• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Think pairs share (tps) berbantuan media video edukatif tema 7 subtema i kelas iv sdn 04 loram kulon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Think pairs share (tps) berbantuan media video edukatif tema 7 subtema i kelas iv sdn 04 loram kulon"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia yang seharusnya melalui kegiatan pengajaran. Ada dua konsep pendidikan yang berkaitan yaitu belajar dan pembelajaran. Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik. Peserta didik secara tidak langsung harus aktif dalam mengembangkan potensinya untuk mewujudkan proses pembelajaran yang spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kesadaran, akhlak mulia, serta keterampiran yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Kadir, 2012). Upaya pendidikan yang berguna untuk persaingan dimasa depan pemerintah menyelenggarakan pengajaran nasional untuk diatur dalam undang-undang sehingga masyarakat suatu negara untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang layak dapat terpenuhi, dalam upaya pemerintah selaku penyelenggara sistem pendidikan zaman agar bisa sejalan dengan perkembangan zaman yang selalui berubah dari masa-kemasa.

Pergantian kurikulum pun menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki sistem pendidikan diindonesia, sehingga saat ini diindonesia sedang terjadi perpindahan kurikulum dari KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah kurikulum terintegrasi yang merupakan suatu bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan-bahan dalam bentuk unit atau keseluruhan (Poerwati, 2013:14). Kegiatan belajar mengajar seorang guru tidak boleh lagi mengelompokan ke dalam masing-masing mata pelajaran akan menyulitkan siswa dalam memahami pelajaran karena pelajaran satu dengan pembelajaran yang lainnya tidak berhubungan.

Kegiatan pembelajaran yang baik berdasarkan kurikulum 2013 adalah kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan tiga aspek yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Berdasarkan permendikbud no 22 tahun 2016 proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

(2)

memontivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang mungkin siswa baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakana, dan autentik (Rusman, 2011: 254). Pendekatan tematik integratif dalam kurikulum 2013 ini bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada setiap satuan pendidikan. Dalam implementasi kurikulum 2013 diharapkan siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, menganalisis, dan nilai-nilai karakter serta akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Jamaludin (2017: 2) mengemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dilembaga pendidikan formal diantaranya pelajaran Bahasa, IPA, IPS, Agama, Matematika, Penjasorkes dan sebagainya. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada kenyataanya bukan hanya mengembangkan pengetahuan siswa saja, tetapi dalam prosesnya juga melibatkan aspek-aspek kepribadian, moral, etika dan pembentukan karakter yang berhubungan dengan apa yang sebenarnya akan mereka laksanakan dalam kehidupanya baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat.

Bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekasi siswa untuk mengembangkan bahasa di samping aspek penalaran dan hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk bahasa dan sastra. Padahal dalam proses belajar mengajar keterlibatan siswa secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan

(3)

psikomotor (keterampilan) dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan metode yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan menunjukkan proses belajar mengajar yang interaktif.

Pembelajaran PKKn dan Bahasa Indonesia dapat dikatakan berhasil apabila siswa dapat menyelesaikan tugas atau penilaian yang dilakukan oleh guru. Alat penilaian yang digunakan oleh guru harus dapat menjaring kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor sesuai dengan taksonomi. Pembelajaran PKKn monoton akan mengakibatkan siswa menjadi malas dan bosan dalam mengikuti proses pembelajaran, karena Guru yang selalu mengajar dengan metode ceramah dan hanya memberi soal setelah selesai mendengarkan penjelasan guru. Sebenarnya, banyak model media yang menunjang dalam proses pembelajaran PKn khususnya, untuk menciptakan sebuah pembelajaran yang menyenangkan aktif dan efektif.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru kelas IV SDN 4 Loram Kulon pada hari rabu, tanggal 07 November 2018. Pada kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia, tidak ada kesulitan, guru menyampaikan dengan baik dan terperinci, siswa memahami tetapi ada 2 siswa yang kurang memahami pembelajaran bahasa indonesia. Muatan Bahasa Indonesia kemungkin ada 2 faktor penyebabnya yaitu yang pertama saat dikelas tidak mendengarkan, dan yang kedua saat dirumah tidak pernah diajarkan kedua orang tuannya.

Pembelajaran PPKn siswa mudah untuk memahaminya karena ada bantuan media gambar. Siswa yang mendengarkan pembelajaran dengan sungguh-sungguh mempunyai keinginan dan berani bertanya. Siswa yang aktif hanya itu-itu saja, yang lainnya tidak berani atau tidak mempunyai keinginan untuk bertanya. Lebih banyak yang aktif dari pada yang diam saja. Untuk medianya guru hanya menggunakan gambar saja karena keterbatasan alat bantu disekolah. Guru hanya terpacu pada buku tematik saja, metode yang digunakan seperti ceramah, diskusi.

