• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

39

5.1 Data Geometrik Simpang

Data geometri simpang adalah data yang berisikan ukuran-ukuran geometri pada masing-masing lengan simpang bersinyal yang sedang diteliti yaitu simpang Jlagran. Data ini berasal dari hasil pengamatan (data primer), yang diperoleh langsung dengan cara mengukur di simpang tersebut, dari hasil survei ini lengan pada arah barat tepatnya jalan Pembela Tanah Air mempunyai geometrik jalan yang sempit dan berdekatan dengan sebuah jembatan sedangkan pada lengan arah utara tepatnya jalan Letjen Suprapto mempunyai geometrik jalan yang sempit, berkelok dan terdapat perlintasan kereta api tak sebidang.

Simpang Jlagran mempunyai empat lengan dimana setiap lengan tidak ada yang sama dengan ukuran lengan lainnya. Data hasil pengamatan dan pengukuran lapangan dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan Gambar 5.1 sesuai kondisi eksisting dibawah ini.

Tabel 5.1 Data Geometrik dan Kondisi Lingkungan Simpang Bersinyal Jlagran

Kode Pendekat Utara Timur Selatan Barat

Tipe lingkungan jalan COM COM COM COM

Median Ya Ya - -

LTOR Ya - Ya Ya

Lebar pendekat (WA) m 7,2 5 7,2 4,2

Lebar pendekat masuk (Wmasuk) m 3,5 5 3,7 3,3

Lebar pendekat LTOR (WLTOR) m 3,7 - 3,5 0,9

(2)

Gambar 5.1 Data Geometrik Simpang Bersinyal Jlagran

5.2 Kondisi Lingkungan

Terdapat tiga faktor yang ditinjau untuk menentukan kondisi lingkungan simpang Jlagran ini sebagai berikut.

1. Hambatan Samping

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan hambatan samping terbesar terjadi pada setiap masing-masing lengan pada simpang tersebut. Pada lengan arah Utara, Selatan dan Barat masih banyak pengguna jalan raya yang tidak berada pada lajurnya, seperti kendaraan yang berhenti di lajur kiri yang seharusnya diperuntukkan untuk kendaraan yang akan berbelok ke arah kiri. sehingga menghambat laju kendaraan pada lengan tersebut

2. Tipe Lingkungan Jalan

Berdasarkan pengamatan dari setiap pendekat pada simpang Jlagran ini, empat lengan simpang berada pada daerah kawasan perkantoran, wisata dan perdagangan. Hal ini dapat dilihat dari bangunan-bangunan yang berdiri sebagian besar adalah perkantoran daerah yogyakarta, toko-toko permanen seperti rumah makan dan toko market, serta sebagai salah satu akses utama menuju kawasan wisata Malioboro.

(3)

Berdasarkan penjelasan buku Manual Kapasitas Jalan Indonesia (Dirjen Bina Marga, 1997) tentang tipe lingkungan jalan, bahwa lokasi penelitian ini termasuk tipe komersial (commercial).

3. Ukuran Kota

Dari data kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2018 jumlah penduduk sebesar 3,818,266 jiwa sehingga faktor penyesuaian kelas ukuran kota termasuk dalam kategori kota dengan penduduk besar.

5.3 Data Arus Lalu Lintas

Pengambilan data arus lalu lintas dilaksanakan selama 3 (tiga) hari, yaitu Minggu, Senin, dan Rabu (16, 17, dan 19 Juni). Survei arus lalu lintas pada simpang bersinyal ini dilakukan dengan menggunakan Handy Tally Counter untuk menghitung dan mencatat secara manual di lapangan dengan durasi 2 jam. Dari tiga hari tersebut, peneliti menganalisis pada jam sibuk pagi, jam sibuk siang dan jam sibuk sore yaitu pada jam 06.00 – 08.00 WIB, 11.30-13.30 WIB dan 15.30-17.30 WIB. Perekaman ini dilaksanakan bukan hanya untuk mengetahui arus dan volume lalu lintas, namun juga dipakai mengamati setiap jenis kendaraan yang melintasi simpang Jlagran ini. Untuk hasil pengamatan dapat dilihat pada Lampiran I.

5.4 Analisis Kinerja Simpang Kondisi Eksisting

5.4.1 Analisis Jam Puncak Arus Lalu Lintas (Peak Hour)

Dalam menentukan arus lalu lintas puncak untuk periode jam puncak pagi, jam puncak siang, dan jam puncak sore, data cacahan pada tiap lengan dijumlahkan untuk waktu satu jam dengan periode penjumlahan 15 menit sesuai dengan jenis tipe kendaraan dalam satuan kend/jam.

