• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Aktivitas Fisik Dan Asupan Energi Terhadap Massa Lemak Tubuh Dan Lingkar Pinggang Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Aktivitas Fisik Dan Asupan Energi Terhadap Massa Lemak Tubuh Dan Lingkar Pinggang Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN ASUPAN ENERGI

TERHADAP MASSA LEMAK TUBUH DAN LINGKAR

PINGGANG PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

DANIEL D. RANGGADWIPA 22010110130175

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014

(2)
(3)

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN ASUPAN ENERGI TERHADAP MASSA LEMAK TUBUH DAN LINGKAR PINGGANG PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Daniel D. Ranggadwipa*, Etisa Adi Murbawani** *Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Kedokteran Undip **Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Undip

ABSTRAK

Latar belakang: Obesitas merupakan suatu penumpukan kadar lemak didalam tubuh yang lebih dari normal. Dilihat dari asupan energi dan aktivitas, mahasiswa fakultas kedokteran diduga mempunyai faktor risiko obesitas. Lingkar pinggang dan massa lemak dapat menjadi indikator terjadinya suatu obesitas.

Tujuan: Menganalisis hubungan asupan energi dan aktivitas fisik terhadap massa lemak tubuh dan lingkar pinggang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Metode: Penelitian dilakukan menggunakan rancangan obsevasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah 28 mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling

Hasil: Terdapat 35,72% mahasiswa dikategorikan mempunyai massa lemak tubuh yang tinggi dan 10,8% mahasiswa dikategorikan mempunyai lingkar pinggang yang tinggi. Terdapat korelasi positif antara asupan energi terhadap massa lemak tubuh (p=0,195 r=0,253) dan lingkar pinggang (p=0,070 r=0,348), tetapi secara statistik tidak memiliki hubungan bermakna. Terdapat hubungan bermakna dan korelasi negatif antara aktivitas fisik terhadap massa lemak tubuh (p=0,000 r = -0,661) dan lingkar pinggang (p=0,000 r = -0,621).

Kesimpulan: Asupan energi berkorelasi positif terhadap massa lemak tubuh dan lingkar pinggang namun tidak bermakna secara statistik. Aktivitas fisik berkorelasi negatif terhadap massa lemak tubuh dan lingkar pinggang.

(4)

THE CORRELATION BETWEEN PHYSICAL ACTIVITIES AND ENERGY INTAKE TO BODY FAT MASS AND WAIST CIRCUMFERENCES IN STUDENTS OF MEDICAL FACULTY DIPONEGORO UNIVERSITY

Daniel D. Ranggadwipa*, Etisa Adi Murbawani**

*Undergraduated student of Faculty of Medicine Diponegoro University **Department Nutrition Science Faculty of Medicine Diponegoro University

ABSTRACT

Background: Obesity is an abnormal accumulation of fat contents inside the body. Seen from energy intake and activities, medical students are expected to have obesity risk factors. Waist circumferences and fat mass percentages may be indicators to obesity incidence.

Aim: To analyze the correlation between energy intake and physical activities to body fat mass and waist circumferences in students of Medical Faculty Diponegoro University.

Methods: This study was conducted by observational design with cross-sectional approach. Research samples were 28 first year student of Medical Faculty Diponegoro University. Samples were chosen by simple random sampling method.

Results: There were 35.72% of students categorized as having elevated body fat mass and 10.8% of students categorized as having increased waist circumferences. There was a positive correlation between energy intake to body fat mass (p=0,195 r=0,253) and waist circumference (p=0,070 r=0,348), although statistically the correlation was insignificant. There was significant correlation and negative correlation between physical activities to body fat mass (p=0,000 r=-0,661) and waist circumference (p=0,000 r=-0,621).

Conclusion: Energy intake correlated positively to body fat mass and waist circumferences although was statistically insignificant. Physical activities correlated negatively to body fat mass and waist circumference.

