• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR LAHIRNYA KENTENTUAN TENTANG PERSERIKATAN PERDATA NOTARIS. keuntungan yang terjadi karenanya. Menurut pasal tersebut syarat Persekutuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DASAR LAHIRNYA KENTENTUAN TENTANG PERSERIKATAN PERDATA NOTARIS. keuntungan yang terjadi karenanya. Menurut pasal tersebut syarat Persekutuan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DASAR LAHIRNYA KENTENTUAN TENTANG PERSERIKATAN PERDATA NOTARIS

Perserikatan Perdata diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, menurut pasal 1618 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Persekutuan Perdata merupakan “suatu perjanjian dimana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu kedalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya.” Menurut pasal tersebut syarat Persekutuan Perdata adalah adanya pemasukan sesuatu kedalam persekutuan (inbreng), dan ada pula pembagian keuntungan dari hasil pemasukan tersebut, suatu Perserikatan Perdata dibuat berdasarkan perjanjian oleh para pihak yang mendirikannya. Dalam perjanjian itu para pihak berjanji memasukan sesuatu (modal) kedalam persekutuan, dan hasil dari usaha yang dijalankan (keuntungan) kemudian dibagi diantara para pihak sesuai perjanjian.

Undang-undang tidak menentukan mengenai cara pendirian perserikatan, sehingga perjanjian perserikatan bentuknya bebas. Tetapi dalam praktek, hal ini dilakukan dengan akta otentik ataupun akta dibawah tangan. Juga tidak ada ketentuan yang mengharuskan pendaftaran dan pengumuman bagi perserikatan, hal ini sesuai dengan sifat maatschap yang tidak menghendaki adanya publikasi (terang-terangkan).

(2)

Perjanjian untuk mendirikan perserikatan, disamping harus memenuhi ketentuan dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. tidak dilarang oleh hukum;

b. tidak bertentangan dengan tatasusila dan ketertiban umum; dan

c. harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar, yaitu keuntungan.

A. Sejarah Lahirnya Perserikatan Perdata 1. Perserikatan Perdata

Maatschap atau Perserikatan Perdata, adalah kumpulan dari orang-orang yang biasanya memiliki profesi yang sama dan berkeinginan untuk berhimpun dengan menggunakan nama bersama. Perserikatan Perdata sebenarnya adalah bentuk umum dari Firma dan Perseroan Komanditer (Comanditaire Venootschap).

Dimana sebenarnya aturan dari perserikatan perdata, Firma dan Comanditaire Venootschap pada dasarnya sama, namun ada hal-hal yang membedakan di antara ketiganya. Perserikatan ini diatur dalam bab ke VIII bagian pertama dari buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.

Di Inggris perserikatan perdata dikenal dengan istilah Hukum Persekutuan dengan namacompany lawyakni adalah himpunan hukum atau ilmu hukum mengenai bentuk-bentuk kerjasama, baik yang berstatus badan hukum (partnership) ataupun yang tidak berstatus badan hukum (corporation)

(3)

Di Belanda istilah Hukum Persekutuan dikenal dengan nama

Vennotschapsretchts yang lebih sederhana sekedar terbatas pada NV, Firma dan CV yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, sedangkan Perserikatan Perdata (maatschap) yang dianggap sebagai induknya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Pengertian Perserikatan Perdata pada pasal 1618 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah perjanjian antara dua orang atau lebih mengikat diri untuk memasukkan sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan dengan maksud membagi keuntungan yang diperoleh karenanya.

Unsur-unsurnya ialah :

1. Adanya suatu perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih

2. masing-masing pihak harus memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan (inbreng) 3. bermaksud membagi keuntungan bersama

Angela Schneeman mendefinisikan partnership sebagai suatu asosiasi yang terdiri dari dua orang atau lebih melakukan kepemilikan bersama suatu bisnis untuk mendapatkan keuntungan. Partnership dapat juga diartikan sebagai suatu perjanjian (agreement) diantara dua orang atau lebih untuk memasukkan uang, tenaga kerja, dan keahlian ke dalam suatu perusahaan, untuk mendapatkan keuntungan yang dibagi bersama sesuai dengan bagian atau proporsi yang telah disepakati bersama.

