• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Badar Kasongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Badar Kasongan"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA

MADRASAH TSANAWIYAH AL-BADAR KASONGAN

Tesis

Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi sebagian syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan ( M.Pd )

Oleh :

AL MUZAHIDIN

NIM.16016005

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA

PRODI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)

LOGO IAIN PALANGKA RAYA

(3)

JUDUL TESIS

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA

MADRASAH TSANAWIYAH AL-BADAR KASONGAN

(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Al muzahidin, 2019 Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Badar Kasongan

Seiring dengan kecerdasan Spiritual tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam; yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah SWT yang selalu bertaqwa kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia didunia dan akhirat. Dalam konteks sosial masyarakat, bangsa, dan negara maka pribadi yang ini menjadi rahmatan Lil‟alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka fokus penelitian dalam tesis ini adalah :1.bagaimana kecerdasan spiritual siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Badar Kasongan ? 2.bagaimana Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam meningkatkan Kecerdasan spiritual siswa Madrasah Tsanwiyah Al-Badar Kasongan ?

Tujuan penelitian ini untuk : mengetahui seberapa jauh Peran Guru Pendidikan Agama Islam yang ada di Madrasah Tsanwiyah Al-Badar dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa pada subjek penelitian; Mengetahui bagaimana keterlibatan guru terhadap siswa,ada hubungan antara guru dan siswa dan hubungan orang tua terhadap perkembangan kecerdasan spiritual siswa.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Langkah analisis data yang ditempuh adalah reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan. Untuk sumber data perorangan adalah guru selaku pembimbing dalam kegiatan pembelajaran di-Madrasah dan sebagai informan adalah kepala Madrasah,siswa dan orang tua siswa.

Hasil penelitian adalah sebuah pendekatan kecerdasan spiritual siswa yang bisa diterapkan dalam lingkungan Madrasah dan lingkungan tempat tinggal.

Bagi siswa Madrasah Al-Badar Kasongan:

1. Meningkatnya kecerdasan spiritual siswa dalam bentuk ibadah

2. Mampu menyikapi kebermaknaan, nilai-nilai yang terkandung dalam materi PAI. Bagi Guru PAI Madrasah Tsanawiyah Al-Badar Kasongan:

1. Meningkatnya peran yang berkelanjutan dalam praktek ibadah

2. Termotivasi beserta siswa untuk meningkatkan pengetahuan keagamaan

Kata kunci: Peran, Kecerdasan, Spiritual

(8)

ABSTRACT

Al muzahidin, 2019 The Role Of Islamic Religious Education Teachers In Improving Spiritual Intelligence Of Students Of Madrasah

Tsanawiyah Al-Badar Kasongan.

Along With Spiritual Intellengence The Purpose Of Islamic Education Is Inseparable From The Purpose Of Human Life In Islam; That Is To Create The Personal Person Of The Servant Of Allah SWT Who Is Always Devoted To Him And Can Achieve A Happy Life In The World And The Hereafter. In The Social Context Of Society, Nation And State, This Person Becomes Rahmatan Lil‟alamin, Both On A Small And Large Scale. Based On The Bacground Described Above. The Focus Of The Research In This Thesis Is : 1. How Is The Spiritual Intelligence Of The Studens Of The Madrasah Tsanawiyah Al-Badar Kasongan ? 2. How Is Role Of Islamic Education Teachers In The Creasing The Spiritual Intelligence Of Studens Of Kasongan Madrasah Tsanawiyah Al-Badar ?

The Purpose Of This Study Is To Find Out The Role Of Islamic Education Teachers In Tsanawiyah Al-Badar Madrasah In Creasing Students‟ Spiritual Intelligence In Research Subjects; Knowing How The Teacher Engages With Students, There Is Are Relationship Between Teacher And Student In Parent‟ Relationship To The Develoment Of Students‟ Spiritual Intelligence.

The Approach Used In This Study Is A Quallitative Approach. The Main Data Collection Techniques Are Observation, In-Depth Interviews And Documentation. The Data Analysis Step Taken Is The Reduction Of Presentation And Conclusion. For Individual Data Sources Are Teachers As Mentors In The Madrasah Learning Activities And Informants Are The Heads Of Madrasah, Students And Parents Of Student.

The Result Of Study Are An Approach To Students‟ Spiritual Intelligence That Can Be Applied In The Madrasah Environment And Living Environment. For students Madrasah Tsanawiyah Al-Badar Kasongan :

1. Increased spiritual intelligence of students in the form of worshif

2. Able to respond to meaningfulness, the values contained in PAI material. For PAI Teachers Madrasah Tsanawiyah Al-Badar Kasongan :

1. Increased sustainable role in practice of worship

2. Motivated along with students to increase religious knowledge.

Keywords: The Role, Intelligence, Spiritual

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, peneliti dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini yang berjudul :

“Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kecerdasan

Spiritual Siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Badar Kasongan”. Shalawat serta salam

selalu tercurah kepada junjungan kita Baginda Rasulullah Muhammad SAW serta keluarga, para sahabat dan semua orang yang mengikuti sunnah Rasulullah SAW hingga akhir zaman.

Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. H. Khairil Anwar, M. Ag Selaku Rektor IAIN Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menempuh kuliah di IAIN Palangka Raya.

2. Dr. H. Sardimi, M. Ag selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan dan juga kemudahan kepada peneliti selama proses pendidikan.

3. Dr. Hj. Hamdanah, M. Ag selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana IAIN Palangka Raya dan sekaligus sebagai pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan arahan dan petunjuk-petunjuk kepada peneliti sehingga Tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Dr. Syarifuddin, M. Ag selaku pembimbing II yang juga banyak meluangkan waktu, memberikan arahan dan petunjuk-petunjuk kepada peneliti sehingga Tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

(10)

5. Dr. H. Normuslim, M. Ag yang sangat banyak memberikan motivasi dan keilmuwan pada peneliti.

6. Seluruh Dosen program Studi Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada peneliti.

7. Seluruh Staf Akademik IAIN Palangka Raya pada program Pascasarjana yang memberikan kerjasama dan akses layanan yang maksimal selama proses pendidikan.

8. H. Ahmad Khalid selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Al-Badar Kasongan beserta seluruh jajarannya yang telah memberikan izin, kesempatan dan dukungan kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 9. Ibu Dewi Junainah, S. Ag selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Al-Badar

Kasongan yang selalu memberikan kemudahan, dukungan dan motivasi kepada peneliti saat penelitian sampai berakhir dari penelitian.

10.Yang sangat saya hormati serta saya banggakan Ayahanda H. Ahmad Gazali (alm) dan Ibunda Hj. Umroh, yang dengan ketulusan hati dan penuh kesabaran memberikan do‟a dan kasih sayang yang tiada tara, penuh pengorbanan dan perjuangan demi keberhasilanku dalam pendidikan. Hanya untaian do‟a yang anaknda panjatkan untuk ayahbunda atas semua kasih sayang yang ananda dapatkan.

11.Hj. Hadijah isteri tercinta serta anak-anakku yang ayah banggakan Andri Ahyar eljihadi dan Shafaira eljihadi yang sangat memberikan do‟a dan dukungan serta banyak meluangkan waktu, semangat,motivasi dan pengorbanan untuk ayah selama penyelesaian pendidikan.

(11)

12.Secara khusus peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga, saudara-saudaraku seangkatan MPAI, khususnya kelas C yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi dari awal perkuliahan sampai penyelesaian Tesis ini.

