• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh RISKAWATI NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh RISKAWATI NIM :"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh RISKAWATI NIM : 105271106016

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)

MANDIRI KABUPATEN GOWA” (Dibimbing Oleh Dr. Sudir Koadhi, S.S.,M.Pd.l dan Dr.Meisil B. Wulur.S.Kom.I.M.Sos,I)

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi dan metode komunikasi interpersonal di pondok pesantren Putri Yatama Mandiri yang terletak di kecamatan Pallangga kabupaten Gowa, untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab. Masalah yang diteliti penulis difokuskan pada beberapa hal yaitu (1)Bagaimana cara meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa arab melalui komunikasi interpersonal (2)Apa faktor pendukung dan kendala komunikasi interpersonall dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa arab ?

Komunikasi merupakan suatu gejala yang kompleks dan oleh sebab itu, setiap individu yang mengamati gejala komunikasi memiliki pendekatan yang berbeda-beda. Komunikasi adalah proses di mana saling membagi informasi, gagasan dan perasaan antar individu.

Komunikasi Interpersonal adalah bentuk komunikasi yang sangat episien untuk sebuah komunitas dalam pembelajaran bahasa, dan sangat cocok bagi pembelajaran bahasa asing, oleh karena itu perlu untuk dilakukan penelitian di sebuah lembaga yang memprioritaskan bahasa Arab dalam berkomunikasi, dan tentu paling cocoknya adalah pondok pesantren.

Komunikasi interpersonal di pondok pesantren dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab sangat ditentukan oleh kreatifitas guru dan lingkungan yang sistematis. Guru di pondok pesantren Yatama Mandiri membuatkan beberapa langkah yang digunakan guna memudahkan santriwati-santriwati berbicara bahasa Arab, misalkan dengan memberikan mufradat atau hafalan kosa kata lalu di gunakan dalam bentuk percakapan, atau dalam bentuk ceramah-ceramah atau pidato bahasa Arab.

Berbicara bahasa Arab di pondok Pesantren Putri Yatama Mandiri sangat baik dan mudah diaplikasikan selain karena di dukung oleh lingkungan, sistem dan aturan pesantren, kreatifitas guru dalam berkomunikasi kepada para santriwati sangat baik.

(6)

hidayah kepada setiap ciptaan-Nya. Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, inspirator kebaikan yang tiada pernah kering untuk digali. Skripsi dengan judul “Komunikasi Interpersonal Guru Bahasa Arab Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Di Pondok Pesantren Putri Yatama Mandiri Kabupaten Gowa” ini tidak dapat diselesaikan oleh penulis tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.

Ucapan terimah kasih yang tulus penulis ucapkan kepada Suami tercinta

Ramli S.Pd.I.,SH yang telah mendoakan, memberikan support, motivasi dan bantuan dengan tulus dan ikhlas,dan kedua orang tua dan mertuaku tercinta yang telah mendoakan dan memberikan support moral dengan tulus dan ikhlas.

Banyak orang yang berada di sekitar penulis, baik secara langsung maupun tidak, telah memberi dorongan yang berharga bagi penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang terkait dan berperan serta dalam penyusunan skripsi ini :

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Syaikh Dr. Muhammad Muhammad Thoyyib Khoory, keluarganya, teman dan karib kerabatnya yang menjadi donatur bagi kami, jazaakumullahu khairan.

3. Drs. H. Mawardi Pawangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dr. Abbas Baco Miro, Lc. MA. selaku Ketua Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Dr. Sudir Koadhi,S.S.,M.Pd.l selaku Pembimbing I dan Dr.Meisil B. Wulur.S.Kom.I.M.Sos,I selaku pembimbing II yang selalu siap untuk berdiskusi, memberikan arahan, dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Para Dosen di lingkungan Fakultas Agama Islam Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Wahyuningsih Oron teman terbaik yang selalu ada untuk memberikan masukan dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

mendo’akan semoga bantuan, arahan, bimbingan, dorongan, kebaikan dan keikhlasan dari semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, mendapat balasan amal baik dari Allah SWT.

10.Terimah kasih kepada pimpinan Pondok Pesantren Putri Yatama Mandiri yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih atas saran dan kritik yang diberikan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dicatat sebagai amal kebajikan di hadapan Allah SWT.

Makassar, 9 juli 2020

Penulis

(8)

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASAH ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI A.Pengertian Komunikasi ... 5

B.Tahap-Tahap Hubungan Interpersonal ... 9

C.Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 11

D.Komunikator ... 13

E.Pengertian Guru Bahasa Arab ... 15

F. Karakteristik Bahasa Arab ... 24

G.Pengajaran Bahasa Arab ... 26

xii xii

(9)

D.Deskripsi Fokus Penelitian ... 43 E.Teknik Pengumpulan Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Selayan Pandang Pesantren Putri Yatama Mandiri ... 47 B. Cara Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Melalui

Komunikasi Interpersonal ...50 C. Faktor Pendukung dan Kendala Komunikasi Interpersonal Dalam

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab...53

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 55 B. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA ... DOKUMENTASI ... RIWAYAT HIDUP ... LAMPIRAN...

(10)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan suatu gejala yang kompleks dan oleh sebab itu, setiap individu yang mengamati gejala komunikasi memiliki pendekatan yang berbeda-beda. Komunikasi adalah proses di mana saling membagi informasi, gagasan dan perasaan antar individu.

Komunikasi dalam menyentuh aspek-aspek yang lebih dalam dari setiap orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut, baik tentang hidup pada masa lalu, tentang keluarga, dan kegiatan yang sedang dilakukan sekarang. Salah satu komponen komunikasi adalah saling mendengarkan. Mendengarkan sangat penting, karena dengan mendengarkan setiap pihak yang terlibat dalam suatu peristiwa komunikasi dapat saling memahami dan memberi umpan balik atau respon dengan cara yang baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Setiap pihak dapat menjadi pemberi dan pengirim pesan sekaligus pada waktu yang bersamaan.1

Komunikasi adalah hal yang sangat mendasar bagi setiap makhluk hidup. Ziberman (2000) merumuskan bahwa tujuan komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori besar. Pertama, untuk memenuhi tugas-tugas penting bagi kehidupan kita, memuaskan rasa penasaran kira akan lingkungan dan menikmati hidup. Yang kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan

1

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Cet.4, Jakarta; RajaGrafindo Persada, 2003), h. 19

(11)

orang lain. Salah satu fungsi komunikasi yaitu fungsi sosial yang mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,memupuk hubungan dengan orang lain dan membangun konsep diri. Selain itu komunikasi juga menjadi sarana untuk menyampaikan norma-norma yang berlaku baik secara horizontal, yaitu dari masyarakat ke masyarakat yang lain, maupun secara vertikal, yaitu dari generasi ke generasi.

Menurut D. Lawrence Kincaid (1981), komunikasi didefinisikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sementara itu Ruben dan Stewart (1983) mendefinisikan komunikasi sebagai berikut “komunikasi manusia adalah proses melalui mana individu dalam hubungan, kelompok, organisasi, dan masyarakat membuat dan menggunakan informasi untuk berhubungan satu sama lain dan dengan lingkungan.”Secara umum, komunikasi dapat dikatakan sebagai proses penyampaian pesan antara makhluk hidup. Untuk dapat melakukan komunikasi ada dua fungsi berbeda yang perlu dikuasai oleh individu.2

Dua fungsi tersebut adalah menangkap maksud orang lain dan menyampaikan maksud kepada orang lain. Tanpa dua fungsi ini dapat dipastikan komunikasi tidak dapat berjalan dengan semestinya.