(5)

PENDAHULUAN

Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak didalam tubuh yang lebih dari normal sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit yang dapat mengurangi kualitas hidup seseorang.1 Obesitas tidak hanya menimbulkan masalah biologis tetapi juga masalah psikososial. Penyakit kardiovaskuler, ortopedi, dan penyakit degeneratif merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan obesitas. World Health Organization (WHO) tahun 2008 menyatakan bahwa ada lebih dari satu milyar orang di dunia ini mengalami overweight dan lima ratus juta diantaranya mengalami obesitas.1

Aktivitas fisik yang rendah dan berlebihnya asupan makanan memegang peranan penting dalam peningkatan angka kejadian obesitas. Terlebih di era globalisasi ini, penurunan aktivitas fisik terlihat jelas mulai dari usia anak dan remaja. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya sedentary time sehingga energi yang didapatkan dari makanan tidak seimbang dengan energi yang dikeluarkan. Penumpukan energi ini akan disimpan oleh tubuh dalam bentuk lemak di berbagai tempat.2 Jika hal ini terjadi secara terus menerus maka akan mengakibatkan

overweight dan obesitas. Terlebih jika kita melihat perkembangan makanan sekarang ini, makanan seperti junk food dan makanan cepat saji sudah tidak asing di kehidupan masyarakat.

Mahasiswa fakultas kedokteran cenderung mempunyai aktivitas fisik di luar kampus yang lebih rendah daripada mahasiswa di fakultas yang lainnya. Mahasiswa kedokteran banyak yang tidak mempunyai waktu untuk berolahraga. Hal ini dikarenakan setiap harinya mahasiwa kedokteran mempunyai jadwal kuliah yang cukup padat dari pagi sampai dengan sore hari.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan asupan energi dan aktivitas fisik mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang terhadap massa lemak dan lingkar pinggang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional menggunakan mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Diponegoro.

(6)

Penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan di kampus fakultas kedokteran Universitas Diponegoro pada periode Mei ± Juni 2014.

Sampel dalam penelitian ini adalah Mahasiswa tahun pertama yang kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang memenuhi kriteria penelitian. Subjek yang memiliki gangguan mobilitas tubuh tidak diikut sertakan dalam penelitian

Berdasarkan perhitungan besar sampel untuk uji korelasi dengan besar koefisien korelasi 0,563 QLODL . GDQ QLODL ; besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 28 pasien. Pada periode penelitian dijumpai 28 mahasiswa yang memenuhi kriteria penelitian. Seluruh subjek tersebut digunakan dalam subjek penelitian

Variabel bebas penelitian adalah aktivitas fisik dan asupan energi. Aktivitas fisik diukur melalui wawancara kuesioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) sedangkan asupan energi diukur melalui wawancara Food Frequency Questionnaire (FFQ). Variabel terikat penelitian adalah massa lemak tubuh dan lingkar pinggang. Massa lemak tubuh diukur menggunakan alat

Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) sedangkan lingkar pinggang diukur menggunakan pita ukur. Nilai p dianggap bermakna apabila p<0,05. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan komputer.

Uji hipotesis korelasi antara asupan energi terhadap massa lemak tubuh dan lingkar pinggang dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson karena data berdistribusi normal. Nilai p dianggap bermakna apabila p<0,05. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 20.0 .

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dengan cara pemilihan sampel adalah simple random sampling. Responden dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti serta memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi. Selama rentang waktu penelitian, didapatkan 28 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak didapatkan subjek yang tersingkir oleh karena kriteria eksklusi.

(7)

Seluruh sampel dimintai kesediannya untuk menjadi responden penelitian ini dengan menandatangani informed consent.

Karakteristik subjek penelitian

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik n (%) Rerata ± SB Min ± maks Jenis kelamin

Laki-laki 10 (35,7%) Perempuan 18 (64,3%)

Umur 18,3 ± 0,763 16 ± 19

Massa lemak tubuh

(%) 26,8 ± 8,663 5,2-42,5 Rendah 1 (3,57%) Normal 17(60,71%) Tinggi 10(35,72%) Lingkar pinggang (cm) 71,9 ± 6,989 58-83 Normal 25 (89,2%) Tinggi 3 (10,8%) Aktivitas fisik Rendah 5 (17,9%) Sedang 21 (75%) Tinggi 2 (7,1%)

Asupan energi (kkal) 28 1298,25±18,199 1021-1480 SB= simpang baku; Min=minimum; Maks=maksimum

Pada tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar responden adalah perempuan. Rerata umur subjek penelitian adalah 18,3 tahun dengan usia tertinggi adalah 19 tahun dan usia terendah adalah 16 tahun.

