• Tidak ada hasil yang ditemukan

(The Effectiveness Entomopatogen Nematoda (Steinernema spp.) Local Isolate Of Hulu Sungai Utara Regency to Control Armyworm (Spodoptera litura F.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(The Effectiveness Entomopatogen Nematoda (Steinernema spp.) Local Isolate Of Hulu Sungai Utara Regency to Control Armyworm (Spodoptera litura F."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Efektivitas Nematoda Entomopatogen (Steinernema spp.) Isolat Lokal Kabupaten Hulu Sungai Utara terhadap Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

(The Effectiveness Entomopatogen Nematoda (Steinernema spp.) Local Isolate Of Hulu Sungai Utara Regency to Control Armyworm (Spodoptera litura F.))

Farida Adriani

Program Studi Agroteknologi, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai adrianifr9@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu jenis kerusakan hama adalah ulat grayak (Spodoptera litura F.) yang cukup nyata menyerang banyak tanaman sayuran. Untuk dapat mengendalikan hama ulat grayak pada tanaman sayuran, perlu percobaan mengandalikan hama ulat grayak menggunakan nematoda entomopatogenik Steinernema spp.isolat lokal. Penggunaan nematoda terbukti mampu dalam membunuh hama sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas nematoda entomopatogen (Steinernema spp.) isolat lokal Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam pengendalian ulat grayak (Spodoptera litura F.) Penelitian dilakukan di Laboratorium STIPER Amuntai serta di lahan tanaman kacang tanah Desa Pinangkara Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara untuk memperoleh ulat grayak. Penelitian dilakukan pada bulan Januari - Maret 2008. Analisis data yang digunakan dalam eksperimen ini adalah analisis Annova RAL dilanjutkan uji DMRT apabila perlakuan berpengaruh nyata atau sangat nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan nematoda entomopatogen Steinernema spp. berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva Spodoptera litura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala nematoda Steinernema spp. terhadap larva S. litura pada 24 jam setelah aplikasi ditemukan larva yang tidak lagi aktif terlibat.

Kata kunci: Nematoda, entomopatogenik, kontrol, ulat grayak. ABSTRACT

One type of pest damage is the armyworm (Spodoptera litura F.) which is quite significant in attacking many vegetable plants. To be able to control armyworm pests in vegetable crops, it is necessary to experiment with controlling armyworm pests using local entomopathogenic nematodes Steinernema spp. Isolates. The use of nematodes proved to be able to kill target pests. This study aims to determine the effectiveness of entomopathogenic nematodes (Steinernema spp.) local isolates of Hulu Sungai Utara Regency in the control of armyworm (Spodoptera litura F.) The study was conducted at the STIPER Amuntai Laboratory and in peanuts planting Pinangkara Village Amuntai Tengah District of Hulu Sungai Utara Regency to obtain armyworms. The study was conducted in January - March 2008. Analysis of the data used in this experiment was Annova RAL analysis followed by DMRT test if the treatment had a significant or very real effect. The results showed that the entomopathogenic nematode Steinernema spp. significantly affected the mortality of Spodoptera litura larvae. The results showed that the symptoms of Steinernema spp. Nematodes. against S. litura larvae 24 hours after application found larvae that were no longer actively involved.

Keywords: Nematodes, entomopathogenic, controls, armyworms.

PENDAHULUAN

Pengendalian hama oleh petani umumnya masih menggunakan pestisida. Secara luas pestisida diartikan sebagai suatu zat yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan / perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, mempengaruhi hormon, penghambat makan,

membuat mandul, sebagai pemikat, penolak dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi organisme pengganggu tanaman (Kardinan, 2000).

Sebagai konsekuensi penggunaan pestisida yang berlebihan, menyebabkan timbulnya masalah lingkungan, termasuk ketahanan hama terhadap pestisida, resurgensi serangga dan OPT serta bukan

(2)

OPT, kematian serangga yang menguntungkan seperti tawon madu, serangga penyerbuk, parasitoid, predator, dan lain-lain (Sutanto, 2002).