Dalam sebuah komunitas/lembaga, komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Pertukaran pesan yang terjadi dalam sebuah komunitas/lembaga bukan hanya untuk mempertahankan tetapi juga untuk menghidupkan sebuah

2

(12)

komunitas/lembaga tersebut. Begitu pula dengan sistem belajar mengajar, komunikasi adalah hal yang paling utama, baik antara guru dengan siswa dan sebaliknya siswa dengan gurunya.Guru dan murid yang komunikasinya tidak berjalan dengan baik besar kemungkinan mengalami berbagai masalah dalam sistem pembelajarannya.

Seorang guru sangat berperang penting, karena Tugas guru muslim di sekolah sebagai da’i (pendakwah) merupakan tugas yang sangat strategis dalam mewujudkan generasi yang berkepribadian muslim, ditambah lagi kondisi generasi muda Indonesia kini yang terpuruk dalam dekadensi moral yang sangat memprihatinkan.

Seorang guru menghendaki murid-muridnya mengerti apa yang diajarkannya terkhusus guru bahasa, yang menjadi fokus peneliti adalah guru bahasa Arab bagaimana sistem komunikasinya dalam meningkatkan kemampuan siswa atau muridnya dalam berbicara atau bercakap bahasa Arab. Belajar bahasa Arab sangat penting bagi setiap umat islam, karena Allah Ta’ala telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an dan bahasa Arab adalah bahasa terbaik yang pernah ada.

Komunikasi yang peneliti sebutkan dalam penelitian ini adalah komunikasi interpersonal yaitu komunikasi dari seorang kepada orang lain atau kepada kelompok.

Peneliti mengadakan penelitian ini di komunitas atau lembaga yang memang diajarkan bahasa Arab, baik dalam teknik membaca kitab atau

(13)

menterjemahkan buku-buku bahasa Arab maupun dalam berkomunikasi di pondok pesantren Putri Yatama Mandiri, di kabupaten Gowa.3

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Arab melalui komunikasi interpersonal?

2. Apa faktor pendukung dan kendala komunikasi interpersonal dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui cara meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Arab melalui komunikasi interprso

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan kendala komunikasi interpersonal dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara garis besar penelitian diharapkan menambah wawasan kepada pembacanya akan komunikasi interpersonal.

2. Secara teoritis penelitian ini diharapkan sebagai wacana tambahan atau kelengkapan kepustakaan serta perluasan wawasan mengenai komunikasi interpersonal dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab. 3. Secara praktis, hasil penelitian ini dijadikan wacana pengetahuan untuk

mengembangkan keilmuan di masyarakat, terkhusus untuk yang ingin mengetahui sistem komunikasi interpersonal dalam meningkatkan keterampillan berbicara bahasa Arab.

3

https://m.Facebook. com.Putri Yatama Mandiri Kabupaten Gowa. Diakses 10 Januari 2020

(14)

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah istilah yang berasal dari bahasa latin Communicare, yang berarti berbicara, menyampaikan pesan, pendapat, informasi, berita, pikiran, perasaan, dari seorang kepada orang yang lainnya dengan mengharapkan umpan balik (feedback).4 Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia komunikasi berarti: kontak, hubungan penyampaian dan penerimaan pesan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memungkinkan pesan itu bisa diterima atau dipahami.5

Definisi tentang komunikasi disampaikan oleh beberapa pakar, namun yang paling sesuai dengan penelitian ini adalah:

Salah satu definisi yang sudah klasik yang dikemukakan Harold Lasswell: Bahwa cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi ialah menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut, siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dan bagaimana pengaruhnya.6

Meisil B. Wulur:

Ilmu komunikasi adalah ilmu yang mempelajari tentang tehnik- tehnik atau teori-teori komunikasi dalam menyampaikan pesan, agar pesan itu dapat diterima dengan pemahaman dan pengertian baik terhadap penerima pesan, sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai.7

4

A. Muis, Komunikasi Islam, (Cet.I, Bandung; Rosdakarya, 2001), h. 35

5

Risa Agustin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya; Serba Jaya,2018), h.348

6

Acep Aripuddin, Pengembangan Metode Dakwah; Respon Dai Terhadap Dinamika Kehidupan Beragama dibawah Kaki Ceremai, (Cet,I. Jakarta; Raja Gravindo, 2011), h. 14

7

Meisil B. Wulur, Ilmu Komunikasi dan Dakwah, (Makassar; Leisyah, 2016), h. 8

(15)

Proses komunikasi dapat tercapai tidak terlepas dari penggunaan bahasa verbal dan nonverbal. Bahasa verbal merupakan sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, maksud, serta tujuan. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan kata-kata untuk merepresentasikan berbagai aspek realitas individual. Sedangkan bahasa nonverbal adalah bahasa yang digunakan berdasarkan tanda atau simbol dengan melalui bahasa tubuh manusia, tanpa menggunakan kata-kata.8 Dibawah ini jenis-jenis bahasa nonverbal.

1. Sentuhan: Sentuhan sebagai komunikasi verbal. Salah satu istilah yang dipakai dalam bahasa komunikasi dalam sentuhan disebut haptik, contoh: pelukan, pegangan tangan, sentuhan punggung, mengelus, dan lain-lain, sentuhan tersebut tergantung dari pengirim pesan, apakah itu bersifat negatif atau positif.

2. Kronemik: Penggunaan waktu pada komunikasi nonverbal, komunikasi ini mempelajari bidang dalam penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Seperti penggunaan durasi dalam waktu yang cocok atau tepat sesuai dengan aktivitas.

3. Gerakan tubuh: Meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan sesuatu atau rasa, misalkan; mengangguk atau menggeleng.

8

Meisil B. Wulur, KomunikasiDakwahdanHipnoterapi, (Cirebon; Mentari Jaya, 2019) h. 20

(16)

4. Proxemik: Komunikasi nonverbal yang berkaitan dengan jarak, waktu atau posisi atau disebut sebagai bahasa ruang interpersonal: bahasa intim, bahasa personal, bahasa jarak social,,jarakpublik.9

a. Unsur-Unsur Komunikasi

Unsur-unsur komunikasi adalah hal-hal yang mendukung terjadinya proses komunikasi, yang tidak akan terjadi proses komunikasi tersebut kalau unsur-unsurnya tidak ada, adapun unsur-unsur tersebut sebagai berikut:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut source,sender atau encoder.10

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan , informasi, nasehat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau informasi.

9

Anwar Arifin,Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, (Cet,I. Yogya; Graham Pena,2011), h. 75

10

HafiedCanggara. Pengantar Ilmu Komunikasi. (cer.4; Jakarta: Raja Grafindo Persada 2003),h.24

(17)

3. Media

Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau medias. Ada menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, panca indera dianggap sebagai media kmunikasi.

Selain indera manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telpon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi. 4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesanyang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.

b. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) adalah komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lain, antara dua orang atau lebih.11

11

Fitri Hardiyanti, Komunikasi Interpersonal Penderita Nomophobia Dalam Menjalin Hubungan Persahabatan, (Universitas Riau; 2016), h. 5

(18)

Pengertian ini menimbulkan interaksi secara langsung antara komunikator dengan komunikan saling berhadapan dan saling menatap, sehingga terjadi kontak pribadi: hal ini ditegaskan oleh Effendi, dalam bukunya “Ilmu Komunikasi”, mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar dua orang dan dapat berlangsung dengan 2 cara:

1. Komunikasi tatap muka (face to face communication) 2. Komunikasi bermedia (Mediated communication)

Komunikasi personal atau tatap muka berlangsung secara dialogis sambil menatap sehingga terjadi kontak pribadi (personal contact), sedangkan komunikasi personal bermedia adalah komunikasi dengan menggunakan alat, maka antara kedua orang tersebut tidak terdapat kontak pribadi, seperti interview di telepon.12

Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadarhubungan interpersonalnya. Setelah seseorang menguasai kompetensi komunikasi antarpribadi (interpersonal) maka selanjutnya akan terbina sebuah hubungan seperti yang diharapkan, baik itu menjadi kekasih, sahabat, ataupun lainnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan kontent melainkan juga menentukan relationship.

