• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengajaran Bahasa Arab

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh RISKAWATI NIM : (Halaman 35-52)

BAB II KAJIAN TEORI

G. Pengajaran Bahasa Arab

Pengajaran berasal dari kata “ajar” yang berarti proses perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan, perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar. Sedangkan menurut para ahli pendidikan, pengajaran adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai pengetahuan (pengajar) kepada

28

Randliyah Zaenudin, Metode dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, h. 1

29

orang lain yeng belum mengetahui (pelajar) melalui suatu proses belajar

mengajar.30

Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakatberupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Syaikh Mustofa al- Ghulayaini mengemukakan : Al-lughah arabiyyah hiya kalimatallati yuabbiru biha al-arab an aghradlihim (bahasa Arab adalah kata-kata yang dipergunakan orang Arab

untuk mengungkapkan segala tujuan atau maksud mereka).31Bahasa Arab

merupakan mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan sertamengembangkan ilmu pengetahuan agama, pengetahuan umum, dan

sosial budaya.32

Pengajaran bahasa Arab adalah proses penyajian dan penyampaian ilmu pengetahuan oleh guru bahasa Arab kepada murid dengan tujuan agar murid memahami dan menguasai bahasa Arab serta dapat mengembangkannya.

1. Tujuan Pengajaran Bahasa Arab

Ahmad muhtadi Anshor dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode-metodenya) mengemukakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Arab terbagi menjadi dua, yaitu tujuan jangka panjang

(tujuan umum) dan tujuan jangka pendek (tujuan khusus).33

30

Randliyah Zaenudin, Metode dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, h. 13

31

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode- metodenya) (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 5

32

Depag RI, Kegiatan Pembelajaran Bahasa Arab (Madrasah Tsanawiyah) (Jakarta : Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2003 ), h. 1

33

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode- metodenya), h. 7

a. Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan dari pelajaran itu sendiri dan yang bertalian dengan bahan pelajaran tersebut. Tujuan umum pengajaran bahasa Arab adalah sebagai berikut :

1) Agar siswa dapat memahami al-Qur‟an dan al-Hadits sebagai sumber hukum Islam dan ajarannya.

2) Dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan

kebudayaan Islam yang ditulis dalam bahasa Arab.

3) Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab.

4) Untuk digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain

(suplementary)34

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus ialah tujuan yang ingin dicapai mata pelajaran saat itu, merupakan penjabaran dari tujuan umum dan harus dicantumkan dalam buku persiapan. Dalam pengajaran bahsa Arab terdapat beberapa materi pelajaran untuk mencapai tujuan, dintaranya : percakapan (hiwar), bentuk

kata dan struktur kalimat (qawaid) membaca (qiraah), dan menulis

(insya’). Dan setiap materi mempuyai tujuan masing-masing.35

Secara terperinci, tujuan khusus pengajaran bahsa Arab sebagai berikut :

1. Percakapan/dialog (hiwar)

34

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode metodenya),h. 7

35

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode- metodenya), h. 8

Dalam materi percakapan, guru mengajarkan bahan pelajaran dalam bentuk dialog yang mengandung mufradat baru dan struktur yang dipergunakan. Tujuan khusus dari pengajaran ini adalah :

a) Siswa dapat melengkapi materi hiwar dengan kata-kata yang sesuai. b) Siswa dapat menjawab pertanyaa-pertanyaan tentang kandungan

hiwar.

c) Siswa dapat memilih kata-kata yang tepat untuk melengkapi kalimat-kalimat yang disediakan yang berhubungan dengan hiwar.

d) Siswa dapat memilih suatu kata yang maknanya berbeda dengan tiga

kata lainnya.36

2. Bentuk kata dan struktur kalimat

Materi ini merupakan materi lanjutan dari materi hiwar. Adapun tujuan pengajarannya adalah sebagai berikut :

a) Siswa dapat membedakan bentuk fiil dan bentuk mashdar sharih.