Pengendalian hama pada tanaman yang dianjurkan adalah menggunakan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) atau Integrated Pest Management yang didahului oleh konsep pengendalian hama terpadu atau Integrated Pest Control. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah sistem pengendalian hama dengan memadukan berbagai cara pengendalian yang kompatibel, dengan memperhatikan aspek ekologi agar populasi hama berada di bawah aras luka ekonomik (Untung, 2001).

Berbeda dengan pendekatan pengendalian hama yang konvensional, PHT lebih mengutamakan berjalannya pengendali alami khususnya yang dilakukan oleh berbagai musuh alami hama. Dengan memberikan kesempatan sepenuh-penuhnya kepada musuh alami untuk bekerja berarti kita telah menekan sedikit mungkin penggunaan pestisida (Untung, 2001).

Salah satu komponen PHT yang mempunyai prospek baik adalah pengendalian secara hayati. Pengendalian secara hayati merupakan taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama (Untung, 2001). Dalam pengertian ekologi, pengendalian hayati didefinisikan sebagai pengaturan populasi organisme tersebut berada di bawah rata-ratanya dibandingkan bila tanpa pengendalian (DeBach, 1979).

Salah satu jenis hama dengan kerugian cukup nyata adalah ulat grayak yang banyak menyerang tanaman sayuran. Ulat grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera ; Noctuidae) merupakan salah satu hama daun yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 1985).

Untuk dapat mengendalikan hama ulat grayak pada tanaman sayuran, maka perlu dilakukan percobaan pengendalian dengan menggunakan nematoda entomopatogen Steinernema spp.isolat lokal. Penggunaan nematoda tersebut terbukti kehandalannya

dalam membunuh hama sasaran (Nurcholisoh, 2003).

Menurut Iswanto (2003), konsep pemanfaatan musuh alami lokal lebih baik daripada luar, mendasari pentingnya pemberdayaan musuh alami lokal tersebut. Nematoda entomopatogen merupakan agen pengendalian yang menjanjikan karena secara umum sifatnya spesifik terhadap serangga, tidak beresiko terhadap lingkungan, dapat mencari hama dalam habitat yang sulit dan dapat bertahan dalam waktu yang lama (Iswanto, 2003). Salah satu spesies dari famili Steinernematidae yang paling prospektif adalah Steinernema spp. (Wouts, 1991).

Nematoda Steinernema spp. ini mempunyai kemampuan mencari inang yang tinggi, menginfeksi dan membunuh serangga sasaran dengan cara meracuni hemolimfa (septisema) dalam waktu singkat (hanya 24-48 jam), mudah dibiakkan secara massal, mempunyai kisaran inang yang luas (meliputi ordo Lepidoptera, Coleoptera, Orthoptera dan Diptera dengan sasaran hama stadium larva), tidak berbahaya bagi mamalia dan vertebrata, tidak meracuni lingkungan, kompatibel dengan sebagian besar pestisida kimia, serta belum dilaporkan dapat menyebabkan kekebalan serangga (Chaerani, 2000).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas nematoda entomopatogen (Steinernema spp.) isolat lokal Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam pengendalian ulat grayak (Spodoptera litura F.).

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan

Suspensi stock Steinernema spp., larva Spodoptera litura F, air steril, dan alkohol 95%.

Alat

Toples, kain kasa, mikroskop binokuler, handsprayer, pinset, kuas, pipet tetes, tissue, gelas beaker, cawan petri, handy counter, shaker, gelas ukur dan kain saring.

(3)

Rancangan Percobaan

Metode Penelitian yang digunakan adalah dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal dengan 6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah dosis Steinernema spp yaitu :

t1 = 2000 ekor Steinernema / 250 ml air untuk

20 ekor S. litura

t2 = 3000 ekor Steinernema / 250 ml air untuk

20 ekor S. litura

t3 = 4000 ekor Steinernema / 250 ml air untuk

20 ekor S. litura

t4 = 5000 ekor Steinernema / 250 ml air untuk

20 ekor S. litura

t5 = 6000 ekor Steinernema /250 ml air untuk

20 ekor S. litura

t0 = 0 ekor Steinernema untuk 20 ekor S.

litura

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Amuntai serta di lahan tanaman kacang tanah di Desa Pinangkara Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara untuk memperoleh ulat grayak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2008.