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya menjadi amal ibadah kepada Allah SWT. akhir kata peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Tesis ini. Oleh karenanya dengan segala kerendahan hati peneliti sangat berharap untuk mendapat kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan Tesis ini. Akhir kata semoga Tesis ini dapat membantu menjadi bahan dalam penelitian selanjutnya.

Palangka Raya, Mei 2019 Peneliti,

(12)
(13)

MOTTO











1

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad (berjuang) yang sebenar-benarnya.2

PERSEMBAHAHAN

1

Al Hajj [22]:78

(14)

Kupersembahkan Karya ini Kepada :

Isteri tercinta, H. Hadijah yang dengan setia mendampingi dan menyemangatiku.

Anak-anakku, Andri Ahyar Eljihadi dan Shafaira Eljihadi

penyejuk hatiku, penentram jiwaku.

(15)

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL...i HALAMAN LOGO...ii HALAMAN JUDUL...iii LEMBAR PERSETUJUAN...iv NOTA DINAS...v

A) LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...vi

B) LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN...vii

ABSTRAK...viii ABSTRACT...ix KATA PENGANTAR...x PERNYATAAN ORISINALITAS...xiii MOTTO...xiv PERSEMBAHAN...xv DAFTAR ISI...xvi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN...xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1 12

B. Rumusan Masalah...12

C. Tujuan Penelitian...12

D. Kegunaan Penelitian ...13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Pengertian Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)...14

2. Pendidikan Agama Islam (PAI)...19

3. Pengertian Kecerdasan Spiritual...21

(16)

5. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual...40

B. Hasil Penelitian yang Relevan...41

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian...50

B. Prosedur Penelitian...51

C. Data dan Sumber Data...53

D. Teknik Pengumpulan Data...55

E. Analisis Data...57

F. Pemeriksaan Keabsahan Data...59

G. Kerangka Pikir...62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi dan atau Subyek Penelitian...68

1. Sejarah berdirinya MTs. Al-Badar Kasongan...68

2. Profil MTs. Al-Badar Kasongan Tahun 2017/2018...69

3. Visi dan Misi MTs. Al-Badar Kasongan...70

4. Fasilitas MTs. Al-Badar Kasongan...70

5. Keadaan Guru dan Karyawan MTs. Al-Badar Kasongan...71

6. Keadaan Siswa 3 Tahun terakhir MTs. Al-Badar...72

7. Program Pengembangan Karakter Spiritual MTs. Al-Badar...74

8. Pendanaan MTs. Al-Badar Kasongan...74

9. Rencana Penggunaan Dana MTs. Al-Badar Kasongan...74

B. Penyajian Data dan Pembahasan Hasil Penelitian...75

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...110

(17)

DAFTAR PUSTAKA BIOGRAFI PENULIS LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Catatan Lapangan Hasil Observasi Lampiran 4 Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Lampiran 5 Dokumen Pendukung ( Foto Dan Dokumen ) Lampiran 6 Hasil Analisis Data

(18)

PEDOMAN TRANSLITRASI ARAB LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama Republik Indonesia dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 158/1987 dan 0543/b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Keterangan

ا

Alif Tidak

dilambangkan

Tidak dilambangkan

ة

ba b Be

ث

ta t Te

ث

sa ṡ es (dengan titik di atas)

ج

jim j Je

ح

ha‟ ḥ ha (dengan titik di bawah)

خ

kha‟ kh ka dan ha

د

dal d De

ذ

zal ż zet (dengan titik di atas)

ر

ra‟ r Er

ز

zai z Zet

ش

sin s Es

ش

syin sy es dan ye

ص

sad ṣ es (dengan titik di bawah)

ض

dad ḍ de (dengan titik di bawah)

ط

ta‟ ṭ te (dengan titik di bawah)

ظ

za‟ ẓ zet (dengan titik di bawah)

ع

„ain ٬ koma terbalik

غ

gain g Ge

(19)

ق

qaf q Qi

ك

kaf k Ka

ل

lam l El

و

mim l Em

ٌ

nun n En

و

wawu w Em

ِ

ha h Ha

ء

hamzah ` Apostrof

ي

ya‟ y Ye

A. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap

ٍيدقعتي

ditulis muta‟aqqidin

ةدع

ditulis „iddah

B. Ta’ Marbutah

1. Bila dimatikan ditulis h

تبه

ditulis Hibbah

تيسج ditulis Jizyah

(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya).

Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.

ءبينولأاتيرك

ditulis karāmah al-auliyā 2. Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harkat, fathah, kasrah, atau dammah

(20)

ةبكز

رطفنا

ditulis zakātul fiṭri

C. Vokal Pendek

َ

Fathah ditulis a

َ

Kasrah ditulis i

َ

Dammah ditulis u

D. Vokal Panjang

Fathah + alif ditulis ā

تيههبج

ditulis jāhiliyyah

Fathah + ya‟ mati ditulis Ā

يعسي

ditulis yas‟ā

Kasrah + ya‟ mati ditulis ī

ىيرك

ditulis Karīm Dammah + wawu mati ditulis ū

ضورف

ditulis furūd E. Vokal Rangkap

Fathah + ya‟ mati ditulis ai

ىكُيب

ditulis Bainakum

Fathah + wawu mati ditulis Au

لوق

ditulis Qaulun

F. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan Apostrof

ىتَأأ

ditulis a‟antum

ثدعأ

ditulis u‟iddat

ىتركش ٍئن

ditulis la‟in syakartum

G. Kata sandang Alif+Lam

1. Bila diikuti huruf Qamariyyah

(21)

شبيقنا

ditulis al-Qiyăs

H. Kata sandang Alif+Lam

2. Bila diikuti huruf Qamariyyah

ٌأرقنا

ditulis al-Qur‟ăn

شبيقنا

ditulis al-Qiyăs

3. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf “l” (el)nya.

ءبًسنا

ditulis as-Samā‟

صًشنا

ditulis asy-Syams

I. Penulisan kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

Ditulis menurut penulisannya

ضورفنا يوذ

ditulis żawi al-furūḍ

تُسنا مهأ

ditulis ahl as-Sunnah

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pada abad ke-6 tepatnya tahun 571 M, lahirlah seorang reformis sejati. Seorang manusia biasa yang memiliki kecerdasan spiritual yang agung. Beliau Nabi kita Muhammad SAW yang membawa nilai-nilai kebenaran universal, wahyu Ilahi, yang secara naluriah diakui oleh semua manusia yang berakal.

(22)

Ajaran-ajaran yang beliau bawa dengan keteladanan yang beliau perlihatkan, berangsur-angsur mengubah wajah dunia.didalam al-Qur‟an Allah Swt berfirman.3





































Artinya :

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.4

Peradaban yang tadinya galau dan gelap gulita berangsur-angsur berbinar dalam cahaya kemuliaan. Sejarah telah meninggalkan jejak-jejak yang nyata dalam catatan yang paling fenomenal dalam nilai-nilai kebenaran yang rasional. Itulah Al-Qur‟an sebagai wahyu Allah Swt, dan sunah Rasulullah Saw, yang menjadi pedoman bagi orang-orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Akhirnya, manusia menemukan jalan fitrah yang agung dan mulia untuk mampu berpikir secara terbuka dan kritis demi membangun kecerdasan yang hakiki.5 tak ada tujuan lain, kecuali manusia bisa mencapai keselamatan,

kesuksesan, dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Agama Islam dengan kitab sucinya Al-Qur‟an memberi petunjuk kepada manusia agar memiliki potensi yang terbina, yakni akal yang cerdas untuk berpikir yang benar, nafsu yang terkendali

3

Al-Ahzab [33] : 21.

