• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DISMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

SKRIPSI

Oleh:

MANSYUR KAHRUDIN

NIM: 09110044

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

(2)

EMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Dewan penguji Skripsi:

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang

Dan diterima untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Pada tanggal, 26 Oktober, 2013

Dewan Penguji: Tanda Tangan

1.Drs. HN. Taufiq M.Ag 1. ...

2. Nur Afifah KM, S.PdI., M.Kes 2. ...

3. Prof. Dr. Tobroni, M.Si 3. ...

4. Drs. Khozin, M.Si 4. ...

Mengesahkan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Malang Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا ه مسب

SYUKUR Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya milik Allah SWT.

Dzat yang Maha Agung atas nikmat dan rahmat-Nya, dengan nikmat dan rahmat

tersebut, sehingga kita dapat beraktifitas dengan baik, dan penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Siswa Di SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang”, dan banyak sekali suka maupun duka yang penulis alami selama penyusunan karya ilmiah ini.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, juga kepada para keluarga dan para sahabatnya, serta orang-orang yang

tetap teguh dan istiqomah memegang teguh ajaran beliau hingga akhir zaman, dan semoga kita termasuk di dalamnya. Amin…

Penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik

bantuan secara moral maupun material, yang berupa bimbingan serta bantuan

untuk memperoleh data dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari

dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kesalahan, akan tetapi berkat

dukungan berbagai pihak sehingga dengan ijin Allah SWT, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik, untuk itu perkenankan penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga atas motivasi, saran, ilmu,

bimbingan, dan fasilitas hal-hal lainnya kepada:

1. Ibunda tercinta dan Ayahanda (Alm dan almh), kakak-kakak dan adik-adikku

tersayang, terima kasih atas dorongan dan motivasinya. Kalian adalah

motivasi saya untuk terus berjuang menggapai cita-cita.

2. Bapak. Dr. Muhadjir Effendy, selaku Rektor UMM.

(4)

4. Drs. H. N. Taufiq, M.Ag, selaku pembimbing I, dan Nur Afifah, KM., S.PdI,

M.Kes. Selaku pembimbing II yang banyak membimbing serta memberikan

ilmunya untuk kesuksesan penyusunan skripsi ini.

5. Teman-teman Tarbiyah 2009 yang banyak memberikan semangat. Semoga

kita selalu dipertemukan dalam persaudaraan jangan kalian putuskan

persaudaraan yang telah kita bina. Semoga kita menjadi generasi-generasi

yang berguna bagi orang tua, agama dan bangsa.

6. Civitas akademika UMM yang telah banyak memberikan pengetahuan

kepada saya baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga apa yang

kalian berikan mendapat balasan yang baik dari-Nya.

7. kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu

yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas segala jasa, kabaikan

serta bantuan yang telah diberikan dengan ikhlas kepada penulis.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini memberikan manfaat penulis selaku

calon tenaga kependidikan dan semua yang terlibat dalam pelaksanaan.

Amin..

Malang, 19 Oktober 2013

(5)

E. Batasan Istilah dalam Judul ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Terminologi Perandan Guru ... 15

1. Peran ... 15

2. Guru ... 15

3. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran ... 17

a. Guru Sebagai Sumber Belajar ... 17

b. Guru Sebagai Pembimbing ... 19

c. Guru Sebagai Pengelola Kelas ... 22

d. Guru Sebagai Fasilitator ... 24

e. Guru Sebagai Evaluator ... 26

(6)

g. Guru Sebagai Teladan (Suri Teladan) ... 34

B. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 38

1. Kompetensi Profesional Guru ... 38

2. Kompetensi Sosial ... 39

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual ... 51

c. Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual ... 52

2. Hubungan Antara Kecerdasan IQ, EQ, dan SQ ... 56

D. Peran Guru Pendidikan Agama dalam Pengembangan Kecerdasan Spiritual Peserta Didik ... 59

1. Mengembangkan kecerdasan spiritual siswa melalui spirit,nilai-nilai keimanan dan ketakwaan ... 60

2. Mengembangkan kecerdasan spiritual siswa melalui spirit dan nilai-nilai kejujuran... 60

BAB III METODE PENELITIAN 1. JenisPenelitian ... 62

2. Lokasi Penelitian ... 62

3. Informan Penelitian ... 63

4. Metode Pengumpulan Data ... 64

5. Analisis Data ... 68

BAB IVHASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Objek Penelitian ... 71

