• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI INDEKS ENERGI KAPAL DI INDONESIA SESUAI REGULASI IMO TAHUN 2009 TENTANG EEDI DAN SEEMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI INDEKS ENERGI KAPAL DI INDONESIA SESUAI REGULASI IMO TAHUN 2009 TENTANG EEDI DAN SEEMP"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014

D-2-1

IDENTIFIKASI INDEKS ENERGI KAPAL DI INDONESIA

SESUAI REGULASI IMO TAHUN 2009 TENTANG EEDI DAN SEEMP

Noah Cahyasasmita1) dan I.K.A.P Utama2)

1) PT Biro Klasifikasi Indonesia, Kantor Cabang Utama Surabaya

2) Jurusan Teknik Perkapalan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

.

ABSTRAK

Dalam rangka menciptakan lingkungan laut yang lebih bersih dan sebagai wujud partisipasi menjaga keberlangsungan hidup manusia di bumi, maka organisasi maritim dunia (IMO) yang berpusat di London mengeluarkan regulasi tentang EEDI (energy efficiency design index) pada tahun 2009 dan berlaku efektif per 1 Januari 2013. Ketentuan ini berlaku untuk kapal-kapal baru dengan kapasitas 400 GT ke atas. Sementara itu, untuk kapal-kapal-kapal-kapal yang telah ada, IMO mengeluarkan ketentuan tentang Ship Energy Efficiency Management Plan (SEEMP). Paper ini membahas tentang evaluasi 3 jenis kapal yang umumnya beroperasi di perairan Indonesia yaitu kapal tunda, kapal penumpang, dan kapal pengangkut kontainer. Masing-masing tipe kapal terdiri dari 5 kapal dan fokus evaluasi adalah berupa analisis pemilihan motor induk dan indeks energi dari masing-masing kapal dan tipe kapal. Pembahasan meliputi perhitungan besarnya energi indeks (termasuk apakah kapal-kapal tersebut melampaui ambang batas yang ada) dan analisis tentang pengurangan indeks energi seperti penggunaan sistem penggerak hybrid, optimalisasi desain kapal dan penyempurnaan sistem pengoperasian kapal.

Kata kunci: IMO, EEDI, SEEMP, Indeks Energi

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 pulau. Untuk menghubungkan kepulauan yang ada di Indonesia, transportasi laut menjadi sangat dominan dan penting. Salah satu alat transportasi laut yang paling dikenal adalah kapal. Telah diketahui bahwa kapal adalah bangunan apung yang mahal. Nilai ekonomis sebuah kapal, amat ditentukan oleh conceptual design meliputi construction, main engine and auxilliary engine,

design speed yang tepat dan pemilihan bahan bakar (Atlas, 2008).

Di era kini di samping kenaikan harga material bahan baku kapal (baja), kenaikan harga bahan bakar di seluruh dunia meningkat drastis sehubungan dengan makin berkurangnya sumber energi alam. Kedua hal tersebut menyebabkan harga kapal semakin mahal. Penyebab lain yang mengakibatkan harga kapal semakin mahal adalah environmental

issues yang dalam hal ini adalah persyaratan ambang batas exhaust gas polution. Dalam

MARPOL Annex VI harga ambang batas gas buang yang mengandung CO2, NOx, SOx, dan

Particulate Matter (PM) dibatasi sesuai dengan engine rate speed. Persyaratan ini berakibat

pada semakin mahalnya harga permesinan kapal sebagai akibat adanya usaha – usaha dari

engine builder untuk memenuhi persyaratan ambang batas exhaust gas polution. Pada proses

pembangunan kapal baru dominasi permesinan kapal memegang peranan sampai dengan 70% baik dari segi keuangan maupun dari segi pelaksanaan pekerjaan. Oleh sebab itu sejak awal pemilihan mesin penggerak harus benar – benar diperhatikan (MARPOL Annex VI, 2009).

Dalam penelitian ini pemilihan mesin penggerak harus diutamakan dan mendapat perhatian pada awal conceptual design untuk memenuhi nilai ekonomis yang paling optimal

(2)

D-2-2

dan untuk memenuhi tuntutan environmental issues khususnya emisi gas buang. Penelitian dibatasi pada pemilihan jenis kapal dan beberapa model yang relevan untuk perhitungan.