Di Inggris, menurut Pasal 1 Partnership Act 1890 perserikatan perdata adalah hubungan antara orang yang menjalankan kegiatan bisnis dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (partnership is relation which subsists between persons carrying a business in common with a view to profit).

(4)

Di Malaysia, perserikatan perdata ini dikenal dengan istilah ‘perkongsian”.

Perkongsianmenurut Seksysen 3 (1) AktaPerkongsian(Partnership Act) 1961 (yang telah diperbaharui pada 1974) adalah “perhubungan yang wujud antara orang-orang yang menjalankan perniagaan” (the relation which subsist between persons carrying on business in common with a view of profit).31

Dari perserikatan perdata baik yang dianut di Inggris, Amerika Serikat, dan Malaysia dapat ditarik beberapa unsur yang melekat dalam persekutuan perdata yakni:32

1. Ketentuan di atas secara tegas tidak memasukkan persekutuan perdata sebagai perusahaan yang terdaftar berdasarkan ketentuan perundang-undangan perusahaan;

2. Persekutuan perdata merupakan hubungan kontraktual; 3. Persekutuan itu menjalankan suatu kegiatan bisnis;

4. Persekutuan didirikan dan dijalankan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa perserikatan perdata baik dalam sistem hukum Indonesia maupun dalam sistem common law memiliki kesamaan, Kesamaan itu terletak pada hubungan para sekutu didasarkan perjanjian. Dengan perkataan lain, persekutuan perdata tunduk pada hukum perjanjian.

Orang (person) yang melakukan kerjasama di dalam persekutuan tersebut dapat berupa perorangan, perserikatan perdata, perusahaan yang berbadan hukum, atau bentuk persekutuan lainnya.

31Shaik Mohd. Noor Alam S.M. Hussain,Undang-Undang Komersil Malaysia(Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2000), hlm 248. Lihat juga Lee Mei Pheng,General Principles of Malaysian Law(Selangor Darul Ehasan: Fajar Bakti Sdn. Bhd, 2002), Hal 382.

(5)

Makna bisnis (business) di dalam definisi persekutuan di atas mencakup setiap aktivitas atau kegiatan dalam bidang perdagangan dan pekerjaan (occupation) atau profesi (profession). Dengan demikian, perserikatan perdata dapat merupakan suatu wadah untuk menjalankan kegiatan yang bersifat komersial dan profesi seperti pengacara (advokat) dan akuntan.

Dari makna perserikatan perdata di atas, jelas bahwa jumlah sekutu dalam perserikatan perdata minimal ada dua orang. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak menyebutkan berapa jumlah maksimal sekutu dalam perserikatan. Di dalam Akta Perkongsian Malaysia diatur jumlah maksimal sekutu (pekongsi) dalam perserikatan perdata. Seksysen 14 dan 47 (2) Akta Perkongsian menentukan bahwa, jumlah maksimum bagi sekutu adalah dua puluh orang, dan bagi perserikatan menjalankan profesi maksimum tiga puluh orang dengan syarat profesi itu hendaklah sesuatu yang lazimnya tidak dijalankan oleh “syarikat” atau badan perniagaan yang diatur berdasarkan AktaSyarikat.33

Mengenai pembubaran perserikatan, Pasal 1646 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur bahwa suatu perserikatan hanya dapat berakhir apabila: 1. Lewatnya waktu untuk mana perserikatan telah diadakan ;

2. Musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok Perserikatan ;

3. Atas kehendak semata-mata dari beberapa orang sekutu ;

4. Jika salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit.

Untuk perserikatan yang didirikan untuk waktu yang tidak tertentu, maka pembubarannya berlaku pasal 1649 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu

(6)

dengan kehendak beberapa atau seorang sekutu. Pembubaran dilakukan dengan suatu pemberitahuan penghentian pada seluruh sekutu lainnya. Pemberitahuan penghentian ini harus dilakukan dengan itikad baik, dan tidak dilakukan dengan secara tidak memberikan waktu.

