• Tidak ada hasil yang ditemukan

HANDPHONE DAN PERUBAHAN POLA INTERAKSI (STUDI KASUS DI MASYARAKAT KELURAHAN JEMUR WONOSARI KOTA SURABAYA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HANDPHONE DAN PERUBAHAN POLA INTERAKSI (STUDI KASUS DI MASYARAKAT KELURAHAN JEMUR WONOSARI KOTA SURABAYA)."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

 

HANDPHONE DAN PERUBAHAN POLA INTERAKSI (STUDI KASUS DI MASYARAKAT KELURAHAN JEMUR WONOSARI KOTA SURABAYA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.

Sos) Dalam Bidang Sosiologi

Oleh :

LAILY ISTIQOMAH

NIM. B05211025

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

 

ABSTRAK

Laily Istiqomah, 2016, Handphone Dan Perubahan Pola Interaksi (Studi Kasus Di Masyarakat Kelurahan Jemur Wonosari Kota Surabaya), Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Handphone Dan Perubahan Pola Interaksi

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini hanyalah satu yakni dampak dari penggunaan handphone. Namun dari satu rumusan masalah tersebut terdapat sebuah sub pembahasan di dalamnya, antara lain pembahasan mengenai perubahan pola interaksi, dan mengapa terjadinya perubahan pola interaksi setelah menggunakan handphone bagi masyarakat Kelurahan Jemur Wonosari Surabaya.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam melihat fenomena yang terjadi pada masyarakat Wonocolo Kelurahan Jemur Wonosari di Kota Surabaya ini adalah teori interaksionisme simbolik, tokoh dari teori ini adalah George Herbert Mead.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa; (1) Dampak dari penggunaan handphone dan perubahan pola interaksi di kalangan masyarakat Kelurahan Jemur Wonosari Kota Surabaya. Dari kondisi tersebut menunjukkan bahwa mereka lebih sering mengoperasikan handphonenya ketika sedang berinteraksi dengan interaksi, sehingga lawan bicaranya merasa risih, kesal, jengkel, merasa tidak diperhatikan, merasa diabaikan, maupun merasa tidak dihormati.

(7)

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Konseptual ... 8

F. Telaah Pustaka ... 24

G. Metode Penelitian ... 25

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 25

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 27

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 28

5. Teknik Pengumpulan Data ... 28

6. Teknik Analisis Data ... 30

7. Tenik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 31

H. Sistematika Pembahasan ... 32

BAB II : TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIS ... 33

A. Tokoh Teori ... 33

B. Teori ... 34

(8)

 

A. Masyarakat Kelurahan Jemur Wonosari Kota Surabaya ... 50

1. Letak Geografis ... 50

2. Keadaan Penduduk ... 50

3. Sosial, Ekonomi, dan Pendidikan ... 51

4. Keagamaan ... 52

B. Pola Interaksi Pada Masyarakat Kelurahan Jemur Wonosari Kota Surabaya ... 56

C. Handphone dan Perubahan Masyarakat Kelurahan Jemur Wonosari Kota Surabaya ... 71

BAB IV : PENUTUP ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara

2. Dokumen lain yang relevan

3. Jadwal Penelitian

(9)

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu titik terang yang bermula pada suatu kesederhanaan pada kehidupan manusia, telah menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk mempermudah semua aspek kehidupan yang bernama teknologi. Dunia informasi saat ini seakan tidak bisa terlepas dari teknologi. Konsumsi masyarakat akan teknologi menjadikan dunia teknologi semakin lama semakin canggih, komunikasi yang dulunya memerlukan waktu yang lama dalam penyampaiannya kini dengan teknologi segalanya menjadi sangat dekat dan tanpa jarak.

Sejak pertengahan abad ke-20 hingga kini, dunia mengalami perkembangan teknologi yang sangat deras. Berbagai macam penemuan menghiasi kehidupan masyarakat modern. Keinginan dan ketidakpuasan merupakan salah satu faktor pendorong perubahan sosial terutama perkembangan sosial.

Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup manusia semakin mudah dan nyaman. Kemajuan teknologi yang semakin pesat saat ini membuat manusia semakin bebas untuk menggunakannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seiring arus globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat, sehingga peranan teknologi komunikasi menjadi sangat penting seperti penggunaan handphone.

(10)

 

Teknologi yang kian hari kian canggih pun pada perkembangannya menciptakan berbagai varian baru produk-produk teknologi, seperti handphone (ponsel).1

Penggunaan handphone sekarang bukan hanya sebagai alat komunikasi semata, tetapi juga mendorong terbentuknya interaksi yang sama sekali berbeda dengan interaksi tatap muka atau yang disebut telepati (komunikasi antara dua manusia yang tidak tergantung pada tempatnya) dan sudah menjadi perwujudan riil yang biasa, yang dapat dilakukan oleh siapa saja serta mendorong terbentuknya gaya hidup yang berbeda dari sebelumnya. Sehingga dengan adanya penggunaan handphone, maka lambat laun akan terjadi perubahan pola interaksi yang dulunya bertatap muka sekarang tidak, contohnya bersilaturrahmi atau berkunjung ke rumah teman, kerabat dekat maupun jauh. Sebelum adanya handphone masyarakat sering berkunjung ke rumah teman, kerabat dekat maupun jauh, saling berinteraksi dengan masyarakat lain. Tetapi dengan adanya handphone maka bersilahturrahmi dan berinteraksi ke rumah teman, kerabat dekat maupun jauh sudah jarang dilakukan karena masyarakat bisa langsung bersilahturrahmi dan berinteraksi dengan menggunakan handphone yang lebih praktis dan lebih cepat tanpa berkunjung ke rumah teman, kerabat dekat maupun jauh. Sehingga interaksi dikalangan masyarakat pun semakin berkurang dan semakin berubah mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Sebenarnya handphone mempunyai banyak manfaat seperti: untuk berkomunikasi, penyimpanan informasi, pembuat daftar pekerjaan atau perencanaan kerja, alat penghitung/kalkulator (untuk menghitung nominal). Tetapi penggunaan handphone pun juga ada dampaknya seperti perubahan pola interaksi, gaya hidup, menyontek. Sehingga handphone yang sebelumnya mempunyai manfaat yang positif berubah menjadi negatif.

      

1 Indah F. Utari, Pengaruh Teknologi Komunikasi Terhadap Interaksi Manusia (Medan: Universitas

(11)

 

Pada dasarnya, komunikasi adalah transmisi dari satu orang ke satu orang, dimana pengirim maupun penerimanya spesifik. Komunikasi ini adalah bentuk transmisi yang paling klasik dalam sejarah umat manusia. Baru kemudian ketika manusia mulai mengenal logos (ilmu pengetahuan), dimulai dari lahirnya pemikiran-pemikiran yang menolak mistik sebagai pertanda lahirnya logos, segala jenis transmisi, termasuk sistem pos berkuda, telegraf, telepon, teleks, faksimile, pos elektronis (e-mail), telepon video, penyeranta, dan telepon bergerak sampai dengan telepon video bergerak (seluler 3G) internet mulai ditemukan dan diperkenalkan di masyarakat.

Perkembangan teknologi komunikasi berkembang bagitu pesat. Negara-negara Asia, seperti Korea Selatan dan Cina telah sangat maju dalam penemuan baru di bidang teknologi komunikasi mengungguli Jepang, Amerika, dan beberapa negara Eropa. Korea Selatan bahkan pada tahun 2005 memperoleh julukan bangsa penemu oleh beberapa media massa.2

Pada mulanya telepon seluler dibuat untuk memudahkan orang berkomunikasi dari mana saja, namun ketika masyarakat yang bergerak cepat karena dapat menggunakan teknologi komunikasi yang begitu mudah, menyebabkan masyarakat semakin jauh secara emosional. Keinginan kembali melakukan komunikasi yang lebih berkualitas disebabkan karena mutasi manusia yang semakin luas itu menyebabkan masyarakat membutuhkan telepon seluler tersedia video yang dapat menghadirkan gambar-gambar. Dengan kemajuan teknologi komunikasi masyarakat dapat lebih banyak mengenal lagi tipe teknologi komunikasi, bahkan telepon seluler video yang

      

(12)

 

digunakan banyak orang sekarang ini dapat mentransmisikan enam media yaitu: teks, grafik, suara, musik, animasi dan video, dimana saja.

