• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KETELADANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDAYA RELIGIUS SEKOLAH TERHADAP KARAKTER PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 REJOTANGAN TULUNGAGUNG Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KETELADANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDAYA RELIGIUS SEKOLAH TERHADAP KARAKTER PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 REJOTANGAN TULUNGAGUNG Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

A. Karakter Peserta Didik

1. Pengertian Karakter

Karakter dalam bahasa Inggris: “character” dan Indonesia “karakter”. Yunani character dan charassain yang berarti membuat tajam,

membuat dalam. Dalam kamus Poerwardarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, potensi, nilainilai, dan pola-pola pemikiran.1 Beberapa pendapat para ahli tentang karakter:

a. Menurut Scerenko, karakter adalah ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompeksitas mental dari seseorang.2

b. Menurut Winnie bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian. Pertama, ia menunjukkan bagaimana perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya denganpersonality. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moralseseorang

1

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Persepektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 42

2

(2)

berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan.3

c. Menurut Zamroni, karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.4

Menurut kamus Poerwadarminta sebagaimana telah dikutip oleh Abdul Majid, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.5

Karakter atau akhlak mempunyai kedudukan penting dan dianggap mempunyai fungsi yang vital dalam memandu kehidupan masyarakat. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-qur’an surat An-Nahl ayat 90

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,

3

Heri Gunawan, Pendidikan karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 2

4

Zamroni, Pendidikan Demokrasi..., hal. 157 5

(3)

kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. {An-Nahl (16) : 90}6

Pengertian yang sudah dijelaskan di atas, dapat disimpukan bahwa karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia maupun dengan lingkunganyang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, danperbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma,budaya, dan adat istiadat.

Pembentukan karakter dapat dimulai sejak dini, sehingga karakter anak mudah terbentuk. Sebenarnya pembentukan bukan hanya tugas guru tetapi orang tua pun sangat berperan.7 Pembentukan karakter memerlukan pembiasaan. Artinya sejak usia dini anak mulai dibiasakan mengenal mana perilaku atau tindakan yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dilakukan mana yang tidak sehingga diharapkan pada gilirannya menjadi sebuah kebiasaan. Perlahan-lahan sikap/nilai-nilai luhur yang ditanamkan tersebut akan terinternalisasikan ke dalam dirinya dan membentuk kesadaran sikap dan tindakan sampai usia dewasa.8

2. Tujuan Pembentukan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola pikir, sikap, dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab. Dalam konteks pendidikan,

6

Kementeri, Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya Jilid V, (Jakarta : Widya Cahaya, 2011), hal. 358

7

Amri, dkk., Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran, (Jakarta : PT Pustakaraya, 2011), hal. 42

8

(4)

pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi positif dan berakhlak karimah sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.9

Menurut Kemendiknas sebagaimana dikutip Agus Zaenul Fitri, tujuan pendidikan karakter antara lain :10

a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki budaya-budaya dan karakter bangsa.

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Menurut Yahya Khan, pendidikan karakter mempunyai tujuan sebagai berikut :11

9

Diah Alfiana, Pengaruh Budaya Religius Terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik di MTs Darul Falah Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2017), hal. 40

10

(5)

a. Mengembangkan potensi anak didik menuju self actualization. b. Mengembangkan sikap dan kesadaran akan harga diri.

c. Mengembangkan seluruh potensi peserta didik, merupakan manifestasi pengembangan potensi akan membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.

d. Mengembangkan pemecahan masalah.

e. Mengembangkan motivasi dan minat peserta didik dalam diskusi kelompok kecil, untuk membantu meningkatkan berpikir kritis dan kreatif.

f. Menggunakan proses mental untuk menentukan prinsip ilmiah serta meningkatkan potensi intelektual.

g. Mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk membuka intelegensi dan mengembangkan kreatifitas.

Sedangkan tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah adalah sebagai berikut :12

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

11

Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri : Mendongkrak Kualitas Pendidikan, (Yogyakarta : Pelangi Publishing, 2010), hal. 17

12

(6)

c. Membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

3. Nilai-Nilai Karakter

Kementrian pendidikan Nasional telah merumuskan 18 nilai karakter yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa. Nilai karakter yang berjumlah 18 tersebut telah disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmu pendidikan secaraumum, sehingga lebih implementatif untuk diterapkan dalam praksispendidikan, baik sekolah maupun madrasah. Menurut Kementrian PendidikanNasional dan Kebudayaan, terdapat 18 nilai yang dikembangkan,sebagaiman ditulis dalam tabel dalam tabel di bawah ini:13

Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Karakter

no Nilai Deskripsi Karakter

1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,suku,

etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertibdan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5 Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguhdalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6 Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkancara atau

hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7 Mandiri Sekap dan perilaku yang tidak mudah tergantung padaorang

lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

13

(7)

9 RasaIngin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untukmengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatuyang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10 Semangat

Kebangsaan

Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di ataskepentingan diri dan kelompoknya.

11 Cinta Tanah

Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggiterhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya,ekonomi, dan politik bangsa.

12 Menghargai

Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untukmenghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,dan mengakui, serta menghargai keberhasilan oranglain.

13 Bersahabat/Ko

munikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkanorang lain

merasa senang dan aman atas kehadirandirinya.

15 Gemar

Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membacaberbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagidirinya.

16 Peduli

Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mengecek kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada

orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18 Tanggung

Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan tabel diatas nilai-nilai karakter beserta indikator-indikatornya dapat di uraikan sebagai berikut:

a. Religius

(8)

ilahi itu dengan melaksanakan kehendak-Nya dan menjauhi yang tidak dikehendakinya (larangannya).14

Religiusitas menurut Glock dan Strak adalah tingkat konsepsi seseorang terhadap agama dan tingkat komitmen seseorang terhadap agamanya. Tingkat konseptualisasi adalah tingkat pengetahuan seseorang terhadap agamnya, sedangkan yang dimaksud dengan tingkat komitmen adalah suatu hal yang perlu dipahami secara menyeluruh, sehingga terdapat berbagai cara bagi individu untuk menjadi religius.

Kata dasar dari religius adalah religi yang berasal dari bahasa asing religion sebagai bentuk kata benda yang berarti agama atau kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan kodrati di atas manusia. Sedangkan religius berasal dari kata religious yang berarti sifat religi yang melekat pada diri seseorang. Religi sebagai salah satu nilai karakter dideskripsikan oleh suparlan sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Karakter religius ini sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menghadapi perubahan zaman dan penurunan moral, dalam hal ini siswa diharapkan mampu memiliki dan berperilaku dengan baik.15

Dalam Islam, religiusitas pada garis besarnya tercermin dalam pengalaman akidah, syariah, dan akhlak, atau dengan ungkapan lain iman,

14

Wahyu dkk, Dimensi Religiusitas dan pengaruhnya terhadap Organiztional Citizenship Behaviour, 27 septermber 2017 pkl 08.00

15

(9)

Islam, dan Ihsan. Bila semua unsur itu telah dimiliki oleh seseorang, maka dia itulah insan beragama yang sesungguhnya.