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini Untuk mengetahui bagaimana mendapatkan nilai fuel oil consumption yang seminimal mungkin., Mampu mengoperasikan kapal pada kondisi yang paling efisien, dan terciptanya banyak kapal yang ramah lingkungan bila ditinjau dari pemakaian mesin induk.

METODE

Penelitian ini dilakukan secara garis besar terdiri atas lima tahap, yaitu penelitian pendahuluan, pengumpulan data kapal, pembuatan model kapal, perhitungan daya kapal dan perhitungan index energi berdasarkan IMO. Tahap Penelitian pendahuluan dilakukan dengan identifikasi kondisi lapangan, permasalahan, kriteria penentuan jenis kapal, serta pengumpulan literatur yanng terkait.

Tahap Pengumpulan Data Kapal

Tahap Pengumpulan data primer ini adalah pengumpulan data kapal yang didapatkan dari website atau laporan penelitian sebelumnya. Data yang dibutuhkan berkaitan dengan jenis kapal yang akan digunakan untuk analisa dan perhitungan. Jenis kapal yang akan dianalisa ada tiga jenis kapal, yaitu kapal penumpang, kapal container dan kapal tunda. Masing – masing dari setiap jenis kapal yang dianalisa diambil 5 sampel untuk dilakukan analisa perbandingan.

Tahap Pembuatan Model Kapal

Setelah pengumpulan data ukuran utama kapal yang diperlukan, pembuatan model kapal dapat dilakukan untuk memperoleh data karakteristik lambung kapal dan data lain – lain untuk mempermudah perhitungan daya dan besar mesin kapal. Pembuatan model kapal menggunakan software Maxsurf dan AutoCAD, dalam pembuatan model pengecekan dilakukan berdasarkan gambar kapal yang didapat dari data sekunder.

Penggunaan maxsurf mempermudah analisa bentuk badan kapal dan membantu perhitungan tahanan dan daya yang dibutuhkan, dalam maxsurf terdapat beberapa software penunjang yang dapat mempercepat analisa tahanan dan mengkoreksi perhitungan manual secara menyeluruh. Penjelasan detil tentang Maxsurf dapat di lihat pada manual maxsurf (Maxsurf, 2011)

Gambar 1 Model kapal yang dibuat

Tahap Perhitungan Daya Kapal

Setelah pembuatan model didapatkan data karakteristik lambung dan data kapal lainnya untuk menghitung daya yang diperlukan oleh kapal tersebut. Perhitungan daya menggunakan software Microsoft Excel dan dibantu dengan analisa software Maxsurf

(3)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014

D-2-3

Hullspeed untuk mempermudah dalam memperoleh data daya mesin yang dibutuhkan dan membantu untuk pengecekan secara ulang perhitungan analisa model.

Tahap Integrasi Faktor Objektif dan Subjektif

Perhitungan Index energi menggunakan rumus yang berdasar dalam aturan IMO (Utama And Molland , 2012). Dalam analisa ini akan dilihat perbedaan Index dari setiap jenis kapal dan pengaruhnya terhadap polusi. Faktor utama yang dihitung dalam analisa ini adalah besarnya daya mesin kapal yang digunakan. Emisi dari kapal termasuk NOx, SOx, dan CO2, gas rumah kaca. Emisi CO2 memiliki dampak iklim global dan upaya terkonsentrasi sedang dibuat di seluruh dunia terhadap pengurangan NOx, SOx, dan CO2. Untuk memantau dan mengukur emisi CO2, IMO telah mengembangkan Energy Efficiency Design Index. Bentuk umum dari indeks, seperti yang diusulkan oleh IMO, adalah sebagai berikut :

EEDI = P x sfc x CF

C x V gm CO2/tonne.mile ….( 1 ) Dimana :

P = Power (kW)

Sfc = Specific Fuel Consumption

CF = Konversi CO2 (Tonne CO2 / tonne fuel) C = Kapasitas Kapal (DWT / GT)

V = Kecepatan Kapal (nautical miles atau knot atau km/hr)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan daya kapal menggunakan hasil ukuran dari model yang telah dibuat dari berbagai jenis kapal. Perhitungan ini meliputi kebutuhan daya kapal yang diperlukan untuk mencapai speed atau kecepatan yang diinginkan. Dalam kecepatan yang sama dan dengan ukuran dan karakteristik yang sama akan terjadi perbedaan dari hasil perhitungan model dan mesin yang sudah digunakan dalam kapal.

