecerdasan emosi pada komunitas band cafe. Asumsinya adalah jika kualitas tidur tinggi maka kecerdasan emosi tinggi. Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan positif antara kualitas tidur dengan kecerdasan emosi. Variabel dalam penelitian ini adalah kualitas tidur sebagai variabel bebas dan kecerdasan emosi sebagai variabel tergantung. Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 50 orang dengan kriteria subyek yang tergabung dalam salah satu band yang memiliki kontrak kerja dengan pihak Cafe. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran skala kualitas tidur dan skala kecerdasan emosional. Dari 70 item, terdapat 15 item gugur dan 35 item valid pada skala kecerdasan emosional dan 4 item gugur dan16 item valid pada skala kualitas tidur. Reliabilitas yang dihasilkan dari uji coba skala adalah sebesar 0,941 pada skala kecerdasan emosi dan reliabiltas sebesar 0,943 pada skala kualitas tidur. Hasil analisis data menyatakan bahwa sebaran data normal dan linear. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan bantuan SPSS for Windows versi 13.00. Hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa koefisien korelasi (r) yang didapatkan sebesar 0,259 (p<0.05). Hal ini berarti bahwa hipotesis dalam penelitian menyatakan diterima.

.

(2)

viii

RELATIONSHIP BETWEEN QUALITY OF SLEEP AND EMOTIONAL

INTELLIGENCE IN CAFÉ BAND COMMUNITY

Maria Goretti Nio Vemby Ardetha

ABSTRACT

The research aimed to know the relationship between quality of sleep and emotional intelligence in café band community. The assumption is if the quality of sleep is higher so emotional intelligence is higher. The existence of the positive relation between quality of sleep with emotional intelligence propose as the hypothesis of this research. The research variable was quality of sleep as the independent variable and emotional intelligence as the dependent variable. The subject of the research were 50 people, who has join with band and have job with café management. The data collection was done through scattered quality of sleep scale and emotional intelligence scale. From 70 items, there were 15 items invalid and 35 items valid for emotional intelligence scale and 4 items invalid and 16 items valid for quality of sleep scale. The tried out of two scales resulted reliability 0,943 for quality of sleep and 0,941 for emotional intelligence. The result of the data analysis revealed that the distribution of the data is normal and linier. The data research were analyzed using correlation technique of Product Moment from Pearson helped by SPSS for Windows version 13.00. The result showed that the coefficient correlation was 0,259 (p<0.05) . It means that the hypothesis of this research is accepted.

Key word: quality of sleep, emotional intelligence, café band community

(3)

i

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN

KECERDASAN EMOSI PADA KOMUNITAS BAND CAFE

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

MARIA GORETTI NIO VEMBY ARDETHA NIM : 019114168

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

Jangan putus asa

di dalam Tuhan ada jalan keluar

Wanita cantik melukis kekuatan lewat masalahnya,

tersenyum jika tertekan, tertawa disaat menangis,

mendoakan disaat terhina, mempesona karena mengampuni.

Wanita cantik mengasihi tanpa pamrih dan bertambah kuat dalam

setiap doa dan pengharapan.

(7)

v

PERSEMBAHAN

Karya Terindah Ini Kupersembahkan Kepada :

Papa, Mamaku Tercinta.. yang dengan kesabarannya

menunggu hasil karya ini hingga selesai...

I LUV U So Much..

Kakak-kakakku tercinta..

mas Doni~mbak Noni, mbak Dona~mas Yadi…

Ga ada pengungkapan lain selain kata terimakasih..

untuk doa dan cintanya..

I LUV U So Much..

Adekku tercinta.. Pegi… ga kerasa kalo punya adek,

pendewasaanmu banyak mengajarkan aku dek..

I LUV U So Much..

Alm. Paulus Kristiyanto Utomo.. mmmm… aku penuhi janjiku sekarang…

Terimakasih aku di beri kesempatan mengenalmu walaupun sebentar…

Karena makna itu begitu dalam dan akan selalu tersimpan rapi..

Bergembiralah, karena kamu telah bersama Penyelamat kita di Surga..

(8)
(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN KECERDASAN

EMOSI PADA KOMUNITAS BAND CAFE

Maria Goretti Nio Vemby Ardetha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan kecerdasan emosi pada komunitas band cafe. Asumsinya adalah jika kualitas tidur tinggi maka kecerdasan emosi tinggi. Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan positif antara kualitas tidur dengan kecerdasan emosi. Variabel dalam penelitian ini adalah kualitas tidur sebagai variabel bebas dan kecerdasan emosi sebagai variabel tergantung. Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 50 orang dengan kriteria subyek yang tergabung dalam salah satu band yang memiliki kontrak kerja dengan pihak Cafe. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran skala kualitas tidur dan skala kecerdasan emosional. Dari 70 item, terdapat 15 item gugur dan 35 item valid pada skala kecerdasan emosional dan 4 item gugur dan16 item valid pada skala kualitas tidur. Reliabilitas yang dihasilkan dari uji coba skala adalah sebesar 0,941 pada skala kecerdasan emosi dan reliabiltas sebesar 0,943 pada skala kualitas tidur. Hasil analisis data menyatakan bahwa sebaran data normal dan linear. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan bantuan SPSS for Windows versi 13.00. Hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa koefisien korelasi (r) yang didapatkan sebesar 0,259 (p<0.05). Hal ini berarti bahwa hipotesis dalam penelitian menyatakan diterima.

.

(10)

viii

RELATIONSHIP BETWEEN QUALITY OF SLEEP AND EMOTIONAL

INTELLIGENCE IN CAFÉ BAND COMMUNITY

Maria Goretti Nio Vemby Ardetha

ABSTRACT

The research aimed to know the relationship between quality of sleep and emotional intelligence in café band community. The assumption is if the quality of sleep is higher so emotional intelligence is higher. The existence of the positive relation between quality of sleep with emotional intelligence propose as the hypothesis of this research. The research variable was quality of sleep as the independent variable and emotional intelligence as the dependent variable. The subject of the research were 50 people, who has join with band and have job with café management. The data collection was done through scattered quality of sleep scale and emotional intelligence scale. From 70 items, there were 15 items invalid and 35 items valid for emotional intelligence scale and 4 items invalid and 16 items valid for quality of sleep scale. The tried out of two scales resulted reliability 0,943 for quality of sleep and 0,941 for emotional intelligence. The result of the data analysis revealed that the distribution of the data is normal and linier. The data research were analyzed using correlation technique of Product Moment from Pearson helped by SPSS for Windows version 13.00. The result showed that the coefficient correlation was 0,259 (p<0.05) . It means that the hypothesis of this research is accepted.

Key word: quality of sleep, emotional intelligence, café band community

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala pemberian

dan cinta kasih-Nya yang selalu mengalir tiada pernah henti, hingga pada akhirnya skripsi ini

dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak yang telah

memberikan bantuan yang sangat berarti. Sehubungan dengan itu, maka pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapa, Putera dan Roh Kudus,atas segala karunia-Nya dan kesempatan hidup untuk ku.

2. Bpk. V. Didik Suryo Hartoko. S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis

selama penyusunan skripsi berlangsung.

3. P. Henrietta P.D.A.D.S, Spi., terimakasih buat segala ide-ide dan arahannya.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, atas semua bantuan dan

ilmu yang telah diberikan pada penulis, smoga penulis dapat memaknai semuanya untuk

kemajuan penulis di masa mendatang.

5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma: mbak Nanik, mas

Gandung, pak Gik, mas Doni, mas Muji dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu. Terimakasih untuk semua pelayanan yang sangat menakjubkan..

5 Papaku tercinta.. Yangtung... Pa, mbik hanya bisa persembahkan ini ke papa.. Bukan

(13)

xi

semangat dan kasih sayang papa setiap waktu... terimakasih buat pengabdian papa untuk

keluarga kita tercinta... makasih pa, mbik sayang papa selalu...

6. Mamaku tercinta.. Yangti...Mam, nuwun buat doa, buat pelukan, buat semangat, buat sun

nya... asyikk mulai sekarang dah bisa liat rambut itemnya mama lagi... hehehe... mam...

mbik sayang mama selalu...