Religiusitas dalam Kurikulum 2013 diarahkan pada sikap sikap spiritual yang dipahami sebagai cara pandang tentang hakikat diri termasuk menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut. Sikap spiritual mencakup suka berdoa, senang mengucapkan salam, senang menjalankan ibadah shalat atau sembahyang, selalu bersyukur dan terterimakasih, dan berserah diri. Untuk lebih jelasnya, indikator religiousitas ini dapat dilustrasikan melalui tabel 2.2.16

Memberi Salam Merasa Kagum Membuktik an adanya

Mengucapkan doa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu, bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Tuhan, mengucapkan salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat, mengungkapkan kekaguman tentang kebesaran Tuhan, membuktikan kebesaran Allah melalui ilmu pengetahuan memberikan kepuasan batin tersendiri dalam diri seseorang yang telah mengintegrasikan nilai dalam aktivitas keseharian. Mengintegrasi nilai

16

(10)

adalah melakukan internalisasi nilai-nilai ke dalam jiwa dan setiap derap langkah mencerminkan sikap dan perilaku religi.17

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah kedalaman seseorang dalam meyakini suatu agama disertai dengan tingkat pengetahuan terhadap agamnya yang diwujudkan dalam pengalaman nilai-nilai agama yakni dengan mematuhi aturan-aturan dan menjalankan kewajiban-kewajiban dengan keikhlasan hati dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan ibadah.

b. Jujur

Jujur adalah perilaku seseorang yang menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Selain itu, Prospect Point Elementary School memberi definisi bahwa kejujuran adalah mengatakan yang sebenarnya. Adapun Rachmad dan Shofan mendefinisikan sebagai kesesuaian ucapan atau yang dikemukakan dengan kenyataan atau fakta, dikemukakan dengan kesadaran dari dalam hati.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka makna kejujuran mengandung pengertian sebagai berikut: (1) Kesesuai antara yang lahir dan yang batin, (2) Perkataan, (3) tindakan, dan pekerjaan dapat dipercaya, (4) Perbuatan tulus, ikhlas, benar, setia, adil, dan lurus, (5) Pikiran, perasaan, dan perbuatan yang benar, (6) Sesuatu yang benar yang dikemukakan dengan kesadaran dari dalam hati.

17

(11)

Jika kejujuran dibawa kepada dimensi pendidikan, maka peserta didik yang jujur dapat dilihat dari indikatornya: (1) mengatakan sesuatu yang benar walaupun itu pahit, (2) menghindari perbuatan penipu, menyontek, plagiat, atau mencuri, (3) memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu yang benar, (4) dapat dipercaya; melakukan sesuatu yang dikatakan, dan (5) menjaga reputasi dan martabat yang baik dan terpuji.18

c. Toleran

Toleran adalah sikap menerima perbedaan orang lain, tidak memaksa keyakinan kepada orang lain, tidak menyukai orang karena tidak sekeyakinan, sealiran, atau sepaham dengannya, dan tidak menghakimi orang lain berdasarkan latar belakangnya, penampilanya, atau kebiasaan yang dilakukannya, karena setiap orang tidak pernah meminta agar dilahirkan dalam suatu suku bangsa tertentu, kecantikan dan kegagahan dengan maksimal, atau dengan status sosial yang tinggi. Oleh karena itu orang toleran pasti memiliki karakter sebagai berikut: (1) Berwawasan luas, (2) Berpikir terbuka, (3) tidak picik, (4) Merasa iba, (5) Menahan amarah, (6) Lemah lembut.19

d. Disiplin

Disiplin adalah tindakan yang menunjukan peilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku. Menurut Stevenson yang dikuti dalam buku Muhammad Yaumi, Disiplin adalah pengontrolan

18

Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan Implementasi..., hal.87-89

19

(12)

diri untuk mendorong dan mengarahkan seluruh daya dan upaya dalam menghasilkan sesuatu tanpa ada yang menyuruh untuk melakukan.

Bebrapa ciri-ciri yang melambangkan karakter disiplin adalah :20 1) Menentukan tujuan dan melakukan apa yang diperlukan untuk

memperolehnya.

2) Mengontrol diri sehingga dorongan tidak mempengaruhi keseruhan tujuan.

3) Menggambarkan apa yang akan terjadi jika telah mencapai tujuan. 4) Menghindari orang-orang yang mungkin mengalihkan perhatian dari

apa yang ingin dicapai.

5) Menetapkan rutinitas yang dapat membantu mengontrol perilaku.

e. Kerja Keras

Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Definisi ini melihatkan kerja keras dalam hubungannya dengan peserta didik dalam memperoleh dan mengkontruksi ilmu pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.

Adapun karakteristik kerja keras dalam lingkungan sekolah dengan cara sebagai berikut:21

1) Giat dan bersemangat dalam belajar.

2) Bersikap aktif dalam belajar, misalnya bertanya kepada guru tentang materi yang akan dipahami.

20Ibid

., hal. 93 21

(13)

3) Tidak mudah putus asa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. 4) Tidak tergantung kepada orang lain dalam mengerjakan

tugas-tugas sekolah.

5) Rajin mengikuti kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan prestasi diri.

f. Kreatif

Kreatif dipandang sebagai proses membawa suatu yang baru menjadi ada. Menurut Csikzentmihalyi, creativity is some sort of mental activity, an insight that occurs inside the heads of some special people. Artinya, kreatif adalah semacam aktivitas mental yang terjadi di dalam kepala beberapa orang khusus. Definisi ini menunjukkan bahwa kreativitas itu bersarang pada ranah mental dan ide yang dimiliki oleh orang-orang tertentu yang memiliki kekhususan. Hal ini menunjukan tidak semua orang dapat menjadi kreatif, memiliki ide pandangan baru, berjiwa inovatif, dan visioner, tetapi hanya orang-orang tertentu yang terlahir dari lingkungan dan keadaan yang membuatnya harus kreatif dan inovatif.22

Menurut Munandar dengan mengutif pandangan Csikzentmihalyi merumuskan 10 ciri pribadi yang kreatif, tampaknya saling bertentangan tetapi saling terpadu secara dialektis, sebagai berikut : 1). Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam, 2). Sering mengajukan pertanyaan yang baik, 3). Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah, 4). Bebas dalam menyatakan pendapat, 5). Mempunyai rasa keindahan

22

(14)

yang dalam, 6). Menonjol dalam salah satu bidang seni, 7). Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandang, 8). Mempunyai rasa humor yang luas, 9). Mempunyai daya imajinasi, 10). Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan penjabaran indikator dari sund dan Munandar, secara umum peneliti menggunakan tujuh indikator kreativitas dalam kisi-kisi observasi kegiatan siswa. Pertimbangan memilih tujuh indikator didasarkan pada kegiatan observasi siswa yang dapat diukur dan diamati. Adapun ketujuh indikator kreativitas tersebut adalah : 1) mengajukan pertanyaan, 2) aktif dalam mengerjakan tugas, 3) menyatakan pendapat, 4) memberikan banyak gagasan atau usulan terhadap suatu masalah, 5) ras ingin tahu yang cukup besar, 6) menyampaikan jawaban, 7) memiliki alternatif dalam menyelesaikan masalah.23

g. Mandiri

Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas. Untuk mecapai kemandirian sepenuhnya, seseorang harus melewati empat tahap sebagai berikut :24

1) Mencari orang lain (orangtua, ahli, guru, teman sejawat) untuk meminta bantuan menyelesaikan tugas tertentu.

2) Melakukan sendiri melalui arahan dan nasihat dari orang lain.

3) Melakukan latihan sendiri secara berulang-ulang melalui prosedur dan langkah-langkah penyelesaian.