1. Sejarah Berdirinya Sekolah ... 71

2. Letak Geografis SMP Muh 06 Dau Malang... 74

(7)

4. Keadaan Guru dan Karyawan SMP Muh 06 Dau Malang ... 77

5. Keadaan Siswa SMP Muh 06 Dau Malang ... 80

6. Kondisi Sarana Prasarana SMP Muh 06 Dau Malang ... 81

7. Prestasi Siswa SMP Muh 06 Dau Malang ... 83

8. Struktur Organisasi SMP Muh 06 Dau Malang ... 85

B. Penyajian dan Analisa Data ... 86

1. Peran guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual ... 86

2. Faktor yang mendukung dan menghambat bagi guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa ... 92

a. Faktor yang mendukung bagi guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa ... 93

b. Faktor yang menghambat bagi guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa ... 93

BAB VPENUTUP A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 97

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Ad-Duweisy Abdullah Muhammad, (2010). Menjadi Guru yang Sukses dan

Berpengaruh. Surabaya: PT. Elba Fitrah Mandiri Sejahtera.

Agustian GinanjarAri, (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual, Berdasarkan 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga.

Agustian Ginanjar Ari, (2003). Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ POWER

Sebuah Inner journey Melalui Al- Ihsan. Jakarta: Arga.

Al-Qur’an, (2013), digital al-Qur’anVersi 3.0.

Ali Mukti & Hasan M. Ali, (2003).Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Almath faiz Muhammad, (1991), 110 Hadits Terpilih Sinar Ajaran

Muhammad, Jakarta: Gema Insani.

Aspek Kompetensi Pedagogik, diakses dari http://dewinurpriyatminingsih.

wordpress.com/2013/06/08/7-aspek kompetensi-pedagogik-guru-2/. Arifin Arvian& Rivi Vetithzal, (2009). Islamic Leadership Membangun Super

Leadership Melalui Kecerdasan Spiritual, Jakarta: Bumi Aksara.

ciri-ciri kecerdasan spiritual, diakses dari http://blogs.unpad.ac.id/

oxana/2011/03/ciri-ciri-kecerdasan-spiritual/.

Danim Sudarwan, (2011). Pengembangan Profesi Guru, Jakarta:Prenada media.

Damsar, (2011). Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media.

Bungin Burhan M, (2001). Metode penelitian sosial dan format-format

kualitatif-kuantitatif,surabaya: PT Permata Permai.

Bungin Burhan M,(2011). Metodologi Penelitian kualitatif Aktualisasi

Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Bungin Burhan M, (2010), penelitian kualitatif komunikasi, Ekonomi,

kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, Jakarta: Kencana Prenada

(9)

Depdikbud, (1997). kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional, (2008). Kamus Besar Bahas Indonesia

Pusat bahasa.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Emzir, (2010), Metodelogi Penelitian Kualitatif Analisis data, Jakarta: Rajawali Pres.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual, dikases dari

http://academicsgenius.blogspot.com/2011/01/faktor-yang-mendukung-kecerdasan.html.

Hasbullah, (2009), Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Hubungan iq,eq,sq, diakses dari http://fitriafuadinugraha.blogspot.com

/2011/11/hubungan-iq-eq-sq.html.

Idris Muhammad &Barizi Ahmad,(2010).Menjadi Guru Unggul Bagaimana Menciptakan Pembelajaran yang Produktif dan Profesional, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Jufri Syahruddin, Empat Kompetensi Yang Harus di miliki Guru, diakses dari http://jufrisyahruddin.wordpress.com/2007/07/18/empat-kompetensi-yang-harus-dimiliki-guru/.

Kompetensi pedagogik, diakses dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com

/2012/01/29/kompetensi-pedagogilk-guru/.

Kompetensi Kepribadian, diakses dari http://triatra.wordpress.com/2010/10/14/

kompetensi-kepribadian-guru.

Koentjaraningrat, (1989), Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT Gramedia.

Kamus Besar Bahasa Indinesia, Diakses dari http://kbbi.web.id/.

Lexy J Moleong, (1990). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Lexy J Moleong, (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Majid Abdul, (2013). Strategi Pemebelajaran, Bandung: Rosdakarya.