7. Masku Doni sekeluarga di Bandung... pak dokter... mbik akhirnya selese...makasih ya

mas, buat suport dan doanya.. maaf mbik lama sekali selesaikan kuliah.... mas Doni juga

semangat ya buat kuliahnya yang sekarang... semoga cepet kelar biar karier terus lancar..

doaku juga selalu buat mbak Noni, Tesa dan Darel.. semoga saja ada kerjaan yang

deket-deket Jogja, biar kalo kngen ga perlu jauh-jauh nemuinya... luv u mas.... GBU always..

8. Mbak Dona plus suami tercinta Mas Yadi... Mbak, Mas... ’nte mbik akhirnya final...

makasih buat suport dan doanya selama ini... Ponakanku tercinta mas Payas, adek

Danish... makasih buat senyum tulus kalian berdua, kalian bedua adalah inspirasi dimana

mbakmbik ngerasa capek...bentar lagi, ada lagi nih... buat dedek yang masih sembunyi di

perut Umi... Sehat selalu ya dek, dah ga sabar nihh nunggu kamu lahir.... I LuvU all..

Muaaaahhh....

9. Adek ku, Pegi... hihihi.... ini dia baru adik.. nuwun nggih dik, buat semua suportnya... Ga

kerasa kalo kamu tuh dah gede, dah mandiri.... mbak mbik kagum ma kamu dek... mbak

mbik cm bisa beri doa buat semua jalan yang kamu pilih.... Septi sayang, makasih juga ya

buat omelannya.. hihihihi.... seneng bisa ngliat kalian bersama... semoga kasih Tuhan

selalu bersama kalian berdua.. I Luv U adek-adek ku sayang...

10.Alm. Paulus Kristianto Utomo.. hampir taun ketiga mas… kamu dipanggil di usia yang

(14)

xii

dan buat aku… makasih selalu buat kasih sayangmu… mbik udah penuhi janji sekarang,

udah plong… Bahagialah disana bersama Bapa di surga… I Luv U…

11.Keluargaku tercinta di Gedong Kiwo… Budhe Kusjati, alm. Pak Dhe Kusjati, Mbak Atik,

Mbak Ning, Mas Lilik, Mas Ivan, kakak Azka dan adek Vigo... maturnuwun buat

semuanya… Mbik sayang semua… Semoga berkat Tuhan selalu menyertai dalam

keluarga… amien.

12.My band, Exotic Band… Thank’s a lot….

Mas Imam, sang manajer handal..thanks udah mengantarkan Exotic mpe jadi seperti

sekarang ini, tetaplah dengan semangatmu… dan belajarlah dari masa lalu apapun itu…

jadikan hidup menjadi lebih hidup.. jangan pernah putus asa…

Eric, Jhon, Ayah,…wahhh jenengmu ki akeh banget je Jhon… selamat ya, anda menjadi

Super Dad… semangat terus ya yah, lakukan semua dengan penuh kasih dan

keikhlasan… dan selalu ingat ada Tuhan yang akan membantu kalo kamu merasa

capek…

Meme senthoen…. Nice to be ur patner… akhirnya qta bisa buktikan, kalo penyanyi tu

bisa jadi sarjana…thank girl for ur support..

Roni Tato.. hai kawan… makasih buat suportnya dalam bentuk apapun… aku mengasihi

dan menyayangimu… Semoga Tuhan selalu menjaga dan menuntun jalan hidupmu…

Eja Tham.. taukah kamu ja... untuk belajar tersenyum seperti kamu, banyak sekali

rintangannya, tapi aku akan terus belajar dan belajar..

Isya… ‘qbodist ajaib’, ak ga kan penah lupa sebutan itu.. kmu mank bener-bener ajaib…

nuwun buat segala suportnya.. Tuhan ga akan pernah tidur, dan Dia akan selalu

(15)

xiii

Mas Qrun.. meski sekarang statusmu ex-Exotic.. buat ak kamu tetep Exotic, cm keadaan

aja yang akhirnya menyebutnya seperti itu… sukses selalu buat kamu dan keluarga ya…

makasihhh buat tim qta… jangan pernah berhenti buat berharap.. karena hanya itulah

alasan, kenapa qta selalu bisa menjalani semua ini, hingga ke level-level berikutnya… I

Luv U all..

13. Teman-teman band Cafe, Expresion Band, Bintang Band, Kilimanjaro Band, Nulight

Band, Rhu Band, Fix Band, Fix Band, thank’s yahh.. dah mau aku repotin selagi kerja….

Hehehe… thank’s banget dah isi angket yang buat pusing kalian semua… Luv U all…

14.Teman-temanku tercinta seperjuangan di Paingan… Aan Aconk sekontrakan, Broti

sekontrakan, Yoko, Angga, Rini, Yustinus dan semuanya... huhhh haaahhhhh…. Mari

kita lanjutkan perjuangan selanjutnya… bukan saatnya berjuang dengan bambu runcing,

tapi saatnya berjuang dengan ide-ide kreatif yang kita punya… aku sayang kalian

semua…… muaaahhhhhh…

15.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu… terimakasih selalu buat

dukungannya. Tuhan memberkati.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran

yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi semakin sempurnanya skripsi

ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada

umumnya dan bagi teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi pada khususnya.

Penulis

(16)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. TujuanPenelitian………. 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

(17)

xv

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Kecerdasan Emosional ... 8

1. Pengertian Emosi……….…… 8

2. Pengertian Kecerdasan Emosional……….……. 11

3. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional... 13

B. Kualitas Tidur ... 16

1. Tidur ... 16

2. Kualitas Tidur ... 19

3. Aspek-aspek Kualitas Tidur ... 20

C. Komunitas Band Cafe ... 22

D. Keterkaitan antara Kualitas Tidur dengan Kecerdasan Emosional pada Komunitas Band Cafe ... 24

E. Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Variabel Penelitian ... 26

C. Definisi Operasional ... 26

D. Subyek Penelitian ... 27

E. Metode dan Teknik Pengambilan Data ... 28

F. Validitas dan Reliabilitas ... 33

(18)

xvi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Pelaksanaan Penelitian ... . 38

B. Data Deskriptif Subyek ... . 38

C. Deskriptif Data Penelitian... 39

D. Tambahan Deskripsi Data Penelitian... 40

1. Kategori Skor Skala... 40

E. Analisis Data Penelitian ... 43

1. Uji Asumsi ... 43

2. Uji Hipotesis ... 44

F. Analisis Tambahan... 45

G. Pembahasan ... 45

BAB V PENUTUP... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosional... 31

Tabel 2. Distribusi Item Skala Kualitas Tidur... 33

Tabel 3. Hasil Seleksi Item Skala Kecerdasan Emosional... 35

Tabel 4. Hasil Seleksi Item Skala Kualitas Tidur... 36

Tabel 5. Data Subjek... 40

Tabel 6. Deskriptif Data Penelitian... 40

Tabel 7. Norma Kategori Skor………. 41

Tabel 8. Norma Kategori Skor Kualitas Tidur………... 42

Tabel 9. Norma Kategori Skor Kecerdasan Emosi... 43

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Sebaran... 44

Tabel 11. Hasil Uji Linearitas Hubungan………..….. 45

Tabel 12. Hasil Uji T... 46

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Awalnya orang hanya mengenal istilah Intelligence Quotient (IQ) atau yang sering disebut

kecerdasan intelektual. Menurut Binet, hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan

dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai

tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif (Winkel, 1997).