23Ibid

., hal. 97 24

(15)

4) Mengembangkan dan menciptakan cara lain untuk menyelesaikan tugas dengan baik.

h. Demokratis

Demokratis adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Mengembangkan karakter demokratis peserta didik merupakan sarana untuk membangun tradisi demokratis di lingkungan sekolah, sehingga peserta didik dapat menerapkan sikap, pandangan, dan perilaku demokratis di lingkungan keluarga, masyarakat, dan di tempat kerja. Adapun indikator karakter demokratis yang harus dimiliki peserta didik dalam pergaulan sehari-hari dapat diuraikan di bawah ini :25

1) Berpikir positif dalam setiap pergaulan dengan teman sejawat

2) Menunjukkan sikap hormat dan menghargai setia perbedaan pendapat 3) Tidak monopoli setiap kesempatan berbicara dan mengeluarkan

pendapat

4) Menyimak dan mendengarkan setiap pandangan walaupun berbeda dan persepsi pribadi.

5) Meminimalisi terjadinya interupsi dan tidak memotong pembicaraan kecuali dengan cara yang santun.

6) Menghindari perlakuan yang bernada pelecehan dan merendahkan termasuk kepada peserta didik lain yang memiliki cacat fisik dan mental.

25

(16)

i. Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

Orang yang selalu ingin tahu terhadap sesuatu pasti melakukan beberapa hal sebagai berikut:26

1) Mengajukan pertanyaan 2) Selalu timbul rasa penasaran

3) Menggali, menjejaki, dan menyelidiki

4) Tertarik pada berbagai hal yang belum ditemukan jawabannya

5) Mengintai, mengintip, dan membongkar berbagai hal yang masih kabur.

j. Semangat Kebangsaan

Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompok. Peserta didik harus diarahkan untuk memiliki semangat kebangsaan agar dapat mencintai negaranya sehingga dapat mengabdi kepada bangsa dan negara selain mengabdi kepada agam yang dianut. Untuk mengembangkan karakter semangat kebangsaan, peserta didik di harapkan mampu melakukan perkara sebagai berikut :27

1) Berpikir tengtang kepentingan umum melebihi kepentingan diri secara individu.

26Ibid

., hal. 102 27

(17)

2) Pertimbangkan apakah aturan dan nilai saat ini adli bagi seluruh kelompok suku, agama, ras, dan agama dalam suatu negara.

3) Bekerja secara aktif untuk memperbaiki kondisi komunitas.

4) Mendengar keluhan orang lain untuk memahami kebutuhan komunitas yang lebih besar.

5) Berpartisipasi untuk memberikan suara, menghidupkan diskusi atau komunikasi, dan mengambil tindakan untuk membuat perubahan positif.

k. Cinta Tanah Air

Peserta didik sebagai putra putri terbaik bangsa Indonesia harus menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan bangsa, belajar sekuat tenaga agar dapat membangun bangsa ini menjadi bangsa yang maju, disegani, dan dihormati oleh bangsa lain. Dengan demikian semboyan Bhineka Tunggal Ika harus menjadi wadah utama dalam memupuk persaudaraan sesama bangsa. Karakter cinta tanah air harus ditanamkan sejak dini kepada peserta didik sehingga mereka bisa memiliki rasa cinta yang begitu besar kepada negara dengan mengikuti langkah-langkah sebgai berikut :28

1) Menggali nilai-nilai luhur bangsa Indonesia untuk menjadi modal dasar dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

2) Menunnjukkan rasa cinta kepada budaya, suku, agama, dan bahasa Indonesia.

28

(18)

3) Memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada perjuangan para pendahulu (pendiri) bangsa dengan menghargai dan mengamalkan hasil karya dan jerih payah yang ditinggalkan.

4) Memiliki kepedulian terhadap pertumbuhan ekonomi, kebersihan lingkungan, dan pemelihara terhadap flora dan fauna.

5) Berpartisipasi aktif untuk memberikan suara dan memilihpemimpin bangsa yang mampu membawa kemajuan bagi bangsa dan negara Indonesia.

l. Menghargai prestasi

Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Adapun indikator yang dapat dijadikan dasar dalam mengukur penghargaan terhadap prestasi dapat dijabarkan sebagai berikut :29

1) Menggantungkan cita-cita setinggi mungkin

2) Membuat perencanaan untuk mengejar cita-cita yang diinginkan. 3) Bekerja keras untuk meraih prestasi yang membanggakan.

4) Mensyukuri prestasi yang diraih dengan memberi kontribusi untuk kemslahatan bangsa, negara, dan agama.

5) Memberei apresiasi terhadap prestasi yang dicapai orang lain.

29

(19)

m. Bersahabat/Komunikasi

Yang dimaksud bersahabat adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Karakter bersahabat dan komunikatif adalah karakter yang dapat mengantar seseorang untuk membangun hubungan baik di antara sesama tanpa memandang latar belakang suku, ras, agama, asal daerah, atau latar belakang lain yang bersifat primordial. Dengan demikian, peserta didik diharapkan dapat memiliki karakter bersahabat, yang karakteristiknya sebagai berikut:30

1) Senang belajar bersama dengan orang lain.

2) Semakin banyak berinteraksi dengan orang lain, semakin merasa berbahagia dan termotivasi untuk belajar.

3) Menunnjukkan perkembangan yang luar biasa ketika belajar melalui pendekatan kooperatif dan kolaboratif.

4) Berorganisasi merupakan cara terbaik untuk mengaktualisasi diri. 5) Melibatkan diri dalam berbagai aktivitas yang melibatkan orang lainj. 6) Memiliki kepedulian dalam berbagai persoalan dan isu-isu sosial.

n. Cinta Damai

Menurut Rachman yang di kutib dalam buku Mohammad Yaumi, mengatakan perdamaian adalah anti kekerasan dalam penyelesaian masalah dan selalu mengedepankan dialog dan menghargai orang lain, maka dalam suasana kegiatan belajar dikelas atau diluar kelas seorang

30

(20)

pendidik juga menghindari cara kekerasan dalam menghadapi dinameka peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik yang cinta damai adalah mereka yang menghindari konflik, tanpa kekerasan, dan mengedepankan harmoni, toleransi, saling menghargai, dan relasi yang setara antara individu maupun komunitas. Dengan demikian, yang dimaksud dengan cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Peserta didik yang cinta damai memiliki karakteristik sebagai berikut :31

1) Memiliki pandangan positif tentang diri sendiri dan orang lain.

2) Mengungkapkan kata-kata menyejukkan yang membuat orang lain merasa nyaman dan tenang.

3) Mengontrol diri untuk tidak melakukan tindakan provokatif, menghasut, atau yang memicu terjadinya konflik secara terbuka. 4) Menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan berprinsip

“kebersamaan dalah kekuatan” atau prinsip saling membantu, saling

menghargai dalam urusan kebaikan.

5) Menghindari cemoohan, caci maki, ejekan, dan bahkan merendahkan pihak lain walaupun terdapat sesuatu tindakan orang lain yang tidak disetujui.

6) Menyadari bahwa setiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan dan jika terdapat kelemahan melakukan perbiaikan dengancara yang santun dan dapat diterima oleh orang lain.

31

(21)

o. Gemar Membaca

Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.32 Sayangnya seiring dengan kemajuan di bidang teknologi digitalisasi yang menghadirkan vidio game, teknologi chatting, dan SMS, minat baca anak menjadi sangat rendah. Bahkan pendidikan dalam rumah tanggapun terancam diambilm alih oleh teknologi yang menyediakan permainan-permainan kekerasan seperti peperangan, perkelahian, dan permusuhan. Oleh karena itu, pendidik diharapkan mampu membangkitkan gairah dan minat peserta didik dengan langkah-langkah sebagtai berikut :33

1) Memilih topik bacaan yang menarik perhatian peserta didik seperti membacaan biografi, komik, atau bacaan-bacaan yang dapat mengembangkan nilai-nilai karakter peserta didik.