B. Tahap-Tahap Hubungan Interpersonal: 1. Kontak (contact)

12

FitriHardiyanti, Komunikasi Interpersonal Penderita Nomophobia Dalam Menjalin Hubungan Persahabatan, h. 5

(19)

Tahap pertama kita membuat kontak.Ada beberapa macam persepsi alat indera. Kita melihat, mendengar, dan membaui seseorang. Menurut beberapa peneliti, selama tahap inilah dalam empat menit pertama interaksi awal kita memutuskan apakah kita ingin melanjutkan hubungan ini atau tidak.

2. Keterlibatan (involvement)

Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika kita ingin mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapkan diri kita.

3. Keakraban (intimacy)

Pada tahap keakraban, kita mengikatkan diri kita lebih jauh pada orang ini. Kita mungkin membina hubungan primer (primary

relationship), dimana orang ini menjadi sahabat baik atau menjadi

kekasih. Komitmen ini dapat mempunyai berbagai bentuk : perkawinan, membantu orang ini, atau kita mengunkapkan rahasia terbesar kita kepada orang ini.

4. Kemunduran(deterioratin)

Tahap berikutnya merupakanpenurunan hubungan, ketika ikatan di antara kedua pihak mulai melemah. Pada tahap kemunduran kita mulai merasa bahwa hubungan ini mungkin tidaklah sepenting yang kita kira sebelumnya.13

5. Tahap Perbaikan ( Repair)

13

Fitr iHardiyanti, Komunikasi Interpersonal Penderita Nomophobia Dalam Menjalin Hubungan Persahabatan, h. 5

(20)

Tahap perbaikan tidak selalu diikuti dalam sebuah hubungan. Beberapa pasangan dalam suatu hubungan memilih berhenti sejenak ketika mengalami kemunduran dalam suatu hubungan dan kemudian mencoba memperbaiki hubungan mereka.

6. Tahap Pemutusan (dissolution)

Tahap pemutusan adalah pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak. Dimana ketika telah terjadi tahap pemutusan maka hubungan yang dulunya akrab, kini akan menjadi sangat renggang bahkan tidak seintim ketika pertama kali menjalin suatu hubungan.14

C. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan action oriented, ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu, tujuan komunikasi interpersonal itu bermacam-macam, beberapa diantaranya berikut ini:

1. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain

2. Salah satu tujuan dari komunikasi interpersonal adalah Menemukan diri sendiri

mengungkapkan perhatian kepada orang lain.

Artinya, seorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan informasi dari orang lain.

3. Menemukan dunia luar

14

Fitri Hardiyanti, Komunikasi Interpersonal Penderita Nomophobia Dalam Menjalin Hubungan Persahabatan, h. 6

(21)

Komunikasi interpersonal memungkinkan diperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi penting dan actual.

4. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis

Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain.

5. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku

Komunikasi interpersonal ialah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara lansung maupun tidak langsung(dengan menggunakan media).

6. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu

Ada kalanya seseorang melakukan komunikasi interpersonal sekedar mencari kesenangan atau hiburan.

7. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi

Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi (miscommunication) dan salah interpretasi (mis interpretation) yang terjadi antara sumber dan penerima pesan.

8. Memberikan bantuang (konseling)

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya.15

15

Jurnal, Widya P.Pontoh, Peranan Komunikasi Interpersonal Guru Dalam Meningkatkan Pengetahuan Anak, (Tuminting; TK Santa Lucia, 2013), h. 3

(22)

D. Komunikator

Komunikator ialah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Karena itu komunikator biasa disebut pengirim, sumber, source atau encoder.

Komunikator sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk itu, seorang komunikator harus terampil berkomunikasi, dan juga kaya ide serta penuh daya kreativitas.

Komunikator yang ingin mencapai komunikasi yang mengena, maka harus mengenal dirinya, harus meemiliki kepercayaan (credibility), daya tarik

(attractive), dan kekuatan (power).

1. Mengenal diri sendiri

Komunikasi yang dilakukan tanpa mengena sasaran, maka yang akan disalahkan ialah komunikatornya. Dia yang harus mengetahui lebih awal tentang kesiapan dirinya, pesan yang ingin disampaikan, media yang akan digunakan, hambatan yang mungkin ditemui, serta khalayak yang akan menerima pesannya. Dalam kehidupan kita sehari-hari, mengenal diri adalah suatu hal yang sangat penting jika kita menempatkan diri ditengah-tengah masyarakat. Sebab dengan mengenal diri, maka kita dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan yangt ada pada diri kita.16

2. Kepercayaan (Credibility)

Kredibilitas ialah seperangkat persepsi tentang kelebihan- kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khayalak (penerima).

16

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Cet, 4, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 90

(23)

Menurut bentuknya kredibilitas dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:

a) Initial Credibility

Kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses komunikasi berlansung. Misalnya, seorang pembicara yang sudah punya nama bisa mendatangkan banyak pendengar, atau tulisan seorang pakar yang sudah terkenal akan mudah dimuat disurat kabar, meski editor belum membacanya.

b) Derived Credibility

Inilah kredibilitas yang diperoleh oleh seseorang pada saat komunikasi berlansung, misalnya pembicara memperoleh tepuk tangan karena pidatonya masuk diakalnya atau membakar semangatnya.

c) Terminal Credibility

Kredibilitas yang diperoleh seorang komunikator setelah pendengar atau pembaca mengikuti ulasannya. Seorang komunikator yang ingin memperoleh kredibilitas perlu memiliki pengetahuan yang dalam, pengalaman yang luas, kekuasaan yang dipatuhi dan status sosial yang dihargai.

3. Daya Tarik (attractiveness)

Daya tarik adalah salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator. Faktor daya tarik banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Pendengar atau pembaca bisa saja mengikuti pandangan seorang

(24)

komunikator karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking) dan fisiknya (physic).

4. Kekuatan (Power)

Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki oleh seorang komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain. Kekuatan bisa juga diartikan sebagai kekuasaan dimana khalayak dengan mudah menerima suatu pendapat kalau hal itu disampaikan oleh orang yang memiliki kekuasaan, misalnya kepala kantor, kepala desa dan lain-lain.17

E. Pengertian Guru Bahasa Arab

Dunia pendidikan ada yang disebut dengan guru yang lazim juga disebut sebagai pendidik. Menurut Triyo Supriyatno istilah guru adalah orang yang kerjanya mengajar/memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Secara lebih khusus lagi, bahwa guru agama Islam merupakan orang yang bekerjanya di bidang pendidikan dan pengajaran, yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing peserta didik.18

Pendidik adalah orang yang utama dan pertama melakukan kegiatan dalam bidang mendidik yaitu mentransfer ilmu pengetahuan pada siswa atau peserta didik. Kunandar menjelaskan guru merupakan salah satu ujung tombak yang menjadi tumpuan, harapan, dan andalan masyarakat bangsa, guru merupakan keberhasilan masyarakat bangsa dan Negara secara keseluruhan, begitu juga

17

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 100

18

Triyo Supriyatno, Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Teo -Antropo Sosiosentris,(Malang: Universitas Islam Negeri Malang, 2004), h. 17.