4

Kamenaq RI ,al-Qur‟an dan terjemahnya, (Jakarta: Putra Sejati Raya, 2003), h. 670.

5

Syahrul Akmal Latif dan Alfin el Fikri, Super Spiritual Quotient: Sosiologi Berpikir Qur‟ani dan Revolusi Mental, (Jakarta:PT.Elex Media Komputindo, 2017), h. 279-280.

(23)

untuk maksud yang baik, dan hati yang suci untuk tujuan yang mulia. Kemudian Allah Swt juga berfirman.6































































Artinya :

Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.7

Menjelang akhir abad XX, muncul kembali kegairahan spiritualitas

diberbagai kalangan. Hal ini antara lain disebabkan oleh munculnya berbagai krisis moral, alienasi, depresi, stres, keretakan hubungan keluarga dan beragam penyakit psikologis lainya. Semua ini diperparah oleh terjadinya krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang melanda beberapa kawasan diberbagai belahan dunia. Muncul semacam ketakutan pada diri manusia dalam menjalani kehidupan yang sarat teror, konflik, kekerasan, ketidak pastian ekonomi, instabilitas politik dan keamanan. Hal inilah antara lain yang menyebabkan kerinduan manusia

6

Al-A‟raaf [7]: 179.

7

(24)

terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual untuk dapat menenteramkan diri dari multikrisis yang terjadi.8

Abu Bakar Jabir Eljazair berpendapat bahwa, apabila jiwa ini didik untuk mengutamakan keutamaan dan kemuliaan serta kebenaran, mencintai, kebajikan, menyukai kebaikan, maka dengan mudah akan lahir darinya perbuatan-perbuatan yang baik, sehingga tidak sulit baginya untuk melakukan apa yang disebut akhlak mulia. Seperti malu, murah hati, lemah lembut, sabar, bertanggung jawab, dermawan, berani dan segala perbuatan yang mencerminkan kemulian akhlaknya.9

Depdiknas memberikan pedoman menciptakan religious culture dengan cara : a. Berdoa sebelum memulai belajar dipagi dan ketika pelajaran akan diakhiri

disiang/sore hari

b. Melaksanakan ibadah bersama disekolah sesuai dengan agama masing-masing dan tidak mengganggu pemeluk agama lain

c. Melaksanakan dan mengikuti kegiatan yang dilaksanakan bersama disekolah dengan tuntunan agama masing-masing ( antara lain memperingati hari besar keagamaan, membantu fakir miskin, anak yatim, dsb)

d. Mendoakan dan menjenguk kepala sekolah, guru, pegawai sekolah, teman atau keluarga yang sakit atau ditimpa kesusahan

e. Mengingatkan yang lalai melaksanakan ibadah secara arif dan bijaksana

8

Syahrul Akmal Latif dan Alfin el Fikri, Super Spiritual Quotient: Sosiologi Berpikir Qur‟ani dan Revolusi Mental, (Jakarta:PT.Elex Media Komputindo, 2017), h. 280.

9

Sofyan Sori N,Kesalehan Anak Terdidik menurut Al-Qur‟an dan Hadis, (Yogyakarta: Pajar Pustaka, 2006), h. 8.

(25)

f. Menegur dan mencegah bagi yang melanggar hukum agama atau tatakrama dan tata tertib sekolah

g. Mengucapkan salam antar sesama teman, dengan kepala sekolah dan guru serta karyawan sekolah lainnya apabila baru bertemu pada pagi hari atau mau berpisah pada siang/sore hari, sesuai dengan kebiasaan setempat

h. Membiasakan siswa dan warga sekolah membuang sampah pada tempatnya.10

Kehidupan duniawi memang sementara sifatnya, akhirat kehidupan yang abadi. Meskipun demikian janganlah kehidupan dunia lalu diabaikan,bekerja, berprestasi dan berkompetisi tetap dilakukan oleh manusia dipermukaan bumi ini, karena manusia memang dianjurkan untuk memakmurkannya dan perlu diingat bahwa kedudukan yakni diciptakannya manusia dipermukaan bumi ini adalah sebagai khalifah Allah.11

Oleh karena itu dalam konteks inilah spiritual menjadi penting bagi kehidupan manusia untuk mulai dilihat sebagai bagian integral kehidupannya. Kepuasan hidup, kebahagiaan, kedamaian dan ketenangan batin adalah tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Semua itu tidak bisa diselesaikan semata-mata hanya dengan pemenuhan kebutuhan material saja, tetapi lebih jauh adalah kebutuhan „jiwa‟ dan atau batin. Untuk menyelesaikan permasalahan hidup yang dihadapi, manusia dituntut untuk kreatif mengubah penderitaan menjadi semangat (motivasi) hidup yang tinggi sehingga penderitaan berubah menjadi kebahagiaan hidup. Untuk kepentingan ini, manusia memerlukan satu bentuk kecerdasan lain

10

Muslimah, Nilai Religious Culture di Lembaga Pendidikan , (Yogyakarta:Aswaja Pressindo, 2016), h. 23-24.

11

(26)

selain IQ, yaitu kecerdasan spiritual (SQ;Spiritual Quetiont). Dalam hal ini peneliti berusaha untuk memfokuskan subfokus penelitian pada Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa Madarasah Tsanawiyah (MTs) Al-Badar Kasongan, baik dalam berteman sesama maupun terhadap interaksi sosial lingkungan.

Diakhir abad ke-20 (1990-an) Danah Zohar dan Ian Marshal melalui penelitian ilmiahnya menemukan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan ketiga (third intelligence), yaitu SQ (spiritual Quotient) atau SI (spiritual Intelligence). Bagi Zohar dan Marsall, komputer memiliki IQ yang tinggi. Hewan-hewan banyak yang memiliki EQ yang tinggi. But neither computer nor animal ask “why” we have these rules or this situation. Kedua tidak pernah memiliki „kegelisahan‟ dan tidak pernah berpikir tentang dirinya, tentang orang lain dan tentang hidup secara umum. Padahal, berpikir inilah sebenarnya esensi dari kemanusiaan manusia.12 Ibnu Khaldun menyebut kemampuan berpikir manusia sebagai “kualitas manusia yang khusus” (a pecial quality of human being). Karena berpikir, kata beliau, maka manusia berbeda dengan makhluk lain.13

Dengan SQ manusia bisa mengobati dirinya sendiri, akibat krisis multidemensi yang melanda manusia modern saat ini seperti krisis eksistensi, (eksistensial crisis), krisis spiritual (spiritual crisis) dan atau krisis makna. SQ adalah jenis kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Seiring dengan kecerdasan

12

Danah Zohar dan Ian Marsall, SQ, Spiritual Intellegence, the Ultimate intelligence , (London: Bloomsbury, 2000), h. 5.

13

Ibnu Khaldun, The muqaddimah, an introduction to history, trans, franz Roshental, (Princenton: University Press, 1967), h. 337.