2) Memberi tugas membaca dan menulis dengan memperhatikan durasi waktu, banyaknya tugas dri pendidik yang lain, dan jumlah mata pelajaran/kuliah dengan tugas yang berbeda-beda.

3) Bagi guru pada tingkatan sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar yang belum mengetahui bagaimana membaca teks, hendaknya mempersiapkan gambar atau buku audio yang dapat didengar dan dipahami oleh peserta didik.

4) Memberi umpan balik (feedback) terhadap hasil bacaan dan tulisan yang dilakukan oleh peserta didik.

32Ibid

., hal. 109 33

(22)

5) Mendiskusikan hasil bacaan di dalam ruang kelas dengan menggundang partisipasi aktif dari peserta didik lain untuk memberi tanggapan dang sharing informasi yang diperoleh dari referensi serupa.

6) Menjadikan bahan evaluasi secara terus menerus sehingga aktivitas membaca berdampak positif pada nilai yang diperoleh peserta didik. 7) Jika memungkinkan melakukan perlomban membaca dengan

memberikan hadiah yang menarik perhatian peserta didik.

p. Peduli Lingkungan

Peduli lingkungan adalah suatu sikap keteladanan yang bertujuan untuk mewujudkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup, menciptakan insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup, mewujudkan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup. Oleh karena itu peserta didik diharapkan secara aktif ikut terlibat dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan :34

1) Memlihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan.

34

(23)

2) Memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup

3) Memelopori pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan memperbaiki ekosistem yang terlanjur mengalami pencemaran.

4) Memberikan solusi cerdik untuk mengembangkan lingkungan yang nyaman, bersih, indah, dan rapi

5) Menjaga dan menginformasikan perlunya melestarikan lingkungan sekolah, rumah tangga, dan masyarakat dengan memanfaatkan flora dan fauna secara sederhana.

q. Peduli Sosial

Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.35

Peserta didik yang memiliki kepedulian sosial menunjukkan sikap kekhawatiran yang mendalam terhadap musibah yang dialami orang lain, memelihara kebaikan yang diberikan kepada semua orang. Untuk membangun karakter peduli sosial diperlukan usaha bersama dalam membentuk kepribadian peserta didik. Mereka yang memiliki karakter peduli memiliki karakteristik sebagai berikut :36

1) Menunjukkan keprihatinan yang mendalam kepada orang yang mengalami penderitaan.

2) Tidak memberikan sikap dan perilaku kasar dan kejam kepada setiap orang.

35Ibid

., hal. 112 36

(24)

3) Dapat merasakan apa yang orang lain rasakan dan memberikan respons positif terhadap perasaan itu.

4) Menunjukkan pengorbanan kenyamanan diri demi untuk kebaikan orang lain.

5) Memberikan kenyamanan kepada orang yang membutuhkannya. 6) Menunjukkan sikap dan perilaku peduli terhadap kepentingan umum

diatas dari pada kepentingan kepribadian dan golongan.

r. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah suatu kewajiban untuk melakukan atau menyelesaikan tugas (ditugaskan oleh seseorang, atau ciptakan oleh janji sendiri atau keadaan) yang seseorang harus penuhi, dan memiliki konsekuensi hukum-hukum tentang kegagalan. Menurut Rachmad, dkk. Yang dikutip dalam buku Mohammad Yaumi, beberapa pemahaman umum tentang tanggung jawab, sebagai berikut :

1) Tanggung jawab adalah mengerjakan tugas yang diberikan. 2) Tanggung jawab adalah menjada sesuatu.

3) Tanggung jawab adalahmenolong orang lain ketika mereka membutuhkan pertolongan.

4) Tanggung jawab adalah keadilan.

5) Tanggung jawab adalahmmembantu membuat dunia menjadi lebih baik.

(25)

bertanggung jawab memiliki karakter berbuat sebaik mungkin dan tidak menyalahkan orang lain ketika berbuat kesalahan. Dengan demikian yang di maksud tanggung jawab adalah sikap dan perilaku sesorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Seseorang yeng memiliki tanggung jawab dapat menunjukkan karakter sebagai berikut :37

1) Selalu mencari tugas dan pekerjaan apa yang harus segera diselesaikan.

2) Menyelesaikan tugas tanpa diminta atau disuruh untuk mengerjakan. 3) Memahami dan menerima konsekuensi dari setiap tindakan yang

dilakukan.

4) Berpikir sebelum berbuat.

5) Melakukan pekerjaan sebaik mungkin dengan hasil yang maksimal. 6) Membersihkan atau membereskan segala sesuatu yang digunakan

setelah menggunakan sekalipun tanpa ada orang lain yang melihatnya. 7) Selalu berusaha berbuat sebaik mungkin.

8) Ikhlas berbuat karena alasan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.

37

(26)

B. Keteladanan Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Keteladanan

Keteladanan berasal dari kata dasar teladan yang berati suatu atau perbuatan yang patu ditiru atau di contoh.38 Keteladanan merupakan perilaku yang memberikan contoh kepada orang lain dalam hal kebaikan. Rasullulah saw sendiri diutus ke dunia tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak, dengan memberi contoh pribadi beliau sendiri. Sebagai mana sabda Rasulullah SAW:

َِق هلَْخه ْلِاَ هحِما هصَهمِمهثُ ِلَِ ُتْثِعُبَاهمّهِإ

“sesungguhnya aku (Muhammad) di utus, untuk menyempurnakan

akhlak”.39

Diungkapkan dalam bahasa Arab oleh Armai Arif, bahwa

“keteladanan” berasal dari kata “uswah” dan “qudwah”. Pengertian yang

diberikan oleh Al-Ashfahani, Sebagaimana dikutip Armai Arief, bahwa

menurut beliau “al-uswah” dan “al-Iswah” sebagaimana kata “al-qudwah

dan “al-Qidwah” berarti “suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti

manusia lain, apakah dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau

kemurtadan”.

Keteladanan merupakan faktor mutlak yang harus dimiliki seorang guru. Dalam pendidikan, keteladanan yang dibutuhkan oleh guru berupa

38

Ifa Istinganah, Pengaruh Keteladanan Guru Aqidah Akhlak Dan Keteladanan Orang Tua Terhadap Nilainilai Akhlakul Karimah Siswa Di Mtsn Sekabupaten Blitar, (Tulungagung: Tesis Tidak Diterbitkan, 2015), hal. 14

39

(27)

konsistensi dalam menjalankan perintah agama dan menjahui larangan-larangannya, kepedulian terhadap nasib orang-orang tidak mampu, kegigihan dalam meraih prestasi secara individu dan sosial, ketahanan dalam menghadapi tantangan, rintangan, dan godaan serta kecepatan dalam bergerak dan beraktualisasi. Selain itu, dibutuhkan pula kecerdasan guru dalam membaca, memanfaatkan dan mengembangkan peluang secara produktif dan kompetitif.40

Dengan demikian keteladanan adalah tindakan atau setiap sesuau yang dapat ditiru atau diikuti oleh seseorang dari orang lain yang melakukan atau mewujudkan, sehingga orang yang di ikuti disebut dengan teladan. Namun keteladanan yang dimaksud disini adalah keteladanan yang dapt dijadikan sebgaai alat pendidikan Islam yaitu keteladanan yang baik.

2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Pengertian guru pendiidkan Agama Islam adalah orang yang memberi materi pengetahuan agama Islam dan juga mendidik peserta dididk, agar mereka kelak menjadi manusia yang takwa kepada Allah SWT. Disamping itu, guru agama Islam juga berfungsi sebagai pembimbing agar para peserta didik sejak mulai sekarang dapat bertindak dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat mempraktikan syariat Islam.

