• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan berkembangnya teknologi informasi dan kebudayaan. Berkomunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dengan berkembangnya teknologi informasi dan kebudayaan. Berkomunikasi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia adalah mahluk sosial yang tidak terlepas dari hubungan antar sesamanya. Salah satu ciri makhluk sosial adalah cara berkomunikasi yang sesuai dengan berkembangnya teknologi informasi dan kebudayaan. Berkomunikasi menjadi cara yang efektif bagi manusia untuk membangun relasi dengan sesamanya. Sejak ditemukannya internet, komunikasi yang tadinya terkendala oleh ruang dan waktu kini semakin terbuka. Tidak hanya itu, pemahaman komunikasi yang tadinya sebagai penyampai pesan yang terbatas kini berkembang menjadi pesan yang lebih meluas seperti alat mencari berita, pasangan hidup, bahkan alat-alat hiburan terutama lewat media Online yang disebut sebagai media sosial.

Etika berkomunikasi dalam implementasinya antara lain dapat diketahui dari komunikasi yang santun. Hal ini merupakan juga cerminan dari kesatuan kepribadian kita. Komunikasi diibaratkan seperti urat penghubung kehidupan, sebagai salah satu ekspresi dari karakter, sifat atau tabiat seseorang untuk saling berinteraksi, mengidentifikasikan diri serta bekerja sama. Kita hanya bisa saling mengerti dan memahami apa yang dipikirkan, dirasakan dan dikehendaki orang melalui komunikasi yang diekspresikan dengan menggunakan berbagai saluran, baik verbal maupun non-verbal. Pesan yang ingin disampaikan melalui komunikasi, bisa berdampak positif bisa juga sebaliknya. Komunikasi akan lebih bernilai positif, jika para peserta komunikasi menguasai teknik berkomunikasi yang baik, dan beretika.

(2)

Etika berkomunikasi, tidak hanya berkaitan dengan tutur kata yang baik, tetapi juga harus berangkat dari niat tulus yang dieskspresikan dari ketenangan, kesabaran dan empati kita dalam berkomunikasi. Bentuk komunikasi yang demikian akan menghasilkan komunikasi dua arah yang bercirikan penghargaan, perhatian dan dukungan secara timbal balik dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Komunikasi yang beretika, kini menjadi persoalan penting dalam penyampaian aspirasi. Dalam keseharian eksistensi penyampaian aspirasi masih sering dijumpai sejumlah hal yang mencemaskan dari perilaku komunikasi yang kurang santun, Etika komunikasi sering terpinggirkan, karena etika Berkomunikasi belum membudaya sebagai urat nadi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Berkomunikasi di media sosial seringkali dianggap bebas karena pemberi pesan tidak bertatap muka langsung dengan penerima pesan sehingga bentuk etika komunikasi yang biasa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari tidak diterapkan.

Berkaitan dengan sosial media dan fungsinya sebagai alat berkomunikasi yang sering disalah gunakan oleh remaja khususnya pada siswa SMA, Karena tidak memikirkan dampak panjang bagi diri sendiri dan orang lain sehingga muncul banyak aktivitas di media sosial yang tidak terkendali. Dengan inilah, penulis merancang kampanye dalam upaya berpartisipasi menjadi pengguna sosial media yang bijak yang akan dikampanyekan di SMK PGRI 11 Jakarta.

Berangkat dari permasalahan diatas, penulis mengangkat judul “Perancangan Kampanye Sosial Membangun Kesadaran Beretika Komunikasi Di Sosial Media Pada Siswa SMK PGRI 11 Jakarta”

(3)

1.2.Maksud dan Tujuan 1.2.1. Maksud

1. Merancang seta membuat program yang diharapkan dapat membangun kesadaran beretika serta merealisasikan beretika dengan baik dan bijak di media sosial

2. Sebagai “reminder” kepada pengguna media sosial untuk selalu ingat mengenai pentingnya berhati-hati dalam berpendapat melalui media sosial agar tidak memojokan suatu pihak. Serta menjadikan pengguna media sosial dan internet agar menjadi pengguna yang cerdas dan bijaksana

1.2.2. Tujuan

Tujuan penyusunan Tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program Diploma Tiga (DIII) program studi Hubungan Masyarakat Universitas Bina Sarana Informatika

1.3.Metode Perancangan

1.3.1. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Menurut Anwar Sutuyo dalam (Amalia, Hamzah, & Fauzi, 2017) mengatakan bahwa secara garis besar terdapat dua rumusan tentang pengertian observasi, yaitu pengertian secara sempit dan luas Dalam arti sempit, observasi berarti pengamatan secara langsung terhadap gejala yang diteliti, dalam arti luas, observasi meliputi pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap obyek yang sedang diteliti.