(25)

sebaliknya kegagalan guru adalah kegagalan semua. Hal ini membuktikan bahwa kunci keberhasilan pendidikan berada ditangan guru itu sendiri.19

Sementara Muhammad Nurdin menjelaskan guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain itu juga guru bertanggungjawab dalam memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan, serta mampu dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah SWT.20

Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok, yaitu tugas profesional, tugas kemanusiaan, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengan logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika21

Tugas-tugas guru di bidang profesi meliputi:

1. Mendidik; yaitu meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.

2. mengajar; yaitu meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. melatih; yaitu mengembangkan keterampilan-keterampilan yang belum diketahui dan yang seharusnya diketahui oleh peserta didik.

Tugas-tugas guru di bidang kemanusiaan adalah tugas-tugas dalam rangka membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak

19

Kunandar,Guru Profesional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007 ), h.37

20

Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), h. 127-128

21

https://putupratamaadhisuyasa.wordpress.com/2010/11/21/peranan-guru-dalam-pendidikan/

(26)

dengan sebaik-baiknya, seperti menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua yang mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para peserta didiknya, dan menjadi motivasi bagi peserta didiknya dalam belajar. Selain itu yang termasuk tugas-tugas kemanusiaan itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri. tugas-tugas guru di bidang kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara berdasarkan Pancasila.

Sejak dulu masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Semakin baik para guru melaksanakan tugasnyanya, akan semakin terjamin, tercipta dan terbina pula kesiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia pembangunan.

Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.

Mengingat tugas guru yang begitu sentral dalam dunia pendidikan, dan banyak berkecimpung/berinteraksi dalam dunia anak-anak (peserta didik), maka sangat tepat sekali bila guru memposisikan diri sebagai da’i (pendakwah), yang

(27)

akan menggiring peserta didik menjadi generasi yang rahmatan li al-‘alamin, yang berpedoman kepada sumber ajaran hakiki yaitu Al Quran dan As Sunnah.

Pekejaan guru sebagai da’i (pendakwah) di sekolah mempunyai fungsi yang cukup strategis. Fungsi pendakwah dalam hal ini sebagai berikut:

a. Meluruskan aqidah.

b. Memotivasi peserta didik atau teman seprofesi untuk beribadah dengan baik dan benar.

c. Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar; dan d. Menolak kebudayaan yang destruktif.

Bagi seorang guru yang memposisikan dirinya sebagai da’i (pendakwah), mesti menunjukkan pribadi yang menampilkan akhlak karimah demi mendukung keberhasilan dakwahnya di sekolah, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Iman dan takwa kepada Allah.

Seorang guru yang bertugas sebagai da’i (pendakwah), sebelum berdakwah kepada peserta didik atau teman-teman seprofesinya terlebih dahulu harus memulai dari dirinya sendiri dalam memerangi hawa nafsunya, sehingga diri pribadi lebih taat kepada Allah dan rasulNya.

2. Ikhlas Dalam Berdakwah.

Motivasi utama bagi seorang guru yang bertugas sebagai da’i (pendakwah) tatkala berdakwah di sekolah ialah rasa cinta kepada Allah SWT, kepada agama-Nya, kepada sesamanya dan mengharapkan kebaikan untuk orang yang didakwahi, baik itu peserta didik maupun guru/teman seprofesinya. Keikhlasan merupakan perkara yang paling penting bagi

(28)

keberhasilan dakwah. Jika dakwah didasarkan bukan karena ikhlas, tetapi karena riya’ atau hal lain yang bersifat keduniaan, hanya akan mendapatkan kesia-siaan, dan di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.

3. Ilmu.

Ilmu dalam hal ini meliputi tiga perkara:

a. Ilmu agama; seorang guru yang berperan sebagai pendakwah harus mengetahui syariat Allah dan hukum-hukum yang berkaitan dengannya, sehingga mampu berdakwah berdasarkan ilmu dan hujjah. Dengan ilmu ini, seorang guru pendakwah akan mampu mempertahankan apa yang didakwahkannya. Tanpa memiliki ilmu ini, dikhawatirkan akan banyak menimbulkan kerancuan dan tidak menutup kemungkinan akan terjadinya kerusakan.

b. Ilmu tentang keadaan orang yang hendak didakwahinya (peserta didik atau teman seprofesinya); Dengan mengetahui keadaan orang yang hendak didakwahinya, seorang guru da’i (pendakwah) bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi obyek dakwah di depannya. c. Seorang pendakwah hendaklah mengetahui ilmu tentang metode

dakwah.

4. Beramal Dengan Apa Yang Didakwahkan.

Ini merupakan sifat yang wajib dimiliki seorang da’i (pendakwah). Dia harus menjadi suri tauladan bagi orang lain tentang apa yang didakwahkannya, sehingga bukan termasuk orang yang mengajak kepada kebaikan namun justru dia meninggalkannya; mencegah dari sesuatu, namun

(29)

dia sendiri melakukannya. Orang seperti ini termasuk golongan orang-orang yang merugi. Adapun orang yang beriman, mereka menyeru kepada kebenaran, beramal dengannya, bersegera dan bersemangat dalam mengamalkannya dan menjauhi hal-hal yang dilarang. Allah SWT berfirman:

َ ي

َ يا

َ ه

َ لاا

َ ذ

َ ي

َ ه

َ

َ مأ

َ ن

َ ى

َ لَا

َ مَ

َ تَ ق

َ ى

َ ل

َ ى

َ ن

َ

َ ما

َ

َ ل

َ تَ ف

َ عَ

لَ ى

َ ن

َ كَ،

َ ب

َ ز

َ

َ م

َ قَ ت

َ عَا

َ ن

َ د

َ

َ الل

ََ أ

َ ن

ََ ت

َ ق

َ ى

َ ل

َ مَاى

َ لا

َ تَ

َ ف

َ عَ

لَ ى

َ ن

Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (As-Shaff:2-3) 5. Hikmah.

Secara ringkas, makna hikmah adalah tepat dalam ucapan dan sikap, dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Seorang guru da’i (pendakwah) harus mempunyai kearifan dalam dakwahnya. Yaitu dengan menggunakan cara yang terbaik sesuai dengan keadaan dan tempatnya, karena manusia tidak memiliki cara yang sama dalam berfikir, tingkat pemahaman dan tabiatnya. Demikian juga penerimaan mereka terhadap kebenaran yang didakwahkan, ada yang langsung menerima tanpa harus berpikir panjang, ada pula yang perlu berdiskusi terlebih dahulu, terkadang harus diiringi dengan perdebatan yang cukup panjang. Maka seorang da’i (pendakwah) dituntut untuk menggunakan metode yang sesuai dengan kondisi masing-masing orang, sehingga dakwahnya bisa lebih diterima masyarakat dan tepat sasaran. Allah berfirman:

(30)

َ ا

َ د

َ ع

َ

َ لإ

َ سَي

َ بَ ي

َ ل

َ

َ ر

َ ب

َ ك

ََ ب

َ لا

َ ح

َ ك

َ م

َ ة

َ

َ و

َ لا

َ م

َ ى

َ ع

َ ظ

َ ة

َ

َ حلا

َ س

َ ن

َ ة

َ

َ و

َ ج

َ دا

َ ل

َ ه

َ مَ

َ ب

َ لا

َ ت

َ هَي

َ ي

َ

َ حأ

َ س

َ نإَه

َ

َ ر

َ ب

َ ك

َ

َ ه

َ ى

َ

َ عأ

َ ل

َ مَ

َ ب

َ م

َ ه

َ

َ ض

َ ل

َ

َ ع

َ ه

َ

َ س

َ ب ي

َ ل

َ ه

َ

َ و

َ ه

َ ى

َ

َ عأ

َ ل

َ مَ

َ ب

َ لا

َ م

َ ه

َ ت

َ د

َ ي

ه

َ

Terjemahnya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(An-Nahl: 125)

6. Sabar.

Sabar merupakan tiang utama penopang keberhasilan dakwah. Seorang guru yang da’i (pendakwah) pasti akan mendapatkan gangguan dalam dakwahnya, apabila dia menjelaskan tentang haramnya syirik kepada Allah SWT dan menjelaskan berbagai macam kesyrikan yang terjadi di sekolah. Demikian juga jika menjelaskan tentang wajibnya berpegang dengan Sunnah dan meninggalkan bid’ah, maka tentu akan ada yang merintanginya, baik dengan ucapan ataupun tindakan yang ditujukan pada dirinya ataupun pada dakwahnya. Karena itu dia harus memiliki sifat sabar. Sabar mempunyai kedudukan yang tinggi, tidak mungkin dicapai kecuali dengan mengambil sebabnya. Di antaranya, yaitu dengan mengingat betapa besar pahala yang Allah SWT siapkan bagi hamba-Nya yang bersabar.