Menurut M. Arifin, Guru Agama Islam adalah seorang yang membimbing, mengarahkan dan membina peserta didik menjadi manusia

40Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi

(28)

yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai agama Islam.41

Muhammad Athiyah al-Abrasyi, sebagaimana dikutip oleh Samsul Nizar, memberikan batasan tentang karakteristik guru agama Islam, yaitu:42

a. Memilki sifat zuhud, yaitu mencari keridhaan Allah b. Bersih fisik dan jiwanya

c. Ikhlas dan tidak riya dalam melaksanakan tugasnya

d. Bersifat pemaaf, sabar, dan sanggup menahan amarah, terbuka, dan menjaga kehormatan

e. Mencintai peserta didik

f. Mengetahui karakter peserta didik g. Menguasai pelajaran yang diajarkan

h. Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi dan mampu mengelola kelas

i. Mengetahui kehidupan praktis peserta didik

Sementara itu, Abdurrahman al Nahlawi membentuk gambaran tentang sifat-sifat pendidika muslim yaitu sebgai berikut:43

a. Hendaknya tujuan, tingkah laku dan pola pikir guru tersebut bersifat rabbani

b. Hendaknya guru bersifat jujur menyampaikan apa yang diajarkan

41

M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Umum dan Agama), (Semarang: CV Toha Putra, 1987), hal. 100.

42

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 45-46 43

(29)

c. Hendaknya guru sennatiasa membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan kesediaan untuk membiasakan mengajarkannya

d. Hendaknya guru mempu menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi dan menguasainya dengan baik serta mampu memiliki metode mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran serta situasi belajar mengajarnya.

e. Hendaknya guru mampu mengelolasiswa, tegas, salam bertindak serta meletakkan berbagai perkara secara profesional

f. Hendaknya guru mempelajari kehidupan psikis para pelajar selaras dengan masa perkembangannya ketika ia mengajar mereka sehingga guru dapat memperlakukan anak didiknya sesuai dengan kemampuan akal dan kesiapan psikis mereka.

g. Hendaknya guru tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang mempengaruhi jiwa dan pola pikir anak

h. Hendaknya guru bersifat adil diantara para pelajarnya, artinya guru tidak cenderung kepada salah satu golongan di antara mereka serta tidak mengistimewakan sesorang di antara lainnya.

Menurut Dr. Zakiya Darajatun, tuuan pengajaran agama islam itu harus mengandung bahan pelajran yang bersifat:

a. Menumbuhkan dan memperkuat iman b. Membekali dan memperkaya ilmu agama

c. Menumbuhkan dan memupuk rasa sosial dan akhlak terpuji

(30)

Dalam pendidikan agama Islam tidak hanya sesorang anak didik memainkan perannya sebagai individu dan anggota masyarakat saja, tetapi juga membina sikapnya terhadap agama, mematuhi peraturan agama, serta menghayati dan mengamalkan nilai hukum agama dalam kehidupan sehari-hari.

Selain mengajar, guru harus memahami kewajibannya seperti seorang pendidik. Mengajar dan mendidik merupakan dua peran yang tak terpisahkan pada sosok guru. Pendidik adalah setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Dengan memahami peran pendidik, seorang guru harus memiliki kesadaran dan merasa mempunyai tugas dan kewajiban mendidik.

Mendidik adalah tugas mulia atas dasar panggilan yang suci. Sebagai komponen sentral dalam sistem pendidikan. Pendidikan punya peran utama dalam membangun corak kemanusiaan dimasa mendatang. Corak kemanusiaan tersebut dibangun dalam rangka pembangunan akhlak yang

mulia, yaitu “manusia muslim seutuhnya”. Dia manusia yang memiliki

keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, percaya diri, disiplin, bermoral, dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan hal itu, keteladan dari seorang guru sebagai pendidik sangat dibutuhkan. Keteladanan guru bisa dilihat dari sikap dan perilaku guru sehari-hari, baik didalam sekolah maupun luar sekolah.

(31)

dalam kehidupanya sehari-hari. Dalam hal ini Allah mengingatkan dalam firman-Nya Surat Al-Baqoroh ayat 44:

َ هبٰتهكْماَ هن ْوُلْتهثَْ ُتُْههاَهوَْ ُك هسُفْههاَهن ْو هسْنهثهوَِ ِبِرْم ِبَِ هسهاّنماَهن ْو ُرُمْأهثها

لىك

َ

َهن ْوُلِلْعهثَهلَهفها

َ(

٤٤

)

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu

melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”44

Firman Allah di atas menjelaskan bahwa seorang pendidik hendaknya tidak hanya mampu memerintah atau memberikan teori kepada peserta didiknya, tetapi lebih dari itu ia harus mampu menjadi panutan bagi peserta didiknya, sehingga mereka dapat mengikutinya tanpa merasakan adanya unsur paksaan.

Dalam bukunya Lutfi Barakat menyebutkan beberapa tanggung jawab guru sebagai pendidik, sebagai berikut:

1) Meneladani nabi Muhammad SAW sebagai keteladanan manusia.

2) Bersikap kasih sayang dengan semua siswa, sebagaiman sikap nabi yang pernah bersabda bahwa posisi beliau dengan umat adalah seperti ayah dengan anaknya

3) Memahami perbedaan individual antar siswa

4) Pemikiran guru harus sesuai dengan sikap dan tindakannya 5) Memberikan bimbingan kepada siswa secara maksimal, dan

44

(32)

6) Tidak merendahkan bidang studi selain bidang ajarnya karena akan menyinggung siswa yang berminat dengan bidang studi tersebut.

Jadi Pendidik tidak cukup hanya memberikan prinsip saja untuk menciptakan peserta didik yang soleh, karena yang lebih penting bagi peserta didik adalah figur yang memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut, sehingga sebanyak apapun prinsip yang diberikan tanpa disertai contoh keteladanan, ia hanya akan menjadi kumpulan resep yang tidak bermakna.

3. Aspek-aspek Keteladanan Guru

Menjadi guru teladan merupakan suatu proses pembelajaran seorang guru untuk mendapatkan kesempurnaan dan keridhaan Allah swt dalam ilmu yang di miliki. Secara sederhana menjadi guru teladan adalah kemampuan seorang guru dalam mendapatkan sumber ilmu yang diajarkan dengan cara memberdayakan diri agar mendapatkan kebaikan dari sisi Allah swt. Yaitu seorang guru mampu meningkatkan kemampuan fungsi panca indra dan otak, bersinergi dengan kemampuan intuisi dan hatinya.45

Islam menganjurkan kepada para pendidik agar membiasakan peserta didik dengan etika dan akhlak Islam karena demikian itu termasuk kaidah yang dibuat Islam untuk mendidik siswa agar interaksi siswa dengan orang lain selalu dibangun diatas akhlak yang mulia. Sebaiknya seorang pendidik banyak belajar tentang hakekat dan makna mendidik, baik dari Al-Quran maupun sunnah Rasulullah saw. Al-Maghribi bin as-said al-maghribi dalam

45

(33)

buku begini seharusnya mendidik anak, mengemukakan kriteria-kriteria seorang pendidik teladan menurut Al-Quran dan sunnah Rasulullah saw adalah sebagai berikut;

1) Pemaaf dan tenang;

2) Lemah lembut dan menjauhi sifat kasar dalam bermuamalah; 3) Berhati penyayang;

4) Ketakwaan;

5) Selalu berdoa untuk anak;

6) Lemah lembut dalam bermuamalah dengan anak; 7) Menjauhi sikap marah

Sedangkan Nur Afidah D, juga menjelaskan bahwa aktualisasi nilai nilai yang telah ditanamkan pada siswa perlu didukung oleh lingkungan yang memberikan keteladanan. Adapun indikator untuk keteladanan guru misalnya, menjadi teladan dalam bertutur kata, menjadi teladan dalam cara berpakaian serta menjadi teladan dalam berperilaku.46

Pendidikan merupakan proses pengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian peserta didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa.

