• Tidak ada hasil yang ditemukan

Topeng Tunanetra Dalam Ekspresi Seni Murni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Topeng Tunanetra Dalam Ekspresi Seni Murni"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

i

TOPENG TUNANETRA

DALAM EKSPRESI SENI MURNI

PENCIPTAAN KARYA SENI

Oleh:

Adek Dimas Ajisaka NIM: 0911980021

PROGRAM STUDI S-1 SENI RUPA MURNI

JURUSAN SENI MURNI FAKULTAS SENI RUPA

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

2015

(2)

ii

TOPENG TUNANETRA

DALAM EKSPRESI SENI MURNI

PENCIPTAAN KARYA SENI

Oleh:

Adek Dimas Ajisaka NIM: 0911980021

Tugas Akhir ini Diajukan kepada Fakultas Seni Rupa

Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana S-1 dalam Bidang Seni Rupa Murni

2015

(3)

iii Tugas Akhir Karya Seni berjudul:

TOPENG TUNA NETRA DALAM EKSPRESI SENI MURNI diajukan oleh Adek Dimas Ajisaka, NIM 0911980021, Program Studi Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, telah disetujui Tim Pembina Tugas Akhir pada tanggal 6 Juli 2015

Pembimbing I/Anggota

Setyo Priyo Nugroho, S.Sn, M.Sn. NIP. 19750809 200312 1 003 Pembimbing II/Anggota

Deni Junaedi, S. Sn, MA. NIP. 19730621 200604 1 001 Cognate/Anggota

Drs. Syafruddin, M. Hum. NIP.19540802 198103 1 004 Ketua Jurusan/Ketua Program Studi S-1 SENI MURNI /Anggota

Wiwik Sriwulandari, M.Sn NIP. 19760510 2001 12 001

Mengetahui:

Dekan Fakultas Seni Rupa

Institut Seni Indonesia Yogyakarta,

Dr. Suastiwi, M.Des

NIP 19590802 198803 2 002

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir Penciptaan Karya Seni ini

dipersembahkan

Kepada

orang tua, keluarga, sahabat, orang–orang terkasih,

dan seluruh pembaca.

(5)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya, sehingga laporan Tugas Ahir ini diselesaikan dengan baik. Tujuan penulisan laporan Tugas Ahir ini adalah sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Seni di Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Rasa hormat dan segala kerendahan hati penulisan ini tidak terlepas dari keterlibatan banyak pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan, dan bantuan maka pada kesempatan ini diucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Mukhamad Agus Burhan, M. Hum. selaku Rektor Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

2. Dr. Swastiwi, M. Des. selaku Dekan Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

3. Wiwik Sriwulandari, M. Sn. selaku Ketua Jurusan/Ketua Program Studi Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

4. Setyo Priyo Nugroho, S.Sn, M.Sn. selaku Dosen Pembimbing I, atas penyampaian ilmu dan bimbingan selama pembuatan Tugas Akhir ini berlangsung.

5. Deni Junaedi, S. Sn, MA. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah membimbing dan memberikan semangat demi kelancaran Tugas Akhir. 6. Drs. Syaruddin, M. Hum. selaku cognate

7. Seluruh dosen Seni Murni Institut Seni Indonesia Yogyakarta

8. Kedua orang tua, adik, kakak dan seluruh keluarga atas doa dan dukungan yang diberikan.

(6)

vi

9. Sahabat dan pengajar di Panti Sosial Bina Netra Sadewa Yogyakarta Mas Mardhani, Mas Robin, Mas Tito, Irvan Rohanadi, Mas Aan, Mas Nur, Mas Adi, Mas Susanto, Mas Rian, Mas Maryono, Pak Samijo, Pak Ngatijan, Kang Subarno, Pak Joko dan Pak Bambang yang telah banyak membantu, menginspirasi dan memotivasi.

10. Tim display karya Tugas Akhir Bayu, Epang, Akut, Jihan, Valent, Baktya Nda

11. Ida Dwi Cahyani, Rosalia Wanda, Udien Aee, Alit Ayu Dewantari atas desain poster, katalog dan editing.

12. Teman-teman Seni Lukis angkatan 2009 Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 13. Teman-teman mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

14. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam melaksanakan Tugas Akhir ini.

Disadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran untuk dapat meningkatkan kemampuan dan penulisan yang lebih baik. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 6 Juli 2015

Penulis

(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL LUAR ...………...… HALAMAN JUDUL DALAM ...……… HALAMAN PEGESAHAN ...……… HALAMAN PERSEMBAHAN……….. KATA PENGANTAR……….……... DAFTAR ISI………. DAFTAR GAMBAR……… BAB I. PENDAHULUAN.………... A. Latar Belakang………... B. Rumusan Penciptaan ………... C. Tujuan Penciptaan..………..…... D. Manfaat Penciptaan ……….……….. E. Penegasan Judul………...

BAB II. KONSEP ……….. A. Konsep Penciptaan………….………...………...…...

B. Konsep Pewujudan………...

C. Konsep Penyajian………...

BAB III. PROSES PEMBENTUKAN……….…….

A. Bahan.……….. i ii iii iv v vi ix 1 1 7 8 8 9 12 12 17 32 34 34

(8)

viii

B. Alat………...……….

C. Teknik………..………..

D. Tahapan Pembentukan………..…….……..

BAB IV. TINJAUAN KARYA………

A. Lonely……….

B. Bui Mimpi………..

C. Celah………

D. Persimpangan Gelap Terang………..

E. Lubang Cahaya……… F. Senyawa Serasa……….. G. Menatap………. H. Selimut Matahari……….. I. Flowing Moving……….. J. Rise………. K. Setengah Tampak……… L. Yang Tersembunyi... M. Pembawa Warna………. N. Evolusi………...

O. Kelahiran Kembali Sang Matahari………...

P. Melodi Kehidupan………..

Q. Love is Blind……….…

R. Kabar Rindu………..…

S. Harmoni Keluarga Cahaya………..

38 39 42 51 52 54 56 58 60 62 64 66 68 70 72 74 76 78 80 82 84 86 88

(9)

ix

T. Refleksi ………

BAB V. PENUTUP………..………..…... DAFTAR PUSTAKA………..………..…….. LAMPIRAN……...

A. Foto Poster Pameran...

B. Foto Display Karya………..

C. Foto Situasi Pameran………

D. Katalogus………..………. E. Biodata (CV)……….………. F. CD……….. 90 92 94 95 96 97 98 99 100 102

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Acuan Halaman

Gb. 1 Karya Yudi Sulistyo World Without Sea……… Gb. 2 Karya Jean Michael Basquiat, Andy Warhol, Arm and Hammer I ... Gb. 3 Karya Affandi, Affandi with His Adorable Mother………….. …………. Gb. 4 KaryaUgoUntoro, The Last Race..……….. ……... Gb. 5 Dolorosa Sinaga, KauCintaku/I love U ………. Gb. 6 Gambar logam berkarat……….. Gb. 7 Gambar lekukan kain………

Gambar Pemajangan Foto Dokumentasi

Gb. 8 Sketsa pemajangan foto dokumentasi pencetakan topeng………

Gambar Tahap Pembentukan

Gb. 9 Persiapan alat dan bahan………..……….………... Gb. 10. Pengamatan terhadap salah satu atifitas bermusik tunanetra di dalam panti……….. Gb. 11. Pengamatan terhadap salah satu aktifitas memijat tunanetra di dalam panti… ………... Gb. 12. Menambah pengetahuan dan reverensi visual melalui studi pustaka…… Gb. 13 Sketsa rancangan karya.….………...

