UJI VIABILITAS BENIH UJI VIABILITAS BENIH
UJI VIABILITAS BENIH
UJI VIABILITAS BENIH
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN A.
A. Latar BelakangLatar Belakang
Yang dimaksud Viabilitas adalah Daya Hidup. Sedangkan pengertian Viabilitas Benih itu Yang dimaksud Viabilitas adalah Daya Hidup. Sedangkan pengertian Viabilitas Benih itu sendiri adalah kemampuan benih untuk berkecambah dan menghasilkan kecambah normal sendiri adalah kemampuan benih untuk berkecambah dan menghasilkan kecambah normal dalam jangka waktu tertentu sesuai dalam ketentuan dalam sertifikasi benih. Uji viabilitas dalam jangka waktu tertentu sesuai dalam ketentuan dalam sertifikasi benih. Uji viabilitas dalam hal ini merupakan informasi yang sangat berguna bagi produsen, pedagang, dan dalam hal ini merupakan informasi yang sangat berguna bagi produsen, pedagang, dan konsumen benih. Tipe Perkecambahan benih dalam hal ini juga berpengaruh dalam
konsumen benih. Tipe Perkecambahan benih dalam hal ini juga berpengaruh dalam pengujainpengujain Viabilitas Benih. Adapun benih yang akan di ujikan dalam praktikum yang telah kelompok Viabilitas Benih. Adapun benih yang akan di ujikan dalam praktikum yang telah kelompok kami lakukan yaitu benih Kacang Tanah (
kami lakukan yaitu benih Kacang Tanah ( Arachis Arachis hypogaehypogae), Tomat (), Tomat (Solanum esculentumSolanum esculentum),), dan Jagung (
dan Jagung ( Zea Mays Zea Mays ). ). B.
B. TujuanTujuan 1.
1. Untuk mengetahui mutu atau kualitas benihUntuk mengetahui mutu atau kualitas benih 2.
2. Untuk mengetahui tipe pertumbuhan benihUntuk mengetahui tipe pertumbuhan benih 3.
3. Mampu membedakan antara Benih Kecambah Normal dan Benih KecambahMampu membedakan antara Benih Kecambah Normal dan Benih Kecambah Abnormal
Abnormal 4.
4. Mampu menghitung Daya Berkecambah BenihMampu menghitung Daya Berkecambah Benih C.
Alat Kertas Merang APB tipe Nampan Plastik Label Bahan
Benih Tomat (25 biji)
Benih Kacang Tanah (25 biji)
Benih Jagung (25 biji)
Air
D. Metode Kerja
UKDDP (Uji Kertas Digulung Dalam Plastik) 1. Menyiapkan alat dan bahan
Kertas Merang Sebanyak 5 buah
Bahan yang digunakan yaitu benih Kacang Tanah dan Benih Jagung 2. Kertas Merang yang telah disiapkan dibasahi dengan cara direndam air di
nampan
3. Setelah kertas merang basah merata, kertas di press menggunakan alat APB tipe 72-1
4. Plastic yang telah disiapkan digunakan sebagai alas Kertas Merang tersebut
5. Setelah dipress, 3 Kertas Merang diletakkan di atas plastic untuk alas benih
6. Benih ditanam diatas Kertas Merang tesebut secara zig-zag (calon akar ditanam dibawah)
7. 2 kertas yang tersisa digunakan untuk menutup benih apabila benih sudah selesai ditanam
8. Kertas digulung bersamaan dengan plastic 9. Menyimpan di Germinator
10. Pengamatan dilakukan
Benih Jagung = 4 HST dan 7 HST
Benih Kacang Tanah = 5 HST dan 10 HST 11. Menghitung Daya Berkecambah Benih
12. Membuat laporan
UDK ( Uji Diatas Kertas)
1. Menyiapakan alat dan bahan
Bahan yang digunakan yaitu Benih Tomat
2. Kertas Merang yang telah disiapkan dipotong melingkar seesuai ukuran Petridish
3. Selanjutnya, Kertas Merang dibasahi dengan cara direndam air di nampan 4. Setelah kertas merang basah merata, kertas di press menggunakan alat
APB tipe 72-1
5. Petridish yang telah disiapkan dibersihkan
6. Kertas diletakkan diatas petridish (petridish digunakan sebagai alas)