Bila semua guru menyadari dan menjalankan tugas mereka sebagai pendakwah, disamping sebagai pendidik, pengajar dan pelatih di sekolah, maka

(31)

diyakini generasi ke depan akan menjadi generasi harapan, memiliki kualitas keimanan dan ketakwaan yang tangguh, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kondisi seperti ini akan berimplikasi positif terhadap tatanan kehidupan berkeluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pekerjaan guru adalah membina dan mendidik seluruh kemampuan sikap dan prilaku yang baik peserta didik. Membina dan mendidik perkembangan sikap dan kepribadian peserta didik tidak terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan di dalam kelas. Untuk melaksanakan tugas tersebut seorang guru harus mengikuti ketentuan persyaratan pendidik yaitu:

a. Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. b. Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini,

pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi dihasilakn oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.22

Ketentuan mengenai kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan 2 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Melalui persyaratan guru di atas, seorang guru diharapkan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan maksimal. Adapun tugas dan fungsi guru meliputi:

1) Tugas pengajaran atau sebagai pengajar;

22

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT. Rosyda Karya, 2007), h. 198

(32)

2) Tugas bimbingan dan penyuluhan atau guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan; dan

3) Tugas administrasi atau guru sebagai pemimpin (menejer kelas).23 Adapun Bahasa Arab di dalam kamus bahasa Arab, kata (يبزع) dan (يبزعأ) memiliki arti yang berbeda. Kata pertama berarti penduduk perkotaan dan yang kedua berarti penduduk pedalaman.

Menurut Israil Walingson, perbedaan ini baru ditemukan menjelang datangnya Islam. Pada awalnya kata (بزع) tidak menunjukkan arti yang kita kenal sekarang, akan tetapi merupakan nama suatu kabilah yang berpindah dari satu daerah ke daerah yang lain mengikuti turunnya hujan dan tumbuh- tumbuhan (daerah yang subur). Lalu ketika bahasa yang ada di wilayah jazirah utara mulai menyebar dan mayoritas unsur-unsurnya berasal dari Arab, maka bahasa ini dinamakan dengan bahasa Arab.24

Bahasa Arab adalah bagian dari rumpun bahasa besar yang disebut dengan bahasa Semit (al-Lughah as-Samiyah). Yang pertama kali mencetuskan istilah ini adalah seorang orientalis yang bernama Schlozer. Bahasa Semit terbagi menjadi 2 yaitu; bagian timur dan barat. Adapun bahasa semit bagian barat terbagi menjadi 2 yaitu; barat daya dan barat laut.25

Para pakar linguistik Arab menemukan hubungan antara bahasa Arab dan bahasa-bahasa Semit yang lain. Imam Kholil bin Ahmad al- Farohidy menuliskan

23

Zakiah Deradjat,Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 264-265

24 Emil Badi’ Ya’qub,

Fiqh Al-Lughoh Wa Khashaisuha, (Beirut : Dar Al- Saqafah Al- Islamiyah,T).Th, h. 116-117

25

Ramadlan Abd al-Tawwab, Fushul fi Fiqh al-„Arabiyyah, (Kairo: Maktabah al- Khonji,

(33)

dalam kitabnya al-„Ain: (anak cucu Kan‟an bin Sam bin Nuh yang sering disebut dengan Kan‟ani berbicara dengan bahasa yang menyerupai bahasa Arab). Bahasa Suryani memiliki alamat ta’rifَ yaitu fathah panjang yang terletak di akhir kata. Abu Abid al-Qosim bin Salam mengatakan bahwa: bahasa Arab memiliki berbagai macam tanda antara lain penulisan alif lam di awal kata dan adanya tanda i‟robَ seperti kata

(رىطلا)

jika ditulis dalam bahasa Suryani adalah

(ارىط)

26

F. Karakteristik Bahasa Arab

Setiap bahasa memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dari bahasa lain, juga sebagai kekuatan yang kadang dalam hal tertentu tak ada tandingannya. Bahasa Arab memiliki karakteristik yang unik dan universal. Unik artinya bahasa arab memilikiciri khas yang membedakannya dengan bahasa lainnya, sedangkan universal berarti pula adanya kesamaan nilai antara bahasa arab dengan bahasa lainnya.27

Karakteristik universalitas bahasa Arab antara lain sebagaiberikut:

1. Bahasa Arab memiliki gaya bahasa yang beragam. Keberagaman gaya bahasa tersebut meliputi :

a. Ragam sosial/sosiolek, ragam bahasa yang menunjukkan stratifikasi social ekonomi penuturnya Beragam geografis, ragam bahasa yang menunjukkan letak geografis penutur antara satu daerah dengan daerah lain.

26

Ramadlan Abd al-Tawwab, Fushul fi Fiqh al-„Arabiyyah, h. 43

27

Randliyah Zaenudin,َMetodeَdanَStrategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, (Cirebon: STAIN Press Cirebon, 2005), h.11

(34)

b. Ragam idiolek, ragam bahasa yang menunjukkan integritas kepribadian setiap individu masyarakat.

2. Bahasa Arab dapat diekspresikan secara lisan maupun tulisan.

3. Bahasa Arab memiliki system, aturan, dan perangkat yang khas, dengan kata lain, bahasa itu :

a. Sistemik, Bahasa memiliki satu system standar yang terdiri dari sejumlah sub-sub sistem ( tata bunyi, tata kata, kalimat, syntax, gramatikal, dan sebagainya.

b. Sistematis, maksudnya setiap bahasa mempunyai aturan-aturan yang khas.

c. Komplit, bahasa mempunyai semua perangkat yang diperlukan oleh masyarakat pemilik bahasa itu dalam rangka bersosialisasi antar mereka.

4. Bahasa Arab memiliki sistem yang arbitrer dan simbolis.

Arbitrer berarti manasuka, artinya tidak terdapat hubungan yang rasional antara lambang verbal dan acuannya. Dengan sifat simbolis yang dimiliki bahasa, manusia dapat mengabstraksikan berbagai pengalaman dan pikirannya tentang berbagai hal termasuk hal-hal yang belum pernah dialaminya sekalipun.