(27)

spiritual tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam; yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa keepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia didunia dan akhirat. Dalam konteks sosial masyarakat, bangsa, dan negara maka pribadi yang ini menjadi rahmatan lil‟alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.Tujuan pendidikan Islam untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak al-karimah.14 Dan tujuan tersebut sama dan sebangun dengan target yang

terkandung dalam tugas kenabian yang diemban oleh Rasulullah SAW.yang terungkap dalam pernyataan beliau: “Sesungguhnya Aku diutus adalah untuk membimbing manusia mencapai Akhlak yang mulia” (al-hadis). Faktor kemulian Akhlak dalam Pendidikan Islam dinilai sebagai faktor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan, yang menurut pandangan Islam berfungsi menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera didunia dan akhirat.15

Adapun konsep dasar perkembangan prilaku dan pribadi dimaksudkan sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya (maturity) yang berlangsung secara sistemik, progressif dan berkesinambungan, baik mengenai fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)nya. Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dan sering diasosiakan dengan konsep perkembangan (development) tersebut antara lain pertumbuhan

14

Hamdanah &Rinaldy Alifansyah ,Nilai-Nilai Pendidikan Islam, (Banjarmasin: Pustaka Banua, 2017), h. 20-21.

15

(28)

(growth), kematangan atau masa peka (maturation) dan belajar (learning) atau pendidikan ( education) serta latihan (training). Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi jasmaniah atau fisik dan atau menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu yang baru (yang tadinya belum tampak) dari organisme, atau individu, baik fisik maupun psikis (termasuk pola-pola prilaku dan sifat-sifat kepribadian) dalam arti luas.16

Begitu juga belajar bermakna akan memberikan dampak positif dalam kecerdasan sikap Spiritual, karena anak akan mampu menjadi dirinya sendiri dan mengerti akan nilai-nilai dari pembelajaran tersebut. Menurut Ausubel, banyak pendidik menyamakan belajar penemuan dengan belajar hafalan sebab mereka berpendapat belajar bermakna hanya terjadi bila peserta didik menemukan sendiri pengetahuan. Namun, belajar penemuan menjadi bermakna bila dapat menjelaskan hubungan antar konsep. Belajar penemuan dapat dipandang rendah kebermanaan dan merupakan belajar hafalan bila dalam memecahkan masalah, sekedar menebak. Dengan demikian, belajar bermakna tidak sesederhana seperti belajar tentang materi bermakna dan bertujuan memperoleh makna baru. Inti teori Ausubel tentang belajar bermakna adalah suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.17

Pendidikan dan pembelajaran yang berorientasi pada makna dan nilai-nilai akan membentuk karekter yang mulia pada peserta didik, dalam hal ini Noeng

16

Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan: Perangkat sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 78-79.

17

(29)

Muhajir yang dikutip oleh Ida Zusnani dalam bukunya manajemen pendidikan, nilai dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut pandang, antara lain :

1. Dilihat dari kemampuan jiwa manusia, nilai dapat dibedakan menjadi dua kelompok : nilai yang statis, seperti kognisi,emosi, konasi, dan psikomotor, nilai atau kemampuan yang dinamik, seperti berafiliasi, motif berkuasa, dan motif berprestasi.

2. Berdasarkan pendekatan budaya manusia, nilai hidup dapat dibagi kedalam tujuh kategori: nilai ilmu pengetahuan, nilai ekonomi, nilai keindahan, nilai politik, nilai keagamaan, nilai kekeluargaan, dan nilai kejasmanian.

3. Dilihat dari sumbernya terdapat dua jenis: nilai ilahiyah, nilai insaniyah. Terdapat dua jenis : nilai ilahiyah, nilai insaniyah, nilai ilahiyah adalah nilai yang bersumber dari agama (wahyu Allah),sedangkan nilai insaniyah adalah nilai yang diciptakan oleh manusia atas dasar kreteria yang diciptakan oleh manusia pula.

4. Dilihat dari segi ruang lingkup dan keberlakuannya, dibagi menjadi nilai-nilai lokal dan nilai-nilai universal. Tidak semua nilai-nilai agama bisa bersifat universal. Dan begitu pula nilai-nilai insaniyah bisa bersifat universal. Dari segi keberlakuan masanya, nilai dapat dibagi menjadi; nilai nilai abadi, nilai pasang surut, nilai temporal. Ditinjau dari segi hakikatnya, nilai dapat dibagi menjadi; nilai hakiki (root values), dan nilai instrumental. Nilai-nilai yang hakiki itu bersifat universal dan abadi, sedangkan nilai-nilai instrumental dapat bersifat

(30)

lokal, pasang surut dan temporal.18 Begitu juga dalam fase-fase perkembangan

manusia untuk menuju suatu kemampuan kecerdasan ruhiyah terbentuk dari masa lahirnya sampai dalam proses perkembangannya, pada hakikatnya anak lahir dalam keadaan fitrah hanya orang tualah (lingkungan) lah yang akan mempengaruhinya,19

seperti Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Abu Hurairah yang artinya: “Hakikatnya anak lahir dalam keadaan fitrah,

hanya orang tuayalah yang akan Nasranikan, Yahudikan dan me-Majusikan”.

Kondisi keadaan anak dari sesuatu tidak mengetahui menjadi mengetahui didasarkan pada firman Allah SWT .20

































Artinya:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.21

Dalam ketidak tahuan manusia tersebut, Allah membekalinya dengan indra, baik indra zahir maupun indra batin. Melalui indra tersebut manusia dapat mengetahui sesuatu. Indra manusia yang meliputi, indra zahir,indra batin,dan indra qalbu yang merupakan sarana tranformasi ilmu pengetahuan. melalui tiga

18

Hamdanah & Rinaldy Alifansyah, Nilai-Nilai Pendidikan Islam, (Banjarmasin: Pustaka Banua, 2017), h. 13-14.

19

Hamdanah, Mengenal Psikologi Fase-Fase Perkembangan manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), h. 73-74.

20

Al-Nahl [16]: 78.

21

Kementerian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemah, (Jakarta: Putra Sejati Raya, 2003), h. 413.

(31)

indra tersebut ilmu pengetahuan sampai kedalam jiwa manusia. pendidikan merupakan wadah tempat manusia berinteraksi,dengan menggunakan indra, dimana melalui indra tersebut ilmu masuk kedalam jiwa atau qalbu yang pada akhirnya melahirkan sikap dan perilaku serta peradaban.22

Bahkan lebih jauh, pendidikan tidak hanya membangun saja tetapi juga memberi pola, warna, atau model terhadap peradaban itu sendiri. Justru karena itu, pola pendidikan yang berbeda akan melahirkan model dan bentuk peradaban yang berbeda pula. Pola pendidikan sekuler akan melahirkan peradaban yang sekuler. Demikian pula sebaliknya; pendidikan Islami akan melahirkan peradaban Islami. Pendidikan Islam mempunyai karekteristik khusus, dimana karekteristik tersebut meliputi beberapa hal. Antara lain prinsip atau dasar filosofis bangunan pemikiran pendidikan Islam, isi atau materi, pandangan mengenai sumber ilmu, dan tujuannya.23

Suatu hal peningkatan Pendidikan kecerdasan spiritual yang berkembang di-Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Badar Kasongan belum sebagaimana yang diharapkan oleh guru Pendidikan Agama Islam itu sendiri, adanya peserta didik yang masih belum mempraktekkan secara nyata makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. seperti pembiasaan yang sering dilakukan : sholat juhur berjamaˊah, sholat sunnat dhuha berjamaah, tadarus al-Quran dan infaq dan sedekah. oleh karena itu peran maksimal guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kecerdasan spiritual terhadap

22

Kadar M.Yusuf, Tafsir Tarbawi Pesan-Pesan al-Qur‟an Tentang Pendidikan, (Jakarta: Amzah Bumi aksara, 2013), h. 2.