7. Benih Tomat ditanam diatas kertas merang tesebut secara teratur (calon akar dibawah)
8. Menyimpan di Germinator
9. Pengamatan dilakukan 5 HST dan 14 HST 10. Menghitung Daya Berkecambah Benih 11. Membuat Laporan
BAB II ISI A. Pembahasan
Berdasarkan Praktikum yang telah dilakukan, dapat dibahas bahwa dalam Pengujian Viabilitas Benih di pengaruhi oleh beberapa factor, antara lain ketersediaan air, Suhu Media dan Penyimpanan, Kesterilisasian media dan factor Mikroorganisme yang dapat mempengaruhi perkecambahan benih. Selain itu Uji Viabilitas Benih dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satunya yaitu Pendekatan secara Fisiologi (Pendekatan / pengamatan yang dilakukan berdasarkan struktur benih, ex. Kotiledon, Embrio). Dalam pengujian Viabilitas Benih, kita dapat mengetahui Tipe Perkecambahan benih itu sendiri. Tipe Perkecambahan ada 2 yaitu Tipe Perkecambahan Epigel(Tipe perkecambahan dimana plumula dan kotiledon terangkat keatas permukaan tanah) dan Tipe Perkecambahan Hipogeal(tipe perkecambahan dimana plumula memanjang san kotiledon tetap dibawah tanah). Untuk Benih Jagung mempunyai tipe Perkecambahan Hipogeal. Sedangkan untuk Benih Kacang Tanah dan Tomat mempunyai Tipe Perkecambahan Epigeal. Selain itu dalam pengujian Viabilitas Benih, kita juga dapat mengetahui mana Kecambah Normal dan
Kecambah Abnormal. Untuk benih Tomat, kecambah Normal ditunjukkan dengan Plumula dan Kotiledon terangkat keatas, sedangkan yang tidak normal ditunjukkan dengan Radikula yang terangkat ke atas dan pemanjangan kesamping kotiledon dan plumula. Untuk Benih Kacang Tanah Kecambah Normal ditunjukkan dengan Plumula dan Kotiledon terangkat keatas, pemanjangan radikula ke bawah, adanya akar primer dan sekunder. Sedangkan untuk Kecambah Abnormal ditunjukkan dengan pertumbuhan akar yang melengkung kesamping dan melengkung ke atas, tidak adanya akar pokok, hanya terdapat akar sekunder. Selain benih yang berkecambah, ada pula benih yang terhenti pertumbuhan perkecambahannya. Menurut analisis dari kelompok 4 terhentinya pertumbuhan tersebut dikarenakan factor kelembaban yang terlalu tinggi sehingga mengakibatkan datangnya Mikroorganisme yaitu jamur, yang menyebabkan terhambat bahkan terhentinya pertumbuhan kecambah dan akhirnya menyebabkan benih mati.
Hasil Pengamatan
Data diambil dari data kelas
Data Hasil Pengamatan Viabilitas Benih
Benih yang di amati P I PII
Jagung Kel.4 normal : 15
abnormal : 0 mati : 4
Kel.4 normal : 2 abnormal : 2 mati : 2
Kel.1 normal : 15 abnormal : 0 mati : 4 Kel.1 normal : 0 abnormal : 2 mati : 3 Kel.2 normal : 13 abnormal : 4 mati : 6 Kel.2 normal : 1 abnormal : 0 mati : 1 Kel.3 normal : 16 abnormal : 0 mati : 5 Kel.3 normal : 1 abnormal : 0 mati : 3 Kel.5 normal : 11 abnormal : 6 mati : 1 Kel.5 normal : 0 abnormal : 0 mati : 7 Kel.6 normal : 13 abnormal : 4 mati : 0 Kel.6 normal : 0 abnormal : 0 mati : 8 Kacang Tanah Kel.4 normal : 3
abnormal : 8 mati : 14 Kel.4 normal : 5 abnormal : 9 mati : 12 Kel.1 normal : 3 abnormal : 1 mati : 0 Kel.1 normal : 4 abnormal : 21 mati : 7 Kel.2 normal : 7 abnormal : 0 mati : 0 Kel.2 normal : 0 abnormal : 1 mati : 1 Kel.3 normal : 12 abnormal : 0 mati : 0 Kel.3 normal : 4 abnormal : 12 mati : 0 Kel.5 normal : 4 abnormal : 0 mati : 0 Kel.5 normal : 4 abnormal : 5 mati : 3 Kel.6 normal : 13 abnormal : 6 mati : 5 Kel.6 normal : 3 abnormal : 6 mati : 3