(10)

Mulyasa E, (2011). Menjadi Guru profesional menciptakan kreatif dan

menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa E. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mudlofir Ali, (2012). Pendidik Profesional Konsep, Strategi, dan Aplikasi

dalam peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Rajawali

Press.

Musaheri, (2006). Perkembangan Peserta Didik Untuk Memiliki Potensi

Pedagogik, Jogjakarta: Pustaka Belajar.

McCune-Nicolich Lorrance, & Woolfolk Anita F (2004), Mengembangkan

Kepribadian & kecerdasan (Psikologi Pembelajaran I), Jakarta:

inisisasipress.

Partanto Pius A, al-Barry M. Dahlan, (1994), Kamus Populer Ilmiah, Surabaya: Arkola.

pengertian Guru Agama Islam, diakses pada dari http:/lib.uin-Malang.ac.id

Pengertian guru, diakses dari

http://bayuzu.blogspot.com/2012/07/pengertian-guru.html.

Pengertian kecerdasan, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan.

Pengertian spiritual quation (quotient)diakses dari www.referensimakalah.com

pendidikan.

Pengertian iq-eq-sq, diakses dari

(http://fadhlyashary.blogspot.com/2012/04/pengertian-iq-eq-sq-dan-esq.html).

Sanjaya Wina, (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sarimaya Farida, (2008). Sertifikasi Guru, Bandung:Yarama Widya.

Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidkan Pendekatan Kuantitaif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(11)

Sigit Soehardi, (2001), Pengantar Metodelogi Penelitian

Sosial-Bisnis-Manajemen, Yogyakarta: BPFE UST.

Suhartono Suparlan, (2008). Wawasan Pendidikan, Sebuah Pengantar

Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Sutikno Sobry &Fatrurrohman Pupuh,(2011). Strategi Belajar Mengajar

Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam, Bandung:

Refika Aditama.

The holy qur’an Al-Fatih, (2012), Jakarta: Alfatih.

Tirtarahardja Umar dan Sulo S. L. La, (2008), Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tobroni, (2008). pendidikan Islam Paradigma Teologis, Filosofis dan

Spiritualitas, Malang: ummpress.

Thoifuri, (2008). Menjadi Guru Inisiator, Semarang: RaSAIL Media Group.

Uno B. Hamzah, (2008). Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan

Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.

Yusuf Syamsu, (2010). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan

dosen pada pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa guru adalah “pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini melalui jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah”1. Oleh sebab itu, guru merupakan unsur

penting dalam keseluruhan sistem pendidikan. Artinya peran dan kedudukan

guru sangat kompleks dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas peserta

didik.

Melihat tugas dan tanggung jawab guru yang luas, maka guru yang

profesional tidak hanya bertanggungjawab masalah kecerdasan intelektual

siswa, tetapi juga menstimulus kecerdasan emosional siswa (emotional

quotient/EQ) kreatifitas siswa, (creativity quotient/CQ), dan mencerdaskan

spiritual siswa (spiritual quotient/SQ)2. Berdasarkan uraian di atas, peneliti

tidak akan membahas masalah kecerdasan inelektual dan kecerdasan

emosional, melainkan akan membahas kecerdasan spiritual. Hal ini

merupakan profesi guru bukanlah hanya menyampaikan materi pelajaran saja,

akan tetapi tujuan dan penerapannya bersifat kompleks, dan pekerjaan guru

1Pengertian Guru, diakses pada tanggal 14 Mei 2013 dari

http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/guru.

2Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Kreatif dan Menyenangkan,

(13)

bukanlah pekerjaan statis, tetapi pekerjaannya bersifat dinamis, artinya sesuai

dengan perkembangan dan tuntutan zaman3. Namun dalam pelaksanaannya,

juga diperlukan keterampilan khusus yang sesuai dengan konsep dan ilmu

pengetahuan yang spesifik. Artinya keputusan bukanlah didasarkan pada

pertimbangan-pertimbangan subyektif atau tugas yang dilakukan sekehendak

hati, akan tetapi didasarkan pada suatu pertimbangan yang berdasarkan

keilmuan tertentu, sehingga apa yang dilakukan guru dalam mengajar dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Oleh sebab itu, menjadi seorang guru

yang profesional diperlukan latar belakang yang sesuai, yaitu latar belakang

keguruan.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan

Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik belajar secara aktif dalam mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan untuk dirinya”4. Pendidikan

menurut Driyarkara dalam Hasbullah pendidikan adalah “pemanusiaan

manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani”5.