Menurut pandangan klasik, Burgelijke Maatschap atau lebih popular disebut

Maatschap/Perserikatan Perdata merupakan bentuk genus (umum) dari Persekutuan Firma (VoF) dan Persekutuan Komanditer (Comanditaire Venootschap). Bahkan menurut pandangan klasik, tadinya Maatschap/Perserikatan tersebut merupakan bentuk genus pula dari Perseroan Terbatas. Hanya saja, karena saat ini tentang Perseroan Terbatas sudah jauh berkembang, maka ada pendapat yang mengatakan Perseroan Terbatas bukan lagi termasuk bentukspecies(khusus) dariMaatschap.34

Menurut kepustakaan, Maatschap itu bersifat 2 (dua) muka, yaitu bisa untuk kegiatan yang bersifat komersial atau bisa pula untuk kegiatan non komersial termasuk dalam hal ini untuk perserikatan-perserikatan menjalankan profesi. Dalam praktek dewasa ini, yang paling banyak dipakai justru untuk non profit kegiatan profesi itu, misalnya persekutuan diantara para lawyer dan notaris yang biasa dikenal sebagai “associated” atau “partner” (rekan) atau “compagnon” yang disingkat “Co”.35

34Rudhi Prasetya,Maatschap, Firma, dan Persekutuan Komanditer, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hal.2

(7)

2. Jenis-jenis Perserikatan Perdata

1) Perserikatan Perdata Umum (Pasal 1622 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) Perserikatan Perdata umum meliputi apa saja yang akan diperoleh para sekutu sebagai hasil usaha mereka selama perserikatan berdiri. Perserikatan jenis ini usahanya bisa bermacam-macam (tidak terbatas) yang penting inbrengnya ditentukan secara jelas/terperinci.

2) Perserikatan Perdata Khusus (Pasal 1623 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) Perserikatan Perdata khusus (bijzondere maatschap) adalah perserikatan yang gerak usahanya ditentukan secara khusus, bisa hanya mengenai barang-barang tertentu saja, atau pemakaiannya, atau hasil yang akan didapat dari barang-barang itu, atau mengenai suatu usaha tertentu atau penyelenggaraan suatu perusahaan atau pekerjaan tetap. Jadi, penentuannya ditekankan pada jenis usaha yang dikelola oleh perserikatan baik dalam bentuk umum ataupun khusus, bukan pada inbrengnya.

Mengenaiinbreng, baik pada perserikatan umum maupun perserikatan khusus harus ditentukan secara jelas/terperinci. Kedua perserikatan ini dibolehkan. Yang tidak dibolehkan adalah perserikatan yang sangat umum yang inbrengnya tidak diatur secara terperinci seperti yang disinggung oleh Pasal 1621 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Perserikatan termasuk salah satu jenis permitraan (partnership) yang dikenal dalam hukum Perusahaan di Indonesia disamping bentuk lainnya seperti

(8)

Perserikatan merupakan bentuk usaha yang biasa dipergunakan oleh para Konsultan, Ahli Hukum, Dokter, Arsitek dan profesi-profesi sejenis lainnya.

Perserikatan perdata merupakan bentuk permitraan yang paling sederhana karena:36

a. Dalam hal modal, tidak ada ketentuan tentang besarnya modal, seperti yang berlaku dalam Perseroan Terbatas (PT) yang menetapkan besar modal minimal ;

b. Dalam rangka memasukkan sesuatu dalam persekutuan atau maatschap, selain berbentuk uang atau barang, boleh menyumbangkan tenaga saja;

c. Lapangan kerjanya tidak dibatasi, juga bisa dalam bidang perdagangan;

d. Tidak ada pengumuman kepada pihak ketiga seperti yang dilakukan dalam Firma

B. Perserikatan Perdata sebagai Hal Baru dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

1. Perserikatan Perdata Notaris

Setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang diundangkan pada tanggal 6 Oktober 2004, kebijakan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia di bidang kenotariatan mengalami perubahan. Kebijakan kenotariatan yang sebelumnya didasarkan pada Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M-01.HT.03.01 Tahun 2003 tentang Kenotarisan, telah diubah dan disempurnakan dengan Peraturan Menteri Hukum dan

(9)

Hak Asasi Manusia Nomor M.01.HT.03.01 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan, Perpindahan dan Pemberhentian Notaris.