Tomat Kel.4 normal : 1 abnormal : 13 mati : 0 Kel.4 normal : 3 abnormal : 14 mati : 1 Kel.1 normal : 3 abnormal : 1 mati : 0 Kel.1 normal : 11 abnormal : 2 mati : 4 Kel.2 normal : 2 abnormal : 7 mati : 7 Kel.2 normal : 12 abnormal : 6 mati : 2 Kel.3 normal : 2 abnormal : 0 mati : 0 Kel.3 normal : 4 abnormal : 9 mati : 9
Kel.5 normal : 5 abnormal : 0 mati : 0 Kel.5 normal : 12 abnormal : 6 mati : 2 Kel.6 normal : 1 abnormal : 3 mati : 0 Kel.6 normal : 6 abnormal : 11 mati : 8 Prosentase DB No Kelompok % DB
Jagung Kacang Tanah Tomat
1 4 68% 32 % 16 % 2 1 60 % 28 % 56 % 3 2 56 % 28 % 56 % 4 3 68 % 64 % 32 % 5 5 44 % 32 % 68 % 6 6 52 % 64 % 28 %
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan data diatas, dapat disimpulkan bahwa
Rumus untuk menghitung Daya Berkeambah Benih (DB)
DB = Ʃ KN I + Ʃ KN II x 100%
Ʃ Benih yang ditanam
Prosentase Db Jagung
- Terbesar : 68 % (Kelompok 4 & 3) - Terkecil : 52 % (Kelompok 6)
Prosentase DB Kacang Tanah
- Terbesar : 64 % (kelompok 3 & 6) - Terkecil : 28 % (kelompok 2)
Prosentase DB Tomat
- Terbesar : 68 % (krlompok 5) - Terkecil : 16 % (kelompok 4 )
Perbedaan prosentase DB yang dihasilkan dipengaruhi beberapa factor : suhu, kelembaban, mikroorganisme, dan arah penanaman benih.
B. Saran
Saat melakukan praktikum, arah penanaman benih harus diperhatikan. Karena apabila terbalik, akan mempengaruhi Viabilitas benih itu sendiri.
Posted by eka.stika'sti at 6:49 AM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjat, 1993). Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih.
Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas maksimum (100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai dengan keadaan lingkungan (Kamil, 1979).
http://www.silvikultur.com/viabilitas_benih.html
Laporan Teknologi Benih Acara 8 Uji Viabilitas Benih
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BENIH
ACARA 8
Disusun Oleh :
Nama : Putri Mian Hairani
NPM : E1J012014
Prodi : Agroekoteknologi
Hari, Jam : Selasa, 10.00-12.00 WIB Co-ass : Claudia Sitompul
Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangPengujian mutu benih, yang meliputi pengujian mutu fisik, genetis dan fisiologis, merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Didalam setiap pengujian, standar tolak ukur untuk mutu kualitas benih memiliki berbeda-beda. Karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukkan
korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapangan harus di evaluasi pengujian. Pengujian benih dapat dilakukan mengikuti aturan ISTA (International Seed Testing Association) atau OASA (Assocation Official Seed Analysts) deng an beberapa penyesuaian. Penyesuaian tersebut antara lain penyederhanakan prosedur pengujian benih, yang salah satunya adalah pengujian mutu fisiologis benih. Pengujian mutu fisiologis benih dapat dilakukan melalui uji viabilitas dan
vigor benih. Uji viabilitas benih meliputi pengukuran daya kecambah dan kadar air benih. Sedang uji vigor benih meliputi uji pengusangan dipercepat dan uji daya
hantar listrik. Pengujian-pengujian ini dilakukan dengan menggunakan sampel benih yang mewakili lot (kumpulan) benih.
Berdasarkan substratnya, metode uji perkecambahan benih dengan subsrat kertas, pasir, dan tanah. Kondisi lingkungan perkecambahan pada kedua metode uji ini dalam keadaan optimum.
Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa
kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih orthodoks berkadar air tinggi beresiko cepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan. Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang dinilai oleh
BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih) dalam sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu pengujian rutin para analisis benih di laboratorium benih. 1.2 Tujuan
Mahasiswa mengenal beberapa metode uji daya kecambah
Mahasiswa mengetahui cara mengukur kadar air benih (Oven suhu rendah
konstan)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengujian benih merupakan analisis beberapa parameter fisik dan kualitas fisiologis sekumpulan benih yang biasanya didasarkan pada perwakilan sejumlah contoh benih. Pengujian dilakukan untuk mengetahui mutu kualitas kelompok benih. Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di
lapangan. Salah satu contoh pengujian benih adalah uji viabilitas benih atau uji perkecambahan benih. Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara tak langsung,
misalkan dengan mengukur gejala-gejala metabolisme ataupun secara langsung dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh tertentu (Schmidt, Lars. 2000).
Pada uji viabilitas benih, baik uji daya kecambah atau uji kekuatan tumbuh benih, penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan yang
lain dalam satu substrat. Sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan presentase perkecambahan. Persentase kecambah yang tinggi sangat diinginkan
oleh para petugas persemaian, dan segala sesuatu selain benih murni yang berkecambah akan dianggap sebagai hal yang tidak berguna, oleh karena itu pegujian kecambah atau viabilitas harus menggambarkan kecambah yang
potensial. Potensi perkecambahan merupakan hal yang secara langsung didapatkan pada pengujian perkecambahan. Pengujian perkecambahan secara luas digunakan, baik untuk pengujian benih standard maupun untuk pengujian informal secara
sederhana di persemaian. Pengujian viabilitas ada beberapa macam yaitu pengujian pemotongan (cutting test), tetrazolium (TZ), pemotongan embrio, dan pengujian
hydrogen peroksida (H2O2). Pengujian viabilitas benih biasanya kurang tepat diterapkan untuk benih-benih yang berukuran sangat kecil, bahkan teknik pengambilan/pemotongan embrio hampir tidak mungkin dilakukan. Untuk
memudahkan dalam pengujian benih, benih yang digunakan harus berukuran agak besar seperti sengon buto (Enterolobium cyclocarpum Jacq.) yang digunakan
dalam praktikum ini (Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Nasional. 2006).
Pengujian benih dengan tetrazolium merupakan salah satu uji yang efektif. Uji tetrazolium memanfaatkan prinsip dehidrogenase yang merupakan group
enzim metabolism pada sel hidup, yang mana mudah diamati perubahan warnanya. Selain uji TZ, uji hydrogen peroksida (H2O2) juga merupakan uji yang efektif. uji ini merupakan uji viabilitas yang lain, yang membentuk transisi menjadi pengujian kecambah.
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari linkungan sekitar biji,baik tanah,udara maupun media lainnya.perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi.biji menyerap air dari lingkungan
sekelilingnya.baik dari tanah maupun udara ( dalam bentuk embun atau uap air ). Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embri membesar dan biji melunak proses ini murni fisik. Kehadiran air didalam sel mengaktifkan sejumlah sel enzim perkecambahan awal.fitohormon asam absisat menurunkan kadarnya.sementara giberelin meningkat.berdasarkan kajian ekspresi gen pada tumbuhan model Arabidopsis thaliana diketahui bahwa pada perkecambahan meningkat perannya.diketahui pula bahwa dalam proses perkecambahan yang
normal sekelompok factor transkripsi yang mengatur aukrin disebut auxin response factors. Perubahan pengendalian merangsang pembelahan sel di bagian yang
efektif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula (Leadem, C.L. 1984). Daya Berkecambah (DB) merupakan tolok ukur viabilitas potensial yang merupakan simulasi dari kemampuan benih untuk tumbuh dan berproduksi normal dalam kondisi optimum (Sadjad, 1993).
BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan
Alat : Alat pengecambah, Oven, Timbangan, Desikator, Cawan aluminium foil Bahan : Benih padi, jagung, kacang hijau, kacang merah, pasir, kertas merang, air 3.2 Cara Kerja
a. Uji Daya Kecambah
Ada 2 metode uji daya kecambah yang akan dilakukan, yaitu metode antar kertas dan metode padir.