b) Siswa dapat menguba hmashdar sharih dengan mashdar muawwal dalam kalimat.

c) Siswa dapat mengubah mashdar muawwal dengan mashdar sharih

dalam kalimat.37

3. Membaca

Materi ini merupakan materi lanjutan dari materi qawaid. Adapun tujuan pengajarannya adalah sebagai berikut :

36

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode- metodenya), h. 9

37

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode- metodenya), h. 9

a) Siswa dapat membaca bahan pelajaran dengan makhraj dan intonasi yang baik dan benar.

b) Siswa dapat menyatakan sesuai atau tidaknya suatu ungkapan yang disediakan dengan kandungan bahan bacaan.

c) Siswa dapat menceritakan kembali bahan bacaan dalam bahasa Indonesia.

d) Siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kandungan bahan qiraah.80

4. Menulis

Materi ini merupakan materi lanjutan dari materi qiraah. Adapun tujuan khusus pengajaran materi ini adalah sebagai berikut :

a) Siswa dapat melengkapi kalimat dengan susunan mashdar muawwal. b) Siswa dapat menterjemahkan kalimat-kalimat ke dalam bahasa Arab yang

mengandung mashdar muawwal

c) Siswa dapat menulis kalimat-kalimat yang disediakan dengan mengubah susunan mashdar muawwal menjadi mashdar sharih

d) Siswa dapat menjawab pertanyaan yang mengandung mashdar muawwal. e) Siswa dapat menyusun paragraf dari ungkapan-ungkapan yang disediakan

secara acak.38

Menurut Fuad Effendy dan Fachruddin Djalal yang dikutip oleh Ahmad Muhtadi Anshor, tujuan pengajaran bahasa Arab dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1. Tujuan strategis

38

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode- metodenya), h.10-11

Tujuan strategis pengajaran bahasa Arab di Indonesia meliputi:

a) Untuk menunjang pembinaan kebudayaan nasional. Tujuan ini sehubungan dengan peranan bahasa Arab yang cukup berarti dalam kebudayaan nasional.

b) Untuk menunjang pembangunan nasional, hal ini sehubungan dengan tujuan pembangunan nasional yang tidak hanya mementingkan aspek materiil tetapi juga mementingkan aspek spiritual.

2. Tujuan umum (kurikuler)

Tujuan umum adalah tujuan pengajaran bahasa Arab yang tercantum dalam kurikulum, antara lain :

a) Pengajaran bahasa Arab sebagai tujuan, dimaksudkan untuk membina ahli bahasa Arab yang meliputi bidang ilmu bahasa (linguistik), bidang pengajaran bahasa dan bidang sastra.

b) Pengajaran bahasa sebagai alat, dimaksudkan untuk memberikan kepada siswa kemahiran dalam bahasa Arab.

3. Tujuan khusus (instruksional)

Tujuan khusus yaitu tujuan masing-masing langkah pada setiap pokok

bahasan pada hari dan jam tertentu.39

Sedangkan menurut Moh. Amin dalam seminar nasional bahasa Arab yang

diselenggarakan oleh prodi PBA STAIN Pekalongan, dalam peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan AgamaIslam dan Bahasa Arab di Madrasah

39

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode- metodenya), h. 12-13

disebutkan tujuan utama pendidikanbahasa Arab di madrasah atau sekolah di

Indonesia adalah kemahiranberbahasa bukan tata bahasa.40 Hal ini menyatakan

bahwa tujuan mata pelajaran bahasa Arab adalah mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulisan yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yaitu menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).

2. Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa Arab

Menurut Ahmad Muhtadi Anshor, prinsip-prinsip pengajaran bahasa Arab antara lain :

a. Prinsip berbicara sebelum menulis b. Prinsip kalimat-kalimat dasar c. Prinsip pola kalimat sebagai habit

d. Prinsip ungkapan/kalimat dan bukan kata

e. Prinsip sistem bunyi untuk digunakan/dipraktekkan f. Prinsip kontrol/pembatasan kosakata

g. Prinsip menulis apa yang sudah dipelajari h. Prinsip antara terjemah dan pemakaian bahasa i. Prinsip pengajaran gramatika

j. Prinsip pemilihan materi

k. Prinsip dari manipulasi ke komunikasi.