Passenger Ship

Berikut adalah hasil perhitungan daya kapal menggunakan hasil ukuran dan karakteristik lambung yang didapat dari model yang telah dibuat.

Dimana data kapal mya sebagai berikut. KM. AWU Existing Condition LWL = 94.40 m LPP = 90.50 m B = 18.00 m H = 6.90 m T = 4.20 m V = 14.0 knots Motor = 2 x 1600 kW Model Calculation LWL = 94.40 m LPP = 90.50 m B = 18.00 m H = 6.90 m T = 4.20 m V = 14.0 knots Motor = 2888.75 kW KM. LAMBELU Existing Condition LWL = 142.21 m LPP = 130.00 m B = 23.40 m H = 10.80 m T = 5.90 m V = 20.3 knots Motor = 2 x 6400 kW Model Calculation LWL = 142.21 m LPP = 130.00 m

(4)

D-2-4 B = 23.40 m H = 10.80 m T = 5.9 m V = 20.3 knots Motor = 12254,84 kW KM. PANGRANGO Existing Condition LWL = 72.54 m LPP = 68.00 m B = 15.20 m H = 6.00 m T = 2.85 m V = 15.0 knots Motor = 2 x 1200 kW Model Calculation LWL = 72.54 m LPP = 68.00 m B = 15.20 m H = 6.00 m T = 2.85 m V = 15.0 knots Motor = 2200 kW MV.BOUNTY CRUISES Existing Condition LWL = 42.51 m LPP = 40.46 m B = 11.80 m H = 4.50 m T = 1.69 m V = 16.0 knots Motor = 2 x 2692 kW Model Calculation LWL = 42.51 m LPP = 40.46 m B = 11.80 m H = 4.50 m T = 1.69 m V = 16.0 knots Motor = 5209.84 kW MV.SUMBER BANGKA Existing Condition LWL = 33.75 m LPP = 29.40 m B = 7.00 m H = 3.00 m T = 1.80 m V = 17.5 knots Motor = 2 x 1428 kW Model Calculation LWL = 33.75 m LPP = 29.40 m B = 7.00 m H = 3.00 m T = 1.80 m V = 17.5 knots Motor = 4116.01 kW Container Ship

Berikut adalah hasil perhitungan daya kapal menggunakan hasil ukuran dan karakteristik lambung yang didapat dari model yang telah dibuat.

Dimana data kapal mya sebagai berikut, KM. MERATUS PROGRESS 1 Existing Condition LWL = 97.31 m LPP = 95.90 m B = 18.20 m H = 8.09 m T = 6.10 m V = 15 knots Motor = 2 x 2692 kW Model Calculation LWL = 97.31 m LPP = 95.90 m B = 18.20 m H = 8.09 m T = 6.10 m V = 15 knots Motor = 5131.9 kW KM. MERATUS SPIRIT 2 Existing Condition LWL = 139.29 m LPP = 138.51 m B = 22.20 m

(5)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014

D-2-5 H = 10.90 m T = 5.60 m V = 14 knots Motor = 2 x 2692 kW Model Calculation LWL = 139.29 m LPP = 138.51 m B = 22.20 m H = 10.90 m T = 5.60 m V = 14 knots Motor = 5820.38 kW KM. MERATUS TANGGUH 2 Existing Condition LWL = 114.34 m LPP = 110.15 m B = 18.20 m H = 11.00 m T = 6.00 m V = 15 knots Motor = 7240 kW Model Calculation LWL = 114.34 m LPP = 110.15 m B = 18.20 m H = 11.00 m T = 6.00 m V = 15 knots Motor = 6913.93 kW KM. TANTO HORAS Existing Condition LWL = 94.12 m LPP = 90.00 m B = 17.20 m H = 7.85 m T = 5.50 m V = 12 knots Motor = 2900 kW Model Calculation LWL = 94.12 m LPP= 90.00 m B = 17.20 m H = 7.85 m T = 5.50 m V = 12 knots Motor = 2696.03 kW KM. TANTO SAYANG Existing Condition LWL= 113.64 m LPP = 105.20 m B = 19.00 m H = 8.50 m T = 5.50 m V = 14 knots Motor = 4560 kW Model Calculation LWL = 113.64 m LPP= 105.20 m B = 19.00 m H = 8.50 m T = 5.50 m V = 14 knots Motor = 4336.2 kW Tug Boat

Berikut adalah hasil perhitungan daya kapal menggunakan hasil ukuran dan karakteristik lambung yang didapat dari model yang telah dibuat.