(4)

Berdasarkan Observasi yang dilakukan peneliti di Kelas IV SDN 4 Loram Kulon. Guru dalam mengajar Tematik penerapanya masih belum maksimal dalam kegiatan inti. Kegiatan pembelajaran masih hanya terpusat pada guru, dimana guru menjelaskan siswa mendengarkan kemudian bertanya jawab, setelah itu siswa menghafal dan maju ke depan, dalam kegiatan pembelajaran, guru juga tidak menerapkan metode diskusi kelompok dan evaluasi soal hanya berisi satu mata pelajaran, tidak tematik. Pemelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sikap kedisiplinan siswa masih rendah hal itu dilihat pada saat siswa mengumpulkan tugas yang tidak tepat waktu. Hasil belajar PPKn dan Bahasa Indonesia juga masih rendah, hal itu dapat dilihat dari pencapaian nilai PTS PPKn dan Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 4 Loram Kulon masih siswa yang mendapat dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan oleh sekolah yaitu 70.

Berdasarkan dari permasalahan diatas rendahnya hasil belajar siswa diakibatkan: (1) Belum tercapainya proses belajar yang inovatif, sehingga pembelajaran masih bersifat satu arah atau berpusat pada guru (teacher centered). (2) Siswa belum dilibatkan sepenuhnya dalam proses pembelajaran, baik ketika penanaman konsep maupun penugasan; (3) Siswa mengalami kesulitan dalam menyampaikan pendapat atau gagasan untuk memecahkan suatu masalah karena kurangnya keterampilan berbicara siswa dengan baik, sehingga mengakibatkan tidak pahamnya siswa terhadap materi; (4) Pembelajaran bersifat abstrak, belum mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa. (5) Guru yang kurang inovativ dalam merangsang siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. (6) Suasana kelas yang kurang kondusif.

Berdasakan permasalahan diatas dapat disimpulkan seharusnya guru menggunakan model pembelajaran untuk menciptakan suatau pembelajaran pakem dalam suasana kelompok yang bertujuan adanya interaksi sosial anatara guru dengan siswa, siswa dengan guru juga siswa dengan siswa. Sehingga pembelajaran tidak terpusat pada guru saja melainkan dengan siswa. Karena dalam pendekatan saintifik pembelajaran dituntut untuk berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Seharusnya, guru menggunakan media

(5)

pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran sampai akhir dan siswa tidak merasa bosan. Karena saat pembelajaran siswa biasanya lebih suka jika diajarkan menggunakan benda nyata dari pada menggunakan metode ceramah.

Solusi dari permasalahan diatas yaitu dengan menggunakan model Think Pairs Share (TPS). Model Pembelajaran Think Pairs Share (TPS) memberikan kepada siswa waktu untuk berfikir, menjawab, merespon dan melalui metode ini menyajikan bahan ajar tidak lagi membosankan karena siswa diberikan waktu untuk berdiskusi menyelesaikansuatu masalah atau soal bersama dengan pasanganya sehingga baik siswa yan g pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar siswa (Dalyono: 2014). Selama proses belajar mengajar diharapkan semua siswa dapat aktif karena pada akhirnya nanti masing-masing siswa secara berpasangan harus membagikan hasil diskusinya didepan kelas dan kepada teman-teman yang lainnya.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas. Pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangka-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku, film kurikulum (Trianto, 2011: 5). Ciri-ciri utama pada model think pair share(TPS)ada 3 langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan langkah think (berpikir secara individual), pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan share (berbagai jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas). Langkah-langkah (syntaks) model pembelajaran think pair share terdiri dari lima langkah dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan share.

Keunggulan model pembelajaran Think Pairs Share (TPS) yaitu adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk menyelesaikan masalah akan meningkatkan keterampialan sosial siswa, baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar kooperatif. Penggunaan Model Pembelajaran Think Pair Share(TPS)akan lebih menarik jika menggunakan media. Media Pembelajaran akan meningkatkan antusias siswa untuk mengikuti pelajaran dengan adanya media siswa akan lebih

(6)

memahami materi yang dipelajari. Pengajaran melalui audiovisual bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses pembelajaran, seperti mesin proyektor film, tape recorder dan proyektor visual yang lebar (Arsyad, 2009: 30 ).