25 26 27 28 29 30 30 33 45 45 45 46 47

(11)

xi

Gb. 14 Proses berinteraksi sekaligus pencetakan topeng.……….. Gb. 15 Pencetakan tekstur lekukan dengan dengan menggunakan kain……….. Gb. 16 Pemasangan kertas karton pada tepi bingkai karya………. Gb. 17 Pemasangan bidang ketas pada bingkai karya………... Gb. 18 Penyatuan topeng pada bidang karya………... Gb. 19 Pemberian lapisan dasar atau plamir………..…………. Gb. 20 Proses pengeblokan karya……… Gb. 21 Proses pewarnaan untuk membuat detil karya………. Gb. 22 Pewarnaan dengan teknik stensil untuk merespon dan membuat detil Visual……….. Gb. 23 Penandatanganan karya……….. Gb. 24 Proses pelapisan karya dengan varnish semprot……….………

Gambar Karya

Gb. 25 Lonely, 2014, cat akrilik, cat semprot pada kertas, 150 x 100 cm…………. Gb. 26 Bui Mimpi, 2014, cat akrilik, cat semprot, kawat, lidi, lem batang pada kertas, 150 x 100 cm……… Gb. 27 Celah, 2015, cat akrilik, cat semprot pada kertas, 80 x 70 cm……… Gb.28 Persimpangan Gelap Terang, 2015, cat akrilik, cat semprot, kawat, lem batang pada kertas, 80 x 70 cm……… Gb. 29 Lubang Cahaya, 2014, cat akrilik, cat semprot, kawat, lidi pada kertas, 15 x 100 cm……….. Gb. 30 Senyawa, 2014, cat akrilik, cat semprot, pada kertas, 120 x 110 cm………

47 47 48 48 49 49 49 50 50 50 52 54 56 58 60 62

(12)

xii

Gb. 31 Menatap, 2015, cat akrilik, cat semprot, kawat, pada kertas,

80 x 70 cm……… Gb. 32 Selimut Matahari, 2015, cat akrilik, cat semprot, kawat pada kertas, 110 x 100 cm……… Gb. 33 Flowing Moving, 2014, cat akrilik, cat semprot, kawat, pada kertas, 200 x 100 cm……… Gb. 34 Rise, 2015, cat akrilik, cat semprot, kawat pada kertas,

80 x 70 cm………. Gb. 35 Separuh, 2015, cat akrilik, cat semprot, mata mainan pada kertas,

80 x 70 cm……… Gb. 36 Yang Tersembunyi, 2015, cat akrilik, cat semprot pada kertas,

80 x 70 cm……….. Gb. 37 Pembawa Warna, 2015, cat akrilik, cat semprot, kawat, pada kertas, 80 x 70 cm……….. Gb. 38 Evolusi, 2015, cat akrilik, cat semprot, kawat, mata mainan pada kertas, 120 x 110 cm……… Gb. 39 The Birth of Destiny, 2015, cat akrilik, cat semprot pada kertas,

180 x 115 cm……….. Gb. 40 Melodi Kehidupan, 2015, cat akrilik, cat semprot, kawat, senar, mata mainan pada kertas, 165 x 80 cm……… Gb. 41 Love is Blind, 2015, cat akrilik, benang, cat semprot pada kertas,

80 x 70 cm………. 64 66 68 70 72 74 76 78 80 82 84

(13)

xiii

Gb. 42 Kabar Rindu, 2015, cat akrilik, cat semprot, kawat, lidi pada kertas, 80 x 70 cm……… Gb. 43 Harmoni Keluarga Cahaya, 2014, cat akrilik, cat semprot, kawat pada kertas, 300 x 200 cm……….. Gb. 44 Refleksi, 2015, cat akrilik, cat semprot, kawat pada kertas, 80 x 70 cm……

86

88 90

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan tunanetra adalah suatu takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan Sang Maha Pencipta. Kehadiran tunanetra di tengah masyarakat yang secara umum berpenglihatan normal tentu memiliki arti dan nilai khusus.

Perjumpaan yang tidak disengaja dengan seorang tunanetra mengesankan kemandirian dan semangat hidup yang dimiliki orang tersebut. Perjumpaan itu juga membangkitkan kesadaran terhadap psikologis pribadi. Suatu penyadaran yang secara tidak langsung menimbulkan simpati dan membuat diri menjadi lebih bersyukur. Kesadaran yang muncul menciptakan kekaguman terhadap tunanetra sehingga mendorong keinginan untuk mengenal tunanetra lebih dekat.