(35)

6. Bahasa Arab merupakan fenomena individu dan fenomena social manusia. Sebagai fenomena individual manusia, Bahasa merupakan ciri khas kemanusiaan.28

Disamping karakteristik universalitas bahasa arab diatas,karakteristik bahasa arab yang unik terdapat dalam beberapa hal berikut :

a. Bahasa Arab memiliki bunyi yang konsisten dengan hurufnya.

b. Bahasa Arab memiliki struktur kata yang dapat berubah dan berproduksi. c. Adanya I‟rab dalam struktur kalimat Arab.

d. Gerak tulisan dan bentuk huruf Arab.

e. Bahasa Arab sangat komitmen dengan bilangan (jumlah) dan jenis kelamin.

f. Bahasa Arab kaya dengan Majazy.

g. Bahasa Arab memiliki keistimewaan dengan gejala berpindah- pindahnya makna kata sesuai dengan konteks zaman, tempat dan kondisi yang berlaku.29

G. Pengajaran Bahasa Arab

Pengajaran berasal dari kata “ajar” yang berarti proses perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan, perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar. Sedangkan menurut para ahli pendidikan, pengajaran adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai pengetahuan (pengajar) kepada

28

Randliyah Zaenudin, Metode dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, h. 1

29

(36)

orang lain yeng belum mengetahui (pelajar) melalui suatu proses belajar mengajar.30

Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakatberupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Syaikh Mustofa al- Ghulayaini mengemukakan : Al-lughah arabiyyah hiya kalimatallati yuabbiru biha al-arab an aghradlihim (bahasa Arab adalah kata-kata yang dipergunakan orang Arab untuk mengungkapkan segala tujuan atau maksud mereka).31Bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan sertamengembangkan ilmu pengetahuan agama, pengetahuan umum, dan sosial budaya.32

Pengajaran bahasa Arab adalah proses penyajian dan penyampaian ilmu pengetahuan oleh guru bahasa Arab kepada murid dengan tujuan agar murid memahami dan menguasai bahasa Arab serta dapat mengembangkannya.

1. Tujuan Pengajaran Bahasa Arab

Ahmad muhtadi Anshor dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode-metodenya) mengemukakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Arab terbagi menjadi dua, yaitu tujuan jangka panjang (tujuan umum) dan tujuan jangka pendek (tujuan khusus).33

30

Randliyah Zaenudin, Metode dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, h. 13

31

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode- metodenya)

(Yogyakarta: Teras, 2009), h. 5

32

Depag RI, Kegiatan Pembelajaran Bahasa Arab (Madrasah Tsanawiyah) (Jakarta : Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2003 ), h. 1

33

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode- metodenya), h. 7

(37)

a. Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan dari pelajaran itu sendiri dan yang bertalian dengan bahan pelajaran tersebut. Tujuan umum pengajaran bahasa Arab adalah sebagai berikut :

1) Agar siswa dapat memahami al-Qur‟an dan al-Hadits sebagai sumber hukum Islam dan ajarannya.

2) Dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan kebudayaan Islam yang ditulis dalam bahasa Arab.

3) Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab.

4) Untuk digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain

(suplementary)34

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus ialah tujuan yang ingin dicapai mata pelajaran saat itu, merupakan penjabaran dari tujuan umum dan harus dicantumkan dalam buku persiapan. Dalam pengajaran bahsa Arab terdapat beberapa materi pelajaran untuk mencapai tujuan, dintaranya : percakapan (hiwar), bentuk kata dan struktur kalimat (qawaid) membaca (qiraah), dan menulis

(insya’). Dan setiap materi mempuyai tujuan masing-masing.35

Secara terperinci, tujuan khusus pengajaran bahsa Arab sebagai berikut :

1. Percakapan/dialog (hiwar)

34

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode metodenya),h. 7

35

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode- metodenya), h. 8

(38)

Dalam materi percakapan, guru mengajarkan bahan pelajaran dalam bentuk dialog yang mengandung mufradat baru dan struktur yang dipergunakan. Tujuan khusus dari pengajaran ini adalah :

a) Siswa dapat melengkapi materi hiwar dengan kata-kata yang sesuai. b) Siswa dapat menjawab pertanyaa-pertanyaan tentang kandungan

hiwar.

c) Siswa dapat memilih kata-kata yang tepat untuk melengkapi kalimat-kalimat yang disediakan yang berhubungan dengan hiwar.

d) Siswa dapat memilih suatu kata yang maknanya berbeda dengan tiga kata lainnya.36

2. Bentuk kata dan struktur kalimat

Materi ini merupakan materi lanjutan dari materi hiwar. Adapun tujuan pengajarannya adalah sebagai berikut :

a) Siswa dapat membedakan bentuk fiil dan bentuk mashdar sharih.

b) Siswa dapat menguba hmashdar sharih dengan mashdar muawwal dalam kalimat.

c) Siswa dapat mengubah mashdar muawwal dengan mashdar sharih dalam kalimat.37

3. Membaca

Materi ini merupakan materi lanjutan dari materi qawaid. Adapun tujuan pengajarannya adalah sebagai berikut :

36

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode- metodenya), h. 9

37

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode- metodenya), h. 9

(39)

a) Siswa dapat membaca bahan pelajaran dengan makhraj dan intonasi yang baik dan benar.

b) Siswa dapat menyatakan sesuai atau tidaknya suatu ungkapan yang disediakan dengan kandungan bahan bacaan.

c) Siswa dapat menceritakan kembali bahan bacaan dalam bahasa Indonesia.

d) Siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kandungan bahan qiraah.80

4. Menulis

Materi ini merupakan materi lanjutan dari materi qiraah. Adapun tujuan khusus pengajaran materi ini adalah sebagai berikut :

a) Siswa dapat melengkapi kalimat dengan susunan mashdar muawwal. b) Siswa dapat menterjemahkan kalimat-kalimat ke dalam bahasa Arab yang

mengandung mashdar muawwal

c) Siswa dapat menulis kalimat-kalimat yang disediakan dengan mengubah susunan mashdar muawwal menjadi mashdar sharih

d) Siswa dapat menjawab pertanyaan yang mengandung mashdar muawwal. e) Siswa dapat menyusun paragraf dari ungkapan-ungkapan yang disediakan

secara acak.38

Menurut Fuad Effendy dan Fachruddin Djalal yang dikutip oleh Ahmad Muhtadi Anshor, tujuan pengajaran bahasa Arab dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1. Tujuan strategis

38

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode- metodenya), h.10-11

(40)

Tujuan strategis pengajaran bahasa Arab di Indonesia meliputi:

a) Untuk menunjang pembinaan kebudayaan nasional. Tujuan ini sehubungan dengan peranan bahasa Arab yang cukup berarti dalam kebudayaan nasional.

b) Untuk menunjang pembangunan nasional, hal ini sehubungan dengan tujuan pembangunan nasional yang tidak hanya mementingkan aspek materiil tetapi juga mementingkan aspek spiritual.

2. Tujuan umum (kurikuler)

Tujuan umum adalah tujuan pengajaran bahasa Arab yang tercantum dalam kurikulum, antara lain :

a) Pengajaran bahasa Arab sebagai tujuan, dimaksudkan untuk membina ahli bahasa Arab yang meliputi bidang ilmu bahasa (linguistik), bidang pengajaran bahasa dan bidang sastra.

b) Pengajaran bahasa sebagai alat, dimaksudkan untuk memberikan kepada siswa kemahiran dalam bahasa Arab.

3. Tujuan khusus (instruksional)

Tujuan khusus yaitu tujuan masing-masing langkah pada setiap pokok bahasan pada hari dan jam tertentu.39

Sedangkan menurut Moh. Amin dalam seminar nasional bahasa Arab yang diselenggarakan oleh prodi PBA STAIN Pekalongan, dalam peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan AgamaIslam dan Bahasa Arab di Madrasah

39

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode- metodenya), h. 12-13

(41)

disebutkan tujuan utama pendidikanbahasa Arab di madrasah atau sekolah di Indonesia adalah kemahiranberbahasa bukan tata bahasa.40 Hal ini menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran bahasa Arab adalah mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulisan yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yaitu menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).

2. Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa Arab

Menurut Ahmad Muhtadi Anshor, prinsip-prinsip pengajaran bahasa Arab antara lain :

a. Prinsip berbicara sebelum menulis b. Prinsip kalimat-kalimat dasar c. Prinsip pola kalimat sebagai habit

d. Prinsip ungkapan/kalimat dan bukan kata

e. Prinsip sistem bunyi untuk digunakan/dipraktekkan f. Prinsip kontrol/pembatasan kosakata

g. Prinsip menulis apa yang sudah dipelajari h. Prinsip antara terjemah dan pemakaian bahasa i. Prinsip pengajaran gramatika

j. Prinsip pemilihan materi

k. Prinsip dari manipulasi ke komunikasi.