Perkembangan berikutnya, telepon seluler tidak saja berfungsi sebagai teknologi komunikasi, namun juga menjadi multimedia yang dapat menyediakan segala macam

kebutuhan, baik sebagai media penyimpanan, media processing maupun sebagai

media penyiaran yang dapat secara real-time berfungsi sebagaimana media transmisi. Saat ini, dengan kemampuan telepon seluler 3G, konsep telepon seluler telah menghancurkan konsep-konsep media massa yang serba statis, karena seseorang dengan telepon selulernya telah dapat menyiarkan sebuah pemberitaan kepada semua orang yang memiliki telepon seluler.3

Manusia adalah makhluk yang mempunyai sifat sosial. Sehingga dengan begitu manusia akan membutuhkan komunikasi dengan satu individu dengan individu lainnya. Selain itu, manusia juga mempunyai akal dan pikiran untuk berfikir. Oleh karena itu, dari kedua aspek tersebut, digabungkan menjadi satu dan menjadilah sebuah teknologi komunikasi.

Dalam konteks TIK (teknologi informasi dan komunikasi) atau ICT (information and communication technology), teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Tetapi jika kedua jenis teknologi tersebut definisinya terpisah, keduanya memiliki definisi yang berbeda. Maka dapat didefinisikan bahwa teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

      

(13)

 

penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke yang lain.

Di era yang maju sangat pesat ini, banyak sekali macam perangkat atau alat yang dapat digunakan sebagai komunikasi. Banyak teknologi komunikasi yang berkembang dengan cepat dengan dukungan teknologi yang ada saat ini. Banyak sekali contoh media komunikasi yang berperan dalam kehidupan manusia, seperti internet, handphone, maupun gadget seperti smartphone dan sebagainya.4

Bentuk-bentuk teknologi komunikasi menurut Kadir dan Triwahyuni mencakup telepon, radio, dan televisi. Bentuk-bentuk teknologi komunikasi ditampilkan dalam tingkat antarpesona, kelompok, organisasional, dan public. Pada tingkat kelompok yaitu konferensi telepon, telekomunikasi computer, dan surat elektronik. Pada tingkat organisasional yaitu intercom, konferensi telepon, surat elektronik, manajemen dengan bantuan computer, sistem informasi, dan faksimili. Sedangkan pada tingkat public yaitu televisi, radio, film, video tape, videodisk, TV kabel, TV satelit langsung, video dengan teks, teleteks, dan sistem informasi digital.

Pada saat ini telepon merupakan alat komunikasi yang banyak ditemukan dalam dunia bisnis. Bahkan setiap hari sekitar lebih dari 500 juta panggilan telepon dilakukan diseluruh dunia.5 Menurut Gouzali Saydam, istilah telepon pada awalnya merupakan suara dari jarak jauh. Selain itu keberadaan telepon itu sendiri dibagi menjadi dua, telepon biasa (fix telephone) dan telepon bergerak.

      

4 Indah F. Utari, Pengaruh Teknologi Komunikasi Terhadap Interaksi Manusia (Medan: Universitas

Sumatera Utara, 2013).

5 Doc Morey, Phone Power: Meningkatkan Keefektifan Berkomunikasi di Telepon (Jakarta: PT

(14)

 

Ponsel atau biasa disebut handphone merupakan telepon yang termasuk dalam sambungan telepon bergerak, dimana yang menghubungkan antar sesama ponsel tersebut adalah gelombang-gelombang radio yang dilewatkan dari pesawat ke BTS (Base Tranceiver Station) dan MSC (Mobile Switching Center) yang bertebaran di sepanjang jalur perhubungan kemudian diteruskan ke pesawat yang dipanggil.

Ponsel merupakan bentuk yang dianggap paling fenomenal dan juga unik. Dalam pemakaian ponsel, besarnya tagihan bergantung pada lama waktu percakapan serta jarak atau zona jangkau (SLJJ) percakapan yang telah dilakukan dalam percakapan. Terdapat tiga hal penting mengenai biaya yang dikeluarkan bagi pelanggan ponsel, yaitu biaya airtime, biaya bulanan, dan biaya pulsa atau pemakaian.6

Semakin maraknya penggunaan ponsel saat ini, muncul ide untuk menciptakan kebergantungan pemilik ponsel tersebut pada kartu telepon prabayar (voucher). Perkembangan produk kartu prabayar dalam waktu yang singkat dapat menyaingi penggunaan sistem abonemen (pascabayar). Salah satu yang paling menarik pada prabayar adalah layanan transfer pulsa. Layanan ini menyediakan solusi bagi para pengguna prabayar yang membutuhkan pulsa dalam waktu cepat atau berada dalam keadaan darurat serta kesulitan mencari pulsa isi ulang.

Sekarang ini terdapat beberapa orang yang menggunakan dua ponsel, dimana satu pada umumnya merupakan ponsel CDMA. Kartu-kartu CDMA ini antara lain StarOne, Esia, Flexi, dan Fren. Para pemakai ponsel yang menggunakan kartu prabayar biasanya digolongkan pada konsumen “konsumen kelas dua”, sedangkan “konsumen kelas satu” di mata operator penyelenggara ponsel adalah mereka yang menjadi pelanggan tetap jaringan ponsel.

      

6 Abdul Kadir & Triwahyuni Terra CH, Pengenalan Teknologi Informasi (Yogyakarta: Penerbit Andi

(15)

 

Kemajuan teknologi pada hakikatnya merupakan suatu hal positif yang menghasilkan banyak manfaat. Mempermudah setiap aktifitas manusia, tidak hanya tentang efisiensi jarak, waktu, dan biaya, tapi juga berbagai kemudahan lainnya. Teknologi yang kian hari kian canggih pun pada perkembangannya menciptakan berbagai varian baru produk-produk teknologi, seperti handphone atau ponsel.

Handphone atau ponsel bukan lagi menjadi alat komunikasi belaka, tapi juga alat pembantu pekerjaan manusia lain dalam bidang apapun. Apalagi dengan lahirnya smartphone, ponsel cerdas yang bisa melakukan apa saja sesuai keinginan para penggunanya. Handphone atau ponsel menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tangan manusia zaman sekarang. Namun, ada satu sisi bahaya handphone (ponsel) yang perlu diketahui.

Orang-orang yang sudah menggunakan handphone (ponsel) akan merasa tidak nyaman jika tidak berada didekat handphone-nya. Banyak penelitian yang sudah melakukan percobaan terhadap para responder untuk tidak bersama handphone-nya dalam rentan waktu tertentu. Hasilnya, mereka akan gelisah, tidak tenang, dan bahkan seperti kehilangan sesuatu yang paling berharga lainnya.

(16)

 

dengan orang lain di dunia nyata. Dengan demikian, social space akan menyempit dan digusur dengan individual space tersebut.7

B. Rumusan Masalah

Ada dua rumusan masalahyang dapat diambil dari latar belakang diatas yaitu:

1. Bagaimana dampak dari penggunaan handphone dan perubahan pola

interaksi bagi masyarakat Wonocolo?

2. Mengapa terjadi perubahan pola interaksi setelah menggunakan handphone

bagi masyarakat Wonocolo? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas ada dua tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini yaitu:

1. Untuk mengetahui dampak dari penggunaan handphone dan perubahan pola

interaksi di masyarakat Wonocolo.