23

(32)

peserta didik sangat dituntut nyata agar kekhawatiran-khawatiran bisa diminimalisir bahkan ditingkatkan sehingga apa yang diberikan selama ini memberikan dampak dan pengaruh yang besar terhadap peserta didiknya dan pada akhirnya akan terlihat dan tertanam pada diri siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Badar Kasongan kecerdasan spiritual yang diinginkan. maka peneliti menginginkan suatu proses terhadap peran serta guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Badar Kasongan untuk memberikan kontribusinya terhadap siswa dalam hal meningkatkan kecerdasan spiritualnya melalui nilai-nilai dan kebermaknaan yang terkandung dalam sholat juhur berjamaˊah, sholat sunnat dhuha, tadarus al-Qurˊan, infak dan sedekah yang seringkali dilakukan di Madrasah oleh karena itu siswa tidak hanya cerdas intelektual dan emosional tapi lebih apa yang diharap yakni cerdas spiritual yang akan menghantarkan mereka menjadi manusia yang bernilai dan bermakna dihadapan manusia terlebih dihadapan Allah Swt. bagi Yayasan Pendidikan Agama seperti Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Badar Kasongan yang notabene sebagai Yayasan Pendidikan Agama yang berisi muatan Agama lebih banyak dari sekolah umum sangat diharapkan memberikan kontribusi dalam meningkatkan Akhlak Mulia bagi siswanya sehingga keinginan yang ingin dicapai cerdas secara spiritual akan bisa diraih. Pelajaran Agama seperti Qur‟an Hadis, Akidah Akhlak, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam tidak hanya menekankan pada aspek kognitifnya saja, tetapi juga pada pemahaman isi kandungan pelajaran pendidikan agama Islam tersebut, sehingga para siswa akan mampu menerapkan ditengah pergaulannya serta masyarakat akan arti kandungan materi Pendidikan Agama

(33)

Islam dimanapun ia berada seperti memiliki Akhlak yang baik, rasa toleransi kepada perbedaan yang ada disekitarnya, peka terhadap kondisi orang yang kesusahan, tidak mudah memberontak, selalu sabar dalam menghadapi masalah inilah bagian yang diharapkan nantinya dan cerminan dari kecerdasan spiritual.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana kecerdasan spiritual siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Badar Kasongan ?

2. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Badar Kasongan ?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, fokus penelitian serta rumusan masalah tersebut diatas, adapun tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui sejauhmana kecerdasan spiritual siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Badar Kasongan.

2. Untuk mengetahui Peran serta guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam meningkatkan kecerdasan spiritual terhadap siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Badar Kasongan.

(34)

D. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran tentang persoalan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Badar Kasongan berkenaan dengan kecerdasan spiritual baik secara teoritis dan praktis.

a. Secara Teoritis

a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam kiat Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Badar Kasongan dalam Meningkatkan kecerdasan spiritual siswa.

b. Untuk memperdalam kajian keilmuwan bagaimana peran serta guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah Al-Badar (MTs) Kasongan dalam memberikan Pendidikan yang cerdas secara spiritual. b. Secara Praktis

a. Dapat memberikan pengetahuan dan memperluas pemahaman tentang peran serta guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Badar dalam berkontribusi meningkatkan kecerdasan spiritual siswa. b. Menjadi bahan masukan bagi kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Badar

Kasongan dalam hal Pendidikan kecerdasan spiritual.

c. Memberikan umpan balik kepada guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Badar Kasongan.

d. Sebagai acuan bagi peneliti berikutnya atau peneliti lain yang ingin mengkaji lebih mendalam dengan topik dan fokus yang sama tetapi dengan setting yang lain untuk memperoleh perbandingan.

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori

1. Pengertian Peran Guru Pendidikan Agama Islam

a. Peran

Peran menurut terminologi adalah “perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat”.24

Peran dalam bahasa Inggris disebut “role”, yang definisinya adalah “Personˊn task or duty in

undertaking”.25 Artinya: “tugas atau kewajiban seseorang dalam suatu usaha atau

pekerjaan”.

Peran menurut Soejono Soekanto merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peran.26

Menurut Dadi Permadi dan Daeng Arifin “Peran menuntut tanggung jawab, dan tanggung jawab akan menjadi beban yang harus dipikul oleh seseorang.”27

Dengan demikian, peran guru Pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai seperangkat tingkah laku dan tanggung jawab yang harus dimiliki guru Pendidikan Agama Islam, atau tugas ataupun kewajiban guru Pendidikan Agama Islam dalam pekerjaannya atau kedudukannya sebagai guru.

24

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-10, h. 751.

25

As. Hornby, Oxford Advanced Learnerˊs Dictionary of current English, (London: Oxford University Press, 1987), h. 37.

26

Soejono Soekanto, Patalogi Sosial , (Jakarta: Rineka Cipta, 1986), h. 220.

27

Dadi Permadi dan Daeng Arifin, Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Komite sekolah, (Bandung: PT. Sarana Panca Karya Nusa, 2007), Cet. Ke-1, h. 78.

(36)

b. Guru

“Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang-orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan”.28

c. Pendidik dalam konteks Pendidikan Islam

Dalam konteks Pendidikan Islam, Pendidik disebut murabbi, muallim, muaddib, mudarris, mursyid.

1) Murabbi

Istilah murabbi merupakan bentuk (sigah) al-ism al-faˊil yang berakar dari tiga kata. Pertama, berasal dari kata rabba, yarbu, yang artinya zad

dan nama (bertambah dan tumbuh). Kedua, berasal dari kata rabiya, yarba yang mempunyai makna tumbuh dan menjadi besar. Ketiga, berasal dari kata rabba, yarubbu yang artinya, memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara.29

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, Kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.30

Istilah murabbi sebagai Pendidik mengandung makna yang luas, yaitu a) mendidik peserta didik agar kemampuannya terus meningkat; b) memberikan bantuan terhadap peserta didik untuk mengembangkan potensinya; c) meningkatkan kemampuan peserta didik dari keadaan yang kurang dewasa menjadi dewasa dalam pola pikir, wawasan, dan sebagainya; d) menghimpun semua komponen komponen Pendidikan yang dapat mensukseskan Pendidikan; e) memobilisasi pertumbuhan dan perkembangan anak; f) memperbaiki sikap dan tingkah laku anak dari yang tidak baik menjadi baik; g) rasa kasih sayang mengasuh peserta didik, sebagaimana orang tua mengasuh anak-anak kandungnya;

28

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-3, h. 15.

29

Adib Bisri dan Munawwair A. Fatah, Op. Cit., h. 229, dan lihat Ramayulis dan samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: kalam Mulia, 2009), h. 139.

30

Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qurˊan dan terjemahnya, (Jakarta: PT. Intermasa, 1993), h. 428.

(37)

h) Pendidik memiliki wewenang, kehormatan, kekuasaan, terhadap pengemban kepribadian anak; i) Pendidik merupakan orang tua kedua setelah orang tuanya di rumah yang berhak atas perkembangan dan pertumbuhan sianak. Secara ringkas term murabbi sebagai Pendidik mengandung empat tugas utama;

a) Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa; b) Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan; c) Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan; d) Melaksanakan Pendidikan secara bertahap.31

2) Muˊallim

Muˊallim berasal dari al-Fiˊl al-madi ˊallam, mudariˊnya yuˊallimu, dan masdarnya al-taˊlim. Artinya, telah mengajar, sedang mengajar, dan pengajaran. Kata muˊallim memiliki arti pengajar atau orang yang mengajar. Muˊallim merupakan al-ism al-faˊil dari ˊallama yang artinya orang yang mengajar. Dalam bentuk tsulastsi mujarrod, masdar dari

ˊalima adalah ˊilmun, yang sering dipakai dalam bahasa indonesia disebut ilmu”.32

Berkenaan dengan istilah muˊallim, terdapat dalam al-Qurˊan, sebagai berikut :

Artinya: “Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al Kitab dan al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”.33

Berdasarkan ayat diatas, maka muˊallim adalah orang yang mampu untuk merekontruksi bangunan ilmu secara sistematis dalam pemikiran peserta didik dalam bentuk ide, wawasan, kecakapan, dan sebagainya, yang kaitannya dengan hakekat sesuatu. Muˊallim adalah orang yang memiliki kemampuan unggul dibandingkan

31

Ramayulis dan samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 140.