Memasuki abad 21, legenda atau paradigma lama tentang anggapan bahwa IQ sebagai

satu-satunya tolak ukur kecerdasan, yang juga sering dijadikan parameter keberhasilan dan

kesuksesan kinerja Sumber Daya Manusia, digugurkan oleh munculnya konsep atau paradigma

kecerdasan lain yang ikut menentukan terhadap kesuksesan dan keberhasilan seseorang dalam

hidupnya. Hasil survei statistik dan penelitian yang dilakukan Lohr, yang ditulis oleh Krugman

dalam artikel “On The Road on Chairman Lou“ (The New York Times 26/6/1994), menyebutkan

bahwa IQ ternyata sesungguhnya tidak cukup untuk menerangkan kesuksesan seseorang. Ketika

skor IQ dikorelasikan dengan tingkat kinerja dalam karier mereka, taksiran tertinggi untuk

besarnya peran selisih IQ terhadap kinerja hanyalah sekitar 25%, bahkan untuk analisis yang

lebih seksama yang dilakukan American Psycological Press (1997) angka yang lebih tepat

bahkan tidak lebih dari 10% atau bahkan hanya 4% (Sufnawan, 2007). Setinggi-tingginya, IQ

hanya menyumbang 20% bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang

(21)

kecerdasan emosional atau Emotional Intelligence (EI) yakni kemampuan yang mencakup

pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri

(Goleman, 2004). Hal ini dapat diartikan, bahwa IQ tidak berpengaruh besar terhadap

performansi kinerja atau keberhasilan seseorang.

Kemunculan istilah EI bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas

kejanggalan tersebut. Teori Daniel Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi

baru terhadap kata cerdas. Walaupun EI merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ,

namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa EI tidak kalah penting dengan IQ

(Goleman, 2004). Menurut Goleman, EI adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan

emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga

keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression)

melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan

sosial. Pada intinya, EI adalah kemampuan orang untuk memahami orang-orang di sekitarnya,

berinteraksi untuk mengembangkan empati, simpati, dan untuk bisa bekerjasama (Goleman,

2002).

Kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak atau

kesempatan yang ditimbulkan oleh kesulitan-kesulitan hidup. Bahkan IQ yang tinggi pun tidak

menjamin kesejahteraan, gengsi, atau kebahagiaan hidupsekolah dan budaya kita lebih

menitikberatkan pada kemampuan akademis, mengabaikan EI, yaitu serangkaian

ciri-ciri─sebagian ada yang menyebutnya karakter─yang juga sangat besar pengaruhnya terhadap

nasib kita. Kehidupan emosional merupakan wilayah yang, sama pastinya dengan matematika

atau kemampuan baca, dapat ditangani dengan keterampilan yang lebih tinggi atau lebih rendah,

(22)

sangatlah penting untuk memperoleh gambaran mengapa seseorang bisa berkembang dalam

kehidupan, sementara orang lain─dengan kecerdasan yang sama─mengalami kemandekan:

keterampilan emosional adalah meta-ability menentukan seberapa baik kita mampu

menggunakan keterampilan-keterampilan lain manapun yang kita miliki, termasuk intelektual

yang belum terasah (Goleman,2004).

Banyak bukti memperlihatkan bahwa orang yang secara emosional cakap─yang mengetahui

dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan yang mampu membaca dan

menghadapi perasaan orang lain dengan efektif─memiliki keuntungan dalam setiap bidang

kehidupan, entah itu dalam hubungan asmara dan persahabatan atau dalam menangkap

aturan-aturan tak tertulis yang menentukan keberhasilan dalam politik organisasi. Orang dengan

keterampilan emosional yang berkembang baik berarti menguasai kebiasaan pikiran yang

mendorong produktivitas mereka;orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas

kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka

untuk memusatkan perhatian pada pekerjaan dan memiliki pikiran yang kurang jernih (Goleman,

2004). Pada komunitas Band Cafe, dimana mereka bekerja dalam bidang jasa, sangat dibutuhkan

kecakapan emosional karena berhadapan langsung dengan orang lain. Namun sayang, sering kali

nampak beberapa personil Band Cafe terlihat kurang dapat menguasai emosi disaat-saat tertentu,

terutama saat mereka diatas panggung yang disebabkan oleh beberapa hal yang sifatnya

kondisional.

Goleman (2004) menyebutkan bahwa:

(23)

merupakan ribuan cara komunikasi antara sistem saraf pusat dan sistem kekebalan─jalur biologis yang membuat otak, emosi, dan tubuh tidak terpisah, melainkan terjalin dengan eratnya.

Penelitian tersebut dapat diartikan secara umum, bahwa faktor biologis berkaitan erat

dengan emosi dan saling bekerja sama. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk

menunjang faktor biologis atau fisik (tubuh) ini agar dapat bekerja secara optimal. Salah satunya

adalah dengan istirahat dan tidur yang merupakan kebutuhan dasar bagi semua orang dan

merupakan aktivitas sehari-hari, yang akan dilakukan jika tubuh merasa lelah. Hal ini

dikarenakan dengan adanya tidur yang baik dan cukup akan ikut memulihkan, meremajakan dan

memberikan energi pada tubuh dan otak. Hal ini dinyatakan oleh Maas (2002) pada proses tidur

jika diberi waktu yang cukup dan lingkungan yang tepat akan dapat menghasilkan tenaga yang

luar biasa, dengan tidur dapat memulihkan, meremajakan dan memberikan energi pada tubuh dan

otak. Sepertiga hidup kita yang seharusnya dilewati dengan tidur akan berpengaruh besar

terhadap dua pertiga bagian lainnya dalam hal kewaspadaan, energi, suasana hati, berat badan,

persepsi, daya ingat, daya fikir, kecepatan reaksi, produktifitas, kinerja, keterampilan

komunikasi, kreativitas, keselamatan dan kesehatan prima (Indie, 2009).

Pada penampilan, tidur dibutuhkan untuk berpikir dengan jernih, bereaksi dengan cepat dan

menciptakan memori atau ingatan, selain itu juga diperlukan untuk pemecahan masalah yang

kreatif. Kekurangan tidur dapat juga mempengaruhi susana hati, membuat lekas marah, perilaku

yang kurang bagus dan bermasalah dengan relasi, selain itu kualitas tidur yang kurang dapat pula

menyebabkan meningkatnya resiko tekanan darah tinggi, kerusakan hati dan kondisi kesehatan

lainnya.(Bryan F. Read, 2009).

Pada umumnya orang awam memiliki aktivitas sehari-hari dengan bekerja atau berkegiatan

(24)

sedangkan dalam dunia hiburan hal tersebut tidak mutlak dilakukan oleh mereka yang terlibat

didalamnya. Jam biologis merupakan mekanisme pengaturan waktu internal dalam tubuh yang

bekerja secara otomatis. Jam biologis manusia sudah terprogram secara genetik untuk

menentukan waktu bangun dan tidur, setiap orang memiliki jam biologis yang berbeda- beda

tergantung umur, pekerjaan dan temperamen (dr. Rini:2009).

Sebagian besar sarana tempat hiburan khususnya Café yang menampilkan performance

home band dibuka pada malam hari rata-rata pada pukul 22.30-03.00, sehingga fenomena

aktivitas yang terjadi pada komunitas band Cafe sangat berbanding terbalik dengan aktivitas

pada umumnya, mereka sangat jarang dapat menikmati waktu tidur yang lama dan sehat pada

malam hari karena seakan-akan waktu tidur malam mereka berubah, tidur malam mereka

lakukan pada pagi atau siang hari dan pada malam harinya mereka harus disibukkan dengan

rutinitas pekerjaan. Mereka tidur disaat orang-orang dilingkungannya mulai beraktivitas dimana

kegiatan orang di sekitarnya tersebut menimbulkan suara-suara yang dapat mempengaruhi

kualitas tidur.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diasumsikan bahwa jika tidur tidak bermutu maka

energi pada tubuh dan otak seperti kewaspadaan, suasana hati, persepsi, daya ingat, daya fikir,

kecepatan reaksi, produktifitas, kinerja, keterampilan komunikasi, kreativitas, keselamatan dan

kesehatan individu khususnya pada komunitas band Cafe akan menurun. Seperti pernyataan

salah satu personil Band Cafe yang peneliti temui, menyatakan suasana hatinya nampak tidak

stabil dan fokusnya menjadi menurun jika merasa bangun tidur masih terasa capek dalam artian

kualitas tidurnya buruk atau waktu tidurnya berkurang karena harus melakukan aktifitas.