Jam puncak arus lalu lintas diperkirakan dipengaruhi oleh aktivitas pengguna jalan seperti berangkat dan pulang kerja, makan siang, akses menuju kawasan wisata, maupun aktivitas para pelajar siswa dan lain-lain. Untuk jam puncak pagi diperkirakan pada jam 06.30 – 07.30 WIB, untuk jam puncak siang diperkirakan pada jam 12.00 – 13.00 WIB dan untuk jam puncak sore diperkirakan pada jam 15.45 – 16.45 WIB. Rekapitulasi data per 1 jam yang telah dikonversi dengan

(4)

mengalikan faktor ekivalensi mobil penumpang (emp) jam puncak arus lalu lintas kendaraan dapat dilihat pada Tabel 5.2, Tabel 5.3, dan Tabel 5.4 dibawah ini

Tabel 5.2 Rekapitulasi Data Arus Lalu Lintas Kendaraan Jam Puncak Pagi

Waktu

Jumlah Volume Lalu Lintas (smp/jam) Minggu, 16 Juni 2019 Senin, 17 Juni 2019 Rabu, 19 Juni 2019 Jam Puncak Pagi

06.00 - 07.00 1683 2033 1826

06.15 - 07.15 1786 2155 1946

06.30 - 07.30 1824 2213 2012

06.45 - 07.45 1724 2190 1986

07.00 - 08.00 1711 2067 1881

Tabel 5.3 Rekapitulasi Data Arus Lalu Lintas Kendaraan Jam Puncak Siang

Waktu

Jumlah Volume Lalu Lintas (smp/jam) Minggu, 16 Juni 2019 Senin, 17 Juni 2019 Rabu, 19 Juni 2019 Jam Puncak Siang

11.30 - 12.30 1714 2188 2014

11.45 - 12.45 1735 2324 2148

12.00 - 13.00 1774 2401 2230

12.15 - 13.15 1733 2382 2199

12.30 - 13.30 1744 2295 2112

Tabel 5.4 Rekapitulasi Data Arus Lalu Lintas Kendaraan Jam Puncak Sore

Waktu

Jumlah Volume Lalu Lintas (smp/jam) Minggu, 16 Juni 2019 Senin, 17 Juni 2019 Rabu, 19 Juni 2019 Jam Puncak Sore

15.30 - 16.30 2358 2774 2549

15.45 - 16.45 2385 2847 2608

16.00 - 17.00 2413 2803 2590

16.15 -17.15 2409 2691 2501

(5)

Dari Tabel 5.2, Tabel 5.3 dan Tabel 5.4 maka diketahui jam puncak arus lalu lintas kendaraan di persimpangan Jlagran, yaitu :

Hari : Senin

Tanggal : 17 Juni 2019 Jam : 15.45 – 16.45 WIB

5.4.2 Data Lampu Lalu Lintas

Data lampu lalu lintas pada simpang bersinyal Jlagran dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut :

Tabel 5.5 Data Lampu Lalu Lintas

Pendekat

Waktu nyala lampu (dtk)

Merah Kuning Hijau

All

red Siklus waktu

Utara 88 3 35 4

130

Timur 103 3 20 4

Selatan 93 3 30 4

Barat 108 3 15 4

Penentuan waktu siklus simpang bersinyal Jlagran dapat dilihat pada Gambar 5.2 dan keempat fase di atas dapat dilihat pada Gambar 5.3 berikut ini.

Gambar 5.2 Waktu Siklus Lampu Lalu Lintas Simpang Jlagran

35 88 61 42 69 20 30 24 108 15

(6)

Gambar 5.3 Arah Fase Pada Simpang Bersinyal Jlagran

5.4.3 Penggunaan Formulir SIG-I

Formulir SIG-I berisikan data tentang geometrik, pengaturan lalu lintas dan lingkungan, pada contoh perhitungan di bawah pada pendekat Utara

Kota : Yogyakarta

Ukuran kota : 3,818,266 jiwa

Hari/tanggal : Senin, 17 Juni 2019

Simpang : Jlagran

Jumlah fase lalu lintas : 4 Fase

Kode Pendekat : Utara (U)

Tipe Lingkungan Jalan : Komersial (COM)

Hambatan Samping : Sedang

Belok Kiri Langsung (LTOR) : Ya

Waktu Hijau : 35 detik

Waktu Antar Hijau (IG) : 28 detik

Lebar pendekat (WA) : 7,2 m

Lebar pendekat masuk (Wmasuk) : 3,5 m

Lebar Pendekat LTOR : 3,7 m

Lebar pendekat keluar (Wkeluar) : 7,4 m Keterangan selanjutnya dapat di lihat pada Lampiran II

(7)

5.4.4 Penggunaan Formulir SIG-II

Formulir SIG-II berisi tentang data-data arus lalu lintas dan rasio berbelok (belok kiri maupun belok kanan) pada simpang bersinyal Jlagran.

1. Volume kendaraan ringan (QLV) : 395 smp/jam 2. Volume kendaraan berat (QHV) : 10 smp/jam 3. Volume sepeda motor (QMC) : 548 smp/jam 4. Volume kendaraan bermotor total (QMV) : 953 smp/jam 5. Volume kendaraan tidak bermotor (QUM) : 8 kend/jam 6. Rasio kendaraan belok kiri (PLT)

QLT =176 smp/jam

QMV = 953 smp/jam

PLT = QLT / QMV

= 176/953 = 0,185

7. Rasio kendaraan belok kanan (PRT)

QRT = 184 smp/jam

QMV = 953 smp/jam

PRT = QRT/ QMV

= 184/953 = 0,19

8. Rasio kendaraan tak bermotor dan kendaraan bermotor

QUM = 8 kend/jam

QMV = 3150 kend/jam

PUM = QUM /QMV

= 8 / 3150 = 0,0025

(8)

5.4.5 Penggunaan Formulir SIG-III

Formulir SIG-III berisi tentang penentuan waktu sinyal dan kapasitas yang terjadi pada kondisi di lapangan berlangsung.

