PENGARUH WISATA LUMBA-LUMBA TERHADAP EKONOMI PADA MASYARAKAT NELAYAN TELUK KILAUAN KAB. TANGGAMUS
(Tugas Metode Penelitian Sosial)
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Ikan merupakan produk utama dari mata pencarian masyarakat nelayan, tetapi pada saat ini terjadi global warming yang melanda bumi akibat dari efek rumah kaca yang menimbulkan semakin sulitnya dalam mencari ikan yang terjadi pada masyarakat nelayan pada umumnya dan masyarakat teluk kilauan pada khususnya. Hal ini membuat perekonomian masyarakat semakin sulit di tambah dengan mahalnya kebutuhan pokok yang terjadi saat ini yang tidak sebanding dengan pendapatanterhadap pencarian ikan yang dihasilkan oleh masyarakat nelayan.
Masalah kemiskinan nelayan merupakan masalah yang bersifat multi dimensi sehingga untuk menyelesaikannya diperlukan sebuah solusi yang menyeluruh, dan bukan solusi secara parsial. Untuk kita, terlebih dahulu harus diketahui akar masalah yang menjadi penyebab terjadinya kemiskinan nelayan.
Secara umum, kemiskinan masyarakat pesisir dapat disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
inftastruktur. Di samping itu, kurangnya kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap informasi, teknologi dan permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros,
menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin semakin lemah. Pada saat yang sama, kebijakan Pemerintah selama ini kurang berpihak pada masyarakat pesisir sebagat salah satu pemangku kepentingan di wilayah pesisir.
1. Kondisi Alam
pun tidak dapat dipastikan akan semakin membuat masyarakat nelayan terus berada dalam lingkaran setan kemiskinan (vicious circle) setiap tahunnya.
2. Tingkat pendidikan nelayan
Nelayan yang miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya juga sangat rendah. Tingkat pendidikan nelayan berbanding lurus dengan teknologi yang dapat dihasilkan oleh para nelayan, dalam hal ini teknologi di bidang penangkapan dan pengawetan ikan. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain disebabkan oleh bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan. Oleh karena itu, diperlukan teknologi pengawetan ikan yang baik. Selama ini, nelayan hanya menggunakan cara yang tradisional untuk mengawetkan ikan. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan pengusaaan nelayan terhadap teknologi.
3. Pola kehidupan nelayan sendiri
Streotipe semisal boros dan malas oleh berbagai pihak sering dianggap menjadi penyebab kemiskinan nelayan. Padahal kultur nelayan jika dicermati justru memiliki etos kerja yang handal. Bayangkan mereka pergi subuh pulang siang, kemudian menyempatkan waktunya pada waktu senggang untuk memperbaiki jaring. Memang ada sebagian nelayan yang mempunyai kebiasaan dan budaya boros dan hal tersebut menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin semakin lemah
4. Pemasaran hasil tangkapan
Tidak semua daerah pesisir memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal tersebut membuat para nelayan terpaksa untuk menjual hasil tangkapan mereka kepada tengkulak dengan harga yang jauh di bawah harga pasaran.
5. Program pemerintah yang tidak memihak nelayan
Tetapi pada umumnya nelayan membeli harga solar Rp.25.00-27.000, karena tergantung pada tingkatan agen yang bermain di lapangan. Semakin banyak agennya maka semakin panjanglah rantai pasarnya dan semakin tinggilah harga solar sampai ke tangan nelayan. Harga tersebut ‘terpaksa” dibeli, untuk bisa melanjutkan hidup dengan melaut, meskipun dengan kondisi pas-pasan.
BAB 2
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pemenuhan kebutuhan sehari-hari sebagai profesi nelayan ?
2. Adakah penghasilan tambahan diluar pekerjaan sebagai nelayan ?
3. Apa peran pemerintah terhadap kemajuan masyarakat nelayan ?
4. Bagaimana peran lumba-lumba terhadap kegiantan di sekitar masyarakat teluk
kilaun ?
5. Bagaimana kemajuan-kemajuan perekonomian yang ada pada masyarakat teluk
kilaun sebagai nelayan ?
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Dari berbagai teori yang menerangkan tentang profesi nelayan tetap menjadi pilihan
terakhir masyarakat pesisir. Salah satunya adalah, disebutkan bahwa profesi nelayan tetap
menjadi pilihan terakhir dikarenakan tidak adanya peluang kerja di daratan (push factor
theory). Selain itu, ada juga teori yang mengatakan bahwa profesi nelayan diminati karena
menarik dan relatif menguntungkan (pull factor theory).
KERANGKA BERFIKIR
kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat nelayan terjadi disebabkan
masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi
ketidakpastian (uncertainty) dalam menjalankan usahanya. Kondisi inilah yang
mengakibatkan nelayan dijauhi oleh institusi-institusi perbankan dan perusahaan asuransi,
seperti sulitnya masyarakat nelayan mendapatkan akses pinjaman modal, baik untuk
modal kerja maupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.