Menurut Morris dalam (Hasanah, 2017) mendefinisikan observasi sebagai aktivitas mencatat suatu gejala dengan bantuan instrumen-instrumen dan merekamnya dengan tujuan ilmiah atau tujuan lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa observasi merupakan kumpulan kesan tentang dunia sekitar berdasarkan semua kemampuan daya tangkap pancaindera manusia.

(4)

Menurut Gibson dan Mitchaell dalam (Susilowati & Maudi, 2018) Observasi merupakan teknik yang bisa dimanfaatkan untuk memilah-milahderajat dalam membuat konklusi tentang orang lain, meskipun diakui bahwa penggunaan observasi juga perlu dilengkapi dalam penilaian manusia, dengan demikian observasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Observasi Langsung (Direct Obeservations) Pada kegiatan obeservasi langsung. Peneliti langsung terjun ke lapangan sebagai sasaran penelitian untuk melihat keadaan atau fenomena yang terjadi disana. Dengan begitu, peneliti dapat lebih mengenal karakteristik lokasi, fenomena, dan juga subjek penelitian, dalam hal ini adalah masyarakat yang hendak diteliti.

b. Observasi Tidak Langsung (Indirect Obesevations) Observasi tidak langsung merupakan kegiatan pengamatan yang tidak dilakukan pada tempat atau lokasi yang telah ditentukan oleh peneliti. Peneliti dapat menggunakan media, seperti internet, media cetak, rekaman audio visual, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang memiliki latar permasalahan yang sama dengan yang akan diteliti.

2. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono mengemukakan tiga jenis wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur.

a. Wawancara terstruktur (structured interview) digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara pewawancara telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, peneliti dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Tentunya pengumpul datatersebut harus diberi training agar mempunyai kemampuan yang sama.

(5)

wawancara terstruktur. Tujuan wawancara jenisnini adalah untuk menemuka permasalahan secara lebih terbuka dan pihak yang diajak wawancara diminta pendapatnya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

c. Wawancara tidak berstruktur (unstructured interview) merupakan wawancara yang bebas dan peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.(Mayasari & Indraswari, 2018)

Menurut Setyadin dalam (Mayasari, Purihastine, & Qibtiah, 2019) “Wawancara adalah suatu percakapam yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik”.

Menurut Ruslan dalam teknik wawancara terdapat dua jenis sumber informasi, yaitu: a. Key Infoman

Key Informan adalah “Orang utama yang merupakan kunci diharapkan menjadi narasumber atau informan kunci dalam suatu penelitian.”

b. Informan

Fontan dan Frey dalam menyatakan bahwa “Informan adalah,seseorang yang bertindak sebagai pembantu peneliti, tetapi ia berasal dari atau menjadi anggota kelompok yang diteliti.”(Susilowati & Maudi, 2018)

3. Studi Pustaka

Menurut Kriyantono dalam (Mayasari et al., 2019) studi kepustakaan yaitu “metode riset yang menggunakan Berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti, mengurangi,dan menjelaskan secara komperhensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program organisasi atau peristiwa secara sistematis”.

(6)

Menurut Ruslan dalam (Susilowati & Maudi, 2018) Kepustakaan adalah “mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku refrensi, dan bahanbahan publikasi yang tersedia di perpustakaan.

Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis menggunakan data -data kepustakaan dengan cara mencari data dan membaca jurnal ilmiah, serta buku-buku refrensi yang tersedia di perpustakaan.

4. Dokumentasi

Menurut Suharsaputra dalam (Mayasari et al., 2019) “Dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang tertulis atau dicetak mereka dapat berupa catatan anekdot, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen”.

Menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong (2007:216) mendefinisikan “Dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun film, selain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik”.(Silvina, 2018)

Menurut Sugiyono dalam (Mayasari et al., 2019) Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis menggunakan metode dokumentasi yang berupa data-data yang berkaitan mengenai perancangan kampanye dan beberapa data-data lainnya yang berasal dari SMK PGRI 11 Jakarta. 1.3.2. Metode Analisa Data

1. Pendekatan Penelitian Kualitatif

Menurut Bodgan dan taylor dalam (Riski, Setiana, & Astuti, 2018) metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

(7)

Menurut Strauss dan Corbin dalam Rahmat, penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantitatif (pengukuran). Pemilihan metodologi kualitatif karena metode pengumpulan dan analisis data lebih memanfaatkan setiap orang yang terkait dengan objek penelitian. A.(Mumtahana, Winarno, & Sunyoto, 2016)

Menurut Trumbull & Watson dalam (Azmi, Nasution, & Wardayani, 2018) penelitian kualitatif merupakan metode dengan beraneka segi fokus yang meliputi suatu interpretif, konstruktif, pendekatan naturalistik pada subjeknya. Hal ini bermakna penelitian kualitatif mempelajari sesuatu pada sudut pandang alamiahnya, menerjemahkannya, dan melihat fenomena dalam hal makna yang dipahami manusia. Dengan kata lain penelitian kualitatif dapat mempelajari sisi nyata dunia, menemukan bagaimana orang mengatasi sesuatu dan berkembang dalam situasi tersebut yang menggambarkan kehidupan manusia kontekstual .