1. Penetuan fase sinyal

Fase 1 untuk pendekat Utara Fase 2 untuk pendekat Timur Fase 3 untuk pendekat Selatan Fase 4 untuk pendekat Barat

2. Berdasarkan hasil survei sinyal lampu lalu lintas, didapat waktu merah semua (all red) untuk masing-masing fase adalah 4 (empat) detik dan waktu kuning untuk masing-masing pendekat adalah 3 (tiga) detik.

3. Waktu hilang total (LTI) diperoleh dan hasil penjumlahan antara merah semua (all red) dan waktu kuning, dengan kata lain waktu hilang total adalah penjumlahan waktu antar hijau (IG) pada tiap-tiap fase. Waktu hilang simpang Jlagran adalah 28 detik.

5.4.6 Penggunaan Formulir SIG-IV

Formulir SIG-IV berisi tentang data panjang antrian, jumlah kendaraan terhenti, tundaan-tundaan. Berikut adalah contoh perhitngan pada pendekat Utara 1. Perhitungan arus jenuh (S)

Dalam penentuan arus jenuh (S), dapat dilihat Formula (4.1) pada BAB IV sebelumnya.

a. Arus jenuh dasar (So)

Tipe pendekat : terlindung (P) Lebar efektif (W) : 3,5 m

Arus jenuh dasar (So) : 2730 smp/jam hijau (Formula 4.1). b. Faktor penyesuaian ukuran kota (Fcs)

Jumlah penduduk : 3.818.266 jiwa (tahun 2018) Fcs : 1,05 ( lihat Tabel 4.2). c. Faktor penyesuaian hambatan samping (Fsf)

Lingkungan jalan : komersial (COM) Hambatan samping : sedang

(9)

Rasio kendaraan tak bermotor : 0,0025

Fsf : 0,94.

d. Faktor penyesuaian kelandaian (Fg)

Kelandaian : 0 %

Fg : 1 (lihat Gambar 4.3).

e. Faktor penyesuaian koreksi parkir (Fp)

Jarak antara garis henti dan kendaraan parkir pertama (L) > 80 m maka Fp didapat 1,00 (lihat Gambar 4.4).

f. Faktor penyesuaian belok kanan (Frt)

Karena pada lengan Utara terdapat median maka diperoleh nilai Frt = 1. g. Faktor penyesuian belok kiri (Flt)

Karena pada lengan Utara terdapat LTOR maka diperoleh nilai Flt = 1. Maka nilai arus jenuh (S) dapat dicari dengan menggunakan 71Formula (4.1) yaitu,

S = S0x Fcs x FSF x FG x FP x FRT x FLT smp/jam hijau = 2730 x 1,05 x 0,94 x 1 x 1 x 1 x 1

= 2695 smp/jam hijau. 2. Arus lalu lintas (Q)

Arus lalu lintas (Q) dapat dilihat pada formulir SIG-II yaitu (Q) = 953 smp/jam. 3. Rasio arus (FR)

Rasio arus (FR) dapat dihitung dengan menggunakan Formula (4.6) FR = Q/S

= 953 / 2695 = 0,35. 4. Rasio fase (PR)

Rasio fase (PR) dapat dihitung dengan menggunakan Formula (4.8) PR = FRcrit / IFR

= 0,35 / 0,967 = 0,366.

(10)

5. Waktu siklus sebelum dan setelah penyesuian

Waktu siklus sebelum dan setelah penyesuian yang digunakan dalam analisis berdasar pada hasil pengamatan di lapangan, yaitu sebesar 130 detik.

6. Waktu hijau (g)

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan waktu hijau (g) = 35 detik. 7. Kapasitas (C)

Kapasitas dapat dicari menggunakan Formula (4.12) C = S x g/c

= 2695 x (35/130) = 725 smp/jam. 8. Derajat kejenuhan (DS)

Derajat kejenuhan (DS) dapat dihitung dengan menggunaka Formula (4.13) Ds = Q / C

= 953 / 725 = 1,31

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Formulir SIG-IV pada Tabel Lampiran IV.

5.4.7 Penggunaan Formulir SIG-V

Formulir SIG-V berisi tentang perhitungan tundaan, panjang antrian, dan jumlah kendaraan terhenti. Berikut contoh perhitungan pada pendekat Utara 1. Jumlah kendaraan terhenti dari fase hijau sebelumnya (NQ1)

Dengan menggunakan Formula (4.14), dengan nilai DS = 1,31 dan C = 725,45 smp/jam, maka diperoleh nilai NQ1 sebesar 116,41 smp.

2. Jumlah kendaraan yang datang selama fase merah (NQ2)

Dengan menggunakan Formula (4.16), dengan nilai DS = 1,31 dan C = 725,45 smp/jam, dan GR = 0,27 maka diperoleh NQ2 sebesar 38,92 smp.

3. Jumlah kendaraan antri (NQ)

Jumlah kendaraan antri merupakan penjumlahan antara NQ1 dan NQ2 dapat dilihat pada Formula (4.17).