Sebagian besar responden mempunyai massa lemak tubuh yang normal. Massa lemak terendah adalah 5,2% dan tertinggi adalah 42,5%. Ukuran lingkar

(8)

pinggang sebagian besar responden adalah normal dengan lingkar pinggang tertinggi 83 cm lingkar pinggang terendah 58 cm.

Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dapat dikategorikan mempunyai aktivitas fisik sedang. Rerata asupan energi 1298 kkal. Asupan energi tertinggi 1480 kkal dan asupan energi terendah 1021 kkal.

Hubungan asupan energi dan aktivitas fisik terhadap massa lemak Tabel 2. Uji korelasi asupan energi dan aktivitas fisik terhadap massa lemak

Variabel P R

Asupan Energi 0,195¤ 0,253

Aktivitas fisik 0,000*§ -0,661

* Signifikan p < 0,05 ; §.RUHODVL 6SHDUPDQ¶V UKR ; ¤ Korelasi Pearson

Variabel asupan energi terhadap massa lemak tubuh mempunyai nilai p = 0,195 dan r = 0,253. Hal itu menunjukkan bahwa asupan energi mempunyai korelasi positif terhadap massa lemak tubuh tetapi secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna. Korelasi positif mempunyai arti bahwa semakin tinggi asupan energi maka massa lemak tubuh akan semakin tinggi.

Variabel aktivitas fisik terhadap massa lemak tubuh mempunyai nilai p<0,001 dan r = -0,661. Hal itu menunjukan aktivitas fisik mempunyai hubungan yang bermakna terhadap massa lemak dengan koefisien korelasi negatif kuat. Korelasi negatif mempunyai arti semakin tinggi aktivitas fisik maka massa lemak tubuh semakin rendah.

Hubungan asupan energi dan aktivitas fisik terhadap lingkar pinggang. Tabel 3. Uji korelasi asupan energi dan aktivitas fisik terhadap lingkar pinggang

Variabel P R

Asupan Energi 0,070¤ 0,348

Aktivitas fisik 0,000*§ -0,621

(9)

Variabel asupan energi mempunyai nilai p = 0,070 dan r = 0,740 , sehingga dapat disimpulkan asupan energi memiliki korelasi positif terhadap lingkar pinggang tetapi tidak memiliki hubungan bermakna secara statistik. Korelasi positif mengartikan bahwa semakin tinggi asupan energi maka lingkar pinggang akan semakin tinggi.

Variabel aktivitas fisik juga mempunyai nilai p = <0,001 dan r = 0,621 , sehingga dapat disimpulkan aktivitas fisik mempunyai hubungan yang bermakna terhadap massa lemak dengan koefisien korelasi negatif kuat. Korelasi negatif mengartikan bahwa semakin tinggi aktivitas fisik maka lingkar pinggang akan semakin rendah.

PEMBAHASAN

Hasil analisis data asupan energi terhadap massa lemak tubuh melalui uji korelasi Pearson di dapatkan nilai p = 0,195 dan r = 0,253. Data ini menunjukan bahwa terdapat korelasi positif antara asupan energi terhadap massa lemak tubuh tetapi secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna. Korelasi positif mempunyai arti bahwa semakin tinggi asupan energi maka massa lemak tubuh akan semakin tinggi. Kondisi ini berbanding lurus dengan hipotesis awal penelitian yaitu terdapat hubungan asupan energi dengan massa lemak tubuh. Asupan energi juga memiliki hubungan tidak bermakna terhadap massa lemak tubuh pada penelitian yang dilakukan pada anak dan remaja di Queensland, Australia.3 Hal ini juga terjadi pada penelitian remaja di Semarang.4

Pada penelitian yang dilakukan memungkinkan terjadinya flat slope syndrome. Responden yang kurus cenderung untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak dan responden yang berbadan gemuk menyebutkan konsumsi makanan yang lebih sedikit.4 Hal tersebut menyebabkan terjadi bias antara variabel asupan energi dengan yang lainnya dan menyebabkan hasil yang tidak bermakna.