40 Moh. Amin, “Mengembangkan Pembelajaran Bahasa Arab yang Efektif”, makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Bahasa Arab Peningkatan Mutu Pembelajaran Bahasa

Arabmelalui Penggunaan Metode Pembelajaran yang Efektif yang diselenggarakan oleh

Sedangkan menurut Wa Muna, prinsip-prinsip yang perludi perhatikan dalam pembelajaran bahasa Arab ada tiga (3), yaitu :

1) Prinsip perencanaan

Sebelum melakukan proses pembelajaran bahasa Arab, seorang guru harus terlebih dahulu menyiapkan materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik, sehingga materi pelajaran akan tersampaikan secara terstruktur dan terprogram.

2) Prinsip pelaksanaan

Setelah menyiapkan materi, guru harus memperhatikan : Tahapan-tahapan materi

Materi bahasa Arab harus diberikan secara bertahap, mulai dari yang mudah, agak sukar, kemudian sukar. Hal ini agar memudahkan siswa dalam memahami materi.

a) Motivasi

Guru bahasa Arab perlu memberikan motivasi kepada peserta didiknya agar lebih bersemangat dalam belajar bahasa Arab.

b) Pemberian pujian

Pujian perlu diberikan kepada peserta didik yang berhasil menyelesaikan tugasnya, agar menjadi motivasi bagi peserta didik yang lain.

Setelah melakukan proses pembelajaran, guru perlu mengadakan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dalam

pembelajaran.41

3. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab

Banyak kendala dan problematika bagi mayarakat non Arab dalam pembelajaran bahasa Arab dengan berbagai karakteristiknya, karena bahasa Arab bukanlah bahasa yang mudah untuk dikuasai secara total. Problematika yang sering muncul dalam pembelajaran bahasa Arab bagi pelajar non Arab terbagi

dalam dua bagian, yaitu problematika linguistik dan non linguistik.42

a. Aspek Linguistik 1) Tata bunyi

Terkait dengan tata bunyi, salah satu problem yang perlu menjadi perhatian para pelajar non Arab adalah fonem Arab yang tidak ada padanannya di bahasa Indonesia, Melayu maupun Brunei, misalnya (tsa), (ha), (kha), (dza), (dhad), (sha), (tha), (zha), („ain), dan (ghain). Bagi pemula, huruf-huruf tersebut tidak mudah, perlu waktu dan keuletan berlatih. Selain itu, beberapa fonem Indonesia tidak ada padanannya dalam bahasa Arab, seperti /p/, /g/, dan /ng/, sehingga bunyi /p/ diucapkan orang Arab dengan ba sepertikata Jepang menjadi/ Yaban, Spanyol menjadi /Asbania; bunyi /g/ diucapkan menjadi ghain atau jim,

seperti kata Garut menjadi /Jarut, Mongol menjadi /Magul.43

2) Kosakata

41

Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Yogyakarta : Teras, 2011),

42

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran BahasaArab (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h, 100

43

Banyak kosakata bahasa Arab yang diadopsi oleh bahasa Indonesia, tentunya hal ini mempermudah orang Indonesia dalam memahami dan mengingat makna kosakata tersebut. Namun demikian, perpindahan makna dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab juga dapat menimbulkan persoalan, antara lain :

a) Pergeseran arti, seperti kata masyarakat berasal dari kata/musyarakah yang artinya adalah keikutsertaan, partisipasi, atau kebersamaan. Sementara dalam bahasa Indonesia artinya berubah menjadi masyarakat yang dalam bahasa Arabnya ialah /mujtama’.

b) Lafaznya berubah dari bunyi aslinya, seperti kata kabar dari kata /khabr, kata mungkin dari kata /mumkin dan kata mufakat yang berasal dari kata /muwafaqah.

c) Lafaznya tetap, tetapi artinya berubah, seperti kata /kalimat yang berarti susunan kata-kata yang bisamemberikan pengertian, berasal dari bahasa Arab yang berarti kata-kata.