Dimana data kapal mya sebagai berikut, KT. ANGGADA Existing Condition LWL = 30.50 m LPP = 26.20 m B = 8.21 m H = 3.50 m T = 2.72 m V = 11.5 knots Motor = 2 x 500 kW

(6)

D-2-6 Model Calculation LWL = 30.50 m LPP = 26.20 m B = 8.21 m H = 3.50 m T = 2.72 m V = 11.5 knots Motor = 994.71 kW KT. MEDELIN Existing Condition LWL = 35.00 m LPP = 29.50 m B = 8.30 m H = 5.60 m T = 3.10 m V = 11.8 knots Motor = 2 x 600 kW Model Calculation LWL = 35.00 m LPP = 29.50 m B = 8.30 m H = 5.60 m T = 3.10 m V = 11.8 knots Motor = 1145.28 kW KT. PRAMESWARI Existing Condition LWL = 29.76 m LPP = 26.00 m B = 9.60 m H = 4.40 m T = 3.49 m V = 11.8 knots Motor = 1877 kW Model Calculation LWL = 29.76 m LPP = 26.00 m B = 9.60 m H = 4.40 m T = 3.49 m V = 11.8 knots Motor = 1743.01 kW KT. KAMPAR Existing Condition LWL= 26.84 m LPP = 25.23 m B = 7.45 m H = 3.35 m T = 1.75 m V = 11.5 knots Motor = 850 kW Model Calculation LWL = 26.84 m LPP= 25.23 m B = 7.45 m H = 3.35 m T = 1.75 m V = 11.5 knots Motor = 794.29 kW KT. RAGAMAS Existing Condition LWL = 20.29 m LPP = 17.68 m B = 5.33 m H = 2.67 m T = 1.50 m V = 11.0 knots Motor = 671 kW Model Calculation LWL = 20.29 m LPP = 17.68 m B = 5.33 m H = 2.67 m T = 1.50 m V = 11.0 knots Motor = 625.30 kW

(7)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014

ISBN : 978-602-70604-0-1

D-2-7

Perhitungan EEDI (Energy Efficiency Design Index).

EEDI dapat dilihat sebagai pengukuran efisiensi CO2 pada kapal. Hal ini sangat umum atau generik, bentuk persamaan sebagai kekuatan akan terdiri dari kekuatan pendorong utama dan pembantu, kapasitas kapal (C) yang utama adalah ton bobot mati (DWT), sedangkan untuk kapal penumpang akan menggunakan tonase kotor (GT). (1)

Berikut hasil perhitungan Kapal Penumpang yang digambarkan melalui grafik,

Grafik 1 Energy Index Passenger Ship

Perhitungan Energi Index pada kapal penumpang dan barang mempunyai perbedaan antara perhitungan EEDI menggunakan data existing condition dan data dari model yang dibuat. Pada perhitungan ini data dari model menghasilkan index energy yang lebih kecil dibanding perhitungan data existing condition, hal ini dikarenakan daya mesin yang digunakan terlalu besar dari perhitungan yang dihasilkan sehingga apabila kapal menggunakan mesin dari hasil perhitungan model yang digunakan maka kapal akan menjadi semakin ramah lingkungan dan lebih irit dari segi ekonomis.

Rata-rata perhitungan kontribusi kapal penumpang dalam gmCO2/tonne.mile polutan per tahun dengan asumsi 40 hari Docking Time setiap tahun dan masa berlayar 2-3 hari per trip maka pada perhitungan dengan existing condition jumlah polutan yang terjadi sebesar

269.5132 gmCO2/tonne.mile dan dibandingkan dengan perhitungan menggunakan model yang

dibuat besarnya polutan yang terjadi sebesar 253.9767 gmCO2/tonne.mile.