Pelaksanaan Penelitian

Perbanyakan Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Larva yang digunakan diambil dari lapangan dari tanaman kacang tanah di Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara seluas 765 ha, kemudian dikumpulkan dan dipelihara dalam stoples plastik berukuran tinggi 20 cm dengan diameter 10 cm yang diberi makan berupa daun sawi dan bagian atasnya ditutup dengan kain kasa. Setelah larva S. litura mencapai instar lima atau enam (tidak aktif lagi) maka larva tersebut dipindahkan ke kurungan kasa berukuran 100 x 50 cm yang diberi pasir halus pada bagian dasarnya. Pupa-pupa yang terbentuk dipelihara dalam kurungan kasa sampai menjadi imago. Untuk makanan imago diberikan madu pada kapas dan untuk

memudahkan imago meletakkan telur, maka pada kurungan kasa diberi tanaman sawi yang segar. Kelompok-kelompok telur yang didapat setiap hari dikumpulkan pada tempat-tempat yang berbeda sesuai umur tersebut. Larva yang keluar dari telur yang menetas dalam waktu yang sama dipelihara sampai mencapai instar ketiga dengan ciri-ciri panjang tubuh mencapai 8 – 15 mm dan lebar kepala 0,75 – 0,6 mm (Sudarmo, 1987), baru larva disiapkan untuk aplikasi. Jumlah larva instar ketiga yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 480 ekor. Penghitungan Populasi

Nematoda Steinernema spp. yang ditemukan dihitung dengan menggunakan handy counter. Sebelum populasinya dihitung, terlebih dahulu diketahui banyaknya suspensi stock, kemudian dihitung sebanyak tiga kali. Hasil perhitungan dirata-ratakan. Selanjutnya suspensi stock dibagi dengan besarnya suspensi yang diamati setiap kali perhitungan. Hasil bagi antara suspensi stock dengan suspensi yang diambil dikalikan dengan rata-rata dari populasi nematoda (Astuti, 2004 dalam Nurcholisoh, 2005). Identifikasi Nematoda Steinernema spp.

Spesimen nematoda kemudian diamati dengan mikroskop cahaya menggunakan perbesaran 20x. 40x dan 100x. Pengamatan morfologi dilakukan dengan melihat karakteristik morfologi dan melihat keseluruhan tubuh nematoda serta bagian-bagian tertentu nematoda.

Aplikasi Penyemprotan

Aplikasi penyemprotan menggunakan sprayer tangan (handsprayer) dilakukan pada serangga uji ulat grayak Dimana handsprayer telah diisi dengan suspensi Steinernema spp. yang telah diencerkan dengan 250 ml air steril dengan jumlah nematoda yang berbeda di masing-masing perlakuan.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah persentase kematian larva sebagai akibat aplikasi suspensi nematoda Steinernema spp. Pengamatan dilakukan sebanyak 4 kali yaitu 24 jam, 48

(4)

jam, 72 jam dan 96 jam setelah aplikasi. Hasil pengamatan yang dicatat berupa kematian (tidak bergeraknya larva) beserta gejala yang muncul. Larva dianggap mati apabila disentuh dengan ujung kuas tidak bergerak lagi atau diam.

Untuk mengetahui data jumlah larva yang mati sesudah perlakuan, dihitung persentase kematiannya dengan rumus : a bx100%

a I

+ =

Keterangan : I = Persentase kematian a = Jumlah ulat yang mati b=Jumlahulat keseluruhan

Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam percobaan ini adalah analisis Annova RAL. Selanjutnya jika terjadi pengaruh nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil menunjukkan bahwa perlakuan nematoda entomopatogen Steinernema spp. berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva Spodoptera litura. Persentase mortalitas larva S. litura yang tertinggi (18,25 %) terjadi pada perlakuan t3, sedangkan persentase

mortalitas larva S. litura terendah (0,5 %) terjadi pada perlakuan k0. Perlakuan t2 dan t4

tidak berbeda pengaruhnya. t5 berbeda

pengaruhnya terhadap mortalitas larva S. litura dibanding perlakuan lainnya, seperti pada tabel 1. di bawah ini.