3) Tata kalimat

Dapat membaca dan memahami teks bahasa Arab dengan benar, tentunya tidak terlepas dari pengetahuan tentang ilmu nahwu yang berkaitan dengan i‟rab dan bina‟. Selain itu juga dalam penyusunan kalimat yang mencakup al-muthabaqoh (kesesuaian), yakni kesesuaian antara mubtada‟ &khabar, sifat & maushuf, persesuaian dalam mudzakar & muanats, ma‟rifat & nakirah serta dalam jumlahnya, mufrad, mutsanna, dan jama‟, juga al-mauqi’iyyah (tata urut kata) seperti fi’il harus mendahului fa’il, dan khabar

(predikat) harus terletak setelah mubtada’ (subjek) kecuali jika khabar itu zharaf (keterangan waktu/tempat).

Tata kalimat bahasa Arab memang tidak mudah dipahami oleh pelajar non Arab, seperti orang Indonesia, meskipun ia telah menguasai gramatika bahasa Indonesia, ia tidak akan menemukan perbandingannya dalam bahasa

Indonesia.44 Oleh karena itu, guru bahasa Arab harus memberi perhatian yang

lebih banyak agar mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi para pelajar ketika mempelajari bahasa Arab.

4. Tulisan

Tulisan Arab yang berbeda dengan tulisan Latin juga menjadi kendala tersendiri bagi pelajar bahasa Arab non Arab. Tulisan Latin dimulai dari kanan ke kiri, sedangkan tulisan Arab dimulai dari kiri ke kanan. Huruf Latin hanya memiliki dua bentuk, yaitu huruf kapital dan huruf kecil, sedangkan huruf Arab mempunyai berbagai bentuk, yaitu bentuk berdiri sendiri, awal, tengah, dan

akhir.45 Dengan sejumlah perbedaan tersebut, maka tidak mudah bagi pelajar

non Arab untuk menulis huruf-huruf Arab dan menuangkannya dalam karangan yang panjang dan indah.

b. Aspek non-linguistik 1) Faktor sosio-kultural

Masalah yang mungkin muncul dalam pembelajaran bahasa Arab bagi orang non Arab (Indonesia) yang belum mengenal sosial dan budaya bangsa Arab adalah ungkapan-ungkapan dan istilah-istilah yang tidak

44

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran BahasaArab, h. 103-104

45

terdapat dalam bahasa Indonesia, misalnya ungkapan :balaga sail al-zuba, Arti harfiahnya adalah “air bah telah mencapai tempat tinggi”, namun yang dimaksud yaitu sesuatu yang terlanjur tidak dapat diulang lagi, seperti ungkapan “nasi telah menjadi bubur”. Atau ungkapan :qabla al-rima’ tumla’u al-kanain,yang arti harfiahnya ”sebelum memanah, penuhi dulu tempat anak panah”, peribahasa ini sama dengan “sedia payung sebelum hujan”.

Orang Arab dulu sering mengadakan perang sehingga tercipta peribahasa seperti itu, sedangkan di Indonesia yang timbul peribahasa lain karena Indonesia sering hujan. Walaupun mempunyai makna yang sama, namun tercipta dua peribahasa yang berbeda, hal ini disebabkan karena peribahasa tersebut berkaitan dengan latar belakang sosio- kultural.