Dalam analisa ini maka diketahui standar untuk indeks energi yang di ijinkan menurut peraturan IMO adalah 253.9767 gmCO2/tonne.mile per tahun, sedangkan indeks energi yang terhitung pada existing condition adalah 269.5132 gmCO2/tonne.mile per tahun. Hal ini menunjukan kondisi yang terjadi ialah kapal terlalu banyak mengeluarkan polutan dari batas yang di ijinkan oleh IMO (Cahyasasmita, 2014). Berikut hasil perhitungan Kapal Kontainer yang digambarkan melalui grafik,

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 0 1000200030004000500060007000800090001000011000120001300014000 Existing Condition Model Calculation

(8)

ISBN : 978-602-70604-0-1

D-2-8

Grafik 2 Energy Index Container Ship

Perhitungan Energi Index pada kapal kontainer mempunyai perbedaan antara perhitungan EEDI menggunakan data existing condition dan data dari model yang dibuat. Pada perhitungan ini data dari model menghasilkan index energy yang lebih kecil dibanding perhitungan data existing condition, hal ini dikarenakan daya mesin yang digunakan terlalu besar dari perhitungan yang dihasilkan sehingga apabila kapal menggunakan mesin dari hasil perhitungan model yang digunakan maka kapal akan menjadi semakin ramah lingkungan dan lebih irit dari segi ekonomis

Rata-rata perhitungan kontribusi kapal kontainer dalam gmCO2/tonne.mile polutan per tahun dengan asumsi 20 hari Docking Time setiap tahun dan masa berlayar 3-4 hari per trip maka pada perhitungan dengan existing condition jumlah polutan yang terjadi sebesar

101.9666 gmCO2/tonne.mile dan dibandingkan dengan perhitungan menggunakan model yang

dibuat besarnya polutan yang terjadi sebesar 97.45577 gmCO2/tonne.mile.

Dalam analisa ini maka diketahui standar untuk indeks energi yang di ijinkan menurut peraturan IMO adalah 97.45577 gmCO2/tonne.mile per tahun, sedangkan indeks energi yang terhitung pada existing condition adalah 101.9666 gmCO2/tonne.mile per tahun. Hal ini menunjukan kondisi yang terjadi ialah kapal terlalu banyak mengeluarkan polutan dari batas yang di ijinkan oleh IMO (Cahyasasmita, 2014). Berikut hasil perhitungan Kapal Tunda yang digambarkan melalui grafik,

0 0.5 1 1.5 2 2.5 0 1000200030004000500060007000800090001000011000120001300014000 Existing Condition Model Calculation

(9)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014

ISBN : 978-602-70604-0-1

D-2-9

Grafik 2 Energy Index Tug Boat

Perhitungan Energi Index pada kapal tunda mempunyai perbedaan antara perhitungan EEDI menggunakan data existing condition dan data dari model yang dibuat. Pada perhitungan ini data dari model menghasilkan index energy yang lebih kecil dibanding perhitungan data existing condition, hal ini dikarenakan daya mesin yang digunakan terlalu besar dari perhitungan yang dihasilkan sehingga apabila kapal menggunakan mesin dari hasil perhitungan model yang digunakan maka kapal akan menjadi semakin ramah lingkungan dan lebih irit dari segi ekonomis.

Rata-rata perhitungan kontribusi kapal penumpang dalam gmCO2/tonne.mile polutan per tahun dengan asumsi 40 hari Docking Time setiap tahun dan masa berlayar 2-3 hari per trip maka pada perhitungan dengan existing condition jumlah polutan yang terjadi sebesar

398.2265 gmCO2/tonne.mile dan dibandingkan dengan perhitungan menggunakan model yang

dibuat besarnya polutan yang terjadi sebesar 377.141 gmCO2/tonne.mile.

Dalam analisa ini maka diketahui standar untuk indeks energi yang di ijinkan menurut peraturan IMO adalah 377.141 gmCO2/tonne.mile per tahun, sedangkan indeks energi yang terhitung pada existing condition adalah 398.2265 gmCO2/tonne.mile per tahun. Hal ini menunjukan kondisi yang terjadi ialah kapal terlalu banyak mengeluarkan polutan dari batas yang di ijinkan oleh IMO (Cahyasasmita, 2014).