Video merupakan media audio visual yang sudah beredar di masyarakat dan banyak diminati oleh anak-anak sekolah dasar, mulai dari jenis hiburan, pengetahuan, informasi, musik, dan cerita-cerita. Media video edukatif termasuk kedalam kategori media audio-visusal, terutama media audio-visual yang diproyektorkan, karena penggunannya dalam pembelajaran dibantu dengan LCD dan proyektor. Penggunaan video edukatif sebagai media pembelajaran mampu memberi kejelasan pesan karena siswa melihat obyek belajar secara konkret. Penggunaan media video edukatif dapat meningkatkan motivasi dan retensi (daya ingat dan daya serap) pada siswa.

Fibriyanti (2016) dalam penelitianya tentang “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Globalisasi Melalui Model Pembelajaran Think Pair And Share Variasi Dengan Audio Visual (tps+av) di Kelas IV SDN Pengambangan 8 Kota Banjarmasin”. Data yang diperoleh dari siklus I ke siklus II sehingga ketuntasan klasikalnya mencapai 100% sehingga penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share variasi dengan audio visual (TPS+AV) pada mata pelajaran PKn materi globalisasi di kelas IV SDN Pengembangan 8 Kota Banjarmasin ini dapat dikatakan berhasil dan telah mampu mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu, mencapai persentase klasikal > 80%. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Think Pair Share berbantuan Media Audio Visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pengambangan 8 Kota Banjarmasin.

Anjani (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar PKn Melalui Video pada Kelas IV SD NEGERI SLEMAN 5”. Data yang diperoleh dari siklus I, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan yaitu 76,30 dan persentase keberhasilan sebesar 76,92%. Terhadap 9 siswa yang belum tuntas dari jumlah keseluruhan sebanyak 39 siswa. Pada siklus II, nilai rata-rata siswa yaitu 83,90 dan presentase keberhasilan sebesar 92,30% siswa dinyatakan tuntas.

(7)

36 siswa dinyatakan tuntas, dan 3 siswa dinyatakan tidak tuntas. Prestasi belajar siklus I mengalami peningkatan dari praslikus , kemudian dilanjutkan siklus II yang mengalami peningkatan dari siklus I dan sekaligus memenuhi target keberhasilan prestasi belajar yang diinginkan. Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Thik Pair Share(TPS)dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas IV SD Sleman 5.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Think Pairs Share ( TPS ) Berbantuan Media Video Edukatif Pancasila Tema 7 Subtema I Kelas IV SDN 4 Loram Kulon”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peningkatan keterampilan guru pada muatan PPKn dan Bahasa Indonesia Tema 7 Indahnya Keberagaman di Negeriku dengan diterapkan model pembelajaran Think Pairs Share (TPS) berbantuan video edukatif muatan PPKn dan Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN 4 Loram Kulon tahun ajaran 2018/2019?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar PPKn dan Bahasa Indonesia Tema 7 Indahnya Keberagaman di Negeriku dengan diterapkan model pembelajaran Think Pairs Share (TPS) berbantuan video edukatif muatan PPKn dan Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN 4 Loram Kulon tahun ajaran 2018/2019.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru pada muatan PPKn dan Bahasa Indonesia pada Tema 7 dengan diterapkan model pembelajaran Think Pairs Share (TPS) berbantuan video edukatif di Kelas IV SDN 4 Loram Kulon tahun ajaran 2018/2019.

2. Menemukan peningkatan hasil belajar pada muatan PPKn dan Bahasa Indonesia Tema 7 diterapkan model pembelajaran Think Pairs Share (TPS) berbantuan video edukatifdi Kelas IV SDN 4 Loram Kulon tahun ajaran 2018/2019.

(8)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik teoritis maupun praktis. 1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan penelitian dan pembaca, dan bagi pendidikan tentang penerapan model pembelajaran Think Pairs Share (TPS) di Sekolah Dasar. Berkaitan dengan pengembangan teori pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Memberikan pengembangan teori pada pembelajaran PKn dan Bahasa Indonesia, pada umumnya dan khususnya pembelajaran PPKn dan Bahasa Indonesia pada Tema 7 Kelas IV SDN 4 Loram Kulon.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini meliputi. a. Bagi Siswa

1) Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap aktif pada siswa dalam kegiatan pembelajaran.

2) Mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran PPKn dan Bahasa Indonesia.

3) Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Tema 7 Kelas IV SDN 4 Loram Kulon dengan menggunakan model Think Pairs Share (TPS).

b. Bagi Guru

1) Penelitian ini diharapkan agar menjadi refrensi bagi guru untuk mengajar pada pembelajaran PKn dan Bahasa Indonesia.