32

Al-Jurjani, al-Taˊrifat, (Tunisia: Dar al-Tunisiyat, tt), h. 82.

33

(38)

dengan peserta didik, yang dengannya ia dipercaya menghantarkan peserta didik kearah kesempurnaan.

3) Muˊaddib

Muˊaddib merupakan al-ism al-faˊil dari madi-nya ˊaddaba. ˊAddaba artinya mendidik, sementara muˊaddib artinya orang yang mendidik atau Pendidik. Dalam wajan fiˊil tsulasi mujarrod, masdar ˊadduba adalah

ˊaddaban artinya sopan, berbudi baik. Al- ˊaddabu artinya kesopanan. Adapun masdar dari ˊaddaba adalah taˊdib, yang artinya Pendidikan”.34

Secara etimologi muˊaddib merupakan bentukan masdar dari ˊaddaba yang berarti memberi adab, mendidik.35 Adab dalam kehidupan

sehari-hari sering diartikan tata krama, sopan santun, akhlak, budi pekerti. Anak beradab biasanya sebagai anak yang sopan yang mempunyai tingkah laku yang terpuji.

Dalam kamus bahasa arab, al-Muˊjam al-Wasit istilah muˊaddib mempunyai makna dasar sebagai berikut: a) taˊdib berasal dari kata “aduba-yaˊbudu” yang berarti melatih, mendisiplin diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun; b) kata dasarnya “adaba- yaˊdibu” yang artinya mengadakan pesta atau perjamuan yang berarti berbuat dan berprilaku sopan; c) ˊaddaba mengandung pengertian mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin, dan memberikan tindakan.36

Secara terminologi muˊaddib adalah seorang Pendidik yang bertugas untuk menciptakan suasana belajar yang dapat menggerakkan peserta didik untuk berperilaku atau beradab sesuai dengan norma-norma, tata susila dan sopan santun yang berlaku dalam masyarakat.37

34

A.W Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: Pondok Pesantren al-Munawwir, 1984), h. 13.

35

Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya, 1990), h. 37.

36

Al-Muˊjam al-Wasit, Kamus Arab, (Jakarta: Matha Angkasa, tt), h. 1

37

(39)

4) Mudarris

Secara etimologi mudarris berasal dari bahasa Arab, yaitu: sigah al-Ism al-faˊil al-madi darrosa. Darrosa artinya mengajar, sementara

mudarris artinya guru, pengajar.38 Dalam bentuk al- fiˊil al-madi tsulasi

mujarrod, mudarris berasal dari kata darrosa, mudhorinya yadrusu,

masdar-nya darsan, artinya telah mempelajari, sedang/ akan mempelajari, dan pelajaran.39

Secara terminologi mudarris adalah:

“orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi, serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampialn sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan”.40

5) Mursyid

Secara etimologi istilah mursyid berasal dari bahasa Arab, dalam bentuk al-Ism al-faˊil dari al-fiˊil al-madi rasyada artinya ˊallama; mengajar. Sementara mursyid memiliki persamaan makna dengan kata al-dalil dan muˊallim, yang artinya penunjuk, pemimpin, pengajar, dan instruktur. Dalam bentuk sulasi mujarrod masdar-nya adalah rusydan/ rasyadan, artinya balagah rasyadu (telah sampai kedewasaannya). Al-rusydu juga mempunyai arti alˊaqlu, yaitu akal, pikiran, kebenaran, kesadaran, keinsyafan. Al- irsyad sama dengan al-dilalah, al-taˊlim, al-masyurah artinya petunjuk, pengajaran, nasehat, pendapat, pertimbangan, dan petunjuk.41

Secara terminologi adalah:

“merupakan salah satu sebutan pendidik/ guru dalam Pendidikan Islam yang bertugas untuk membimbing peserta didik agar ia mampu menggunakan akal pikirannya secara tepat, sehingga ia mencapai keinsyafan dan kesadaran tentang hakekat sesuatu atau mencapai kedewasaan berfikir. Mursyid berkedudukan sebagai pemimpin, penunjuk

38

A.W. Munawwir, Op. Cit., h. 335.

39

Mahmud Yunus, Op. Cit., h. 126.

40

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Sekolah Madrasah dan Perguruan tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 50.

41

(40)

jalan, pengaruh, bagi peserta didiknya agar ia memperoleh jalan yang lurus”.42

2. Pendidikan Agama Islam (PAI)

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas pengertian Pendidikan Agama Islam, peneliti akan terlebih dahulu mengemukakan arti Pendidikan pada umumnya. Istilah Pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan

mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah Pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti Pendidikan.43

Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa Pendidikan adalah:

“Bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si Pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.44

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu:

“Tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya Pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu,

42

Ramayulis dan samsul Nizar, Op. Cit., h. 143.

43

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004) Cet. Ke-4, h. 1.

44

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Maarif, 981), Cet. Ke-5, h. 19.

(41)

agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.45

Sedangkan menurut Muhammad al-Naquib al-Attas:

education is process of initialing into human being”. Artinya Pendidikan

adalah suatu proses untuk menanamkan sesuatu pada diri manusia.46

Dari semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah sebuah Kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya insan kamil.

Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah Pendidikan Agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah Pendidikan Islam menunjukkan sikap Pendidikan tertentu yaitu Pendidikan yang memiliki warna-warna Islam. Untuk memperoleh gambaran mengenai Pendidikan Agama Islam, berikut ini beberapa definisi mengenai Pendidikan Agama Islam.

Para pakar dalam bidang Pendidikan mengatakan bahwa pengertian Pendidikan Islam dari sudut etimologi sering digunakan istilah taˊlim dan tarbiyah yang berasal dari kata ˊallama dan rabba yang dipergunakan dalam al-Qurˊan sekalipun kata

tarbiyah lebih luas konotasinya, yaitu mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik sekaligus mengandung makna mengajar (ˊallama).47

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah:

45

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. Ke-4 h. 4.

46

Muhammad al-Naquib al-Attas, The concept of Education in Islam, (Malaysia: Art Printing Sdn, 1980), h. 13.

47

Jusuf A. Faisal, Pokok-pokok Pikiran tentang Ilmu Pendidikan, Makalah yang disampaikan pada seminar Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta, 1994), h. 9.