Maksudnya upaya untuk memanusiakan manusia melalui pendidikan itu

3 Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hal. 16.

4

Ibid., hal. 2.

5 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,

(14)

diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan latar belakang

sosial-kebudayaan masyarakat tertentu6.

Berdasarkan Undang-Undang di atas, maka terdapat beberapa hal

yang sangat penting dari konsep pendidikan, di antaranya: Pertama,

pendidikan adalah usaha sadar terencana, artinya setiap pendidikan di sekolah

bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-untungan,

akan tetapi melihat proses yang mempunyai tujuan yang ingin dicapai peserta

didik, sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada

pencapaian tujuan yang diinginkan dalam pendidikan itu sendiri. Kedua,

proses pendidikan yang terencana, kemudian diarahkan untuk mewujudkan

susana belajar dan proses pembelajaran, artinya pendidikan tidak boleh

mengesampingkan proses belajar, akan tetapi bagaimana guru memperoleh

hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri siswa. Sebagaimana dalam

pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan dengan seimbang.

Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik

dapat mengembangkan potensi dirinya. Hal ini berarti proses pendidikan itu

harus berorientasi kepada siswa (student active learning). Tugas pendidikan

adalah mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, bukan

menjejalkan materi pelajaran atau memaksa agar anak dapat menghafal data

dan fakta yang ada. Keempat, proses terakhir dari pendidikan adalah

kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

6 Umar Tirtarahardja dan S.L.La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka

(15)

kepribadian dirinya, kecerdasan dan akhlak mulia7. Artinya bagaimana

peserta didik ini bisa bersosialisasi dengan teman-temannya, bersosialisasi

dengan gurunya, dan lingkungan masyarakat.

Berpijak uraian di atas, maka guru tidak hanya berperan pada aspek

intelegensi semata, akan tetapi guru melihat pada semua aspek. Ini

merupakan dasar utama yang harus dimiliki seorang guru dalam memegang

perannya. Akan tetapi bisa dikatakan kenyataan yang terjadi saat ini justru

memprihatinkan. Guru hanya menekankan arti penting nilai kecerdasan

intelektual siswa atau kecerdasan otak (IQ) semata. Melihat perkembangan

pendidikan saat ini, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, jarang

sekali ditekankan mulai dari tingkat pendidikan sekolah dasar sampai

perguruan tinggi, padahal kecerdasan spiritual juga tidak kalah pentingnya.

Hal ini bisa dilihat dari hasil pembentukan karakter dan kualitas sumber daya

manusia era modern yang perlu dipertanyakan, yang berujung krisis ekonomi

yang berkepanjangan saat ini. Hal ini ditandai dengan krisis moral atau buta

hati yang terjadi di mana-mana.

Menurut Dr. Ali Syariati seorang intelektual muslim, menyatakan

bahwa manusia adalah “makhluk dua-dimensional yang membutuhkan

penyelarasan kebutuhan akan kepentingan dunia dan akhirat”. Oleh sebab itu,

manusia harus memiliki konsep duniawi atau kepekaan emosi dan intelegensi

(16)

yang baik (EQ plus IQ) dan terpenting pula penguasaan ruhiyah vertikal atau

spiritual quotient (SQ)”8.

Kecerdasan spiritual menurut Ari Ginanjar adalah kemampuan untuk

memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui

langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang

seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik), serta

berprinsip “hanya karena Allah”9. Penemuan God Spot pada otak manusia

lebih meyakinkan pendapat ini, bahwa manusia senantiasa mencari nilai-nilai

mulia. Ada sebuah fenomena besar tentang kehidupan spiritual manusia

adalah kecenderungan manusia untuk senantiasa menuju sifat-sifat Ilahiah.

Manusia lebih merasa terharu atau bahagia apabila titik spiritualnya tersentuh,

dan menusia cenderung ingin mengikuti sifat-sifat Allah10. Inilah bukti bahwa

manusia memang melakukan perjanjian ruh dengan penciptanya,

sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Ahzab yang berbunyi:

ناك رابدأا نولوي ا لبق نم ه ا دهاع اوناك دقل

ا ؤسم ه د ع

Artinya, Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah: "Mereka tidak akan berbalik ke belakang (mundur)". Dan perjanjian dengan

Allah akan diminta pertanggungan jawabnya (QS. Al-Ahzab. 33:15)11.