Di tengah kesusahan itulah, masyarakat nelayan menggantungkan hidupnya pada institusi
lain yang mampu menjamin keberlangsungan hidup keluarganya. Jaminan sosial dalam
suatu masyarakat merupakan implementasi dari bentuk-bentuk perlindungan, baik yang
diselenggarakan oleh negara, maupun institusi-institusi sosial yang ada pada masyarakat
terhadap individu dari resiko-resiko tertentu dalam hidupnya (Benda-Beckmann, 2001).
Selama ini, tidak adanya alternatif institusi di wilayah pesisir dalam menjamin
keberlangsungan hidup masyarakat nelayan menyebabkan mereka beberapa kali harus
jatuh pada pola atau institusi patron-klien yang menurut para peneliti (perspektif etic)
sering bersifat asimetris. Dalam hubungan ini, klien kerap dihadapkan pada sejumlah
masalah seperti pelunasan kredit yang tidak pernah berakhir yang sebenarnya inilah
jebakan patron demi melanggengkan usahanya. Namun berdasarkan pandangan nelayan
(perspektif emic), kuatnya pola patron-klien di masyarakat nelayan disebabkan oleh
kegiatan perikanan yang penuh resiko dan ketidakpastian sehingga tidak ada pilihan lain
bagi mereka selain bergantung pada pemilik modal (patron).
BAB 4
TUJUAN DAN MAFAAT PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah:1) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab laju pertumbuhan perekonomian pada masyarakat
nelayan Teluk Kilauan Kab. Tanggamus
2) Untuk mengetahui bentuk usaha yang mendukung pertumbuhan perekonomian nelayan di Teluk
3) Untuk mengetahui kendala-kendala permasalahan yang di hadapi saat perekonomian berjalan.
Manfaat Penelitian;
1) Dapat mengetahui tentang pertumbuhan Ekonomi yang progresif pada masyarakat Teluk
Kilauan Kab. Tanggamus.
2) Agar dapat mengevaluasi kesalahan dan hambatan-hambatan pertumbuhan perekonomian
masyarakat nelayan.
3) Memberikan informasi akan pentingnya perbaikan perekonomian dalam mencari perkerjaan
sampingan sebagai nelayan.
BAB 5
METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian sosial kemasyarakatan yang menggunakan pendekatan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Bogdan dan Taylor (1992; 21-22) mengatakan penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang yang diamati.
2. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di Teluk Kilauan Tepatnya di Desa Pekon Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.
3. Data yang akan di ambil berupa data primer dan data sekunder tentang ;
a. Factor yang menyebabkan pertumbuhan perekonomian baik potensi alam maupun
wisata
b. Pengelolaan sumberdaya yang ada sebagai bentuk pendorong pertumbuhan atau
sebaliknya
c. Hal-hal penunjang lainya sebagai laju perekonomian
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat di sekitar Teluk Kilaun itu sendiri, antara lain; buruh nelayan, pemberi jasa wisata, pen gurus KAUD, pengurus TPI (tempa pelelangan ikan), Petugas Penyuluhan Lapangan Tingkat kecamatan dan petugas Perikanan dan Kelauan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian adalah ;
a. Teknik Wawancara yaitu dengan menggukan daftar pertanyaan dan wawancara secara mendalam
/ in-depth interview dengan masyarakat nelayan Teluk Kilauan sebagai responden utama
b. Observasi yaitu teknik ini dengan mengamati kehidupan pekerjaan sehari-hari para nelayan dan
masyarakat di sekitar Teluk Kilauan secara umum yang menjadi focus penelitian sebagai objek yang menjadi penggerak pemberdayaan laju perekonomian.
Pertanyaan yang akan di ajukan yaitu ;
1. Berapa pendapatan perhari dengan menangkap ikan ?
2. Apakah pemenuhan kebutuhan keluarga tercukupi dengan pekerjaan nelayan ?
3. Bagaimana potensi pekerjaan sampingan sebagai pemberi jasa wisata lumba-lumba?
4. Seberapa besar pendapatan hasil dari jasa wisata yang dilakukan?
5. Apakah dengan adanya wisata lumba-lumba memberiakan kehidupan yang lebih baik
bagi masyarakat dan anda ?
6. Sejak kapan adanya wisata lumba-lumba di daerah Teluk kilauan ?
7. Bagaimana keadaan perekonomian anda dan masyarakat lainya sebelum ada dan
sesudah ada wisata lumba-lumba ?
8. Bagaimana menurut anda peran pemerintah yang sudah di jalankan terhadap wisata
lumba-lumba di teluk kilauan ?
6. Teknik Pengambilan sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti; dipandang sebagai
suatu pendugaanterhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang
Terdapat dua cara pengambilan sampel, yaitu secara acak (random)/probabilita dan tidak acak (non-random)/non-probabilita.