Persentase massa lemak tubuh merupakan perbandingan dari massa jaringan lemak terhadap jaringan non lemak. Massa lemak tubuh terbagi menjadi lemak yang berada di bawah jaringan kulit ( lemak subkutan) , lemak yang berada pada sekeliling organ internal, dan berada di jaringan intramuskular. Pengukuran

(10)

massa lemak dapat diukur dengan beberapa cara, namun dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Data yang ditunjukkan pada pengukuran massa lemak tubuh yaitu sebesar 35,72% dari responden mempunyai status massa lemak tubuh yang tinggi. Asupan energi sering dikaitkan dengan akumulasi lemak didalam tubuh. Sumber energi tubuh sebagian besar di dapatkan dari makronutrien yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Setiap pembakaran satu gram karbohidrat dapat menghasilkan 4 kilokalori, setiap pembakaran satu gram protein mampu menghasilkan 4 kilokalori, sedangkan setiap pembakaran satu gram lemak setara dengan 9 kilokalori.5,6 Ketidakseimbangan energi yang masuk dan energi yang keluar menentukan besar kecilnya massa lemak tubuh. Defisit energi terjadi apabila konsumsi energi melalui makanan lebih sedikit dari energi yang dibutuhkan, sedangkan kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang diperlukan. Energi yang berlebih nantinya akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak. Jika hal tersebut berlangsung secara terus menerus akan mengakibatkan overweight dan obesitas.2,7

Hasil analisis bivariat aktivitas fisik terhadap massa lemak tubuh melalui uji korelasi spearman, didapatkan nilai p <0,001 dan r = -0,661. Data ini menunjukan terdapat hubungan bermakna namun memiliki korelasi negatif antara aktivitas fisik terhadap massa lemak tubuh responden. Korelasi negatif mengartikan bahwa semakin tinggi aktivitas fisik maka massa lemak tubuh akan semakin rendah. Hasil tersebut berbanding lurus dengan hipotesis awal yaitu aktivitas fisik mempunyai hubungan dengan massa lemak tubuh. Hasil penelitian serupa juga didapat pada penelitian peserta senam aerobik di Semarang. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas fisik pada remaja berkorelasi negatif terhadap massa lemak tubuh.8

Gerakan anggota tubuh akibat kontraksi dan relaksasi otot skelet memerlukan energi.9 Tingkat aktivitas fisik erat kaitannya terhadap massa lemak tubuh. Aktivitas fisik dapat ditingkatkan dengan cara berolahraga. Semakin tinggi aktivitas fisik semakin banyak energi yang akan dikeluarkan oleh tubuh. Sumber energi utama yang digunakan dalam melakukan aktivitas adalah energi yang

(11)

berasal dari makanan, tetapi jika energi yang berasal dari makanan sudah habis , tubuh akan mengkompensasi dengan memetabolisme lemak yang berada di dalam tubuh.7 Jika hal ini terjadi secara terus menerus , massa lemak di dalam tubuh akan berkurang secara berkala. Inaktivitas merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya kelebihan berat badan, terlebih kemajuan teknologi di berbagai bidang mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan serba praktis dan tidak memerlukan kerja fisik berat.10 Terjadinya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang keluar inilah yang menyebabkan terjadinya overweight

dan obesitas.11

Hasil analisis bivariat asupan energi terhadap lingkar pinggang melalui uji Pearson di dapatkan p = 0,070 dan r = 0,348. Hal itu menunjukan terdapat hubungan korelasi positif antara asupan energi terhadap lingkar pinggang namun secara statistik memiliki hubungan tidak bermakna. Korelasi positif menunjukan bahwa semakin tinggi asupan energi maka lingkar pinggang akan semakin tinggi. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang telah disusun pada awal penelitian bahwa terdapat korelasi antara asupan energi terhadap lingkar pinggang. Hasil serupa didapatkan pada penelitian mahasiswa di Jakarta, penelitian tersebut menyebutkan tidak ada hubungan antara asupan energi dan makronutrien terhadap lipatan kulit dan lingkar pinggang.12