Tabel 1. Hasil uji nilai tengah tingkat persentase mortalitas larva S. litura setelah aplikasi.

Perlakuan Nilai Tengah

t1 t2 t3 t4 t5 k0 10,25b 16,50d 18,25e 16,25d 12,75c 0,50a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama di belakang angka menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT taraf 5 %

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala serangan nematoda Steinernema spp. terhadap larva S. litura pada saat 24 jam setelah aplikasi banyak ditemukan larva yang tidak lagi bergerak aktif. Pada pengamatan 24 jam setelah aplikasi nematoda kematian larva berkisar antara 1 – 5 ekor. Kematian larva terbanyak hanya pada perlakuan t3 dan t4

dimana jumlah larva yang mati sama yaitu 3 ekor. Larva S. litura

yang mati banyak ditemukan pada pengamatan 48 jam setelah aplikasi, yaitu berkisar antara 18 – 32 ekor.

Serangan nematoda Steinernema spp. pada larva S. litura mengakibatkan perubahan warna pada larva S. litura. Kalau larva S. litura yang sehat tetap berwarna hijau sedangkan larva yang terinfeksi oleh nematoda warnanya berubah seperti karamel (hitam kecoklatan) dengan tubuh yang lembek, tapi tidak berbau busuk dan apabila dibedah jaringan dalamnya hancur. Tubuh larva yang hancur 48 jam setelah inokulasi dan juvenil infektif nematoda keluar dari bangkai larva. Gejala kematian ini sama dengan yang dikemukakan oleh Chaerani (2000), bahwa warna tubuh/kutikula larva yang terserang namatoda Steinernema spp bervariasi tergantung jenisnya dan untuk

(5)

larva S. litura warna tubuhnya hitam kecoklatan, lembek dan tidak berbau busuk.

Nematoda Steinernema spp. cukup virulen terhadap ulat Spodoptera litura F. Pada perlakuan t2 dan t4 dengan dosis

masing-masing 3000 ekor Steinernema/250 ml air dan 5000 ekor Steinernema/250 air, mortalitasnya relatif sama, yaitu 16,50 % dan 16,25 %. Sementara itu pada t3 dengan dosis

4000 ekor Steinernema/250 ml air justru menimbulkan kematian yang lebih tinggi yaitu 18,25 %. Diduga bahwa mortalitas ulat hama ini tidak selalu dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi suspensi nematoda. Hal ini juga sama terjadi pada penelitian Wagiman, et al. (2001) tentang penggunaan nematoda

Steinernema carpocapsae dalam

pengendalian hama Spodoptera spp, dimana pada konsentrasi 400 Jl/ml hanya menimbulkan kematian 36 %, relatif sama dengan konsentrasi 500 Jl/ml (37 %), sementara itu konsentrasi 200 Jl justru menimbulkan kematian 86 % dan secara nyata lebih tinggi daripada konsentrasi yang lain

Tingkat kematian suatu serangga uji merupakan ekspresi kerentanan serangga yang digunakan sebagai ukuran keberhasilan serangan nematoda entomopatogen. Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara peningkatan konsentrasi juvenil infektif dengan kematian larva S. litura. Diduga bahwa kematian larva S. litura tidak hanya ditentukan oleh jumlah nematoda yang menginfeksi, akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh aktivitas bakteri simbion, sehingga sejumlah kecil nematoda yang masuk sudah dapat menyebabkan kematian (Dunphy et al., 1985 dalam Purnomo, 1998). Epsky (1991) dalam Purnomo, (1998) mengatakan bahwa nematoda patogen serangga juga mampu menetap dalam tubuh larva Spodoptera frugiperda (Smith). Pada uji di cawan petri konsentrasi juvenil infektif tidak berpengaruh, akan tetapi sangat dipengaruhi oleh banyaknya inang. Jumlah nematoda yang masuk akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah inang.