Sampel yang akan di ambil ialah beberapa masyarakat yang ada di sekitar Teluk Kilauan itu sendiri dan instansi-instansi terkait.
7. Sumber Data
Data yang akan di ambil yaitu dari hasil wawancara atau interview dan data lapangan dari observasi. Sedangkan data sekunder diambil dari data-data dan buku-buku baik itu dari intasi dan lembaga penyuluhan masyarakat setempat.
8. Variable penelitian
Variable Penelitian ini menggunaka Variable Bebas dimana kondisi-kondisi atau
karakteristik-karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk
menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Karena fungsi ini sering
disebut variabel pengaruh, sebab berfungsi mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas
berpengaruh terhadap variabel lain. Variabel ini juga sering disebut sebagai
variabel Stimulus, Prediktor, antecendent. Dalam SEM(Structural Equation
Modeling) variabel independen disebut variabel eksogen.
9.
Analisis Data
Setelah pengumpulan data tahap selanjutnya ialah Analisis Data yaitu penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Tahap ini merupakan tahap akhir sebelum menarik kesimpulan hasil penelitian. Data yang sudah di olah akan memberikan gambaran mengenai hasil penelitian. Pada dasarnya data yang diolah itu terdiri dari data kulitatif dan kuantitatif.
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.
Bab 6
JADWAL PENELITIAN
Penelitian akan dilakukan selama 2 bulan yaitu dilakukan pada bulan agustus sampai September (singkat saja)
BAB 7
PERSONALIA PENELITIAN
1.
Ketua Penelitia.
Nama Lengkap : Arif Sobarudinb.
Jenis Kelamin : Laki-Lakic.
NIP : ………..d.
Disiplin ilmu : Sosiologie.
Pangkat/Golongan : Mahasiswaf.
an :g.
Waktu penelitian : 4 jam/mingguBAB 8
PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
1. Kertas Rp 30.000
2. Pena RP 2.500
Perjalanan
Biaya perjalan Rp 250.000 Biaya hidup Rp 350.000
Biaya Lain-lain, yang mencakup
Biaya Seminar Rp 225.000 Biaya Laporan Rp 175.000
Penelusuran pustaka
Buku-buku Rp 100.000
dokumentasi, dan lainnya (sebutkan)
Biaya dokumen Rp 75.000 Total Biaya Rp 120.7500
LAMPIRAN-LAMPIRAN Riwaya Penulis (contoh)
Karl Marx adalah seseorang yang lahir dari keluarga progresif Yahudi. Ayahnya bernama
Herschel, keturunan para rabi, walaupun begitu ayahnya cenderung menjadi deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Saudara Herschel, Samuel — seperti juga leluhurnya— adalah rabi kepala di Trier. Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl Marx.
BAB 9
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang menguji hipotesis dapat dibagi menjadi dua bagian yakni uraian tentang karakteristik masing – masing variabel. Bagian kedua memuat uraian tentang hasil pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis
Penyajian hasil penelitian memuat uraian tentang data dan temuan penelitian yang diperoleh Pembahasan berupa penjelasan teoritik, baik secara kuantitatif, kualitatif atau secara statistik Memuat juga berbagai gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori, dan dimensi-dimensi. Posisi temuan dan perbandingannya dengan teori dan temuan- temuan sebelumnya.
BAB 10
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Pengembangan pariwisata dewasa ini cenderung meningkat kegiatannya bersamaan dengan semakin digiatkannya bidang kepariwisataan. Selain mempunyai keuntungan dalam penggunaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, sektor pariwisata dikawasan pesisir dan pantai juga berpotensi untuk meningkatkan kegiatan ekonomi lokal antara lain peningkatan pendapatan nelayan dan peningkatan pendapatan daerah. Teluk kilauan merupakan salah satu tempat pariwisata yang potensial untuk dikembangkan. Adapun pembangunan pariwisata di
tanggamus ini pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata danalam.
B. Saran
Masyarakat dan pemerintah hendaknya lebih meningkatkan dalam mengelola sumbedaya alam dan wisata tepatnya di daerah wisata teluk kilauan guna memberikan pembangunan
perekonomian masyarakat setempat secara berkelanjutan Bagian Akhir Daftar Pustaka (contoh)
1. Mehring, Franz, Karl Marx: The Story of His Life (Routledge, 2003) pg. 75
2. ^ John Bellamy Foster. "Marx's Theory of Metabolic Rift: Classical Foundations for
Environmental Sociology", American Journal of Sociology, Vol. 105, No. 2 (September 1999), pp. 366-405.
3. David McLellan. 1973. Karl Marx: His Life and Thought. New York: Harper
4. ^ Phil Brown. 2005. Psikologi Maxis. Yogyakarta, Alenia. Hlm. 45
5. ^ Terrell Carver. 1983. Marx and Engels: The Intellectual Relationship.
Bloomington: Indiana University Press. Hlm. 113