40 Moh. Amin, “Mengembangkan Pembelajaran Bahasa Arab yang Efektif”, makalah

disampaikan dalam Seminar Nasional Bahasa Arab Peningkatan Mutu Pembelajaran Bahasa Arabmelalui Penggunaan Metode Pembelajaran yang Efektif yang diselenggarakan oleh ProdiPendidikan Bahasa Arab STAIN Pekalongan, 24 Mei 2012

(42)

Sedangkan menurut Wa Muna, prinsip-prinsip yang perludi perhatikan dalam pembelajaran bahasa Arab ada tiga (3), yaitu :

1) Prinsip perencanaan

Sebelum melakukan proses pembelajaran bahasa Arab, seorang guru harus terlebih dahulu menyiapkan materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik, sehingga materi pelajaran akan tersampaikan secara terstruktur dan terprogram.

2) Prinsip pelaksanaan

Setelah menyiapkan materi, guru harus memperhatikan : Tahapan-tahapan materi

Materi bahasa Arab harus diberikan secara bertahap, mulai dari yang mudah, agak sukar, kemudian sukar. Hal ini agar memudahkan siswa dalam memahami materi.

a) Motivasi

Guru bahasa Arab perlu memberikan motivasi kepada peserta didiknya agar lebih bersemangat dalam belajar bahasa Arab.

b) Pemberian pujian

Pujian perlu diberikan kepada peserta didik yang berhasil menyelesaikan tugasnya, agar menjadi motivasi bagi peserta didik yang lain.

(43)

Setelah melakukan proses pembelajaran, guru perlu mengadakan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dalam pembelajaran.41

3. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab

Banyak kendala dan problematika bagi mayarakat non Arab dalam pembelajaran bahasa Arab dengan berbagai karakteristiknya, karena bahasa Arab bukanlah bahasa yang mudah untuk dikuasai secara total. Problematika yang sering muncul dalam pembelajaran bahasa Arab bagi pelajar non Arab terbagi dalam dua bagian, yaitu problematika linguistik dan non linguistik.42

a. Aspek Linguistik 1) Tata bunyi

Terkait dengan tata bunyi, salah satu problem yang perlu menjadi perhatian para pelajar non Arab adalah fonem Arab yang tidak ada padanannya di bahasa Indonesia, Melayu maupun Brunei, misalnya (tsa), (ha), (kha), (dza), (dhad), (sha), (tha), (zha), („ain), dan (ghain). Bagi pemula, huruf-huruf tersebut tidak mudah, perlu waktu dan keuletan berlatih. Selain itu, beberapa fonem Indonesia tidak ada padanannya dalam bahasa Arab, seperti /p/, /g/, dan /ng/, sehingga bunyi /p/ diucapkan orang Arab dengan ba sepertikata Jepang menjadi/ Yaban, Spanyol menjadi /Asbania; bunyi /g/ diucapkan menjadi ghain atau jim, seperti kata Garut menjadi /Jarut, Mongol menjadi /Magul.43

2) Kosakata

41

Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Yogyakarta : Teras, 2011),

42

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran BahasaArab (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h, 100

43

(44)

Banyak kosakata bahasa Arab yang diadopsi oleh bahasa Indonesia, tentunya hal ini mempermudah orang Indonesia dalam memahami dan mengingat makna kosakata tersebut. Namun demikian, perpindahan makna dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab juga dapat menimbulkan persoalan, antara lain :

a) Pergeseran arti, seperti kata masyarakat berasal dari kata/musyarakah yang artinya adalah keikutsertaan, partisipasi, atau kebersamaan. Sementara dalam bahasa Indonesia artinya berubah menjadi masyarakat yang dalam bahasa Arabnya ialah /mujtama’.

b) Lafaznya berubah dari bunyi aslinya, seperti kata kabar dari kata /khabr, kata mungkin dari kata /mumkin dan kata mufakat yang berasal dari kata /muwafaqah.

c) Lafaznya tetap, tetapi artinya berubah, seperti kata /kalimat yang berarti susunan kata-kata yang bisamemberikan pengertian, berasal dari bahasa Arab yang berarti kata-kata.

3) Tata kalimat

Dapat membaca dan memahami teks bahasa Arab dengan benar, tentunya tidak terlepas dari pengetahuan tentang ilmu nahwu yang berkaitan dengan i‟rab dan bina‟. Selain itu juga dalam penyusunan kalimat yang mencakup al-muthabaqoh (kesesuaian), yakni kesesuaian antara mubtada‟ &khabar, sifat & maushuf, persesuaian dalam mudzakar & muanats, ma‟rifat & nakirah serta dalam jumlahnya, mufrad, mutsanna, dan jama‟, juga al-mauqi’iyyah (tata urut kata) seperti fi’il harus mendahului fa’il, dan khabar

(45)

(predikat) harus terletak setelah mubtada’ (subjek) kecuali jika khabar itu zharaf (keterangan waktu/tempat).

Tata kalimat bahasa Arab memang tidak mudah dipahami oleh pelajar non Arab, seperti orang Indonesia, meskipun ia telah menguasai gramatika bahasa Indonesia, ia tidak akan menemukan perbandingannya dalam bahasa Indonesia.44 Oleh karena itu, guru bahasa Arab harus memberi perhatian yang lebih banyak agar mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi para pelajar ketika mempelajari bahasa Arab.

4. Tulisan

Tulisan Arab yang berbeda dengan tulisan Latin juga menjadi kendala tersendiri bagi pelajar bahasa Arab non Arab. Tulisan Latin dimulai dari kanan ke kiri, sedangkan tulisan Arab dimulai dari kiri ke kanan. Huruf Latin hanya memiliki dua bentuk, yaitu huruf kapital dan huruf kecil, sedangkan huruf Arab mempunyai berbagai bentuk, yaitu bentuk berdiri sendiri, awal, tengah, dan akhir.45 Dengan sejumlah perbedaan tersebut, maka tidak mudah bagi pelajar non Arab untuk menulis huruf-huruf Arab dan menuangkannya dalam karangan yang panjang dan indah.

b. Aspek non-linguistik 1) Faktor sosio-kultural

Masalah yang mungkin muncul dalam pembelajaran bahasa Arab bagi orang non Arab (Indonesia) yang belum mengenal sosial dan budaya bangsa Arab adalah ungkapan-ungkapan dan istilah-istilah yang tidak

44

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran BahasaArab, h. 103-104

45

(46)

terdapat dalam bahasa Indonesia, misalnya ungkapan :balaga sail al-zuba, Arti harfiahnya adalah “air bah telah mencapai tempat tinggi”, namun yang dimaksud yaitu sesuatu yang terlanjur tidak dapat diulang lagi, seperti ungkapan “nasi telah menjadi bubur”. Atau ungkapan :qabla al-rima’ tumla’u al-kanain,yang arti harfiahnya ”sebelum memanah, penuhi dulu tempat anak panah”, peribahasa ini sama dengan “sedia payung sebelum hujan”.

Orang Arab dulu sering mengadakan perang sehingga tercipta peribahasa seperti itu, sedangkan di Indonesia yang timbul peribahasa lain karena Indonesia sering hujan. Walaupun mempunyai makna yang sama, namun tercipta dua peribahasa yang berbeda, hal ini disebabkan karena peribahasa tersebut berkaitan dengan latar belakang sosio- kultural.