Pernyataan personil yang lain pun hampir sama, dimana saat mendapatkan tidur yang tidak

(25)

terduga yang tidak diharapkannya. Rata-rata waktu tidur mereka dimulai sekitar pukul 4 pagi

bahkan ada yang beberapa mulai tidur saat matahari sudah terbit, dan setelah tidur beberapa jam

beberapa dari mereka tetap harus melakukan aktifitas di pagi hari. Hal ini seperti yang

diungkapkan Bryan (2009) bahwa kekurangan tidur dapat juga mempengaruhi susana hati,

membuat lekas marah, perilaku yang kurang bagus dan bermasalah dengan relasi.

Secara sederhana apabila komunitas band Cafe yang kualitas tidurnya buruk maka semua

potensi dan kreativitas yang ada dalam pikirannya yang seharusnya dikeluarkan dan

dikembangkan tidak akan berkembang. Hal ini disebabkan oleh mereka yang memiliki kualitas

tidur yang buruk akan mudah frustrasi, sensitif, kurang bersemangat dan akan mengalami

kelelahan baik fisik maupun mental. Situasi semacam ini tentu saja tidak akan mendukung bagi

komunitas band Cafe untuk melakukan berbagai rutinitas, begitu pula dalam melakukan

hubungan sosial dengan orang lain.

Selanjutnya dapat dirumuskan bahwa dengan kualitas tidur yang baik dapat membuat

kecerdasan emosional yang ada pada diri komunitas band Cafe tersebut dapat lebih

dikembangkan. Mendapatkan kualitas tidur yang baik dan bermutu maka akan membuat

komunitas band Cafe tersebut tidak akan mudah menjadi frustrasi, sensitif, kurang semangat dan

tidak akan mudah mengalami kelelahan baik fisik maupun mental.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian tersebut, peneliti mengajukan permasalahan “Adakah hubungan kualitas tidur

(26)

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas tidur

dengan kecerdasan emosi yang terjadi pada komunitas band Cafe.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. MANFAAT TEORiTIS

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi atau menambah

pengetahuan pada dunia psikologi terkait dengan hubungan kualitas tidur terhadap

kecerdasan emosional.

2. MANFAAT PRAKTIS

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan refleksi, evaluasi,

pengembangan dan peningkatan terhadap masyarakat/individu lain terkait dengan kualitas

(27)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KECERDASAN EMOSIONAL

1. PENGERTIAN EMOSI

Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau

pergolakan pikiran, perasaan, nafsu;setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”.

Menurut Daniel Goleman emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas,

suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak

(Goleman, 2004).

Menurut William James (dalam Wedge, 1995), emosi adalah “Kecenderungan untuk

memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya”.

Crow&Crow (1962) mengartikan emosi sebagai “Suatu keadaan yang bergejolak pada diri

individu yang berfungsi sebagai inner adjusment (penyesuaian dari dalam) terhadap

lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu”. Definisi tersebut, jelas

bahwa emosi tidak selalu jelek, emosi meminjam ungkapan Jalaludin Rakhmat (1994),

“memberikan bumbu kepada kehidupan; tanpa emosi, hidup ini kering dan gersang” (Sobur,

2003).

Coleman dan Hammen (1974,dalam Rakhmat, 1994) menyebutkan, setidaknya ada

empat fungsi emosi.

(28)

b. Emosi adalah pembawa informasi (messenger). Bagaimana keadaan diri kita dapat

diketahui dari emosi kita.

c. Emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi juga

pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal.

d. Emosi juga merupakan sumber informasi keberhasilan kita.

Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates.

Menurut Descrates, emosi terbagi atas : desire (hasrat), hate (benci), sorrow (sedih/duka),

wonder (heran), love (cinta) dan joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan

tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), rage (kemarahan), love (cinta). Goleman (2004)

mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas,

yaitu :

a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu,

rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barangkali yang paling hebat,

tindak kekerasan dan kebencian patologis.

b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, kesepian,

ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis, depresi berat.

c. Rasa takut : cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada,

sedih, tidak tenang, ngeri, takut sekali, kecut; sebagai patologi, fobia dan panik.

d. Kenikmatan : bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga,

kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan

(29)

e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,

hormat, kemesraan, kasih

f. Terkejut : terkesiap, terkejut

g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka

h. Malu : malu hati, kesal

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada

dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong

individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam

the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter

dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan

kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu

membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan

mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles,

masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara

emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2004).

Menurut Mayer (Goleman, 2004) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam

menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan,

dan pasrah. Melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan

emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani

(30)

2. PENGERTIAN KECERDASAN EMOSIONAL

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog

Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire

untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.

Salovey dan Mayer (dalam Shapiro,1998) mendefinisikan kecerdasan emosional atau

yang sering disebut EI sebagai :

“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.”.

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat

berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa

kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.

Keterampilan EI bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun

keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia

nyata. Selain itu, EI tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. (Shapiro, 1998).

Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind mengatakan bahwa bukan hanya

satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan,

melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik,

matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan

ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut

sebagai kecerdasan emosional (Goleman, 2000).

Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari :”kecerdasan antarpribadi yaitu

kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka

(31)

intrapribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan

tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu

pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh

kehidupan secara efektif.” (Goleman, 2004).

Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antarpribadi itu

mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati,

temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.” Dalam kecerdasan antarpribadi yang

merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju

perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan-perasaan-perasaan tersebut

serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku” (Goleman, 2004).

Pada tahun-tahun terakhir ini sekelompok ahli psikologi yang jumlahnya semakin

banyak sampai pada kesimpulan-kesimpulan serupa, sepakat dengan Gardner bahwa

konsep-konsep lama tentang IQ hanya berkisar di kecakapan linguistik dan matematika yang sempit,

dan bahwa keberhasilan meraih angka tinggi pada tes IQ paling-paling hanya menjadi

ramalan sukses di kelas atau sebagai profesor, tetapi semakin lama semakin melenceng

seiring dengan jalur kehidupan yang semakin berbeda dari dunia akademik. Ahli-ahli

psikologi ini ─Sternberg dan Salovey termasuk diantaranya─ telah menganut pandangan

kecerdasan yang lebih luas, berusaha menemukan kembali dalam rangka apa yang

dibutuhkan manusia untuk meraih sukses dalam kehidupannya. Dan jalur penelitian tersebut

menuntun kembali pada pemahaman betapa pentingnya kecerdasan “pribadi” atau

kecerdasan emosional (Goleman, 2004).

Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur

(32)

menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its

expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan

keterampilan sosial (Goleman, 2004).

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan

siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali

emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan

orang lain.

3. ASPEK-ASPEK KECERDASAN EMOSIONAL

Goleman mengutip Salovey (2004) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam

definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemapuan

tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :

a. Mengenali Emosi Diri

Kesadaran diri ─mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi─merupakan

dasar dari kecerdasan emosional. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita

yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasan. Orang yang

memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pilot yang andal bagi

kehidupan mereka, karena mempunyai kepekaan lebih tinggi akan perasaan mereka

yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi, mulai

dari masalah siapa yang akan dinikahi sampai ke pekerjaan apa yang akan diambil.

Menurut Mayer kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun

pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah

(33)

menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk

mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi (Goleman, 2004).

b. Mengelola Emosi

Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan

yang bergantung pada kesadaran diri. Orang-orang yang buruk kemampuannya

dalam keterampilan ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung,

sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari

kemrosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.

Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju

kesejahteraan emosi; emosi yang berlebihan ─yang meningkat dengan intensitas

terlampau tinggi atau untuk waktu yang terlampau lama─ akan mengoyak kestabilan

kita (Goleman, 2004).

c. Memotivasi Diri Sendiri

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting

dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai

diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional ─menahan diri terhadap

kepuasan dan mengendalikan dorongan hati─ adalah landasan keberhasilan dalam

berbagai bidang. Dan mampu menyesuaikan diri dalam “flow” memungkinkan

terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki

keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang

mereka kerjakan.