(42)

“Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran Agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari Pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran Agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak”.48

Sedangkan menurut Nova Andriyanto dalam konsep kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara:

“Kepemimpinan sebagai suatu konsep manajemen dalam kehidupan berorganisasi memiliki posisi sangat strategis yang selalu diterapkan dalam kehidupan organisasi. Konsep kepemimpinan yang telah dikonsepsikan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam filosofinya berbunyi “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut wuri Handayani yang artinya di depan menjadi teladan, di tengah memberi bimbingan dan di belakang memberi dorongan. Ketiga filosofi tersebut terdapat hubungan antar manusia, yaitu hubungan mempengaruhi dan keteladanan antara pemimpin dan anggotanya karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Konsep filosofi kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara (Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani) berkorelasi dan merupakan interpretasi dari empat sifat yang dimiliki Rasulullah yang masuk dalam setiap unsur-unsurnya. Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi teladan) tidak akan berjalan tanpa adanya shiddiq (jujur) dan amanah (terpercaya), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah memberi motivasi) tidak akan bisa tersampaikan dengan baik tanpa fathonah (cerdas) dan tabliq (disampaikan), dan Tut Wuri Handayani (dibelakang memberi dorongan dan semangat) juga tidak akan terlaksana jika yang dibelakang/ dibawah tidak cerdas (fathonah) dikarenakan kurang memahami apa yang diharapkan dari atasannya. Konsep kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara ini didukung sekaligus diingatkan bahwa dalam kepemimpinan itu harus dibarengi pada tiga hal yakni konsentris (menuju inti pusat), konvergen (menyeluruh) dan kontinuitas (berkesinambungan).49

3. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan ( dalam bahasa inggris disebut Intelligence dan bahasa Arab di sebut al-dzaka) Menurut arti bahasa kecerdasan adalah pemahaman, kecepatan,

48

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. Ke-2, h. 86.

49

Nova Andriyanto, “Konsep Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara” (Perspektif Manajemen Dakwah). Skripsi (Yogyakarta: UIN SUKA, 2018)

(43)

dan kesempurnaan sesuatu, atau berarti kemampuan (al-qudrah) dalam memahami sesuatu secara tepat dan sempurna. Intelligence berarti kapasitas umum seorang individu yang dapat dilihat pada kesanggupan pikirannya dalam mengatasi tuntutan kebutuhan-kebutuhan, keadaan rohani secara umum yang dapat disesuaikan dengan problema-problema dan kondisi-kondisi yang baru didalam kehidupan. Kecerdasan sering juga diartikan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi terutama pemecahan yang menuntut kemampuan dan ketajaman pikiran. Kamus Webster dalam Born To Be a Genius mendifinisikan kecerdasan (intelligence) sebagai :

a. Kemampuan untuk mempelajari atau mengerti dari pengalaman, kemampuan untuk mendapatkan dan mempertahankan pengetahuan, kemampuan mental.

b. Kemampuan untuk memberikan respon secara tepat dan berhasil pada situasi baru, kemampuan untuk menggunakan nalar dalam memacahkan masalah.50

Spiritual dapat diartikan sebagai sesuatu yang murni dan sering juga disebut dengan jiwa dan ruh. Ruh bisa diartikan sebagai energi kehidupan yang membuat manusia dapat hidup, bernafas dan bergerak. Spiritual berarti segala sesuatu diluar tubuh fisik manusia. Dimensi spiritual adalah inti kita,pusat kita, komitmet kita pada sistem nilai kita. Daerah yang amat pribadi dari kehidupan dan sangat penting. Dimensi ini memanfaatkan sumber yang mengilhami dan mengangkat

50

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 317-318.

(44)

semangat kita dan mengikat kita pada kebenaran tanpa batas waktu mengenai aspek humanitas.51

Spiritual merupakan bentukan dari kata spirit. Spirit merupakan kata yang memiliki banyak arti, misalnya spirit diartikan sebagai kata benda (noun) seperti arwah, hantu, peri, orang, kelincahan, makna, moral, cara berfikir, semangat, keberanian, sukma dan tabiat. Kedua belas kata tersebut masih terlalu luas, apabila dipersempit lagi maka kata spirit menjadi tiga macam arti saja, yaitu moral, semangat dan sukma. Kata spiritual sendiri bisa dimaknai sebagai hal-hal yang bersifat spirit atau berkenaan dengan semangat.52

Menurut Khalil Khavari, kecerdasan spiritual merupakan fakultas dari dimensi non material ruh manusia. Kecerdasan ini merupakan intan yang belum terasah yang dimiliki semua orang. Semua harus mengenalinya seperti apa adanya, menggosoknya sehingga berkilap dengan tekad yang besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi. Seperti dua bentuk kecerdasan lainnya (kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional), kecerdasan spiritual dapat ditingkatkan dan diturunkan.53

Kecerdasan spiritual tersebut (spiritual intelligence) menurut Danah Zohar dan Ian Marshall menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual sebagai “ is necessary

foundation for the effektive functioning of both IQ and EQ. It our ultimate intelligence”. Mereka berdua menegaskan bahwa tanpa kecerdasan spiritual (SQ), maka IQ dan EQ tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal. Kecerdasan

51

Agus Ngermanto, Quantom Quotient: Kecerdasan Quantum Cara Praktis Melejitkan IQ,EQ dan SQ yang Harmonis, (Bandung: Nuansa, 2005), h. 113.

52

Ary Ginanjar Agustian, ESQ Power, (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), h. 51.

53

(45)

spiritual menurut mereka merupakan kecerdasan tertinggi pada manusia, yang melingkupi seluruh kecerdasan yang ada pada manusia. Artinya kecerdasan spiritual melingkupi seluruh kecerdasan-kecerdasan yang terdapat pada manusia.54 Menurut Marsha Sinetar kecerdasan spiritual adalah pemikiran yang terilhami kecerdasan ini diilhami oleh dorongan dan efektifitas, keberadaan atau hidup ilahia yang mempersatukan kita sebagai makhluk ciptaan Allah Swt. sebagai sumber utama kegairahan yang memiliki eksistensi tanpa asal, kekal, abadi lengkap pada diri dan daya kreatifnya. Kecerdasan spiritual ini melibatkan kemampuan untuk menghidupkan kebenaran yang paling dalam. Yang berarti mewujudkan hal terbaik, utuh dan paling manusiawi dalam batin.55 Michel Levin (2000) dalam bukunya Spiritual Intelligence, Awakening the fower of your spiritual and Intuition menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah sebuah perspektif “spirituality is a perspective” artinya mengarahkan cara berfikir kita menuju kepada hakekat terdalam kehidupan manusia, yaitu penghambaan diri pada sang Maha Suci dan Maha meliputi. Menurut levin kecerdasan spiritual tertinggi hanya bisa dilihat jika individu telah mampu mewujudkannya dan terefleksi dalam kehidupan sehari-harinya. Artinya sikap-sikap hidup individu mencerminkan penghayatannya akan kebajikan dan kebijaksanaan yang mendalam, sesuai dengan jalan suci menuju pada Sang Pencipta.

Kecerdasan spiritual harus ditunjang dengan keilmuwan jiwa (Psychologi) dan ia juga merupakan salah satu disiplin ilmu-ilmu sosial, yang juga turut serta

54

Triantoro Safaria, Spiritual Intellegence Metode Pengembangan kecerdasan Spiritual Anak

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 15.

55

(46)

dalam pembentukan kecerdasan spiritual seseorang. Jiwa itu abstrak, tidak dapat dilihat dan tidak dapat dipastikan dimana letaknya didalam anatomi fisik kita. Namun secara konkret tempatnya berada dalam diri kita. Kita tidak tahu adanya jiwa itu kecuali melalui gejala kognitif,afektif, dan psikomotorik atau perilaku yang dipantulkannya. Karena itulah, para ahli menyajikan beberapa difinisi secara bervariasi :

a. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan, yaitu tingkah laku manusia yang sudah dewasa, sehat, dan beradab.

b. Clifford T.Morgan menjelaskan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.

c. Edwin G.Boring dan Herbert S. Langeveld mengemukakan psikologi adalah studi tentang hakikat manusia.

d. Samuel Komorita mendefinisikan sebagai berikut: “Psychology can be defined

as that science which investigates the behavior and experience of organism as the interact with the environment”(Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan pengalaman organisme sebagai pemrosesan sistem jiwa, manusia sewaktu mereka berinteraksi dengan lingkungannya).