Metode Antar K ertas
(1) 3 lembar kertas merang dibasahi
(2) 25 benih (kacang tanah, jagung dan kacang merah) atau 50 benih (untuk padi, kedelai dan kacang hijau) diletakkan diatas kertas itu secara teratur dan diulangi 2 kali
(3) benih dengan 1 lembar kertas merang lain yang telah dibasahi dan gulungkan ditutup
(4) gulungan tersebut diletakkan dinampan ukuran sedang (5) benih yang berkecambah dihitung pada hari ke 3 dan 6
(6) Pada hitungan 1 hari ke 3, benih yang telah berkecambah maupun yang busuk (mati) dibuang dan tinggalkan benih yang belum
berkecambah hingga hari ke 6
(7) kertas merang dijaga agar tetap basah (8) potensi berkecambah benih (PB) dihitung
(9) hasil pengamatan anda dilaporkan dengan format sebagai berikut:
Metode Pasir
(1) nampan besar diisi dengan pasir setinggi ± 10 cm
(2) 50 benih ditanam kedalam pasir dengan kedalaman 2 cm dan ulangi 2 kali
(3) benih yang telah berkecambah dihitung pada hari ke 3 dan 6. Benih di anggap berkecambah bila telah muncul di atas pasir (4) Pada hitungan hari ke 3, benih yang telah berkecambah dibuang
atau dicabut, tinggalkan benih yang belum berkecambah hingga hari ke 6
(5) media pasir dijaga agar tetap basah
(6) potensi berkecambah benih (PB) dihitung
(7) hasil pengamatan anda dilaporkanl dengan format sebagai berikut:
b. Pengukuran Kadar Air Benih
(1) setiap benih jagung, padi, kacang merah, dan kacang hijau ditimbang 10 gram
(2) Setelah bobot awal dicatat, setiap benih ditempatkan dalam cawan aluminium foil
(3) dalam setiap cawan tersebut (1, 2, 3, dan 4) diberi nomor agar mudah mengenalinya sehingga antar ulangan tidak tercampur
(4) benih ditempatkan dioven dengan suhu rendah konstan (1030 C)
(5) Setelah 12 jam, cawan dari oven dikeluarkan kemudian dinginkan dahulu dalam desikator selama 5 menit
(6) cawan plus benih (bobot kering benih) ditimbang setelah didinginkan (7) kadar air benih dihitung berdasarkan bobot basahnya dengan rumus
berikut.
(8) hasil pengamatan anda dilaporkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Metode antar kertas
Benih Hari ke - 3 Hari ke - 6 Jumlah Berkecambah
Jagung 0 0
Padi 0 0
kacang hijau 0 48
Kacang merah 1 busuk 6 busuk | 14 berkecambah
Metode pasir
Benih Hari ke - 3 Hari ke - 6 Jumlah tumbuh
Jagung 0 0
Padi 0 0
kacang hijau 0 0
Kacang merah 4 8
Perhitungan Perkecambahan Benih
1. Metode antar kertas
Benih jagung Benih padi Kacang hijau Kacang merah\ 2. Metode pasir Benih jagung = 0 Benih padi = 0
Benih kacang hijau = 0 Benih kacang merah
3. Pengukuran kadar air benih
Benih Bobot basah Bobot kering
Jagung 10 gr 9,59 gr
Padi 10 gr 9,64 gr
kacang hijau 10 gr 9,97 gr Kacang merah 10 gr 9,30 gr
Perhitungan
Kadar Air (%)= bobot basah
–
bobot kering x 100%Bobot basah 1) Benih jagung
2) Benih padi
3) Benih kacang hijau
4) Benih kacang merah
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan mengenai uji viabilitas benih. Pengujian viabilitas benih dapat dilakukan secara langsung, yaitu dengan cara menilai struktur-struktur penting kecambah dan secara tidak langsung, yaitu
dengan melihat gejala metabolismenya. Pada pengujian secara langsung, beberapa substrat pengujian yang dapat digunakan seperti kertas, kapas, pasir, tanah, dan lainlain. Namun substrat kertas lebih banyak digunakan karena lebih praktis dan memenuhi persyaratan-persyaratan dalam prosedur pengujian mutu benih secara modern. Substrat kertas dapat digunakan untuk berbagai metode uji viabilitas benih, yaitu: 1) Uji Diatas Kertas (UDK), digunakan untuk benih-benih berukuran
kecil yang membutuhkan cahaya dalam perkecambahannya; 2) Uji Antar Kertas (UAK), digunakan untuk benih-benih yang tidak peka cahaya dalam
perkecambahannya; dan 3) Uji Kertas Digulung (UKD), digunakan untuk benih- benih berukuran besar yang tidak peka cahaya dalam perkecambahannya.