2. Untuk mengetahui sebab perubahan pola interaksi setelah menggunakan

handphone di masyarakat Wonocolo. D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas ada dua manfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini yaitu:

1. Memberikan informasi terhadap masyarakat tentang pengaruh penggunaan

handphone terhadap lingkungan mereka saat ini.

2. Sebagai bahan informasi atau memperdalam pemahaman tentang penggunaan

handphone dan fitur apa saja di dalamnya sehingga dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan tanpa menimbulkan efek negatif para penggunanya.

E. DEFINISI KONSEPTUAL

      

(17)

 

1. Pengertian Handphone

Handphone adalah media komunikasi modern yang bermanfaat kepada umat

manusia. 8 Namun akhir-akhir ini, handphone berkembang ke arah yang

mencemaskan. Pertama, kuantitas handphone berkembang dalam jumlah yang sangat

besar seirama dengan produsen-produsen handphone memproduksi handphone murah yang masa penggunaannya terbatas sehingga diperkirakan akan menjadi limbah yang mengkhawatirkan di dunia. Di indonesia, handphone sampah ini selain diproduksi sendiri dari limbah masyarakat juga dimasukkan melalui singapura dan malaysia yang masih dapat dijual kembali ke masyarakat indonesia dengan masa pakai sekitar satu tahun.

Kedua, handphone berkembang ke arah disfungsi sosial, dimana penggunaan handphone dapat merusak sendi-sendi hubungan sosial masyarakat. Seperti umpamanya handphone dipakai sebagai alat pemantik bom yang dapat meneror masyarakat. Dengan menggunakan sms pun dapat digunakan untuk meneror anggota masyarakat lain, termasuk pula melalui handphone juga dapat melakukan penipuan, perampokan bank, dan sebagainya.

Handphone dapat pula digunakan sebagai media komunikasi dan informasi, namun di masyarakat handphone juga dapat digunakan sebagai media “ selingkuh”, membohongi orang lain, membohongi suami atau istri, mahasiswa dapat menggunakan handphone untuk menyontek di kelas atau menjoki ujian orang lain.

Di dunia pelacuran, handphone digunakan sebagai sarana informasi dan media penawaran jasa pelacuran. Dulu pelacur hanya dapat menggunakan radio panggil yang masih sangat terbatas, namun hari ini mereka dapat memanfaatkan teknologi ini untuk

      

(18)

 

menjual jasa pelacuran mereka. Termasuk pula para sindikat, maling, perampok, penipu, dan sebagainya juga menggunakan media handphone ini untuk melaksanakan niat-niat dan praktik kriminal mereka di masyarakat.9

Pada masyarakat indonesia yang sedang euforia bersama handphone, kadang kala penggunaan handphone yang tidak sesuai dengan fungsinya malah menimbulkan berbagai persoalan beberapa contoh umpamanya:

a. Menggunakan handphone ketika mengendarai kendaraan bermotor sangat

berisiko mencederai diri sendiri dan orang lain. Karena ber-sms atau menerima telepon saat berkendaraan akan mengurangi konsentrasi pengendara serta mengurangi keterampilan pengendara itu sendiri. Apabila hal ini dilakukan, maka sangat berbahaya karena seringkali terjadi kecelakaan di jalan raya karena pengendara menggunakan telepon sambil menyetir sepeda motor atau mobil. Di beberapa negara perilaku ini menjadi objek pelanggaran hukum, namun di indonesia perilaku ini sudah biasa.

b. Handphone seringkali mengganggu suatu forum rapat, majelis ta’lim,

suasana belajar di kelas, bahkan suasana ibadah di tempat ibadah, karena seringkali peserta rapat atau majelis ta’lim menerima atau menggunakan telepon disaat ia berada di dalam forum-forum itu. Seringkali pula mahasiswa ber sms ria di kelas saat kuliah sedang berlangsung sehingga mengganggu konsentrasinya.10

c. Handphone kadangkala menjadi media yang digunakan untuk hal-hal yang

tidak layak digunakan, seperti menggunakan handphone untuk menipu, meneror orang, memarahi orang, menghasut orang, memfitnah orang, dan

      

(19)

 

sebagainya. Menggunakan handphone untuk memfitnah dan meneror masyarakat adalah tindakan kriminal yang dapat dijerat oleh hukum.

Sering pula handphone digunakan untuk berselingkuh, hal ini disebabkan karena berkirim sms seseorang lebih leluasa menyampaikan apa saja tanpa harus kontak langsung dengan orang lain. Sifat seorang yang pasif ini mengundang romantisme semu di dalam berkomunikasi. Romantisme ini terus berkembang apabila kedua pihak terus menerus ber sms. Jadi, pesan singkat akan menjadi pesan panjang lebar yang bermakna menggiring perbincangan satu fokus tertentu apabila kedua belah pihak terus saja ber sms, terus saja mencurahkan isi hati satu dan lainnya sampai pada titik dimana kduanya sangat akrab, saling terbuka, saling memahami, dan saling menyukai satu dan lainnya.

d. Penggunaan handphone yang berlebihan akan meningkatkan pembelian

pulsa, hal ini menyebabkan seseorang sangat boros karena terbiasa bicara panjang lebar di handphone atau mengirim SMS berbaris-baris. Saat ini diperkirakan penggunaan pulsa handphone melebihi anggaran perokok mengonsumsikan tembakau perhari sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan dasar riil keluarga setiap hari. Tentu hal ini berdampak pula pada kemampuan dan kemauan orang tua membelanjakan uang mereka kepada investasi pendidikan anak-anak mereka, karena biaya hidup keluarga terkuras habis untuk membeli pulsa.11

Handphone adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat

dibawa kemana-mana (portabel/mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan

      

(20)

 

jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel;wireless). Saat ini, indonesia

mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu sistem GSM (Global System for

Mobile Telecommunications) dan sistem CDMA (Code Division Multiple Access). Badan yang mengatur telekomunikasi seluler indonesia adalah Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI).

Selain itu, pengertian handphone dapat didefinisikan sebagai sebuah alat elektronik yang digunakan untuk telekomunikasi radio dua arah melalui jaringan seluler dari BTS yang dikenal sebagai situs sel. Ponsel berbeda dari telepon tanpa kabel, yang hanya menawarkan layanan telepon dalam jangkauan terbatas melalui stasiun pangkalan tunggal menempel pada garis tanah tetap, misalnya di dalam rumah atau kantor.12

Ponsel atau biasa juga disebut handphone merupakan telepon yang termasuk dalam sambungan telepon bergerak, dimana yang menghubungkan antar sesama ponsel tersebut adalah gelombang-gelombang radio yang dilewatkan dari pesawat ke BTS (Base Tranceiver Station) dan MSC (Mobile Switching Center) yang bertebaran di sepanjang jalur perhubungan kemudian diteruskan ke pesawat yang di panggil.

Ponsel atau handphone merupakan bentuk yang dianggap paling fenomenal dan juga unik. Dalam, pemakaian ponsel, besarnya tagihan bergantung pada lama waktu percakapan serta jarak atau zona jangkau (SLJJ) percakapan yang telah dilakukan dalam percakapan. Terdapat tiga hal penting mengenai biaya yang dikeluarkan bagi pelanggan ponsel, yaitu biaya airtime, biaya bulanan, dan biaya pulsa atau pemakaian.13

      

12 http://id.wikipedia.org/wiki/Telepon_genggam.. Diakses pada tgl 29 November 2014.

(21)

 

2. Pengertian Perubahan

Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara

kelompok-kelompok dalam masyarakat.14

Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.

Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyarakat untuk meninggalkan unsur-unsur budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih menggunakan unsur-unsur budaya dan sistem sosial yang baru. Perubahan sosial dipandang sebagai konsep yang serba mencakup seluruh kehidupan masyarakat baik pada tingkat individual, kelompok, masyarakat, negara, dan dunia yang mengalami perubahan. Perubahan budaya materi menyangkut perubahan artefak budaya yang digunakan oleh masyarakat, seperti model pakaian, karya fotografi, karya film, teknologi, dan sebagainya yang terus berubah dari waktu ke waktu menyesuaikan kebutuhan masyarakat.15

Perubahan sosial merupakan bagian dari gejala kehidupan sosial, sehingga perubahan sosial merupakan gejala sosial yang normal. Perubahan sosial tidak dapat

      

Yogyakarta, 2003).