2) Membantu guru untuk mengembangkan model pembelajaran yang salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran Think Pairs Share (TPS), sehigga kegiatan pembelajaran sangat menarik bagi peserta didik.

3) Membantu guru agar lebih aktif dalam mengembangkan wawasan dan juga keterampilan sendiri.

(9)

c. Bagi Sekolah

1) Untuk perbaikan kegiatan pembelajaran supaya lebih efektif dan dapat membuat perubahan agar lebih berkembang pesat.

d. Bagi Peneliti

1) Membantu menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran PPKn dan Bahasa Indonesia.

2) Membantu menemukan solusi untuk meningkatkan hasil belajar PPKn dan Bahasa Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian tentang “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Think Pairs Share ( TPS ) Berbantuan Media Video Edukatif Tema 7 Kelas IV SDN 4 Loram Kulon” Peneliti menggunakan Subtema 1 pada pembelajaran 3,4 dan 5.

1. Lokasi penelitian di SDN 4 Loram Kulon.

2. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV B dan guru Kelas IV SDN 4 Loram Kulon. Dengan jumlah siswa 16 yang terdiri dari 9 siswa laki-lakidan 7 siswa perempuan.

3. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu rendahnya hasil belajar siswapada muatan PPKn dan Bahasa Indonesia serta rendahnya keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran.

4. Solusi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan modelThink Pairs Share (TPS) berbantuan media video edukatif pada tema 7.

5. Objek dari penelitian ini adalah muatan PPKn materi suku bangsa danBahasa Indonesia materi mengenal suku bangsa ditekankan pada aspek membaca dan menulis.

6. KI yang digunakan yaitu K1, K2, K3 dan K4.

7. Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia 3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks, 4.7Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi kedalam tulisan dengan bahasa sendiri.

8. Kompetensi Dasar PPKn 3.4Mengidentifikasi berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan

(10)

kesatuan, 4.4 Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.

1.6 Definisi Oprasional

1.6.1 Model Think Pairs Share (TPS)

Model Think Pairs Share (TPS) suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain. Pembelajaran kooperatif model think pairs share relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur temapat duduk ataupun mengelompokan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman.

Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran Think Pairs Share (TPS) yaitu : 1) Tahap satu, think ( berpikir) Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran. 2) Tahap kedua, pair (berpasangan) pada tahap ini siswa berpikir secara individu. Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mulai memikirkan pertanyaan atau masalah yang diberikan guru dalam waktu tertentu. Lamanya waktu ditetapkan berdasarkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat pertanyaanya, dan jadwal atau pemecahan masalah hasil pemikirannya. 3) Tahap ketiga, share (berbagi) pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap terakhir, siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda.

1.6.2 Keterampilan Guru

Keterampialan mengajar guru yaitu salah satu syarat yang harus dimiliki oleh guru dalam proses belajar. Keterampilan menagajar bagi guru sangat dibutuhkan untuk guru agar dapat melaksanakan peranya dlam kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Keterampilan mengajar ada 5 yaitu. (1) Keterampilan bertanya. (2) Keterampilan memberikan penguatan, (3) Keterampilan mengelola kelas, (4) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran dan, (5) Keterampilan Variasi Stimulus.

(11)

1.6.3 Hasil Belajar PPKn

Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan politik yang bertujuan semi membantu peserta didik agar menjadi seorang warga negara yang memiliki pengetahuan politik secara dewasa serta mampu berpartisipasi dalam membangun sistem politik yang demokratis.

1.6.4 Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah suatu sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakaiannya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi sebagai sarana integrasi dan adaptasi.

Hasil belajar PPKn dan Bahasa Indonesia merupakan kemampuan yang diperoleh siwsa setelah melakukan kegiatan pembelajaran PPKn dan Bahasa Indonesia yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotorik (keterampilan) yang kemudian akan berpengaruh terhadap perilakuannya berdasarkan pengalaman yang diperolrh siswa.

1.6.5 Media Video Edukatif

Media video edukatif termasuk ke dalam kategori media audio-visual, terutama media audio-visual yang diproyektorkan, karena penggunannya dalam pembelajaran dibantu dengan LCD dan proyektor. Penggunaan video edukatif sebagai media pembelajaran mampu memberi kejelasan pesan karena siswa melihat obyek belajar secara konkret. Penggunaan media video edukatif dapat meningkatkan motivasi dan retensi (daya ingat dan daya serap) pada siswa (Permana: 2015). Video edukatif berisi tentang nama-nama provinsi, terdapat gambar peta.