(34)

Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadan diri emosional,

merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih mampu

menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang

dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Orang-orang seperti ini cocok untuk

pekerjaan-pekerjaan keperawatan, mengajar, penjualan, dan manajemen.

e. Membina Hubungan

Seni membina hubungan, sebagian besar, merupakan ketrampilan mengelola

emosi orang lain. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas,

kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam

keterampilan ini akan sukses dalam bidang apa pun yang mengandalkan pergaulan

yang mulus dengan orang lain; mereka adalah bintang-bintang pergaulan.

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang

menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman,

2002). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam

keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang

diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.

Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam setiap wilayah, beberapa orang

mungkin terampil dalam menangani kecemasan tapi kurang mampu untuk meredam

kemarahan orang lain. Kekurangan-kekurangan dalam keterampilan emosional dapat terus

diperbaiki sampai pada tingkat setinggi-tingginya dimana masing-masing wilayah

menampilkan bentuk kebiasaan dan respon yang dengan usaha yang tepat dapat

(35)

Kelima aspek yang dikemukakan oleh Salovey tersebut menujukkan hubungan yang erat

antara satu aspek dengan aspek yang lain. Keseimbangan secara menyeluruh melingkupi

kelima aspek tersebut membentuk suatu kemampuan yang utuh dan unik yang kemudian

disebut sebagai kecerdasan emosional.

B. KUALITAS TIDUR

1. TIDUR

Tidur berasal dari bahasa latin "somnus" yang berarti alami periode pemulihan, keadaan

fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran (Erfandi,2008). Evans (1984) dengan

pendekatan kognitif memandang tidur sebagai periode dimana otak lepas dari dunia

eksternal dan menggunakan waktu off-line (bebas) tersebut untuk memilah pikiran dan

mereorganisasi banyak jenis informasi yang masuk selama sehari. Menurut teori tersebut,

otak seperti komputer dengan bank memori yang besar dan sejumlah program control.

Sebagian dari program itu bersifat diturunkan (instinktif); yang lain dipelajari dan terus

menerus dimodifikasi oleh pengalaman. Tidur, terutama tidur REM, adalah saat dimana otak

menadi off-line, mengisolasi dirinya sendiri dari jalur sensorik dan motorik. Dalam periode

off-line tersebut berbagai bank memori dan file program dibuka dan dapat dimodifikasi serta

direorganisasi berdasarkan pengalaman. Crick dan Mitchison (1983;1986) dalam pendekatan

neurobiologist memandang tidur REM sebagai waktu dimana informasi yang palsu dan tidak

berguna dikeluarkan dari memori (Atkinson,dkk., Edisi Kesebelas)).

Menurut Dr. Andreas A. Prasadja (2009), tidur adalah sumber energi bagi otak: Tidurlah

(36)

maupun olah raga. Kurang tidur membuat seseorang lesu, mudah marah hingga tertekan.

Tidur merupakan satu kondisi organisme ditandai dengan berkurangnya kesadaran yang

jelas kelihatan, ketidakaktifan, proses-proses metabolik yang tertekan, dan ketidakpekaan

relatif terhadap rangsangan (Chaplin, 2002).

Dua macam teori untuk tidur telah diusulkan: teori-teori rekuperasi dan teori-teori

sirkadian. Perbedaan antara kedua pendekatan ini terlihat dari jawaban yang mereka

tawarkan untuk kedua pertanyaan fundamental tentang tidur.

Esensi recuperation theories of sleep (teori-teori rekuperasi tentang tidur) adalah bahwa

bangun mendisrupsi homeostatis (stabilitas fisiologis internal) tubuh dengan cara tertentu

dan tidur dibutuhkan untuk memulihkannya. Berbagai teori rekuperasi berbeda dalam

kaitannya dengan disrupsi fisiologi apa yang mereka kemukakan sebagai pemicu

tidur─misalnya, lazim dipercaya bahwa fungsi tidur adalah untuk memulihkan tingkat

energi. Akan tetapi, terlepas dari fungsi apa yang dirumuskan oleh teori-teori restorasi

tentang tidur, mereka semuanya mengimplikasikan bahwa perasaan mengantuk dipicu oleh

deviasi/penyimpangan dari homeostasis yang disebabkan oleh bangun dan tidur dihentikan

oleh kembalinya homeostatis.

Esensi circadian theories of sleep (teori-teori sirkadian tentang tidur) adalah tidur bukan

reaksi terhadap efek-efek disruptif bangun, tetapi sebagai akibat mekanisme timing internal

24-jam (circadian berarti “berlangsungnya kira-kira 1 hari”) ─artinya, manusia semuanya

terprogram untuk tidur dimalam hari terlepas dari apa pun yang terjadi pada diri kita di siang

hari. Menurut teori ini, kita telah berevolusi untuk tidur dimalam hari, karena tidur

melindungi kita dari kecelakaan dan predator di malam hari (ingat bahwa manusia

(37)

Teori-teori sirkadian tentang tidur lebih difokuskan pada kapan kita tidur daripada fungsi

tidur. Akan tetapi, salah satu versi ekstrem teori sirkadian mengatakan bahwa tidur tidak

berperan dalam fungsi fisiologis tubuh yang efisien. Menurut teori ini, manusia zaman

dahulu memiliki waktu yang cukup untuk mendapatkan makanan, minum, dan berproduksi

selama siang har, dan motivasi kuat mereka untuk tidur dimalam hari berevolusi untuk

menghemat sumber energi dan untuk membuat mereka kuarang rentan terhadap kecelakaan

(misalnya, predator) di kegelapan. Teori ini mengatakan bahwa tidur seperti perilaku

reproduktif dalam arti bahwa kita sangat termotivasi untuk melakukannya, tetapi kita tidak

membutuhkannya agar tetap sehat (Pinel, 2009).

Tidur mempunyai fungsi restoratif, yaitu fungsi pemulihan kembali bagian-bagian tubuh

yang lelah, merangsang pertumbuhan, serta pemeliharaan kesehatan tubuh. Proses tidur, jika

diberi waktu yang cukup dan lingkungan yang tepat akan menghasilkan tenaga yang luar

biasa. Lebih lanjut, tidur dapat memulihkan, meremajakan, dan memberikan energi bagi

tubuh dan otak selain itu tidur yang baik dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

penyakit (Mass, 2002). Kurang tidur dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan

kerusakan otak, bahkan kematian. Beberapa peneliti meyakini bahwa tidur REM

menjalankan fungsi restoratif untuk otak, sedangkan tidur non-REM manjalankan fungsi

restoratif untuk tubuh (Sawyer, 2004).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidur adalah suatu periode

seseorang untuk pemulihan, mengistirahatkan tubuh dan pikiran serta merupakan satu

kondisi organisme ditandai dengan berkurangnya kesadaran yang jelas kelihatan,

ketidakaktifan, proses-proses metabolik yang tertekan, dan ketidakpekaan relatif terhadap

(38)

2. KUALITAS TIDUR

Selain kondisi fisik, tidur juga mempengaruhi kondisi mental seseorang, tidur yang

kurang dapat mampengaruhi suasana hati seseorang (Webb,2001). Tidur yang baik

merupakan kunci untuk merasa nyaman dan bahagia. Tidur yang buruk, sebaliknya, dapat

mengakibatkan kelelahan, mudah tersinggung, mudah marah dan depresi klinis

(Khaviri,1999). Periode kekurangan tidur yang panjang, terkadang menyebabkan

disorganisasi ego, halusinasi dan waham selain itu orang yang kekurangan tidur REM

mungkin menunjukan sikap mudah tersinggung dan letargi (merasa kehilangan energi dan

antusiasme) (Kaplan&Sadock,1997). Yang menjadi pertanyaan adalah ; “Apakah kualitas

tidur itu ?”. Nashori (2004) mendefinisikan kualitas tidur sebagai suatu tingkatan keadaan,

dimana tidur yang berkualitas dapat menghasilkan kebugaran dan kesegaran pada saat

bangun. Kekurangan kuantitas dan kualitas tidur dapat menurunkan atau merusak

performansi seseorang secara umum dan keterjagaannya (Sawyer, 2004).