14 Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta: Lembaga Penerbitan

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1974), 23.

(22)

 

dipandang hanya dari satu sisi, sebab perubahan ini mengakibatkan perubahan di sektor-sektor lain. Ini berarti perubahan sosial selalu menjalar ke berbagai bidang-bidang lainnya.

Gejala perubahan itu dapat dilihat dari sistem nilai maupun norma yang pada suatu saat berlaku akan tetapi di saat lain tidak berlaku, atau suatu peradaban yang sudah tidak sesuai dengan peradaban pada masa kini. Suatu contoh perubahan di bidang telekomunikasi yaitu penemuan pesawat telepon genggam, sehingga orang dapat menyampaikan pesan dengan cara mudah baik melalui pesan berbicara maupun pesan singkat lewat SMS. Pengaruh ini akan menjalar kepada penurunan fungsi kantor pos yang sebelumnya memegang peranan penting untuk mengantar surat hingga ke tempat tujuan. Contoh lainnya yaitu perubahan di bidang elektronika yang membawa pengaruh besar kepada sistem pengiriman uang. Setelah sebelumnya pengiriman uang dilakukan melalui wesel, maka saat ini orang bisa mengirimkan uang melalui ATM dan diterima dengan cepat dan mudah.

Para sosiolog saling berbeda pendapat tentang batasan perubahan sosial. Untuk membatasinya akan dikutip definisi dari para sosiolog diantaranya:16

1. William Ogburn menyatakan batasan ruang lingkup perubahan sosial,

mencakup unsur-unsur kebudayaan baik yang bersifat materiil maupun yang

tidak bersifat material (immaterial) dengan menekankan pengaruh yang

besar dari unsur-unsur kebudayaan yang materiil terhadap unsur-unsur immateril.

2. Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan

      

16 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

(23)

 

yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalistis, menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan yang kemudian menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi politik. 3. Gillin dan Gillin mengartikan perubahan sosial sebagai, suatu variasi dari

cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi maupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut.

4. Selo Soemardjan menyatakan perubahan sosial adalah, segala perubahan

pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

5. Hans Garth dan C. Wright Mills mendefinisikan perubahan sosial adalah,

apapun yang terjadi (kemunculan, perkembangan, dan kemunduran), dalam kurun waktu tertentu terhadap peran, lembaga, atau tatanan yang meliputi struktur sosial.

6. Samel Koenig menunjuk, pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam

pola-pola kehidupan manusia.17

MacIver lebih suka membedakan antara utilitarian elements dengan cultural elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam kedua

      

17 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

(24)

 

kategori tersebut diatas. Sebuah mesin ketik, alat pencetak, atau sistem keuangan, merupakan utilitarian elements, karena benda-benda tersebut tidak langsung memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, tetapi dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Utilitarian elements disebutnya civilization. Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya, termasuk di dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat material. Pesawat telepon, jalan kereta api, sekolah, hukum dan seterusnya dimasukkan ke dalam golongan tersebut.

Culture menurut macIver adalah ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama, rekreasi dan hiburan. Sebuah potret, novel, drama, film, permainan, filsafat dan sebagainya, termasuk culture, karena hal-hal itu secara langsung memenuhi kebutuhan manusia. Dengan pernyataannya itu, macIver mengeluarkan unsur material dari ruang lingkup culture. Perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.18

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada

      

18 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

(25)

 

masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan.

Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat pada umumnya menyangkut hal yang kompleks. Oleh karena itu Alvin L. Bertrand menyatakan bahwa perubahan sosial pada dasarnya tidak dapat diterangkan oleh dan berpegang teguh pada faktor yang tunggal. Menurut Robin Williams, bahwa pendapat dari faham diterminisme monofaktor kini sudah ketinggalan zaman, dan ilmu sosiologi modern tidak akan menggunakan interpretasi-interpretasi sepihak yang mengatakan bahwa perubahan itu hanya disebabkan oleh satu faktor saja.

Jadi jelaslah, bahwa perubahan yang terjadi pada masyarakat tersebut disebabkan oleh banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi. Karenanya perubahan yang terjadi di dalam masyarakat itu dikatakan berkaitan dengan hal yang kompleks. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakatyang mencakup perubahan dalam aspek-aspek struktur dari suatu masyarakat, ataupun karena terjadinya perubahan dari faktor lingkungan, karena berubahnya komposisi penduduk, keadaan geografis, serta berubahnya sistem hubungan sosial, maupun perubahan pada lembaga kemasyarakatannya.19

3. Pola Interaksi

Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Ada beberapa pengertian interaksi sosial menurut para

      

(26)

 

ahli, diantaranya: Menurut H. Booner dalam bukunya, Sosial Psycholog, yang menyatakan bahwa: “interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu lain atau sebaliknya”. Menurut Gillin and Gillin yang menyatakan bahwa “interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok orang, dan orang perorang dengan kelompok.20

Dalam kamus bahsa Indonesia, pola artinya adalah “gambar, corak, model, sistem, cara kerja, bentuk, dan struktur.21 Sedangkan interaksi artinya hal yang saling

melakukan aksi, berhubungan, memengaruhi, dan antar hubungan.22 Apabila kata

tersebut dikaitkan dengan interaksi maka dapat diartikan pola interaksi adalah bentuk dasar cara komunikasi individu dengan individu atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan individu dengan memberikan timbal balik antara pihak satu dengan yang lain dengan maksud atau hal-hal tertentu guna mencapai tujuan.

Interaksi sosial merupakan hubungan antarmanusia yang sifat dari hubungan tersebut adalah dinamis artinya hubungan itu tidak statis, selalu mengalami dinamika. Kemungkinan yang muncul ketika satu manusia berhubungan dengan manusia lainnya adalah;

 Hubungan antara individu satu dan individu lain;

 Individu dan kelompok; atau

 Kelompok dan kelompok.

      

20 Elly M. Setiadi, dkk, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007),

90-91.

21 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Bahasa (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2008), 1088.

(27)

 

Interaksi sosial terjadi jika dua orang bertemu, kemudian ia saling menegur sapa, berjabat tangan, saling berbicara, bahkan sampai terjadi perkelahian, pertengkaran, dan sebagainya. Dari peristiwa tersebut terdapat dua pihak dimana salah satu pihak memberikan aksinya kemudian pihak lainnya memberikan respons (reaksi) terhadap aksi tersebut, maka dari sinilah kegiatan antara aksi dan reaksi dimulai. Kegiatan manusia dimana salah satu pihak memberikan aksinya dan di pihak lain meresponsnya atau memberikan reaksi, maka kegiatan itu disebut interaksi. Interaksi sendiri sebenarnya berasal dari kata “antar” dan “aksi” yaitu aksi dan reaksi.

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi terjadi antara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.23

Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih nyata ketika terjadi benturan antara kepentingan perorangan dan kepentingan kelompok. Jika antarkelompok terdapat kesamaan-kesamaan tertentu, maka akan terjadi kerja sama antarkelompok sosial, sebaliknya jika di antara kelompok-kelompok terdapat beberapa perbedaan, maka kemungkinan akan terjadi konflik antarkelompok sosial. Interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak jika terjadi reaksi terhadap dua belah pihak. Interaksi sosial tak akan mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem sarafnya, sebagai akibat hubungan termaksud.