Pengurangan Indeks Energy

Dalam perhitungan indeks energy terdapat hubungan antara besaran indeks yang dihitung dengan polusi yang terjadi, semakin besar indeks angka yang terjadi semakin besar potensi polusi yang ditimbulkan oleh kapal tersebut. Dalam pengurangan dan penanggulangan dampak polusi yang diakibatkan oleh kapal terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan pada kapal yang akan dibangun maupun kapal yang sudah dibangun. Khusus untuk kapal yang sudah dibangun pertimbangan menajdi lebih sulit karena aspek ekonomis akan lebih diperhitungkan dalam setiap tindakan yang diambil. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengurangan indeks energi.

Penggunaan sistem penggerak hybrid

Dalam pengurangan indeks energi kapal yang terjadi penggunaan sistem tambahan dalam sistem penggerak dapat menjadi solusi untuk kapal baru. Penggunaan sistem yang lebih ramah lingkungan akan mengurangi emisi CO2 yang terjadi, semakin kecil emisi CO2 yang terjadi semakin

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 100 200 300 400 500 600 Existing Condition Model Calculation

(10)

ISBN : 978-602-70604-0-1

D-2-10

kecil indeks energi yang terhitung. Solusi ini dapat dilakukan pada pembangunan kapal baru, untuk kapal yang sudah ada solusi akan menghabiskan banyak biaya dalam penyesuaiannya. Sistem penggerak yang lebih ramah lingkungan sudah banyak perusahaan yang menyediakan dengan harga

yang bervariasi dan kualitas yang bagus. Green Energy semakin marak digalakkan maka dari itu

industri perkapalan juga harus ikut andil dalam program ini (Satchwell, 1989).

Optimalisasi desain kapal

Perubahan bentuk kapal pada tahap desain akan sangat membantu dalam pengurangan indeks energi yang terjadi, bentuk kapal akan mempengaruhi hambatan yang terjadi semakin kecil hambatan yang tercipta semakin kecil daya mesin kapal yang dibutuhkan. Dalam perhitungan indeks energi besarnya mesin yang digunakan berpengaruh pada besarnya polusi yang tercipta, maka dalam penelitian ini dilakukan perhitungan menggunakan model dengan menggunakan ukuran kapal yang

sama dan menghasilkan daya mesin kapal yang lebih kecil. Sea margin kapal dapat dikurangi dalam

analisa perhitungan daya, sehingga daya mesin yang didapat lebih komprehensif (Utama and

Molland , 2012).

Penyempurnaan sistem pengoperasian kapal

Merubah pengaturan konfigurasi dan mengkalibrasi ulang setelan system penggerak. Langkah yang dapat dilakukan adalah mengurangi putaran RPM, mengkalibarasi ulang injector dan mengkalibrasi fuel pump yang ada pada mesin. Solusi ini dapat dilakukan pada kapal yang sudah dibangun atau yang sudah ada. Dengan mengkalibrasi ulang tingkat efisiensi kerja mesin semakin tinggi, maka perhitungan indeks energy semakin kecil karena energi atau daya terbuang semakin sedikit. Perubahan konfigurasi dan pengkalibrasian ulang sistem penggerak tidak membutuhkan banyak biaya, karena hanya mementingkan perhitungan yang tepat dan analisa yang mendalam pada susunan konfigurasi mesin (Molland, Turnock and Hudson., 2009).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Dalam setiap perhitungan daya mesin terdapat perbedaan antara perhitungan dengan hasil model dan mesin yang terpasang pada kapal, dimana perhitungan pada model daya mesin yang dibutuhkan pada kecepatan yang sama lebih kecil daripada daya mesin yang sudah terpasang.

- Pada kapal penumpang perbedaan daya yang terpasang antara existing

condition dan model kapal yang dibuat selisihnya adalah 4.8 %.

- Pada kapal kontainer .perbedaan daya yang terpasang antara existing condition dan model kapal yang dibuat selisihnya adalah 5.2 %.

- Pada kapal tunda perbedaan daya yang terpasang antara existing condition dan model kapal yang dibuat selisihnya adalah 5.3 %.