Upaya pengenalan tersebut diwujudkan dengan melakukan interaksi dalam bentuk komunikasi dan pengamatan terhadap aktivitas tunanetra. Pengenalan mulai dilakukan pada Bulan Januari 2014 hingga selesai berlokasi di Panti Sosial Bina Netra Sadewa. Sebuah panti sosisal yang bertempat di Jln. Parangtritis Km. 5, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Panti sosial ini dipilih karena jarak yang cukup dekat sehingga menghemat waktu dan tenaga untuk melakukan kunjungan.

Panti Sosial Bina Netra Sadewa kemudian dipindahkan ke lembaga sosial pemerintah yang lebih besar dan menampung berbagai kecacatan tubuh

(15)

2

dan mental. Lokasi pemindahan bertempat di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas di daerah Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta pada Bulan September 2014.

Interaksi di Panti Sosial Bina Netra Sadewa melibatkan tiga belas laki-laki yang berusia antara 19 hingga 42 tahun. Pada rentang usia tersebut dirasa telah memiliki kematangan mental sehingga proses komunikasi dapat berjalan lancar.

Hasil komunikasi dan pengamatan memberikan berbagai tambahan pengetahuan tentang tunanetra. Tambahan pengetahuan yang diperoleh berupa informasi-informasi terkait kehidupannya. Informasi ini meliputi penyebab kebutaan, optimalisasi sistem indra, kisah asmara, harapan-harapan tunanetra di masa depan dan juga pandangan masyarakat terhadap kodisi kebutaan yang dialami. Informasi yang diperoleh terkait penyebab kebutaan dijabarkan sebagai berikut.

Beberapa orang yang menjadi buta karena serangan penyakit seperti demam tinggi dan glukoma. Ada pula orang yang menjadi buta akibat kecacatan mata sejak lahir, penggunaan obat terlarang dan juga keracunan minuman keras.

Beberapa orang mengaku menjadi buta sebab mengalami kecelakaan pada saat berkendara. Seseorang di antara tunanetra menuturkan penyebab kebutaan karena kegagalan dalam pengobatan medis. Orang tersebut pernah menjalani operasi katarak pada sebelah mata, namun hasil operasi justru membuat kedua mata tidak dapat berfungsi normal. Selain itu ada pula yang

(16)

3

menceritakan penyebab kebutaan karena luka ketika terlibat dalam tawuran pelajar.

Kebutaan menjadi bagian perjalanan hidup yang tidak bisa diduga bagi orang yang mengalami. Menjalani hidup dengan kondisi mata yang tidak berfungsi normal memerlukan penyikapan khusus. Tunanetra menyikapi hal tersebut dengan mengoptimalkan fungsi sistem indra yang lain.

Tunanetra yang mengoptimalkan indra peraba mendapat banyak manfaat dalam penerapan aktivitas keseharian. Teknik memijat tubuh sangat memanfaatkan sensitivitas indra peraba ini. Sensitivitas indra peraba juga membantu untuk mengenali karakteristik suatu benda. Contoh sensitivitas ini seperti mengenali perbedaan gula dengan garam berdasarkan tekstur, mengenali perbedaaan nilai nominal uang rupiah berdasar ukuran lembaran uang kertas atau kepingan uang logam.

Optimalisasi indra peraba juga dapat diterapkan untuk mengenali letak suatu benda, membaca dan menulis dengan Huruf Braile. Kemampuan bermusik tunanetra juga sangat memanfaatkan sensitivitas indra peraba dipadu dengan sensitivitas indra pendengar.

Tunanetra mengoptimalkan indra pendengar untuk membantu mengenali situasi lingkungan serta keberadaan orang-orang di sekitar. Keberadaan orang-orang di sekitar dapat dikenali dari suara yang dikeluarkan orang tersebut. Tunanetra dapat mengenali orang lain tidak sebatas pada suara yang dikeluarkan oleh mulut. Hasil pengamatan memperlihatkan hal yang lebih sensitif. Tunanetra dapat mengenali rekan sesama penghuni panti

(17)

4

berdasar bunyi ketukan tongkat yang biasa dipakai saat berjalan. Pengenalan dapat pula dilakukan dari suara deburan air ketika ada yang sedang mandi.