Berdasarkan berbagai penjelasan diatas, dapatlah disimpulkan bahwa kualitas tidur ialah

keadaan dimana seseorang saat dia terbangun dari tidurya dan merasakan suatu kesegaran,

merasa nyaman dan bahagia sehingga dapat memberikan energi yang meningkat bagi otak

dan tubuhnya, selain itu bisa berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia. Tidur

yang baik akan memberikan efek yang baik pada kehidupan seseorang, baik secara fisik

maupun mental. Bahkan telah dijelaskan pula diatas, keadaaan kurang tidur dalam jangka

waktu yang panjang dapat mengakibatkan kematian. Oleh karena itu, menjaga kualitas tidur

adalah suatu hal yang penting.

3. ASPEK-ASPEK KUALITAS TIDUR

(39)

Tidur melalui beberapa tahap, dari tidak nyenyak hingga sangat nyenyak.

Tahap-tahap tidur tersebut biasanya dibagi dalam fase REM dan fase REM. Fase

non-REM dibagi lagi empat tahap, yaitu non-non-REM 1 hingga 4, dan dilanjutkan dengan

tahap terakhir yaitu REM.

Seseorang yang nyenyak tidurnya tidak mengalami gangguan-gangguan, baik

secara internal maupun eksternal. Contoh gangguan internal adalah mudah terbangun

karena ingin kencing, suhu tubuh yang panas, dan lain-lain (Nashori, 2004).

Sedangkan contoh gangguan eksternal adalah suara yang gaduh, suhu udara yang

tidak nyaman (terlalu panas atau terlalu dingin), dan lain-lain (Nashori, 2004).

Apabila seseorang merasakan nyenyak selama tidurnya maka niscaya sewaktu ia

terbangun ia akan merasakan kesegaran baik itu pada otak maupun tubuhnya,

sehingga sewaktu ia akan melakukan aktivitasnya kemampuan berfikir dan

mengeluarkan ide-ide kreatifnya dapat ia keluarkan secara maksimal.

b. Waktu tidur 6-8 jam dalam sehari

Tidur yang cukup akan mempersiapkan seseorang dalam menjalani berbagai

aktivitasnya disaat sadar. Mass menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hutang

tidur (Nashori, 2004). Chapman mendefinisikan hutang tidur sebagai kesenjangan

antara jumlah tidur minimal yang dibutuhkan individu untuk menjalankan

aktivitasnya secara memadai, dan jumlah tidur sebenarnya yang dimiliki individu

tersebut. Dijelaskan pula, semakin bertambah hutang tidur seseorang, degradasi

terhadap performansinya juga semakin meningkat (Sawyer, 2004). LeClair

(40)

seseorang secara signifikan sehingga kemampuan berfikirnya kreatifnya tidak

optimal (Sawyer, 2004).

Maas menjelaskan pula, disamping hutang tidur, setiap orang juga mempunyai

rekening tidur. Setiap orang perlu menyimpan cukup tidur dalam rekening tersebut,

agar dapat menjaga kondisi homeostatis tubuhnya tetap stabil (Sawyer, 2004).

c. Keteraturan tidur

Keteraturan tidur dan terjaga adalah suatu hal yang sangat penting, namun yang

tidak kalah penting adalah perlunya orang untuk tidur lebih awal dan bangun lebih

awal.

C. KOMUNITAS BAND CAFE

Cafe dari bahasa Perancis café. Arti harafiahnya adalah (minuman) kopi, tetapi kemudian

menjadi tempat di mana seseorang bisa minum-minum, tidak hanya kopi, tetapi juga minuman

lainnya. Di Indonesia, Café berarti semacam tempat sederhana, tetapi cukup menarik di mana

seseorang bisa makan makanan ringan. Dengan ini kafe berbeda dengan warung

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kafe).

Pengertian Café itu sesungguhnya adalah tempat duduk bagi orang yang ingin melepaskan

lelah sambil minum kopi dan makanan ringan (http://groups.yahoo.com/phrase/internet-cafe).

Café atau Coffe shop adalah restaurant informal yang menyajikan makanan ringan. Café berbeda

dengan kedai kopi, dimana kedai kopi mempunai menu yang terbatas, dan lebih fokus pada

penjualan kopi. Beberapa Café memiliki ijin secara hukum untuk menyajikan minuman

berakohol. Café-café di Amerika, penyajian lebih mengutamakan penyajian makanan daripada

(41)

Di kota-kota kecil, Café-café lokal sering dijadikan tempat bercakap-cakap ataupun rapat,

dan Café juga merupakan tempat yang cukup populer di kalangan masyarakat, khususnya

sebagai tempat untuk sarapan pagi. Di daerah pusat bisnis, Café-café besar dan kedai kopi lebih

sering buka di pagi hari dan siang hari untuk menyediakan sarapan pagi dan makan siang. Café

juga dapat diartikan sebagai diskusi publik kecil yang dilakukan secara informal. Diskusi

tersebut merupakan percakapan terbuka yang lebih fokus pada topik-topik khusus. Contohnya

adalah 1. ”Cafe scientifique” di UK, dan 2. ”Cafe Society” di Chicago

(http://en.wikipedia.org/wiki/Caf%C3%A9).

Dapat diamati, semakin marak berdirinya Café yang tersebar di berbagai sudut kota, maupun

tengah kota dan lantai-lantai gedung perkantoran dan ramainya pengunjung khususnya oleh

kalangan muda dari lapisan sosial menengah ke atas dimana pada lapisan ini berlatar belakang

kaum intelektual dan pengusaha muda. Café tersebut merupakan sarana hiburan atau tempat

santai pelepas strees setelah bekerja keras. Café-café ini menyuguhkan hiburan yang mampu

menarik minat pengunjung sesuai dengan visi dan misinya

(http://zhifaband.wordpress.com/aritikel-musik/fast-foodisasi-lagu-dan-musik-di-cafe-cafe-surabaya/).

Promosi dalam rangka memperkenalkan Café dengan menampilkan Home Band yang

membawakan berbagai corak atau jenis lagu dan musik di Surabaya akhir-akhir ini telah

dilakukan oleh pihak pengelola secara gencar melalui media massa. Café-café ini menyuguhkan

hiburan yang mampu menarik minat pengunjung sesuai dengan visi dan misinya, misalkan

dengan mengontrak group Band yang membawakan lagu dan musik dengan corak Rhytem and

(42)

merupakan suatu karya seni (budaya) yang mengekspresikan jiwa si pencipta dan lingkungannya.

Tentu saja setiap usaha pihak pemilik dan pengelola café memasyarakatkan lagu dan musik yang

selektif dan penuh karya seni perlu mendapat tanggapan positif, baik dalam pengertian memberi

dukungan praktis, evaluatif, maupun menyikapi secara kritis-reflektif. Respon sosialisasi lagu

dan musik di café dapat datang dari siapa saja seperti musisi, akademisi, budayawan, kritikus

musik,orang awam, dan lain-lain agar pengertian substansial dari suatu lagu dan musik juga

dapat ikut tersebar ke dalam masyarakat luas

(http://zhifaband.wordpress.com/aritikel-musik/fast-foodisasi-lagu-dan-musik-di-cafe-cafe-surabaya/).

Café pada dasarnya adalah tempat bertemunya orang-orang yang ingin menikmati

sajian-sajian dari Café tersebut baik berupa makanan, minuman maupun hiburan untuk melepas

ketegangan saat bersantai dan menikmati waktu luang. Salah satu hiburan yang disuguhkan oleh

pihak Café adalah menampilkan group band yang dikontrak, dimana group band ini

membawakan corak atau jenis musik yang disesuaikan dengan selera pengunjung Café.