Kecerdasan intelektual hanya mengacu pada kemampuan belajar

dalam bangku pendidikan saja, sedangkan kacerdasan spiritual yang

sesungguhnya mengantarkan siswa menuju puncak prestasi, dengan

8 Ari Ginanjar Agustian, Op. Cit., hal. xx.

9 Ibid. hal. 57.

10Ibid. hal. 101

(17)

kecerdasan spiritual menjadikan siswa lebih mendekatkan diri kepada Allah,

memahami arti hidup yang sebenarnya, menjauhkan diri dari kehidupan yang

materialistik yang akan membawa pada suatu kehancuran bagi dirinya.

Peran guru agama Islam itu, penting dalam mengembangkan

kecerdasan spiritual siswa di SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang, yang

notabene sekolah menerapkan nilai-nilai keagamaan. Baik dari segi

pendidikan maupun pengajaran yang ada di sekolah, selalu membangun dan

mengembangkan nilai religus yang bersifat eksklusif dan tidak bertentangan

dengan hal-hal yang bersifat inklusif. Upaya pembentukan dan

pengembangan nilai-nilai kecerdasan spiritual pada siswa, khususnya di SMP

Muhammadiyah 06 Dau Malang, betapa pentingnya kedudukan guru dalam

dunia pendidikan sehingga keberadaannya selalu menjadi motor penggerak

dalam menciptakan kemampuan intelektual dan kecerdasan spiritual semua

itu tidak terlepas dari peran guru agama Islam dan pengawasan orang tua

siswa itu sendiri. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka

peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Peran Guru Pendidikan

Agama Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Siswa Di SMP

(18)

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah diatas, maka penulis akan

menyajikan dengan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa peran guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan

kecerdasan spiritual siswa di SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang?

2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat bagi guru pendidikan

agama Islam dalam pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP

Muhammadiyah 06 Dau Malang?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa hal

penting tentang peran guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan

kecerdasan spiritual siswa diantaranya adalah:

1. Mendeskripsikan peran guru pendidikan agama Islam dalam

mengembangkan kecerdasan spiritual siswa di SMP Muhammadiyah 06

Dau Malang?

2. Mengidentifikasi faktor apa saja yang mendukung dan menghambat bagi

guru pendidikan agama Islam dalam pengembangan kecerdasan spiritual

siswa di SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat dalam penelitian ini adalah:

(19)

Sebagai suatu pengelaman pertama dalam penelitian lapangan, guna

menambah wawasan yang luas khususnya dalam peran guru agama Islam

dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa.

2. Bagi lembaga pendidikan SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang.

Penelitian ini sangat penting dalam pengembangan sebuah lembaga

pendidikan agar dapat memberikan motivasi, evaluasi, dan kontribusi

bagi guru agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual

siswa di SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang.

3. Bagi kepustakaan FAI Malang,

Hasil penelitian ini untuk dijadikan salah satu sumbangan pemikiran

bagi kalangan mahasiswa itu sendiri yaitu untuk kepentingan penelitian

selanjutnya, dan dijadikan sebagai bahan kajian untuk melengkapi

kepustakaan dan sebagai bahan dokumentasi.

E. Batasan Istilah Dalam Judul

Adapun batasan istilah dalam judul untuk menghindari interpretasi

konsepsi yang keliru dalam memahami isi skripsi ini, maka penulis perlu

untuk memberikan batasan istilah atau penjelasan istilah dalam judul tersebut.

diantaranya adalah:

a. Peran

Definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “peran”

mempunyai makna pemain sandiwara (film): utama atau perangkat

(20)

masyarakat12. Peran guru merupakan orang dewasa yang sangat sesuai

dan ada untuk membantu remaja dalam pencarian jati diri, mereka juga

dalam pencarian ilmu pengetahuan13. Melihat definisi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa peran adalah salah satu pemain utama atau sandiwara

yang mempunyai bagian atau memegang peran penting dalam memimpin

yang terutama dalam kejadian suatu peristiwa, dalam hal ini adalah

sebagai peran guru pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 06

Dau Malang.

b. Guru (PAI)

Secara umum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “guru”

mempunyai arti orang yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesi)

mengajar14. karena guru merupakan profesi seorang pendidik yang

profesional dan tugas utama sebagai mendidik, peserta didik,

membimbing mengarahkan dalam perkembangan jasmani maupun rohani

dan mampu berdiri sendiri sebagai pemimpin di muka bumi.