46

(34)

Dengan menekankan pada pembinaan kepribadian maka peserta didik diharapkan meneladani apa yang diperlakukan oleh pendidik (guru). Guru sebagai panutan ataupun teladan. Keteladanan seorang guru mencerminkan bahwa segala tingkah lakunya, tuturkata, sifat, maupun cara berpakaian semuanya dapat diteladani.47

Guru harus dapat menempatkan diri menciptakan suasana yang kondusif, karena fungsi guru di sekolah sebagai orang tua kedua yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Kihajar Dewantara telah menggariskan pentingnya peranan guru dalam proses pendidikan dengan ungkapan: Ing Ngarsa Sungtulada berarti didepan memberi teladan, asas ini sesuai prinsip modeling yang dikemukakan oleh Saroso atau Bandura, yang sama sama menekankan pentingnya modelling atau keteladanan yang merupakan cara yang paling ampuh dalam mengubah perilaku inovasi seseorang.

Mengharap orang lain untuk melakukan apa yang kita lakukan itu perkara yang sulit. Padahal kita seorang pemimpin, tentu menginginkan seseorang yang kita pimpin melakukan sesui dengan harapan kita. Dalam kmondisi pendidikan seperti ini pengaruh teladan berjalan sacara langsung tanpa sengaja. Oleh karena itu, setiap yang diharapkan menjadi teladan hendaknya memlihara tingkah lakunya disertai kesadaran bahwa ia bertanggung jawab di hadapan Allah dalam segala hal yang diikuti oleh orang lain sebagai pengagumnya.

47

(35)

Meskipun guru sudah memberikan contoh keteladanan yang baik akan tetapi masih banyak peserta didk yang tidak mau mencontohkan apa yang telah guru contohkan. Seperti terlambat masuk sekolah, berpakaian tidak rapi, rambut acak-acakan, tidak menghargai antar sesama manusia selain peserta didiknya tidak mencontohkan apa yang telah guru contohkan ada faktor yang dapat menimbulkan peserta didik berperilaku tidak baik disebabkan oleh broken home misalnya perceraian orang tua, kesibukan orang tua hanya memikirkan pekerjaan dibanding dengan mengurus anak-anaknya.

Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama dalam tugasnya sebagai pendidik yang mau tidak mau harus dilaksanakan sebagai seorang guru. Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, khususnya mutu proses dan hasil pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa peran guru baik sebagai pendidik maupun pembimbing pada hakekatnya saling bertalian satu sama lain kedua perang itu berbeda tapi tetap menjadi satu.48

4. Bentuk-bentuk Keteladanan

Metode pemberian contoh teladan yang baik (uswatun khasanah) terhadap peserta didik, terutama anak-anak yang belum mampu berpikir kritis, akan banyak mempengaruhi pola tingkah laku mereka dalam perbuatan sehari-hari atau dalam mengerjakan suatu tugas pekerjaan yang sulit. Guru sebagai pembawa dan pengamal nilai-nilai agama, kultural dan ilmu

48

(36)

pengetahuan akan memperoleh keefektifan dalam mendidik anak bila menerapkan metode ini.49

Bentuk keteladanan ada 2 yaitu: a. Keteladanan disengaja

Peneladanan kadangkala diupayakan dengan cara disengaja, yaitu pendidik sengaja memberi contoh yang baik kepada para peserta didiknya supaya dapat menirunya. Umpamanya guru memberikan contoh untuk membaca yang baik agar agar para murid menirunya, imam membaikkan shalatnya dalam mengerjakan shalat yang sempurna kepada ma’mumnya, dan sebagainya.

b. Keteladanan yang tidak disengaja

Keteladanan ini terjadi ketika pendidik tampil sebagai figur yang memberikan contoh-contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk pendidikan semacam ini keberhasilanya banyak bergantung pada kualitas kesungguhan realitas karakteristik pendidik yang diteladani, seperti kualitas keilmuanya, kepemimpinanya, keikhlaskanya, dan sebagainya. Dalam kondisi pendidikan seperti ini, pengaruh teladan berjalan secara langsung tanpa disengaja.50

Kedua keteladanan itu sama pentingnya. Keteladanan yang tidak sengaja dilakukakan secara tidak formal, sedangkan keteladanan yang disengaja dilakukan secara formal. Keteladanan yang dilakukan tidak

49

Noer Aly Hery, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 1999), hal. 179 50

(37)

formal itu kadang-kadang kegunaanya lebih besar daripada kegunaan keteladanan formal.51

Selain itu keteladanan juga dijelaskan dalam 3 bentuk yaitu keteladanan dalam perkataan, keteladanan dalam perbuatan, keteladanan dalam berpakaian. Keteladanan dalam perkataan adalah bagaimana seorang guru dapat bertutur kata dengan baik khususnya pada saat memberikan materi pelajaran atau mengajar. Guru dituntut untuk dapat bertutur kata dengan baik sehingga dapat memberikan nilai-nilai kesopanan kepada siswanya dalam hal bertutur kata. Sedangkan keteladanan dalam perbuatan adalah bagaimana seorang guru dapat memberikan contoh yang baik kepada siswanya dalam hal tingkah laku atau perbuatan sehingga dapat membuat siswa dapat berprilaku dengan baik. Guru dituntut juga untuk dapat menjadi contoh dalam hal kerapian dalam berpakaian atau keteladanan dalam berpakaian sehingga dapat memberikan kesan yang baik bagi siswanya.

Keteladanan dalam perkataan, perbuatan, dan berpakaian harus dilakukan secara bersamaan. Seperti yang sudah dijelaskan bahwasanya Allah mengutus Nabi Muhammad Saw ke permukaan bumi ini adalah sebagai contoh atau tauladan yang baik bagi umatnya. Beliau selalu terlebih dahulu mempraktekkan semua ajaran yang disampaikan Allah sebelum menyampaikanya pada umatnya, sehingga tidak ada celah bagi

51

(38)

orang-orang yang tidak senang untuk membantah dan menuduh bahwa Rasulullah Saw hanyai pandai bicara dan tidak pandai mengamalkan.52

C. Budaya Religius Sekolah

1. Pengertian Budaya Religius Sekolah

Istilah “budaya” mula-mula datang dari disiplin ilmu An-tropologi

Sosial. Istilah budaya dapat diartikan sebagai totalitas pola perilaku, kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan pemikiran manusia yang mencirikan kondisi suatu masyarakat atau penduduk yang ditransmisikan bersama. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, budaya (cultural) diartikan sebagai pikiran, adat istiadat, sesuatu yang sudah berkembang, sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Menurut Edward B. Tylor sebagaimana dikutip Sulistyorini, budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Nur Kholis, budaya adalah asumsi-asumsi dasar dan keyakinan-keyakinan diantara para anggota kelompok atau organisasi.53

Tylor mengartikan budaya sebagai “that complex whole which

includes knowledge, beliefs, art, morals, laws, customs, and other capabilities and habits acquired by man as a member of society”. Budaya merupakan satu kesatuan yang unik dan bukan jumlah dari bagian-bagian suatu kemampuan

52

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 117

53

(39)

kreasi manusia yang immaterial, berbentuk kemampuan psikologis seperti ilmu pengetahuan, tekonologi, kepercayaan, keyakinan, seni, dan sebagainya.54

Koentjaraningrat mengelompokkan aspek-aspek budaya berdasarkian dimensi wujudnya, yaitu: (1) kompleks gugusan atau ide seperti pikiran, pengetahuan, nilai, keyakinan, norma, dan sikap. (2) kompleks aktivitas seperti, pola komunikasi, tari-tarian, upacara adat. (3) material hasil benda seperti, seni, peralatan, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Robert K. Marton di antara segenap unsur-unsur budaya terdapat unsur yang terpenting yaitu kerangka aspirasi tersebut, dalam artian ada nilai budaya yang merupakan konsepsi abstrak yang hidup di dalam alam pikiran.