Terkadang pihak Cafe dapat mengontrak group band yang berbeda-beda. Group band yang

sering mengisi live music didalam Cafe ini sering disebut dengan band Café dan tidak hanya satu

(43)

D. KETERKAITAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN

KECERDASAN EMOSIONAL PADA KOMUNITAS BAND CAFE

Fenomena yang terjadi pada komunitas band Cafe memiliki keunikan tersendiri, dimana

rutinitas mereka berbanding terbalik dengan masyarakat sekitarnya. Mereka bekerja pada malam

hari dan beraktifitas hingga dini hari. Saat matahari mulai muncul, dimana disekeliling mereka

mulai beraktifitas, justru mereka mempergunakan waktu tersebut untuk tidur hingga di siang

hari. Kondisi yang demikian apakah dapat memberikan kualitas tidur yang baik pada

masing-masing individu yang termasuk dalam komunitas band cafe sedangkan mereka membutuhkan

tidur yang berkualitas untuk melakukan aktifitas selanjutnya. Tidur mempunyai fungsi restoratif,

yaitu fungsi pemulihan kembali bagian-bagian tubuh yang lelah, merangsang pertumbuhan, serta

pemeliharaan kesehatan tubuh. Tidur juga dapat memulihkan, meremajakan, dan memberikan

energi bagi tubuh dan otak selain itu tidur yang baik dapat meningkatkan daya tahan tubuh

terhadap penyakit (Mass, 2002). Kekurangan tidur dapat juga mempengaruhi susana hati,

membuat lekas marah, perilaku yang kurang bagus dan bermasalah dengan relasi. Kekurangan

kuantitas dan kualitas tidur dapat menurunkan atau merusak performansi seseorang secara umum

dan keterjagaannya (Sawyer, 2004).

Kondisi-kondisi tersebut dapat mempengaruhi stabilitas emosi komunitas band Cafe.

Goleman (2004) berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk menghasilkan kinerja yang

cemerlang dipengaruhi oleh kecerdasan emosionalnya, namun tidak semua orang memiliki

kecerdasan emosional yang cukup baik. McCown (dalam Goleman, 2002) menyatakan bahwa

setiap orang memiliki pilihan masing-masing dalam menanggapi emosi. Seorang yang memiliki

kecerdasan emosional yang baik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menanggapi

(44)

Bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat sekitar ataupun orang lain diluar

komunitasnya disaat mereka memiliki energi yang masih optimal dengan orang lain yang

energinya mulai berkurang, sedangkan bertingkah laku dan merespon stimulus sangat berkaitan

dengan emosi, baik yang berasal dari dalam ataupun luar dirinya sendiri.

Tuntutan yang terjadi pada masyarakat yang luas bukanlah perkara yang mudah, karena kita

diharapkan dapat menjalin relasi, kerjasama serta aktifitas lain yang dapat diterima oleh orang

lain. Hal tersebut membutuhkan suatu kecerdasan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang

mengharapkan setiap individu dapat diterima oleh individu yang lainnya yaitu kecerdasan

emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya

dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan

kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial (Goleman,

2002:512).

E. HIPOTESIS

Berdasarkan kajian teori sebagaimana diuraikan dimuka, dapat dirumuskan hipotesa

penelitian ini sebagai berikut, ada hubungan positif antara kualitas tidur dengan kecerdasan

emosional pada komunitas band Cafe, semakin tinggi kualitas tidur individu yang berada dalam

(45)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian korelasional. Penelitian

korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan

dengan variasi pada variabel lain berdasarkan koefisien korelasi (Narbuko, 1997).

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. variabel tergantung = kecerdasan emosional

2. variabel bebas = kualitas tidur

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional variable penelitian ini adalah mengenai kecerdasan emosional dan

kualitas tidur seperti dijelaskan sebagai berikut:

1. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan individu komunitas band Cafe untuk

menyadari perasaan dan keadaannya saat ini yang sebenarnya, untuk

mengatur/menangani emosinya selama beraktifitas, untuk memotivasi dirinya dan

menjalin relasi yang baik dengan teman dalam satu band. Kecerdasan emosional

(46)

dihasilkan dari skala kecerdasan emosional. Semakin tinggi skor kecerdasan emosional

maka semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang dan semakin rendah skor

kecerdasan emosional maka semakin rendah kecerdasan emosional seseorang.

2. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah keadaan seseorang saat dia terbangun dari tidurnya dan

merasakan suatu kesegaran, merasa nyaman dan bahagia sehingga dapat memberikan

energi yang meningkat bagi otak dan tubuhnya, selain itu bisa berdampak pada berbagai

aspek kehidupan manusia. Kualitas individu nampak dalam skor total yang dihasilkan

dari skala kualitas tidur. Semakin tinggi skor kualitas tidur maka semakin tinggi kualitas

tidur seseorang dan semakin rendah skor maka semakin rendah kualitas tidur seseorang

seseorang.

D. SUBYEK PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan saat komunitas band Café sedang beraktifitas atau saat

istirahat disela-sela menjalani rutinitas sehari-hari di dalam Cafe. Subyek penelitian adalah

individu yang tergabung dalam suatu band yang memiliki kontrak kerja dengan pihak

manajemen Café.

Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Dalam purposive sampling, pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri

atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri atau sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Adapaun criteria tersebut adalah:

(47)

Subyek penelitian ini adalah para individu yang tergabung dengan group band Café, dimana

group band ini masih eksis sampai sekarang.

2. Band Café yang memiliki kontrak kerja dengan pihak manajemen Cafe.

Band Cafe yang dipilih oleh peneliti adalah group band yang saat ini memiliki kontrak kerja

dengan pihak manajemen Cafe

E. METODE DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA

Metode pengumpulan data dalam penelitian data kali ini adalah dengan menggunakan

metode skala. Metode skala adalah suatu metode penyelidikan dengan menggunakan daftar

pernyataan yang berisi aspek-aspek yang hendak diukur, yang harus dijawab oleh orang-orang

yang menjadi subyek penelitian (Suryabrata,2002). Dengan kata lain, metode ini digunakan

untuk mengungkap aspek yang hendak di ukur dan disertai dengan lembar identitas subyek.

Subyek diminta untuk memilih salah satu jawaban yang telah disediakan yang sesuai dengan

dirinya.

1. Skala Kecerdasan Emosional

Skala kecerdasan emosional disusun berdasarkan 5 aspek kecerdasan emosional dari

Goleman (2002) sebagai berikut :

a. Kesadaran diri : kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu terjadi atau

mengetahui apa yang dirasakan dan menggunakan perasaan

tersebut untuk mengambil keputusan, kesadaran akan diri atau

ukuran atas kemampuan diri serta kepercayaan diri yang kuat.

b. Pengaturan diri : kemampuan untuk menangani perasaan sehingga dapat

(48)

sesuai kata hati, kesanggupan mengontrol hasrat atau

kenikmatan dan kemampuan untuk pulih dari tekanan emosi.

c. Motivasi : kemampuan menggunakan pertimbangan yang paling dalam

untuk mengerakkan dan menuntun kita menuju sasaran,

membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif,

dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

d. Empati : kemampuan untuk merasakan apa yang orang lain rasakan

termasuk kebutuhan dan keinginan mereka, memahami reaksi

dan arti dari ekspresi seseorang serta memahami perspektif

orang lain yang berbeda-beda.

e. Keterampilan sosial : kemampuan membaca situasi, menyesuaikan diri dengan

bermacam-macam orang, berinteraksi dengan baik, mengelola

emosi orang lain, membina hubungan saling percaya,

bekerjasama dengan orang lain, bernegosiasi, dan

menyelesaikan masalah.

Tehnik pengumpulan data untuk kecerdasan emosional komunitas band Cafe adalah

dengan menggunakan Skala Kecerdasan Emosional. Skala ini menggunakan skala tipe

Likert, dimana masing-masing item terdiri dari empat kategori jawaban yaitu Sangat

Setuju (SS), Setuju (S) , Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap

kategori diberi skor sebagai berikut:

a. Untuk item-item yang favorable jawabannya:

Sangat Setuju dengan skor 4, Setuju dengan skor 3, Tidak Setuju dengan skor 2 dan

(49)

b. Untuk item-item yang unfavorable jawabannya:

Sangat Setuju dengan skor 1, Setuju dengan skor 2, Tidak Setuju dengan skor 3,

Sangat Tidak Setuju dengan skor 4.