NQ = NQ1 + NQ2 = 116,41 + 38,92 = 155,34 smp.

(11)

4. Panjang antrian (QL)

Untuk pendekat utara, nilai NQmax tidak terdefinisi karena nilai NQ melebihi 50 smp, maka dari itu nilai tidak tercantum pada grafik jumlah antrian maksimum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah antrian maksimum sangat besar, hal ini berdampak pada panjang antrian (QL) yang menjadi tidak terdefinisi (panjang antrian sangat besar).

5. Rasio kendaraan henti (NS)

Rasio kendaraan henti (NS) dapat dicari menggunakan Formula (4.19), dengan nilai NQ = 155,34 smp, Q = 953 smp/jam, dan c = 130 detik, maka diperoleh NS sebesar 4,1.

6. Jumlah kendaraan henti (Nsv)

Jumlah kendaraan terhenti dapat dicari menggunakan Formula (4.20) Nsv = Q x NS

= 953 x 4,1 = 3871 smp.

7. Tundaan lalu lintas rata-rata (DT)

Jumlah tundaan lalu lintas rata-rata dapat dicari menggunakan Formula (4.22) DT = 𝑐 𝑥 0,5 𝑥 (1−𝐺𝑅) 2 (1−𝐺𝑅𝑥𝑑𝑠) + 𝑁𝑄1 𝑥 3600 𝐶 = 130 x0,5 𝑥 (1−0,27) 2 (1−0,27𝑥1,31) + 116,41 𝑥 3600 725,45 = 631,4 det/smp.

8. Tundaan geometrik rata-rata (DG)

Jumlah tundaan geomtrik rata dapat dicari dengan menggunakan Formula (4.24) DG = (1- SV) x T x 6 + ( SV x 4)

= (1-4,1) x 0,38 x 6 + (4,1 x 4) = 9,3 det/smp

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran V.

5.4.8 Rekapitulasi Hasil Analisis dan Pembahasan Pada Kondisi Eksisting

Hasil analisis Simpang bersinyal Jlagran di rekapitulasi agar lebih mempermudah dalam pembacaan hasil yang telah di analasis, dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut ini.

(12)

Tabel 5.6 Rekapitulasi Hasil Analisis Simpang Bersinyal Jlagran Pendekat Arus Lalu Lintas (Q) (smp/jam) Kapasitas (C) (smp/jam) Derajat Kejenuhan (DS) Utara 953 725,45 1,31 Selatan 898 687,05 1,31 Barat 455 315,12 1,44 Timur 494 523,74 0,94

Berdasarkan Tabel 5.6 diatas, lengan pada simpang bersinyal Jlagran untuk semua pendekat tidak memenuhi persyaratan MKJI 1997 (<0,75), sedangkan hasil Formulir SIG V dapat dilihat pada Tabel 5.7 sebagai berikut.

Tabel 5.7 Rekapitulasi Hasil Analisis Formulir SIG V

Pendekat NQ (smp/jam) QL (m) NS (stop/smp) D (dtk/smp) Utara 155,34 1185,13 4,1 640,7 Selatan 143,76 1038,82 4,0 631,4 Barat 89,50 732,67 4,9 891,8 Timur 23,35 135,89 1,2 97,7

Dari hasil rekapitulasi perhitungan jumlah antrian kendaraan, panjang antrian, rasio kendaraan berhenti, jumlah kendaraan terhenti, dan tundaan, didapat hasil yang cukup tinggi dari seluruh pendekat. Bahkan untuk semua pendekat nilai panjang antrian menunjukkan jumlah antrian yang sangat panjang. Untuk perhitungan yang lebih rinci, dapat dilihat pada Lampiran V.

Berdasarkan hasil analisis kinerja simpang bersinyal yang berpedoman pada Bina Marga MKJI 1997, maka diperlukan suatu alternatif yang dapat mengatasi permasalahan lalu lintas pada simpang bersinyal Jlagran agar memenuhi persyaratan yang di anjurkan oleh Bina Marga (MKJI, 1997).

(13)

5.4.9 Alternatif Pemecahan Masalah

Adapun alternatif pemecah masalah (problem solving) untuk memperbaiki kinerja simpang bersinyal Jlagran adalah sebagai berikut.

1. Alternatif I

Perbaikan kinerja simpang pada alternatif pertama yaitu mengatur kembali waktu siklus lampu lalu lintas dari 130 detik menjadi 150 detik.

Pada alternatif I ini, simpang bersinyal Jlagran akan dilakukan perbaikan siklus sinyal lampu lalu lintas. Dapat dilihat pada Tabel 5.8 di bawah ini.

Tabel 5.8 Perbaikan Sinyal Lampu dengan Pengaturan Siklus

Pendekat

Waktu nyala lampu (detik)

Merah Kuning Hijau

All

red Siklus waktu

Utara 105 3 40 2

150

Timur 120 3 25 2

Selatan 105 3 40 2

Barat 120 3 25 2

Diagram waktu sinyal dengan perbaikan berupa pengaturan waktu siklus dapat dilihat pada Gambar 5.4 di bawah ini.