Tabel diatas menunjukkan bahwa masing-masing jenis substrat kertas memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil pengujian DB benih. Hal ini sesuai dengan pernyataan yaitu metode uji serta media tumbuh yang digunakan dalam pengujian viabilitas benih sering memberikan hasil pengujian yang berbeda. Oleh karena itu pemilihan metode uji serta media tumbuh harus dilakukan dengan hati-hati. Adapun perbedaan kisaran nilai DB antar benih disebabkan oleh keadaan benih tersebut sebelum ditanam. penurunan vigor dan viabilitas benih dipengaruhi
kondisi benih, kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta cendawan gudang, bila kondisi penyimpanannya memungkinkan pertumbuhannya.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan metode antar kertas yang mana pada pengukuran hari ke-3 untuk benih tidak ada yang
berkecambah. Sedangkan pengamatan lanjutan yaitu dilaksanakan pada hari ke-6 didapatkan untuk benih kacang merah 14 yang berkecambah, kacang hijau 48 yang berkecambah, sedangkan benih jagung dan padi tidak ada yang berkecambah.
Setelah diketahui berapa saja benih yang tumbuh pada masing-masing jenis benihnya, maka dilakukan perhitungan yang mana tujuannya untuk mengetahui potensi perkecambahan benihnya. Untuk penghitungan dengan menggunakan
metode antar kertas, pada benih jagung potensi tumbuhnya yaitu 0 %, benih padi 0%, benih kacang hijau 96%, dan benih kacang merah 28%. Dari hasil pengamatan dan telah dilakukannya perhitungan untuk metode antar kertas tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa untuk benih padi ternyata tidak cocok diperkecambahkan dengan mneggunakan metode ini, hal ini dikarenakan bahwa benih padi dan jagung untuk berkecambah memerlukan banyak air untuk merangsang pertumbuhan
kecambah, sedangkan untuk metode kertas ini hanya sedikit akan kebutuhan airnya. Sedangkan untuk benih kacang hijau dan kacang merah presentase
tumbuhnya lumayan bagus, hal ini dikarenakan kacang hijau untuk merangsang pertumbuhan perkecambahan bila ada kelembaban benih ini bisa tumbuh,
walaupun tidak semua tumbuh.
Sedangkan perhitungan untuk metode pasir didapatkan potensi
perkecambahannya yaitu, benih jagung, benih padi, dan benih kacang hijau 0%, sedangkan untuk benih kacang merah 16%. Dari hasil data tersebut untuk metode pasir, pada prinsipnya jika melihat presentase tumbuhnya maka dapat kita
bayangkan atau fikirkan dengan menggunakan nalar maupun akal sehat, maka benih jagung, benih padi, dan benih kacang hijau tidak cocok diperkecambahkan
dipasir. Sedangkan untuk kacang merah ternyata benih ini dapat tumbuh.
Pada hasil perhitungan kadar air benih, maka didapatkan presentase dari bebrapa benih tersebut. Yang man untuk benih jagung memilki kadar air 4,1%, benih padi memilki kadar air 3,6%, benih kacang hijau 0,3%,. Dan benih kacang
BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan
Uji daya kecambah yang dilakukan adalah Metode Antar Kertas dan
Metode Pasir
Cara mengukur kadar air benih (Oven suhu rendah konstan) adalah dengan
rumus
Kadar Air (%)= bobot basah
–
bobot kering x 100% Bobot basah1.2 Saran
Diharapkan sarana dan prasarana praktikum mengalami kemajuan yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Nasional. 2006. Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan. Sumedang
: Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura.
Justice, O. L. L., N. Bass. 1994. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih . (terj.). PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. 446 hal.
Leadem, C.L. 1984. Quick Test for Tree Seed Viability. Management Report NO 18. B.C.Ministry Forest Land Research Branch.
Sadjad, S. 1972. Kertas merang untuk uji viabilitas benih di Indonesia . Beberapa penemuan dalam bidang teknologi benih. (Disertasi). Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Schmidt, Lars. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Subtropis. Na’iem M, penerjemah; Harum F, editor. Jakarta: Dirjen RLPS, Departemen Kehutanan. Terjemahan dari : Guide to Handling Tropical and Subtropical Forest Seed.