Implikasinya yaitu perlu diusahakan penyusunan materi bahasa Arab yang mengandung ha-hal yang dapat menggambarkan keadaan sosio-kultural bangsa Arab. Hal ini dipandang penting karena wawasan dan pengetahuan tentang sosiokultural Jazirah Arab dapat mempercepat pemahaman dalam pembelajaran ungkapan-ungkapan bahasa Arab yang tidak memiliki persamaan dengan bahasa Indonesia.46

2) Faktor buku ajar

Faktor penggunaan buku ajar dalam proses pembelajaran juga menjadi sesuatu yang urgen, karena peranannya sebagai pendamping guru dalam menentukan keberhasilan pembelajaran.

46

(47)

Buku ajar yang tidak memperhatikan prinsip-prinsip penyajian materi bahasa Arab sebagi bahasa asing akan menjadi masalah tersendiri dalam pencapaian tujuan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

a) Seleksi, maksudnya buku ajar harus menunjukkan pemilihan materi yang memang diperlukan oleh pelajar ditingkat tertentu atau diprioritaskan untuk satuan pendidikan tertentu.

b) Gradasi, yaitu berjenjang dalam penyajian, mulai dari materi yang nudah sampai ke materi yang susah.

c) Korelasi, maksudnya setiap unit yang disajikan harus memiliki sajian harus memiliki kaitan yang salingmenguatkan menjadi paduan yang utuh.Buku-buku ajar yang banyak digunakan di Indonesia sebagian ditulis oleh orang Indonesia dan sebagian ditulis oleh orang Arab asli. Banyaknya buku ajar yang ditulis oleh para pakar bahasa Arab di Indonesia menunjukkan bahwa motivasipembelajaran bahasa Arab bagi masyarakat Indonesia cukup tinggi.47

3) Faktor lingkungan sosial

Belajar bahasa yang efektif adalah membawa pelajar ke dalam lingkungan bahasa yang dipelajari dan menuntut pelajar untuk menggunakan bahasa tersebut, sehingga perkembangan penguasaan bahasa yang dipelajari dapat lebih cepat.48

Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku yang memiliki bahasa ibu yang berbeda, dan memiliki bahasa persatuan. Karakteristik bahasa-bahasa ibu

47

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran BahasaArab, h. 108

48

(48)

dan bahasa Indonesia yang berbeda dengan bahasa Arab dapat menjadi salah satu kendala bagi masyarakat Indonesia dalam mempelajari bahasa Arab. Masalah ini, menciptakan lingkungan bahasa akan menjadi langkah yang tepat dalam pembelajaran bahasa Arab.

Setidaknya pada proses belajar mengajar di kelas, guru senantiasa mengajak para pelajar untuk menggunakan bahasa Arab saat menyampaikan materi. Namun, keahlian guru pun kadang menjadi masalah. Maka sebagai solusinya, guru bahasa Arab harus selalu meningkatkan kualitas keahliannya denganَ banyak mengikuti pelatihan, seminar, diskusi, maupun banyak membaca buku-buku pendidikan kebahasaَaraban.

Adapun menurut Abdul Mu‟in, problematika pengajaran bahasa Arab meliputi:

a. Masalah kebahasaan

1) Kesulitan dalam aspek bunyi, dikarenakan adanya fonem-fonem bahasa Arab yang tidak ada bandingannya dalam bahasa Indonesia

2) Kesalahan dalam mendengarkan huruf yang berdekatan makhrajnya 3) Ada yang tidak sama antara yang didengar dengan yang tertulis. b. Masalah psikologis

Secara psikologis, belajar bahasa dilihat dari motivasinya. Pada umumnya, motivasi warga Indonesia dalam belajar bahasa Arab lebih cenderung pada motivasi instrumental, yaitu bahasa Arab dipakai sebagai alat untuk belajar agama Islam. Sehingga pembelajaran lebih terfokus pada kemampuan membaca dan menulis.

(49)

c. Masalah tenaga pengajar dan metode pengajarannya

Tenaga pengajar (guru) bahasa Arab di Indonesia masih banyak yang tidak sesuai dengan bidangnya, sehingga mereka kurang mampu menguasai materi dan metode pengajaran bahasa Arab. Metode yangَdigunakan oleh guru bahasa Arab kebanyakan masih monoton, yaitu metode gramatikal tarjamah.49

49

Abdul Mu‟in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (Jakarta : PT. Pustaka Al Husna Baru, 2004), h. 40-44

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini, jika dilihat dari jenis penelitian yakni termasuk jenis penelitian kualitatif. Karena penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah, apa adanya. Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik.50 Penelitian ini dilakukan pada obyek yang alamiah yakni obyek yang berkembang apa adanya dan tidak dimanipulasi oleh peneliti. Disini seorang peneliti akan lebih mengetahui fenomena-fenomena yang ada. Adapun tujuan penelitian kasus dan penelitian lapangan adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga atau masyarakat.51

Penelitian sosial merupakan suatu proses yang terus-menerus, kritis, dan terorganisasi untuk mengadakan analisis dan merupakan interpretasi terhadap fenomena sosial yang mempunyai hubungan saling kait-mengkait.52 Berkaitan dengan itu, aspek metode dalam rancangan kualitatif tidaklah dirinci sedemikian rumah rupa. Cukuplah dengan strategi-strategi umumnya saja yang akan dan harus digunakan sebagai teknik-teknik yang dimiliki pendekatan kualitatif itu dendiri.53Dapat dipahami bahwa dalam penelitian ini, peneliti mencoba mencari

50

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D (Bandung; Alfabeta,2008)hal.2

51

Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta; PT raja Grafindo Persada, 2005) hal.80

52

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada,2002), hal.35

53

Moh. Kasiram, Metode Penelitian Kualitatif-Kuantitatif (Malang; UIN-Malang Pres, 2008), hal.205

(51)

penerapan komunikasi interpersonal dala mmeningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian yang bersifat kualitatif dan menggunakan beberapa metode pendekatan :

1. Pendekatan Komunikasi

Komunikasi adalah suatu aktivitas penyampaian informasi, baik itu pesan, ide, dan gagasan dari satu pihak kepihak lainnya.

2. Pendekatan Komuniksi Antarb Budaya

Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda ras, etnik, atau sesio ekonomi atau gabungan dari perbedaan ini.

3. Pendekatan Dakwah yaitu mengajak orang lain untuk menyakini dan mengamalkan aqidah dan syaiat islamiyyah yang telebih dahulu telah diyakini oleh pendakwah sendiri.

B. Lokasi Dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana suatu penelitian dilaksanakan. Penelitian yang penulis lakukan ini mengambil lokasi diBTN Restika Indah Blok A-1 No 1 Tetebatu, Kec. Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

S Nasution berpendapat bahwa ada tiga unsur yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan penelitian yaitu: tempat, pelaku dan kegiatan.54 Penelitian ini tentang Komunikasi Interpersonal Guru Bahasa Arab dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab di Pondok Pesantren Putri Yatama Mandiri

54

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui angka prevalensi kejadian asma dan faktor risiko yang mempengaruhinya dengan menggunakan pertanyaan ISAAC pada anak usia 13–14 tahun

[r]

Dengan demikian gejala utama untuk diagnosis asma pada anak adalah batuk dan/atau mengi dengan karakteristik yang khas yaitu: timbul secara berulang yang menunjukkan adanya

Data-data yang diperoleh peneliti antara lain partitur yang ditranskrip melalui proses hearing, audio Blue Rondo Ala Turc aransemen Al-Jarreau berupa file.. format ‘mp3’,

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel Ekuitas Merek (X 1 ), Kualitas Produk (X 2 ) dan Kualitas Pelayanan (X 3 ) terhadap Kepuasan Konsumen (Y)

Model UT35 Digital Indicating Controler.. Pressure Transmitter vs