Gambar 5.4 Diagram Waktu Sinyal Lalu Lintas Pada Alternatif I

105 40 45 75 75 40 30 120 25 25

(14)

Hasil analisis kinerja simpang bersinyal Jlagran setelah perbaikan dengan menggunakan alternatif I yaitu dengan merubah waktu siklus simpang lalu lintas menjadi 150 detik, menunjukkan hasil yang kurang baik. Setiap lengannya menunjukkan hasil derajat kejenuhan melebihi batas standar yang disarankan MKJI 1997 yaitu < 0,75. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Untuk hasil perhitungan yang lebih rinci, dapat dilihat pada Lampiran VI.

Tabel 5.9 Rekapitulasi Perbaikan Simpang dengan Menggunakan Alternatif I

Pendekat Arus Lalu Lintas (Q) (smp/jam) Kapasitas (C) (smp/jam) Derajat Kejenuhan (DS) NQ (smp/jam) QL (m) D (dtk/smp) Utara 953 718,54 1,33 158,87 1211,66 671,2 Selatan 898 793,93 1,13 90,52 660,74 320,3 Barat 455 455,18 1,00 27,08 235,63 151,0 Timur 494 567,39 0,87 20,08 118,72 81,8 2. Alternatif II

Perbaikan geometri jalan pada lengan simpang Jlagran dan pengaturan ulang waktu siklus lampu lalu lintas. Perbaikan kinerja simpang pada alternatif pertama yaitu:

a. menambah lebar pendekat pada dua lengan simpang Jlagran sesuai dengan proporsi masing-masing lengan, lengan utara sebesar 1,3 m dan lengan selatan sebesar 0,8 m, sesuai dengan Gambar 5.5 yang berpedoman pada Bina Marga MKJI 1997.

b. mengatur kembali waktu siklus lampu lalu lintas 130 detik.

(15)

Setelah menambah lebar jalan pada pendekat lengan Utara dan lengan Selatan simpang bersinyal Jlagran maka akan dilakukan perbaikan siklus sinyal lampu lalu lintas. Dapat dilihat pada Tabel 5.10 di bawah ini.

Tabel 5.10 Perbaikan Sinyal Lalu Lintas pada Alternatif II

Pendekat

Waktu nyala lampu (detik)

Merah Kuning Hijau

All

red Siklus waktu

Utara 90 3 35 2

130

Timur 105 3 20 2

Selatan 90 3 35 2

Barat 125 3 20 2

Diagram waktu sinyal dengan perbaikan berupa pengaturan waktu siklus dapat dilihat pada Gambar 5.6 di bawah ini.

Gambar 5.6 Diagram Waktu Sinyal Lalu Lintas Pada Alternatif II

Hasil analisis kinerja simpang bersinyal Jlagran setelah perbaikan dengan menggunakan alternatif I yaitu dengan menambah lebar pendekat pada lengan Utara dan lengan selatan serta merubah waktu siklus simpang lalu lintas menjadi 130 detik, menunjukkan hasil yang kurang baik. Setiap lengannya menunjukkan

90 35

40 65

65 35 25

(16)

hasil derajat kejenuhan melebihi batas standar yang disarankan MKJI 1997 yaitu < 0,75. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Untuk hasil perhitungan yang lebih rinci, dapat dilihat pada Lampiran VI.

Tabel 5.11 Rekapitulasi Perbaikan Simpang dengan Menggunakan Alternatif II

Pendekat Arus Lalu Lintas (Q) (smp/jam) Kapasitas (C) (smp/jam) Derajat Kejenuhan (DS) NQ (smp/jam) QL (m) D (dtk/smp) Utara 953 994,90 0,96 41,82 242,69 79,6 Selatan 898 974,87 0,92 36,27 226,44 67,7 Barat 455 420,17 1,08 39,52 334,69 256,5 Timur 494 523,74 0,94 23,35 135,89 97,7 3. Alternatif III

Kombinasi alternatif II dan merubah pendekat lengan arah barat menjadi satu arah akan menjadi alternatif selanjutnya. Perbaikan kinerja simpang pada alternatif kedua yaitu :

a. alternatif II yaitu, menambah lebar pendekat lengan Utara dan lengan Selatan serta merubah siklus waktu lampu lalu lintas,

b. pendekat pada lengan arah barat dirubah menjadi satu arah akan lebih efektif untuk kapasitas yang lebih tinggi.

c. pendekat arah timur yang semulanya belok kiri (LT) di ubah menjadi belok kiri langsung (LTOR).

Perubahan pada alternatif III untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.12, Gambar 5.7, dan Gambar 5.8 di bawah ini.

Tabel 5.12 Perbaikan Sinyal Lalu Lintas pada Alternatif III

Pendekat

Waktu nyala lampu (detik)

Merah Kuning Hijau

All

red Siklus waktu

Utara 90 3 35 2

130

Timur 105 3 20 2

Selatan 90 3 35 2

(17)

Gambar 5.7 Perubahan Arah Lalu Lintas dan Fase pada Alternatif III

Gambar 5.8 Diagram Waktu Sinyal Lalu Lintas pada Alternatif III

Hasil analisis kinerja simpang bersinyal Jlagran setelah perbaikan dengan menggunakan alternatif III yaitu kombinasi antara alternatif II dengan perubahan arah lalu lintas fase dan membuat lajur pada lengan arah barat menjadi satu arah, menunjukkan hasil yang baik pada tiga lengan dengan memenuhi persyaratan yang berpedoman pada MKJI 1997 yaitu < 0,75, dapat dilihat pada Tabel 5.13 berikut ini. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran VII.