Salah satu kebijakan yang baru dikeluarkan bagi Notaris adalah sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang menetapkan bahwa Notaris dapat menjalankan jabatannya dalam bentuk perserikatan perdata dengan tetap memperhatikan kemandirian dan ketidakberpihakan dalam menjalankan jabatannya. Selanjutnya disebutkan bahwa bentuk perserikatan perdata yang akan digunakan diatur oleh para Notaris berdasarkan peraturan perundang-undangan, sedangkan ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dalam menjalankan jabatan Notaris diatur dalam Peraturan Menteri.

Sebelum ada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004, Notaris tunduk pada Stbl.Nomor 3 Tahun 1860 tentang Peraturan Jabatan Notaris. Pada Pasal 12 Peraturan Jabatan Notaris terdapat larangan bagi notaris untuk mengadakan perserikatan. Adapun pertimbangan untuk tidak memperkenankan para notaris untuk mengadakan perserikatan adalah karena perserikatan tidak menguntungkan bagi masyarakat umum. Dikatakan tidak menguntungkan karena perserikatan akan mengurangi persaingan dan pilihan masyarakat terhadap notaris yang dikehendakinya. Selain itu dikhawatirkan perserikatan semacam ini akan menyebabkan kurang terjaminnya kewajiban merahasiakan yang dibebankan kepada para notaris.37

(10)

Saat ini jumlah notaris sangatlah banyak (sampai dengan akhir Juni 2011 jumlah notaris di Indonesia tercatat sudah mencapai angka 12.350 orang)38, sehingga diperlukan pemikiran baru untuk mengatasi membludaknya jumlah notaris yang ada.

Berdasarkan perintah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tersebut, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia yang berperan sebagai regulator merancang Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Persyaratan Menjalankan Jabatan Notaris dalam Bentuk Perserikatan Perdata.

Rancangan Peraturan Menteri tersebut disusun oleh suatu tim yang terdiri dari unsur dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia yang terdiri dari Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum dan Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan, unsur ahli/akademisi, organisasi Notaris, dan Majelis Pengawas Notaris. Saat ini Tim tersebut sudah menyelesaikan Peraturan Menteri tentang Persyaratan Menjalankan Jabatan Notaris dalam Bentuk Perserikatan Perdata dan Peraturan Menteri ini sudah disyahkan oleh Patrialis Akbar yang pada saat itu menjabat selaku Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Peraturan Menteri tentang Persyaratan Menjalankan Jabatan Notaris dalam Bentuk Perserikatan Perdata tersebut diundangkan di Jakarta, tepatnya pada tanggal 08 Pebruari 2010 (selanjutnya akan disebut “Peraturan Menteri”) memuat ketentuan sebagai berikut :

38

Abdul Bari Azed, “Kebijakan Pemerintah di Bidang Kenotariatan”,

(11)

Pengertian-pengertian atau definisi-definisi yang terdapat pada ketentuan umum Peraturan Menteri tersebut ialah;

Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri, Perserikatan Perdata Notaris adalah: “Perjanjian kerjasama para Notaris dalam menjalankan jabatan masing-masing sebagai Notaris dengan memasukkan semua keperluan untuk mendirikan dan mengurus serta bergabung dalam satu kantor bersama.

Menurut ketentuan Pasal 2 Peraturan Menteri Tujuan Perserikatan meliputi : a. meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang kenotariatan ;

b. meningkatkan pengetahuan dan keahlian teman serikat ; dan c. efisiensi biaya pengurusan kantor.