Kelebihan energi akan dikonversi oleh tubuh dalam bentuk lemak. Lemak tersebut akan di simpan di berbagai jaringan seperti jaringan subkutan maupun didekat organ dalam. Dilihat dari pendistribusiannya akumulasi lemak yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas perifer dan obesitas sentral. Obesitas perifer dikenal juga dengan gynecoid obesity. Akumulasi lemak yang terjadi pada obesitas ini terletak di bagian bawah tubuh seperti perut, paha, dan pantat. Obesitas sentral sering disebut juga apple shape obesity. Pada obesitas sentral terjadi akumulasi lipid di daerah perut, semakin banyak akumulasi lemak pada bagian perut semakin tinggi juga lingkar pinggang orang tersebut.13,14 Nilai lingkar pingggang dapat dijadikan parameter adanya kelebihan jaringan lemak intraabdominal. Data yang didapatkan pada penelitian menunjukan sebesar 10,8% di kategorikan mempunyai lingkar pinggang yang tinggi. Hasil yang melebihi 94

(12)

sentimeter untuk laki-laki dan 80 sentimeter untuk perempuan dikategorikan mempunyai lingkar pinggang tinggi, Nilai tersebut dapat digunakan sebagai indikator resiko terjadinya suatu obesitas maupun sindroma metabolik.15,16

Hasil analisis aktivitas fisik terhadap lingkar pinggang melalui uji Spearman di dapatkan p = <0,001 dan r = -0,621. Hal itu menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna dan berkorelasi negatif antara aktivitas fisik terhadap lingkar pinggang. Korelasi negatif menunjukan semakin besar aktivitas fisik maka lingkar pinggang akan semakin kecil. Hasil penelitian serupa juga didapatkan oleh Adityawarman dalam penelitiannya terhadap remaja di Semarang. Penelitian Adityawarman menyebutkan bahwa aktivitas fisik pada remaja mempunyai hubungan bermakna dengan lemak tubuh dan lingkar pinggang namun tidak berpengaruh secara bermakna terhadap indeks massa tubuh.17

Kurangnya aktivitas fisik menimbulkan berbagai kerugian dalam tubuh. Aktivitas fisik mempunyai banyak manfaat, salah satunya adalah menjaga komposisi tubuh.23 Meningkatkan aktivitas fisik dapat mengurangi jumlah lemak subkutan dan lemak viceral secara perlahan. Cadangan energi dalam bentuk lemak pada bagian perut dapat dibakar oleh tubuh sebagai tambahan energi ketika kita melakukan aktivitas yang lebih , seperti berolahraga rutin, berlari, sepakbola, basket, dan lain-lain. Menurunnya jumlah akumulasi lemak pada daerah perut menyebabkan ukuran lingkar pinggang secara perlahan akan berkurang.13,14

Keterbatasan penelitian ini adalah keterbatasan dalam pelaksanaan antara lain penyesuaian waktu pengumpulan data kueisoner dengan jadwal para mahasiswa. Namun hal ini tidak mempengaruhi validitas penelitian.

SIMPULAN DAN SARAN

Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan terdapat korelasi positif antara asupan energi mahasiswa fakultas kedokteran terhadap massa lemak tubuh dan lingkar pinggang namun secara statistik tidak bermakna Terdapat korelasi negatif dan hubungan bermakna antara aktivitas fisik mahasiswa fakultas kedokteran terhadap massa lemak tubuh dan lingkar pinggang

(13)

Pada penelitian ini perlu adanya edukasi kembali kepada mahasiswa akan pentingnya menjaga gaya hidup agar terhindar dari faktor resiko obesitas. Pada penelitian lebih lanjut perlu adanya penambahkan aspek variabel asupan karbohidrat, asupan protein, dan asupan lemak serta jumlah sampel lebih besar agar dapat lebih menggambarkan populasi penelitian .

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih pada dr. Etisa Adi Murbawani, M.Si, Sp.GK, dr. Niken Puruhita, M.Med.Sc.Sp.GK, dr. Hesti Murwani Rahayuningsih yang telah memberikan masukan dalam penulisan artikel, para mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang telah bersedia sebagai subjek penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Obesity and Overweight Available: http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs311/en/. Accessed 12 Desember, 2014.