Situsai jalanan dapat dikenali dengan suara kendaraan yang lalu-lalang. Para pengajar juga melatih tunanetra agar dapat membedakan jenis kendaraan yang melintas berdasar suara deru mesin. Metode tersebut membuat tunanetra mampu membedakan kendaraan yang melintas jenis kendaraan umum ataukah kendaraan pribadi. Kemampuan itu dimanfaatkan tunanetra untuk memberi kode dengan melambaikan tangan kepada kendaraan umum seperti bus agar bus menepi. Pengkodean ini dimaksudkan tunanetra ingin menumpang kendaraan tersebut.

Tunanetra mengoptimalkan indra pengecap yang sangat diperlukan terutama untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tunanetra dilatih agar dapat mencukupi kebutuhan sendiri selama berada di dalam panti. Terdapat pelajaran praktik memasak yang menuntut tunanetra untuk dapat meracik bumbu masakan. Terkait hal tersebut fungsi indra pengecap sangat dibutuhkan untuk dapat mencapai rasa yang diinginkan.

Indra pencium bagi tunanetra bermanfaat untuk mengetahui lokasi suatu objek atau memperoleh informasi sifat dari objek. Aroma yang dikeluarkan oleh suatu objek memberikan penafsiran arah dan jarak objek dari tunanetra. Aroma dari suatu objek juga dapat menimbulkan penafsiran tentang kondisi suatu objek. Sebagai contoh makanan yang sudah basi dapat ditafsirkan dari aroma yang dikeluarkan. Aroma yang sangat kuat menafsirkan jarak yang cukup dekat.

(18)

5

Indra pencium juga bermanfaat untuk mengenali seseorang. Dalam hal ini dicontohkan pengenalan berdasar aroma parfum. Penafsiran dengan cara tersebut tidak terlalu akurat karena aroma parfum bisa sama antara satu orang dengan orang yang lain. Kejadian lucu kadang terjadi ketika tunanetra salah memanggil seseorang disebabkan aroma parfum yang sama.

Panti sosial menjadi sekolah yang melatih tunanetra dalam mengoptimalkan fungsi indra seperti yang telah dijelaskan di atas. Di sisi lain panti tersebut juga menyimpan kisah menarik tentang tunanetra.

Penuturan beberapa tunanetra, panti tersebut diibaratkan pula sebagai biro jodoh. Panti Sosial Bina Netra Sadewa tidak hanya menampung tunanetra laki-laki tetapi juga perempuan. Kegiatan belajar yang dilakukan bersama menjadi aktititas yang juga saling mendekatkan hubungan antar tunanetra. Bermula dari kedekatan itu menyebabkan tidak sedikit tunanetra yang kemudian menemukan pasangan hidup.

Beragam aktivitas belajar di dalam panti secara bertahap mampu mengembalikan kepercayaan diri tunanetra. Kepercayaan diri membuat tunanetra merasa yakin dapat memberikan hal yang terbaik dari kemampuan yang dimiliki. Memaksimalkan kemampuan diri menjadi sangat diperlukan untuk dapat meraih suatu pencapaian tertentu. Tunanetra memiliki keinginan untuk dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat dengan segala potensi diri yang dimiliki.

Potensi-potensi tunanetra bisa jadi dianggap remeh bagi sebagian masyarakat. Tunanetra merasakan masyarakat cenderung mengasihani

(19)

6

sehingga mengarah pada keraguan terhadap potensi tunanetra. Hal tersebut tidak lantas meluluhkan semangat tunanetra dalam berusaha. Tunanetra tetap bekerja keras sembari belajar untuk terus menikmati hidup.

Penjabaran berbagai hal di atas menunjukan kemampuan dan sikap hidup yang luar biasa. Kemampuan dan sikap hidup yang tidak semua orang bisa melakukan.

Interaksi yang telah dilakukan dengan tunanetra memberikan pengalaman yang mengesankan dan juga menginspirasi. Pengalaman yang dirasakan memicu rangsangan kreatif untuk mewujudkan kesan inspiratif tersebut menjadi karya seni. Berkarya seni menjadi suatu ungkapan perasaan yang mampu memberikan kepuasan dan juga membangun mentalitas yang sehat. Ungkapan perasaan tersebut tidak hanya bermanfaat bagi diri seniman tetapi juga bagi siapa saja yang menikmati karya seni.