 Setiap perhitungan daya mesin kapal menggunakan model berbanding lurus dengan perhitungan Energy Index berdasarkan IMO. Hal ini menunjukan bahwa kapal seharusnya bisa lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan kondisi yang sekarang.

 Dalam perhitungan Energy Index kapal tunda mempunyai nilai terbesar, hal ini dikarenakan faktor yang berpengaruh ialah DWT yang kecil dan power mesin induk yang dibutuhkan besar sedangkan nilai DWT berbanding terbalik dengan Energy Index

Saran untuk penelitian berikutnya adalah sebagai berikut :

 Perbanyak jenis kapal yang dianalisa agar informasi yang didapat akan lebih banyak dan menyeluruh untuk semua kapal.

(11)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014

ISBN : 978-602-70604-0-1

D-2-11

DAFTAR PUSTAKA

Cahyasasmita, Noah. Analisa penentuan kapasitas mesin induk dan energi index sesuai

kriteria IMO. ITS, Surabaya, 2014.

Carlton, J.S. Marine Propellers and Propulsion. Second Edition. Butterworth-Heinemann, Oxford, UK, 2007

Dyne, G. The priciples of propulsion optimization. Transactions of the Royal Institution of

Naval Architects, Vol. 137, 1995

Erlangga. Atlas Dunia Referensi Terlengkap. Jakarta, 2008

Hansen, H. and Freund, M. Assistance tools for operational efficiency. Ninth International Conference on Computer and IT Applications in the Maritime Industries,

COMPIT’10, Gubbio, 2010

IMO. Guidelines on Method of Calculation of the Attained Energy Efficiency Design Index (EEDI) for new ships. Resolution of the Marine Protection Environment Committee, MEPC.212 (63), 2012

IMO. MARPOL Annex VI, 2009

Maxsurf. Manual guidance for operating Maxsurf 11.12. 2011

Molland, A.F., Turnock, S.R. And Hudson, D.A.. Ship Resistance and Propulsion. Cambridge University Press, Cambridge, UK. 2011

Molland, A.F., Turnock, S.R. And Hudson, D.A. Design Metrics for evaluating the propulsive efficiency of future ships. International Marine Design Conference, IMDC’09, Trondheim, 2009.

Satchwell, C. J. Windship technology and its application to motor ships.Transactions of the

Royal Institution of Naval Architects, Vol.131, 1989

Schneekluth, H. and Bertram, V. Ship Design for Efficiency and Economy. 2nd Edition, Butterworth- Heinemann, Oxford, UK.1998

Utama, IKAP. And Molland, A.F. The powering of future ships taking into consideration economic viability and environmental issues. ICSOT : Development in Ship Design and Constuction, Ambon, Indonesia. 2012

Gambar

Gambar 1 Model kapal yang dibuat
Grafik 1 Energy Index Passenger Ship
Grafik 2 Energy Index Container Ship
Grafik 2 Energy Index Tug Boat

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari analisis data adalah r sebesar 0,804 dengan p<0,01 yang mengidentifikasikan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara

Dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan pelatihan pembuatan rolade ikan tongkol sebagai alternatif kudapan bagi remaja putri anemia di SMK Mahfilud Durror II Jelbuk ,

Penelitian pendahuluannya telah peneliti lakukan saat melakukan kegiatan magang yang berlokasi di PT. Telekomunikasi Indonesia Bagian Competency Development Partner

Dalam periklanan ini, pihak yang memasang iklan (disebut sponsor) harus mengeluarkan sejumlah biaya sejumlah atas pemasangan iklan pada media. Jadi, periklanan

“PENERAPAN SANKSI TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING MENURUT UNDANG – UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN DI PENGADILAN NEGERI REMBANG” dalam rangka memenuhi syarat

 Pemain yang ketahuan pertama adalah calon sebagai penjaga pada permainan selanjutnya, kalau dalam permainan tersebut tidak kebentengan (benteng atau pos jaga

Peningkatan mutu di satuan pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen sekolah.. Untuk peningkatan mutu sekolah

a) Dengan pembelajaran menggunakan metode Classwide peer tutoring (CPT) siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran dan memahami materi dengan mudah. b) Pemahaman