Peneliti sengaja hanya menggunakan empat pilihan jawaban untuk menghindarkan

bias yang terjadi apabila peneliti memberikan lima jawaban atau dengan jumlah jawaban

ganjil. Hadi (2004) berpendapat bahwa subyek memiliki kecenderungan untuk memilih

jawaban yang ada ditengah atau yang disebut juga dengan central tendency effect.

Kecenderungan tersebut dapat dihindari dengan tidak memberikan jawaban tengah yaitu

dengan hanya memberikan empat pilihan jawaban.

Skor total yang diperoleh dari skala Kecerdasan Emosiaonal tersebut menunjukkan

tinggi rendahnya kecerdasan emosional yang dimiliki subyek. Item berjumlah 50

pertanyaan dengan komposisi seimbang pada tiap aspeknya. Pembagian antara item

yang favorabel dengan item yang unfavorabel juga seimbang. Distribusi atau penyebaran

[image:49.612.99.540.210.685.2]

item dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 1

Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosional No Aspek Kecerdasan

Emosional

No Item Jumlah Total Favorabel Unfavorabel

1 Kesadaran Diri 1, 11, 21, 41, 31

6, 36, 46, 26, 16 10

2 Pengaturan Diri 17, 7, 47, 27, 37

2, 42, 32, 12, 22 10

3 Motivasi 3, 13, 33, 43,

23

28, 38, 18, 8, 48 10

4 Empati 29, 9, 39, 49,

19

4, 44, 14, 24, 34 10

5 Keterampilan Sosial 5, 45, 35, 25, 15

40, 20, 30, 10, 50 10

(50)

2. Skala Kualitas Tidur

Skala kualitas Tidur disusun berdasarkan 5 aspek kualitas tidur dari Maas (2000)

dan Nashori (2004) sebagai berikut :

a. Tidur nyenyak (tidak mengalami gangguan tidur)

Tidurnya yang tidak mengalami gangguan-gangguan, baik secara internal

maupun eksternal. Saat terbangun merasakan kesegaran baik itu pada otak maupun

tubuhnya, sehingga sewaktu ia akan melakukan aktivitasnya kemampuan berfikir

dan mengeluarkan ide-ide kreatifnya dapat ia keluarkan secara maksimal.

b. Waktu tidur 6 – 8 jam/hari

Tidur yang cukup akan mempersiapkan seseorang dalam menjalani berbagai

aktivitasnya disaat sadar. Jumlah tidur minimal yang dibutuhkan individu untuk

menjalankan aktivitasnya secara memadai, dan jumlah tidur sebenarnya yang

dimiliki individu tersebut. Setiap orang perlu menyimpan cukup tidur agar dapat

menjaga kondisi homeostatis tubuhnya tetap stabil.

c. Keteraturan Waktu Tidur

Keteraturan tidur dan terjaga adalah suatu hal yang sangat penting, namun yang

tidak kalah penting adalah perlunya orang untuk tidur lebih awal dan bangun lebih

awal.

Tehnik pengumpulan data untuk kualitas tidur adalah dengan menggunakan Skala

Kualitas Tidur. Skala ini menggunakan skala tipe Likert, dimana masing-masing item

terdiri dari empat kategori jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S) , Tidak Setuju

(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap kategori diberi skor sebagai berikut:

(51)

Sangat Setuju dengan skor 4, Setuju dengan skor 3, Tidak Setuju dengan

skor 2 dan Sangat Tidak Setuju dengan skor 1.

b. Untuk item-item yang unfavorable jawabannya:

Sangat Setuju dengan skor 1, Setuju dengan skor 2, Tidak Setuju dengan

skor 3, Sangat Tidak Setuju dengan skor 4.

Peneliti sengaja hanya menggunakan empat pilihan jawaban untuk menghindarkan

bias yang terjadi apabila peneliti memberikan lima jawaban atau dengan jumlah jawaban

ganjil. Hadi (2004) berpendapat bahwa subyek memiliki kecenderungan untuk memilih

jawaban yang ada ditengah atau yang disebut juga dengan central tendency effect.

Kecenderungan tersebut dapat dihindari dengan tidak memberikan jawaban tengah yaitu

dengan hanya memberikan empat pilihan jawaban.

Skor total yang diperoleh dari skala Kualitas Tidur tersebut menunjukkan tinggi

rendahnya kecerdasan emosional yang dimiliki subyek. Item berjumlah 20 pertanyaan

dengan komposisi lebih banyak pada aspek pertama dan seimbang pada berikutnya.

[image:51.612.96.543.216.654.2]

Distribusi atau penyebaran item dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2

Distribusi Item Skala Kualitas Tidur

No Aspek Kualitas Tidur No Item Jumlah Total Favorabel Unfavorabel

1 Tidur Nyenyak 1, 6, 8, 12,

10,16

9, 15, 20, 18, 14, 4

12

2 Waktu Tidur 6-8/hari 7, 13 2, 17 4

3 Ketarturan Waktu

Tidur

3, 19 11, 5 4

(52)

F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Validitas dan reliabilitas adalah dua hal yang sangat berkaitan dan berperan dalam membuat

suatu alat ukur yang berkualitas. Dari alat ukur ini nantinya akan menunjukkan aik atau

buruknya suatu penelitian.

1. Validitas

Validitas adalah tingkat kemampuan suatu alat ukur untuk mengungkapkannya

sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur

tersebut (Azwar, 1999). Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi yang

akan menunjukkan sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi

yang hendak diukur, artinya tes itu bukan saja harus komprehensif tetapi isinya harus

tetap relevan dan tidak keluar dari penelitian (Azwar, 1997). Validitas isi dari skala ini

diselidiki melalui analisis rasional terhadap isi tes atau melalui professional judgement,

yaitu dengan cara melihat apakah item-item dalam tes telah ditulis sesuai dengan batasan

yang telah ditetapkan semula dan memeriksa apakah masing-masing item telah sesuai

dengan indikator perilaku yang hendak diungkapkan.

2. Seleksi Item

Seleksi item alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat koefisien

korelasi item-total (rix) atau indeks daya beda item (indeks diskriminasi item). Harga

indeks diskriminasi item yang baik adalah ≥ 0,3 (Ebel dalam Supratiknya, 1998).

Kriteria item yang dapat diterima adalah item yang memiliki koefisien korelasi yang

(53)

Berdasarkan hasil seleksi item skala kecerdasan emosional, dari 50 item total

terdapat 41 item valid dan 9 item gugur. Untuk menyelaraskan komposisi tiap aspeknya

[image:53.612.92.536.185.618.2]

maka 6 item digugurkan seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3

Hasil Seleksi Item Skala Kecerdasan Emosional No Aspek Kecerdasan

Emosional Favorabel No Item Unfavorabel Jumlah Total

1 Kesadaran Diri (1), 11, (21), 41, 31

6, 36, 46, 26,

(16) 7

2 Pengaturan Diri 17, 7, (47), 27, 37

Gambar

Tabel 1 Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosional
Tabel 2 Distribusi Item Skala Kualitas Tidur
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan organization

Hasil penelitian menemukan terdapat hubungan kecerdasan emosi pegawai pada pegawai kecamatan dengan dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) terlihat

berkenan meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran serta masukan selama pelaksanaan dan penulisan skripsi ini. H Muhammad Amir, M.Si selaku Dosen Penguji I dan

Seorang yang mempunyai intensi prososial yang tinggi dapat terwujud dalam perilaku prososial yang tinggi pula yang ditandai dengan kemampuan untuk berbagi dengan

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh koefisien korelasi (r) = 0,590 dengan p &lt;0,01, yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kematangan emosi dengan agresivitas pada fans musik pop. Subyek penelitian ini adalah individu yang

Melihat tingkat regulasi emosi dan kontrol diri subyek yang masuk dalam kategori sangat tinggi, diharapkan pihak sekolah dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para

Dalam penulisan skripsi ini subyek penelitian adalah Mahasiswa yang berkunjung di Cafe Rindang, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh citra cafe dan tata ruang