Agar budaya tersebut menjadi nilai-nilai yang tahan lama, maka harus ada proses internalisasi budaya. Internalisasi berarti proses menanamkan dan menumbuh kembangkan suatu nilai atau budaya menjadi bagian diri orang yang bersangkutan. Penanaman dan penumbuhkembangkan nilai tersebut dilakukan melalui berbagai didaktik metodik pendidikan dan pengajaran.55

Sebuah budaya dapat berbentuk menjadi beberapa hal yakni artefak, sistem aktifitas, dan sistem ide atau gagasan. Kebudayaan yang berbentuk artefak salah satu contohnya adalah benda-benda yang merupakan hasil karya manusia. Sedangkan kebudayaan aktivitas dapat diterjemahkan berupa tarian, olahraga, kegiatan sosial, dan kegiatan ritual. Sedangkan kebudayaan yang berbentuk sistem ide atau gagasan didefinisikan sebagai pola pikir yang ada

54

Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya. . ., hal. 70-71 55

(40)

di dalam pikiran manusia. Pikiran merupakan bentuk budaya abstrak yang mengawali suatu perilaku ataupun hasil perilaku bagi setiap bangsa atau ras. Kebudayaan secara universal terdiri dari 7 unsur utama yaitu :56

a. Komunikasi (bahasa) b. Kepercayaan (religi) c. Kesenian (seni)

d. Organisasi sosial (kemasyarakatan) e. Mata pencaharian (ekonomi) f. Ilmu pengetahuan

g. Teknologi

Budaya organisasi didefinisikan sebagai sebuah corak dari asumsiasumsi dasar, yang ditemukan atau dikembangkan oleh sebuah kelompok tertentu untuk belajar mengatasi problem-problem kelompok dari adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerja dengan baik.57 Miller menyebutkan bahwa budaya organisasi adalah nilai dan semangat yang mendasar dalam cara mengelola serta mengorganisasikannya. Nilai-nilai itu merupakan keyakinan yang dipegang teguh dan kadang-kadang tidak terungkap. Dengan demikian nilai-nilai dan semangat ini akan mendasari sifat organisasi dalam usaha menjawab tantangan. Sedangkan menurut Daniel Denison menyatakan bahwa budaya organisasi adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki suatu organisasi untuk melakukan koordinasi dan kontrol

56

Tim Sosiologi, Sosiologi I Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat, (Jakarta : Yudhistira, 2006), hal. 14

57

(41)

terhadap perilaku anggota organisasi. Sehingga kuatnya suatu budaya organisasi yang baik, akan berpengaruh makin meningkatnya mutu informasi serta koordinasi perilaku.58

Budaya organisasi terbentuk sebagai upaya pemilik organisasi berupa falsafah dasar pemiliknya, sistem nilai dan norma-norma yang diberlakukan. Tujuannya agar organisasi memiliki suatu landasan moral dan identitas yang lain atau berbeda dengan organisasi lain.59

Suatu organisasi (termasuk lembaga pendidikan), budaya diartikan sebagai berikut :60

Pertama, sistem nilai yaitu keyakinan dan tujuan yang dianut bersama yang dimiliki oleh anggota organisasi yang potensial membentuk perilaku mereka dan bertahan lama meskipun sudah terjadi pergantian anggota. Dalam lembaga pendidikan misalnya, budaya ini berupa semangat belajar, cinta kebersihan, mengutamakan kerjasama dan nilai-nilai luhur lainnya.

Kedua, norma perilaku yaitu cara berperilaku yang sudah lazim digunakan dalam sebuah organisasi yang bertahan lama meskipun sudah terjadi pergantian anggota baru. Dalam lembaga pendidikan, perilaku ini antara lain berupa semangat untuk selalu giat belajar, selalu menjaga kebersihan, bertutur sapa santun dan berbagai perilaku mulia lainnya.

Suatu organisasi sekolah, pada hakikatnya terjadi interaksi antara individu sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing dalam rangka mencapai tujuan bersama. Tatanan nilai yang telah dirumuskan dengan baik

58

Deddy Mulyadi, Perilaku Organisasi dan Kepemimpinan Pelayanan, (Bandung : Alfabeta, 2015), hal. 95

59

Ibid., hal. 96 60

(42)

berusaha diwujudkan dalam berbagai perilaku keseharian melalui proses interaksi yang efektif. Dalam rentang waktu yang panjang, perilaku tersebut akan membentuk suatu pola budaya tertentu yang unik antara suatu organisasi dengan organisasi lainnya. Hal inilah yang pada akhirnya menjadi karakter khusus suatu lembaga pendidikan yang sekaligus menjadi pembeda dengan lembaga pendidikan lainnya.

Budaya sekolah merupakan perpaduan nilai-nilai keyakinan, asumsi, pemahaman, dan harapan-harapan yang diyakini oleh warga sekolah serta dijadikan pedoman bagi perilaku dan pemecahan masalah (internal dan eksternal) yang mereka hadapi.61 Dari sekolah inilah berlangsungnya pembudayaan berbagai macam nilai yang diharapkan dapat membentuk warga masyarakat yang beriman dan bertakwa dan berilmu pengetahuan sebagai bekal hidup peserta didik di masa yang akan datang.

Menurut Deal dan Peterson, budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, peserta didik, dan masyarakat sekitar sekolah. Sejalan dengan pengertian tersebut, Nasution menyatakan bahwa kebudayaan sekolah itu adalah kehidupan di sekolah dan norma-norma yang berlaku di sekolah tersebut.62

Menurut Suprapto, budaya sekolah adalah keseluruhan latar fisik, lingkungan, suasana, rasa, sifat dan iklim sekolah yang secara produktif

61

Muhaimin, Pendidikan Agama Islam Berwawasan Rekonstruksi Sosial, (Malang : UIN Malang, 2004), hal. 308

23Ibid. 62

(43)

mampu memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan aktivitas yang dibutuhkan siswa. Budaya sekolah mampu berubah berdasarkan faktor luar maupun dalam.63

Budaya sekolah memiliki cakupan yang sangat luas, pada umumnya mencakup kegiatan ritual, harapan, hubungan sosio-kultural, aspek demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, proses pengambilan keputusan, kebijakan maupun interaksi sosial antar komponen di sekolah. Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah di mana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan peserta didik, antar tenaga kependidikan, antar tenaga kependidikan dengan pendidik dan peserta didik, dan antar anggota kelompok masyarakat dengan warga sekolah. Interaksi internal kelompok dan antar kelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah. Kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, dan tanggung jawab merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya sekolah.64

Berdasarkan sudut pandang kebahasaan kata religius (agama) berasal dari kata religion (Inggris), religie (Belanda), religio/relegare (Latin), dan dien (Arab). Kata religion (bahasa inggris) dan religie (bahasa belanda)

adalah berasal dari induk kedua bahasa tersebut, yaitu bahasa latin “religio

63

Djamaluddin Ancok, Psikologi Islam : Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), hal. 76

64

(44)

dari akar kata “relegare” yang berarti mengikat.65 Menurut Cicero, relegare berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan, yakni jenis laku peribadatan yang dikerjakan berulang-ulang dan tetap. Lactancius mengartikan kata relegare sebagai mengikat menjadi satu dalam persatuan bersama.66

Berkaitan dengan hal tersebut, budaya religius sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai religius (keberagamaan). Religius menurut Islam adalah menjalankan ajaran agama secara menyeluruh. Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 208:

َهُيّه ٰيٰ

keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langka syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah ayat 208)67

Konsep religiusitas yang dirumuskan oleh Glock dan Stark ada lima macam dimensi keagamaan:

a. Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan, dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu

65

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 29 66

Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam : Studi Kritis dan Refleksi Historis, (Jogjakarta : Dadang Titian Illahi Press, 2000), hal. 30

67

(45)

dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat.