Implikasinya yaitu perlu diusahakan penyusunan materi bahasa Arab yang mengandung ha-hal yang dapat menggambarkan keadaan sosio-kultural bangsa Arab. Hal ini dipandang penting karena wawasan dan pengetahuan tentang sosiokultural Jazirah Arab dapat mempercepat pemahaman dalam pembelajaran ungkapan-ungkapan bahasa Arab yang

tidak memiliki persamaan dengan bahasa Indonesia.46

2) Faktor buku ajar

Faktor penggunaan buku ajar dalam proses pembelajaran juga menjadi sesuatu yang urgen, karena peranannya sebagai pendamping guru dalam menentukan keberhasilan pembelajaran.

46

Buku ajar yang tidak memperhatikan prinsip-prinsip penyajian materi bahasa Arab sebagi bahasa asing akan menjadi masalah tersendiri dalam pencapaian tujuan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

a) Seleksi, maksudnya buku ajar harus menunjukkan pemilihan materi yang memang diperlukan oleh pelajar ditingkat tertentu atau diprioritaskan untuk satuan pendidikan tertentu.

b) Gradasi, yaitu berjenjang dalam penyajian, mulai dari materi yang nudah sampai ke materi yang susah.

c) Korelasi, maksudnya setiap unit yang disajikan harus memiliki sajian harus memiliki kaitan yang salingmenguatkan menjadi paduan yang utuh.Buku-buku ajar yang banyak digunakan di Indonesia sebagian ditulis oleh orang Indonesia dan sebagian ditulis oleh orang Arab asli. Banyaknya buku ajar yang ditulis oleh para pakar bahasa Arab di Indonesia menunjukkan bahwa motivasipembelajaran bahasa Arab bagi masyarakat

Indonesia cukup tinggi.47

3) Faktor lingkungan sosial

Belajar bahasa yang efektif adalah membawa pelajar ke dalam lingkungan bahasa yang dipelajari dan menuntut pelajar untuk menggunakan bahasa tersebut, sehingga perkembangan penguasaan bahasa yang dipelajari

dapat lebih cepat.48

Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku yang memiliki bahasa ibu yang berbeda, dan memiliki bahasa persatuan. Karakteristik bahasa-bahasa ibu

47

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran BahasaArab, h. 108

48

dan bahasa Indonesia yang berbeda dengan bahasa Arab dapat menjadi salah satu kendala bagi masyarakat Indonesia dalam mempelajari bahasa Arab. Masalah ini, menciptakan lingkungan bahasa akan menjadi langkah yang tepat dalam pembelajaran bahasa Arab.

Setidaknya pada proses belajar mengajar di kelas, guru senantiasa mengajak para pelajar untuk menggunakan bahasa Arab saat menyampaikan materi. Namun, keahlian guru pun kadang menjadi masalah. Maka sebagai solusinya, guru bahasa Arab harus selalu meningkatkan kualitas keahliannya denganَ banyak mengikuti pelatihan, seminar, diskusi, maupun banyak membaca buku-buku pendidikan kebahasaَaraban.

Adapun menurut Abdul Mu‟in, problematika pengajaran bahasa Arab meliputi:

a. Masalah kebahasaan

1) Kesulitan dalam aspek bunyi, dikarenakan adanya fonem-fonem bahasa Arab yang tidak ada bandingannya dalam bahasa Indonesia

2) Kesalahan dalam mendengarkan huruf yang berdekatan makhrajnya 3) Ada yang tidak sama antara yang didengar dengan yang tertulis. b. Masalah psikologis

Secara psikologis, belajar bahasa dilihat dari motivasinya. Pada umumnya, motivasi warga Indonesia dalam belajar bahasa Arab lebih cenderung pada motivasi instrumental, yaitu bahasa Arab dipakai sebagai alat untuk belajar agama Islam. Sehingga pembelajaran lebih terfokus pada kemampuan membaca dan menulis.