(18)

Tabel 5.13 Rekapitulasi Perbaikan Simpang pada Alternatif III Pendekat Arus Lalu Lintas (Q) (smp/jam) Kapasitas (C) (smp/jam) Derajat Kejenuhan (DS) NQ (smp/jam) QL (m) D (dtk/smp) Utara 769 994,90 0,77 26,82 160,58 51,8 Selatan 757 1733,11 0,44 22,52 82,22 42,4 Barat 455 865,80 0,53 15,18 68,38 54,7 Timur 220 488,03 0,45 7,15 61,92 53,7 4. Alternatif IV

Kombinasi alternatif III dengan merubah fase dari 4 fase menjadi 3 fase akan menjadi alternatif selanjutnya. Perbaikan kinerja simpang pada alternatif ketiga yaitu :

a. alternatif II yaitu, menambah lebar pendekat lengan Utara dan lengan Selatan serta merubah siklus waktu lampu lalu lintas,

b. alternatif III pendekat pada lengan arah barat dirubah menjadi satu arah akan lebih efektif untuk kapasitas yang lebih tinggi,

c. alternatif III pendekat arah timur yang semulanya belok kiri (LT) di ubah menjadi belok kiri langsung (LTOR), dan

d. merubah fase simpang dari 4 fase menjadi 3 fase. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.14, Gambar 5.9, dan Gambar 5.10 di bawah ini.

Tabel 5.14 Perbaikan Sinyal Lalu Lintas pada Alternatif IV

Pendekat

Waktu nyala lampu (detik)

Merah Kuning Hijau

All

red Siklus waktu

Utara 60 3 35 2

100

Timur 70 3 25 2

Selatan 60 3 35 2

(19)

Gambar 5.9 Perubahan Fase Alternatif IV

Gambar 5.10 Diagram Waktu Sinyal Lalu Lintas pada Alternatif IV

Hasil analisis kinerja simpang bersinyal Jlagran setelah perbaikan dengan menggunakan alternatif IV yaitu kombinasi antara alternatif II, Alternatif III dan perubahan fase dengan disertai perubahan waktu siklus menunjukkan hasil yang baik pada semua lengan dengan memenuhi persyaratan yang berpedoman pada MKJI 1997 yaitu < 0,75, dapat dilihat pada Tabel 5.15 berikut ini. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran VIII.

35 60

40 25 30

(20)

Tabel 5.15 Rekapitulasi Perbaikan Simpang pada Alternatif IV Pendekat Arus Lalu Lintas (Q) (smp/jam) Kapasitas (C) (smp/jam) Derajat Kejenuhan (DS) NQ (smp/jam) QL (m) D (dtk/smp) Utara 769 1293,36 0,59 23,03 139,83 31,2 Selatan 757 2253,04 0,34 19,88 73,56 27,1 Barat 455 1406,92 0,32 13,15 60,52 33,9 Timur 220 793,05 0,28 6,11 55,24 33,0

5. Perbandingan Alternatif Peningkatan Kinerja Simpang

Keempat alternatif tersebut diatas kemudian dibandingkan satu sama lain. Paramater yang bisa digunakan sebagai perbandingan hanyalah derajat kejenuhan, selain itu tidak ada parameter yang bisa dibandingkan karena tiap alternatif memiliki parameter yang berbeda-beda. Berdasarkan setiap alternatif diatas diambil nilai derajat kejenuhan terbesar dari tiap pendekat untuk dibandingkan. Setelah dibandingkan dari hasil analisis, maka dipilih nilai derajat kejenuhan yang terkecil dari semua alternatif tersebut. Dapat dilihat perbandingan semua alternatif pada Tabel 5.16 berikut.

Tabel 5.16 Rekapitulasi Perbandingan Seluruh Alternatif dan Eksisting

Kondisi

Derajat Kejenuhan (DS)

Pendekat

Utara Timur Selatan Barat

Eksisting 1,31 0,94 1,31 1,44

Alternatif I 1,33 0,87 1,00 0,87

Alternatif II 0,96 0.94 0,92 1,08

Alternatif III 0,77 0,45 0,44 0,53

Alternatif IV 0,59 0,28 0,34 0,32

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa derajat kejenuhan yang terkecil dan memenuhi persyaratan yang berpedoman pada Direktorat Jendral Bina Marga (MKJI, 1997) adalah alternatif IV. Maka dari itu alternatif IV yang telah terpilih sebagai pemecah masalah akan di analisis untuk 5 tahun mendatang sesuai pedoman Dirjen Bina Marga.

(21)

5.5 Kinerja Simpang Pada Lima Tahun Mendatang

Analisis kinerja simpang pada lima tahun mendatang dilakukan untuk dapat meramalkan kondisi kelayakan simpang pada lima tahun mendatang berdasarkan nilai derajat kejenuhan yang sesuai standar Direktorat Jendral Bina Marga (MKJI, 1997). Untuk dapat mengetahui nilai derajat kejenuhan (DS) pada tahun 2024 perlu dilakukan analisis pertumbuhan jumlah penduduk dan jumlah kendaraan bermotor agar dapat memperkirakan jumlah penduduk dan jumlah arus kendaraan yang melewati simpang tersebut.