Dalam konteks ajaran Islam, dimensi ini menyangkut keyakinan terhadap rukun iman, kepercayaan seseorang terhadap kebenaran-kebenaran agama-agamanya dan keyakinan masalah-masalah ghaib yang diajarkan agama.

b. Dimensi praktek agama (the ritualistic dimension)

Dimensi ritual, yaitu aspek yang mengukur sejauh mana seseorang melakukan kewajiban ritualnya dalam agama yang dianut. Misalnya, pergi ke tempat ibadah, berdoa, pribadi, berpuasa, dan lain-lain. Dimensi ritual ini merupakan perilaku keberagamaan yang berupa peribadahan yang terbentuk upacara keagamaan. Perilaku seperti ini dalam Islam dikenal dengan istilah mahdaah yaitu sholat, puasa, haji, zakat, dan kegiatan lain yang bersifat ritual.

c. Dimensi ihsan dan penghayatan (the experiental dimension)

(46)

d. Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya. Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dan Al-qur’an merupakan pedoman hidup sekaligus sumber ilmu pengetahuan. Hal tersebut dapat difahami bahwa sumber ajaran Islam sangat penting agar religiusitas seseorang tidak sekedar atribut dan hanya sampai dataran simbolisme ekstoterik. Maka, aspek dalam dimensi ini meliputi empat bidang yaitu, akidah, ibadah, akhlak, serta pengetahuan Al-qur’an dan Hadits. Dimensi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai sesuatu keyakinan adalah syarat bagi penerimaan. e. Dimensi pengalaman dan koensekuensi (the consequential dimension)

(47)

aspek sosial. Yang meliputi ramah dan baik terhadap orang lain, menolong sesama, dan menjaga lingkungan.

Jalaluddin menyebutkan bahwa religiusitas merupakan konsekuensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur konatif, perasaan terhadap agama sebagai unsur efektif dan perilaku agama sebagai unsur kognitif. Jadi aspek keberagamaan merupakan integrasi dari pengetahuan, perasaan dan perilaku keagamaan dalam diri manusia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dimensi regiusitas meliputi keyakinan, praktek agama, penghayatan, pengetahuan agama, serta pengalaman dan konsekuensi. Kelima dimensi ini merupakan satu kesatuan yang saling terkait satu sama lain dalam memahami religiusitas. Kelima dimensi ini juga cukup relevan dan mewakili keterlibatan keagamaan pada setiap orang dan bisa diterapkan dalam sistem agama Islam untuk diuji cobakan dalam rangka menyoroti lebih jauh kondisi keagamaan siswa muslim. Sehingga untuk dalam hal ini mengetahui, mengamati, dan menganalisa tentang religiusitas siswa yang akan diteliti, maka akan diambil lima dimensi keberagamaan.

Dalam tataran nilai, budaya religius berupa: semangat berkorban, semangat persaudaraan, semangat saling menolong dan tradisi mulia lainnya. Sedangkan dalam tataran perilaku, budaya religius berupa: tradisi sholat berjamaah, gemar bersedekah, rajin belajar dan perilaku yang mulia lainnya.

(48)

budaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga sekolah. Dengan menjadikan agama sebagai tradisi dalam sekolah maka secara sadar maupun tidak ketika warga sekolah mengikuti tradisi yang telah tertanam tersebut sebenarnya warga sekolah sudah melakukan ajaran agama.

Budaya religius sekolah merupakan cara berfikir dan cara bertindak warga sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai religius (keberagamaan). Religius menurut Islam adalah menjalankan ajaran agama secara menyeluruh.68 Seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 208

secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q.S.

Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya…, hal. 75 69

(49)

Artinya :

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. {Q.S. An-Nisa’ 58}70

Budaya religius di sekolah/madrasah adalah totalitas pola kehidupan aktivitas sekolah/madrasah yang lahir dan ditranmisikan bersama, mulai dari kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, stakeholders dan sebagainya, yang dilandasi oleh keimanan kepada Tuhan, sehingga pemikiran, perbuatan dan pembiasaan civitas sekolah/madrasah akan selalu berlandaskan pada keimanan dan terpancar pada pribadi dan perilaku sehari-hari.

Oleh karena itu, untuk membudidayakan nilai-nilai keberagamaan (Religius) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui: Kebijakan pemimpin sekolah, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dikelas, kegiatan ekstrakurikuler diluar kelas serta tradisi dan perilaku warga sekolah secara kontinyu dan konsisten, sehingga tercipta religious culture tersebut dalam lingkungan sekolah.

Saat ini, usaha penanaman nilai-nilai religius dalam rangka mewujudkan budaya religius sekolah dihadapkan pada berbagai tantangan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, pendidikan dihadapkan pada keberagamaan siswa, baik dari sisi keyakinan beragama maupun keyakinan dalam satu agama. Lebih dari itu siswa memiliki latar

70

(50)

belakang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pembelajaran agama diharapkan dapat mewujudkan nilai-nilai religius di sekolah.

2. Landasan Penciptaan Budaya Religius

a. Landasan Religius

Landasan religius dalam uraian ini adalah landasan atau dasar-dasar yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul (Hadits). Penciptaan budaya religius yang dilakukan di sekolah/madrasah semata-mata karena merupakan pengembangan dari potensi manusia yang ada sejak lahir atau fitrah. Ajaran Islam yang diturunkan Allah melalui rasul-Nya merupakan agama yang memperhatikan fitrah manusia, maka dari itu pendidikan Islam juga harus sesuai dengan fitrah manusia dan bertugas mengembangkan fitrah tersebut.71

Kata fitrah telah diisyaratkan dalam firman Allah SWT

َا فْيِنهحَِنْيِلدِّنَ همه ْجْهوَْمِكهاهف

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang

71

Gambar

Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Karakter
Tabel 2.2 Karakteristik Religius
Tabel 2.3
Tabel 2.4
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui nilai signifikansi variabel Risk Taking Propensity berada di atas 0.05, yaitu 0,072 yang berarti bahwa hasil pengujian tidak signifikan

[r]

Sejalan dengan pendapat kebanyakan ulama fikih bahwa tidak ada yang berbeda pandangan atas kewajiban salat sehari semalam lima waktu dalam keadaan apa pun dan di manapun,

[r]

The aim of this research is to analyze the impact of workload on job stres with work life balance as the intervening variable. This is an explanatory research

Program Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan intrakulikuler yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES)

Our findings were the following: (1) the lethal effects of toxins dissolved in milk were observed, with T-2 toxin being the most lethal and malathion being the least, (2) except

Lembaga Pendidikan di Kota Salatiga membutuhkan sistem informasi untuk mengelola data Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang diselenggarakan setiap tahunnya. Sistem