Kemampuan nematoda untuk bergerak dan menemukan inang dalam lingkungan disekitarnya merupakan bagian yang sangat

penting bagi infektivitas nematoda patogen serangga. Keterlibatan pergerakan nematoda dan penemuan inang mungkin memberikan kontribusi terhadap kolerasi antara nematoda yang masuk dan konsentrasi nematoda (Georgis & Poinar, 1983 dalam Purnomo, 1998). Larva S. litura instar 3 yang aktif bergerak juga membantu nematoda dalam melakukan kontak dengan inang seperti yang dikemukakan oleh Key dan Keangler (1993) dalam Purnomo, (1998) nematoda Steinernema dalam menyerang serangga inang bersifat pasif dan menunggu sampai inang berada didekatnya.

Penggunaan nematoda patogen serangga famili Steinernematidae sebagai agens pengendali hayati telah banyak dilakukan untuk serangga hama termasuk diantaranya Spodoptera spp., juga untuk serangga hama yang hidup dalam tanah dan dalam habitat yang tersembunyi atau cryptic habitat (Klein, 1990 ; Begley, 1990 dalam Purnomo, 1998). Karena itu nematoda Steinernema spp. dapat digunakan sebagai salah satu komponen hayati.

KESIMPULAN

Perlakuan sampai dosis 4000 ekor Steinernema/250 ml meningkatkan mortalitas, tapi pada dosis lebih besar lagi akan menurunkan mortalitas. Dosis yang paling efektif adalah 4000 ekor Steinernema/250 ml air.

DAFTAR PUSTAKA

Chaerani. 2000. Efektivitas Nematoda Patogen Serangga Terhadap Hama Tanaman Pangan. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor.

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 1985. Pengenalan Jasad Pengganggu Tanaman Palawija. Dirjen Pertanian Tanaman Pangan. Jakarta.

DeBach, P. 1979. Biological Control by Natural Enemies. Cambridge University Press. London.

(6)

Iswanto, Eko H. 2003. Keefektivan Empat Isolat Steinernema spp. terhadap spodoptera exigua pada bawang merah di lahan pasir pantai Bantul. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Kardinan, A. 2000. Pestisida Nabati (Ramuan dan Aplikasi). Penebar Swadaya. Jakarta.

Nurcholisoh. 2005. Eksplorasi nematoda entomopatogen (Steinernema spp.) pada pada berbagai ekosistem tanaman sayuran di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Purnomo, H. 1998. Patogenisitas Nematoda

Entomopatogen Steinernema

carpocapsae Weiser terhadap Ulat Krop Kubis Crocidolomia binotalis

Zeller. Tesis Program Pasca Sarjana. Institur Pertanian Bogor. Bogor. Sudarmo, S. 1987. Tembakau. Pengendalian

Hama dan Penyakit. Kanisius. Yogyakarta.

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.

Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Wagiman, F.X., B. Triman, T.S. Uhan dan

T.K. Moekasan. 2001. Evaluasi Penggunaan Nematoda Steinernema carpocapsae dalam pengendalian hayati hama Spodoptera spp. pada

tanaman bawang. Lembaga

Penelitian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Hasil uji nilai tengah tingkat persentase mortalitas larva S. litura setelah aplikasi

Referensi

Dokumen terkait

pH sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisme akuatik, dan

Oleh sebab itu, peneliti melakukan pengembangan terhadap bahan ajar membaca BIPA berbasis web bagi pemelajar tingkat dasar dengan mengedepankan model Hutchinson dan

Abstrak - Galeri Kebaya Indonesia ini didesain dengan suasana modern yang memiliki museum yang berisi tentang perkembangan kebaya Indonesia dari masa ke masa

µg/m 3 dipengaruhi oleh penggunaan pupuk pestisida pada perkebunan kelapa sawit, sedangkan konsentrasi rata-rata tertinggi ion inorganik pada Kabupaten Kampar yaitu ion Cl

Abstrak: Pelajaran Geografi bagi siswa masih di anggap pelajaran sulit karna konsep teori yang selalu selalu ada pada setiap topik. Sala satunya adalah topik

Berdasarkan uraian tersebut mengenai strategi planted questions, maka dapat diambil suatu pengertian yaitu suatu strategi yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa

Dari gambaran awal masalah Peran public space sebagai upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan binaan kota yang dapat dijumpai di

Hasil penelitian terkait model pembelajaran yang berorientasi pada kerjasama kelompok seperti metode eksperimen dinyatakan berpengaruh terhadap motivasi, hasil belajar