      

23 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

(28)

 

Interaksi sosial merupakan kegiatan manusia dan manusia, bukan manusia dan benda mati, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian, selama aksi dan reaksi tersebut tidak terjadi antara manusia dan manusia, maka aktivitas tersebut bukan interaksi sosial. Seseorang memukul bangku, atau merobohkan pagar di depan gedung DPR pada saat sedang melakukan aksi demontrasi, bukan interaksi sosial. Maka, indikator (tolok ukur) dari interaksi sosial adalah adanya aksi dan reaksi, walaupun dua orang saling bertemu tersebut tidak saling berbicara, atau saling menegur, atau saling berjabat tangan atau tidak tukar-menukar tanda. Interaksi sosial juga terjadi walaupun dua orang saling bertemu tersebut tidak saling berbicara atau tukar-menukar informasi.24

Dengan tolok ukur tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadinya interaksi sosial adalah adanya kesadaraan masing-masing pihak sehingga dari kesadaraan tersebut menyebabkan adanya perubahan-perubahan di antara mereka seperti reaksi terhadap bau keringat, bau parfum atau kesan tentang di luar dirinya terhadap orang lain. Dengan adanya pihak lain di luar dirinya, manusia sadar tentang apa yang boleh diperbuat atau yang tidak boleh diperbuat berkenaan dengan orang lain. Misalnya berbicara yang jorok, kotor, dan sebagainya yang dapat menyinggung perasaan orang yang sedang lewat.

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan yang dinamis antara individu dan individu, antara individu dan kelompok atau antara kelompok dan kelompok dalam bentuk kerja sama, persaingan maupun pertikaian. Dari batasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan yang tertata dalam bentuk tindakan-tindakan yang

      

24 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

(29)

 

didasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Jika interaksi sosial yang terjadi tetap mendasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku maka interaksi dapat dikatakan norma, atau sebaliknya jika interaksi sosial sudah tidak mendasarkan diri pada nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat maka interaksi sosial dapat dikatakan tidak normal.25

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain: faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Apabila masing-masing ditinjau secara lebih mendalam, maka faktor imitasi misalnya, mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yag berlaku. Namun demikian, imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif dimana misalnya, yang ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang. Kecuali daripada itu, imitasi juga dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang.

Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Jadi proses ini sebenarnya hampir sama dengan imitasi akan tetapi titik-tolaknya berbeda. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda oleh emosi, hal mana menghambat daya berpikirnya secara rasional.

Mungkin proses sugesti terjadi apabila orang yang memberikan pandangan adalah orang yang berwibawa atau mungkin karena sifatnya yang otoriter. Kiranya

      

25 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

(30)

 

mungkin pula bahwa sugesti terjadi oleh sebab yang memberikan pandangan atau sikap merupakan bagian terbesar dari kelompok yang bersangkutan, atau masyarakat.26

Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, oleh karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan disengaja oleh karena seringkali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya. Walaupun dapat berlangsung dengan sendirinya, proses identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan dimana seseorang yang beridentifikasi benar-benar mengenal pihak lain (yang menjadi idealnya), sehingga pandangan, sikap maupun kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain tadi dapat melembaga dan bahkan menjiwainya. Nyatalah bahwa berlangsungnya identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam ketimbang proses imitasi dan sugesti walaupun ada kemungkinan bahwa pada mulanya proses identifikasi diawali oleh imitasi dan atau sugesti.

Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Inilah perbedaan utamanya dengan identifikasi yang didorong oleh keinginan untuk belajar dari pihak lain yang dianggap kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati karena mempunyai

      

26 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

(31)

 

kelebihan-kelebihan atau kemampuan-kemampuan tertentu yang patut dijadikan contoh.

Hal-hal tersebut di atas merupakan faktor-faktor minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial, walaupun di dalam kenyataannya proses tadi memang sangat kompleks, sehingga kadang-kadang sulit mengadakan pembedaan tegas antara faktor-faktor tersebut. Akan tetapi dapatlah dikatakan bahwa imitasi dan sugesti terjadi lebih cepat, walau pengaruhnya kurang mendalam bila dibandingkan dengan identifikasi dan simpati yang secara relatif agak lebih lambat proses berlangsungnya.27

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:

a. Adanya kontak sosial (social-contact).

Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya

bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, oleh karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti misalnya, dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut. Apabila dengan perkembangan teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu dengan lainnya melalui telepon, telegrap, radio, surat, dan seterusnya, yang tidak memerlukan suatu hubungan badaniah. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak. Maka kontak merupakan tahap pertama dari terjadinya “kontak” antara

      

27 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

(32)

 

pasukan kita dengan pasukan musuh. Berita tadi berarti bahwa masing-masing telah mengetahui dan sadar akan kedudukan masing-masing, dan siap untuk bertempur (yang biasanya disebut “kontak bersenjata”).28

b. Adanya komunikasi.

Arti penting dari komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Apabila seorang gadis, misalnya, menerima seikat bunga, dia akan memandang dan mencium bunga-bunga tersebut; akan tetapi perhatian pertamanya adalah pada siapa yang mengirimkan bunga-bunga tersebut, dan apa yang menyebabkannya dia mengirimkannya. Apabila gadis yang bersangkutan tak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka dia pun tak akan tahu mengenai apa yang akan dilakukannya, dan selama itu juga belum terjadi suatu komunikasi. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok manusia atau orang perseorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya. Suatu kontak dapat terjadi tanpa komunikasi, misalnya, apabila seorang Indonesia bertemu dan berjabat tangan dengan seorang Jerman, lalu dia bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia dengan orang Jerman tersebut padahal yang terakhir sama sekali tak mengerti bahasa Indonesia. Dalam contoh tersebut, kontak sebagai syarat pertama telah terjadi, akan tetapi komunikasi tak terjadi

      

28 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

(33)

 

(karena kedua orang itu tak mengerti perasaan masing-masing). Sehingga interaksi sosial pun tak terjadi. Dengan demikian apabila dihubungkan dengan interaksi sosial, kontak tanpa komunikasi, tidak mempunyai arti apa-apa.29

F. TELAAH PUSTAKA

Penelitian terdahulu:

1. Handphone dan perubahan pola interaksi (Studi Kasus Remaja Kelurahan

Murante Kota Palopo) tahun 2012. Perbedaannya:

a. Dari lokasi penelitian.

b. Dari wawancara.

c. Dari sumber informan.

2. Pengaruh handphone terhadap pola interaksi sosial remaja (Studi Kasus

Remaja SMUN 1 Surabaya) tahun 2010. Perbedaannya:

a. Dari lokasi penelitian.

b. Dari wawancara.

c. Dari sumber informan.

G. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan menjelaskan. Yang mengarah pada

      

29 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

(34)

 

penyimpulan. Penelitian kualitatif bersifat induktif, 30 peneliti membiarkan

permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif, yaitu penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, entografi, interaksionis simbolik, perspektif ke dalam, etnometodologi, “the Chicago School”, fenomenologis, studi kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.31

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah studi kasus. Studi kasus adalah merupakan salah satu jenis strategi dalam penelitian qualitative. Menurut

      

30 Kamus Besar Bahasa Indonesia.

(35)

 

John W. Creswell mengatakan bahwa studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan

berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.32

Penelitian kasus atau studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.33

Studi kasus pada intinya adalah meneliti kehidupan satu atau beberapa komunitas, organisasi atau perorangan yang dijadikan unit analisis, dengan menggunakan pendekatan kualitatif.34

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan satu bulan, mulai dari tanggal 28 Maret sampai 28 April 2016 dan tempat lokasi penelitian di masyarakat Kelurahan Jemur Wonosari Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya.

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Subyek penelitian nya adalah masyarakat di Kelurahan Jemur Wonosari Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya sebagai subyek penelitian yang membantu dalam pengumpulan data. Karena Kecamatan Wonocolo mempunyai lima Kelurahan,

      

32 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan Mixed (Bandung:

Pustaka Pelajar, 2008), 19.

33 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rieneka Cipta, 2010),

120.