Dalam hal yang menjadi tujuan dalam pasal 2 huruf b pendirian perserikatan perdata tersebut, yakni ” meningkatkan pengetahuan dan keahlian teman serikat ” dikaji berdasarkan prinsip kemandirian maka hal tersebut bertolak belakang dengan apa yang sudah menjadi kewajiban seorang notaris, terlebih-lebih calon notaris tersebut telah sudah melewati masa magang selama 1 tahun, seharusnya calon notaris harus sudah memiliki bekal yang cukup dan telah matang dalam pengetahuan yang seharusnya sudah dimilikinya pada saat proses perkuliahan Magister Kenotariatan dan masa magang selama 1 tahun, bukan meningkatkan pengetahuan dan keahlian pada saat telah berserikat, tujuan tersebut seolah-olah mengizinkan calon notaris yang belum matang dalam berkarir untuk menjadi seorang notaris dan melayani masyarakat, hal tersebut berindikasi terhadap kesalahan-kesalahan yang mungkin akan dibuat dalam aktanya dan minimnya pengetahuan untuk memberikan sosialisasi

(12)

hukum kepada masyarakat sehingga akan membuat citra buruk bagi dunia kenotariatan.

Menurut Pasal 1633 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, cara membagi keuntungan dan kerugian itu sebaiknya diatur dalam perjanjian mendirikan perserikatan perdata, dengan cara tidak boleh memberikan seluruh keuntungan kepada seorang sekutu saja (Pasal 1635 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), sebab ini melanggar “mengejar keuntungan bersama”. Tetapi sebaliknya undang-undang memperbolehkan pembebanan seluruh kerugian kepada seorang sekutu saja (Pasal 1635 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

Kalau dalam perjanjian tidak ada aturan tentang cara membagi keuntungan dan kerugian, maka berlakulah Pasal 1633 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang menetapkan bahwa pembagian itu harus dilakukan menurut asas “keseimbangan pemasukan”, dengan pengertian bahwa pemasukan yang berupa tenaga kerja hanya dipersamakan dengan pemasukan uang atau benda yang terkecil (Pasal 1633 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

Sementara dalam dunia kenotariatan, tidak mengenal cara pembagian keuntungan menurut ketentuan sebagaimana termaktub diatas. Sebab, dikarenakan Jabatan Notaris merupakan Profesi Luhur yang mempunyai kewenangan yang sama, sehingga menempatkan para notaris dalam posisi sederajat. Tentunya para notaris akan mendapatkan Honorarium langsung dari kliennya masing-masing. Dengan demikian, penerapan perserikatan perdata Notaris tidak lebih kepada kantor bersama.

(13)

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun penjelasan pasal demi pasal suatu Undang-Undang, yaitu:

1. Tidak bertentangan dengan materi pokok yang diatur dalam batang tubuh. 2. Tidak memperluas atau menambah norma yang ada dalam batang tubuh.

3. Tidak melakukan pengulangan atas materi pokok yang diatur dalam batang tubuh.

4. Tidak mengulangi uraian kata, istilah, atau pengertian yang telah dimuat di dalam ketentuan umum.

Akan tetapi, pembentuk Undang-Undang Jabatan Notaris telah membuat suatu aturan yang bertentangan antara batang tubuh dan penjelasan. Dimana dalam batang tubuh Pasal 20 ayat (1) menyatakan perserikatan perdata, yang semestinya harus mengikuti aturan yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tapi dalam penjelasannya mengatakan maksud dari perserikatan perdata tersebut hanya berupa kantor bersama. Tentunya juga telah terjadi penambahan norma baru yang dimana antara batang tubuh dan penjelasan mempunyai konsep hukum yang berbeda.

Dengan demikian, penjelasan semestinya sebagai sarana untuk memperjelas norma batang tubuh, tidak boleh mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan dari norma yang dijelaskan.

Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah melalui pengurus pusatnya Maferdy Yulius, sebagai ketua tim revisi Undang-Undang Jabatan Notaris dan sekretarisnya Otty Hari Chandra Ubayani menyatakan bahwa kami ingin agar Undang-Undang Jabatan Notaris bisa mencegah monopoli notaris agar tercipta keadilan dan

(14)

pemerataan rezeki. Coba lihat pasal 20 yang membolehkan notaris membuat perserikatan perdata sehingga bisa melakukan semacam monopoli terhadap klien. Notaris-notaris yang sudah pensiun bisa saja tetap menguasai klien-kilennya melalui perserikatan perdata. Mereka yang sudah pensiun itu akan mewariskan kliennya kepada orang-orangnya atau keluarganya, sehingga nanti terjadi semacam "dinasti notaris". Akibatnya notaris yang lain tidak kebagian rezeki. Pasal 20 Undang-Undang Jabatan Notaris antara lain menyatakan bahwa notaris dalam menjalankan jabatannya (dalam bekerja) boleh membuat perserikatan perdata atau perkumpulan. Pasal 20 ini telah diusulkan Ikatan Notaris Indonesia untuk dikuatkan di dalam Rancangan perubahan Undang-Undang Jabatan Notaris. Kami tidak setuju karena akan merugikan notaris lain. Misalnya ada notaris yang sudah masuk waktu pensiun dan ingin tetap menguasai "ladang rezeki"nya, maka ia akan membuat perkumpulan itu dengan notaris lain yang belum pensiun. Bisa saja Ia membuat perkumpulan notaris dengan anaknya, istrinya, keponakannya atau mantan assistennya. Dengan demikian, boleh dibilang, pasal ini akan membuat notaris yang seperti ini berkuasa sampai akhir hayatnya dengan menciptakan oligarki kepemimpinan. Sementara itu notaris lainnya gigit jari. Masalah-masalah inilah yang mestinya jadi fokus perhatian dalam revisi Undang-Undang Jabatan Notaris. Di dalam agenda Rancangan perubahan Undang-Undang Jabatan Notaris yang dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat dan usulan-usulan Ikatan Notaris Indonesia, kami tidak melihat perhatian terhadap masalah kelangsungan hajat hidup para notaris yang seharusnya dilindungi. Kami tidak melihat ada upaya melindungi notaris dari

(15)

monopoli atau oligarki notaris yang ingin menguasai sendiri "ladang pekerjaan" yang seharusnya untuk orang banyak sebagaimana yang diakomodir pada pasal 20 Undang-Undang Jabatan Notaris.39

Dalam hal lain yang menjadi tujuan Perserikatan tersebut sedikit menimbulkan polemik tersendiri, sebagaimana yang diungkapkan Herlin Budiono40: “Bahwa kehadiran asosiasi notaris di Indonesia adalah suatu dilema, disatu pihak ia ingin meningkatkan kualitas pelayanan notaris yang lebih baik, namun di segi lain kita belum siap dengan disiplin, nilai moral dan etika profesi yang tinggi dikhawatirkan jangan-jangan asosiasi notaris berubah menjadi perusahaan akta notaris”.

Adapun pendapat lain mengatakan seperti yang dikemukakan Menurut G.H.S.Lumban Tobing41:

Bahwa persekutuan sedemikian tidak menguntungkan bagi masyarakat umum, oleh karena hal itu berarti mengurangi persaingan dan pilihan masyarakat tentang notaris yang dikehendakinya, lebih-lebih di tempat-tempat dimana hanya ada beberapa notaris. Selain dari itu adanya persekutuan diantara para notaris akan menyebabkan kurang terjaminnya kewajiban merahasiakan yang dibebankan kepada para notaris.

Menurut G.H.S.Lumban Tobing, adanya persyaratan untuk terlebih dahulu menjalani suatu masa magang sebelum seseorang diangkat sebagai notaris adalah penting karena selama masa magang itulah sebenarnya seorang notaris dapat

39Maferdy Yulius dan Otty Hari Chandra Ubayani,Revisi Undang-Undang Jabatan Notaris

Utamakan Pemerataan Rezeki,

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:zns4RiIgYyIJ:medianotaris.com/revisi_uujn_ utamakan_pemerataan_rezeki_berita111.html%3Flang%3Den+perserikatan+perdata+notaris&cd=30& hl=id&ct=clnk&gl=id,diakses pada tanggal 15 Mei 2012.