5.5.1 Analisis Pertumbuhan Jumlah Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada Lima Tahun Mendatang

Analisis pertumbuhan penduduk dilakukan untuk digunakan sebagai asumsi pertumbuhan aktivitas pada simpang Jlagran dan akan digunakan sebagai penentu faktor penyesuaian ukuran kota pada tahun 2024. Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2018 sebanyak 3.818.266 penduduk digunakan sebagai variabel pada tahun dasar rata – rata. Angka pertumbuhan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada periode tahun 2011 – 2018 dapat dilihat pada Tabel 5.17 di bawah ini.

Tabel 5.17 Pertumbuhan Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011–2018

(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2019)

Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk pada tahun 2018 terdapat 3.818.266 jiwa dan masuk pada bagian kota besar, jadi untuk pertumbuhan penduduk 5 tahun mendatang atau pada tahun 2024 maka tetap pada bagian kota besar.

Tahun Jumlah Penduduk P (%)

2011 3.487.325 2012 3.514.762 0,78 2013 3.594.854 2,23 2014 3.636.699 1,15 2015 3.679.176 1,15 2016 3.720.912 1,12 2017 3.768.235 1,26 2018 3.818.266 1,31

(22)

5.5.2 Analisis Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Lima Tahun Mendatang

Analisis pertumbuhan kendaraan bermotor digunakan sebagai asumsi kenaikan jumlah arus lalu lintas yang melewati simpang Jlagran pada tahun 2024. Untuk mendapatkan angka pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor sesuai dengan jenisnya digunakan data sekunder berupa data jumlah kendaraan bermotor di Daerah Istimewa Yogyakarta pada periode tahun 2008 – 2013.

Tabel 5.18 Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun Jumlah DIY Pertumbuhan (%)

LV HV MC Total LV HV MC Total 2013 196962 63679 1673903 1934544 - - - - 2014 211762 64578 1743561 2019901 7,51 1,41 4,16 4,41 2015 228945 65412 1862313 2156670 8,11 1,29 6,81 6,77 2016 242986 66884 1986845 2296715 6,13 2,25 6,69 6,49 2017 265453 68403 2124261 2458117 9,25 2,27 6,92 7,03

(Sumber : Badan Pusat Statistik Yogyakarta 2019)

Dari Tabel 5.18 di atas dapat diketahui angka pertumbuhan rata – rata tiap jenis kendaraan sesuai dengan jenisnya dengan menggunakan Persamaan (4.37). Nilai pertumbuhan kendaraan rata- rata ini digunakan sebagai pendekatan pertumbuhan jumlah arus lalu lintas pada simpang 5 tahun mendatang. Dari Persamaan (4.37) didapatkan hasil sebagai berikut.

1. i LV = 7,75 % 2. i HV = 1,81 % 3. i MC = 6,14 %

5.5.3 Analisis Arus Lalu Lintas Lima Tahun Mendatang

Prediksi jumlah arus lalu lintas pada tahun 2024 didapatkan berdasarkan angka pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Daerah Istimewa Yogyakarta. Nilai variabel tahun dasar rata – rata menggunakan data hasil survei jumlah kendaraan pada jam sibuk yang melewati simpang Jlagran pada tahun 2024. Selanjutnya digunakan Persamaan (4.37) untuk perhitungan perkiraan jumlah kendaraan yang melewati ruas jalan ini pada tahun 2020 sampai dengan tahun 2024.

(23)

Untuk dapat digunakan dalam analisis derajat kejenuhan (DS) perlu dilakukan konversi jumlah kendaraan dalam satuan mobil penumpang. Untuk dapat merubah satuan mobil penumpang digunakan nilai ekivalensi mobil penumpang (emp) sesuai dengan jenis kendaraan. Perhitungan arus lalu lintas yang terdapat pada Direktorat Jendral Bina Marga (MKJI,1997) dapat dilihat pada Tabel 5.19 di bawah ini.

Tabel 5.19 Hasil Prediksi Volume Kendaraan Lalu Lintas pada Tahun 2019-2024 Tahun Volume Kendaraan Lalu Lintas(Smp/jam)

Utara Selatan Timur Barat Total

2019 961 912 467 506 2847 2020 1021 968 496 537 3022 2021 1084 1028 527 571 3209 2022 1151 1092 559 606 3407 2023 1222 1159 594 643 3618 2024 1297 1231 630 683 3841

5.5.4 Analisis Derajat Kejenuhan Lima Tahun Mendatang

Nilai derajat kejenuhan (DS) pada tahun 2024 didapatkan dari perbandingan antara volume arus lalu lintas dengan kapasitas yang ada. Pada sub bab sebelumnya telah terpilih alternatif IV sebagai alternatif yang paling efektif untuk simpang bersinyal Jlagran. Alternatif ketiga ini akan dibandingkan pada kondisi eksisting untuk lima tahun mendatang bertujuan melihat kinerja simpang yang terjadi pada masa mendatang sesuai persyaratan yang berpedoman pada MKJI 1997 < 0,75. Perbandingan sebagai contoh akan dipakai derajat kejenuhan tertinggi masing-masing tahunnya dapat dilihat pada Tabel 5.20 berikut ini.