2. Barasi ME. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga 2007:102-103.

3. Elliot S, Truby H, Lee A, Harper, Abbott, Davies P. Associations of body mass index and waist circumference with: energy intake and percentage energy from macronutriens, in a cohort of australian children. Nutrition Journal.2011;10:58

4. Abdillah I. Perubahan asupan energi dan nutrien terhadap indeks massa tubuh dan persen lemak tubuh pada anak obesitas setelah lepas intervensi. [Karya Tulis Ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro. 2011

5. Institute of Medicine. Dietary Reference Intakes : The Essential Guide to Nutrient Requirements. Washington, DC: The National Academies Press 2006.

6. Institute of Medicine. Dietary Reference Intakes For Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids,Cholesterol, Protein,and Amino Acids. Washington, DC: Institute of Medicine of the National Academies 2005.

(14)

7. Swinburn B, Caterson I, Seidell J, James W. Diet, nutrition and the prevention of excess weight gain and obesity. Public Health Nutrition. 2004;7(1A):123±146.

8. Irma A. Hubungan Antara Asupan Energi dan Fisik dengan Persen Lemak Tubuh pada Wanita Peserta Senam Aerobik. [artikel penelitian] Semarang : Universitas Diponegoro. 2013

9. WHO. Physical activity and health in Europe: evidence for action. Kopenhagen, Denmark: World Health Organization (WHO) 2006;3:11-13. 10.Candrawati S. Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa

Tubuh dan Lingkar Pinggang. Jurnal Universitas Jendral Soedirman. 2011;6:2.

11. Fournier K, Manus A, Doyle P. Cause of Obesity. Vermont Legislative Research Service. 2010;1:1-19

12.Calvin K, Fransisca, Karina P, Kevin, Lenardi, Sri S. Hubungan Antropometri, Aktivitas Fisik, dan Pengetahuan Gizi dengan Asupan Energi dan Komposisi Makronutrien pada Remaja. Jakarta : Universitas Indonesia. 2013

13.Tchoukalova Y, Koutsari C, Karpyak M, Votruba B, Wendland E, Jensen D, et al. Subcutaneous Adipocyte Size and Body Fat Distribution. The American Journal of Clinical Nutrition. 2008;87:56±63.

14.Jensen M. Role of Body Fat Distribution and the Metabolic Complications of Obesity. The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism. 2008;93:S57-S63.

15.WHO. Waist Circumference and Waist±Hip Ratio: Report of a WHO Expert Consultation. Geneva: World Health Organization 2008;2:5-7.

16.Wansink B. Environmental Factors that Increase the Food Intake and Consumption Volume of Unknowing Consumers. 2004;24:455-479.

17.Adityawarman. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Komposisi Tubuh pada Remaja. [artikel penelitian]. Semarang : Universitas Diponegoro. 2007.

Gambar

Tabel  1. Karakteristik subjek penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Asupan Lemak Dan Serat, Indeks Masa Tubuh, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul Dengan Kadar Kolesterol Total Pada Pegawai Di Dinas.. Kesehatan

Hasil uji korelasi Pearson tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara indeks massa tubuh dan lingkar pinggang dengan kadar hepcidin serum (p &gt;

Hubungan Aktivitas Fisik Dan Asupan Energi Terhadap Massa Lemak Tubuh Dan Lingkar Pinggang Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.. Faculty of

Dengan demikian masalah penelitian ini adalah apakah latihan aerobik selama satu bulan dapat berpengaruh terhadap Indeks Massa Tubuh, Lingkar Pinggang, Rasio

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini.Penulisan Karya

Dari hasil penelitian dan bahasan dapat disimpulkan bahwa ukuran antropometrik tubuh baik indeks massa tubuh, lingkar pinggang, dan rasio pinggang pinggul tidak berbeda

Dengan didapatkannya informasi ilmiah mengenai perubahan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan indeks massa tubuh pada anak obesitas setelah intervensi

Hubungan Aktivitas Fisik dan Asupan Energi terhadap Massa Lemak Tubuh dan Lingkar Pinggang pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.. Jurnal Media Medika Muda,