Seni sendiri adalah segala kegiatan dan hasil karya manusia yang mengutarakan pengalaman isi hatinya yang karena disajikan secara unik dan menarik memungkinkan timbulnya pengalaman atau kegiatan batin pada diri orang lain yang menghayatinya.1

Sebagai seniman tentu akan melakukan usaha yang maksimal untuk menciptakan karya semenarik mungkin. Kesadaran akan efek psikologis yang muncul dari penghayatan suatu karya seni mendorong seniman untuk menciptakan karya yang bagus. Karya bagus yaitu karya yang dirasa mengarah pada pembangunan psikologi yang positif.

1 Soedarso SP.

Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern. Jakarta: Studio Delapan Puluh. 2000, p.2

(20)

7

Jakob Sumardjo menyatakan bahwa apa yang disebut karya seni merupakan suatu wujud yang terindra. Karya seni merupakan sebuah benda atau artefak yang dapat dilihat, didengar atau dilihat sekaligus didengar (visual, audio, audio visual), seperti lukisan, musik, teater.2

Menikmati karya seni berkaitan erat dengan kepekaan sistem indra pada tubuh. Menjadi tantangan tersendiri untuk menghadirkan karya seni rupa yang dapat diapresiasi bersama. Pengapresiasian yang tidak sebatas bagi orang yang dapat melihat tetapi juga orang yang tidak dapat melihat.

Karya-karya yang diciptakan pada tugas akhir ini diharapkan mampu menjadi media transfer pengalaman dan pengetahuan berkaitan dengan kehidupan tunanetra. Melalui karya pula diharapkan kehidupan tunanetra dapat diapresiasi dan dimaknai bersama.

B. Rumusan Penciptaan

Setiap penciptaan karya seni menghadirkan permasalahan yang menjadi dasar pijakan dalam proses penciptaan. Dalam penyusunan Tugas Akhir Penciptaan Karya Seni ini ada empat permasalahan yang patut dianalisis sebagai dasar penyusunan. Berdasar latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah yang diuraikan adalah sebagai berikut.

1. Persoalan tunanetra apakah yang diekspresikan menjadi karya seni murni. 2. Mengapa tunanetra perlu dilibatkan secara langsung dalam proses

penciptaan karya.

2

Jakob Sumardjo. Filsafat Seni. Bandung: ITB. 2000, p.45

(21)

8

3. Apa kaitan antara sensitivitas indra peraba tunanetra dengan bentuk karya yang diciptakan.

4. Bagaimana mengolah topeng tunanetra dalam ekspresi seni murni.

C. Tujuan Penciptaan

Adapun tujuan dari penyelesaian Tugas Akhir Penciptaan Karya Seni ini adalah:

1. Menjabarkan persoalan tunanetra yang diekspresikan menjadi karya seni murni.

2. Menjabarkan urgensi tunanetra dilibatkan secara langsung dalam proses penciptaan karya.

3. Menjelaskan kaitan antara sensitivitas indra peraba tunanetra dengan bentuk karya yang diciptakan.

4. Menunjukkan pengolahan topeng tunanetra dalam ekspresi seni murni.

D. Manfaat Penciptaan

Manfaat yang ingin dicapai dalam penciptaan Tugas Akhir Penciptaan Karya Seni ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi penulis dapat meningkatkan kepekaan sosial dan juga pengembangan keterampilan penciptaan karya.

2. Bagi publik dapat meningkatkan apresiasi terhadap kehidupan tunanetra.

(22)

9

3. Bagi penelitian seni dapat membuka kemungkinan penelitian lanjutan dengan bertitik tolak dari kegiatan pencetakan topeng yang telah dilakukan.

4. Bagi lembaga seni dapat digunakan sebagai pijakan pengembangan karya-karya seni murni secara keseluruhan.

E. Penegasan Judul

Untuk menjaga supaya permasalahan tidak melebar sekaligus menghindari kesalahan penafsiran dalam mengartikan judul, maka diperlukan penjelasan judul tugas akhir karya seni lukis ini. Adapun judul yang dikemukakan adalah Topeng Tunanetra dalam Ekspresi Seni Murni.