(36)

 

jadi saya memilih salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Wonocolo dan saya memilih serta meneliti di masyarakat Kelurahan Jemur Wonosari Kecamatan Wonocolo sebagai subyek penelitian saya. Berikut nama-nama informan yang ikut dalam penelitian:

1. Erfan, umur 35.

2. M. Ridwan, umur 40.

3. M. Arief, umur 36.

4. Anita Rahma, umur 25.

5. M. Ilham, umur 28.

6. Soni, umur 42.

7. Anisa, umur 24.

8. M. Ali, umur 42.

9. Hamdani, umur 35.

10. Supriono, 46. 11. Ika. F., umur 32.

12. Bagus, umur 24.

13. Iffah, umur 23.

14. Vanny, umur 12.

15. Reno, umur 11

4. Tahap-Tahap Penelitian

(37)

 

dan tahap-tahap penelitian kuantitatif. Berikut tahap-tahap penelitian kualitatif yang dapat saya susun:

1. Membuat rumusan masalah

2. Menentukan setting dan subyek penelitian

3. Observasi

4. Wawancara (menentukan target yang di wawancarai)

5. Membuat dokumentasi

6. Pengumpulan data, pengolahan data, analisis data

7. Penyajian data

8. Membuat laporan (skripsi)

5. Teknik Pengumpulan Data

Observasi : merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden ( wawancara dan angket ) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.

Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan dengan systematis fenomena-fenomena yang diselidiki.35 Dalam penelitian ini, teknik observasi bersifat partisipan, yaitu pengamatan bagian dalam yang dilakukan oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan diobservasi.36

Di pagi hari masyarakat Wonocolo sangat sibuk dengan pekerjaan dan kegiatan di rumah masing-masing. Banyak para ibu-ibu berjalan menuju tempat belanja dan setelah saya amati mereka jarang sekali bertegur sapa, bercengkrama,

      

35 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid II (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), 136.

(38)

 

bersilahturrahmi dan hanya sedikit yang bertegur sapa. Banyak para anak-anak dan remaja berangkat ke sekolah, sedangkan para laki-laki sedang bersiap-siap pergi menuju ke kantor. Setelah mereka selesai kegiatan di luar rumah mereka langsung pulang menuju ke rumah, dan setelah itu mereka masuk ke rumah dan jarang sekali pintu rumah terbuka. Begitupun dengan hari berikutnya dan seolah-olah mereka sangat sibuk sendiri dan tidak ada waktu untuk berinteraksi dan bersosialisasi. Saat mereka libur pun, mereka lebih mengutak-atik dan mementingkan handphone daripada berinteraksi dan bersosialisasi dengan tetangga saat mereka lagi bersantai di depan rumah. Mereka hanya terlalu sibuk dengan handphone mereka masing-masing.

Saat sedang berinteraksi dengan orang lain mereka tidak bisa jauh dari handphone, mereka tetap mengoperasikan handphone walaupun mereka sedang berbicara dengan dengan orang lain. Sedangkan orang yang berbicara merasa sangat risih, kesal, jengkel, merasa tidak diperhatikan, merasa diabaikan, maupun merasa tidak dihormati. Kurangnya berinteraksi dan bersosialisasi mengakibatkan adanya pertengkaran, timbul adanya rasa iri antar masyarakat dengan masyarakat lain. Pada saat saya mengamati situasi dan kondisi di sekitar lingkungan masyarakat Wonocolo, saya melihat banyak anak kecil yang sedang bermain handphone. Anak kecil di bawah umur seperti TK, SD pun sudah bisa bermain handphone dan rata-rata handphone yang mereka pakai sangatlah bagus dan bermerk.

(39)

 

masyarakat Wonocolo jarang sekali ada kegiatan yang berhubungan dengan sosialisasi dan interaksi seperti kerja bakti. Bahkan berkumpul, bersenda gurau dan bersantai dengan masyarakat lain pun jarang sekali terjadi. Kalau mereka ingin bersilahturrahmi, mereka hanya tinggal mengirim pesan lewat handphone. Bagi mereka bersilahturrahmi lewat handphone sangatlah mudah dan tidak perlu memakan waktu dan biaya yang banyak, sedangkan bersilahturrahmi ke rumah tetangga memakan waktu dan biaya. Jika bersilahturrahmi ke rumah tetangga yang jauh memerlukan waktu dan biaya cukup banyak, sedangkan ke rumah sesama tetangga tidak perlu biaya tapi memakan waktu. Bagi mereka bersilahturrahmi yang cukup simpel adalah dengan menggunakan handphone karena tidak memerlukan waktu dan biaya jika mereka terlalu sibuk. Bagi mereka handphone adalah dunia nya, mereka tidak bisa jauh dari handphone tanpa handphone mereka tidak bisa melakukan apa-apa bahkan tidak bisa berkirim pesan.

Bahkan mereka lebih memilih berinteraksi dengan menggunakan handphone daripada harus berinteraksi dan bertatap muka secara langsung karena bagi mereka itu sangat mengganggu kesibukan mereka. Dengan adanya handphone di masyarakat maka perubahan pola interaksi pun terjadi sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data, menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.37

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif yang saya susun ini, saya menggunakan teknik analisis dengan metode teknik yaitu:

      

(40)

 

1. Teknik analisis domein

Analisis domein dalam penelitian ini dapat saya lakukan terhadap data yang saya peroleh dari pengamatan melalui wawancara atau pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan yang sudah terkumpul dengan baik, sehingga saya dapat menjelaskan penelitian ini dalam bentuk penyusunan penelitian.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini saya menggunakan teknik pemeriksaan dengan metode triangulasi yaitu:

a. Triangulasi teknik.

Penggunaan triangulasi teknik ini saya lakukan bertujuan untuk menguji kredibilitas data saat saya melakukan penelitian dengan cara melakukan pengecekan data sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Contohnya seperti data yang saya peroleh dari wawancara, kemudian saya cek dengan observasi dan dokumentasi yang saya peroleh.

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

BAB I Pendahuluan, pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta metode dalam penyusunan penelitian.

(41)

 

BAB III Penyajian dan analisis data, pada bab ini membahas dan menyajikan tentang penelitian yang selama ini diteliti untuk memperoleh data serta dijelaskan dengan menggunakan analisis data dalam bentuk penyusunan penelitian.

(42)

 

BAB II

TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIS

A. Tokoh teori.

George Herbert Mead lahir di South Hadley, Massachusetts, pada tanggal 27 Februari 1863, anak dari Hiram Mead dan Elizabeth Storrs Billings. Mead terutama belajar filsafat dan penerapannya pada psikologi sosial. Ia meraih gelar sarjana muda dari Oberlin College (tempat ayahnya menjadi profesor) pada tahun 1883, dan setelah beberapa tahun mengajar SMP, surveyor perusahaan kereta api, dan tutor privat, Mead memulai kuliah pascasarjananya di Universitas Harvard pada tahun 1887. Setelah beberapa tahun belajar di Universitas Harvard, Leipzig serta Berlin, Mead ditawari menjadi pengajar di Universitas Michigan tahun 1891. Menarik untuk dicatat bahwa Mead tidak memperoleh gelar S-2. Pada tahun 1894, atas undangan John Dewey, ia pindah ke Universitas Chicago dan tetap ada disana sampai akhir hayatnya.

Selain karier ilmiahnya, Mead terlibat dalam reformasi sosial. Ia percaya bahwa ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Sebagai contoh, ia banyak terlibat sebagai penggalang dana dan pembuat kebijakan di University of Chicago Settlement House, yang diilhami oleh Hull House milik Jane Addams. Mungkin yang terpenting adalah ia memainkan peran kunci dalam penelitian sosial yang dilakukan oleh rumah tinggal tersebut.38

Meskipun boleh pensiun pada tahun 1928, ia terus mengajar atas undangan universitas dan pada musim semi tahun 1930 ia menjadi ketua jurusan filsafat. Sayangnya, ia terlibat dengan konflik tajam antara jurusan dengan rektor universitas. Pada tahun 1931 ia menulis surat pengunduran diri yang ditulis Mead dari ranjang

      

(43)

 

rumah sakit. Ia keluar dari rumah sakit pada akhir bula april, namun meninggal karena gagal jantung pada hari berikutnya.