Dari difinisi diatas dapatlah diambil pengertian umum bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang meneliti dan mempelajari tingkah laku dan pengalaman dari organisme manusia tatkala berinteraksi dengan lingkungan. Baik lingkungan dirinya sendiri, manusia lain, hewan, tumbuhan biota sungai dan laut maupun

(47)

benda-benda disekitarnya.56 Didalam konsep meta kecerdasan, kecerdasan spiritual

dapat dimaknai sebagai kemampuan hati nurani yang lebih bermakna dibanding dengan semua jenis kecerdasan yang lain, karena kecerdasan spiritual ini merupakan kemampuan menempatkan segala perilaku dan hidup dalam konteks kebermaknaan yang lebih luas.57

Pandangan tersebut dapat dibenarkan, karena kecerdasan spiritual merupakan kemampuan pemikiran yang amat tinggi, yang memungkinkan menghasilkan petunjuk moral yang kuat, sehingga berakibat timbulnya kemampuan membedakan antara yang salah (tidak bermakna) dengan yang benar/bermakna ibadah. Pemikiran ini secara substansial sejalan dengan pandangan pihak lain yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan mendudukkan segala tindakan, perbuatan, dan hidup dalam konteks kebermaknaan, karena secara psikologis didalam diri manusia terdapat motivasi untuk hidup bermakna. Kecerdasan spiritual tersebut, dari sudut pandang psikologi memiliki fungsi yang dapat membangkitkan “God Spot” (titik tuhan) yang ada pada otak manusia. Pandangan ini sejalan dengan hasil penelitian Ramachandran dan Peggy Ann tentang keadaan God Spot. Dari penelitian ini ditemukan bahwa God Spot seseorang cenderung lebih hidup ketika ia berfikir spiritual/ berkaitan nilai-nilai ketuhanan.58 Setidaknya ada empat bukti penelitian

yang memperkuat dugaan adanya potensi spiritual dalam otak manusia,”tegas Taufik Pasiak. Keempat bukti tersebut adalah : (1) osilasi 40 Hz yang ditemukan oleh Denis Pare dan Rodolfo Llinas, yang kemudian dikembangkan oleh Danah

56

Rusmin Tumanggor, “ The Psychology Of Religion”, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), h. 1-2.

57

Abdullah Hadziq, “Meta Kecerdasan dan Kesadaran Multikultural/Pemikiran Psikologi

Sufistik al-Ghazali” (Semarang: Rasail Media Group, 2013), h. 30.

58

(48)

Zohar dan Ian Marshall menjadi spiritual intelligence (SQ);(2) alam bawah sadar kognitif yang ditemukan oleh Joseph deLoux dan kemudian dikembangkan menjadi Emotional intelligence oleh Daniel Goleman serta Robert Cooper dengan konsep suara hati; (3) God Spot pada daerah temporal yang ditemukan oleh Michael Persinger dan vilyanur Ramachandran, serta bukti gangguan perilaku moral pada pasien dengan kerusakan lobus prefrontal;. (4) Somatic Marker oleh Antonio Damasio. Keempat bukti inilah, menurut Paisak, yang memberikan informasi tentang adanya hati nurani atau intuisi dalam otak manusia. Dengan begitu, hasil penelitian tersebut akan memperkuat keyakinan bahwa manusia tidak mungkin bisa berlari dari Tuhan. Begitu tulis Paisak.59 Ketika menjelaskan bukti ilmiah SQ sebenarnya ada dalam telaah-telaah neurologi, psikologi, dan antropologi masa kini tentang kecerdasan manusia, pemikirannya, dan proses-proses linguistik. Para ilmuwan telah melakukan penelitian dasar yang mengungkapkan adanya pondasi-pondasi saraf bagi SQ didalam otak, namun dominasi paradigma IQ telah menutup penelitian lebih jauh terhadap data-datanya.60

Karena itu kecerdasan spiritual adalah komponen utama bila dibandingkan dengan IQ,EQ, dan CQ. Untuk mengembangkannya adalah dengan menghayati dan mengamalkan agama; yaitu rukun iman, rukun Islam dalam kehidupan.61

59

Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21/Kritik MI,EI,SQ,AQ dan Successfull Intelligence atas IQ, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 216-217.

60

Ibid, h. 217.

61

Dadang Hawari, Al-Qur‟an: Ilmu kedokteran jiwa dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 223-232.

(49)

Zakiah Daradjat, dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar untuk kesehatan jiwa di IAIN “Syarif Hidayatullah Jakarta” Mengemukakan lima buah rumusan kesehatan jiwa yang lazim dianut para ahli. Kelima rumusan itu disusun mulai dari rumusan yang khusus sampai dengan yang lebih umum, sehingga dari urutan itu tergambar bahwa rumusan yang terakhir seakan-akan mencakup rumusan-rumusan sebelumnya.

1. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psichose).

Definisi ini banyak dianut dikalangan psikiatri yang memandang manusia dari sudut sehat atau sakitnya.

2. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan tempat ia hidup.

Definisi ini tampaknya lebih luas dan lebih umum daripada definisi yang pertama, karena dihubungkan dengan kehidupan sosial secara menyeluruh. Kemampuan menyesuaikan diri diharapkan akan menimbulkan ketentraman dan kebahagiaan hidup.

3. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problema-problema kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).

Definisi ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran,perasaan, sikap, pandangan dan keyakinan harus saling menunjang dan bekerjasama

Gambar

tabel berikut :  No  Kegiatan  Waktu Pelaksanaan  Bulan  1.  Menyusun Proposal  1  2.  Seminar Proposal  2  3
Gambar ini menggambarkan Triangulasi “Teknik” pengumpulan data (bermacam- (bermacam-macam cara pada sumber yang sama)
Gambar  ini  menggambarkan  Triangulasi  “sumber”  pengumpulan  data.  (satu  teknik pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data A,B,C )
Tabel II
+2

Referensi

Dokumen terkait

(3) Bagaimana peningkatan kecerdasan spiritual siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung?Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam hal ini adalah : (1) Untuk

Zohar dan Marshall ( 2007 : 14 ) menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual yang telah berkembang memiliki tanda tanda sebagai berikut : 1) kemampuan bersikap fleksibel, artinya

Faktor penghambat Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa Beberapa faktor penghambat yang dialami Guru Pendidikan Agama Islam

Guru Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang besar dan strategis dalam pengembangan kecerdasan spiritual siswa. Pengembangan ini terutama dilaksanakan melalui

Dalam konteks kependidikan Islam, maka strategi peningkatan dan pengembangan kecerdasan spiritual manusia dapat ditempuh melalui lima komponen kecerdasan, yaitu

Skripsi ini membahas upaya guru pendidikan agama Islam dalam menanaman kecerdasan spiritual pada siswa di SMA N 01 Balapulang, Upaya guru pendidikan Agama Islam

Allah SWT menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dibandingkan mahluk hidup lainnya. Allah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada hamba-Nya

Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menumbuhkan Kecerdasan Spiritual Melalui Penanaman Sikap Rendah Hati pada Peserta Didikdi SMP Negeri1 Pagelaran Seorang guru harus bisa