Topeng adalah penutup muka berupa wajah orang, binatang, atau makhluk lain yang terbuat dari kayu, kertas, tanah liat, dan dengan cara lain dengan cara dipahat dan diukur serta diberi hiasan motif tertentu lalu diberi warna. Perwajahan topeng seperti bentuk mata, hidung, mulut, pipi, dagu, warna serta tanda-tanda pada wajah menggambarkan watak/karakter tersendiri yang diperlukan oleh tokoh-tokoh pertunjukan atau menggambarkan simbol-simbol tertentu dalam mitos yang bersifat religious dan magis.3

Tunanetra adalah suatu kondisi dari indera penglihatan atau mata yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kondisi itu disebabkan oleh kerusakan pada mata, syaraf optik dan atau bagian otak yang mengolah stimulus visual.4

3

Prayitno. Seni Topeng Di Lombok, pep. P dan K . Mataram. 1995, p. 958

4

Lagita Manastas. Strategi Mengajar Siswa Tunanetra. Yogyakarta: Imperium. 2014, p. 3

(23)

10

Tunanetra merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kelompok masyarakatnya. Jika orang normal menyatakan keberadaannya dilakukan lewat serangkaian aktivitas atau karya-karya yang dapat dihargai secara moril maupun materiil oleh masyarakat lingkungannya. Hal ini sama juga menjadi keinginan tunanetra. Jadi pada hakikatnya apa yang dirasakan orang normal tidak berbeda dengan yang dirasakan tunanetra.5

Ekspresi adalah pengungkapan atau proses pernyataan (yaitu melibatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan dan sebagainya). Maka dalam seni rupa berkembanglah dari kata tersebut aliran ekspresionisme yang kemudian didefinisikan secara luas sebagai kebebasan distorsi bentuk dan warna untuk melahirkan emosi dan sensasi dari dalam.6

Seni Murni adalah kelompok karya seni rupa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Artinya bahwa kelahiran karya seni tersebut lahir dari adanya ungkapan atau ekspresi jiwa, tanpa adanya faktor pendorong untuk tujuan materiil. Dengan kata lain bahwa seni tersebut bukan lagi merupakan kebutuhan praktis bagi masyarakat tetapi hanya mengejar nilai untuk kepentingan estetika seni yang dimanfaatkan dalam lingkungan seni itu sendiri atau disebut seni untuk seni.7

Makna uraian judul Topeng Tunanetra dalam Ekspresi Seni Murni adalah penutup muka yang merupakan cetakan dari wajah orang dengan

5

Mohammad Efendi. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008, p. 50

6

Jakob Sumardjo. Op. Cit., p.46

7

Soedarso SP. Op. Cit., p.21

(24)

11

kondisi indra penglihatan atau mata yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya namun memiliki keinginan dan perasaan yang sama dengan orang berpenglihatan normal, sebagai wujud ungkapan perasaan dan gagasan dalam bentuk karya seni rupa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan spiritual.

Gambar

Gambar Karya

Referensi

Dokumen terkait

Substitusi tepung protein tinggi dengan tepung beras merah dan mocal dapat meningkatkan nilai fungsionalnya seperti serat kasar, antosianin tetapi menurunkan kadar gluten maka

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan spermatozoa pada suhu ruang maka motilitas dan viabilitas akan semakin turun dimana motilitas dan

a) Upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah dan PLN dalam meningkatkan kontirbusi pajak penerangan jalan atas penggunaan tenaga listrik yang disediakan oleh PLN

Apakah BOPO secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan. terhadap CAR pada Bank Umum Swasta

dengan melihat gejala metabolismenya. Pada pengujian secara langsung, beberapa substrat pengujian yang dapat digunakan seperti kertas, kapas, pasir, tanah, dan lainlain. Namun

penelitian ini tidak menggunakan sampel karena sifat dari penelitian ini merupakan studi kasus, sehingga data yang digunakan hanya dari satu perusahaan yaitu PT Jasa Marga

Melihat pengertian strategi dan positioning menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa strategi positioning merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membentuk