40 Burhanuddin Hussaini,Loc Cit,Hal. 71.

(16)

memperoleh keterampilan dan pengetahuan praktis yang sangat dibutuhkannya kelak didalam menjalankan jabatannya sebagai notaris42. Sehingga yang menjadi tujuan dari perserikatan yang termaktub pada pasal poin (b) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor : M.HH.01.AH.02.12. Tahun 2010 tentang persyaratan menjalankan jabatan notaris dalam bentuk perserikatan perdata juga dinilai tidak sesuai, dikarenakan profesi seorang notaris harus telah mandiri saat ia mengucapkan sumpah pengangkatannya, notaris tersebut harus sudah dibekali pengetahuan dan keahlian yang cukup yang telah didapatnya dari perkuliahan dan pada saat masa magang yang merupakan suatu syarat untuk diangkatnya menjadi seorang notaris, sehingga notaris tersebut sudah harus siap dan telah harus dibekali dengan pengetahuan dan keahlian yang baik untuk menjadi notaris, bukan meningkatkan pengetahuan dan keahlian setelah menjadi seorang notaris, hal tersebut dikhawatirkan bukanlah menciptakan kepastian hukum bagi klien yang datang kepadanya kelak, sehingga akan diragukan produk yang akan dikeluarkan oleh notaris yang berserikat tersebut dan dapat membuat citra yang buruk dimasyarakat kelak.

2. Kewenangan dan Tanggung Jawab Notaris

Pada umumnya masyarakat telah mengetahui tugas dan wewenang notaris. Notaris itu diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah c.q. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia selaku pembantu presiden (pasal 17 Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945)

(17)

Notaris dalam menjalankan jabatannya itu, tentu saja ia harus mengindahkan berbagai perundangan (peraturan hukum) yang berlaku. Meskipun dalam melaksanakan jabatannya diatur dalam peraturan khusus (Undang-Undang Jabatan Notaris), pengangkatan dan pemberhentiannya dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, diambil sumpah dan lain sebagainya, ia tidak mendapat gaji dan / atau uang pensiun dari pemerintah, ia mendapat honorarium dari para langganannya sebagai imbalan jasa-jasanya sesuai dengan peraturan yang bersangkutan.

Notaris yang diangkat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas dan wewenang membuat akta otentik. Akta otentik adalah akta yang mempunyai kepastian isi, kepastian tanggal dan kepastian orangnya sehingga dapat menjadi alat bukti sempurna.

Kepastian isi akta notaris berarti memang demikian yang dikehendaki oleh para pihak, dan juga isi akta itu telah disaring oleh notaris, tidak melanggar hukum sebab notaris sesuai dengan sumpahnya, akan menepati dengan seteliti-telitinya semua atau segala peraturan bagi Jabatan notaris yang sedang berlaku atau kepastian orangnya, memang orangnya, bukan orang lain dan bukan ditanda tangani orang lain. Sebab setiap orang yang hendak membuat akta harus terlebih dahulu dikenal oleh notaris yang membuatnya. Apabila notaris tidak mengenal orang tersebut, maka orang itu tidak dapat membuat akta notaris. Tidak dikenal oleh notaris, bisa membuat akta tetapi harus diperkenalkan oleh dua orang saksi yang dikenal oleh notaris.

(18)

Dalam hal perserikatan perdata sedikit menutup kemungkinan untuk memberikan kesempatan masyarakat untuk memilih sendiri notaris yang dipercayainya.

Dalam Peraturan Menteri tersebut dikatakan bahwa para notaris dapat membuat perjanjian khusus dalam rangka menunjuk salah seorang diantara mereka atau orang ketiga sebagai pengurus Perserikatan (gerant mandataire). Menurut Pasal 1637 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pengurus yang ditunjuk itu berhak melakukan semua tindakan kepengurusan yang ia anggap perlu, walaupun tidak disetujui oleh beberapa sekutu, asalkan dilakukan dengan itikad baik. Jadi pengurus dapat bertindak atas nama perserikatan dan mengikat para sekutu tersebut terhadap pihak ketiga dan sebaliknya pihak ketiga terhadap para mitra selama masa penunjukkan (kuasa) itu berlaku. Para sekutu tentu saja masih bebas untuk menggeser atau mengganti pengurus dengan mandat tersebut.