Herbert Blumer lahir 7 Maret 1900, di St. Louis, Missouri. Ia bekarier di Fakultas Sosiologi pada Universitas Chicago tahun 1927-1952. Blumer adalah murid dari George H. Mead, yang juga mengajar di Universitas Chicago. Setelah Mead meninggal di tahun 1931, Blumer banyak mengganti posisi gurunya tersebut. Tidak heran jika gagasan Blumer banyak mengacu pada tradisi keilmuan yang telah dirintis oleh gurunya itu. Tidak main-main, waktu Blumer untuk mengembangkan gagasan Mead sampai 25 tahun. bahwa Blumer lebih banyak dipengaruhi oleh Mead dalam berbagai gagasan psikologi sosial-nya mengenai teori interaksionisme simbolik. Kendatipun demikian, seorang blumer tetap memiliki kekhasan-kekhasan dalam pemikirannya, dan terutama ia mampu membangun suatu teori dalam sosiologi yang berbeda dengan “gurunya”, Mead. Pemikiran blumer pada akhirnya memiliki pengaruh yang cukup luas dalam berbagai riset sosiologi. Bahkan blumer pun berhasil mengembangkan teori ini sampai pada tingkat metode yang cukup rinci.

B. Teori.

(44)

 

manusia tidak bisa diselenggarakan di dalam cara yang sama dari ketika studi tentang benda mati.39

Istilah teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dalam lingkup sosiologi, sebenarnya ide ini telah dikemukakan oleh George Herbert Mead (guru Blumer) yang kemudian dimodifikai oleh Blumer untuk tujuan tertentu. Karakteristik dasar ide ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Masyarakat dan diri dipandang sebagai proses, yang bukan struktur untuk membekukan proses adalah untuk menghilangkan inti sari hubungan sosial. Masyarakat dan diri dipandang sebagai proses, yang bukan struktur untuk membekukan proses adalah untuk menghilangkan inti sari hubungan sosial.

Interaksionisme simbolik lahir dari tradisi filsafat pragmatisme Amerika, pendekatan yang pada akhir abad ke-19 dielaborasi oleh Charles Pierce, William

Jamel, dan John Dewey. Para pimikir ini menentang asumsi world-view mekanistik

dan asumsi dualistik rasionalisme klasik, filsafat yang berkuasa di masa mereka. Tidak seperti kaum rasonalis, mereka melihat realitas itu dinamis, individu adalah

knower aktif, maka (meanings) terkait dengan perspektif-perspektif dan tindakan sosial, serta pengetahuan adalah daya instrumental yang memungkinkan orang

memecahkan masalah dan menata ulang dunia.40

Menurut pandangan Mead, psikologi sosial tradisional diawali oleh psikologi individu dalam upayanya menjelaskan pengalaman sosial; sebaliknya Mead selalu memberikan prioritas pada dunia sosial dalam memahami pengalaman sosial. Bagi

      

39 Margaret M. Polama, Sosiologi Kontemporer (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1984).

(45)

 

Mead, keseluruhan kehidupan sosial mendahului pikiran individu secara logis maupun temporer. Seperti yang akan kita lihat nanti, menurut Mead, individu yang berpikir dan sadar diri tidak mungkin ada sebelum kelompok sosial. Kelompok sosial hadir terlebih dahulu, dan dia mengarah pada perkembangan kondisi mental sadar diri.

Mead memandang perbuatan sebagai “unit paling inti” dalam teorinya.dalam menganalisis perbuatan, Mead sangat dekat dengan pendekatan behavioris dan memusatkan perhatiannya pada stimulus dan respon. Namun, dalam hal ini pun stimulus tidak menimbulkan respons otomatis yang tak diperkirakan aktor. Seperti dikatakan Mead,”Kita memahami stimulus sebagai situasi atau peluang untuk bertindak, bukan sebagai paksaan atau mandat.

Mead mengidentifikasi empat tahap dasar yang terkait satu sama lain dalam setiap perbuatan, keempat tahap tersebut mewakili organik (dengan kata lain, secara dialektis mereka terkait satu sama lain). binatang yang lebih rendah ataupun manusia sama-sama bertindak, dan Mead tertarik pada kemiripan maupun pada perbedaan antara keduanya.

Impuls. Tahap pertama adalah impuls, yang melibatkan “stimulasi indrawi langsung” dan reaksi aktor terhadap stimulasi tersebut, kebutuhan untuk berbuat sesuatu. Rasa lapar adalah contoh yang tepat bagi impuls ini. Aktor (manusia atau bukan) dapat merespons secara langsung dan tanpa perlu berpikir, terhadap impuls, namun aktor manusia lebih cenderung berpikir tentang respons yang sesuai (misalnya, makan sekarang atau nanti).41

Persepsi. Tahap kedua perbuatan adalah persepsi, dimana aktor mencari, dan bereaksi terhadap, stimulus yang terkait dengan impuls, yang dalam hal ini adalah

      

(46)

 

rasa lapar dan berbagai cara yang ada untuk memuaskannya. Orang memiliki kemampuan merasakan atau mengindra stimulus melalui pendengaran, penciuman, indra perasa, dan lain sebagainya. Persepsi melibatkan stimulus yang datang, maupun citra mental yang mereka ciptakan.

Manipulasi. Tahap ketiga adalah manipulasi. Begitu impuls mewujudkan dirinya dan objek telah dipersepsi, tahap selanjutnya adalah manipulasi objek, atau lebih umum lagi, mengambil tindakan dalam kaitannya dengan objek tersebut. Selain keunggulan mentalnya, orang memiliki keunggulan lain di atas binatang yang lebih rendah.

Konsumsi. Berdasarkan pertimbangan sadar ini, aktor dapat memutuskan dan hal ini akan memunculkan tahap terakhir perbuatan, yaitu konsumsi, atau lebih umum lagi, mengambil tindakan yang akan memuaskan impuls awal. Namun ini adalah teknik yang kalah efisien ketimbang kemampuan manusia berpikir melalui tindakan-tindakan mereka.

Kalau perbuatan hanya melibatkan satu orang, perbuatan sosial (the social act) melibatkan dua orang atau lebih. Menurut pandangan Mead, gestur merupakan mekanisme dasar dalam perbuatan sosial dan dalam proses sosial pada umumnya. Sebagaimana definisinya,”gestur adalah gerak organisme pertama yang bertindak sebagai stimulus khas yang mengundang respons yang sesuai (secara sosial) dari organisme kedua”. Binatang yang lebih rendah dan manusia mampu melakukan gestur menurut pengertian bahwa perbuatan satu individu tanpa perlu dipikirkan dan secara otomatis menimbulkan reaksi individu lain.42

      

(47)

 

Simbol signifikan adalah jenis gestur yang hanya dapat dilakukan oleh manusia. Gestur baru menjadi simbol-simbol signifikan manakala dia membangkitkan di dalam diri individu pelaku gestur itu respons-respons yang juga dia harapkan akan diberikan oleh individu yang jadi sasaran gestur yang dia lakukan (walaupun bentuk respons itu tidak mesti identik). Baru ketika memiliki simbol-simbol signifikanlah kita dapat benar-benar memiliki komunikasi; komunikasi sebenarnya tidak mungkin dilakukan antar semut, lebah, dan lain sebagainya. Gestur fisik bisa menjadi simbol-simbol signifikan, namun seperti kita ketahui, secara ideal itu semua tidak cocok dengan simbol-simbol signifikan karena orang tidak dapat dengan mudah melihat atau mendengar gestur fisik mereka sendiri. Jadi, adalah ujaran vokal yang paling cenderung menjadi simbol-simbol signifikan, meskipun tidak semua vokalisasi adalah simbol.