Guru agama Islam adalah guru agama disamping melaksanakan

tugas pengajaran yaitu memberitahukan pengetahuan keagamaan. Selain

itu, guru juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan terhadap

peserta didik, serta membantu pembentukan kepribadian dan pembinaan

12 Departemmen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahas Indonesia Pusat

bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama, 2008), hal. 1051.

13 Anita F. Woolfolk & Lorance McCune-Nicolich, Mengembangkan

Kepribadian & kecerdasan (Psikologi Pembelajaran I), (Jakarta: inisisasipress, 2004), hal. 127.

14Depdikbud, kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka 1997),

(21)

akhlak, dan menumbuhkan serta mengembangkan keimanan dan

ketakwaan para peserta didik15.

Berpijak pada definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa guru

agam Islam mempunyai tugas utama memberitahukan pengetahuan

tentang keagamaan selain itu, guru agama juga membina akhlak, serta

mengembangkan kecerdasan spiritual pada peserta didik.

c. Mengembangkan

Mengembangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

“mengembangkan” mempunyai makna membuka lebar-lebar;

membentangkan16, maka dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan

mengembangkan adalah dorongan yang menyebabkan manusia selalu

meningkatkan kemampuan dirinya untuk belajar dengan tujuan agar

mengembangkan kecerdasan spiritual pada diri siswa.

d. Kecerdasan Spiritual

Istilah kecerdasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

“kecerdasan” merupakan perbuatan mencerdaskan; kesempurnaan

perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran)17.

Kecerdasan dapat diartikan sebagai perihal pertumbuhan akal dan cara

berfikir semakin berkembang dan kemampuan seseorang untuk

memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang

menuntut kemampuan dalam berpikir, dan konsep tersebut menghendaki

15 pengertian Guru Agama Islam, diakses pada tanggal 18 Juni 2013 dari

http:/lib.uin-Malang.ac.id

16Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses pada tanggal 16 Mei 201 dari

http://kbbi.web.id/,

(22)

kesempurnaan akal serta budi yang meliputi kepandaian dan optimalisasi

berfikir.

Definisi lain disebutkan bahwa kecerdasan atau yang biasa

dikenal dengan IQ (intelligence quotient) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah

kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan

masalah, berpikir abstrak dan memahami gagasan18. Artinya kecerdasan

adalah Kemampuan untuk menilai, mengerti, memahami, dan menalar,

atau kecakapan yang menyeluruh dari individu untuk bertindak secara

terarah, berfikir rasional dan berhubungan dengan lingkungannya yang

efektif dalam hal proses pembelajaran guna untuk mencerdaskan siswa.

Istilah spiritual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “spiritual”

mempunyai makna berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani,

batin)19. Secara etiomologi, spiritual berasal dari kata “spirit” yakni

rangsangan yang kuat dari dalam diri. Definisi lain juga disebutkan

bahwa, kata spirit berasal dari kata latin “spiritus”, yang diantaranya

berarti roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup,

dan nyawa hidup. Sedangkan secara terminologi, spiritual Quotient dapat

diartikan sebagai rangsangan keagamaan, dorongan keagamaan, dalam

18Pengertian kecerdasan, diakses pada tanggal 16 Mei 2013 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan.

(23)

prespektif Islam disebutkan sebagai kesadaran fitrah berupa nilai-nilai

keagamaan yang terbawah sejak lahir20.

Berdasarkan perkembangannya, kemudian kata spirit diartikan

secara lebih luas lagi. menurut Hegel, spirit dibagi menjadi tiga tipe

diantaranya: subyektif, obyektif dan obsolut. Pertama, spirit subyektif

berkaitan dengan kesadaran, pikiran, memori, dan kehendak individu

sebagai akibat pengabstraksian diri dalam relasi sosialnya. Kedua, Spirit

obyektif berkaitan dengan konsep fundamental kebenaran (right, recht),

baik dalam pengertian legal maupun moral. Ketiga, spirit obsolut yang

dipandang Hegel sebagai tingkat tertinggi spirit adalah bagian dari nilai

seni, dan agama21.