1.6.6 Indahnya Keberagaman di Negeriku

Keragaman yaitu suatu kondisi pada kehidupan masyarakat. Perbedaan seperti itu ada pada suku bangsa, ras, agama, budaya dan gender. Keberagaman yang ada di Indonesia adalah kekayaan dan keindahan bangsa. Pemerintah harus bisa mendorong keberagaman untuk bisa mewujudkan persatuan persatuan dan

(12)

kesatuan nasional. Muatan materi PPKn pada tema ini adalah Persatuan dan kesatuan harus diutamakan meskipun kita terdiri dari berbagai suku bangsa dan budaya. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan dapat dimulai dengan membiasakan perilkaku masyarakat yang menghormati keberagaman. Hal itu dapat diwujudkan dengan sikap toleransi terhadap keberagaman yang ada di masyarakat. keberagaman yang ada di Indonesia harus dijadikan sebagai modal utama dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Banyaknya keberagaman dalam masyarakat Indonesia terkadang dapat menimbulkan perpecahan. Selama ini telah banyak daerah yang ingin menycoba memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal tersebut tidak boleh terjadi dan harus kita cegah bersama. untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara, kita harus bersatu. persatuan harus diutamakan walaupun kita bediri atas berbagai suku bangsa dan budaya. keberagaman yang ada di bangsa Indonesia harus dijadikan sebagai modal utama (Umar dkk, 2013: 83)

Krismaranti (2009: 7) mengemukakan bahwa karangan nonfiksi biasanya berbentuk karya ilmiah seperti laporan artikel,skripsis, tesis, makalah dan lain-lain. Nonfiksi adalah tulisan yang tidak fiktif, bukan hasil rekaan dari seorang pengarang, yang berarti nonfiksi adalah karya seni yang bersifat faktual. Karya yang didalamnya terdapat hal-hal yang nyata sesuai dengan kehidupan. Karangan nonfiksi yaitu karangan yang dibuat berdasarkan hal yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Krismarsanti (2017: 7) Tulisan nonfiksi biasanya berbentuk tulisan ilmiah populer, laporan, skripsi, tesis dan seterusnya. Tulisan nonfiksi menggunakan bahasa yang nyata.tulisan nonfiksi bisa saja menggunakan bahasa yang sangat serius, atau sangat santai dan selengekan.

Jenis karangan nonfiksi adalah tulisan yang menggambarkan kejadian sebenarnya. Krismarsanti (2017: 8) Karangan nonfiksi ini fokus menceritakan kisah suatu peristiwa yang ada, seperti sebuah gagasan pemikiran tentang suatu hal atau batasan problematika. Karangan nonfiksi atau karangan ilmiah yaitunkarangan yang menguraikan sesuatu yang bersifat ilmiah. Yang mana

(13)

mempunyai enam jenis sebagai berikut. (1) berita, (2) Featur, (3) Reportase dan laporan, (3) Artikel, (4) Makalah, (5) Karya Ilmiah.

Referensi

Dokumen terkait

Produk berair, tidak bersifat asam (pH > 5,0), dapat mengandung garam atau gula atau keduanya, termasuk emulsi minyak dalam air dengan kandungan lemak rendah

68 TT 29 SDN BERANGAS TIMUR 1 Desa Berangas Timur Rt.03 73 B 30 SDN DWIPASARI Desa Dwipasari Kecamatan 73 B 31 SDN HANDIL BARABAI Desa Handil Barabai 61 C 32 SDN JEJANGKIT BARAT

Penulis mengambil tema kumpulan cerita rakyat indonesia, karena sekarang ini anak-anak lebih mengenal cerita yang berasal dari budaya asing dari pada cerita-cerita rakyat yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian, kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan adalah 1) Dengan adanya sistem informasi ini dapat mempermudah pelaku

Hasil rata-rata tingkat nyeri menstruasi sebelum senam dysmenorhea sebesar 4,17 atau 50,0 % hal ini menunjukkan tingkat nyeri menstruasi yang dirasakan pada

Pergeseran ke pendekatan terarah di waktu yang tepat dapat diterapkan di Aceh dan Nias untuk mengatasi kawasan yang kacau, sementara meningkatnya jumlah lembaga, dengan dana

Terkait dengan peralihan kewenangan penerbitan izin pertambangan rakyat untuk komoditas mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan dalam wilayah pertambangan

Analisis secara bersamaan keberadaan satu faktor dengan faktor yang lainnya (simultan) mendapatkan tingkat pendapatan, pekerjaan, vantilasi hunian, kepadatan hunian, pencahayaan,