c. Masalah tenaga pengajar dan metode pengajarannya

Tenaga pengajar (guru) bahasa Arab di Indonesia masih banyak yang tidak sesuai dengan bidangnya, sehingga mereka kurang mampu menguasai materi dan metode pengajaran bahasa Arab. Metode yangَdigunakan oleh guru

bahasa Arab kebanyakan masih monoton, yaitu metode gramatikal tarjamah.49

49

Abdul Mu‟in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (Jakarta : PT. Pustaka Al Husna Baru, 2004), h. 40-44

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini, jika dilihat dari jenis penelitian yakni termasuk jenis penelitian kualitatif. Karena penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah,

apa adanya. Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik.50

Penelitian ini dilakukan pada obyek yang alamiah yakni obyek yang berkembang apa adanya dan tidak dimanipulasi oleh peneliti. Disini seorang peneliti akan lebih mengetahui fenomena-fenomena yang ada. Adapun tujuan penelitian kasus dan penelitian lapangan adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial:

individu, kelompok, lembaga atau masyarakat.51

Penelitian sosial merupakan suatu proses yang terus-menerus, kritis, dan terorganisasi untuk mengadakan analisis dan merupakan interpretasi terhadap

fenomena sosial yang mempunyai hubungan saling kait-mengkait.52 Berkaitan

dengan itu, aspek metode dalam rancangan kualitatif tidaklah dirinci sedemikian rumah rupa. Cukuplah dengan strategi-strategi umumnya saja yang akan dan harus digunakan sebagai teknik-teknik yang dimiliki pendekatan kualitatif itu

dendiri.53Dapat dipahami bahwa dalam penelitian ini, peneliti mencoba mencari

50

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D (Bandung; Alfabeta,2008)hal.2

51

Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta; PT raja Grafindo Persada, 2005) hal.80

52

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada,2002), hal.35

53

Moh. Kasiram, Metode Penelitian Kualitatif-Kuantitatif (Malang; UIN-Malang Pres, 2008), hal.205

penerapan komunikasi interpersonal dala mmeningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian yang bersifat kualitatif dan menggunakan beberapa metode pendekatan :

1. Pendekatan Komunikasi

Komunikasi adalah suatu aktivitas penyampaian informasi, baik itu pesan, ide, dan gagasan dari satu pihak kepihak lainnya.

2. Pendekatan Komuniksi Antarb Budaya

Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda ras, etnik, atau sesio ekonomi atau gabungan dari perbedaan ini.

3. Pendekatan Dakwah yaitu mengajak orang lain untuk menyakini dan mengamalkan aqidah dan syaiat islamiyyah yang telebih dahulu telah diyakini oleh pendakwah sendiri.

B. Lokasi Dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana suatu penelitian dilaksanakan. Penelitian yang penulis lakukan ini mengambil lokasi diBTN Restika Indah Blok A-1 No 1 Tetebatu, Kec. Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

S Nasution berpendapat bahwa ada tiga unsur yang perlu dipertimbangkan

dalam menentukan penelitian yaitu: tempat, pelaku dan kegiatan.54 Penelitian ini

tentang Komunikasi Interpersonal Guru Bahasa Arab dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab di Pondok Pesantren Putri Yatama Mandiri

54

Kabupaten Gowa. Adapun hal yang menjadi dasar dalam pemilihan tempat ini karena lokasinya sangat strategis yang berada ditengah-tengah tempat masyarakat yang sangat minim dengan pemahaman agama, sehingga dengan adanya kegiatan mengajar ini bisa membantu untuk lebih memahami tentang bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an.

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini berjudul tentang “Komunikasi Interpersonal Guru Bahasa Arab Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab di Pondok Pesantren Putri Yatama Mndiri Kabupaten”, Fokus penelitian merupakan batasan penelitian agar jelas ruang lingkup yang diteliti. Olehnya itu pada penelitian ini, peneliti mengfokuskan penelitiannya mengenai “komunikasi interpersonal guru bahasa Arab dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab di Pondok Pesantren Putri Yatama Mandiri Kabupaten Gowa”.

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh RISKAWATI NIM : (Halaman 35-52)

Dokumen terkait