Fungsi gestur adalah “memungkinkan terjadinya penyesuaian individu yang menerima dampak dari perbuatan sosial tertentu dengan merujuk pada satu atau beberapa objek yang terkait dengan perbuatan tersebut. Jadi, mimik bisa dilakukan untuk mencegah seorang anak agar tidak terlalu dekat ke tepi jurang, dan dengan demikian mencegahnya tetap jauh dari situasi yang membahayakan.

(48)

 

Mead berargumen: “berpikir sama saja dengan berbicara dengan orang lain”. Dengan kata lain, dalam berpikir terdapat proses berbicara dengan seseorang.43

Pikiran, yang oleh Mead didefinisikan sebagai sebuah proses, dan bukan sebagai sesuatu, yaitu proses percakapan batin seseorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan di dalam diri individu; ia bukanlah fenomena intrakranial melainkan fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan merupakan bagian integral dalam proses tersebut. Proses sosial mendahului pikiran; tidak seperti keyakinan banyak orang, proses sosial ini bukanlah produk pikiran. Jadi, pikiran pun didefinisikan secara fungsional ketimbang secara substantif.

Pemikiran-pemikiran Mead secara umum, dan khususnya tentang pikiran, melibatkan gagasannya tentang pentingnya konsep diri, yaitu kemampuan seseorang menjadikan dirinya sendiri sebagai objek; diri adalah kemampuan khas untuk menjadi subjek sekaligus objek. Sebagaimana berlaku pada seluruh konsep utama Mead, diri mengalami proses sosial: komunikasi antarmanusia.44

Pada level paling umum, bagi Mead istilah masyarakat berarti proses sosial terus-menerus yang mendahului pikiran dan diri. Karena arti pentingnya bagi pembentukan pikiran dan diri, masyarakat jelas menempati posisi sentral dalam pemikiran Mead. Jadi, dalam hal ini individu membawa serta masyarakat, memberinya kemampuan, melalui kritik diri, untuk mengontrol diri mereka sendiri.

Jantung bab ini adalah pembahasan prinsip-prinsip dasar teori interaksi simbolis. Sekalipun kita mencoba menjelaskan teori ini dalam pengertian umum, namun ini tidak akan mudah dilakukan, karena seperti kata Paul Rock, ia mengandung

      

(49)

 

“kekaburan yang terbentuk secara sengaja” dan “perlawanan terhadap sistematisasi”. Ada beberapa perbedaan signifikan dalam interaksionisme simbolis.

Beberapa penganut interaksionisme simbolis mencoba mengemukakan prinsip-prinsip dasar teori ini.prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Tidak seperti binatang yang lebih rendah, manusia ditopang oleh kemampuan

berpikir.

2. Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial.

3. Dalam interaksi sosial orang mempelajari makna dan simbol yang

memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir tersebut.

4. Makna dan simbol memungkinkan orang melakukan tindakan dan interaksi khas

manusia.

5. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka

gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan tafsir mereka terhadap situasi tersebut.

6. Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini, sebagian karena

kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan diri mereka sendiri, yang memungkinkan mereka memikirkan tindakan yang mungkin dilakukan, menjajaki keunggulan dan kelemahan relatif mereka, dan selanjutnya memilih.

7. Jalinan pola tindakan dengan interaksi ini kemudian menciptakan kelompok dan

masyarakat.45

Asumsi krusial bahwa manusia memiliki kemampuan berpikir membedakan interaksionisme simbolis dengan behaviorisme yang jadi akarnya. Asumsi ini menjadi basis bagi seluruh orientasi teoretis interaksionisme simbolis. Bernard Meltzer, James

      

(50)

 

Petras, dan Larry Reynolds menyatakan bahwa asumsi kemampuan berpikir manusia adalah salah satu sumbangsih utama penganut interaksionisme simbolis awal, seperti James, Dewey, Thomas, Cooley, dan tentu saja, Mead: “Individu dalam masyarakat manusia tidak dipandang sebagai unit-unit yang dimotivasi oleh kekuatan eksternal atau internal yang tidak dapat mereka kendalikan, atau dalam batas-batas struktur yang kurang lebih bersifat tetap.

Kemampuan berpikir melekat dalam pikiran, namun penganut interaksionisme simbolis memiliki konsepsi pikiran yang tidak lazim, yaitu memandang pikiran muncul dalam sosialisasi kesadaran. Penganut interaksionisme simbolis pun tidak memahami pikiran sebagai benda, struktur fisik, namun sebagai proses yang berlangsung terus-menerus. Ini adalah proses yang merupakan bagian dari proses stimulus dan respons yang lebih besar. Pikiran hampir seluruhnya terkait dengan setiap aspek lain interaksionisme simbolis, termasuk sosialisasi, makna, simbol, diri, interaksi, dan bahkan masyarakat.

(51)

 

dinamis dimana aktor membangun dan memanfaatkan informasi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.46

Interaksionis simbolis tidak hanya tertarik pada sosialisasi namun pada interaksi secara umum, yang juga “punya arti penting tersendiri”. Interaksi adalah proses ketika kemampuan berpikir dikembangkan dan diekspresikan. Namun, tidak semua interaksi melibatkan proses berpikir. Pembedaan yang dilakukan Blumer (mengikuti Mead) antara dua bentuk dasar interaksi sosial relevan dalam pokok bahasan ini. Yang pertama, yaitu interaksi nonsimbolis, gagasan Mead tentang percakapan gestur, tidak melibatkan proses berpikir. Yang kedua, interaksi simbolis, memerlukan proses mental.

Simbol adalah objek sosial yang digunakan untuk merepresentasikan (atau’menggantikan’,’mengambil tempat’) apa-apa yang memang disepakati bisa direpresentasikan oleh simbol tesebut. Tidak semua objek sosial mewakili sesuatu yang lain, sebaliknya, simbol justru sebaliknya. Kata-kata artefak fisik, dan tindakan fisik, semua itu dapat menjadi simbol.

Interaksionis simbolis memahami bahasa sebagai sistem simbol yang begitu luas. Kata-kata menjadi simbol karena mereka digunakan untuk memaknai berbagai hal. Kata-kata memungkinkan adanya simbol lain. Tindakan, objek, dan kata-kata lain hadir dan memiliki makna hanya karena mereka telah dan dapat digambarkan melalui penggunaan kata-kata. Selain manfaat umum ini, simbol pada dan bahasa pada khususnya memiliki sejumlah fungsi spesifik bagi aktor.

      

(52)

 

Pertama, simbol memungkinkan orang berhubungan dengan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam  item  dasar  penilaian  ini  ada  dua  hal  yang  harus  dijelaskan,  yaitu  definisi  nilai  dan  metode­metode  penilaian  yang  digunakan  dalam 

Penulisan tugas akhir berjudul “ Pengaruh product quality dan brand image terhadap minat pembelian ulang melalui customer trust pada pelanggan Sari Roti di

[r]

a yang dapa cenderung pa kestabilan le andingkan h ujan 20 mm lereng (fakt rapa intensita a lereng kon ondisi hidro awal). Distri i adalah ction) berkis aman (F) ini menunju

Dia merupakan sosok ulama yang sering berkeliling mencari hadits ke berbagai belahan negri Islam, banyak mendengar hadits dari berbagai ulama, maka tak heran jika dia dapat menulis

Metode Adam-Bashforth-Moulton ordo lima memberikan alternatif metode dalam mendapatkan solusi dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi dengan jumlah komputasi yang

Memiliki ventilasi yang baik dengan udara segar dan dikondisikan dengan AC yang terpusat.Memiliki lantai dan dinding yang mudah dibersihkan dari bahan yang higienis, lantai

Kedelai merupakan salah satu produk pertanian yang dapat dikembangkan secara organik berbasis bahan lokal organik untuk meningkatkan nilai tambah, nilai ekonomi, dan