Tabel 5.20 Derajat Kejenuhan Alternatif IV pada Lima Tahun Mendatang

Tahun 2019 2020 2021 2022 2023 2024 C (smp/jam) 1293 1293 1293 1293 1293 1293 DS 0,59 0,63 0,67 0,71 0,76 0,8

(24)

5.6 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting diperoleh nilai derajat kejenuhan, jumlah antrian kendaraan, panjang antrian, rasio kendaraan henti, jumlah kendaraan henti, dan tundaan yang cukup tinggi dari setiap pendekatnya. Berdasarkan standar yang berpedoman pada MKJI 1997 hal ini menunjukkan tingkat kinerja simpang Jlagran sudah tidak baik dan diperlukan adanya alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki kinerja simpang tersebut.

Dilakukan percobaan analisis 4 alternatif untuk memperbaiki kinerja simpang Jlagran. Alternatif pertama adalah dengan melakuakan perubahan waktu siklus sinyal lampu lalu lintas. Alteratif kedua adalah pelebaran geometrik dan perubahan waktu siklus. Alternatif ketiga adalah kombinasi Alternatif kedua yang disertai perubahan lalu lintas satu arah pada lengan Barat. Alternatif keempat adalah kombinasi alternatif ketiga yang disertai perubahan fase dari 3 fase menjadi 4 fase. Hasil analisis terbaik adalah menggunakan alternatif keempat. Data perbandingan kondisi eksisting dan setiap alternatif, serta prediksi 5 tahun mendatang dapat dilihat pada Tabel 5.21 berikut,

Tabel 5.21 Perbandingan Derajat Kejenuhan dan Tundaan serta kondisi 5 Tahun mendatang

Kondisi

Pendekat

Utara Selatan Barat Timur

DS D (dtk /smp) DS D(dtk /smp) DS D(dtk /smp) DS D(dtk /smp) Eksisting 1,31 640,71 1,31 621,17 1,44 884,17 0,94 93,48 Alternatif I 1,33 671,2 1,13 320,3 1,00 151,0 0,87 81,8 Alternatif II 0,96 79,60 0,92 67,72 1,08 256,54 0,94 97,72 Alternatif III 0,77 51,80 0,44 42,37 0,53 54,70 0,45 53,75 Alternatif IV 0,59 31,25 0,34 27,12 0,32 33,87 0,28 33,03

Tahun Prediksi Alternatif IV

DS D(dtk /smp) DS D(dtk /smp) DS D(dtk /smp) DS D(dtk /smp) 2020 0,63 32,08 0,36 27,38 0,34 34,10 0,30 33,23 2021 0,67 33,07 0,38 27,67 0,36 34,36 0,31 33,45 2022 0,71 34,27 0,40 27,98 0,39 34,63 0,33 33,68 2023 0,76 35,80 0,43 28,32 0,41 34,93 0,35 33,95 2024 0,80 37,86 0,45 28,69 0,44 35,26 0,38 34,23

(25)

Dikarenakan adanya perubahan arah lalu lintas pada lengan Barat menjadi satu arah, maka sebagai alternatif rute kendaraan yang akan menuju ke arah barat dapat dialihkan sesuai Gambar 5.11, menuju opsi jalan berikut :

1. Kendaraan dari Timur dapat berbelok ke arah kanan melalui jalan Letjen Suprapto (rute hijau)

2. Kendaraan dari Timur dapat berbelok ke arah Kiri melalui jalan Letjen Suprapto (rute merah)

Gambar

Tabel 5.1 Data Geometrik dan Kondisi Lingkungan Simpang Bersinyal  Jlagran
Gambar 5.1 Data Geometrik Simpang Bersinyal Jlagran
Tabel 5.2 Rekapitulasi Data Arus Lalu Lintas Kendaraan Jam Puncak Pagi
Tabel 5.5 Data Lampu Lalu Lintas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Higher chamber pressures and faster freezing rates tended to shorten the initial (primary) drying time but lengthen the secondary drying time. Quality of the

Salah satu contoh upaya guru dalam meningkatkan kreativitas belajar siswa adalah, pada saat proses belajar mengajar berlangsung guru bisa mengajak para siswa

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyusutan dan Mortalitas Ayam Broiler pada Jarak Tempuh yang Berbeda Selama Pengangkutan adalah benar karya saya dengan arahan

Rumah yang disita dan dijual kembali oleh pihak BTN dengan harga yang murah memiliki peminat yang tidak sedikit,banyak masyarakat yang mengincar rumah dengan harga yang

2. Berkomunikasi lisan dan tertulis dengan menggunakan ragam bahasa serta pola kalimat yang tepat sesuai konteks dalam wacana interaksional dan atau monolog yang informatif,

Keluarga Berencana Kota Cirebon. Kepala Sub Bidang Perlindungan Anak Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada Badan Pemberdayaan Masyarakat,. Pemberdayaan

Seni pertunjukan kemasan baru diciptakan untuk menunjang produk wisata Mengwi Royal Dinner di Pura Taman Ayun yang pada hakikatnya merupakan produk Bali modern dalam