Selama pengurus yang ditunjuk itu ada, maka para sekutu yang bukan pengurus tidak mempunyai kewenangan untuk bertindak atas nama perserikatan dan tidak bisa mengikat para sekutu lainnya dengan pihak ketiga.

Bila tidak ada penunjukan secara khusus mengenai pengurus, Pasal 1639 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menetapkan bahwa setiap sekutu dianggap secara timbal balik telah memberi kuasa, supaya yang satu melakukan pengurusan terhadap yang lain, bertindak atas nama perserikatan dan atas nama mereka. Jadi, berkenaan dengan tanggungjawab intern antara sekutu yang berserikat tersebut, kecuali dibatasi secara tegas dalam perjanjian pendirian perserikatan, setiap sekutu

(19)

berhak bertindak atas nama perserikatan dan mengikat para sekutu terhadap pihak ketiga dan pihak ketiga terhadap para sekutu tersebut akan tetapi hal ini tidak dapat dijalankan dikarenakan jabatan notaris tidak menjalankan profesinya dengan membawa nama perserikatan atau lain sebagainya, walaupun mereka berserikat tetapi mereka tetap mengejerjakan tugas mereka masing-masing dengan membawa nama mereka sendiri-sendiri, hal yang menjadi jaminan atas kepastian hukum sebagaimana dimaksud diatas juga tidak lagi dapat dijalankan apabila para notaris berserikat, karena bila ada penunjukan pengurus pada perserikatan perdata notaris, maka si penguruslah yang berhak mengikat para notaris terhadap klien yang datang.

Pasal 20 Undang-Undang Jabatan notaris adalah hal yang baru dikalangan notaris, sehingga masih banyak keraguan dari para senior notaris ataupun calon notaris untuk menjalankannya, beberapa aspek yang dapat dilihat ialah kekhawatiran dalam hal pengurusan dan pembagian keuntungan serta ketidakpastian akan menjamin kemandirian dan kerahasiaan serta kepastian hukum yang ada pada perserikatan tersebut, hal ini didasari oleh kurangnya sosialisasi mengenai perserikatan tersebut sehingga belum ada notaris yang berani mencoba menjalankan jabatannya dalam bentuk perserikatan perdata, tetapi jika peraturan tersebut hanya dijalankan dalam bentuk kantor bersama notaris tanpa adanya persinggungan pengaturan dan pengurusan, maka hal tersebutlah yang sangat tepat untuk diterapkan, karena tidak ada benturan-benturan serta ketimpangan-ketimpangan hukum di dalamnya, hal ini diketahui karena sudah banyak notaris di Indonesia yang melaksanakan kantor bersama notaris tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Strategi dan Peran Fundraiser di BAZNAS Kabupaten Sidoarjo Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Sidoarjo menggunakan menajemen strategi terlebih dahulu guna

sebagian khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nisab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya

Agar implementasi pembinaan mustahik menjadi muzakki bisa terealisasi dengan baik, diperlukan sinergitas antara beberapa pihak baik pengelola zakat dengan

Hasil sampel yang positif pada tes perkiraan dapat dilanjutkan dengan memasukkan sampel positif ke dalam media BGLB (Brillian Green Lactose Broth) untuk uji bakteri

Persepsi kepala sekolah terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 yang terbukti dari hasil penelitian bahwa SMK Negeri 5 Surabaya sudah sangat siap dalam melaksanakan

Namun, tidak semua orang yang melakukan pernikahan dapat merasakan kebahagian atau harmonis dalam keluarga namun ada juga menyebabkan Disharmoni hingga sampai mengalami

Lem ikan dengan bahan baku sisik ikan Kakap Putih ( Lates calcarifer ), ikan Bandeng ( Chanos chanos Forks), dan ikan Nila ( Oreochromis niloticus ) berpengaruh

Struktur harga dengan sendirinya akan megatur dan menyaring produsen berdasarkan tingkat kemampuan produsen dalam menanggung biaya produksi yang meliputi biaya