Pada dasarnya pendidikan agama merupakan Spiritual Quotient,

yakni bimbingan yang dilakukan oleh guru agama dalam upaya

perwujudan kepribadian spirirtual yang cerdas bagi peserta didiknya,

demikian juga pendidikan Islam lebih banyak ditujukan pada perbaikan

sikap mental yang akan berwujud dalam amal perbuatan, baik dalam segi

keperluan diri sendiri maupun orang lain. Namun pada sisi lain,

pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis.

Jadi pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan

amal yang akan mendekatkan diri kepada Allah22.

20Pengertian spiritual quation (quotient) diakses pada tanggal 25 Mei 2013 dari

www.referensimakalah.compendidikan

21

Pengertian iq,eq,sq dan esq, diakses pada tanggal 27 Mei 2013, dari http://fadhlyashary.blogspot.com/2012/04/pengertian-iq-eq-sq-dan-esq.html.

(24)

Berpijak pada definisi antara kecerdasan dan spiritual maka, yang

dimaksud kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna

ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah

dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya

(hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik), serta

berprinsip hanya karena Allah23. Melihat definisi yang ada maka dapat

disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang

dalam beribadah dan setiap perilaku dalam kegiatan membimbing

manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Pendidikan yang sejati merupakan pendidikan hati dan budi

pekerti (akhlak) itu sebagai salah satu memandang fitrah manusia yang

dibekali oleh Allah SWT, berupa kecerdasan emosi, kecerdasan

intelektual, dan kecerdasan spiritual, maka orang tua sebagai lembaga

pendidikan utama dalam pembentukan dan pengembangan kecerdasan

bagi siswa adalah sangat penting.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika untuk memudahkan dalam pembatasan skripsi ini,

maka penulis menyusun sistematika skripsi yang terdiri dari lima bab, yaitu

sebagai berikut:

(25)

Bab I. Merupakan pendahuluan yang meliputi: latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah

dalam judul, dan sistematika penulisan.

Bab II. Merupakan tinjauan pustaka, yang meliputi peran guru agama

Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa. Yakni

peneliti akan membahas tentang kata-kata kunci (keyword) yang

akan dikaji dalam tinjauan pustaka, meliputi: definisi peran,

definisi guru agama Islam, kompetensi guru dan lain-lain,

Bab III. Merupakan metode penelitian, pada bagian ini akan dibahas

tentang metode penelitian yang meliputi: pendekatan penelitian,

sumber data, teknik pengumpulan data atau informan, teknik

analisis data, dan uji keabsahan hasil penelitian.

Bab IV. Merupakan hasil penelitian, pada bagian ini terdapat pembahasan

tentang paparan data, dan temuan penelitian serta pembahasannya.

Meliputi: latar belakang objek penelitian, penyajian dan analisis

data yang berkaitan dengan peran guru pendidikan agama Islam

dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa di SMP

Muhammadiyah 06 Dau Malang.

Bab V. Merupakan penutup, Pada bagian ini, akan dipaparkan kesimpulan

dan saran yakni hasil penelitian dari beberapa pembahasan dalam

Referensi

Dokumen terkait

Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mengembangkan Kecerdasan Emosional yang Menyangkut Kemampuan Memotivasi Diri Siswa di SMK Negeri 1 Boyolangu Tulungagung

Fokus penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengembangan kecerdasan spiritual siswa melalui Pendidikan Agama Islam PAI berbasis budaya sekolah yang mencakup : 1

Dalam hal ini perlu adanya tinjauan bagaimana peran guru IPS benar-benar dapat mengembangkan kecerdasan emosional siswa kelas VII di sekolah, serta bagaimana Dari hasil penelitian

Faktor pendukung strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dilihat dari fasilitas sekolah yang memadai berupa

Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa di MTs Muhammadiyah Al Manar

1. Ada beberapa peran yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan emosional peserta didik di SMP Negeri 1 Bungoro. Peran tersebut

Skripsi ini membahas upaya guru pendidikan agama Islam dalam menanaman kecerdasan spiritual pada siswa di SMA N 01 Balapulang, Upaya guru pendidikan Agama Islam

Iklima, Galuh Woro. Peran Guru Agama Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Anak Di SMK Negeri 1 Jambu Desa Jambu Kec. Jurusan