2. Metode Analisa Deskriptif

Menurut Moleong dalam (Susilowati, 2017) “Penelitian Deskriptif adalah penelitian dengan cara mengumpulkan data yang berupa kata – kata, gambar, dan bukan angka – angka merupakan suatu jenis pengumpulan data kualitatif deskriptif. Semua data yang dikumpulkan tersebut merupakan kunci terhadap apa yang sudah diteliti”.

Menurut (Pramelani & Lestari, 2019) menyimpulkan bahwa, Pengertian dari metode deskriptif adalah mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis fakta-fakt, sifat- sifat, hubungan antar fenomena yang diteliti.

Menurut Eriyanton dalam (Giantika, 2019) Pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan atau suatu teks tertentu, metode ini hanya semata-mata untuk menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik dari suatu pesan.

(8)

3. Metode Deskriptif Kualitatif

Menurut Ardianto dalam (Susilowati, 2017) “ Metode Deskriptif-Kualitatif mencari teori, bukan menguji teori; hypothesis-generating, bukan hypothesis testing,

Dalam pembuatan laporan Tugas Akhir ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan cara melalukan observasi, wawancara secara mendalam dan kemudian data-data tersebut dianalisis sesuai deskriptif guna mendapatkan hasil yang sesuai dengan kejadian yang diamati.

1.3.3. Waktu Penelitian

Penulis melaksanakan penelitian di SMK PGRI 11 JAKARTA , dan melakukan penelitian selama 1 bulan pada tanggal 21 April s/d 21 Mei 2019 selain itu penulis juga mencari sumber-sumber melalui internet dan perpustakaan guna mendukung hasil yang maksimal.

1.4. Ruang Lingkup

Dalam melaksanakan penelitian, diperlukan keteraturan mengenai permasalahan yang akan dibahas, untuk lebih memusatkan permasalahan yang ada dan agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan dalam penyusunan tugas akhir ini, maka perancangan kampanye ini dibatasi hanya pada SMK PGRI 11 Jakarta, dengan hal ini makan konsep-konsep yang penulis gunakan adalah program humas, program kampanye, media publikasi dan komunikasi, serta kebijakan bersosial media.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari 4 bab, dimana setiap bab terbagi menjadi sub-sub bab yang akan di bahas secara terperinci. Berikut merupakan sistematika dari bab dan keterangan singkat.

(9)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis membahas tentang latar belakang penulisan pengambilan judul tugas akhir, maksud dan tujuan, metode perancangan, metode analisa data, waktu penelitian, ruang lingkup dan sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis membahas tentang landasan teori yang terdiri dari pengertian humas, ruang lingkup, fungsi humas tujuan humas, dan peranan humas dan peranan humas. Serta membahas teori-teori yang berkaitan dengan ruang lingkup penulisan tugas akhir.

BAB III PERANCANGAN PROGRAM KAMPANYE

Pada Bab ini membahas tentang rancangan program kampanye public relations, konsep perancangan program kampanye, eksekusi program publikasi kampanye, time table dan anggaran, serta kendala dan pemecahan.

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini membahas kesimpulan dan saran dari hasil program kampanye yang dilaksanakan.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan R untuk analisis statistika multivariat khususnya untuk inferensi vektor mean dan inferensi matriks kovariansi masih menggunakan CLI dalam R console

Apabila fasilitas peniliaan dosen ini diaktifkan oleh Web Admin maka setiap kali mahasiswa melakukan log-in maka akan otomatis dihadapkan pada halaman penilaian dosen

Penelitian ini dilakukan untuk memaparkan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Doa Anak Jalanan NDU\D 0D¶PXQ $IIDQ\ 'DUL penelitian ini ditemukan lima

interlayer. Pengembangan bentonit ini dapat terinterkalasi oleh senyawa lain yang ada dalam campuran. Daya pengembangan bentonit dikarenakan banyak kation Na + pada

International Association for the Study of Pain (IASP) menyatakan bahwa nyeri merupakan merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan

Tidak terdapat hubungan antara frekuensi makan sehari, kebiasaan sarapan pagi, dan kesukaan jajan dengan status gizi (p >0.05), namun demikian frekuensi makan pada contoh

Rasa saling percaya yang bahkan terkadang tidak bisa terbentuk pada orang-orang yang saling mengenal di dunia nyata ini ternyata dapat terbentuk dari interaksi yang terjadi

Data primer khusunya digunakan untuk menganalisis perilaku permintaan rumah tangga terhadap cabai merah keriting diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner